OMPE KELOMPOK 7
-
Upload
ciciwijaya -
Category
Documents
-
view
20 -
download
3
Transcript of OMPE KELOMPOK 7
CONTROLLING (PENGAWASAN/PENGENDALIAN)
1. Pengertian Pengawasan
Sesuai dengan apa yang telah diketahui bahwa masing-masing fungsi
manajemen berhubungan erat satu dengan yang lainnya, dan fungsi yang
paling utama adalah perencanaan,kemudian pengorganisasian, pergerakan
dan terakhir adalah pengawasan Pengawasan berkaitan erat dengan fungsi
perencanaan, boleh dikatakan kedua fungsi ini saling mengisi karena :
1. Fungsi pengawasan harus terlebih dahulu direncanakan sedangkan
pengawasan hanya dapat dilakukan jika ada perencanaan.
2. Pelaksanaan suatu rencana akan baik jika pengawasan dilaksanakan dengan
baik pula.
3. Tercapai tidaknya suatu rencana akan dapat diketahui setelah pengawasan
atau pengukuran dilakukan
Pengertian fungsi pengawasan/controlling dari para ahli adalah sebagai
berikut :
Menurut Earl P. Strong
Controlling is the process of regulating the various factors in an enterprise
according to the requirement of it’s plans (Pengawasan adalah proses
pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan
ketetapan-ketetapan dalam rencana).
Menurut Harold Koontz
Controlling is the measurement and correction of the performance of
subordinates in order to make sure that enterprise objectives and the plants
devised to attain then are accomplished (Pengawasan adalah pengukuran dan
perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang
telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan-perusahaan dapat
terselenggara).
Menurut G.R. Terry
Controlling can be defined as the process determining what is to be
accomplished, that is the standard; what is being accomplished, that is the
performance evaluating the performance, and if necessary applying corrective
measure to that performance takes plase according to plans, that is, in
comformity with the standard (Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses
penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan
yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-
perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan
standar).
Dari definisi-definisi diatas maka pengawasan dapat juga diartikan sebagai
satu proses untuk menetapkan, pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,
menilainya dan bila perlu mengoreksinya, dengan maksud supaya
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.
Tujuan Pengawasan
Tujuan pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang direncanakan
menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasi tujuan utama
tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan, dan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi
dalam pelaksana rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat
dimabil tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu ataupun waktu-
waktu yang akan datang.
Dengan pengawasan diharapkan juga agar pelaksanaan rencana
memanfaatkan semua unsur manajemen (6M) secara efektif (berhasil guna)
dan efisien (berdaya guna).
H. Emerson memberikan definisi tentang effectiveness dan efficience sebagai
berikut “Effectives is measuring in term of attaining pescribed goal or
objectives”. Efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
The ratio of input to output, benefit to cost (performance to the use of
resources), as that which maximizes result which limited resources. In orders
words, it was the realition between what is accomplished and what might be
accomplished.
Effisien adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output
(hasil), antara keuntungan dengan biaya (antara hasil pelaksanaan dengan
sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang
dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain
hubungan antara apa yang telah diselesaikan dengan apa yang harus
diselesaikan.
Asas-asas Pengawasan/Controlling
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel menetapkan asas pengawasan sebagai
berikut :
1. Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective), pengawasan
harus ditujukan kearah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan
perbaikan (koreks) untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan/deviasi
dari perencanaan.
2. Asas efisiensi pengawasan (principle of efficiency of control). Pengawasan
itu efisien bila dapat menghindari deviasi-deviasi dari perencanaan, sehingga
tidak menimbulkan hal-hal lain yang diluar dugaan.
3. Asas tanggung jawab pengawasan (principle of control responsibility).
Pengawasan hanya dapat dilaksanakan apabila manager bertanggung jawab
penuh terhadap pelaksanaan rencana.
4. Asas pengawasan terhadap masa depan (principle of future control).
Pengawasan yang efektif harus ditujukan kearah pencegahan penyimpangan
perencanaan yang akan terjadi baik pada waktu sekarang maupun masa yang
akan datang.
5. Asas pengawasan langsung (principle of direct control). Teknik kontrol
yang paling efektif ialah mengusahakan adanya manager bawahan yang
berkualitas baik. Pengawasan itu dilakukan oleh manager atas dasar bahwa
manusia itu sering berbuat salah .Cara yang paling tepat untuk menjamin
adanya pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan ialah mengusahakan
sedapat mungkin para petugas memiliki kualitas yang baik.
6. Asas refleks perencanaan (principle of replection of plane). Pengawasan
harus disusun dengan baik, sehingga dapat mencerminkan karakter dan
susunan perencanaan.
7. Asas penyesuaian dengan organisasi (principle of organizational
suitability). Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
Manager dan bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan rencana.
Dengan demikian pengawasan yang efektif harus disesuaikan dengan
besarnya wewenang manager, sehingga mencerminkan struktur organisasi.
8. Asas pengawasan individual (principle of individuality of control).
Pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan manager. Teknik kontrol harus
ditunjukan terhadap kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap manager.
Ruang lingkup informasi yang dibutuhkan itu berbeda satu sama lain,
tergantung pada tingkat dan tugas manager.
9. Asas standar (principle of standard). Control yang efektif dan efisien
memerlukan standar yang tepat, yang akan dipergunakan sebagai tolak ukur
pelaksanaan dan tujuan yang tercapai.
10. efektif dan efisien Asas pengawasan terhadap strategis (principle of
strategic point control). Pengawasan yang memerlukan adanya perhatian yang
ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis dalam perusahaan.
11. Asas pengecualian (the exception principle). Efisien dalam control
membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadapfaktor kekecualian.
Kekecualian ini dapat terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi
berubah/atau tidak sama.
12. Asas pengawasan fleksibel (principle of flexibility of control).
Pengawasan harus luwes untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan
rencana.
13. Asas peninjauan kembali (principle of review). Sistem kontrol harus
ditinjau berkali-kali agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai
tujuan.
14. Asas tindakan (principle of action). Pengawasan dapat dilakukan apabila
ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana,
organisasi, staffing dan directing.
Jenis-jenis Pengawasan
Berdasarkan bagian yang akan diawasi pengawasan dibedakan atas :
1. Pengawasan produksi (Production control). Yaitu pengawasan yang
difokuskan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang
dihasilkan, apakah sesuai dengan target yang telah ditetapkan..Pengawasan
keuangan (Financial control). Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang
menyangkut keuangan, tentang pemasukan dan pengeluaran, biaya-biaya
perusahaan termasuk pengendalian anggaran.
2. Pengawasan pegawai (Personal control). Pengawasan ini ditujukan kepada
hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan pegawai, apakah pegawai
bekerja sesuai dengan perintah, rencana, tata kerja, absensi pegawai dan lain-
lain.
3. Pengawasan waktu (Time control). Pengawasan ini ditujukan kepada
penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan
sesuai atau tidak dengan rencana.
4. Pengawasan kebijaksanaan (Policy control). Pengawasan ini ditujukan
untuk mengetahui dan menilai apakah kebijaksanaan organisasi telah
dilaksanakan sesuai dengan yang digariskan.
5. Pengawasan teknis (Technical control). Pengawasan ini ditujukan kepada
hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan tindakan dan teknis
pelaksanaan.
6. Pengawasan penjualan (Sales control). Pengendalian ini ditujukan untuk
mengetahui apakah produksi yang dihasilkan terjual sesuai rencana yang
ditentukan.
Sifat dan Waktu Pengawasan
Sifat dan waktu pengawasan dibedakan atas :
1. Preventive control : Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan
dikerjakan dengan maksud supaya tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa cara
yaitu :
a. Membuat peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tata cara suatu
kegiatan atau dibuat tata tertib.
b. Membuat pedoman kerja.
c. Menetapkan sanksi-sanksi terhadap pembuat kesalahan.
d. Menentukan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab.
e. Mengorganisasikan segala macam kegiatan.
f. Menentukan sistem koordinasi dan pelaporan dan pemeriksaan.
2. Represif control : Pengawasan yang dilakukan setelah terjadi
penyimpangan/kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan, dengan maksud agar
tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga sasaran yang akan
direncanakan dapat tercapai. Hal ini bisa dilakukan dengan cara-cara berikut :
a. Membandingkan antara hasil-hasil kegiatan dengan rencana yang telah
ditentukan.
b. Mencari penyebab-penyebab terjadinya penyimpangan, kemudian mencari
jalan keluarnya.
c. Memberikan penilaian terhadap hasil kegiatan, termasuk kegiatan para
penanggung jawab.
d. Melaksanakan sanksi yang telah ditentukan terhadap pembuat kesalahan.
e. Menilai kembali prosedur-prosedur yang telah ditentukan.
f. Mengecek laporan-laporan yang dibuat oleh para petugas pelaksana.
3. Pengawasan yang dilakukan ditengah proses penyimpangan terjadi
4. Pengawasan berkala ialah pengawasan yang dilakukan secara berkala
sebulan sekali atau satu kuartal sekali atau satu tahun sekali.
5. Pengawasan mendadak ialah pengawasan dilakukan secara mendadak.
Cara-cara Pengawasan
Seorang manager harus bisa memastikan bahwa semua fungsi manajemen
dapat terlaksana dengan baik. Hal ini dapat diketahui melalui proses
pengawasan.
Cara-cara pengawasan ini dapat dibedakan atas :
1. Pengawasan langsung (Pengawasan pribadi)
Pengawasan langsung ialah pengawasan yang dilakukan secara langsung oleh
seorang manajer secara pribadi sehingga dapat dilihat sendiri.
Bagaimana hasil-hasil pekerjaan bawahannya apakah sesuai dengan yang
dikehendakinya. Cara ini mempunyai keuntungan dan kelemahan.
Keuntungannya :
a. Akan terjadi kontak langsung antara bawahan dan atasan, sehingga
mempertinggi hubungan antara bawahan dan atasan.
b. Akan memberi kepuasan tersendiri bagi bawahan, karena merasa
diperhatikan oleh atasannya.
c. Akan tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang mungkin bisa
berguna bagi kebijaksanaan selanjutnya.
Kelemahannya :
a. Waktu seorang manager akan banyak tersita akibatnya waktu untuk
pekerjaan lainnya berkurang, misalnya perencanaan, pengambilan keputusan,
dll.
b. Mengurangi inisiatif bawahan, karena bawahan merasa bahwa atasannya
selalu mengamati mereka.
c. Ongkos makin besar karena adanya biaya perjalanan.
Pengawasan langsung ini dapat dilakukan dengan cara inspeksi langsung,
observasi ditempat (on the spot observation) dan laporan ditempat (on the
spot report).
Manager yang mempunyai tugas komplek tidak mungkin melakukan
pengawasan langsung sebanyak mungkin, maka untuk tugas pengawasan ini
biasanya dilakukan dengan tidak langsung.
2. Pengawasan tidak langsung secara lisan
Cara ini dilakukan dengan wawancara yang ditujukan kepada orang-orang
atau golongan tertentu yang dapat memberikan gambaran dari hal-hal yang
ingin diketahui, terutama tentang hasil yang sesungguhnya (actual result)
yang dicapai oleh bawahannya. Dengan cara ini kedua belah pihak sama-
sama aktif, bawahan memberikan laporan tentang hasil pekerjaannya, dan
atasan dapat menanyakan lebih lanjut untuk memperoleh fakta-fakta yang
diperlukan.
3. Pengawasan tidak langsung secara tertulis
Pengawasan melalui laporan tertulis (written report) adalah merupakan suatu
pertanggung jawaban kepada atasan mengenai pekerjaan yang
dilaksanakannya, sesuai dengan instruksi dan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya. Dengan laporan tertulis ini maka atasan dapat mengetahui apakah
bawahan-bawahannya melaksanakan tugas-tugas yang diberikannya.
Keuntungan dari pengawasan melalui laporan tertulis ini adalah :
Dapat dibaca oleh semua pihak yang membutuhkan.
Kelemahan dari pengawasan melalui laporan tertulis ini adalah :
a. Bawahan tidak dapat menggambarkan semua kejadian dari urutan aktifitas
seluruhnya.
b. Laporan dapat disusun sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
gambaran yang berlebihan, karena kecenderungan Asal Bapak Senang (ABS).
c. Pemimpin sulit menentukan mana yang berupa kenyataan dan mana yag
berupa pendapat.
4. Pengawasan berdasarkan kekecualian.
Pengawasan berdasarkan kekecualian adalah sistem pengawasan dimana
pengawasan itu ditunjukkan kepada soal-soal kekecualian. Pengawasan
dilakukan bila diterima laporan yang menunjukkan adnaya peristiwa-
peristiwa yang dianggap istimewa.
Proses Pengawasan (Controlling Process)
Dalam melaksanakan tugas tertentu selalu ada tahap-tahap pelaksanaannya,
walaupun tugas itu sederhana. Demikian halnya dalam pengawasan
(Controlling) ada lima tahap/langkah yang perlu diperhatikan :
Tahap 1 : Penetapan Standar
Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan.
Standar mengandung arti sebagai suatu alasan engukuran yang dapat
digunakan sebagai “Patokan” untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran,
quota, dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Bentuk
standar yang lebih khusus antara lain target penjualan, anggaran, bagian
pasar, margin keuntungan, keselamatan kerja dan sasaran produksi.
Tiga bentuk standar yang umum adalah :
1. Standar-standar fisik, mungkin meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah
langganan, ataukualitas produk.
2. Standar-standar moneter, yang ditunjukan dalam rupiah dan mencakup
biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan dan
sejenisnya.
3. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu
pekerjaan yang harus diselesaikan.
Setiap tipe standar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk-bentuk hasil yang
dapat dihitung. Ini memungkinkan manager untuk mengkomunikasikan
pelaksanaan kerja yang diharapkan kepada para bawahan secara lebih jelas
dan tahapan-tahapan lain dalam proses perencanaan dapat ditangani dengan
lebih efektif. Standar harus ditetapkan secara akurat dan diterima mereka
yang bersangkutan.
Standar-standar yang tidak dapat dihitung juga memainkan peranan penting
dalam proses pengawasan. Walaupun pengawasan dengan standar kwalitatif
lebih sulit dicapai, tetapi hal ini tetap penting untuk mencoba mengawasinya.
Misal, standar kesehatan personalia, promosi karyawan yang terbaik, sikap
kerja sama, berpakaian yang pantas dalam bekerja, dan sebagianya.
Tahap 2 : Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk
mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam
pengawasan adalah : menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara
tepat misalnya berapa kali pelaksanaan seharusnya diukur – setiap jam,
harian, mingguan, bulanan. Dalam bentuk apa pengukuran akan dilakukan –
laporan tertulis, inspeksi visual melalui telepon, siapa yang akan terlibat –
manager, staff departemen. Pengukuran ini sebaiknya mudah dilaksanakan
dan tidak mahal, serta dapat diterangkan kepada para karyawan.
Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Seteleh frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan, pengukuran
pelaksanaan dilakukan berulang-ulang dan terus menerus. Ada berbagai cara
untuk melaksanakan pengukuran yaitu:
1. Pengamatan (observasi)
2. Laporan-laporan baik lisan dan tertulis
3. Metoda-metoda otomatis
4. Inspeksi, pengujian (test) atau dengan pengambilan sample.
Banyak perusahaan sekarang mempergunakan pemeriksa intern (internal
Auditor) sebagai pelaksana pengukuran.
Tahap 4 : Perbandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa
Penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah perbandingan pelaksanaan nyata
dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
Walaupun tahap ini paling mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi
pada saat menginterprestasikan adanya penyimpangan (deviasi).
Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk menentukan mengapa
standar tidak dapat dicapai, dan apabila penyebab-penyebab penyimpangan-
penyimpangan diketahui, maka harus diambil tindakan perbaikan.
Tahap 5 : Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
Bila hasil analisa menunjukan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus
diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar
mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan
bersamaan. Ada beberapa tindakan koreksi :
1. Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau rendah).
2. Mengubah pengukuran pelaksanaan atau infeksi terlalu sering
frekwensinya atau kurang atau bahkan mengganti sistem pengukuran itu
sendiri.
3. Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterprestasikan
penyimpangan-penyimpangan.
Definisi
Controlling atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah proses
untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi.
Controlling atau pengawasan adalah fungsi manajemen dimana peran dari
personal yang sudah memiliki tugas, wewenang dan menjalankan pelaksanaannya
perlu dilakukan pengawasan agar supaya berjalan sesuai dengan tujuan, visi dan
misi perusahaan. Di dalam manajemen perusahaan yang modern fungsi control ini
biasanya dilakukan oleh divisi audit internal.
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya
dalam suatu organisasi. Semua fungsi manajemen yang lain, tidak akan efektif
tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L.
Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai: “the process by
which manager determine wether actual operation are consistent with plans”.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani
Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat
unsur esensial proses pengawasan, bahwa: “pengawasan manajemen adalah suatu
usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan
mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan
dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan
perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha
untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di
mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses
pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu:
a. penetapan standar pelaksanaan;
b. penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
c. pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;
d. pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan; dan
e. pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
2. Prinsip Pengawasan
1. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan harus dimengerti oleh staf
dan hasilnya mudah diukur. Misalnya tentang waktu dan tugas-tugas
pokok yang harus diselesaikan oleh staf.
2. Fungsi pengawasan harus difahami pimpinan sebagai suatu kegiatan
yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
3. Standar unjuk kerja harus dijelaskan kepada seluruh staf karena kinerja
staf akan terus dinilai oleh pimpinan sebagai pertimbangan untuk
memberikan reward kepada mereka yang dianggap mampu bekerja.
3. Manfaat Pengawasan
Bila fungsi wasdal dilaksanakan dengan tepat, organisasi akan
memperoleh manfaat berupa:
1. Dapat mengetahui sejauh mana program sudah dilaukan oleh staf, pakah
sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumberdaya telah
digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Fungsi wasdal akan
meningkatkan efisiensi kegiatan program.
2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi
kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien.
4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan
atau diberikan pelatihan lanjutan.
4. Proses pengawasan
Terdapat tiga langkah penting dalam proses pengawasana manajerial yaitu:
1. Mengukur hasil/prestasi yang telah dicapaioleh staf atau organisasi
2. Membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tolok ukur.
3. Memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sesuai
dengan faktor-faktor penyebabnya, dan menggunakan, dan
menggunakan faktor tersebut untuk menetapkan langkah-langkah
intervensi.
5. Obyek Pengawasan
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan manajerial, ada lima jenis obyek
yang perlu dijadikan sasaran pengawasan.
1. Obyek yang menyangkut kuantitas dan kualitas barang atau jasa.
Pengawasan ini bersifat fisik.
2. Keuangan
3. Pelaksanaan program dilapangan
4. Obyek yang bersifat strategis
5. Pelaksanaan kerja sama dengan sektor lain yang terkait.
6. Jenis-jenis Pengawasan
1. Pengawasan fungsiomal (struktural). Fungsi pengawasan ini melekat
pada seseorang yang menjabat sebagai pimpinan lembaga.
2. Pengawasan publik. Pengawasan ini dilakukan oleh masyarakat.
3. Pengawasan non fungsional. Pengawasan ini biasanya dilakukan oleh
badan-badan yag diberikan wewenang untuk melakukan pengawasan
seperti DPR, BPK, KPK, dan lain-lain.
7. Prinsip Pokok
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-
pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang
dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip
pokok, yaitu:
1. Adanya Rencana
2. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi
tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja
bersama. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan
adalah penting untuk mendapat perhatian.
Pengawasan dan pengendalian (controlling) sebagai fungsi manajemen
bila diikerjakan dengan baik, akan menjamin bahwa semua tujuan dari setiap
orang atau kelompok konsisten dengan tujuan jangka pendek maupun jangka
panjang. Hal ini membantu menyakinkan bahwa tujuan dan hasil tetap konsisten
satu sama lain dengan dalam organisasi. Controlling berperan juga dalam menjaga
pemenuhan (kompliansi) aturan dan kebijakan yang esensial.
Proses pengendalian mulai dengan perencanaan dan pembangunan tujuan
penampilan kerja. Tujuan penampilan didefinisikan dan standar-standar untuk
mengukurnya disusun. Ada 2 tipe standar:
¨ Standar out-put (keluaran): mengukur hasil-hasil tampilan dalam istilah
kuantitas, kualitas, biaya atau waktu.
¨ Standar in-put (masukan): mengukur usaha-usaha kerja yang masuk ke
dalam tugas penampilan.
8. Pengukuran Penampilan Aktual
Pengukuran harus cukup akurat untuk menyorot penyimpangan atau
variasi. Tanpa pengukuran, pengendalian yang efektif tidaklah mungkin ada.
Pengukuran dilakukan dengan membandingkan hasil dengan tujuan dan standar.
Perbandingan dari tampilan aktual dengan tampilan yang diharapkan membangun
kebutuhan untuk bertindak.
Cara untuk membuat perbandingan meliputi:
¨ Historis/relatif/rancang-bangun
¨ Benchmarking
9. Pengendalian Efektif
Pengendalian terbaik dalam organiasasi adalah berorientasi pada strategi
dan hasil, dapat dipahami, mendorong pengendalian diri (self-control),
berorientasi secara waktu dan eksepsi, bersifat positif, setara dan objektif,
fleksibel.
Tipe-tipe pengendalian (awal) preliminary, kadang-kadang disebut kendali
feedforward, hal ini harus dipenuhi sebelum suatu perkerjaan dimulai.
Kendali ini menyakinkan bahwa arah yang tepat telah disusun dan sumber-
sumber yang tepat tersedia untuk memenuhinya.
Tipe-tipe pengendalian (saat ini) concurrent berfokus pada apa yang
sedang terjadi selama proses. Kadang-kadang disebut kendali steering, kendali ini
memantau operasi dan aktivitas yang sedang berjalan untuk menjamin sesuatunya
telah sedang dikerjakan dengan tepat.
Tipe-tipe pengendalian (akhir) post-action; kadang-kadang disebut kendali
feedback , kendali ini mengambil tempat setelah suatu tindakan dilengkapi.
Kendali akhir berfokus pada hasil akhir, kebalikan dari input dan aktivitas.
Manajer memiliki 2 pilihan luas dengan memperhatikan pengendalian.
Mereka dapat mengandalkan orang-orang untuk melatih pengendalian diri
(internal) atas tingkah lakunya sendiri. Alternatif lain, manajer dapat mengambil
tindakan langsung (external) untuk mengendalikan tingkah laku orang lain.
Pengendalian internal memberikan individu yang termotivasi untuk
melatih pengendalian diri dalam memenuhi harapan pekerjaan. Potensi untuk
pengendalian diri dikembangkan ketika orang yang mampu memiliki tujuan
tampilan yang jelas dan dukungan sumber-sumber yang tepat.
Pengendalian eksternal terjadi melalui supervisi personal dan penggunaan
sistem administrasi formal antara lain sistem penilaian penampilan, sistem
kompensasi dan keuntungan, sistem disiplin kepegawaian, dan management-by-
objectives (manajemen berdasar tujuan).
Kompensasi dan keuntungan dari sistem pengawasan dan pengendalian
yang baik adalah:
¨ Akan menarik orang berbakat dan mempertahankannya di dalam organisasi.
¨ Memotivasi orang untuk menggunakan usaha maksimum dalam pekerjaannya.
¨ Menyadarkan nilai dari kontribusi penampilannya.
Daftar Pustaka
1. A.A. Gde Manunjaya. 1999. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.
2. Azrul Azwar. 1988. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi
kedua. Jakarta: PT. Bina Rupa Aksara.
3. Dee Ann Gillies. 1989. Nursing Management. Philadelphia: WB.
Saunders Company.
4. Eleanor J. Sullivan dan Phillip J. Decker. 1985. Effective Management
in Nursing. California: Addison-Wesley Publishing Company.
5. H. Moh. Isa. 1980. Beberapa Bacaan tentang Dasar-dasar
Manajemen.Jakarta: Pusat Pendidikan dan Latihan
Pegawai Depkes RI.
6. T. Hani Handoko. 1995. Manajemen. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.