OMel OJun Sejarah Membnat MaIn -...

2
~ibuuJabar o Kamis 0 Jumat o Se/asa o Rabu Sabtu o Senin 45 20 21 6 7 22 8 9 10 11 23 24 25 26 12 13 14 27 @ 29 30 31 23 17 18 19 OMar' eApr OMel OSep OOkt ONov ODes OJan OPeb OJun 0 Ju/ 0 Ags Sejarah Membnat MaIn podium RISNASARI ROSMAN Mahasiswa Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Indonesia UniversitasPadjadjaran Janganlah menangis Indonesia Janganlah bersedih Indonesia Kami berdiri menjagamu pertiwi ... (Harry Roesli) ALMARHUM Harry Roesli membuka dan menutup monolog Sejarah. Lagu Jangan Menangis Indonesia membuat suasana pe- non ton menjadi senyap. Dengan kopiah hitam, baju dan celana komprang hitam, bendera merah putih di genggaman, Putu Wijaya (PW) melontarkan dialog, menyelang lagu Jangan Menangis Indonesia. Suara Harry Roesli memelan, membisik, berhenti. Monolog Sejarah yang dihantar oleh al- marhum Harry Roesli ini berkisah tentang Karna, seorang anak yang gila main komputer. Menjelang Ujian Nasional, orang tua Kama semakin cemas. Ujian tiba. Tapi, pengumuman . hasil ujian membuat semua orang terkejut, nilai rata-rata Kama 10.Sekolah intemasional datang melamar Karna, akan memberinya beasiswa hingga menyandang gelar doktor. Syaratnya, Kama hams dites sekali lagi. Kama bersedia. Hasilnya, sekolah internasional membuktikan bahwa Kama benar jenius. Tapi saat Karna akan dijemput pihak sekolah, ia keluar hanya memakai celana pendek dan sarung melilit tubuh. Kama tidak siap untuk pergL Di depan orang tuanya, tetangga, wartawan, dan pihak sekolah internasional, Kama mengeluarkan brosur dari balik sanmg. Karna menjelaskan penolakannya bersekolah di sekolah inter- nasional itu karena di dalam brosurnya tidak ada elaiaran Sejarah donesia. "Saya orang Indonesia," tegas Kama di akhir Sejarah. "Bagaimana saya menjadi orang Indonesia jika saya tidak belajar sejarah Indonesia?" Teranglah Sejarah menyoal ke-Indonesia-an. Saya menontonnya pertama di Indofood Tower, Jakarta, pada Kamis malam, 18 November 201l. Di sana, PW bermain di lounge Syabas Energi, sebuah perusahaan pertambangan. Ruang yang sebagian besar diisi oleh sofa, kursi, dan meja, ditata menjadi tempat pertunjukan. Penataan- nya hanya menggeser tempat duduk penonton untuk berporos ke panggung. Sedangkan panggung sudah termakan oleh piano yang sulit dikeluarkan dari mangoDari tempat memulai monolog, PW memiliki mang bermain yang terbatas, tidak lebih dari tiga langkah besar orang dewasa ke kanan dan kiri, dua langkah ke depan, dan tidak sama sekali ke belakang. Tapi, terbatasnya mang tidak menghambat PW bermonolog. Monolog Sejarah di JI.Sudirman ini temtama diperuntukkan bagi karyawan Syabas Energi. Penonton yang kurang lebih 35 orang yang kebanyakan belum pemah menonton teater itu tampak diam menyaksikan kelincahan PW. Kediamannya temyata menghayati cerita. Usai pementasan, berlangsung semacam talkshow dengan PW. Berbagai respons positif terlontar, misalnya dari Yudi Latif. Seorang pemikir agama dan politik ini mengungkap dua hal: "Pertama, untuk bisa kita melompat ke depan, penting sekali kitamengerti akar sejarah kita. Kedua, Indonesia menjadi masalah ketika orang yang paling rabun sejarah itu orang- orang kelas tinggi." Pentingnya mengerti sejarah (Indonesia) juga disepakati penyanyi Glen Fredly lewat lembut suara dan dawai piano. Lagu tentang Pancasila sebagai rumah kita menjadi respon dari penyanyi yang sudah tidak asing di Indonesia, "Kalau boleh jujur, buat saya sangat reflektif Kliping Humas Unpad 2011.

Transcript of OMel OJun Sejarah Membnat MaIn -...

~ibuuJabaro Kamis 0 Jumato Se/asa o Rabu • Sabtuo Senin

4 520 21

6 722

8 9 10 1123 24 25 26

12 13 1427 @ 29 30 31

2 317 18 19

OMar' eApr OMel OSep OOkt ONov ODesOJan OPeb OJun 0Ju/ 0Ags

Sejarah Membnat MaInpodium

RISNASARI ROSMANMahasiswa Fakultas SastraJurusan Bahasa Indonesia

Universitas Padjadjaran

Janganlah menangis IndonesiaJanganlah bersedih IndonesiaKami berdiri menjagamu pertiwi ...(Harry Roesli)

ALMARHUM Harry Roesli membuka danmenutup monolog Sejarah. Lagu JanganMenangis Indonesia membuat suasana pe-non ton menjadi senyap. Dengan kopiah hitam,baju dan celana komprang hitam, benderamerah putih di genggaman, Putu Wijaya (PW)melontarkan dialog, menyelang lagu JanganMenangis Indonesia. Suara Harry Roeslimemelan, membisik, berhenti.Monolog Sejarah yang dihantar oleh al-

marhum Harry Roesli ini berkisah tentangKarna, seorang anak yang gila main komputer.Menjelang Ujian Nasional, orang tua Kamasemakin cemas. Ujian tiba. Tapi, pengumuman .hasil ujian membuat semua orang terkejut, nilairata-rata Kama 10. Sekolah intemasional datangmelamar Karna, akan memberinya beasiswahingga menyandang gelar doktor. Syaratnya,Kama hams dites sekali lagi. Kama bersedia.Hasilnya, sekolah internasional membuktikanbahwa Kama benar jenius. Tapi saat Karna akandijemput pihak sekolah, ia keluar hanyamemakai celana pendek dan sarung melilittubuh. Kama tidak siap untuk pergL Di depanorang tuanya, tetangga, war tawan, dan pihaksekolah internasional, Kama mengeluarkanbrosur dari balik sanmg. Karna menjelaskanpenolakannya bersekolah di sekolah inter-nasional itu karena di dalam brosurnya tidak adaelaiaran Sejarah donesia.

"Saya orang Indonesia," tegas Kama di akhirSejarah. "Bagaimana saya menjadi orangIndonesia jika saya tidak belajar sejarahIndonesia?"Teranglah Sejarah menyoal ke-Indonesia-an.

Saya menontonnya pertama di Indofood Tower,Jakarta, pada Kamis malam, 18 November 201l.Di sana, PW bermain di lounge Syabas Energi,sebuah perusahaan pertambangan. Ruang yangsebagian besar diisi oleh sofa, kursi, dan meja,ditata menjadi tempat pertunjukan. Penataan-nya hanya menggeser tempat duduk penontonuntuk berporos ke panggung. Sedangkanpanggung sudah termakan oleh piano yang sulitdikeluarkan dari mangoDari tempat memulaimonolog, PW memiliki mang bermain yangterbatas, tidak lebih dari tiga langkah besarorang dewasa ke kanan dan kiri, dua langkah kedepan, dan tidak sama sekali ke belakang. Tapi,terbatasnya mang tidak menghambat PWbermonolog.Monolog Sejarah di JI. Sudirman ini temtama

diperuntukkan bagi karyawan Syabas Energi.Penonton yang kurang lebih 35 orang yangkebanyakan belum pemah menonton teater itutampak diam menyaksikan kelincahan PW.Kediamannya temyata menghayati cerita. Usaipementasan, berlangsung semacam talkshowdengan PW. Berbagai respons positif terlontar,misalnya dari Yudi Latif. Seorang pemikiragama dan politik ini mengungkap dua hal:"Pertama, untuk bisa kita melompat ke depan,penting sekali kitamengerti akar sejarah kita.Kedua, Indonesia menjadi masalah ketikaorang yang paling rabun sejarah itu orang-orang kelas tinggi."Pentingnya mengerti sejarah (Indonesia) juga

disepakati penyanyi Glen Fredly lewat lembutsuara dan dawai piano. Lagu tentang Pancasilasebagai rumah kita menjadi respon daripenyanyi yang sudah tidak asing di Indonesia,"Kalau boleh jujur, buat saya sangat reflektif

Kliping Humas Unpad 2011.

sekali apa yang beliau bagikan. Dan saya merasapunya tanggung jawab, dan apa yang bisa sayabuat lewat dunia seni ini jadi peranan pentinghari ini." Sesaat akan melantun, ia mengakubaru pertama kali melihat secara dekat danlangsung pertunjukkan PW. Sebelumnya iahanya membaca tulisan PW dan mendengarcerita tentang sang aktor Sejarah ini.Saya pun sarna seperti Glen. Tapi, saya lebih

beruntung karena mendapatkan kesempatankedua dan ketiga menonton monolog Sejarah.Monolog Sejarah kedua saya saksikan di BaleRumawat Unpad. Monolog pada Sabtu, 3Desember 2011,ini berlangsung di gedung yangsalah satu fungsinya memang untuk pertun-jukkan teater. Panggung ukuran 4 x 6 meterdisulap oleh kru TeaterMandiri dan panitiapenyelenggara. Lantai panggung dilapis layarhitam dan pinggir panggung dilapis kain bekasspanduk. Lampu warna kuning, hijau, dan merahyang bergantian menyorot panggung semakinmemberi efek dramatis. Penonton dari berbagaikalangan pun tersihir pertunjukkan PW.Berbeda dengan mono log PW di Indofood

Tower, pertunjukan PW di BaleRumawatdihadiri oleh antara lain: komunitas TeaterDjati, Teater Tjerobong Paberik, dan Teater BelBandung, juga para wartawan, Praja IPDN,dosen-dosen, guru-guru, dan para mahasiswadari berbagai tempat. Sebanyak 155 kursi yangtersedia tidak mampu menampung sekitar 180jurnlah penonton. Maka, undakan-undakantangga beralih fungsi menjadi kursi. Meskiduduk tidak sama tinggi, penonton sama-samaserius merespon pertunjukkan. PW bertanya,penonton menjawab. Penonton bersorai.Ramai tepuk tangan. Sepi. Riuh lagi. Senyaplagi. Begitulah kemahiran PW menyihirpenonton.Akademisi seperti Prof Doktor Ganjar

Kurnia, Rektor Unpad, dan Prof.Doktor C.W. Watson dari KentUniversity pun berhasil disihirPW. Setelah rnonolog,mereka bersama PW danpenonton lainnya terlibatdiskusi sengit, diantaranya membahaspengajaran Sejarah disekolah. Sang RektorUnpad membahaspengajaran Sejarah diIndonesia yang antaralain lebih membahas tahun,misalnya pertanyaan tahundalam ujian, bukan latarbelakang terjadinyasejarah itu sendiri.Sedangkan PW samaseperti talkshow saat dilounge Syabas Energi, iamenceritakan proses kreatifmonolog Sejarah berangkatdari dua peristiwa yangdialarninya. Pertama, ketikaia mengikuti seminartentang sejarah di Jakartapada tahun lalu. Di sana,[ero Wacik yang saat itumasih menjabat sebagaiMenteri Pariwisata danBudaya, mengungkapadanya satu jurusan SMAyang tidak mengajarkanSejarah Indonesia. Kedua, saatia bersama anaknya yang telahlulus SMP,Taksu, mencari SMAterbaik. Sampailah ia di sebuahSMA internasional yang ba-ngunannya megah, pun ke-lengkapan fasilitasnya. Tapi, PWkecewa dan urung me-nyekolahkan Taksu di sana,karena Sejarah negara lainyang diajarkan, bukan SejarahIndonesia.Di sekolah internasional seperti

itu kesempatan~m~e~n~o~n~to~n~~~~~-=~ ~~ ~ =-__

mono log Sejarah ketiga kalinya tidak sayalewatkan. Di SMABinaNusantara (Binus)Jakarta pada [umat, 16Maret 2012, PW bermo-nolog di tempat yang disebut ruang drama. Didalam ruang yang setengahnya berdidingcermin, panitia menyediakan kursi dan karpetdi depan panggung untuk menampung sekitar100 orang yang akan menyaksikan Sejarah.Penonton yang terdiri dari rnurid, guru, danorang tua murid, semuanya menyambutpermainan PW. Saat pertunjukan berlangsung,saya mendengar murid-murid mengucap,"Binus banget! Binus banget!" Walaupunterkesan menyindir, tapi penonton terkesirnaoleh pertunjukan PW. Dan setelah monologusai, para murid, guru-guru, dan para orangtua bergantian foto bersama PW. Tidak sedikityang bersalaman dan mengungkap rasakagum kepada PW.Tentu saja saya pun kagum pada PW. Pun

dibuat malu, teringat masa sekolah dulu. SejakSD sampai SMA saya tidak suka membaca,apalagi belajar Sejarah. Saya serius belajarSejarah hanya saat menjelang ujian. Ujian usai,hafalan lenyap. Saat itu, jika saya menjadiKarna, mungkin saya akan senang dilamarsekolah yang tidak ada pelajaran Sejarah. Tapi,sejak kuliah di Sastra Indonesia Unpad, apalagibergabung di Institut Nalar Jatinangor,bertahap saya dikenalkan buku-buku menarik.Misalnya, memoar masa perang Disguised,Sang Penyamar karya Rita la Fontaine deClercq Zubli, kisah seorang anak perempuansaat masa Jepang menjajah di Jambi. Buku lainyang menarik minat baca saya antara lainkumpulan puisi Konde Penyair Han karyaHanna Fransisca, kisah anak perempuanketurunan tionghoa menghadapi tragedi 98.Dua buku itu merangkul saya mendalarni

cerita, rnenggandeng ke tiap peristiwa. Sayaseperti mata kamera dalarn film yang melihatlangsung kejadian. Tempat kejadian bebassaya irnajinasikan, mengikuti tuturanpencerita. Saya mengingat peristiwa-peristiwa yang menegangkan atau menge-sankan, misalnya dalam Disguised, SangPenyamar. Seorang anak perempuan, Rita,menyamar menjadi anak laki-laki yang

dipaksa bermain biola untuk menghiburtentara Jepang. Tentara Iepang itu ditemanitawanan perempuan dan mereka berciuman.Saya sangat membayangkan perasaan yangberkecambuk dalam diri anak itu.Kisah-kisah seperti Rita terekam dalam diri

saya, padahal tidak ada kewajiban untukmengingatnya. Sementara, pelajaran Sejarahyang mestinya saya ingat malah sedikit ataumalah tidak ada yang saya ingat. Tapi itudulu, kini berkat buku-buku seperti mernoar,puisi, atau novel perlahan saya jadi sukamembaca, jadi kenal sejarah (Indonesia).Belajar sejarah jadi menyenangkan, jadiseperti main-main.Begitupula monolog Sejarah,batas main-

main dan serius membaur. Dengan kepiawa-iannya, RWmenyadarkan banyak orangterhadap pentingnya mengerti dan me-mahami sejarah (Indonesia). Saya bayang-kan monolog Sejarah dikelilingkan kesekolah-sekolah, lalu setelahnya siswa-siswa

disediakan ruang diskusi. Betapa asyiknyabelajar sejarah dengan media seperti yangdisuguhkan PW. Semoga sajabisa terwujud,agar alrnarhum Harry Roesli tidak terusmenerus bernyanyi Jangan Menangis Indonesia.

Jatinangor, 10April 2012