Ontologi... · Web viewlebih jelas, mari kita lihat contoh berikut ini. Contoh konkret dari sebuah...

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era reformasi sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 63 tahun yang lalu disambut dengan lahirnya sebuah konsepsi kenegaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila. Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia. Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang 1

Transcript of Ontologi... · Web viewlebih jelas, mari kita lihat contoh berikut ini. Contoh konkret dari sebuah...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam

era reformasi sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 63 tahun

yang lalu disambut dengan lahirnya sebuah konsepsi kenegaraan yang

sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.

Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya.

Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan

ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa

selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan,

juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta

sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari,

dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara

Republik Indonesia.

Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat

Indonesia, terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1

Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD

1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor

12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan

yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak

mudah terombang-ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan

bernegara, sudah barang tentu perlu memiliki dasar negara dan ideologi

negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan

rapuh.

1

Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai

bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam

pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang

lebih bermartabat dan berbudaya tinggi.

Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber acuan dalam menyusun etika

kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia, maka Pancasila juga

sebagai paradigm pembangunan, maksudnya sebagai kerangka pikir,

sumber nilai, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu

perkembangan perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan mempunyai arti

bahwa Pancasila sebagai sumber nilai, sebagai dasar, arah dan tujuan dari

proses pembangunan. Untuk itu segala aspek dalam pembangunan nasional

harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila dengan

mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten

berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia.

Dalam berbagai sudut pandang mengenai teori pancasila tidak

dapat dielakkan lagi bahwa pancasila merupakan pandangan hidup bangsa

indonesia, maka penulis merujuk pada kajian antologis, epistemologis, dan

aksiologi pancasila dalam menyusun beberapa kalimat yang tingkat

relevansinya mencapai topik makalah yang akan dibuat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penulis merumuskan masalah

mengenai pendekatan ontologi terhadap sistem ekonomi pancasila.

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem

Kata Sistem awalnya berasal dari bahasa Yunani (sustēma) dan

bahasa Latin (systēma). Berikut ini ada beberapa pengertian sistem yang

diambil dari berbagai sumber.

1. Pengertian dan definisi sistem adalah suatu kesatuan yang

terdiri atas komponen atau elemen yang saling berinteraksi,

saling terkait, atau saling bergantung membentuk keseluruhan

yang kompleks.

2. Kesatuan gagasan yang terorganisir dan saling terikat satu

sama lain.

3. Kumpulan dari objek atau fenomena yang disatukan bersama

untuk tujuan klasifikasi atau analisis.

4. Adanya suatu kondisi harmonis dan interaksi yang teratur.

Mengacu pada beberapa definisi sistem di atas, dapat juga

diartikan, sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling

berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan

bersama untuk mencapai suatu tujuan.

Dalam definisi yang paling umum, sebuah sistem adalah

sekumpulan objek/benda yang memiliki hubungan diantara mereka. Biar

3

lebih jelas, mari kita lihat contoh berikut ini. Contoh konkret dari sebuah

sistem diantaranya:

• Organ tubuh manusia yang membentuk beragam sistem. Sistem

pernafasan, sistem pencernaan, sistem eksresi, sistem saraf, sistem

kerangka, dll.

• Komponen elektronik komputer yang membentuk sistem

komunikasi, sistem perangkat lunak, sistem perangkat keras, sistem

jaringan, dll.

• Rakyat Indonesia yang membentuk beragam sistem di Negara

kita. Sistem pemerintahan, sistem keamanan, sistem hukum, sistem

kebudayaan, dll.

Sistem ekonomi adalah suatu susunan dari unsur-unsur ekonomi

yang saling berhubungan dan bekerja sama sebagai satu kesatuan untuk

mencapai tujuan bersama, yaitu terpenuhinya kebutuhan yang bersifat

materi. Tujuan dari system ekonomi adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat suatu Negara. Sistem ekonomi negara-negara di

seluruh tidaklah sama. mereka menerapkan sistem yang sesuai dengan

situasi dan kondisi negaranya masing-masing.

B. Pengertian Ekonomi Pancasila

Sistem ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi yang didasarkan

pada Pancasila, terutama sila ke 5, dan Undang-Undang Dasar pasal 33.

Sistem Ekonomi Komando, Sistem Ekonomi Pasar, dan Sistem Ekonomi

Campuran adalah tiga sistem ekonomi yang secara umum dikenal di

seluruh dunia. Bagaimana dengan sistem ekonomi yang berlaku di

Indonesia? Indonesia tidak menganut Sistem Ekonomi Komando, Sistem

4

Ekonomi Pasar, maupun Sistem Ekonomi Campuran. Sistem ekonomi

yang diterapkan di Indonesia adalah Sistem Ekonomi Pancasila, yang di

dalamnya terkandung demokrasi ekonomi maka dikenal juga dengan

Sistem Demokrasi Ekonomi.

Demokrasi Ekonomi berarti bahwa kegiatan ekonomi dilakukan

dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pengawasan pemerintah hasil

pemilihan rakyat. Dalam pembangunan ekonomi masyarakat berperan

aktif, sementara pemerintah berkewajiban memberikan arahan dan

bimbingan serta menciptakan iklim yang sehat guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Salah satu ciri positif demokrasi ekonomi

adalah potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara

dikembangkan dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan

umum. Negara sangat mengakui setiap upaya dan usaha warga negaranya

dalam membangun perekonomian.

Dari berbagai penelusuran dan pengalaman di lapangan maka kami

memiliki pendapat bahwa, Sistem Ekonomi Pancasila adalah sistem

ekonomi yang mengandung nilai-nilai strategis budaya bangsa yaitu

kekeluargaan dan kemandirian sebagai ciri strategis budaya bangsa.

Ciri-ciri ekonomi pancasila:

1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah.

Contoh hajad hidup orang banyak yakni seperti air, bahan bakar

minyak / BBM, pertambangan / hasil bumi, dan lain sebagainya /

negara menguasai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya.

2. Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga

dengan peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak

mendominasi. Sehingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal

maupun sistem ekonomi komando. Kedua pihak yakni pemerintah dan

5

swasta hidup beriringan, berdampingan secara damai dan saling

mendukung.

3. Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi

dilakukan oleh semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh

anggota masyarakat.

4. Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena

didasari atas asas kekeluargaan antar sesama manusia.         

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Ekonomi Pancasila

Kelebihan :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas

kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan mengusasi hajat

hidup rakyat banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai

oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

4. Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan

permuwakafan lembaga perwakilan rakyat serta pengawasan terhadap

kebijakannya ada pada lembaga perwakilan rakyat pula.

5. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang

dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang

layak.

6. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh

bertentangan dengan kepentingan masyarakat.

7. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara diperkembangkan

sepenuhnya dalam batas yang tidak merugikan kepentingan umum.

8. Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.

Kekurangan :

6

Adapun ciri negatif yang harus dihindari dalam sistem

perekonomian kita karena bersifat kontradiktif dengan nilai-nilai dan

kepribadian bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Sistem ”Free Fight Liberalism”, yang menumbuhkan eksploitasi

manusia dan bangsa lain.

2. Sistem ”Etatisme”, negara sangat dominan serta mematikan potensi dan

daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.

3. Pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam bentuk

monopoli yang merugikan masyarakat.

C. Pengertian Ontologi

Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua

kata, yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan  logi berarti ilmu

pengetahuan atau ajaran. Maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau

ajaran tentang keberadaan.[1]

Namun pada dasarnya term ontologi pertama kali diperkenalkan

oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. untuk menamai teori tentang

hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembanganya Cristian

Wolff membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan

metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari

ontologi.[2]

Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang ada yang

mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai (yang

dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Nama lain untuk

teori hakikat ialah teori tentang keadaan. Hakikat ialah realitas, realitas

ialah kerealan, real artinya kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah

kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan

sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang meberubah.[3]

7

Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara

fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas (wujud)  dari kategori-

kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisik, hal universal,

abstraksi) dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional. ontologi dianggap

sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan

dalam hal pemakaianya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori

mengenai apa yang ada.

Ontologi sering diindetikan dengan metafisika yang juga disebut

proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang

bahasanya adalah hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab akibat,

realita, atau Tuhan dengan segala sifatnya.[4]

Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang

filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala

sesuatu yang ada.

Para ahli memberikan pendapatnya tentang realita itu sendiri,

diantaranya Bramel. Ia mengatakan bahwa ontologi ialah interpretasi

tentang suatu realita dapat bervariasi, misalnya apakah bentuk dari suatu

meja, pasti setiap orang berbeda-beda pendapat mengenai bentuknya,

tetapi jika ditanyakan bahanya pastilah meja itu substansi dengan kualitas

materi, inilah yang dimaksud dari setiap orang bahwa suatu meja itu suatu

realita yang kongkrit. Plato mengatakan jika berada di dua dunia yang kita

lihat dan kita hayati dengan kelima panca indra kita nampaknya cukup

nyata atau real.

Adapun mengenai objek material ontologi ialah yang ada, yaitu ada

individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada

mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian

maupun sumber segala yang ada. Objek formal ontologi adalah hakikat

seluruh realitas, bagi pendekatan kualitif, realitas tranpil dalam kuantitas

atau jumlah, telaahnya menjadi telaah monism, paralerisme atau

plurarisme.[5]

8

Fungsi dan manfaat mempelajari ontologi sebagai cabang filsafat ilmu

antara lain:

Pertama : berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang garapan,

konsep-konsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu. Di antara

asumsi dasar keilmuan antara lain:       

(1)     dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar-

benar ada.

(2)    dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan pancaindera.

(3)    fenomena yang terdapat di di dunia ini berhubungan satu dengan

lainnyasecara kausal.

Kedua: Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia

yang integral, komphrehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya

mengkaji hal-hal yang khusus untuk dikaji secara tuntas yang pada

akhirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang objek

telaahannya, namun pada kenyataannya kadang hasil temuan ilmiah

berhenti pada simpulan-simpulan yang parsial dan terpisah-pisah. Jika

terjadi seperti itu, ilmuwan berarti tidak mampu mengintegrasikan

pengetahuan tersebut dengan pengetahuan lain.

Ketiga: Ontologi memberikan masukan informasi untuk mengatasi

permasalahan yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.

Pembagian objek kajian ilmu yang satu dengan lainnya kadang

menimbulkan berbagai permasalahan, di antaranya ada kemungkinan

terjadinya konflik perebutan bidang kajian, misalnya ilmu bioetika itu

masuk disiplin etika atau disiplin biologi. Kemungkinan lain adalah justru

terbukanya bidang kajian yang sama sekali belum dikaji oleh ilmu apa pun.

Dalam hal ini ontologi berfungsi membantu memetakan batas-batas kajian

ilmu. Dengan demikian berkembanglah ilmu-ilmu yang dapat diketahui

manusia itu dari tahun ke tahun atau dari abad ke abad.

9

D. Pendekatan Ontologis Terhadap Sistem Ekonomi Pancasila

Aspek Ontologis

Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan

(eksistensi) segala sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual, metafisik,

termasuk kehidupan sesudah mati, dan Tuhan. Ontologi Pancasila

mengandung azas dan nilai antara lain:

Tuhan yang mahaesa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi

ketuhanan bersifat religius, supranatural, transendental dan

suprarasional;

Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak

terbatas, dengan wujud dan hukum alam, sumber daya alam yang

merupakan prwahana dan sumber kehidupan semua makhluk: bumi,

matahari, zat asam, air, tanah subur, pertambangan, dan sebagainya;

Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku, nasional, umat

manusia (universal). Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik

personal maupun nasional, merdeka dan berdaulat. Subyek pribadi

mengemban identitas unik: menghayati hak dan kewajiban dalam

kebersamaan dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan alam dan

sesama manusia), sekaligus secara sosial-vertikal universal dengan

Tuhan. Pribadi manusia bersifat utuh dan unik dengan potensi jasmani-

rohani, karya dan kebajikan sebagai pengemban amanat keagamaan;

Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian

manusia yang unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal

adalah perwujudan martabat dan kepribadian manusia: sistem nilai,

sistem kelembagaan hidup seperti keluarga, masyarakat, organisasi,

negara. Eksistensi kultural dan peradaban perwujudan teleologis

manusia: hidup dengan motivasi dan cita-cita sehingga kreatif,

produktif, etis, berkebajikan;

10

Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem

kenegaraan yang merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat,

kepribadian dan kewibawaan nasional. Sistem kenegaraan yang

merdeka dan berdaulat merupakan puncak prestasi perjuangan bangsa,

pusat kesetiaan, dan kebanggaan nasional.

Secara garis besar, interelasi

eksistensi manusia sebagai

pribadi dan warganegara, yang

menghayati kedudukan dan

fungsinya, hak dan kewajibannya

untuk berbakti dan mengabdi

dapat digambarkan sebagai

berikut:

T Eksistensi Tuhan yang mahaesa sebagai sumber semua eksistensi,

sumber motivasi dan cita-cita kebajikan, puncak proses teleologis

eksistensi kesemestaan. Subyek manusia – sadar atau tidak – menuju

dan kembali kepada-Nya.

AS Eksistensi Alam Semesta, sebagai prawahana kehidupan manusia

dan makhluk semesta.

SM Eksistensi Subyek Manusia yang unik, mandiri, merdeka,

berdaulat, dengan potensi martabat dan kepribadian yang mengemban

amanat ketuhanan/ keagamaan, sosial, nasional dan kemanusiaan.

SB Eksistensi Sosio-Budaya sebagai kreasi, karya dan wahana

kehidupan manusia.

SK Eksistensi Sistem Kenegaraan sebagai perwujudan puncak

prestasi bangsa-bangsa; perwujudan identitas nasional, kemerdekaan,

kedaulatan dan kewibawaan nasional.

P Pribadi manusia, sebagai eksistensi tunggal, utuh dan unik, berada

dalam antarhubungan fungsional dengan semua eksistensi horisontal.

11

Artinya, pribadi berada di dalam, dipengaruhi dan untuk semua

eksistensi horisontal itu. Secara khusus dengan Tuhan yang mahaesa,

pribadi manusia menghayati hubungannya dengan Tuhan secara

secara vertikal sebagai sumber motivasi dan harapan, rohani, religius.

Ekonomi Pancasila disebut juga sebagai ekonomi yang berasaskan

kekekeluargaan, kegotong-royongan dan kerjasama. Ini adalah nilai-nilai

tradisional yang bersumber pada budaya Indonesia. Tapi asas kekeluargaan

ini, yang berdasarkan kepada solidaritas mekanis, telah ditransformasikan

menjadi solidaritas fungsional, dengan nilai-nilai individualita dalam

lembaga koperasi. Jika itu ciri Ekonomi Pancasila maka ini tergolong

dalam aliran Merah Muda atau Nordic. Lagi pula, sistem koperasi yang

dibawa oleh Hatta, dipelajarinya ketika ia berkunjung ke negara-negara

Skandinavia pada tahun 1926 bersamasama dengan Dr. Samsi. Selain itu,

pasal 33 UUD 1945, menyebutkan bahwa cabang-cabang penting

kebutuhan rakyat dikuasai oleh negara, sehingga melahirkan BUMN. Jika

ini juga ciri Ekonomi Pancasila, maka Ekonomi Pancasila mengikuti

model negara kesejahteraan Eropa Barat. Hal ini lebih menegaskan,

bahkan Ekonomi Pancasila tergolong ke dalam aliran Merah Muda.

Peranan negara dalam wujud perencanaan pusat (central planning agency)

yang dilembagakan dalam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(Bappenas) yang masih terus bekerja hingga sekarang, menunjukkan pula

bahwa Ekonomi Indonesia mengambil unsur Merah. Namun, Indonesia

juga mengakui peranan sektor swasta termasuk asing. Pada masa Ekonomi

Terpimpin (1960-1965) mulai berkembang perusahaan-perusahaan swasta

besar. Pada masa Orde Baru (1966-1998), sangat menonjol peranan

konglomerasi dan perusahaan-perusahaan multinasional hingga sekarang.

Indonesia juga menganut rezim devisa bebas dan perdagangan bebas

dengan luar negeri. Ini merupakan ciri aliran Biru. Tidak terlalu salah jika

Ekonomi Indonesia (yang sebagian menyimpang dari Pancasila) sebagai

12

realitas ekonomi, merupakan kombinasi dari aliran Merah dan Biru dan

Hijau sehingga menjadi aliran Merah Muda. Cuma dalam aliran Merah

Muda Galtung, warna-warna itu adalah warna-warna yang lemah atau

kombinasi yang lemah dari tiga warna itu.

Di sini kita melihat adanya kontradiksi antara Ekonomi Pancasila

dan realitas Ekonomi Indonesia. Itulah maka, Mubyarto, Sri-Edi Swasono

dan Sritua Arief, melakukan kritik yang tajam terhadap realitas Ekonomi

Indonesia yang bercorak kapitalis. Gambaran yang kontradiktif tersebut

menggambarkan kesulitan ontologis Ekonomi Pancasila. Hal yang perlu

dilakukan adalah penelitian, khususnya penelitian sejarah perekonomian

Indonesia, sehingga menghasilkan sejarah ekonomi Indonesia,

sebagaimana telah dihasilkan oleh Celso Furtado mengenai sejarah

ekonomi Brazil. Pengembangan teori dependensia di Amerika Latin

sebenarnya bisa dijadikan acuan. Pada mulanya, teori ketergantungan

dilontarkan dalam wujud kritik. Tapi hal ini dilanjutkan dengan studi

historis dan sosiologis mengenai perekonomian negara-negara Amerika

Latin. Itupun hingga sekarang belum ditemukan konsep pembangunan

ekonomi yang mandiri, apalagi diwujudkan. Banyak negara-negara

Amerika Latin masih bergantungdan didominasi oleh kekuatan ekonomi

kapitalis dari utara.

Jika tidak dilakukan penelitian historis-sosiologis terhadap perekonomian

Indonesia, maka kesan yang lebih menonjol adalah bahwa perekonomian

Indonesia sebenarnya adalah perekonomian kapitalis. Itulah sebabnya

banyak ekonom yang terlibat dalam analisis-analisis ekonomi Indonesia

kontemporer, tidak bisa melihat berbedaan Ekonomi Pancasila dan

Ekonomi Rakyat. Menurut Galtung aliran Merah sebenarnya bukanlah

ekonomi yang

berdasarkan pada teori Marxisme, melainkan reaksi dan negasi terhadap

aliran Biru melalui improvisasi-improvisasi (Sosialisme Uni Soviet lebih

merupakan Leninisme daripada Marxisme, sedangkan ekonomi Sosialis

13

Cina lebih merupakan Maoisme daripada Marxisme). Hal ini disebabkan

karena Marxisme lebih menonjolkan sebagai teori kritis terhadap

kapitalisme. Karena itu mereka hingga kini belum menghasilkan konsep

alternatif. Aliran Merah Muda justru lebih merupakan alternatif.

Sedangkan aliran Kuning adalah kombinasi aliran Biru dan Merah, sehinga

juga merupakan aliran alternatif yang berhasil, tetapi mengandung warna

Biru maupun Merah secara kuat. Kecenderungan ini diikuti oleh Indonesia

tetapi yang hanya secara lemah menyerap beberapa aliran itu.

Ekonomi Pancasila perlu mengambil pelajaran dari pengalaman,

dalam arti, tidak hanya merupakan kritik dan reaksi terhadap aliran Biru

dan akhirakhir ini terhadap aliran Merah. Ternyata model Kuning cukup

berhasil, karena dengan tegas dan tidak tanggung-tanggung menyerap

kekuatan unsur Biru dan Merah. Tapi dalam kenyataan, Ekonomi

Indonesia dalam realitas lebih dekat dengan aliran Merah Muda walaupun

secara lemah dan tanggung-tanggung menyerap berbagai unsur itu.

Melihat wacana Ekonomi Pancasila yang sekarang dilanjutkan melalui

Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PUSTEP)-UGM, agaknya Ekonomi

Pancasila bertolak dari aliran Hijau. Buktinya, salah satu pusat kajian

Ekonomi Pancasila adalah perekonomian rakyat dan perekonomian daerah.

Namun untuk memperkuat jawaban ontologisnya, PUSTEP perlu

menyusun buku Sejarah Perekonomian Indonesia.

Studi-studi sejarah ini sebenarnya telah dilakukan, misalnya

mengenai perkebunan rakyat Sumatera Utara oleh Dr.Thee Kian Wie.

Ahir-akhir ini juga lahir sebuah disertasi dari UI, tentang sejarah Ekonomi

Indonesia di daerah (Sulawesi Selatan) juga tentang perkebunan oleh Dr.

Abdul Rasyid A. Anbo Sakka berjudul “Ekspansi dan Kontraksi Kopra

Makasar 1883-1958” (2003). Juga sudah banyak dilakukan studi yang

merupakan kerjasama antara Indonesia-Belanda dan pernah dibicarakan

dalam seminar-seminar internasional.

14

Studi sejarah itu perlu diikuti dengan studi-studi tentang gejala

kontemporer dengan pendekatan ekonomi-sosiologis, ekonomi-politik dan

antropologi ekonomi. Buku sejarah ekonomi-sosiologis itu sebenarnya

sudah diawali oleh Prof Burger yang pernah dikuliahkan di Fakultas

Hukum UI dan direkam oleh Prof. Prayudi menjadi dua jilid buku.

Masalah selanjutnya yang dihadapi dalam pengembangan Ekonomi

Pancasila adalah masalah epistemologis yang menyangkut metode

pemahaman dan praktek pengembangan Ekonomi Pancasila. Dalam debat

Ekonomi Pancasila tahun 1981, Arief Budiman mengajukan pertanyaan

mengenai asumsi konsep manusia dalam Ekonomi Pancasila yang sudah

jelas dalam teori ekonomi kapitalis, yaitu homo-economicus yang serakah,

dan dalam teori sosialis juga jelas, yaitu homo-socius yang cenderung

melakukan kerjasama dan mengutamakan masyarakat.

Pada waktu itupun sudah diberikan jawaban bahwa konsep manusia

dalam Ekonomi Pancasila, lebih merupakan homo-socius dan

homo-ethicus atau homo-religious. Dewasa ini sudah lebih banyak ditulis

teori mengenai manusia yang menghasilkan manusia-multidimensi yang

kompleks. Masalahnya sekarang adalah apakah temuan-temuan baru

mengenai teori manusia itu mempengaruhi konsep Ekonomi Pancasila ?

Misalnya ada konsep mengenai homo-faber dari Huizinga yaitu manusia

adalah suatu makhluk yang bermain dan yang berpotensi untuk

mengembangkan teknologi. Salah satu masalah yang dihadapi oleh

Ekonomi Pancasila adalah ketidak mampuan ekonom konvensional yang

mengikuti aliran Neoklasik itu untuk melihat gejala semacam ekonomi

rakyat. Salah seorang ekonom pernah menolak apa yang disebut “ekonomi

rakyat”. Baginya “ekonomi ya ekonomi”.

Kesimpulan ini disebabkan karena kacamata yang dipakai.

Kacamata Neoklasik memang tidak mampu melihat gejala ekonomi rakyat.

Gejala ini hanya bisa ditangkap lewat kacamata ekonomi-sosiologis atau

antropologi ekonomi. Karena itulah, dalam rangka advokasi Ekonomi

15

Pancasila Prof. Mubyarto pernah mengusulkan dipergunakannnya

pendekatan multi-disipilin dalam melihat gejala ekonomi. Sebenarnya

pendekatan ini sudah dipikirkan oleh Bung Hatta, ketika ia menulis buku

pengantar mengenai Ekonom-Sosiologi. Studi dengan pendekatan

antropologi kini sudah dimulai, termasuk studi disertasi. Buku “Ekonomi

Moral, Rasional dan Politik” adalah sebuah kumpulan esai-esai

antropologi-ekonomi yang disunting oleh Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra et.

al. yang memberikan gambaran mendalam mengenai ekonomi rakyat.

Demikian pula hasil penelitian disertasi Dr. Irwan Abdullah yang berjudul

“Muslim Businessmen of Jatinom”, sebuah hasil studi antropologi yang

informatif, mendalam dan menarik tentang perekonomian rakyat di kota

kecil di Klaten, Jawa Tengah. Dari daftar kepustakaan buku ini bisa

dikumpulkan hasil-hasil studi yang cukup luas dan mendalam mengenai

perekonomian rakyat. Buku-buku itu bisa menjadi bahan penyusunan buku

teks atau buku bacaan mengenai ekonomi rakyat, dengan pendekatan

sejarah dan multi-disiplin ilmu-ilmu sosial. Buku semacam itu akan sangat

membantu memecahkan masalah-masalah ontologi dan epistemologi

Ekonomi Rakyat.

Dari segi epistemologis masih belum banyak dirumuskan proses

bekerjanya Ekonomi Pancasila. Walaupun Prof. Mubyarto mengatakan

bahwa sangat mudah dijumpai Ekonomi Pancasila dalam praktek, yaitu

yang dapat dijumpai dari ekonomi pedesaan, ekonomi rakyat, ekonomi

koperasi, ekonomi daerah atau mungkin juga ekonomi keluarga (family

business), tapi realitas itu belum banyak ditulis. Malah yang banyak ditulis

adalah kelemaham-kelemahan dan kasus-kasus kegagalan, stagnasi,

marjinalisasi atau ketergantungan perekonomian rakyat. Baru-baru ini

terbaca berita di koran bahwa 50% koperasi buruk kinerjanya atau tidak

sehat. Advokasi Ekonomi Pancasila agaknya membutuhkan dukungan

informasi tentang model-model sukses di lapangan. Sebagai contoh,

ekonomi syari’ah meraih kredibilitas karena kisah sukses lembaga-

16

lembaga keuangan syari’ah. Walaupun demikian, tidak sedikit dijumpai

di lapangan kisah-kisah sukses koperasi, usaha kecil dan mikro, usaha

keluarga atau perkembangan ekonomi daerah. Namun kisah sukses itu

harus dibukukan menjadi bahan bagi ilmu manajemen ekonomi rakyat.

Barangkali diperlukan penilaian kinerja atau prestasi semacam ISO dalam

peruhaan-perusahaan swasta dan BUMN. PT. Pupuk Kaltim umpamanya,

telah berhasil meraih penghargaan ISO dan menjadi perusahaan kelas

dunia (world class company).

Berdasarkan jawaban ontologi dan epistemologi, Ekonomi

Pancasila harus sudah bisa dikuliahkan di perguruan tinggi. Persoalan

selanjutnya adalah masalah aksiologi. Masalah ini juga membutuhkan

kajian teoritis dan empiris guna mengetahui tujuan dan hasil akhir proses

Ekonomi Pancasila.Tapi wacana aksiologi ini sebenarnya tidak

mengandung banyak kesulitan, walaupun ternyata belum banyak

dilakukan. Namun Ekonomi Pancasila sudah sering disebut sebagai konsep

yang bersifat normatif, yaitu Ekonomi yang berorientasi pada nilai-nilai

Pancasila. Hanya saja dalam kenyataannya, suatu wacana aksiologis

Ekonomi Pancasila belum banyak dilakukan.

Secara umum dikatakan bahwa tujuan sistem Ekonomi Pancasila

adalah keadilan sosial atau masyarakat yang adil dan makmur. Namun

bagaimana rincian dan bentuk kongkret masyarakat yang berkeadilan

sosial atau adil dan makmur itu belum banyak ditulis. Yang lebih banyak

ditulis adalah aspek negatif ekonomi kapitalis yang menciptakan

ketimpangan, ekploitasi, dominasi, ketergantungan, kemiskinan dan

keterbelakangan. Sebagai kesimpulan, mengikuti kerangka teori enam

aliran ekonomi di dunia menurut Johan Galtung, Ekonomi Pancasila

tergolong ke dalam ekonomi campuran ketiga. Pada dasarnya Ekonomi

Pancasila adalah aliran Hijau yang berasal dari Dunia Ketiga. Secara

ontologis keberadaan Ekonomi Pancasila perlu dibuktikan dengan buku

sejarah ekonomi Indonesia, khususnya ekonomi rakyat. Gambaran

17

mengenai ekonomi rakyat kontemporer diwujudkan dalam penelitian

multi-disiplin, khususnya ekonomi sosiologi dan antropologi ekonomi

yang mampu menangkap kelembagaan ekonomi rakyat, baik tradisional

maupun modern.

Secara epistemologis Ekonomi Pancasila perlu digambarkan dalam sebuah

deskripsi dan analisis mengenai Sistem Ekonomi Pancasila, yaitu sistem

ekonomi yang disusun berdasarkan UUD 1945, termasuk Pancasila,

khususnya berpedoman pada pasal 33. Sokoguru sistem ekonomi ini

adalah koperasi, khususnya model koperasi negara-negara Nordic yang

sudah cukup baku, baik dari aspek makro maupun mikro. Tapi koperasi

Indonesia adalah koperasi yang dibentuk di atas perekonomian rakyat yang

terdiri dari usaha keluarga (usaha mikro), usaha kecil dan menengah,

sebagaimana pernah digambatrkan oleh Bung Hatta.

Sebagai ekonomi campuran pula, Ekonomi Pancasila mengandung

unsur Biru yang diserap melalui model aliran Kuning yang mengandung

unsur pasar dan modal di satu pihak serta negara dan kekuasaan di lain

pihak. Hanya saja, jika pasar didefinisikan sebagai pasar-sosial atau pasar

yang berkeadilan, modal disini diartikan secara luas, yang mencakup

modal sosial, modal kultural, dan modal spiritual, sehingga perekonomian

terbebas dari sistem kapitalis. Akhirnya, secara aksiologis Ekonomi

Pancasila perlu ditegaskan sebagai perekonomian yang bertujuan untuk

mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan

ketimpangan, kesenjangan, ekspoitasi dan ketargantungan, melalui

partisipasi rakyat dalam kegiatan ekonomi sehingga tercapai suatu kondisi

masyarakat yang beradilan atau masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Pancasila. Karena itu rumusan normatif mengenai Ekonomi Pancasila

perlu disusun. Sebagaimana dikatakan oleh Bung Hatta, kita harus selalu

ingat kepada pedoman normatif dalam kegiatan ekonomi, yaitu Pancasila

yang perlu ditafsirkan secara sosial-ekonomi.

18

DAFTAR PUSTAKA

BUKUAlfian, 1991, “Pancasila sebagai Ideologi dalam Kehidupan Politik”, dalam Oetojo Oesman dan Alfian (penyunting), Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara, BP7 Pusat, Jakarta.Budiman, A., 1989, Sistem Perekonomian Pancasila dan Ideologi Ilmu Sosial di Indonesia, PT Gramedia, Jakarta,.Mubyarto dan Boediono (penyunting), 1981, Ekonomi Pancasila, BPFE, Yogyakarta.Salim, E. 1979, “Ekonomi Pancasila”, Prisma, Mei.INTERNEThttp://www.idafazz.com/pengertian-sistem.php diakses pada 26 May 2016http://kisaranku.blogspot.com/2010/10/pengertian-sistem-lengkap.htmldiakses pada 26 May 2016.http://edu-articles.com/ekonomi-pancasila/ diakses pada 26 May 2016.http://www.sumeks.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=7141:sisteekonomi-pancasila-&catid=75:opini&Itemid=123 diakses pada 12 Juni 2010.http://mirzaadany.blogspot.com/2010/06/sistemekonomipancasila.html?zx=55d9a3359deb01a8 diakses pada 26 May 2016.

19