Onggok atau ampas
description
Transcript of Onggok atau ampas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Onggok
Onggok adalah limbah dari pabrik tapioka (singkong) yang kering, padat
dan keras, biasanya berukuran satu kepal atau pecahan lebih kecil tergantung
dari hasil pemerasan saat menyadap tapioka dari singkong. Onggok
mengandung serat kasar dan karbohidrat. Pengolahan umbi kayu menjadi
tapioka menghasilkan limbah cair dan limbah padat dalam bentuk onggok.
Limbah cair berasal dari proses pengendapan yaitu filtrate (hasil saringan)
yang dipisahkan dari endapan patinya.
Limbah padat dari produksi tapioka disebut ampas tapioka atau onggok
yang merupakan hasil sampingan industri tapioka berbentuk padat yang
berasal dari unit ekstraksi. Pada proses ekstrasi ini hasil parutan ketela pohon
ditambahkan air lalu disaring dengan menggunakan kain saring, sehingga
diperoleh suspensi pati sebagai filtratnya dan ampas yang tertinggal di kain
saring. Komponen penting yang terdapat dalam onggok adalah kandungan zat
organik berupa pati dan serat kasar. Kandungan ini berbeda untuk setiap
daerah asal, jenis dan mutu umbi kayu, teknologi yang digunakan dan
penanganan ampas itu sendiri (Sumanti et al, 2003).
Onggok sebagai limbah padat dari pabrik tapioka apabila dibiarkan akan
mengganggu masyarakat, terutama yang ada di sekitar lokasi pabrik. Onggok
merupakan limbah padat dari industri tapioka yang masih mengandung kadar
pati yang cukup tinggi. Menurut Ikawati, (2006), Komposisi kimia onggok
dalam 100 g keadaan kering mengandung 0,01 persen asam sianida,
sedangkan kandungan zat gizinya adalah 0,033 persen lemak kasar, 0,01
persen Ca dan 0,033 persen phospor.
Pada Tabel 1 Terlihat kandungan pati pada onggok sekitar 12,41 persen
dari berat kering. Oleh sebab itu onggok cukup potensial digunakan untuk
dibuat suatu produk. Selama ini onggok dimanfaatkan untuk pakan ternak
(konsentrat) (Satiawihardja et al. 1998; Supriyati, 2003; Ali, 2004; Asgnat,
4
2005), dan digunakan dalam industri tempe sebagai campuran (Ikawati, 2006),
dan pemantap makanan (Hefni, 2000).
Tabel 1. Komposisi Kimia Onggok (%bk)
Komponen Jumlah Air 11 Serat Kasar 1.16 Lemak 0.32 Protein 1.21 Pati 12.41
Sumber : Rahmarestia (2007)
B. Tape
Tape adalah jenis makanan rakyat yang terbuat dari bahan-bahan yang
mengandung banyak karbohidrat misalnya ketela pohon, beras (beras putih
dan beras hitam) dan sorgum atau cantel. Tape yang dibuat dari beras ketan
(tape ketan), dari singkong (tape singkong). Tape mengandung alkohol
(etanol) sekitar 3-5 persen, pH sekitar 4 dan rasa yang bervariasi antara manis,
dan agak manis (Rukmana, 2002). Rasa manis dalam tape dipengaruhi oleh
kadar gula yang terkandung dalam tape tersebut dan rasa asam disebabkan
jenis bakteri dan proses yang kurang teliti misalnya penambahan ragi yang
berlebihan dan fermentasi yang lama.
Proses pembuatan tape (singkong) yang dilakukan oleh masyarakat pada
umumnya adalah sebagai berikut : singkong dikupas, dicuci dan dikukus
selama ± 30 menit dan setelah dingin ditaburi dengan ragi sebanyak 1 persen
perberat bahan. Kemudian dilakukan fermentasi di dalam keranjang bambu
yang diberi alas daun pisang dan dilakukan pada suhu ruang selama 2-3 hari.
Selain menggunakan wadah keranjang, fermentasi juga dapat dilakukan
dengan menggantungkan tape pada para-para yang dikenal sebagai tape
gantung atau peuyem. Lama fermentasi sangat dipengaruhi oleh kebiasaan
masyarakat setempat. Di Jawa Tengah, tekstur tape yang sangat disukai adalah
tape yang agak lembek, sedangkan di Jawa Barat tape yang memiliki tekstur
kering dan agak keras (Suliantari dan Winiarti, 1991).
Sumber karbohidrat untuk proses peragian sehingga menghasilkan etanol
bisa diperoleh dari jagung, ketela, kentang, beras, biji-bijian yang kaya
5
karbohidrat, maupun buah-buahan (korma, anggur, dan lain-lain). Peragian
buah-buahan, sayuran atau biji-bijian berhenti bila kadar alkohol telah
mencapai 14-16 persen. Jika diinginkan kadar yang lebih tinggi, campuran itu
harus disuling. (Fessenden dan Fessenden, 1991).
1. Fermentasi
a. Definisi
Fermentasi berasal dari bahasa latin ferfere yang artinya
mendidihkan. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel
dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi
adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik. Fermentasi aerobik
adalah fermentasi yang memerlukan oksigen, sedangkan fermentasi
anaerobik tidak memerlukan oksigen (Fardiaz, 1992). Fermentasi
merupakan pengolahan subtrat menggunakan peranan mikroba (jasad
renik) sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki (Muhiddin et al,
2001). Produk fermentasi berupa biomassa sel, enzim, metabolit
primer maupun sekunder atau produk transformasi (biokonversi)
(Ryandini et al, 2005).
Penerapan metode fermentasi yang banyak digunakan
diantaranya adalah fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat.
Fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat memiliki perbedaan
dalam produk akhir yang dihasilkan. Produk akhir fermentasi alkohol
berupa etanol dan CO2, sedangkan produk akhir fermentasi asam laktat
berupa asam laktat (Lehninger, 1994).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fermentasi
Keberhasilan fermentasi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu
jenis bahan (subtrat), suhu, udara (oksigen), kelembaban, garam dan
asam (Amien, 2006).
1. Lama Fermentasi (waktu)
Lama fermentasi yang dibutuhkan dalam proses fermentasi adalah
2-3 hari (Astawan dan Mita, 1991), waktu yang sesuai akan
menghasilkan tape yang rasanya khas, rasa manis dengan sedikit
asam serta adanya aroma alkohol. Rasa manis karena perubahan
6
karbohidrat menjadi glukosa sebagai karbohidrat yang lebih
sederhana, sedangkan rasa asam karena dalam proses fermentasi
terbentuk asam (Suliantri dan Winiarti,1991).
2. Jumlah starter (ragi)
Jumlah ragi atau starter yang digunakan, jika jumlah ragi yang
digunakan terlalu sedikit maka proses menjadi tape akan berjalan
lama, akan tetapi jika jumlah ragi yang digunakan terlalu banyak
justru menghambat mikroorganisme yang berperan dalam proses
fermentasi dan mikroorganisme pembusuk akan tumbuh, dan tape
menjadi busuk (Astawan dan Mita, 1991)
3. Jenis bahan (substrat)
Substrat sebagai sumber energi yang diperlukan oleh mikroba
pemulai fermentasi (starter) untuk mengawali kelangsungan
fermentasi. Energi yang dibutuhkan berasal dari karbohidrat,
protein, lemak, mineral dan zat gizi lainnya yang terdapat dalam
substrat. Bahan energi yang banyak digunakan oleh
mikroorganisme adalah glukosa. Mikroba dalam fermentasi harus
mampu tumbuh pada subtrat dan mudah beradaptasi dengan
lingkungannya. (Astawan dan Mita, 1991)
4. Suhu
Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis
mikroorganisme dominan yang akan tumbuh (Ryandini et al,
2005). Umumnya diperlukan suhu 300C untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Bila suhu kurang dari 300C akan terjadi
pertumbuhan mikroorganisme penghasil asam.
5. Oksigen
Menurut Fardiaz. (1992), Ketersediaaan oksigen harus diatur
selama proses fermentasi. Hal ini berhubungan dengan sifat
mikroorganisme yang digunakan. Contoh khamir dalam pembuatan
anggur dan roti biasanya membutuhkan oksigen selama proses
fermentasi berlangsung, sedangkan untuk bakteri-bakteri penghasil
7
asam tidak membutuhkan oksigen selama proses fermentasi
berlangsung.
c. Ragi
Ragi adalah suatu inokulum atau starter untuk melakukan
fermentasi dalam pembuatan produk tertentu. Ragi ini dibuat dari
tepung beras, yang dijadikan adonan ditambah ramuan-ramuan tertentu
dan dicetak menyerupai kue-kue kecil dengan diameter ± 2–3 cm,
digunakan untuk membuat arak, tape ketan, tape ketela (peuyeum), dan
brem di Indonesia. Secara tradisional bahan-bahan seperti laos,
bawang putih, tebu kuning atau gula pasir, ubi kayu, jeruk nipis
dicampur dengan tepung beras, lalu ditambah sedikit air sampai
terbentuk adonan. Adonan ini kemudian didiamkan dalam suhu kamar
selama 3 hari dalam keadaan terbuka, sehingga ditumbuhi khamir dan
kapang secara alami. Setelah itu adonan yang telah ditumbuhi mikroba
diperas untuk mengurangi airnya, dan dibuat bulatan-bulatan lalu
dikeringkan. (Astawan dan Mita, 1991)
Dalam ragi tape terdapat 3 jenis isolat kapang dan 1 jenis isolat
khamir yang terdapat dalam ragi. Isolat kapang terdiri dari jenis :
Mucor racemosus, Amylomyces rouxii dan Aspergillus oryzae,
sedangkan isolat khamir adalah Endomycopsis burtonii. Selama
fermentasi tape ketan hanya 2 jenis isolat yang tumbuh yaitu
Amylomyces rouxii dan Endomycopsis burtonii (Rialita et al, 2003).
Menurut Setyowati (2004) ragi tape merupakan salah satu mikrobia
yang mempunyai kecepatan dan daya tahan yang baik serta mampu
menghasilkan alkohol dengan kadar yang tinggi dalam
memfermentasikan tetes tebu.
d. Reaksi Fermentasi
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis
gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat,
glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana, melalui
fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi
ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
8
Persamaan Reaksi Kimia
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang
dilepaskan: 118 kJ per mol)
C. Glukosa
Glukosa merupakan salah satu senyawa gula monosakarida yang
umumnya terdapat dalam bahan pangan. Glukosa mengandung enam atom
karbon dan mempunyai rumus C6H12O6. Glukosa merupakan monosakarida
yang paling banyak terdapat di alam. Menurut Tranggono (1990) glukosa
mempunyai kemanisan 75 persen dari gula putih. Selama fermentasi gula
pereduksi akan meningkat setelah fermentasi berlangsung selama tiga hari,
setelah itu gula pereduksi akan menurun. Lama fermentasi akan
mempengaruhi kandungan gula pereduksi yang mana pada hari pertama
sebanyak 7,9 persen akan meningkat menjadi 16 persen pada hari ketiga
(Suliantri dan Winiarti, 1991).
Reaksi pembentukan glukosa dan alkohol mula-mula karbohidrat
bereaksi dengan enzim atau terhidrolisis sehingga menghasilkan glukosa.
Glukosa akan mengalami proses fermentasi (peragian), dan menghasilkan
etanol.
Gambar 1. Reaksi Pembentukan Glukosa Menjadi Senyawa Lain
KetonEsterAsetatAsAlkoholLaktatAsOHCOEnergi
Anaerobaerobaspiruvat
eraldehidfosforglis
Glukosa
,,,,22
,
:
−+−
⇓
⇓
D. Alkohol/Etanol
Etanol atau etil alkohol dikenal sebagai alkohol merupakan senyawa
organik dengan rumus kimia C2H5OH. Dalam suhu kamar, etanol berwujud
cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah larut
9
dalam air dan tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik golongan
alkohol primer. Alkohol komersial pada umumnya mengandung 95 persen
etanol dan 5 persen air. Etanol dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai
bahan yang dapat digunakan untuk pelarut, bahan anti septik, bahan baku
pembuatan eter serta minuman.
Sifat fisik dan kimia etanol bergantung pada gugus hidroksil. Reaksi
yang dapat terjadi pada etanol antara lain dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi,
dan esterifikasi (Rizani, 2000). Sifat fisik etanol dapat dilihat pada Tabel
berikut ini.
Tabel 2. Sifat Fisik Etanol
Sifat Jumlah
Massa molekul relatif g/mol 46,07
Titik beku °C -114,1
Titik didih normal °C 78,32
Dentitas pada 20°C g/ml 0,7893
Kelarutan dalam air 20°C sangat larut
Viskositas pada 20°C cP 1,17
Kalor spesifik, 20°C kal/g°C 0,579
Kalor pembakaran, 25°C kal/g 092,1
Kalor penguapan 78,32°C kal/g 200,6
Sumber: Rizani (2000)
Etanol atau alkohol dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain:
1) Pelarut dalam industri, contoh industri farmasi, kosmetika dan plastik 2)
Bahan baku industri atau senyawa kimia, contoh industri minuman beralkohol,
industri asam asetat dan asetaldehid. 3) Bahan desinfektan, contoh peralatan
kedokteran, rumah tangga dan peralatan di rumah sakit.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan
adalah mikroorganisme dan media yang digunakan, adanya komponen media
yang dapat menghambat pertumbuhan serta kemampuan fermentasi
mikroorganisme dan kondisi selama fermentasi (Astuty, 1991). Faktor lain
10
adalah pemilihan khamir, konsentrasi gula, keasaman, ada tidaknya oksigen
dan suhu.
Pemilihan sel khamir didasarkan pada jenis karbohidrat yang digunakan
sebagai medium untuk memproduksi alkohol dari pati dan gula digunakan
Saccharomyces cerevisiae. Suhu yang baik untuk proses fermentasi berkisar
antara 25-30°C. Derajat keasaman (pH) optimum untuk proses fermentasi
sama dengan pH optimum untuk proses pertumbuhan khamir yaitu pH 4,0-4,5.
Etanol dihasilkan dari gula yang merupakan hasil aktivitas fermentasi sel
khamir. Khamir yang digunakan untuk menghasilkan etanol adalah dari genus
Saccharomyces. Agar dapat menghasilkan jumlah etanol yang banyak
diperlukan suatu khamir yang mempunyai laju fermentasi dan laju
pertumbuhan cepat, tahan terhadap konsentrasi etanol dan glukosa tinggi,
tahan terhadap konsentrasi garam tinggi, pH optimum fermentasi rendah,
temperatur optimum fermentasi sekitar 25-30°C. Menurut Fardiaz (1992),
fermentasi etanol meliputi dua tahap yaitu 1) Pemecahan rantai karbon dari
glukosa dan pelepasan paling sedikit dua pasang atom hidrogen melalui jalur
EMP (Embden-Meyerhoff-Parnas), menghasilkan senyawa karbon lainnya
yang lebih teroksidasi daripada glukosa. 2) Senyawa yang teroksidasi tersebut
direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama,
membentuk senyawa-senyawa hasil fermentasi yaitu etanol.
E. Mutu Organoleptik
Mutu Organoleptik adalah pengujian secara subjektif yaitu penerimaan
selera makanan yang didasarkan atas uji keragaman dan analisa perbedaan.
Syarat-syarat yang diperlukan dalam pengujian organoleptik adalah
lingkungan yang bersih dan tenang, peralatan yang bebas bau, panelis yang
terlatih. Dengan demikian dapat diketahui mutu produk yang dihasilkan.
(Soekarto, 1985). Metode yang digunakan dalam metode ini adalah metode
hedonik yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesukaan terhadap suatu
produk, bentuk sekala hedonik meliputi penilaian yang sangat suka, agak suka
dan sangat tidak suka terhadap rasa warna, aroma dan tekstur (Rahayu, 1998).
11
Tape merupakan makanan rakyat yang terbuat dari bahan-bahan yang
mengandung banyak karbohidrat misalnya ketela pohon, beras (beras putih
dan beras hitam) dan sorgum atau cantel. Tape yang dibuat dari beras ketan
(tape ketan) dari singkong (tape singkong). Citarasa tape ubi kayu yang manis
dan sedikit asam dibentuk melalui serangkaian proses. Mula-mula pati dalam
ubi kayu dipecah oleh enzim menjadi dextrin dan gula-gula sederhana. Gula-
gula yang terbentuk ini selanjutnya dihidrolisis menjadi alkohol. Pada
fermentasi yang lebih lanjut, alkohol dioksidasi menjadi asam-asam organik.
Asam-asam organik dari alkohol membentuk ester, yang merupakan
pembektuk komponen cita rasa tape ubi kayu.
Tape menurut penilaian organoleptik di Jawa Tengah, tekstur tape yang
sangat disukai adalah tape yang agak lembek, sedangkan di Jawa Barat tape
yang memiliki tekstur kering dan agak keras (Suliantari dan Winiarti, 1990).
Lama fermentasi yang dibutuhkan dalam proses fermentasi adalah 2-3 hari
(Astawan dan Mita, 1991), waktu yang sesuai akan menghasilkan tape yang
rasanya manis dengan sedikit asam serta adanya aroma alkohol. Rasa manis
karena perubahan karbohidrat menjadi glukosa sebagai karbohidrat yang lebih
sederhana, sedangkan rasa asam karena dalam proses fermentasi terbentuk
asam, sehingga semakin lama pemeraman maka akan terjadi peningkatan total
asam. • Suhu Pemeraman • Jenis Ragi • Jumlah ragi • Jumlah Onggok • Proses Pemasakan • Sumber Onggok
F. Kerangka Konsep
Tape Onggok Ketela Pohon Lama fermentasi (0, 1, 2, 3, dan 4 hari)
* Kadar glukosa * Kadar alkohol * Citarasa
Ket :
Variabel yang dikendalikan
Variabel pengaruh (independen)
Variabel terpengaruh (dependen)
Gambar 2 Kerangka Konsep
12
G. Hipotesa
Ada pengaruh lama fermentasi terhadap kadar glukosa, kadar alkohol dan
citarasa tape onggok pada fermentasi 3 hari.
13