Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian...

25
i ORIENTASI RELIGIUS REMAJA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVER DAN INTROVER PADA JEMAAT GEREJA-GEREJA ANGGOTA GEPSULTRA (GEREJA PROTESTAN DI SULAWESI TENGGARA) DI KOTA KENDARI OLEH JOSHUA F. M. MASSIE 80 2011 131 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Transcript of Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian...

Page 1: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

i

ORIENTASI RELIGIUS REMAJA DITINJAU DARI TIPE

KEPRIBADIAN EKSTROVER DAN INTROVER PADA JEMAAT

GEREJA-GEREJA ANGGOTA GEPSULTRA (GEREJA PROTESTAN

DI SULAWESI TENGGARA) DI KOTA KENDARI

OLEH

JOSHUA F. M. MASSIE

80 2011 131

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

1

Page 3: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

2

Page 4: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

3

Page 5: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

4

Page 6: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

i

Abstrak

Menggunakan teori Locus of Control (LOC) yang dikembangkan oleh Levenson (1973), penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui LOC pada remaja akhir dengan kecacatan fisik (tuna daksa) dan

faktor-faktor lain yang mempengaruhi persepsi kontrol partisipan. Levenson mengembangkan

teori unidimensional dari Rotter (1954), dimana Levenson membagi membagi dimensi LOC

menjadi tiga yaitu, internality, powerful other dan chance. Jumlah partisipan dalam penelitian ini

adalah dua orang mahasiswa yang memiliki kecacatan fisik. Penelitian dilakukan dengan metode

kualitatif dimana kedua partisipan diwawancarai secara mendalam dengan menggunakan pedoman

wawancara, selain itu model wawancara yang dilakukan adalah wawancara dengan pedoman

umum. Hasil penelitian menunjukkan persamaan dan perbedaan LOC pada partisipan pertama dan

kedua dalam keadaan-keadaan tertentu seperti dalam pendidikan, hubungan sosial dan keyakinan

terhadap keberhasilan karir di masa depan. Partisipan pertama cenderung memiliki LOC eksternal

dan partisipan kedua cenderung memliki LOC internal. Selain itu, kedua partisipan juga

mempunyai secondary control dan mengembangkan religious coping dalam menghadapi

kekurangan fisik yang mereka miliki.

Kata kunci:Locus of Control (LOC); tuna daksa; secondary control; religious coping

Page 7: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

ii

Abstract

Using the theory Locus of Control (LOC) that was developed by Levenson (1973), this study aims

to determine LOC in adolescents with physical disabilities and other factors that influence the

participant’s perception of control. Levenson developed the Rotter’s unidimensional theory

(1954), which are divided into three dimensions: internality, powerful other and chance. The

number of participants in this study were two students who have a physical disability. The study

conducted with the qualitative method in which both participants were depth interviewed by using

interview guide and the model of interviews were interviews with general guidelines. Results: The

results showed similarities and differences LOC of both participant in certain circumstances such

as educational, social relation and expectation of the future career. The first participants are likely

has an external LOC in educational, social relation and expectation of the future career, and the

second participants likely has internal LOC in educational and expectation of the future career,

but has external in social relation. In addition, both participants also have secondary control and

develop religious coping in the face their physical disabilities.

Kata kunci: Locus of Control (LOC); physical disabilities; secondary control; religious

coping

Page 8: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

1

PENDAHULUAN

Kehidupan beragama di Indonesia, khususnya agama Kristen Protestan

mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik pada jumlah orang yang memeluk

agama ini maupun pada jumlah gedung gereja di Indonesia. Menurut data yang dilansir

di situs Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), agama Kristen Protestan memiliki

pertumbuhan nasional tertinggi yaitu sebanyak 3,41% dengan jumlah tujuh persen dari

total populasi nasional (16,5 juta jiwa) dengan konsentrasi merata di propinsi Sumatera

Utara, Papua, dan Sulawesi Utara. Selain itu kita juga bisa melihat bagaimana kegiatan-

kegiatan beragama khususnya kegiatan umat agama Kristen yang semakin banyak dan

tidak terlalu ditekan sejak pemerintahan presiden keempat Indonesia KH. Abdurrahman

Wahid (Gus Dur) yang memegang teguh Pancasila dan paham pluralisme.

Anggota-anggota gereja terdiri dari berbagai usia mulai dari anak-anak Sekolah

Dasar (SD) yang mengikuti kegiatan Sekolah Minggu gereja, anak-anak Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yang mengikuti persekutuan remaja, dan setelah

menyelesaikan SMP maka seseorang akan mengikuti persekutuan pemuda, kemudian

setelah seseorang berkeluarga pengelompokkan persekutuan akan lebih luas seperti

Persekutuan Wanita, Persekutuan Keluarga, dan lain-lain.

Menurut Santrock (2011) usia remaja dimulai sekitar usia 10-12 dan berakhir

pada usia 18-21. Isu-isu mengenai religius sangat penting untuk remaja karena memberi

dampak yang positif seperti komunitas religius yang bisa membuat remaja melakukan

perilaku-perilaku yang secara sosial diterima (Santrock, 2014).

Religius didefinisikan sebagai melakukan dengan penuh kegiatan-kegiatan yang

bersifat praktis dan spiritual (batin, jiwa, dan kualitas moral yang lebih baik) sebagai

bagian dari agama (Kavros dalam Leeming, 2014). Melakukan kegiatan-kegiatan gereja

Page 9: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

2

merupakan bentuk dari religiusitas seseorang. Kata religius pertama kali disebut pada

abad ke 12 di Perancis dan berasal dari bahasa Latin religios-us (religio: merujuk kepada

Tuhan, us: penuh dengan). Seseorang dapat dikatakan religius apabila melakukan

kegiatan-kegiatan gereja seperti pelayanan, ibadah, paduan suara, doa, dan lain-lain.

(Kavros dalam Tyler, 2014).

Menurut Allport dan Ross (1967) orientasi religius merupakan proses yang

mengontrol dan mengatur perilaku dari individu sehingga individu tersebut melihat

dirinya sebagai orang yang religius. Allport dan Ross mengidentifikasikan orientasi

religius menjadi dua yaitu orientasi religius ekstrinsik dan intrinsik. Orientasi religius

ekstrinsik adalah agama yang dimanfaatkan. Agama dimanfaatkan sebagai pemberi rasa

aman, meningkatkan status sosial, penghibur duka, mendukung kepercayaan diri dan

dukungan sosial. Orang dengan orientasi ini biasanya sering ke gereja namun memiliki

ketertarikan yang sedikit untuk berbicara dengan serius tentang makna imannya daripada

tentang keuntungan-keuntungan nyata yang didapat dari agama, sedangkan orientasi

religius intrinsik adalah agama yang dihayati. Iman dipandang bernilai pada dirinya

sendiri dan bukan untuk kepentingan pribadi. Orang dengan orientasi ini akan

menganggap agama ada bukan untuk melayani manusia tapi manusialah yang melayani

agama. Contohnya adalah para martir yang mati karena imannya (Allport dalam Crapps,

1993).

Batson dan Schoenrade (1991) mendefinisikan tiga aspek dari orientasi religius

ekstrinsik yaitu: (1) compartmentalization atau pemisahan agama dari nilai-nilai

kehidupan; (2) social support atau memanfaatkan agama untuk mendapatkan dukungan

sosial; (3) personal support atau memanfaatkan agama melalui doa untuk penghiburan

diri. Aspek dari orientasi religius intrinsik yaitu: (1) integration atau mendekatkan nilai-

Page 10: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

3

nilai keagamaan dengan kehidupan; (2) public religion atau kegiatan-kegiatan di gereja

untuk kepentingan agama; (3) personal religion atau doa-doa pribadi untuk kepentingan

agama.

Jung (1953) merupakan yang pertama memformulasikan istilah psikologi yang

disebut ekstrover untuk menjelaskan aliran dari energi psikis ke arah dunia luar baik objek

maupun orang lain. Kata ekstrover berasal dari kata latin yaitu extra dan verte yang berarti

mengarah ke luar (Tyler dalam Leeming, 2014). Jung berteori bahwa ekstrover dan

lawannya, introver sebagai dua dasar, bawaan, dan sikap ke arah dunia luar ini berlaku

sama pada orang-orang dengan dengan tipe ini. Jung mendefinisikan ekstrover sebagai

pergerakan energi psikis atau libido ke arah luar dari subjek ke objek. Ekstrover akan

lebih mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya dibanding oleh kondisi dirinya sendiri.

Orang ekstrover menggunakan dan memperbarui energinya dengan fokus ke arah luar

dan energinya akan terasa terkuras jika terlalu sering menghabiskan waktu seorang diri.

Karakteristik umum dari sikap-sikap ekstrover adalah banyak bicara, berbicara dengan

cepat dan percaya diri, ekspresif, suka bergaul dengan orang lain, mudah bosan, dan

mudah teralihkan perhatiannya.

Introver merupakan istilah psikologi yang digunakan untuk menjelaskan aliran

dari energi psikis ke arah dalam yaitu pikiran dan emosi atau subjek. Kata introver berasal

dari kata latin yaitu introvere yang berarti mengarah ke dalam (Tyler dalam Leeming,

2014). Jung menjelaskan introversi adalah menarik energi psikis atau libido dari objek ke

dalam subjek. Orang-orang dengan tipe kepribadian introver menggunakan dan

memperbarui energinya dengan fokus ke arah dalam dan merasa akan terkuras energinya

jika memfokuskan energinya ke arah dunia luar. Beberapa karakteristik dari introver

adalah kecenderungan untuk memilih kesunyian, kegiatan-kegiatan tunggal, interaksi di

Page 11: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

4

dalam kelompok kecil bahkan dengan satu orang saja, lebih suka mendengarkan daripada

berbicara, mudah berkonsentrasi, dan memiliki sifat yang pendiam.

Lebih lanjut Tyler menjelaskan bahwa orang-orang dengan tipe kepribadian

ekstrover membentuk ekspresi keagamaan mencari Tuhan dalam komunitas dengan

orang-orang lain melalui latihan kelompok worship, mendiskusikan konsep-konsep

agama, dan tindakan pelayanan, sedangkan orang-orang dengan tipe kepribadian introver

membentuk ekspresi religius dalam mencari Tuhan dan perjalanan spiritual melalui

kegiatan refleksi dan perenungan seperti meditasi, berdoa sendirian, dan mempelajari

firman Tuhan di dalam kelompok yang kecil.

Jadi perlu diketahui apakah karakteristik-karakteristik dari tipe kepribadian

ekstrover dan introver yang telah disebutkan berhubungan dengan orientasi religius

seseorang. Apakah dengan karakteristik dari tipe kepribadian seseorang akan menentukan

orientasi religius seseorang? Apakah dengan karakteristik introver yaitu seperti memilih

kegiatan tunggal dan interaksi dalam kelompok kecil bahkan satu orang akan membuat

orang itu mengikuti kegiatan gereja untuk hanya mencari Tuhan, membangun relasinya

dengan Tuhan? Begitu juga sebaliknya dengan karakterisitik ekstrover seperti suka

bergaul dengan orang lain dan mudah bosan membuat dia mengikuti kegiatan gereja

karena bosan di rumah dengan kegiatan yang sedikit, ingin mengekspresikan dirinya

dalam kegiatan worship atau paduan suara gereja, dan mencari teman-teman gereja untuk

sekedar ngobrol dan bisa juga mendiskusikan konsep-konsep agama.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Francis (2010a) tipe kepribadian

dihubungkan dengan orientasi religius dan terdapat perbedaan pada introver dan ekstrover

dalam hal orientasi religius yaitu subjek dengan tipe kepribadian introver cenderung

mendapat skor yang tinggi untuk orientasi religius intrinsik, sedangkan subjek dengan

Page 12: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

5

tipe kepribadian ekstrover cenderung mendapat skor yang tinggi untuk orientasi religius

ekstrinsik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa orang introvert dan

orang ekstrovert ke gereja dengan alasan yang berbeda, sehingga penelitian yang

dilakukan oleh Francis ini mendukung pernyataan Tyler mengenai ekspresi keagamaan

orang dengan tipe kepribadian introver dan tipe kepribadian ekstrover. Subjek penelitian

yang dilakukan oleh Francis adalah jemaat dewasa, sedangkan pada penelitian ini akan

dilakukan pada subjek remaja. Orientasi religius berbeda-beda pada remaja, dewasa, dan

lansia, khususnya pada remaja yaitu orientasi religiusnya cenderung ekstrinsik (Watson,

dkk., 1988).

Penelitian ini berusaha untuk mengukur hubungan orientasi religius dengan tipe

kepribadian introver dan ekstrover pada anggota gereja remaja, sehingga bisa diketahui

apakah tipe kepribadian seseorang berkorelasi dengan motivasi seseorang untuk

mengikuti kegiatan-kegiatan gereja.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara tipe kepribadian introver dengan

orientasi religius intrinsik.

2. Ada hubungan positif dan signifikan antara tipe kepribadian ekstrover dengan

orientasi religius ekstrinsik.

Page 13: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

6

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1189 remaja Gepsultra. Pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling. Jumlah sampel minimal

dalam penelitian ini sebanyak 92 berdasarkan perhitungan menggunakan metode Slovin

(dalam Setiawan, 2007) sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini telah memenuhi

jumlah minimal sampel yang dapat digunakan yaitu sebanyak 100. Karakterisitik subjek

yang dipilih adalah laki-laki atau perempuan dan berusia 17-21 tahun.

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi

korelasional. Studi korelasional mengkaji hubungan antara variabel dan memprediksikan

nilai dari satu variabel pada variabel lainnya. Variabel-variabel dalam penelitian ini

adalah:

1. Variabel bebas : Tipe kepribadian ekstrover dan tipe kepribadian introver.

2. Variabel terikat : Orientasi religius intrinsik dan orientasi religius ekstrinsik.

Instrumen Pengambilan data

1. NIRO

New Indices of Religious Orientation (NIRO) merupakan instrumen yang digunakan

untuk mengukur orientasi religius. Dalam instrumen ini orientasi religius dibagi menjadi

tiga yaitu orientasi religius intrinsik, orientasi religius ekstrinsik, dan orientasi religius

quest. Namun dalam penelitian ini yang akan diukur hanya orientasi religius ekstrinsik

Page 14: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

7

dan intrinsik. Instrumen ini dari 9 item orientasi religius ekstrinsik dan 9 item orientasi

religius intrinsik dengan setiap item diskor dengan skala Likert: sangat setuju, setuju,

tidak yakin, tidak setuju, sangat tidak setuju. Dalam Francis (2007) koefisien alfa dari

skala ini adalah: ekstrinsik, 0.84; intrinsik, 0.91. Hal ini berarti kedua skala dalam

instrument ini memiliki koefisien lebih dari minimum yang disarankan menurut Kline

(1993) yaitu 0,70 sehingga bisa dikatakan kedua skala memiliki reliabilitas yang baik.

Untuk melihat validitas konkuren dari instrument ini, maka dikorelasikan dengan

instrumen religiusitas yang lain yaitu skala gabungan dari self-assigned religiosity,

church attendance, dan personal prayer. Koefisien alpha (α) dari validitas konkuren skala

NIRO adalah 0,59 (Francis, 2007). Menurut Azwar (2012) jika koefisien alfa dari

validitas berada di atas 0,35, maka sudah bisa dikatakan baik dan sangat berguna sebagai

skala lain dalam hal ini religiusitas.

2. The Eysenck Personality Questionnaire Brief Version (EPQ-BV)

EPQ-BV merupakan EPQ versi yang lebih pendek dari EPQ-Revised. Dibandingkan

dengan EPQ yang sebelumnya, EPQ-BV memiliki reliabilitas dan validitas yang lebih

baik. Dalam instrument tes ini yang diukur adalah ekstraversi/introversi, neurotik, dan

psikotik namun untuk penelitian ini yang diukur hanya ekstraversi/introversi. Skala

ekstraversi/introversi terdiri dari 12 item dengan setiap item diskor dengan skala Likert:

sama sekali tidak demikian, sedikit demikian, sedang/cukup demikian, sering demikian,

sangat demikian. Reliabilitas skala ekstroversi/introversi adalah 0,87 sehingga bisa

dikatakan baik menurut yang disarankan oleh Kline (1993). Validitas dari EPQ-BV yang

baru ini dihitung dengan cara korelasi dengan EPQ-S yang merupakan instrument yang

Page 15: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

8

lebih lama, sehingga dikatakan berkorelasi tinggi dengan EPQ versi sebelumnya yang

didapat adalah 0,88-0,89 (validitas konkuren).

Analisis Data

Analisis korelasional adalah analisis statistik yang berusaha untuk mencari hubungan

antara dua buah variabel atau lebih (Creswell, 2010). Untuk melihat hubungan antar

variabel dilakukan dengan analisis korelasi product moment dilakukan dengan

menggunakan program SPSS.

HASIL

Uji Asumsi

Uji Normalitas

Berdasarkan hasil dari uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, variabel orientasi

religius ekstrinsik memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,979 dengan signifikansi sebesar p =

0,979 (p>0,05). Variabel orientasi religius intrinsik memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,505

dengan signifikansi sebesar p = 0,022 (p<0,05). Variabel ekstrover memiliki nilai K-S-Z

sebesar 1,085 dengan signifikansi sebesar p = 0,189 (p>0,05). Variabel introver memiliki

nilai K-S-Z sebesar 1,356 dengan signifikansi sebesar p = 0,051 (p>0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa data mengenai orientasi religius ekstrinsik, tipe kepribadian

ekstrover, dan tipe kepribadian introver merupakan sebaran data yang berdistribusi

normal, sedangkan data mengenai orientasi religius intrisik merupakan sebaran data yang

berdistribusi tidak normal.

Page 16: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

9

Uji Linearitas

Dalam penelitian ini dilakukan uji linearitas kepribadian ekstrover dengan

orientasi religius ekstrinsik dan kepribadian introver dengan orientasi religius intrinsik.

Hubungan kepribadian ekstrover dengan orientasi religius ekstrinsik memiliki sifat linear.

Kesimpulan ini diambil dengan melihat nilai F sebesar 0,048 dengan signifikansi sebesar

0,994 (p>0,05). Sedangkan hubungan kepribadian introver dengan orientasi religius

intrinsik juga memiliki sifat linear. Kesimpulan ini diambil dengan melihat nilai F sebesar

1,036 dengan signifikansi sebesar 0,428 (p>0,05).

Hasil Deskriptif

Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Orientasi Religius NIRO

Orientasi Religius Ekstrinsik

Rata-rata subjek penelitian yang tergolong pada orientasi religius ekstrinsik adalah 30,83

yang berada pada kategori rendah. Berarti rata-rata remaja Gepsultra memiliki orientasi

religius ekstrinsik yang rendah.

Orientasi Religius Intrinsik

Rata-rata subjek penelitian yang tergolong pada orientasi religius intrinsik adalah 34,17

yang berada pada kategori tinggi. Berarti rata-rata remaja Gepsultra memiliki orientasi

religius intrinsik yang tinggi.

Page 17: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

10

Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Kepribadian EPQ-BV

Rata-rata partisipan penelitian mendapatkan skor 38,74. Apabila seseorang mendapatkan

nilai total di atas rata-rata maka akan dikategorikan memiliki tipe kepribadian ekstrover.

Apabila seseorang mendapatkan nilai total di bawah rata-rata maka akan dikategorikan

memiliki tipe kepribadian introver. Tipe kepribadian remaja Gepsultra cukup berimbang

antara ekstrover (45%) dan introver (55%).

Uji Korelasi

Tabel Korelasi Orientasi religius dengan Tipe Kepribadian

ekstrinsik intrinsic ekstrover Introver

Spearman's rho

ekstrinsik

Correlation

Coefficient 1.000 -.201 -.531* .264

Sig. (1-tailed) . .265 .038 .204

N 12 12 12 12

intrinsik

Correlation

Coefficient -.201 1.000 -.105 .310*

Sig. (1-tailed) .265 . .246 .011

N 12 88 45 55

*. Korelasi signifikan pada level 0,05.

Berdasarkan hasil uji korelasi yang ditampilkan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa

nilai korelasi antara kepribadian ekstrover dengan orientasi religius ekstrinsik adalah

sebesar -0,531 dan signifikansi sebesar 0,038 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan

adanya hubungan negatif yang signifikan antara kepribadian ekstrover dengan orientasi

religius ekstrinsik. Sedangkan nilai korelasi antara kepribadian introver dengan orientasi

Page 18: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

11

religius intrinsik adalah sebesar 0,310 dengan signifikansi sebesar 0,011 (p<0,05). Hasil

tersebut menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kepribadian

introver dengan orientasi religius intrinsik.

Hasil dari penelitian ini sesuai dengan hipotesis 1 di mana ada hubungan positif

dan signifikan antara tipe kepribadian introver dengan orientasi religius intrinsic, namun

tidak sesuai dengan hipotesis 2 di mana 1 ada hubungan positif dan signifikan antara tipe

kepribadian ekstrover dengan orientasi religius ekstrinsik.

PEMBAHASAN

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan

antara tipe kepribadian introver dengan orientasi religius intrinsik (r = 0,310). Hal ini

berarti seseorang yang introver akan mendapatkan skor yang tinggi pada orientasi religius

intrinsik. Pernyataan ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Francis (2010a) yang

menyatakan bahwa seseorang yang introver akan mendapatkan skor yang tinggi pada

orientasi religius intrinsik, sehingga bisa dikatakan bahwa kedua variabel berkorelasi

positif. Francis (2007b) mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki orientasi

religius intrinsik akan menggunakan energinya ke arah dalam yaitu pengalaman religius

orang tersebut. Aspek dari orientasi religius intrinsik tersebut identic dengan aspek dari

tipe kepribadian introver di mana seorang yang introver akan menggunakan dan

memperbarui energinya dengan fokus ke arah dalam.

Hasil uji korelasi menunjukkan tipe kepribadian ekstrover memiliki hubungan

negatif yang signifikan dengan orientasi religius ekstrinsik (r = -0,531). Hal ini berarti

seseorang yang ekstrover akan mendapatkan skor yang rendah pada orientasi religius

ekstrinsik. Namun seseorang dengan orientasi ekstrinsik yang rendah belum tentu

Page 19: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

12

memiliki orientasi intrinsik yang tinggi. Bisa saja kedua orientasi seseorang rendah.

Allport & Ross (dalam Nelson, 2010) menyatakan bahwa orientasi religius ekstrinsik dan

orientasi religius intrinsik tidak dapat dipisahkan dan memungkinkan seseorang untuk

memiliki orientasi religius intrinsik dan ekstrinsik yang tinggi. Orang-orang ini disebut

sebagai indiscriminately pro-religious. Sebaliknya jika seseorang memiliki orientasi

religius intrinsik dan ekstrinsik yang rendah maka disebut sebagai non-religius. Berbeda

dengan tipe kepribadian ekstrover dan introver yang merupakan dua kutub yang berbeda

(bipolar). Allport & Ross (1967) mengkorelasikan variabel orientasi religius ekstrinsik

dengan orientasi religius intrinsik dengan temuan bahwa kedua orientasi religius tersebut

memiliki korelasi yang sangat lemah. Dalam penelitian ini peneliti juga mencoba

mengkorelasikan orientasi religius ekstrinsik dengan orientasi religius intrinsik dan

menemukan bahwa kedua orientasi religius tersebut memang memiliki korelasi yang

sangat lemah. Allport & Ross (1967) melihat orientasi religius ekstrinsik dan orientasi

religius intrinsik bersifat kontinum, sangat jarang seseorang memiliki orientasi religius

ekstrinisik atau orientasi religius intrinsik yang murni, atau dengan kata lain hanya

memiliki satu kecenderungan orientasi religius.

Tipe kepribadian ekstrover tidak serta merta dijadikan sebagai faktor tunggal

dalam menentukan orientasi religius. Menurut Miner (2009) secure attachment bisa

menjadi salah satu faktor yang menentukan orientasi religius seseorang. Seorang yang

memiliki secure attachment dengan orangtuanya akan memiliki kemampuan untuk

membentuk orientasi religius intrinsik yang matang. Sedangkan seorang memiliki

insecure attachment dengan orangtuanya akan memungkinkan orang itu untuk

membentuk orientasi religius ekstrinsik.

Page 20: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

13

Berdasarkan hasil uji korelasi, adapun sumbangan efektif yang diberikan oleh tipe

kepribadian introver terhadap orientasi religius intrinsik berdasarkan perhitungan adalah

sebesar 9,61%, sedangkan sumbangan efektif yang diberikan oleh tipe kepribadian

ekstrover terhadap orientasi religius ekstrinsik berdasarkan perhitungan adalah sebesar

28,16%. Ini berarti tipe kepribadian introver memiliki konstribsi sebesar 9,61% terhadap

orientasi religius intrinsik sedangkan 80,39% dipengarui oleh faktor lain di luar tipe

kepribadian introver. Tipe kepribadian ekstrover memiliki kontribusi sebesar 28,16%

terhadap orientasi religius ekstrinsik sedangkan 71,84% dipengaruhi faktor lain di luar

tipe kepribadian ekstrover. Faktor-faktor lain itu seperti kesehatan mental, budaya, dan

nilai-nilai agama itu sendiri (Francis, 2010b).

Berdasarkan penelitian didapati bahwa sebaran tipe kepribadian pada remaja

Gepsultra cukup berimbang, yaitu ekstrover (45%) dan introver (55%). Sedangkan untuk

orientasi religius, remaja Gepsultra mayoritas memiliki orientasi religius intrinsik yaitu

88% dan sisanya hanya 12% yang memiliki orientasi religius ekstrinsik. Peneliti

menemukan sedikit remaja Gepsultra yang memiliki orientasi religius ekstrinsik. Wiebe

dan Fleck (1980) mengatakan bahwa orientasi religius ekstrinsik berkorelasi positif

dengan non-religius. Bisa dikatakan bahwa jika peneliti mengambil remaja yang

merupakan anggota gereja, maka mereka kemungkinan tidak masuk ke dalam kategori

non-religius. Jika partisipan tidak masuk dalam kategori non-religius maka akan sulit

untuk didapati partisipan yang memiliki orientasi religius ekstrinsik.

Page 21: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

14

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara orientasi

religius ditinjau dari tipe kepribadian ekstrover dan introver pada remaja Gepsultra, maka

dapat disimpulkan:

1. Ada hubungan negatif yang signifikan antara tipe kepribadian ekstrover dengan

orientasi religius ekstrinsik pada remaja anggota Gepsultra di Kota Kendari.

2. Ada hubungan positif yang signifikan antara tipe kepribadian introver dengan

orientasi religius intrinsik pada remaja anggota Gepsultra di Kota Kendari.

3. Sebagian besar remaja Gepsultra memiliki orientasi religius ekstrinsik pada

kategori sangat rendah dengan jumlah 8 orang dan persentase 66,67%,

sedangkan sebagian besar remaja Gepsultra memiliki orientasi religius intrinsik

pada kategori tinggi dengan jumlah 31 orang dan persentase 35,23%.

4. Sebaran tipe kepribadian remaja Gepsultra di Kota Kendari cukup berimbang,

yaitu ekstrover (45%) dan introver (55%).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta mengingat masih banyaknya keterbatasan

dalam penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:

a. Bagi gereja

Nilai-nilai agama bisa meningkatkan fungsi sosial dan menurunkan perilaku

berisiko remaja. Gereja perlu menekankan perhatian terhadap anggota jemaatnya yang

remaja. Gereja dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan gereja baik secara kualitas maupun

Page 22: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

15

kuantitas. Gereja perlu memperhatikan kegiatan-kegiatan religius bukan hanya yang

melibatkan orang namun yang bersifat tunggal karena remaja Gepsultra yang sebagian

besar memiliki orientasi religius intrinsik. Selain itu perlu dilakukan komunikasi yang

tetap antara gereja dan orangtua. Bisa dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan

kepada orang tua mengenai membangun relasi bersama anak dengan tambahan nilai-nilai

religius agar dapat membangun orientasi religius anak yang nantinya intrinsik.

b. Bagi pihak orangtua

Untuk membangun orientasi religius intrinsik yang merupakan motivasi beragama

yang dewasa. Orang tua perlu menekankan pada kualitas hubungan dan kelekatan mereka

dengan anak mereka. Kualitas hubungan dan kelekatan antara anak dan orangtua sejak

belia dapat membangun orientasi religius intrinsik sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Miner (2009). Selain itu sejak dini orang tua perlu melibatkan anak dalam

kegiatan-kegiatan religius di gereja atau mengajarkan tentang nilai-nilai agama, tanpa

melihat kecenderungan anak apakah anak tersebut memiliki tipe kepribadian introver

yang lebih senang di rumah atau ekstrover yang lebih senang kegiatan di luar rumah.

Orang tua bisa mengajak anak sejak kecil untuk mengikuti sekolah minggu atau

memberikan bacaan religius yang sesuai dengan usia anak.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya perlu mencari faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

orientasi religius intrinsik selain daripada tipe kepribadian dan attachment. Jika melihat

kontribusi tipe kepribadian introver sebesar 9,61% terhadap orientasi religius intrinsik,

maka orientasi religius intrinsik 90,39% dipengaruhi faktor lain. Tipe kepribadian

ekstrover memiliki kontribusi sebesar 28,16% maka orientasi religius ekstrinsik 71,84%

dipengaruhi faktor lain. Faktor-faktor yang memiliki kontribusi terhadap orientasi religius

Page 23: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

16

ini seperti kesehatan mental, budaya dan nilai-nilai agama. Penelitian ini bisa menjadi

masukan untuk penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor

lain tersebut.

Page 24: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

17

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Allport, G. W., & Ross, J. M. (1967). Personal religious orientation and prejudice.

Journal of Personality and Social Psychology, 5, 432-443.

Batson, C. D., & Schoenrade, P. A. (1991b). Measuring religion as quest: Reliability

concerns. Journal for the Scientific Study of Religion, 30, 430–447.

Crapps, R. W. (1993). Dialog psikologi dan agama: Sejak William James hingga Gordon

W. Allport. Yogyakarta: Kanisius

Creswell, J. W. (2010). Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Feist, J., & Feist, G. J. (2009). Theories of personality (7th ed.). New York: McGraw Hill.

Francis, L. J. (2007). Introducing the New Indices of Religious Orientation (NIRO):

Conceptualization and measurement. Mental Health, Religion & Culture, 10, 585–

602.

Francis, L.J., Village, A., Robbins, M., & Ineson, K. (2007). Mystical orientation and

psychological type: An empirical study among guests staying at a Benedictine

Abbey. Studies in Spirituality, 17, 207–223.

Francis, L. J., et al. (2010a). Psychological type and religious orientation: do introvers

and extraverts go to church for different reasons? Mental Health, Religion &

Culture, 13, 821–827.

Francis, L. J., et al. (2010b). Religious orientation, mental health, and culture: conceptual

and empirical perspectives Mental Health, Religion & Culture, 13, 659-666.

Jaume, L., et al. (2013). Religious as quest and its relationship with intrinsic and extrinsic

orientation. International Journal of Psychological Research, 6, 71-78.

Jung, C.G. (1953). Psychological types or the psychology of individuation. New York:

Pantheon Books

Leeming, D. A. (Ed.). (2014). Encyclopedia of psychology and religion. New York:

Springer

Miner, M. (2009). The Impact of Child-Parent Attachment, Attachment to God. Journal

of Psychology and Theology, 37, 114-124.

Nelson, J. M. (2009). Psychology, Religion, and Spirituality. New York: Springer

Page 25: Orientasi Religius Remaja Ditinjau dari Tipe Kepribadian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9244/2/T1_802011131_Full... · Jumlah partisipan dalam ... abad ke 12 di Perancis

18

Santrock, J. W. (2011). Life-span development (13th ed.). New York: McGraw Hill

Education

Santrock, J. W. (2014). Adolescence (15th ed.). New York: McGraw Hill Education

Sato, Toru. (2005). The Eysenck Personality Questionnaire Brief Version: Factor

Structure and Reliability. The Journal of Psychology, 139, 545–552.

Siahaan, B. T. Membaca Demografi Agama-agama di Indonesia. Persekutuan Gereja-

gereja di Indonesia. Diambil dari http://pgi.or.id/kegiatan-dan-pelayanan-

pgi/membaca-demografi-agama-agama-di-indonesia

Watson, P. J., et al. (1988). Age and Religious Orientation. Review of Religious Research,

29, 271-281.

Wiebe K. F., & Fleck, J. R. (1980). Personality Correlates of Intrinsic, Extrinsic, and

Nonreligius Orientations. The Journal Psychology, 105, 181-187.