Optimum road density

17
Laporan Penelitian Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu 2011 PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pengusahaan hutan yang dilakukan tanpa memperhatikan aspek lingkungan dan aspek ekonomi akan merugikan perusahaan secara langsung. Terlebih jika kegiatan ini berlangsung terus menerus tanpa ada kegiatan evaluasi terhadap hasil kegiatan. Salah satu kegiatan pengusahaan hutan adalah kegiatan pemanenan kayu yang nota bene membutuhkan biaya yang besar serta dampak terhadap lingkungan secara nyata. Dewasa ini telah dikembangkan instrumen atau teknik pemanenan kayu yang ramah lingkungan yang dikenal sebagai RIL (Reduced Impact Logging) atau RITH (Reduced Impact Timber Harvesting) sebagai upaya terhadap pengurangan dampak negatif pemanenan kayu dan mempertahankan dampak positif serta meningkatkan produktifitas kegiatan pemanenan kayu. Fokus dari penerapan teknik RIL adalah untuk mengurangi kerusakan tanah, berbagai dampak terhadap hidupan liar, NTFPs dan kerusakan terhadap pohon-pohon tertinggal. Di samping itu penerapan teknik RIL diharapkan mampu meningkatkan efisiensi atau menekan biaya operasional kegiatan pemanenan kayu. Dengan demikian penerapan teknik RIL diharapkan mampu memperbaiki system pemanenan kayu yang pada umumnya belum direncanakan secara terpadu. Kegiatan pemanenan kayu akan mencapai tujuan yang diharapkan jika diawali dengan perencanaan pemanenan kayu yang baik, penyediaan sarana jalan angkutan dan jalan sarad pada setiap petak yang dapat menjangkau kayu tebangan secara optimal. Keberhasilan kegiatan penyaradan sangat dipengaruhi oleh kondisi jalan angkutan yang ditentukan oleh kerapatan jalan angkutan (WD), spasi jalan angkutan (S) dan jarak sarad rata-rata (R). Konsekuensi logis dari tiga (3) parameter diatas adalah apabila kerapatan jalan angkutan rendah maka sepasi atau jarak antar jalan juga berbanding lurus dan berkorelasi terhadap jarak sarad yang jauh pula. Dengan kerapatan jalan yang rendah maka biaya pembuatan jalan juga rendah tetapi biaya penyaradan semakin tinggi karena jarak sarad yang semakin jauh, begitu juga jika kerapatan jalan tinggi maka biaya penyaradan menjadi rendah tetapi biaya pembuatan jalan juga meningkat/tinggi. Oleh karena itu sebagai upaya agar keduanya tercapai secara optimal maka antara kerapatan jalan dan jarak sarad di lapangan harus direncanakan secara proporsional sehingga tercapai produktifitas jalan angkutan dan

Transcript of Optimum road density

Page 1: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan pengusahaan hutan yang dilakukan tanpa memperhatikan aspek

lingkungan dan aspek ekonomi akan merugikan perusahaan secara langsung. Terlebih

jika kegiatan ini berlangsung terus menerus tanpa ada kegiatan evaluasi terhadap hasil

kegiatan. Salah satu kegiatan pengusahaan hutan adalah kegiatan pemanenan kayu

yang nota bene membutuhkan biaya yang besar serta dampak terhadap lingkungan

secara nyata.

Dewasa ini telah dikembangkan instrumen atau teknik pemanenan kayu yang

ramah lingkungan yang dikenal sebagai RIL (Reduced Impact Logging) atau RITH

(Reduced Impact Timber Harvesting) sebagai upaya terhadap pengurangan dampak

negatif pemanenan kayu dan mempertahankan dampak positif serta meningkatkan

produktifitas kegiatan pemanenan kayu. Fokus dari penerapan teknik RIL adalah untuk

mengurangi kerusakan tanah, berbagai dampak terhadap hidupan liar, NTFPs dan

kerusakan terhadap pohon-pohon tertinggal. Di samping itu penerapan teknik RIL

diharapkan mampu meningkatkan efisiensi atau menekan biaya operasional kegiatan

pemanenan kayu. Dengan demikian penerapan teknik RIL diharapkan mampu

memperbaiki system pemanenan kayu yang pada umumnya belum direncanakan secara

terpadu.

Kegiatan pemanenan kayu akan mencapai tujuan yang diharapkan jika diawali

dengan perencanaan pemanenan kayu yang baik, penyediaan sarana jalan angkutan

dan jalan sarad pada setiap petak yang dapat menjangkau kayu tebangan secara

optimal. Keberhasilan kegiatan penyaradan sangat dipengaruhi oleh kondisi jalan

angkutan yang ditentukan oleh kerapatan jalan angkutan (WD), spasi jalan angkutan (S)

dan jarak sarad rata-rata (R). Konsekuensi logis dari tiga (3) parameter diatas adalah

apabila kerapatan jalan angkutan rendah maka sepasi atau jarak antar jalan juga

berbanding lurus dan berkorelasi terhadap jarak sarad yang jauh pula.

Dengan kerapatan jalan yang rendah maka biaya pembuatan jalan juga rendah

tetapi biaya penyaradan semakin tinggi karena jarak sarad yang semakin jauh, begitu

juga jika kerapatan jalan tinggi maka biaya penyaradan menjadi rendah tetapi biaya

pembuatan jalan juga meningkat/tinggi. Oleh karena itu sebagai upaya agar keduanya

tercapai secara optimal maka antara kerapatan jalan dan jarak sarad di lapangan harus

direncanakan secara proporsional sehingga tercapai produktifitas jalan angkutan dan

Page 2: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 2

jalan sarad yang dapat memberi nilai tambah (added value) dan menekan biaya

operasional kegiatan (efisiensi biaya).

Dengan demikian tujuan akhir dari penerapan RIL untuk mencapai efisiensi dalam

kegiatan pemanenan hasil hutan (kayu) untuk mendukung pengelolaan hutan yang

berkelanjutan dapat terwujud. Supriyatno (1995) mengemukakan bahwa dalam

pemanenan kayu akan mengarah pada tiga hal, yaitu efisiensi dalam hal dampak

lingkungan dengan menekan seminimal mungkin dampak negatif yang terjadi (low

damage /negatif impact), efisiensi dalam biaya pemanenan menuju biaya pemanenan

yang rendah (low cost), dan efisiensi dalam pemanfaatan kayu dengan minimalkan

limbah atau kehilangan kayu (low lost).

1.2. Tujuan

Beberapa tujuan dari penelitian tinjauan ekonomis kegiatan penyaradan adalah:

1. Mengetahui kerapatan jalan di lapangan (RD) dan kerapatan jalan optimal

(ORD) yang seharusnya dibuat.

2. Membandingkan antara kerapatan jalan di lapangan (RD) dengan kerapatan

jalan optimal (ORD) untuk mengetahui perlu tidaknya pembuatan jalan cabang.

3. Mengetahui efisiensi kegiatan penyaradan yang dilaksanakan serta

perbandingan biaya total pemanenan kayu antara penyaradan tanpa jalan

cabang jalan tambahan dengan penyaradan memakai jalan cabang.

Page 3: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyaradan Kayu (Skidding)

Menurut Supriyatno, 2009., Penyaradan kayu adalah kegiatan

memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn)

atau ke pinggir jalan angkutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengangkutan

jarak pendek, atau sering disebut sebagai tranportasi pertama/minor transportasi

(Supriyatno, 2009). Supriyatno juga menambahkan, bahwa kegiatan penyaradan

memerlukan perhatian yang besar, baik alat dan metode yang digunakan serta

biaya yang dibutuhkan, karena kayu merupakan benda yang bersifat berat dan

membutuhkan tempat. Masih menurut Supriyatno, 2009. Untuk biaya penyaradan

menjadi faktor penting yang harus diperhatikan, mengingat biaya penyaradan

merupakan bagian tertinggi dari seluruh biaya pemanenan, sehingga apabila biaya

ini dapat ditekan serendah mungkin sudah berarti menekan biaya pemanenan.

Untuk mengurangi kerusakan pada pohon dan kerugian ekonomi dari

kegiatan operasional penyadaran traktor maka salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah melakukan rancangan jalan sarad yang dirancang dan

dilaksanakan di lapangan oleh Bagian Perencanaan. Kegiatan pembuatan jalan

sarad akan lebih menguntungkan dari segi ekonomi dan segi ekologi jika

dilaksanakan dengan teknik yang benar serta berdasarkan peta komposisi pohon

dan topografi yang diperoleh dari kegiatan risalah hutan/cruising. Jalan sarad yang

dirancang sebelumnya juga akan memudahkan penebang untuk mengarahkan

kayu yang akan ditebang sehingga akan lebih mudah bagi traktor untuk

menyaradnya tanpa membuat manuver-manuver yang akan merugikan

(Elias,1997).

2.2. Parameter Penilai PWH

1) Kerapatan Jalan (RD/WD)

Kerapatan jalan adalah panjang jalan rata-rata dalam satuan meter per

satuan luas (m/ha) (Elias, 2008). Kerapan Jalan lebih ditentukan oleh panjang

jalan yang ada untuk mencakup kawasan atau areal yang akan di panen.

2) Spasi Jalan (S)

Spasi jalan atau Road Spacing adalah jarak rata-rata antara jalan angkutan

kayu yang dinyatakan dalam satuan meter atau hectometer (Elias, 2008).

Spasi jalan berkorelasi dengan jarak sarad maksimum yang berguna untuk

Page 4: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 4

mengetahui jarak rata-rata ke jalan angkutan, jarak sarad rata-rata dan jarak

sarad maksimum.

3) Jarak sarad rata-rata (RE)

Jarak sarad rata-rata adalah jarak dari tunggak pohon yang ditebang/tempat

penebangan sampai pada kayu tersebut dapat diangkut (jalan ranting, jalan

cabang, jalan utama dan TPn).

2.3. Kerapatan Jalan Optimal (ORD)

Menurut Elias, (2008) Kerapatan jalan optimal atau Optimum Road Density (ORD)

adalah keadaan pada tingkat kerapatan jalan tertentu didalam pengelolaan hutan

lestari diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan atau kerugian yang

sekececil-kecilnya. Bertambahnya kerapatan jalan akan meningkatkan biaya

pembuatan dan pemeliharaan jalan tetapi akan menurunkan biaya-biaya

pengusahaan hutan sehingga menaikkan hasil produksi serta memberikan

produktivitas yang sebesar-besarnya. Kerapatan jalan optimal berusaha

menyeimbangkan dan menekan biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan jalan

serta meningkatkan hasil yang diperoleh. Dengan kata lain kerapatan jalan optimal

bertujuan untuk efisiensi biaya pemanenan dan efektif dalam pencapaian target.

Page 5: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 5

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada petak kerja 13 QQ RKT 2011 Blok Katingan yang

merupakan plot pengamatan (PUP) yang dibuat untuk mengetahui berbagai

dampak dari aktivitas pemanenan kayu.

3.2. Bahan & Alat

1) Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :

a. Peta pemanenan kayu petak 13 QQ berikut data risalah hutan

b. Alat tulis (buku catatan, pensil & spidol)

2) Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :

a. Rol meter (30 meter)

b. Clinometer (suunto)

c. Stopwatch/pengukur waktu kerja traktor/buldozer

d. Planimeter

e. Kamera digital

3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara langsung (data primer) dan data sekunder.

1) Pengumpulan Data Primer

Data primer dilakukan pengambilan di lapangan secara langsung pada saat

penelitian terdiri atas :

1) Waktu penyaradan pp (ulak-alik dalam 1 trip)

Waktu penyaradan diukur sejak traktor siap di TPn hingga kembali lagi ke

TPn dengan membawa kayu. Pengukuran waktu penyaradan dilakukan

dengan beberapa ulangan untuk mengetahui waktu rata-rata penyaradan

serta jarak yang ditempuh dalam 1 trip penyaradan.

2) Panjang jalan sarad

Selain berpedoman pada peta pemanenan kayu, panjang jalan sarad juga

dilakukan pengukuran di lapangan untuk mengetahui panjang jalan sarad

aktual.

Page 6: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 6

3) Volume kayu per ha (m3)

Volume kayu yang dipanen dalam satuan luas petak (ha) merupkan rasio

kayu yang diambil dalam satu petak terhadap luas petak (ha).

4) Volume kayu per trip penyaradan (m3)

Volume kayu per trip sarad adalah volume kayu yang disarad dalam sekali

trip penyaradan. Data ini diambil sekaligus pada saat pengukuran waktu

penyaradan sehingga diperoleh volume per trip penyaradan dan volume

rata-rata per trip penyaradan.

5) Biaya operasional penyaradan

Pengukuran biaya operasional penyaradan dilakukan per satuan waktu (jam

efektif kerja) dengan pendekatan pada; BBM yang yang dihabiskan, upah

tenaga kerja, servis pada saat kegiatan.

2) Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data atau laporan yang terkait dengan kegiatan

penelitian ini, diantaranya :

1) Data unit/traktor sarad yang bekerja pada petak penelitian.

2) Data penyusutan unit.

3) Data pajak, bunga dan asuransi alat/unit.

4) Biaya pembuatan jalan cabang/km.

5) Biaya pengangkutan/hauling per hekto meter.

3.4. Analisis Data

Pengolahan data hasil kegiatan di lapangan dilakukan dengan persamaan sebagai

berikut :

1. Perhitungan biaya tetap (fixed cost) Skidder 527 Caterpillar

1) Biaya penyusutan (depresiasi)

Perhitungan yang digunakan adalah dengan metode straight line dengan

persamaan :

AlatEkonomisUmur

AlatNilaiBukutahunperDepresiasi =

2) Biaya Bunga, Pajak dan Asuransi Skidder 527 Caterpillar

Biaya-biaya ini dihitung dengan persamaan dari PT. United Tracktors, :

Page 7: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 7

),(2

)1()1(1 PajakdanAsuransiBungaxAlatBukuNilaix

n

rnBAP

−−−=

dimana ;

n : Umur ekonomis alat (10 tahun)

r : Nilai sisa alat/rongsokkan = 0

Tingkat suku bunga 20% per tahun

Asuransi dan pajak 1% per tahun

3) Biaya pembuatan jalan

Biaya pembuatan jalan dihitung dengan pendekatan Compounding Factor,

yaitu dengan cara konversi biaya saat ini ke masa yang akan datang.

nrVoVt )1( +=

Vt : Nilai masa dating

Vo : Nilai masa sekarang

R : suku bungga dalam prosen, dalam perhitungan ini dipakai suku

bunga 20%.

n : Jumlah tahun (tahun sekarang hingga masa datang).

4) Kerapatan jalan (Road Density)

Perhitungan kerapatan jalan angkutan di hitung dengan persamaan berikut

:

=WD F

L

=WD Kerapatan jalan (M/Ha)

=L Panjang jalan ngkutan (M)

=F Luas areal Hutan Produktif (Ha)

5) Kerapatan Jalan Optimal (Optimum Road Density)

50...

R

qVTCORD =

Dimana :

ORD : Optimum Road Density/kerapatan jalan optimal (m/ha).

C : Biaya penyaradan (Rp/M3/Km).

T : Faktor koreksi jalan sarad.

V : Faktor koreksi jalan angkutan.

Page 8: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 8

q : Hasil penebangan (m3/ha).

R : Biaya pembuatan dan pemeliharaan jalan angkutan per km (Rp/Km).

Apabila dari hasil perhitungan, ORD > RD maka pada petak tersebut

diperlukan penambahan jalan angkutan, tetapi jika RD > ORD maka tidak

diperlukan penambahan jalan angkutan.

6) Biaya Penyaradan (Skidding Cost; SC)

Biaya total penyaradan (biaya tetap dan biaya operasional) dihitung

dengan pendekatan persamaan dibawah :

)//(1000 3

kmmRpL

xtxcC =

dimana ;

c : Biaya operasional traktor (Rp/menit)

t : Waktu perjalanan traktor per 1 meter pp (pulang-pergi) (menit)

L : Muatan rata-rata traktor per trip (m3)

7) Spasi Jalan Optimal (Optimum Road Spacing; ORS)

Spasi jalan atau jarak antar jalan angkutan optimal dihitung dengan

persamaan :

)(10000

mORD

ORS =

8) Jarak Sarad Rata-Rata (Average Skidding Distance;ASD)

Jarak sarad rata-rata dihitung dengan persamaan :

)(..2500

mORD

VTASD =

9) Biaya pembuatan jalan (Road Contruction ;RC)

Biaya pembuatan jalan didekati dengan persamaan berikut :

)/m(1000

3Rp

qx

ORDxRRC =

10) Rata-Rata Biaya Penyaradan (Average Travelling Cost; ATC)

Biaya rata-rata penyaradan dihitung dengan persamaan:

/m3)( RpL

txcxASDATC =

Page 9: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 9

Pada keadaan optimal biaya pembuatan jalan (RC) akan sama dengan biaya

perjalanan traktor (ASD, Arerage Skidding Distance).

Untuk menghitung besarnya biaya pemanenan kayu antara penyaradan

jarak jauh tanpa jalan tambahan/penolong dan sistem penyaradan dengan

menggunakan jalan cabang tambahan dapat menggunakan metode

Matthews, (1942) dalam Hariyanto, (1998). Jika tidak menggunakan jalan

cabang, biayanya adalah :

DxC

Apabila penyaradan dilakukan dengan menggunakan jalan cabang maka

biaya yang dikeluarkan adalah :

� Biaya pembuatan jalan = SxV

R 10/

� Biaya penyaradan /Skidding = 4

SC

Keterangan :

C = Biaya penyaradan per satuan jarak (Rp/m3/hm)

D = Jarak sarad maksimum rata-rata (hm)

H = Biaya pengangkutan kayu (Rp/m3/hm)

R = Biaya pembuatan jalan cabang (Rp/km)

S = Spasi jalan optimum (meter)

V = Volume kayu dipanen (m3/ha)

Page 10: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 10

IV. HASIL & PEMBAHASAN

4.1. Kerapatan Jalan (WD/RD)

Hasil analisis optimalisasi jalan angkutan antara kerapatan jalan aktual dengan

kerapatan jalan optimal petak 13 QQ RKT 2011 pada Blok Katingan dapat disajikan

sebagai berikut.

Perhitungan kerapatan jalan aktual/realisasi sesuai kondisi lapangan disajikan

pada petak 13 QQ adalah :

Panjang jalan angkutan (L) = 1,128 m

Luas areal produktif/petak (F) = 117 ha.

=WD hamha

m/64,9

117

128,1=

4.2. Kerapatan Jalan Optimal (ORD)

Untuk menghitung kerapatan jalan angkutan telah diketahui komponen-komponen

sebagai berikut :

t : Waktu perjalanan traktor per 1 meter pp (menit) = 0.030805822 menit

L : Muatan rata-rata traktor per trip (m3) = 5.92 m3

Q : Hasil penebangan (m3/ha) = 133.81 m3

R : Biaya pembuatan dan pemeliharaan jalan angkutan per km (Rp/Km)

= 104,725.799

T x V : Perkalian Faktor koreksi jalan sarad & angkutan = 2.4 (untuk medan

sedang.

V : Faktor koreksi jalan angkutan.

c : Biaya operasional traktor (Rp/menit) = 4,037.89

Biaya operasional penyaradan (C) diperoleh dengan rumus :

=C )/(1000

KmRpL

xtxc=

=C 3//80.008,21

92.5

100020.0308058289.037,4mkm

xx=

Page 11: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 11

Untuk menghitung Kerapatan Jalan Optimal (ORD) adalah :

)/(...

50 hamR

qVTORD =

50

9104,725.79

81.1334.280.008,21 xxORD =

50

9104,725.79

84.849.746,6=ORD

50 0644,0=

253818737,050 x=

ham /69,12=

Dari perhitungan diatas diketahui bahwa kerapatan jalan optimal atau ORD > dari

kerapatan jalan aktual (RD). Dengan demikian maka pada petak 13 QQ seharusnya

dapat dibuat jalan cabang tambahan sebesar 3.05 m/ha atau total panjang jalan

tambahan yang harus dibuat pada petak 13 QQ adalah 356.85 meter. Dengan

kerapatan jalan sebesar 356.85 meter diharapkan biaya penyaradan dan biaya

angkutan dapat lebih seimbang.

Untuk mengetahui perbandingan biaya pemanenan hutan antara pemanenan kayu

dengan sistem sarad jarak jauh dan sistem sarad jarak dekat dengan pembuatan

jalan cabang tambahan dapat dijelaskan sebagai berikut :

� Spasi Jalan Optimal atau Optimum Road Spacing (ORS)

=ORS )(000,10

mORD

=ORS meter96.78769,12

000,10=

Page 12: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 12

� Jarak sarad rata-rata atau Average Skidding Distance (ASD)

=ASD )(2500

meterORD

VxTx

=ASD meterx

78.47269.12

4.22500=

� Biaya Pembuatan Jalan atau Road Contruction (RC)

=RC )/(1000

3mRp

qx

ORDxR

=RC 3/51.932,9

81.1331000

69.1294.799,725,104m

x

x=

� Biaya Rata-Rata Penyaradan Average Travelling Cost (ATC)

=ATC )/(3

mRpL

txcxASD

=ATC 3

3/51.932,9

92.5

030805822.029.037,478.472m

m

xx=

� Biaya Pembuatan Jalan dan Biaya Rata-Rata Penyaradan (RC & ATC)

=+ ATCRC )/01.865,19/51.932,9/51.932,9333

mmm =+

Selanjutnya untuk analisis total biaya pemanenan kayu dari kedua sistem diatas

dapat disajikan sebagai berikut :

� Rata-rata waktu penyaradan per meter pp = 0.030805822 mnt

� Biaya penyaradan per menit = 4,037.29

� Muatan rata-rata penyaradan per trip = 5.92 m3

� Biaya sarad per meter pp = 0.030805822 x 4,037.29 = 124.37

� Biaya sarad per hm pp = 124.37 x 100 = 12,437.21

Page 13: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 13

� Biaya sarad per hm/m3 = 12,437.21/5.92 = 2,100.88/hm/m3

Untuk kepentingan analisis biaya, selanjutnya dapat ditulis sebagai berikut :

� Biaya variable penyaradan (C) = 2,100 per hm/m3

� Lebar petak/panjang rata-rata jalan sarad (D) = 7.40 hm

� Biaya pembuatan jalan cabang per km (R) = 69,817,199.96

� Volume kayu yang dipanen (V) = 133.81 m3/ha

� Spasi jalan optimal (S) = 787.96 meter

� Biaya angkutan jalan cabang per hm/m3 (H) = 599.95/hm/m3

Untuk biaya pembuatan jalan cabang diperoleh dari data sekunder (bagian logistik)

dengan pendekatan biaya variabel pembuatan jalan induk yang dibebankan pada

unit traktor. Dari biaya tersebut dihitung biaya pembuatan jalan per m2. Sehingga

untuk biaya pembuatan jalan cabang diperoleh pendekatan sebagai berikut :

Begitu juga dengan biaya angkutan per hm/m3 dilakukan pendekatan dengan

biaya variable angkutan kayu oleh truck enkel logging dari TPn sampai dengan

logyard yang dibebankan pada unit angkutan. Dari biaya tersebut dihitung biaya

angkutan per m. Sehingga untuk biaya angkutan kayu per hm/m3 diperoleh

pendekatan :

Berdasarkan perhitungan diatas maka :

Jika pada petak tebangan 13 QQ tidak dibuat jalan cabang tambahan atau

penyaradan dengan jarak jauh, maka biaya yang dikeluarkan adalah :

� C x D = 2,100 x 7.40 = 15,546.51 per m3

Jika pada petak tebangan 13 QQ dibuat jalan cabang tambahan/jalan penolong,

maka biaya pemanenan kayu yang dikeluarkan adalah :

� Biaya pembuatan jalan cabang

=RC )/(10/ 3

mRpSxV

R

Luas jalan cabang x biaya pembuatan jalan per m2

Biaya Angkutan per meter x 100 meter

Page 14: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 14

=RC )/67.621,6787.96133.81

10/.9669,817,199 3m

x=

� Biaya pengangkutan di jalan cabang per m3

xH )/(2

3mRp

D

x599.95 )/82.219,22

40.7 3m=

� Biaya penyaradan per m3

xC )/(4

3mRp

S

x 2,100 )/54.138,44

787.96 3m=

Dengan demikian biaya pemanenan kayu ketika dilakukan pembuatan jalan

cabang/jalan penolong adalah sebagai berikut :

= Biaya pembuatan jalan cabang per m3 + Biaya penyaradan per m3 + Biaya

angkutan per m3

= 3

/67.621,6 m + 3

/82.219,2 m + 3

/54.138,4 m

= 3

/03.980,12 m

Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat ditulis :

= 3

/51.546,15 m - 3

/03.980,12 m

= 3

/48.566,2 m

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, dengan pembuatan jalan cabang

tambahan/jalan penolong pada petak penelitian 13 QQ akan mengurangi biaya

pemanenan kayu sebesar 2,566.51 / m3. Dengan demikian penyaradan jarak jauh

terbukti tidak ekonomis atau tidak efisien.

Page 15: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 15

Dari analisis optimalisasi kerapatan jalan diperoleh bahwa ORD/kerapatan jalan

optimal sepanjang 12,69 meter dengan jarak sarad rata-rata 472.78 meter. Hal ini

sudah sesuai dengan pernyataan Wibstad (1981) dalam Supriyatno (1994) yang

menyarankan jarak sarad di lapangan maksimal 500 meter. Berdasarkan analisis

diatas maka pada petak 13 QQ memerlukan penambahan jalan sepanjang 3.29

m/ha x 117 ha = 385.04 meter.

Dengan tanpa membuat jalan cabang maka jarak sarad di lapangan berkisar

antara 698.40 meter – 782.49 meter. Sehingga secara otomatis biaya penyaradan

menjadi lebih besar dan potensi kerusakan unit traktor juga semakin besar.

Perhitungan diatas adalah untuk unit Skidder 527 Caterpillar no. 07 yang baru

dioperasikan mulai bulan Juli 2011 (nilai unit belum disusutkan). Apabila

penyaradan dilakukan dengan traktor D7G (umur > 5 th) maka biaya yang

dikeluarkan adalah :

� Jika tidak dibuat jalan cabang maka biaya penyaradan dengan tanpa

penambahan jalan cabang akan > 15,546.51 per m3.

� Jika dibuat penambahan jalan cabang maka penurunan biaya <

3/48.566,2 m .

Page 16: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 16

V. KESIMPULAN & SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan diatas maka dapat dibuat kesimpulan

sebagai berikut :

1) Kerapatan jalan aktual (RD) adalah 9.40 meter/ha sedangkan kerapatan

jalan optimal adalah 12.69 meter/ha, karena ORD > RD maka pada petak

13 QQ diperlukan penambahan jalan cabang.

2) Penambahan jalan cabang sepanjang 3.29 meter/ha, sehingga total

penambahan jalan cabang sepanjang 385.04 meter.

3) Dengan penambahan jalan cabang/jalan penolong akan menurunkan biaya

pemanenan kayu sebesar Rp. 2,566.48/m3.

5.2. Saran

Pembuatan trase jalan angkutan dilakukan dengan pertimbangan potensi

pohon tebangan per ha dengan pedoman peta komposisi pohon dan

tophografi (dilaksanakan pasca risalah hutan). Di samping itu trase jalan/jalan

angkutan sebaiknya tidak dijadikan batas petak.

Page 17: Optimum road density

Laporan Penelitian

Tinjauan Ekonomis Kegiatan Penyaradan Kayu

2011

PT. SARI BUMI KUSUMA – CNN KALTENG Page 17

DAFTAR PUSTAKA

Backmund (1966) & Segebaden dalam Elias (2008). Pembukaan Wilayah Hutan. IPB Press. Bogor.

Elias, 1987. Analisis Biaya Eksploitasi Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Dikutip dari

: www.linkpdf.com Elias, 2008. Pembukaan Wilayah Hutan. IPB Press. Bogor

Supriyatno N., 2009. Pemanenan Ramah Lingkungan (Reduced Impact Logging). Buku Ajar Program Magister Sekolah Riset Program Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan

Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. (Tidak dipublikasi).

Supriyatno N., 2010. Buku Ajar Pemanenan Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. (Tidak dipublikasi).