Optimum road density
-
Upload
ragil-niti-putro -
Category
Education
-
view
2.077 -
download
0
Transcript of Optimum road density
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan pengusahaan hutan yang dilakukan tanpa memperhatikan aspek
lingkungan dan aspek ekonomi akan merugikan perusahaan secara langsung. Terlebih
jika kegiatan ini berlangsung terus menerus tanpa ada kegiatan evaluasi terhadap hasil
kegiatan. Salah satu kegiatan pengusahaan hutan adalah kegiatan pemanenan kayu
yang nota bene membutuhkan biaya yang besar serta dampak terhadap lingkungan
secara nyata.
Dewasa ini telah dikembangkan instrumen atau teknik pemanenan kayu yang
ramah lingkungan yang dikenal sebagai RIL (Reduced Impact Logging) atau RITH
(Reduced Impact Timber Harvesting) sebagai upaya terhadap pengurangan dampak
negatif pemanenan kayu dan mempertahankan dampak positif serta meningkatkan
produktifitas kegiatan pemanenan kayu. Fokus dari penerapan teknik RIL adalah untuk
mengurangi kerusakan tanah, berbagai dampak terhadap hidupan liar, NTFPs dan
kerusakan terhadap pohon-pohon tertinggal. Di samping itu penerapan teknik RIL
diharapkan mampu meningkatkan efisiensi atau menekan biaya operasional kegiatan
pemanenan kayu. Dengan demikian penerapan teknik RIL diharapkan mampu
memperbaiki system pemanenan kayu yang pada umumnya belum direncanakan secara
terpadu.
Kegiatan pemanenan kayu akan mencapai tujuan yang diharapkan jika diawali
dengan perencanaan pemanenan kayu yang baik, penyediaan sarana jalan angkutan
dan jalan sarad pada setiap petak yang dapat menjangkau kayu tebangan secara
optimal. Keberhasilan kegiatan penyaradan sangat dipengaruhi oleh kondisi jalan
angkutan yang ditentukan oleh kerapatan jalan angkutan (WD), spasi jalan angkutan (S)
dan jarak sarad rata-rata (R). Konsekuensi logis dari tiga (3) parameter diatas adalah
apabila kerapatan jalan angkutan rendah maka sepasi atau jarak antar jalan juga
berbanding lurus dan berkorelasi terhadap jarak sarad yang jauh pula.
Dengan kerapatan jalan yang rendah maka biaya pembuatan jalan juga rendah
tetapi biaya penyaradan semakin tinggi karena jarak sarad yang semakin jauh, begitu
juga jika kerapatan jalan tinggi maka biaya penyaradan menjadi rendah tetapi biaya
pembuatan jalan juga meningkat/tinggi. Oleh karena itu sebagai upaya agar keduanya
tercapai secara optimal maka antara kerapatan jalan dan jarak sarad di lapangan harus
direncanakan secara proporsional sehingga tercapai produktifitas jalan angkutan dan
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 2
jalan sarad yang dapat memberi nilai tambah (added value) dan menekan biaya
operasional kegiatan (efisiensi biaya).
Dengan demikian tujuan akhir dari penerapan RIL untuk mencapai efisiensi dalam
kegiatan pemanenan hasil hutan (kayu) untuk mendukung pengelolaan hutan yang
berkelanjutan dapat terwujud. Supriyatno (1995) mengemukakan bahwa dalam
pemanenan kayu akan mengarah pada tiga hal, yaitu efisiensi dalam hal dampak
lingkungan dengan menekan seminimal mungkin dampak negatif yang terjadi (low
damage /negatif impact), efisiensi dalam biaya pemanenan menuju biaya pemanenan
yang rendah (low cost), dan efisiensi dalam pemanfaatan kayu dengan minimalkan
limbah atau kehilangan kayu (low lost).
1.2. Tujuan
Beberapa tujuan dari penelitian tinjauan ekonomis kegiatan penyaradan adalah:
1. Mengetahui kerapatan jalan di lapangan (RD) dan kerapatan jalan optimal
(ORD) yang seharusnya dibuat.
2. Membandingkan antara kerapatan jalan di lapangan (RD) dengan kerapatan
jalan optimal (ORD) untuk mengetahui perlu tidaknya pembuatan jalan cabang.
3. Mengetahui efisiensi kegiatan penyaradan yang dilaksanakan serta
perbandingan biaya total pemanenan kayu antara penyaradan tanpa jalan
cabang jalan tambahan dengan penyaradan memakai jalan cabang.
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyaradan Kayu (Skidding)
Menurut Supriyatno, 2009., Penyaradan kayu adalah kegiatan
memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn)
atau ke pinggir jalan angkutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengangkutan
jarak pendek, atau sering disebut sebagai tranportasi pertama/minor transportasi
(Supriyatno, 2009). Supriyatno juga menambahkan, bahwa kegiatan penyaradan
memerlukan perhatian yang besar, baik alat dan metode yang digunakan serta
biaya yang dibutuhkan, karena kayu merupakan benda yang bersifat berat dan
membutuhkan tempat. Masih menurut Supriyatno, 2009. Untuk biaya penyaradan
menjadi faktor penting yang harus diperhatikan, mengingat biaya penyaradan
merupakan bagian tertinggi dari seluruh biaya pemanenan, sehingga apabila biaya
ini dapat ditekan serendah mungkin sudah berarti menekan biaya pemanenan.
Untuk mengurangi kerusakan pada pohon dan kerugian ekonomi dari
kegiatan operasional penyadaran traktor maka salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah melakukan rancangan jalan sarad yang dirancang dan
dilaksanakan di lapangan oleh Bagian Perencanaan. Kegiatan pembuatan jalan
sarad akan lebih menguntungkan dari segi ekonomi dan segi ekologi jika
dilaksanakan dengan teknik yang benar serta berdasarkan peta komposisi pohon
dan topografi yang diperoleh dari kegiatan risalah hutan/cruising. Jalan sarad yang
dirancang sebelumnya juga akan memudahkan penebang untuk mengarahkan
kayu yang akan ditebang sehingga akan lebih mudah bagi traktor untuk
menyaradnya tanpa membuat manuver-manuver yang akan merugikan
(Elias,1997).
2.2. Parameter Penilai PWH
1) Kerapatan Jalan (RD/WD)
Kerapatan jalan adalah panjang jalan rata-rata dalam satuan meter per
satuan luas (m/ha) (Elias, 2008). Kerapan Jalan lebih ditentukan oleh panjang
jalan yang ada untuk mencakup kawasan atau areal yang akan di panen.
2) Spasi Jalan (S)
Spasi jalan atau Road Spacing adalah jarak rata-rata antara jalan angkutan
kayu yang dinyatakan dalam satuan meter atau hectometer (Elias, 2008).
Spasi jalan berkorelasi dengan jarak sarad maksimum yang berguna untuk
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 4
mengetahui jarak rata-rata ke jalan angkutan, jarak sarad rata-rata dan jarak
sarad maksimum.
3) Jarak sarad rata-rata (RE)
Jarak sarad rata-rata adalah jarak dari tunggak pohon yang ditebang/tempat
penebangan sampai pada kayu tersebut dapat diangkut (jalan ranting, jalan
cabang, jalan utama dan TPn).
2.3. Kerapatan Jalan Optimal (ORD)
Menurut Elias, (2008) Kerapatan jalan optimal atau Optimum Road Density (ORD)
adalah keadaan pada tingkat kerapatan jalan tertentu didalam pengelolaan hutan
lestari diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan atau kerugian yang
sekececil-kecilnya. Bertambahnya kerapatan jalan akan meningkatkan biaya
pembuatan dan pemeliharaan jalan tetapi akan menurunkan biaya-biaya
pengusahaan hutan sehingga menaikkan hasil produksi serta memberikan
produktivitas yang sebesar-besarnya. Kerapatan jalan optimal berusaha
menyeimbangkan dan menekan biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan jalan
serta meningkatkan hasil yang diperoleh. Dengan kata lain kerapatan jalan optimal
bertujuan untuk efisiensi biaya pemanenan dan efektif dalam pencapaian target.
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 5
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada petak kerja 13 QQ RKT 2011 Blok Katingan yang
merupakan plot pengamatan (PUP) yang dibuat untuk mengetahui berbagai
dampak dari aktivitas pemanenan kayu.
3.2. Bahan & Alat
1) Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :
a. Peta pemanenan kayu petak 13 QQ berikut data risalah hutan
b. Alat tulis (buku catatan, pensil & spidol)
2) Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :
a. Rol meter (30 meter)
b. Clinometer (suunto)
c. Stopwatch/pengukur waktu kerja traktor/buldozer
d. Planimeter
e. Kamera digital
3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara langsung (data primer) dan data sekunder.
1) Pengumpulan Data Primer
Data primer dilakukan pengambilan di lapangan secara langsung pada saat
penelitian terdiri atas :
1) Waktu penyaradan pp (ulak-alik dalam 1 trip)
Waktu penyaradan diukur sejak traktor siap di TPn hingga kembali lagi ke
TPn dengan membawa kayu. Pengukuran waktu penyaradan dilakukan
dengan beberapa ulangan untuk mengetahui waktu rata-rata penyaradan
serta jarak yang ditempuh dalam 1 trip penyaradan.
2) Panjang jalan sarad
Selain berpedoman pada peta pemanenan kayu, panjang jalan sarad juga
dilakukan pengukuran di lapangan untuk mengetahui panjang jalan sarad
aktual.
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 6
3) Volume kayu per ha (m3)
Volume kayu yang dipanen dalam satuan luas petak (ha) merupkan rasio
kayu yang diambil dalam satu petak terhadap luas petak (ha).
4) Volume kayu per trip penyaradan (m3)
Volume kayu per trip sarad adalah volume kayu yang disarad dalam sekali
trip penyaradan. Data ini diambil sekaligus pada saat pengukuran waktu
penyaradan sehingga diperoleh volume per trip penyaradan dan volume
rata-rata per trip penyaradan.
5) Biaya operasional penyaradan
Pengukuran biaya operasional penyaradan dilakukan per satuan waktu (jam
efektif kerja) dengan pendekatan pada; BBM yang yang dihabiskan, upah
tenaga kerja, servis pada saat kegiatan.
2) Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data atau laporan yang terkait dengan kegiatan
penelitian ini, diantaranya :
1) Data unit/traktor sarad yang bekerja pada petak penelitian.
2) Data penyusutan unit.
3) Data pajak, bunga dan asuransi alat/unit.
4) Biaya pembuatan jalan cabang/km.
5) Biaya pengangkutan/hauling per hekto meter.
3.4. Analisis Data
Pengolahan data hasil kegiatan di lapangan dilakukan dengan persamaan sebagai
berikut :
1. Perhitungan biaya tetap (fixed cost) Skidder 527 Caterpillar
1) Biaya penyusutan (depresiasi)
Perhitungan yang digunakan adalah dengan metode straight line dengan
persamaan :
AlatEkonomisUmur
AlatNilaiBukutahunperDepresiasi =
2) Biaya Bunga, Pajak dan Asuransi Skidder 527 Caterpillar
Biaya-biaya ini dihitung dengan persamaan dari PT. United Tracktors, :
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 7
),(2
)1()1(1 PajakdanAsuransiBungaxAlatBukuNilaix
n
rnBAP
−−−=
dimana ;
n : Umur ekonomis alat (10 tahun)
r : Nilai sisa alat/rongsokkan = 0
Tingkat suku bunga 20% per tahun
Asuransi dan pajak 1% per tahun
3) Biaya pembuatan jalan
Biaya pembuatan jalan dihitung dengan pendekatan Compounding Factor,
yaitu dengan cara konversi biaya saat ini ke masa yang akan datang.
nrVoVt )1( +=
Vt : Nilai masa dating
Vo : Nilai masa sekarang
R : suku bungga dalam prosen, dalam perhitungan ini dipakai suku
bunga 20%.
n : Jumlah tahun (tahun sekarang hingga masa datang).
4) Kerapatan jalan (Road Density)
Perhitungan kerapatan jalan angkutan di hitung dengan persamaan berikut
:
=WD F
L
=WD Kerapatan jalan (M/Ha)
=L Panjang jalan ngkutan (M)
=F Luas areal Hutan Produktif (Ha)
5) Kerapatan Jalan Optimal (Optimum Road Density)
50...
R
qVTCORD =
Dimana :
ORD : Optimum Road Density/kerapatan jalan optimal (m/ha).
C : Biaya penyaradan (Rp/M3/Km).
T : Faktor koreksi jalan sarad.
V : Faktor koreksi jalan angkutan.
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 8
q : Hasil penebangan (m3/ha).
R : Biaya pembuatan dan pemeliharaan jalan angkutan per km (Rp/Km).
Apabila dari hasil perhitungan, ORD > RD maka pada petak tersebut
diperlukan penambahan jalan angkutan, tetapi jika RD > ORD maka tidak
diperlukan penambahan jalan angkutan.
6) Biaya Penyaradan (Skidding Cost; SC)
Biaya total penyaradan (biaya tetap dan biaya operasional) dihitung
dengan pendekatan persamaan dibawah :
)//(1000 3
kmmRpL
xtxcC =
dimana ;
c : Biaya operasional traktor (Rp/menit)
t : Waktu perjalanan traktor per 1 meter pp (pulang-pergi) (menit)
L : Muatan rata-rata traktor per trip (m3)
7) Spasi Jalan Optimal (Optimum Road Spacing; ORS)
Spasi jalan atau jarak antar jalan angkutan optimal dihitung dengan
persamaan :
)(10000
mORD
ORS =
8) Jarak Sarad Rata-Rata (Average Skidding Distance;ASD)
Jarak sarad rata-rata dihitung dengan persamaan :
)(..2500
mORD
VTASD =
9) Biaya pembuatan jalan (Road Contruction ;RC)
Biaya pembuatan jalan didekati dengan persamaan berikut :
)/m(1000
3Rp
qx
ORDxRRC =
10) Rata-Rata Biaya Penyaradan (Average Travelling Cost; ATC)
Biaya rata-rata penyaradan dihitung dengan persamaan:
/m3)( RpL
txcxASDATC =
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 9
Pada keadaan optimal biaya pembuatan jalan (RC) akan sama dengan biaya
perjalanan traktor (ASD, Arerage Skidding Distance).
Untuk menghitung besarnya biaya pemanenan kayu antara penyaradan
jarak jauh tanpa jalan tambahan/penolong dan sistem penyaradan dengan
menggunakan jalan cabang tambahan dapat menggunakan metode
Matthews, (1942) dalam Hariyanto, (1998). Jika tidak menggunakan jalan
cabang, biayanya adalah :
DxC
Apabila penyaradan dilakukan dengan menggunakan jalan cabang maka
biaya yang dikeluarkan adalah :
� Biaya pembuatan jalan = SxV
R 10/
� Biaya penyaradan /Skidding = 4
SC
Keterangan :
C = Biaya penyaradan per satuan jarak (Rp/m3/hm)
D = Jarak sarad maksimum rata-rata (hm)
H = Biaya pengangkutan kayu (Rp/m3/hm)
R = Biaya pembuatan jalan cabang (Rp/km)
S = Spasi jalan optimum (meter)
V = Volume kayu dipanen (m3/ha)
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 10
IV. HASIL & PEMBAHASAN
4.1. Kerapatan Jalan (WD/RD)
Hasil analisis optimalisasi jalan angkutan antara kerapatan jalan aktual dengan
kerapatan jalan optimal petak 13 QQ RKT 2011 pada Blok Katingan dapat disajikan
sebagai berikut.
Perhitungan kerapatan jalan aktual/realisasi sesuai kondisi lapangan disajikan
pada petak 13 QQ adalah :
Panjang jalan angkutan (L) = 1,128 m
Luas areal produktif/petak (F) = 117 ha.
=WD hamha
m/64,9
117
128,1=
4.2. Kerapatan Jalan Optimal (ORD)
Untuk menghitung kerapatan jalan angkutan telah diketahui komponen-komponen
sebagai berikut :
t : Waktu perjalanan traktor per 1 meter pp (menit) = 0.030805822 menit
L : Muatan rata-rata traktor per trip (m3) = 5.92 m3
Q : Hasil penebangan (m3/ha) = 133.81 m3
R : Biaya pembuatan dan pemeliharaan jalan angkutan per km (Rp/Km)
= 104,725.799
T x V : Perkalian Faktor koreksi jalan sarad & angkutan = 2.4 (untuk medan
sedang.
V : Faktor koreksi jalan angkutan.
c : Biaya operasional traktor (Rp/menit) = 4,037.89
Biaya operasional penyaradan (C) diperoleh dengan rumus :
=C )/(1000
KmRpL
xtxc=
=C 3//80.008,21
92.5
100020.0308058289.037,4mkm
xx=
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 11
Untuk menghitung Kerapatan Jalan Optimal (ORD) adalah :
)/(...
50 hamR
qVTORD =
50
9104,725.79
81.1334.280.008,21 xxORD =
50
9104,725.79
84.849.746,6=ORD
50 0644,0=
253818737,050 x=
ham /69,12=
Dari perhitungan diatas diketahui bahwa kerapatan jalan optimal atau ORD > dari
kerapatan jalan aktual (RD). Dengan demikian maka pada petak 13 QQ seharusnya
dapat dibuat jalan cabang tambahan sebesar 3.05 m/ha atau total panjang jalan
tambahan yang harus dibuat pada petak 13 QQ adalah 356.85 meter. Dengan
kerapatan jalan sebesar 356.85 meter diharapkan biaya penyaradan dan biaya
angkutan dapat lebih seimbang.
Untuk mengetahui perbandingan biaya pemanenan hutan antara pemanenan kayu
dengan sistem sarad jarak jauh dan sistem sarad jarak dekat dengan pembuatan
jalan cabang tambahan dapat dijelaskan sebagai berikut :
� Spasi Jalan Optimal atau Optimum Road Spacing (ORS)
=ORS )(000,10
mORD
=ORS meter96.78769,12
000,10=
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 12
� Jarak sarad rata-rata atau Average Skidding Distance (ASD)
=ASD )(2500
meterORD
VxTx
=ASD meterx
78.47269.12
4.22500=
� Biaya Pembuatan Jalan atau Road Contruction (RC)
=RC )/(1000
3mRp
qx
ORDxR
=RC 3/51.932,9
81.1331000
69.1294.799,725,104m
x
x=
� Biaya Rata-Rata Penyaradan Average Travelling Cost (ATC)
=ATC )/(3
mRpL
txcxASD
=ATC 3
3/51.932,9
92.5
030805822.029.037,478.472m
m
xx=
� Biaya Pembuatan Jalan dan Biaya Rata-Rata Penyaradan (RC & ATC)
=+ ATCRC )/01.865,19/51.932,9/51.932,9333
mmm =+
Selanjutnya untuk analisis total biaya pemanenan kayu dari kedua sistem diatas
dapat disajikan sebagai berikut :
� Rata-rata waktu penyaradan per meter pp = 0.030805822 mnt
� Biaya penyaradan per menit = 4,037.29
� Muatan rata-rata penyaradan per trip = 5.92 m3
� Biaya sarad per meter pp = 0.030805822 x 4,037.29 = 124.37
� Biaya sarad per hm pp = 124.37 x 100 = 12,437.21
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 13
� Biaya sarad per hm/m3 = 12,437.21/5.92 = 2,100.88/hm/m3
Untuk kepentingan analisis biaya, selanjutnya dapat ditulis sebagai berikut :
� Biaya variable penyaradan (C) = 2,100 per hm/m3
� Lebar petak/panjang rata-rata jalan sarad (D) = 7.40 hm
� Biaya pembuatan jalan cabang per km (R) = 69,817,199.96
� Volume kayu yang dipanen (V) = 133.81 m3/ha
� Spasi jalan optimal (S) = 787.96 meter
� Biaya angkutan jalan cabang per hm/m3 (H) = 599.95/hm/m3
Untuk biaya pembuatan jalan cabang diperoleh dari data sekunder (bagian logistik)
dengan pendekatan biaya variabel pembuatan jalan induk yang dibebankan pada
unit traktor. Dari biaya tersebut dihitung biaya pembuatan jalan per m2. Sehingga
untuk biaya pembuatan jalan cabang diperoleh pendekatan sebagai berikut :
Begitu juga dengan biaya angkutan per hm/m3 dilakukan pendekatan dengan
biaya variable angkutan kayu oleh truck enkel logging dari TPn sampai dengan
logyard yang dibebankan pada unit angkutan. Dari biaya tersebut dihitung biaya
angkutan per m. Sehingga untuk biaya angkutan kayu per hm/m3 diperoleh
pendekatan :
Berdasarkan perhitungan diatas maka :
Jika pada petak tebangan 13 QQ tidak dibuat jalan cabang tambahan atau
penyaradan dengan jarak jauh, maka biaya yang dikeluarkan adalah :
� C x D = 2,100 x 7.40 = 15,546.51 per m3
Jika pada petak tebangan 13 QQ dibuat jalan cabang tambahan/jalan penolong,
maka biaya pemanenan kayu yang dikeluarkan adalah :
� Biaya pembuatan jalan cabang
=RC )/(10/ 3
mRpSxV
R
Luas jalan cabang x biaya pembuatan jalan per m2
Biaya Angkutan per meter x 100 meter
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 14
=RC )/67.621,6787.96133.81
10/.9669,817,199 3m
x=
� Biaya pengangkutan di jalan cabang per m3
xH )/(2
3mRp
D
x599.95 )/82.219,22
40.7 3m=
� Biaya penyaradan per m3
xC )/(4
3mRp
S
x 2,100 )/54.138,44
787.96 3m=
Dengan demikian biaya pemanenan kayu ketika dilakukan pembuatan jalan
cabang/jalan penolong adalah sebagai berikut :
= Biaya pembuatan jalan cabang per m3 + Biaya penyaradan per m3 + Biaya
angkutan per m3
= 3
/67.621,6 m + 3
/82.219,2 m + 3
/54.138,4 m
= 3
/03.980,12 m
Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat ditulis :
= 3
/51.546,15 m - 3
/03.980,12 m
= 3
/48.566,2 m
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, dengan pembuatan jalan cabang
tambahan/jalan penolong pada petak penelitian 13 QQ akan mengurangi biaya
pemanenan kayu sebesar 2,566.51 / m3. Dengan demikian penyaradan jarak jauh
terbukti tidak ekonomis atau tidak efisien.
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 15
Dari analisis optimalisasi kerapatan jalan diperoleh bahwa ORD/kerapatan jalan
optimal sepanjang 12,69 meter dengan jarak sarad rata-rata 472.78 meter. Hal ini
sudah sesuai dengan pernyataan Wibstad (1981) dalam Supriyatno (1994) yang
menyarankan jarak sarad di lapangan maksimal 500 meter. Berdasarkan analisis
diatas maka pada petak 13 QQ memerlukan penambahan jalan sepanjang 3.29
m/ha x 117 ha = 385.04 meter.
Dengan tanpa membuat jalan cabang maka jarak sarad di lapangan berkisar
antara 698.40 meter – 782.49 meter. Sehingga secara otomatis biaya penyaradan
menjadi lebih besar dan potensi kerusakan unit traktor juga semakin besar.
Perhitungan diatas adalah untuk unit Skidder 527 Caterpillar no. 07 yang baru
dioperasikan mulai bulan Juli 2011 (nilai unit belum disusutkan). Apabila
penyaradan dilakukan dengan traktor D7G (umur > 5 th) maka biaya yang
dikeluarkan adalah :
� Jika tidak dibuat jalan cabang maka biaya penyaradan dengan tanpa
penambahan jalan cabang akan > 15,546.51 per m3.
� Jika dibuat penambahan jalan cabang maka penurunan biaya <
3/48.566,2 m .
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 16
V. KESIMPULAN & SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan diatas maka dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut :
1) Kerapatan jalan aktual (RD) adalah 9.40 meter/ha sedangkan kerapatan
jalan optimal adalah 12.69 meter/ha, karena ORD > RD maka pada petak
13 QQ diperlukan penambahan jalan cabang.
2) Penambahan jalan cabang sepanjang 3.29 meter/ha, sehingga total
penambahan jalan cabang sepanjang 385.04 meter.
3) Dengan penambahan jalan cabang/jalan penolong akan menurunkan biaya
pemanenan kayu sebesar Rp. 2,566.48/m3.
5.2. Saran
Pembuatan trase jalan angkutan dilakukan dengan pertimbangan potensi
pohon tebangan per ha dengan pedoman peta komposisi pohon dan
tophografi (dilaksanakan pasca risalah hutan). Di samping itu trase jalan/jalan
angkutan sebaiknya tidak dijadikan batas petak.
Laporan Penelitian
Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu
2011
PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 17
DAFTAR PUSTAKA
Backmund (1966) & Segebaden dalam Elias (2008). Pembukaan Wilayah Hutan. IPB Press. Bogor.
Elias, 1987. Analisis Biaya Eksploitasi Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Dikutip dari
: www.linkpdf.com Elias, 2008. Pembukaan Wilayah Hutan. IPB Press. Bogor
Supriyatno N., 2009. Pemanenan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Logging). Buku Ajar Program Magister Sekolah Riset Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. (Tidak dipublikasi).
Supriyatno N., 2010. Buku Ajar Pemanenan Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. (Tidak dipublikasi).