Osteogenesis Imperfecta

18
Laporan Kasus : Bayi Perempuan Usia 3,5 Bulan Dengan Tulang Rapuh KELOMPOK I 03011001 A.A. GEDE I.P. 03011002 ABDEL HALIM A. 03011003 ABDURRACHMAN 03011004 ADI SULISTYO 03011005 ADINDA W. 03011006 ADITYA Y. 03011007 ADRI PERMANA U. 03011008 ADWINA SYAFITRI 03011009 ADY FITRA S. 03011010 AGNES P. 03011011 AGNESTIA S. 03011012 AKBARRUDDIN 03011013 AKHMAD 03011014 AKHTA Y. 03011015 ALDISA P. 03011016 ALKITHYAR A. M. 03009120 INDIRA WULANDARI 03010013 AHMAD REYHAN J.

description

Osteogenesis Imperfecta

Transcript of Osteogenesis Imperfecta

Page 1: Osteogenesis Imperfecta

Laporan Kasus : Bayi Perempuan Usia 3,5 Bulan Dengan Tulang Rapuh

KELOMPOK I

03011001 A.A. GEDE I.P.

03011002 ABDEL HALIM A.

03011003 ABDURRACHMAN

03011004 ADI SULISTYO

03011005 ADINDA W.

03011006 ADITYA Y.

03011007 ADRI PERMANA U.

03011008 ADWINA SYAFITRI

03011009 ADY FITRA S.

03011010 AGNES P.

03011011 AGNESTIA S.

03011012 AKBARRUDDIN

03011013 AKHMAD

03011014 AKHTA Y.

03011015 ALDISA P.

03011016 ALKITHYAR A. M.

03009120 INDIRA WULANDARI

03010013 AHMAD REYHAN J.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2011

Page 2: Osteogenesis Imperfecta

BAB I

PENDAHULUAN

Diskusi kelompok dilaksanakan dua kali yaitu pada tanggal 08 dan 11 November 2011

diskusi yang pertama berlangsung pukul 08.00 - 09.50 WIB sedangkan diskusi kedua

berlangsung pukul 09.00 - 11.50 WIB. Diskusi dihadiri 16 peserta dengan judul diskusi “Bayi

perempuan usia 3,5 bulan dengan tulang rapuh”. Pada diskusi sesi pertama, diketuai oleh A.A

Gede I.P dan Agnes Pratiwi sebagai sekretaris diskusi serta dra. Yanti MS sebagai fasilitator.

Sedangkan pada diskusi sesi kedua, di ketuai oleh Akbaruddin dan Aldisa P. sebagai

sekretaris. Pada saat diskusi berlangsung, semua peserta ikut berpartisipasi dalam

menyampaikan pendapat. Diskusi ini mengutamakan pembahasan masalah-masalah yang

berkaitan dengan Osteogenesis Imperfecta.

Page 3: Osteogenesis Imperfecta

BAB II

LAPORAN KASUS

Bayi perempuan Adzka, usia 3,5 bulan dirawat di RS DR. M. Djamil Padang karena

menderita 10 tempat patah tulang, sehingga tidak bisa digendong seperti bayi normal lainnya.

Setelah diperiksa oleh dokter ditemukan kelainan dengan diagnosa Osteogenesis Imperfecta.

Page 4: Osteogenesis Imperfecta

BAB III

PEMBAHASAN

Osteogenesis Imperfecta ialah gangguan genetik mengenai perkembangan defektif

jaringan ikat yang diwariskan secara autosomal dan ditandai dengan tulang yang rapuh dan

mudah patah akibat trauma yang paling ringan. Osteogenesis Imperfecta disebabkan oleh

adanya mutasi pada gen yang membawa perintah membuat kolagen. Ini mengakibatkan

jumlah kolagen yang dibentuk tidak mencukupi kebutuhan atau terjadi kegagalan untuk

membuat kolagen.

Sebagian besar kasus Osteogenesis Imperfecta diwariskan dalam pola autosom

dominan sehingga hanya diperlukan satu salinan gen yang termutasi untuk menyebabkan

penyakit ini. Selain itu, Osteogenesis Imperfecta juga diwariskan dalam pola autosom resesif

yang berarti kedua salinan gen termutasi. Orangtua dari anak dengan pola autosom resesif

tidak mengidap penyakit Osteogenesis Imperfecta. Namun, masing-masing membawa satu

salinan gen termutasi (carrier)(1).

Gen-gen yang berhubungan dengan Osteogenesis Imperfecta, yaitu kolagen tipe 1 α

1 / COL1α1, kolagen tipe 1 α 2 / COL1α2, gen CRTAP, dan LEPRE1(1).

a) Kolagen tipe 1 α 1 / COL1α1(2)

Fungsi normal : memberi instruksi untuk membuat kolagen tipe 1

Bermutasi : tidak dapat membuat kolagen tipe 1

b) Kolagen tipe 1 α 2 / COL1α2(3)

Fungsi normal : memberi instruksi untuk membuat komponen kolagen tipe 1 yang

disebut rantai pro-α2(I)

Bermutasi : menghapus segmen rantai pro-α2(I) yang melekatkan satu molekul

kolagen dengan yang lain

Page 5: Osteogenesis Imperfecta

c) Gen CRTAP(4)

Fungsi normal : menyediakan instruksi untuk membuat protein yang terkait tulang

rawan.

Bermutasi : mencegah sel-sel yang membuat protein yang terkait

d) LEPRE1(5)

Fungsi normal : member instruksi untuk membuat enzim Leprekan / proyle-3

hidroksilase

Bermutasi : enzim proyle-3 hidroksilase tidak terbentuk.

Kolagen adalah protein struktural yang paling banyak dari matriks ekstraseluler.

Berikut ini merupakan tabel karakteristik dari 6 jenis kolagen yang paling banyak terdapat

dalam tubuh(6).

Jenis

MolekulSel yang Mensintesis

Lokasi Utama dalam

TubuhFungsi

1 Fibroblas, Osteoblas,

Odontoblas

Dermis kulit, tulang,

tendo, ligamen,

fibrokartilago

Menahan regangan

2 Kondroblas Tulang rawan hialin Menahan tekanan

berkala

3 Fibroblas, Sel Retikulum,

Otot Polos, Sel Schwann,

Hepatosit

Sistem limfatik, sistem

kardiovaskular, hati, paru,

limpa, usus,

uterus,endoneurium

Membentuk rangka

struktur pada organ

yang dapat meregang

4 Sel Endotel, sel epitel,

sel otot, sel schwann

Lamina basalis dan lamina

eksterna

Melakukan dukungan

dan filtrasi. Bekerja

sebagai landasan

Page 6: Osteogenesis Imperfecta

untuk perpindahan sel

5 Sel mesenkim Plasenta, pertemuan

dermis-epidermis

Tidak diketahui

6 Keratinosit pertemuan dermis-

epidermis

Membentuk fibril

tertanam yang

memastikan lamina

densa mendasari

jaringan ikat

Kolagen berada dalam paling sedikitnya 25 jenis molekul, yang bervariasi dalam

sekuen asam amino. Sintesis kolagen dan menyusunnya menjadi fibril terjadi melalui

sederetan kejadian intraseluler dan ekstraseluler. Peristiwa yang terjadi pada intraseluler, yaitu

pertama, sintesis preprokolagen di Retikulum Endoplasma Kasar (REK) dan diatur oleh

Messenger Ribonucleic acid (mRNA) yang mengkode berbagai jenis dari rantai–α untuk

disintesis. Kemudian, hidroksilasi prolin khusus dan residu lisin dari pembentukan rantai

polipeptida yang terdapat dalam REK reaksi ini dikatalisir oleh hidroksilase spesifik yang

memerlukan vitamin C sebagai kofaktor. Lalu pelekatan gula – gula (Glikolisasi) ke residu

hidroksilin spesifik juga terjadi dalam REK.

Setelah itu terjadi pembentukan prokolagen (triple-helix) dalam REK dan secara tepat

diatur oleh propeptida (sekuen ekstra asam amino nonhelikal) pada kedua ujungnya dari rantai

– α. Kemudian terjadi peristiwa penambahan karbohidrat di Kompleks Golgi, yang mana

prokolagen ditranspor melalui pengiriman vesikel. Lalu, terjadi sekresi prokolagen melalui

eksositosis setelah vesikel sekretoris dari jala trans-Golgi dituntun ke permukaan bersama

mikrotubulus. Sedangkan peristiwa yang terjadi pada ekstraseluler yaitu pembelahan

Page 7: Osteogenesis Imperfecta

prokolagen dikatalisasi oleh peptidase prokolagen yang menyingkirkan kebanyakan sekuen

propeptida pada ujung setiap rantai–α, menghasilkan tropokolagen atau kolagen sederhana.

Kemudian, penyusunan mandiri tropokolagen terjadi ketika molekul tropokolagen

yang tidak larut melakukan agregasi ke dekat permukaan sel. Setelah itu, terjadi pembentukan

ikatan kovalen (ikatan silang) yang terdapat antara molekul kolagen yang berdekatan dan

melibatkan pembentukan aldehid turunan lisin dan hidroksilin. Ikatan silang ini berperan

dalam kekuatan regangan pada fibril kolagen(6).

Kolagen merupakan penyusun jaringan ikat. Tabel dibawah ini akan menjelaskan jenis

dan contoh jaringan ikat(7).

Jenis Jaringan Ikat Contoh Letaknya

Jaringan Ikat Sejati Umum

a. Jaringan ikat jarang

b. Jaringan ikat padat beraturan

c. Jaringan ikat padat tidak beraturan

a. Lamina Propria, mesenterium

b. Tendo

c. Dermis

Jaringan Ikat Sejati Khusus

a. Jaringan Lemak

b. Jaringan Retikular

a. Lemak subkutan, lemak anatomis

sekitar ginjal

b. Jala-jala sekitar sinusoid pada Limpa,

nodus limfatikus, dan hati

Jaringan Ikat Khusus

a. Tulang

b. Tulang rawan

c. Darah

a. Femur

b. Tulang rawan trakea

c. Darah perifer

Page 8: Osteogenesis Imperfecta

Osifikasi (pembentukan tulang) terjadi melalui 2 proses yaitu pembentukan tulang

intramembranosa dan pembentukan tulang endokondral. Proses yang terjadi pada osifikasi

intramembranosa yaitu sel mesenkim berdiferensiasi menjadi osteoblas dan mulai mensekresi

osteoid. Ketika terjadi kalsifikasi, osteoblas berubah menjadi osteosit. Pusat perkembangan

tulang ini disebut trabekula.

Penyatuan trabekula tulang menghasilkan tulang spongiosa dan sel-sel mesenkim yang

tidak terdeferensiasi membentuk sumsum tulang. Periosteum dan endosteum berkembang dari

bagian-bagian lapisan mesenkim yang tidak mengalami osifikasi. Kemudian, aktivitas mitosis

sel-sel mesenkim menjadi sel-sel osteoprogenitor, yang mengalami pembelahan sel dan

membentuk lebih banyak sel-sel osteoprogenitor atau berdiferensiasi menjadi osteoblas dalam

lapisan dalam periosteum yang sedang terbentuk.

Proses yang terjadi pada osifikasi endokondral yaitu sel-sel kondrogenik berubah

menjadi sel-sel osteoprogenitor yang berdiferensiasi menjadi osteoblas. Kemudian, osteoblas

mengurai matriks dalam ke periosteum. Lalu, kondrosit dalam pusat model tulang rawan

mengalami hipertrofi dan berdegenerasi membentuk rongga besar (nantinya menjadi rongga

sumsum tulang).

Osteoklas membentuk lubang-lubang dalam lingkar tulang yang memungkinkan

kuncup periosteal (pembuluh darah, sel-sel osteoprogenitor dan sel-sel mesenkim) memasuki

celah yang baru terbentuk dalam model tulang rawan. Osteoblas yang baru terbentuk

mengurai matriks tulang yang menjadi kalsifikasi pada permukaan tulang yang mengalami

kalsifikasi, membentuk kompleks tulang rawan kalsifikasi. Lingkar tulang subperiosteal

menjadi lebih tebal dan memanjang ke arah epifisis. Osteoklas meresorpsi kompleks tulang

rawan kalsifikasi-tulang kalsifikasi, jadi rongga sumsum tulang primitif membesar.

Pengulangan sekuen kejadian ini menghasilkan pembentukan tulang tersebar ke arah

epifisis(8).

Page 9: Osteogenesis Imperfecta

Hubungan antara kromosom, dna, dan gen. Gen merupakan unit instruksi untuk

menghasilkan atau mempengaruhi suatu sifat herediter tertentu. Gen terdapat pada DNA

(tempat penyimpanan informasi genetik). DNA dipintal pada histon membentuk nukleosom.

Nukleosom tersusun padat membentuk benang yang lebih padat dan terpintal menjadi lipatan-

lipatan solenoid. Lipatan solenoid tersusun padat menjadi benang kromatin. Benang-benang

kromatin tersusun memadat menjadi lengan kromatid. Lengan kromatid kembar disebut

kromosom(9). Gen map locus dari Osteogenesis Imperfecta tipe I sama dengan gen map locus

pada OI tipe II dan III, yaitu: 17q21.31-q22, 7q22.1(10)

Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada pembentukan tulang yaitu pengaruh

hormon dan pengaruh nutrisi. Hormon yang berperan dalam pembentukan tulang yaitu (8):

1. Steroid gonad mengatur kecepatan maturasi tulang dan pergantian bentuk rangka

tubuh yang menyebabkan dimorfisme seksual yang berbeda dari rangka tubuh.

2. Hormon paratiroid mengaktifkan osteoblas untuk mensekresi faktor perangsang

osteoklas yang kemudian mengaktifkan osteoklas untuk meresorpsi tulang, jadi

meningkatkan kadar kalsium darah.

3. Kalsitonin dihasilkan oleh sel-sel parofolikular (Sel C) kelenjar tiroid. Kalsitonin

menyingkirkan batas bergerigi osteoklas dan menghambat resorpsi matriks tulang,

mencegah pelepasan kalsium.

Vitamin yang berpengaruh pada pembentukan tulang yaitu(8) :

1. Vitamin D penting untuk absorpsi kalsium dari usus halus. Vitamin D juga

penting untuk pembentukan tulang

2. Vitamin C penting untuk pembentukan kolagen.

Persendian diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (11):

1. Sinartrosis adalah persendian dengan sedikit mobilitas.

2. Diartrosis adalah persendian dengan mobilitas besar.

Page 10: Osteogenesis Imperfecta

Pengertian dari lokus, allel, dan genetic map :

Lokus adalah tempat pada kromosom homolog yang diisi gen

Allel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama pada kromosom

homolog

Genetik map merupakan representasi genetik dari gen pada kromosom dalam

urutan linear antar lokus dinyatakan sebagai rekombinasi persen / peta hubungan.

Page 11: Osteogenesis Imperfecta

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Genetics Home Reference. Osteogenesis Imperfecta. 2007. Available at:

http://ghr.nlm.nih.gov/condition/osteogenesis-imperfecta. Accessed November 10, 2011.

2. Genetics Home Reference. COL1A1. 2011. Available at:

http://ghr.nlm.nih.gov/gene/COL1A1. Accessed November 10, 2011.

3. Genetics Home Reference. COL1A2. 2007. Available at:

http://ghr.nlm.nih.gov/gene/COL1A2. Accessed November 10, 2011.

4. Genetics Home Reference. CRTAP. 2007. Available at:

http://ghr.nlm.nih.gov/gene/CRTAP. Accessed November 10, 2011.

5. Genetics Home Reference. LEPRE1. 2007. Available at:

http://ghr.nlm.nih.gov/gene/LEPRE1. Accessed November 10, 2011.

6. Gartner PL, Hiatt LJ, Strum MJ. Matriks Ekstraselular. In: Saputra L, editor. Essential

Biologi Sel dan Histologi. 6th ed. Pamulang: Binarupa Aksara; 2011. p. 88-92.

7. Johnson EK. Jaringan Ikat. In: Saputra L, editor. Quick Review Histologi & Biologi Sel.

Pamulang: Binarupa Aksara; 2011. p. 140-41.

8. Gartner PL, Hiatt LJ, Strum MJ. Tulang Rawan dan Tulang. In: Saputra L, editor.

Essential Biologi Sel dan Histologi. 6th ed. Pamulang: Binarupa Aksara; 2011. p.138-45.

9. Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. Substansi Genetika. In: Wijayanti CE,

Khairunnisa A, editors. Biologi 3. Jakarta: Esis; 2007. p.73-4.

10. The Free Dictionary. Osteogenensis Imperfecta. 2011. Available at: http://medical-

dictionary.thefreedictionary.com/osteogenesis+imperfecta. Accessed November 10,

2011.

11. Johnson EK. Tulang Rawan dan Tulang. In: Saputra L, editor. Quick Review Histologi &

Biologi Sel. Pamulang: Binarupa Aksara; 2011. p. 172.