OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

46
OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN SISTEM RESIRKULASI MUSKILATU RAHMI 10594091515 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2020

Transcript of OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

Page 1: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG

VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN SISTEM

RESIRKULASI

MUSKILATU RAHMI

10594091515

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2020

Page 2: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...
Page 3: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...
Page 4: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Optimasi Padat Tebar

pada Pendedaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Dengan Sistem

Resirkulasi adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Agustus 2019

Muskilatu rahmi

10594091515

Page 5: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

HALAMAN HAK CIPTA

@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2019

Hak Cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini

tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan

laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingsn yang wajar

Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebahagian

atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun

tanpa izin Unismuh Makassar.

Page 6: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

ABSTRAK

Muskilatu rahmi 10594091515. Optimasi Padat Tebar Pada Pendedaran

Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Dengan Sistem Resirkulasi. Dibimbing

oleh Darmawati dan Asni Anwar

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan optimasi padat penebaran

dengan sintasan yang tinggi terhadap pendederan udang vaname (Litopenaeus

vannamei) dengan ssstem resirkulasi. Rancangan percobaan dalam penelitian ini

adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu dengan 3 perlakuan dengan padat

penebaran yang berbeda yaitu : 10.000/ m3, 15.000/ m

3, dan 20.000/ m

3, masing-

masing perlakuan diulang 3 kali. Parameter uji sintasan menggunakan ANNOVA

dan dilanjutkan dengan uji BNT. Berdasarkan hasil penelitian ini, nilai rata-rata

sintasan (SR) di peroleh pada perlakuan 15.000/ m3

yaitu (91.7%) diikuti pada

perlakuan 10.000/ m3

(85.3%) dan terendah pada perlakuan 20.000/ m3

(83.7%).

Hasil pengukuran kualitas air di lokasi penelitian masih dalam kondisi ideal bagi

pertumbuhan Litopenaeus vannamei.

Kata Kunci: sintasan, kualitas air, sistem resirkulasi, Litopenaeus vannamei.

Page 7: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamduliilah rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan

semesta alam. Hanya kepada-Nya penulis menyerahkan diri dan menumpahkan

harapan, semoga segala aktivitas dan praduktivitas penulis mendapatkan limpahan

rahmat dari Allah SWT. Rasa syukur juga dipanjatkan oleh penulis atas berkat

Rahmat, Hidayah serta Kasih Sayang Allah jualah telah memberi banyak nikmat,

kesehatan, dan petunjuk serta kesabaran sehingga penulis dapat melaksanakan

penulisan Proposal sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Makassar dengan Judul Proposal adalah Optimasi Padat Tebar Pada Pendedaran

Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Dengan Sistem Resirkulasi.

Dengan selesainya penulisan proposal ini, penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada Ibunda Yuniati dan Ayahanda Hasanuddin yang telah

mencurahkan seluruh kasih dan sayangnya dengan sepenuh hati, mendoakan dan

mendukung penulis lahir dan bathin.

Selanjutnya penulis sampaikan terima kasih khusus yang mendalam kepada

Ibunda Dr. Darmawati, M.Si. dan Ibunda Asni Anwar, S.Pi., M.Si masing masing

selaku pembimbing 1 dan 2, Bapak H. Burhanuddin, S.Pi., M.P. sebagai Dekan,

dan Ibu Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd sebagai ketua Program Studi Budidaya

Perairan. Penulis juga sampaikan terima kasih secara institusi kepada Rektor

Page 8: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

Universitas Muhammadiyah Makassar, segenap staf pengajar dan administrasi

atas segala bantuan dan pelayanannya mulai sebagai mahasiswa baru sampai

penyelesaian studi.

Terimah kasih juga saya haturkan kepada Bapak Prof.Dr.Ir.Rachmansyah,M.Si

selaku peneliti utama dan bapak Makmur,S.Pi., M.Si sebagai Ka.Instalasi Tambak

Percobaan Punaga sekaligus sebagai peneliti di Instalasi tambak tersebut yang

selama ini mendukung kegiatan penelitian ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis secara tulus dan ikhlas

menyampaikan terima kasih kepada rekan rekan mahasiswa Program Studi

Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

angkatan 2015, atas kerjasama selama ini sehingga dapat membuahkan hasil pada

hari ini, dan jika selama ini penulis pernah berbuat kesalahan atau kehilafan

kepada rekan-rekan seangkatan baik disengaja maupun tidak disengaja, penulis

menyampaikan permohonan maaf lahir dan bathin, tiada gading yang tidak pernah

retak, tiada manusia yang tidak pernah salah.

Makassar, 10 Februari 2019

Penulis

Muskilatu Rahmi

Page 9: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 2

II. TINJAUN PUSTAKA 3

2.1. Pendederan Udang Vaname 3

2.2. Sistem Resirkulasi 4

2.3. Pengelolaan Kualitas Air 5

2.3.1. Filter 5

2.3.2. Protein Skimmer 6

2.3.3. Micro Bubble Generator 6

2.4. Udang Vaname 7

2.4.1. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname 7

2.4.2. Larva Udang Vaname 8

2.5. Pakan yang di berikan 13

2.6. Parameter Kualitas Air 13

2.6.1. Suhu 14

2.6.2. Salinitas 14

2.6.3. DO (Oksigen Terlarut) 15

2.6.4. Ph 15

2.6.5. Total Amonia Nitrogen (TAN) 15

III. METODE PENELITIAN 16

3.1. Waktu dan Lokasi 16

3.2. Alat dan Bahan 16

3.3. Penyiapan Wadah dan Media Penelitian 16

3.4. Penyiapan Hewan Uji 17

3.5. Pemeliharaan Hewan Uji 17

3.6. Rancangan Percobaan 18

3.7. Peubah yang Diamati 18

3.7.1. Sintasan 20

3.7.2. Pengukuran Kualitas Air 20

3.8. Analisi Data 21

Page 10: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22

4.1. Sintasan 22

4.2. Kualitas Air 25

5. PENUTUP 28

5.1. Kesimpulan 28

5.2. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

DAFTAR TABEL

1. Ciri– ciri perkembangan nauplius udang vaname 9

2. Ciri - ciri perkembangan 11

3. Ciri - ciri stadia mysis 12

4. Parameter kualitas air, satuan dan alat ukur 22

Page 12: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

DAFTAR GAMBAR

1. Morfologi udang vaname 8

2. Fase nauplis udang vaname 10

3. Fase zoea udang vaname 11

4. Fase mysis udang vaname 12

5. Post larva udang vaname 13

Page 13: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Udang vaname merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya di

Indonesia dengan produksi yang cenderung meningkat setiap tahun. Menurut data

Derektorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) pada tahun 2016, capaian produksi

budidaya udang vaname pada tahun 2016 sebesar 442.380 ton dan pada tahun

2017 sebesar 505.549 ton atau meningkat sebesar 21.20 %. Pada tahun 2016,

Indonesia menjadi negara pengekspor udang terbesar keempat di dunia setelah

India, Vietnam, dan Ekuador dengan volume ekspor sebesar 220.000 ton atau naik

sebesar 21% dibandingkan volume ekspor tahun 2015 (FAO 2017).

Pengembangan budidaya udang vaname masih berpotensi untuk

ditingkatkan. Namun demikian, ketersediaan benih masih menjadi permasalahan

yang ditemui dalam kegiatan budidaya. Pendederan udang vaname dengan padat

tebar yang tinggi merupakan salah satu upaya untuk memperoleh benih yang

berkualitas dalam jumlah dan waktu yang tepat.

Sistem resirkulasi akuakulktur (Recirculation Aquaculture System)

merupakan sistem yang memanfaatkan ulang air yang telah digunakan dengan

meresirkulasinya melewati sebuah filter, sehingga system ini bersifat hemat air

(Sidik 1993). Selain melewati sebuah filter, alternatif lain yang di gunakan untuk

menetralisir yaitu penambahan probiotik pada bak budidaya.

Page 14: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat penebaran yang optimal

dengan sintasan yang tinggi terhadap pendederan udang vaname dengan system

resirkulasi.

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada pembudidaya khususnya dalam mengoptimalkan padat penebaran serta

kelangsungan hidup udang vaname dengan penggunaan system resirkulasi.

Page 15: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendederan Udang Vaname

Pendederan adalah memelihara benih udang selama periode tertentu pada

bak dengan kondisi kualitas air yang terkontrol. Pengontrolan kualitas air ini

dilakukan agar persyaratan hidup udang vaname secara optimal bisa terpenuhi

yaitu dengan mengatur sirkulasi air. Pendederan merupakan suatu usaha

penyambungan antara pembenihan dengan pembesaran, dimana benih di pelihara

secara terkontrol dengan waktu tertentu untuk selanjutnya dilakukan pembesaran

udang di tambak (Amri et al., 2008).

Budidaya pendederan udang umumnya menggunakan system tertutup dan

selama pemeliharaan air media tidak diganti, sehingga dalam waktu tertentu

terjadi penurunan kualitas air (Djunaedi, Susilo, & Sunaryo, 2016). Hal ini dapat

mengakibatkan tumbuh kembang benih tidak normal dan menghambat hasil

produksi (Agustini et al., 2015). Pendederan pada umumnya hanya menggunakan

aerasi. Dimana aerasi pada pendederan sebagai alternatif untuk meningkatkan

oksigen dalam air, fungsi dari pada aerasi adalah untuk meningkatkan kandungan

oksigen pada kolam air (Suantika et al, 2000; Suwoyo & Mangapan, 2002).

Pendederan dapat dilakukan di tambak, bak-bak beton, dan hapa, sehingga

penggunaan dan penyediaannya bagi petani tambak semakin mudah (Busran,

2005). Selain itu pendederan juga dapat dilakukan di keramba jaring apung (KJA)

seperti penelitian (Tonnek et al., 2006).

Teknologi produksi pendederan udang juga sudah semakin meluas

dimasyarakat, baik diusahakan oleh petani tambak sendiri maupun pengusaha

Page 16: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

yang khusus bergerak dalam usaha pendederan. Untuk dapat meningkatkan

produksi benih udang perlu diupayakan melalui penggunaan system yang efektif

untuk mengatasi memburuknya kualitas air pada pendederan. Salah satu cara

yang memungkinkan dalam mengatasi turunnya kualitas air yaitu menggunakan

system resirkulasi.

2.2. Sistem Resirkulasi

Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

sudah digunakan dengan cara memutar air secara terus-menerus melalui perantara

sebuah filter atau ke dalam wadah (Fauzzia et al., 2013), sehingga sistem ini

bersifat hemat air (Sidik, 2002; Djokosetiyanto et al., 2006; Prayogo et al.,2012).

Sistem resirkulasi ada dua jenis yakni sistem sirkulasi tertutup yang mendaur

ulang 100% air dan sistem sirkulasi semi tertutup yang mendaur ulang sebagian

air sehingga masih membutuhkan penambahan air dari luar (Sidik, 2002).

Sistem kerja dari resirkulasi adalah air dari media pemeliharaan dialirkan

melalui pipa pengeluaran air. Sistem resirkulasi mampu mempertahankan kondisi

kualitas air pada kisaran optimal. Amonia yang dihasilkan dari sisa pakan dan

metabolisme ikan dapat mengakibatkan penumpukan bahan organik yang

menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air (Putra dan Pamukas, 2011;

Prayogo et al., 2012). Untuk mempertahankan kualitas air agar tetap layak bagi

organisme akuatik salah satu cara dengan sistem resirkulasi. Sistem resirkulasi

mampu menurunkan tingkat konsentrasi amonia, hingga dalam kisaran 31-43%

(Djokosetiyanto et al., 2006; Putra dan Pamukas, 2011). Penggunaan sistem

Page 17: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

resirkulasi diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi, karena pemanfatan air

lebih ramah lingkungan untuk pertumbuhan ikan (Zonnefeld et al., 1991).

Sistem resirkulasi akuakulktur (Recirculation Aquaculture System)

merupakan sistem yang memanfaatkan ulang air yang telah digunakan dengan

meresirkulasinya melewati sebuah filter, sehingga sistem ini bersifat hemat air

(Sidik 1996). Filter di dalam sistem ini berfungsi mekanis untuk menjernihkan air

dan berfungsi biologis untuk menetralisasi senyawa amonia yang toksik menjadi

senyawa nitrat yang kurang toksik dalam suatu proses yang disebut nitrifikasi

(Spotte 1979).

2.3 Pengelolaan Kualitas Air

2.3.1 Filter Air

Filter adalah alat yang digunakan untuk menyaring air dengan tujuan

memperbaiki kualitas air agar bisa digunakan kembali (Darmayanti et al., 2011).

Filter berfungsi mekanis untuk menjernihkan air dan berfungsi biologis untuk

menetralisasi senyawa amonia yang toksik menjadi senyawa nitrat yang kurang

toksik dalam suatu proses yang disebut nitrifikasi (Widayat et al., 2010).

Filter dapat melakukan fungsinya dengan tiga cara yaitu menyerap,

berikatan, dan pertukaran ion. Serapan merupakan proses tertangkapnya suatu

partikel ke dalam stuktur media akibat dari pori-pori yang dimilikinya. Suatu

partikel menempel pada suatu permukaan yang disebabkan adanya perbedaan

muatan lemah di antara dua benda, dinamakan dengan proses adsorpsi. Sedangkan

pertukaran ion adalah proses dimana ion-ion yang terjerap pada suatu permukaan

filter dengan ion-ion lain yang berada dalam air (Silaban et al., 2012). Salah satu

Page 18: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

filter yang dapat digunakan seperti kerang, Menurut Kuncoro (2004) filter

berfungsi untuk menyaring kotoran, baik secara biologi, kimia maupun fisika.

Sistem filtrasi yang biasa digunakkan terdiri dari filter mekanik, kimia, biologi

dan pecahan karang (gravel).

2.3.2. Protein Skimmer

Protein skimmer adalah salah satu perangkat yang berfungsi untuk

memisahkan bahan padat terlarut dalam air dengan cara pengapungan melalui jasa

gelembung-gelembung udara yang ditiupkan kedalam suatu kolam air. Proses

pemisahan padatan terlarut dengan metode pengapungan dalam air, diharapkan

akan terjadi kontak antar partikel padatan dengan antar muka air-udara yang

terbentuk melalui gelembung udara, selanjutnya partikel padatan ini akan terbawa

kepermukaan air dan dibuang.

Prinsip kerja dari protein skimmer adalah menciptakan kontak antara

gelombang udara dengan koloid dan partikel-pertikel padatan.

2.3.3 Micro Bubble Generator

Micro Bubble Generator (MBG) adalah suatu alat yang berfungsi untuk

menghasilkan gelembung udara di dalam air dengan ukuran diameter kurang dari

200 µm.

Pemanfaatan dari teknologi micro bubble ini telah meluas ke berbagai

bidang industri. Pada industri perikanan digunakan untuk meingkatkan kadar

oksigen pada tambak atau kolam. Manfaat lain adalah untuk meningkatkan

kualitas air yang terpolusi buangan limbah.

Page 19: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

2.4. Udang vaname

2.4.1. Klasifikasi dan Morfologi Udang vaname

Menurut Wyban dan Sweeney (1991) dalam Farchan (2006) udang

vaname diklasifikasikan sebagai berikut:

Phylum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Ordo : Decapoda

Famili : Penaedea

Genus : Penaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) termasuk crustacea, ordo decapoda

seperti halnya udang lainnya, lobster dan kepiting. Decapoda dicirikan

mempunyai 10 kaki, carapace berkembang baik menutup seluruh kepala. Udang

Paneid berbeda dengan decapoda lainnya. Perkembangan larva dimulai dari stadia

naupli dan betina menyimpan telur didalam tubuhnya

Menurut Farchan (2006) tubuh udang vaname keseluruhan memiliki warna

putih agak mengkilap dengan titik-titik warna hitam yang menyebar disepanjang

tubuh udang. Bagian tubuh udang vaname dibagi dua bagian terdiri dari kepala

dan dada (cephalothorax) dan bagian perut (abdomen). Suharyadi (2011)

mengatakan udang penaeid mempunyai ciri khas yaitu: kaki jalan 1,2, dan 3

bercapit dan kulit chitin. Udang penaeid termasuk crustaceae yang merupakan

binatang air memiliki tubuh beruas-ruas, pada setiap ruasnya terdapat sepasang

Page 20: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

kaki. Udang vaname termasuk salah satu famili penaide dan dapat dibedakan

menjadi dua bagian yaitu: cephalothorax (bagian kepala dan badan yang

dilindungi carapace) dan abdomen (bagian perut terdiri dari segmen atau ruas-

ruas).

Gambar 1. Morfologi udang vaname

2.4.2. Larva Udang vaname

Naupli merupakan stadia paling awal pada stadia larva udang vaname,

kemudian berubah menjadi stadia zoea. Zoea merupakan stadia kedua pada larva

udang vaname, kemudian bermetamorfosa ke stadia mysis. Stadia mysis

merupakan stadia ketiga dari larva udang vaname yang merupakan stadia terakhir

pada larva udang vaname. Mysis mempunyai karakteristik menyerupai udang

dewasa, seperti bagian tubuh, mata, dan karakteristik ekornya. Stadia mysis akan

berakhir pada hari ke tiga atau hari keempat, dimana selanjutnya akan

bermetamorfosa menjadi post larva (PL), (Wyban and Sweeney, 1991).

Perkembangan larva udang vaname setelah telur menetas adalah sebagai berikut:

1. Stadia Nauplius

Page 21: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

Udang vaname memiliki empat stadia pertumbuhan yaitu Nauplius, Zoea,

Mysis, dan Post Larva. Pada stadia nauplius ini mengalami metamorphose

sebanyak 6 kali, yaitu Nauplius 1 sampai nauplius 6 dengan interval waktu 2-3

hari dengan ciri-ciri Nauplius dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ciri – ciri perkembangan nauplius udang vaname.

Stadia Nauplius Ciri-ciri

Nauplius 1

Badan bentuknya masih bulat telur, tetapi sudah

mempunyai anggota badan 3 pasang

Nauplius 2

Badan masih bulat tetapi pada ujung atenna

pertama terdapat selai rambut yang satu panjang

dan dua lainya pendek.

Nauplius 3

Tunas maxilla dan maxillaped mulai tampak,

demikian juga furcal yang jumlahnya dua buah

dan mulai jelas terlihat masing - masing 3 dari

spesiesnya

Nauplius 4

Pada antenna ke dua mulai tampak beruas - ruas

dan pada setiap fucal terdapat 4 buah

Nauplius 5

Organ pada bagian depan sudah mulai tampak

jelas disertai dengan tumbuhnya tonjolan.

Nauplius 6

Perkembangan bulu – bulu makin sempurna dan

pada furcal mulai makin panjang.

Page 22: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

Gambar 2. Fase nauplis udang vaname, (a. nauplis 1), (b. nauplis 2), (c. nauplis 3),

(d. Nauplis 4), (e. nauplis 5), (f. nauplis 6), (Wyban and Sweeney,

1991)

Stadia Nauplius akan mengalami perubahan menjadi zoea setelah

mencapai nauplius VI sehingga harus diberikan pakan alami agar pada saat

perpindahan stadia ke zoea makanan telah tersedia dimana pada stadia zoea

kuning telur yang dibawa sejak masih stadia Nauplius sudah habis.

2. Stadia Zoea

Stadia zoea bekembang selama 3-4 hari, tergantung pada kondisi

lingkungan dan pada stadia ini mengalami tiga kali metamorphose sebelum jadi

mysis dengan ciri-ciri dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Ciri - ciri perkembangan zoea.

Stadia Zoea Ciri-ciri

Zoea 1

Pipih mata dan carapaks mulai tampak, tampak

maxilla pertama dan kedua serta mulai berfungsi,

alat – alat pencernaan makanan tampak jelas

Zoea 2 Mulai bertangkai dan pada carapaks sudah

terlihat rostrum dan duri

Zoea 3 Sepasang yang bercabang 2 mulai berkembang

dan duri pada ruas – ruas perut mulai tumbuh.

Page 23: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

Gambar 3. Fase zoea udang vaname,(a. zoea 1), (b. zoea 2),(c.zoea 3),

(Wyban and Sweeney, 1991).

3. Stadia Mysis

Pada stadia zoea akan menjadi mysis setelah mangalami 3 kali pergantian

substadia dengan interval waktu 3-4 hari. Pada stdia mysis mirip dengan udang

dewasa namun bersifat planktonis dan bergerak mundur dengan cara

membengkokkan badannya dan lebih kuat berenang sehingga dapat mencari

dan menangkap makanannya. pada stadia mysis mengalami 3 kali metamorphose

dengan interval waktu 3-4 hari dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Ciri - ciri stadia Mysis.

Stadia Mysis Ciri-ciri

Mysis 1

Bentuk badan ramping dan memanjang seperti

udang muda, tapi kaki renang belum nampak.

Mysis 2

Tunas kaki renang mulai tampak tapi belum

beruas – ruas

Mysis 3 Tunas renang bertambah panjang dan beruas

Page 24: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

Gambar 4. Fase mysis udang vaname, (a. Mysis 1), (b.Mysis 2), (c.

Mysis 3), (Wyban and Sweeney, 1991).

4. Stadia Post Larva

Setelah lepas dari substadia mysis III selanjutnya menjadi post larva dan

mulai dinamakan PL1 dan seterusnya hingga PL siap panen yang biasanya

dipanen setelah menjadi PL12. Stadia post larva mempunyai ciri-ciri yaitu

mempunyai pleopoda yang berambut (stea) untuk berenang. Sejak PL1 akan

terhitung PL2 apabila terjadi pergantian kulit (moulting) dan begitu seterusnya.

Pada stadia ini yang perlu diperhatikan adalah kualitas air media pemeliharaan

harus tetap terjaga.

Gambar 5. Post larva udang vaname (Wyban and Sweeney, 1991).

Page 25: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

2.5. Pakan yang di berikan

Larva udang vaname diberi pakan komersial beryl 0-1 (ukuran crumble)

secara “blind feeding”. Pakan yang mengandung senyawa organik, seperti protein,

asam amino, dan asam lemak, maka udang akan merespon dengan cara mendekati

sumber pakan tersebut. Saat mendekati sumber pakan, udang akan berenang

menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Pakan langsung dijepit

menggunakan capit kaki jalan, kemudian dimasukkan ke dalam mulut.

Selanjutnya, pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan

(esophagus). Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna

secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulut (Ghufran, 2007).

2.6. Parameter Kualitas Air

Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan

pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji

kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas

air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan

sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi

alamiahnya.

2.6.1. Suhu

Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu

penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu

perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan

biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan

Page 26: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian

bila peningkatan suhu sampai ekstrim (Kordi dan Andi, 2010).

Udang akan mati jika berada pada suhu dibawah 15°C atau diatas 33°C

dalam waktu 24 jam atau lebih. Sub letal stres terjadi pada 15-22°C dan 30-

33°C. Temperatur optimum untuk udang vaname adalah antara 23 -

30°C. Efek temperatur terhadap pertumbuhan adalah perkembangan stadia dan

ukuran. Sebagai contoh, udang kecil (1 gram) tumbuh cepat dalam air hangat

(30°C), udang medium (12 gram) dan udang besar (18 gram) pertumbuhan

tercepat terjadi pada temperatur 27°C dari pada pada 30°C.

2.6.2. Salinitas

Udang vaname memiliki toleransi salinitas yang lebar, yaitu dari 2-40 ppt,

tapi akan tumbuh cepat pada salinitas yang lebih rendah, saat lingkungan dan

darah isoosmotik (Wyban et al. 1991). Supono (2008), menyatakan bahwa

salinitas merupakan salah satu aspek kualitas air yang memegang peranan

penting karena mempengaruhi proses pertumbuhan udang vaname.

2.6.3 DO (Oksigen Terlarut)

Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut

dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila

ketersediaannya didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka

segal aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai

kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan

Page 27: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

kebutuhan konsumtif yang terandung pada metabolisme udang. (Kordi dan

Andi,2009).

2.6.4. pH

Menurut Haliman dan Adijaya, (2005) bahwa derajat keasaman (pH) air

yang baik untuk budidaya udang vaname adalah 7,5–8,5. Selanjutnya Effendi

(2000) menyatakan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap

perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi

proses biokimiawi perairan, misal proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah.

2.6.5. Total Amonia Nitrogen (TAN)

Kandungan ammonia dalam tambak berasal dari sisa metabolisme hewan

air dan dari dekomposisi bahan organic dari bakteri (Boyd, 1991). Ammonia

merupakan senyawa nitrogen yang bersifat toksik bagi udang (Handojo, 1994).

Konsentrasi ammonia yang mampu ditolerir untuk kehidupan udang dewasa < 0,3

ppm (Ahmad, 1991 dan Boyd, 1989), dan ukuran benih < 0,1 ppm.

Page 28: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

3. METODE PENELITIAN

3.1.Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan selama 21 hari pada tanggal 13 April

sampai 5 Mei 2019 di Instalasi Tambak Percobaan (ITP) Punaga, BRPBAP3

Maros di Dusun Punaga, Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten

Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari wadah budidaya

terbuat dari tandon IBC kapasitas 1000 liter (1 m3), wadah filter adalah adalah

drum kecap industry ukuran 200 liter, timbangan digital untuk mengukur berat

larva. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian antara lain oksigen

terlarut/ dissolve oxygen (DO), pH, suhu, salinitas, dan amonia. Parameter DO,

pH, suhu, dan salinitas diukur dengan menggunakan Water Quality Meter YSI

series professional plus. Amonia diukur dengan menggunakan alat

spektrofotometer, lakban digunakan untuk memberi label pada wadah penelitian,

spidol untuk menulis penanda, dan perangkat aerasi, skimmer, pipa, mikro bubble

generator.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah larva udang vaname

probiotik, palkan 0-1, dan air laut.

Page 29: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

3.3. Penyiapan Wadah dan Media Pemeliharaan

Wadah yang dipakai penelitian di Instalasi Tambak Percobaan Punaga,

(BRPBAP3) Maros adalah tandon IBC kapasitas 1000 liter (1 m3), wadah filter

adalah drum kecap industry ukuran 200 liter, dengan ketinggian air maksimal

100 cm.

Sebelum menggunakan air sebagai media budidaya dilakukan beberapa

perlakuan yaitu di masukan ke dalam IPAL mini yang terdiri dari 3 bak yaitu

bak 1 dengan penambahan ijuk dan bata ringan, bak 2 diendapkan, bak 3

meletakan 2 pompa yaitu microbubble generator dan protein skimmer, kemudian

masuk pada wadah pentokolan udang dengan penambahan probiotik setiap lima

hari.

3.4. Penyiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian di Instalasi Tambak

Percobaan Punaga, (BRPBAP3) Maros adalah larva udang vanname (Litopeneaus

Vanname) dengan ukuran PL 10 (Phost larva) atau berat 0,001 gr/e yang

dipelihara di pentokolan selama 21 hari sampai berukuran PL 31 atau juvenil.

Benur ini berasal dari hatchery yang mempunyai sertifikat bebas penyakit, salah

satunya bebas penyakit dari WSSV (White Spot Syndrome Virus) Dari PT.Esa

Putli Prakarsa Utama (Benur Kita).

3.5. Pemeliharaan Hewan Uji

Dengan menggunakan system resirkulasi, selama pendederan di lakukan

pengelolaan kualitas air meliputi penambahan probiotik setiap lima hari dan

Page 30: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

pembuangan sludge setiap hari dimulai pada DOC-10 serta penambahan air baru

sesuai dengan volume yang terbuang. Selama pemeliharaan, larva udang vaname

diberi pakan komersial beryl 0-1 (ukuran crumble). dengan frekuensi pemberian

pakan dilakukan sebanyak 6 kali dalam sehari, yaitu pada pukul 07.00, 10.00,

13.00, 16.00, 19.00 dan 22.00 WITA.

3.6. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap

dengan masing - masing perlakuan 3 kali ulangan sebagai berikut:

Perlakuan A : Padat tebar 10.000 ekor/m3

Perlakuan B : Padat tebar 15.000 ekor/ m3

Perlakuan C : Padat tebar 20.000 ekor/ m3

Rancangan percobaan pada penelitian ini adalah rancangan percobaan

dengan 3 perlakuan. Pada penelitian ini menggunakan 9 bak yang masih-masing

di beri lebel A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1,C2, dan C3.

Parameter fisika yang diukur selama penelitian meliputi oksigen terlarut/

dissolve oxygen (DO), pH, suhu, dan salinitas. Parameter kimia yang diukur

adalah amonia. Parameter DO, pH, salinitas, dan suhu diukur secara in situ.

Pengukuran dilakukan dengan frekuensi dua kali dalam sehari selama

pemeliharaan. Pengambilan sampel amonia dilakukan pada hari ke-0, 10, dan 21.

3.7. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalan Sintasan. Kualitas air

sebagai parameter pendukung yang meliputi suhu, salinitas, pH dan DO. Masing

Page 31: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

masing Peubah yang diamati dalam penelitian ini dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

3.7.1. Sintasan

Sintasan udang selama masa pemeliharaan dapat di hitung dengan rumus

sebagai berikut (Effendi 1997):

Keterangan:

Nt : Jumlah udang di akhir pemeliharaan (ekor)

No : Jumlah udang di awal pemeliharaan (ekor)

3.7.2. Pengukuran Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, kandungan oksigen

terlarut (dissolved oxygen / DO), pH, salinitas dan amonia. Parameter suhu DO,

pH dan salinitas media pemeliharaan diukur setiap hari yaitu pada pagi dan sore

hari, Parameter kualitas air, satuan dan alat pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Parameter kualitas air, satuan dan alat pengukuran

Parameter Kualitas Air Satuan Alat Ukur

Suhu oC Termometer

Salinitas ppm Refraktometer

DO Mg/L DO meter

pH - pH meter

Amonia ppm Amonia Meter

Page 32: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

3.8 Analisis Data

Analisa data menggunakan aplikasi microsoft exel dan SPSS. Data yang

diperoleh dari pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, kemudian

dianalisis menggunakan analisis ANOVA dengan selang kepercayaan 95%.

Page 33: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sintasan (Survival rite)

Kelulushidupan (survival rate) merupakan presentase udang yang hidup dari

jumlah udang yang dipelihara selama masa pembesaran dalam suatu wadah

pembesaran. Kelulushidupan udang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

kualitas air, ketersediaan pakan yang sesuai dengan kebutuhan udang, kemampuan

untuk beradaptasi dan padat penebaran. Tingkat kelulushidupan dapat digunakan

dalam mengetahui toleransi dan kemampuan udang untuk hidup (Effendi, 1997).

Menurut Lakshamana dalam Armiah (2010) faktor yang mempengaruhi tinggi

rendahnya kelulushidupan udang yaitu faktor biotik antara lain kompetitor,

kepadatan populasi, umur dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan

perairan.

Berdasarkan hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa padat

penebaran berpengaruh nyata (0.00<0,05) terhadap nilai kelulushidupan larva

udang vaname. Perlakuan A (10.000) berbeda nyata dengan perlakuan B (15.000)

dan C (20.000). Hasil uji lanjut BNT menunjukkan bahwa perlakuan dengan padat

tebar 15.000 berbeda nyata dengan kepadatan 10.000 serta kepadatan 10.000 juga

berbeda nyata dengan kepadatan 20.000.

Berikut nilai kelulushidupan udang vaname dari awal hingga akhir

penelitian dari padat penebaran 10.000, 15.000, dan 20.000 disajikan pada

Gambar 6.

Page 34: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

. Gambar 6. Sintasan Litopenaeus vannamei

Sintasan biasanya dapat dilihat pada akhir pemeliharaan. Perlakuan dengan

padat penebaran yang berbeda mengakibatkan sintasan yang berbeda-beda.

Sintasan yang didapat selama penelitian pada perlakuan A (10.000) 85.3%, B

(15.000) 91.7%, dan C (20.000) 83.7%. nilai sintasan tersebut sudah termasuk

kedalam kategori yang baik. Dimana Sulvival Rate dikategorikan baik apabila

nilai SR > 70%, untuk SR Kategori sedang 50% - 60%, dan pada kategori rendah

nilai SR < 50% (Widagdo,2012).

Menurut Cahyono (2009), faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya

kelulushidupan dalam budidaya adalah faktor abiotic dan biotik. Faktor abiotik

diantaranya adalah faktor kimia, fisika air suatu perairan atau sering disebut

dengan kualitas air. Kualitas air yang baik akan menyebabkan proses fisiolagi

dalam tubuh udang berjalan dengan baik, sehingga mendukung pertumbuhan dan

tingkat kelulushidupan udang. Sedangkan faktor biotiknya adalah organisme yang

tidak sengaja berada didalam lingkungan perairan yang menjadi predator bagi

hewan budidaya misalnya hewan atau ikan liar lainnya.

78

80

82

84

86

88

90

92

94

A = 10.000 B = 15.000 C = 20.000

SINTASAN

Page 35: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

SR pada perlakuan A(10.000) dan C (20.000) lebih rendah dari pada

perlakuan B (15.000). Pada perlakuan A dengan jumlah padat tebar yang lebih

rendah yaitu 10ekor/l udang mampu memanfaatkan pakan yang tersedia dengan

lebih efisien karena lebih banyak bergerak. Namun, udang yang dipelihara dalam

kepadatan yang rendah akan lebih agresif sebagaimana pendapat dari Bardach et

al. (1972). Hal ini berakibat pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan

kelangsungan hidup mengalami penurunan yang selanjutnya terjadi kematian.

Sedangkan SR pada perlakuan C dengan padat tebar yang tinggi yaitu 20ekor/l

mengakibatkan peluang kontak antar individu terkait kanibalisme serta persaingan

pendapatan pakan lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Khishna et

al.(2015) bahwa peningkatan padat penebaran akan menurunkan sintasan udang

vaname. Selanjutnya sebagaimana pendapat dari Wedemeyer (1996) diacu oleh

Setiawan (2009) menyatakan bahwa peningkatan kepadatan akan berakibat

terganggunya proses fisiologis dan tingkah laku udang terhadap ruang gerak yang

pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan akibatnya

pemanfaatan makanan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup mengalami

penurunan. Stress akan meningkat cepat ketika batas daya tahan udang telah

tercapai atau terlewati. Dampak stress ini mengakibatkan daya tahan tubuh udang

menurun dan selanjutnya terjadi kematian

Hal ini menjelaskan bahwa padat penebaran yang optimal dari ketiga

perlakuan tersebut ditunjukkan pada perlakuan B yaitu 15.000 atau 15ekor/l

(91.7%) yang menghasilkan respon maksimal terhadap sintasan udang vaname

Page 36: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

terkait dengan kompetisi pemanfaatan ruang, peluang kontak antar individu terkait

kanibalisme, serta persaingan pendapatan pakan.

4.2. Kualitas Air

Hasil pengukuran parameter kualitas air selama masa pemeliharaan

Litopenaeus vannamei disajiakan pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Pengukuran Kualitas Air

Parameter Kisaran Kelayakan Referensi

Suhu 28 - 31°C 23 - 30°C Liao et al. 1986

Salinitas 29 - 32 ppt 2-40 ppt Wyban et al. 1991

DO 3.1- 4.35 ppm 2-5 ppm Anonimous, 2004

Ph 7.9 - 8.25 7.5 - 8.5 Haliman et al. 2005

Amonia 0.3 – 0.4 0.01 – 0.05 Ebeling, 2006

Pada kegiatan budidaya udang vaname air merupakan media untuk hidup,

maka kualitas air yang baik dan ideal sangat diperlukan untuk menunjang

keberhasilan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei). Pengukuran

kualitas air pada penelitian ini adalah suhu, salinitas, oksigen terlarut (DO), Ph,

dan ammonia.

Menurut Liao et al. (1986) suhu optimum untuk udang vaname adalah antara

23 - 30°C. Udang akan mati jika berada pada suhu dibawah 15°C atau diatas 33°C

dalam waktu 24 jam atau lebih. Sub letal stres terjadi pada 15-22°C dan 30-

33°C. Efek temperatur terhadap pertumbuhan adalah perkembangan stadia dan

ukuran. Dari hasil pengukuran pada penelitian didapatkan suhu berkisar antara

28°C - 31°C. keadaan suhu yang mencapai 31°C pada kolam budidaya disebabkan

pada siang hari matahari bersinar terik, sementara wadah budidaya udang vaname

Page 37: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

berada di luar ruangan yang tidak di atapi. Langkah yang dilakukan yaitu dengan

meningkatkan permukaan air, hal tersebut dilakukan untuk meredam suhu yang

memapari permukaan air.

Supono (2008), menyatakan bahwa salinitas merupakan salah satu aspek

kualitas air yang memegang peranan penting karena mempengaruhi proses

pertumbuhan udang vaname. Udang vaname memiliki toleransi salinitas yang

lebar, yaitu dari 2-40 ppt, tapi akan tumbuh cepat pada salinitas yang lebih rendah

(Wyban et al. 1991). Dari hasil pengukuran pada wadah penelitian didapatkan

salinitas dengan kisaran 29 - 32 ppt, maka salinitas tersebut sesuai dengan yang

dibutuhkan oleh udang vaname.

Kebutuhan oksigen pada udang mempunyai kepentingan pada dua aspek,

yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang

terkandung pada metabolisme udang. (Kordi dan Andi,2009). Dari hasil

pengukuran oksigen terlarut pada penelitian didapatkan DO dengan nilai 3.1 -

4.35 ppm. Menurut Anonimous (2004) kisaran DO yang baik untuk udang vaname

adalah kisaran 2-5 ppm. Maka nilai DO pada penelitian udang vaname sesuai

dengan DO yang dibutuhkan oleh udang vaname (Litopenaeus vannamei).

Kisaran pH yang didapat selama penelitian yaitu 7.9 - 8.25. Menurut

Haliman dan Adijaya, (2005) bahwa derajat keasaman (pH) air yang baik untuk

budidaya udang vaname adalah 7,5–8,5. Maka nilai pH pada penelitian udang

vaname sesuai dengan pH yang dibutuhkan oleh udang vaname (Litopenaeus

vannamei). Selanjutnya Effendi (2000) menyatakan bahwa sebagian besar biota

akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8,5.

Page 38: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa padat tebar yang berbeda

pada pendederan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan sistem

resirkulasi pada wadah ukuran 1 ton, berpengaruh terhadap kelulushidupan larva

udang vaname. Perlakuan dengan padat tebar yang optimal terdapat pada padat

tebar 15.000 ekor/wadah dengan nilai sulvival rite yaitu 91.7%, sedangkan 85.3%

pada kepadatan 10.000 ekor/wadah, dan 83.7% pada kepadatan

20.000ekor/wadah.

5.1 Saran

Adapun saran penelitian selanjutnya dalam melakukan pendederan larva

udang vanname dengan sisem resirkulasi di ruang terbuka sebaiknya

menggunakan atap atau waring untuk menutup wadah penelitian untuk

mengurangi kontaminasi dengan lingkungan luar.

Page 39: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, R. L., Hudaidah, S., & Supono. (2015). Keragaan Udang Putih

(Litopenaeus Vannamei) Pada Densitas Yang Berbeda Dengan Sistem

Bioflok Pada Fase Pendederan. E-Jurnal Rekayasa Dan Teknologi

Budidaya Perairan, III(2), 367-374.

Amri, Khairul dan Iskandar Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname secara

Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional. Jakarta: Gramedia.

Bardach, J. E., J.H. Ryther and W.O.Mc Larney. 1972. Aquaculture, the farming

husbandary of freshwater and marine organism. John wiley and sons. New

York.

Boyd, C.E. & Clay, J.W. (1991). Evaluation of Belize Aquaculture, Ltd: A

Superintensive Shrimp Aquaculture Systems. Report prepared under the

World Bank, NACA, WWF and FAO Consortium Program on Shrimp

Farming and the Environment. Work in Progress for Public Discussion.

Published by the Consortium, 17 pp.

Darmayanti, L, Yohanna L., dan Josua, MTS. 2011. Pengaruh Penambahan Media

Pada Sumur Resapan Dalam Memperbaiki Kualitas Air Limbah Rumah

Tangga. Jurnal Sains dan Teknplogi, X (2): 61-66.

Djunaedi, A., Susilo, H., & Sunaryo. (2016). Kualitas Air Media Pemeliharaan

Benih Udang Windu (Penaeus monodon) Dengan Sistem Budidaya yang

Berbeda, 19 (November). 171-173.

Djokosetiayanto, D., A. Sunarma., & Widanarn. (2006). Perubahan Ammonia

(NH3-N), Nitrit (NO2-N) dan Nitrat (NO3-N) Pada Media [emeliharaan

Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) di dalam Sistem Resirkulas. Jurnal

Akuakultur Indonesia 5 (1): 13-20.

Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air. Manajemen Sumberdaya Perairan.

Fakultas. Perikanan dan Ilmu Kelautan. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.

Effendie, M.I. 1979. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara.

Effendi, I. 1997. Metode Biologi, Perikanan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 112

hlm.

Fauzzia, M., R. Izza, dan W . Nyoman. 2013. Penyisihan Amoniak dan

Kekeruhan Pada Sistem Resirkulasi Budidaya Kepiting Dengan

Teknologi Membran Biofilter. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri,

II(2): 155-161.

Page 40: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

FAO] Food and Agiculture Organization. 2017. Increased production of farmed

shrimp leads to improved international trade. http://www.fao.org/in-

action/globefish/market-reports/resource detail/en/c/989543.

Farchan, M. 2006. Teknik Budidaya Udang Vaname. BAPPL SekolahTinggi

Perikanan, Serang.

Ghufron, H. M. dan Kordi K. 2017. Budidaya Nila Unggulan. PT Agromedia.

Jakarta.

Haliman, R.W. dan Adijaya, D. 2005.Udang Vannamei. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Kordi, K.M.G.H. 2010. Pakan Udang. Akademia. Jakarta.

Liao, I.C. dan Murai, T., 1986. Effects of dissolved oxygen, temperatur, and

salinity on the oxygen consumption of grass shrimp, Penaeus monodon.

In:Maclean, J.L., Dizon, L.B. and Hosillos, L.VV. (Eds): The First Asian

Forum. Asian Fisheries Society, Manila, Philipi

nnes, p : 641-646

Prayogo, Beodi, S.R., dan Abdul M. 2012. Eksplorasi Bakteri Indigen Pada

Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Sistem Resirkulasi Tertutup.

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, IV(2): 193-197.

Putra, i., dan N.A. Pamungkas. (2011). Pemeliharaan Ikan Selais (Ompok sp.)

dengan Resirkulasi, Sistem Aquaponik. Jurnal Perikanan dan Kelautan,

16(1): 125-131.

Sidik, A.S. (2002). Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Laju Nitrifikasi Dalam

Budidaya Ikan Sistem Resirkulasi Tertutup. Jurnal Aquakultur Indonesia

1(2): 47-51.

Silaban, T,F., L. Santoso., dan Suparmono. 2012. Dalam Peningkatan Kerja Filter

Air untuk Menurunkan Konsetrasi Amonia pada Pemeliharaan Ikan Mas

(Ciprinus carpio). Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan,

1(1): 47-56.

Spotte, S. 1979. Sea Water Aquarium.the Captive Environment.John Wiley and

Sons Inc. NewYork-Christer-Brisbane-Toronto.

Suantika, G., (2000), Development of a Recirculation System for The Mass

Culturing of The Rotifer Brachionusplicatilis, Ph. D Thesis in

Suharyadi.2011.Budidaya Udang Vanname (Litopeneaus vanname).Kementerian

Kelautan Perikanan.Jakarta.hal.3-6,32.

Page 41: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

Supono W, 2008. Evaluasi Budidaya Udang putih (Litopenaeus vannamei)

dengan meningkatkan kepadatan tebar di tambak intensif. Fakultas

Pertanian Univ, Lampung.

Sutanto, I. 2005. Kesuksesan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei). Di

Lampung. dalam A. Sudrajat,Z.I.Azwar, L.E. Hadi. Haryati .N. A. Giri

dan G. Sumiarsa. 2005. Buku Perikanan Budidaya Berkelanjutan. Pusat

Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan 67 – 72.

Suwoyo, H.S., Makmur, & Tahe, S. (2014). Keragaman hasil panen udang

vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak superintensif. Prosiding

Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

UGM, 30 Agustus 2014, RB-18, 289-297.

Tonnek, S., Manggampa, M., & Muslimin. (2006). Pentongkolan Udang Windu,

Penaeus monodon Dengan Kepadatan Berbeda dalam Keramba Jaring

Apung (KJA) Di Laut. Jurnal Riset Akuakultur, 1(1), 55-60

Widayat, W . Suprihatin., dan Ari Herlambang. 2010. Penyisihan Amoniak Dalam

Upaya Meningkatkan Kualitas Air Baku PDAM-IPA Bojong Renged

Dengan Proses Biofilter Menggunakan Media Plastik Tipe Sarang Tawon.

Jurnal Teknologi Industri Pertanian, VI(1):62-76.

Widagdo, D. 2012. Budidaya Gurame di Kolam Sempit. Klaten. PT Hafamira.

Wyban, James A., Sweny, James N., 1991. Intensif Shrinp Production Teknology.

The Oceanic Institut. Hawaii.

Zonneveld, N. E. A., Huisman, J. H. Boon. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.

Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 318 hal.

Page 42: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil penelitian selama 21 hari Litopenaeus vannamei

1.1 Sintasan Litopenaeus vannamei

Penebaran Sintasan

1

Sintasan

2

Sintasan

3 Jumlah

Rata-rata

sintasan

10.000 73% 97% 86% 257 86%

15.000 83% 97% 95% 2.7532 92%

20.000 87% 80% 84% 2.51 84%

1.2. Tabel Test of Homogeneity of Variances

Test of Homogeneity of Variances

SINTASAN

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.582 2 6 .588

1.3. Tabel Oneway ANNOVA Sintasan

ANOVA

SINTASAN

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.029E8 2 5.144E7 48.907 .000

Within Groups 6310721.333 6 1051786.889

Total 1.092E8 8

Page 43: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

1.4 Tabel Multiple Comparisons

Multiple Comparisons

Dependent Variable:SINTASAN

(I) PERLAKUAN

(J)

PERLAKUAN

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD 10.000 15.000 -5212.333* 837.372 .002 -7781.62 -2643.05

20.000 -8179.667* 837.372 .000 -10748.95 -5610.38

15.000 10.000 5212.333* 837.372 .002 2643.05 7781.62

20.000 -2967.333* 837.372 .028 -5536.62 -398.05

20.000 10.000 8179.667* 837.372 .000 5610.38 10748.95

15.000 2967.333* 837.372 .028 398.05 5536.62

Bonferroni 10.000 15.000 -5212.333* 837.372 .002 -7965.16 -2459.51

20.000 -8179.667* 837.372 .000 -10932.49 -5426.84

15.000 10.000 5212.333* 837.372 .002 2459.51 7965.16

20.000 -2967.333* 837.372 .036 -5720.16 -214.51

20.000 10.000 8179.667* 837.372 .000 5426.84 10932.49

15.000 2967.333* 837.372 .036 214.51 5720.16

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

1.5 Parameter Kualitas Air

Parameter Kisaran Kelayakan Referensi

Suhu - 23 - 30°C Liao et al. 1986

Salinitas 29 - 32 ppt 2-40 ppt Wyban et al. 1991

DO 3.1 - 4.35 ppm 2-5 ppm Anonimous, 2004

pH 7.9 - 8.25 7.5 - 8.5 Haliman et al. 2005

amonia 03-04 0.01 – 0.05 Ebeling, 2006

Page 44: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

Lampiran 2. Foto Kegiatan Penelitian

Sampling Udang Vannam

Penyaringan Air

Pengukuran kualitas air

Page 45: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

Pemberian pakan

Panen

Page 46: OPTIMASI PADAT TEBAR PADA PENDEDERAN UDANG VANAME ...

RIWAYAT HIDUP

Muskilatu Rahmi., Lahir pada tanggal 7

Februari 1997 di Kabupaten Soppeng Provinsi

Sulawesi Selatan. Penulis merupakan anak ke 4 dari

6 bersaudara, dari pasangan Hasanuddin dan

Yuniati.

Penulis pertama kali masuk pendidikan Formal

di TK Ciddai Citta Kabupaten Soppeng pada tahun 2000 dan tamat pada tahun

2003. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 96 Citta dan tamat

pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP

4 Liliriaja dan tamat pada tahun 2012. Setelah tamat SMP, penulis melanjutkan ke

SMA Negeri 1 Liliriaja dan tamat pada tahun 2015. Dan pada tahun yang sama

penulis terdaftar sebagai Mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Makassar

Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian melalui Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB).