Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

9
RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) dapat menjawab tantangan Gerakan Nasional Pembangunan 1 Juta Rumah (GN-PSR) setiap tahun Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Dalam UUD 1945 Ps. 28 H, “ Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan”. UU No. 1/ 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Ps. 5 ayat (1), “Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah”. UU No. 20/ 2011 Tentang Rumah Susun Ps. 5 ayat (1), “Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan rumah susun yang pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah”. Dengan demikian maka diharapkan Setiap Orang/Keluarga/Rumah Tangga Indonesia Menempati Rumah Yang Layak Huni” Kebutuhan perumahan terus meningkat sangat pesat, khususnya di perkotaan pertumbuhan tersebut per tahun rata-rata mencapai 3,5%, sedangkan kebutuhan rumah baru setiap tahun mencapai 800.000 unit. Saat ini pembangunan/pengembangan rumah baru mencapai 600.000 unit per tahun. Jumlah kekurangan rumah (backlog) mengalami peningkatan dari 4,3 juta unit pada tahun 2000 menjadi 5,8 juta unit pada tahun 2004 dan 7,4 juta unit pada akhir tahun 2009. Kondisi tersebut diperkirakan akan terus berakumulasi di masa yang akan datang akibat adanya pertumbuhan rumah tangga baru rata-rata berdasar kualitas fisik bangunan, pada tahun 2007 rumah tangga berdasar status penguasaan tempat tinggal, pada tahun 2007 sebesar 820.000 unit rumah per tahun. Pemerintah telah melakukan berbagai fasilitasi penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat berpendapatan rendah melalui penyediaan subsidi kredit pemilikan rumah sederhana sehat (KPR-RSH), pengembangan kredit mikro perumahan, pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa), fasilitasi pembangunan rumah susun sederhana milik (rusunami) melalui peran serta swasta, fasilitasi pembangunan baru dan peningkatan kualitas perumahan swadaya. Berdasar kualitas fisik bangunan pada tahun 2007 rumah tangga yang menempati rumah berlantai bukan tanah telah mencapai 86,29 persen; beratap bukan daun sebanyak 98,8 persen; dan berdinding permanen sebesar 87,6 persen. Selain itu, berdasar kondisi bangunan tempat tinggal, rumah tangga yang menempati rumah dengan kondisi baik mencapai 45,94 persen, kondisi sedang 43,94 persen, kondisi rusak 9,25 persen, dan kondisi rusak berat 0,87 persen. Sementara itu berdasarkan data SUSENAS tahun 2007 masih terdapat 5,9 juta keluarga yang belum memiliki rumah. Jumlah rumah saat ini hanya 51 juta unit. Dari jumlah tersebut 3,4 juta masih tergolong tidak layak huni yang terbagi sebanyak 40% di perdesaan dan 60% di perkotaan. Backlog sebesar 7,6 juta unit pada tahun 2014 berdasarkan konsep penghunian (Sumber : Perpres No.2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019). Pemerintah mentargetkan backlog menjadi sebesar 5 juta unit pada tahun 2019. Kekurangan Rumah (Backlog) sebesar 13,5 juta unit pada tahun 2014 berdasarkan konsep kepemilikan (Sumber : BPS dan Bappenas) Pemerintah mentargetkan backlog menjadi sebesar 6,8 juta unit pada tahun 2019. 3,4 juta unit rumah tidak layak huni tahun 2014 (Sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun 2011, BPS) Pemerintah mentargetkan menjadi sebesar 1,9 juta unit pada tahun 2019 Permasalahan-permasalahan dalam penyediaan perumahan, terutama untuk MBR antara lain adalah:

Transcript of Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Page 1: Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) dapat menjawab tantangan

Gerakan Nasional Pembangunan 1 Juta Rumah (GN-PSR) setiap tahun

Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Dalam UUD 1945 Ps. 28 H, “ Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan”. UU No. 1/ 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Ps. 5 ayat (1), “Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah”. UU No. 20/ 2011 Tentang Rumah Susun Ps. 5 ayat (1), “Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan rumah susun yang pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah”. Dengan demikian maka diharapkan Setiap Orang/Keluarga/Rumah Tangga Indonesia Menempati Rumah Yang Layak Huni”

Kebutuhan perumahan terus meningkat sangat pesat, khususnya di perkotaan pertumbuhan tersebut per tahun rata-rata mencapai 3,5%, sedangkan kebutuhan rumah baru setiap tahun mencapai 800.000 unit. Saat ini pembangunan/pengembangan rumah baru mencapai 600.000 unit per tahun. Jumlah kekurangan rumah (backlog) mengalami peningkatan dari 4,3 juta unit pada tahun 2000 menjadi 5,8 juta unit pada tahun 2004 dan 7,4 juta unit pada akhir tahun 2009. Kondisi tersebut diperkirakan akan terus berakumulasi di masa yang akan datang akibat adanya pertumbuhan rumah tangga baru rata-rata berdasar kualitas fisik bangunan, pada tahun 2007 rumah tangga berdasar status penguasaan tempat tinggal, pada tahun 2007 sebesar 820.000 unit rumah per tahun.

Pemerintah telah melakukan berbagai fasilitasi penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat berpendapatan rendah melalui penyediaan subsidi kredit pemilikan rumah sederhana sehat (KPR-RSH), pengembangan kredit mikro perumahan, pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa), fasilitasi pembangunan rumah susun sederhana milik (rusunami) melalui peran serta swasta, fasilitasi pembangunan baru dan peningkatan kualitas perumahan swadaya. Berdasar kualitas fisik bangunan pada tahun 2007 rumah tangga yang menempati rumah berlantai bukan tanah telah mencapai 86,29 persen; beratap bukan daun sebanyak 98,8 persen; dan berdinding permanen sebesar 87,6 persen. Selain itu, berdasar kondisi bangunan tempat tinggal, rumah tangga yang menempati rumah dengan kondisi baik mencapai 45,94 persen, kondisi sedang 43,94 persen, kondisi rusak 9,25 persen, dan kondisi rusak berat 0,87 persen. Sementara itu berdasarkan data SUSENAS tahun 2007 masih terdapat 5,9 juta keluarga yang belum memiliki rumah. Jumlah rumah saat ini hanya 51 juta unit. Dari jumlah tersebut 3,4 juta masih tergolong tidak layak huni yang terbagi sebanyak 40% di perdesaan dan 60% di perkotaan.

Backlog sebesar 7,6 juta unit pada tahun 2014 berdasarkan konsep penghunian (Sumber : Perpres No.2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019). Pemerintah mentargetkan backlog menjadi sebesar 5 juta unit pada tahun 2019.

Kekurangan Rumah (Backlog) sebesar 13,5 juta unit pada tahun 2014 berdasarkan konsep kepemilikan (Sumber : BPS dan Bappenas) Pemerintah mentargetkan backlog menjadi sebesar 6,8 juta unit pada tahun 2019.

3,4 juta unit rumah tidak layak huni tahun 2014 (Sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun 2011, BPS) Pemerintah mentargetkan menjadi sebesar 1,9 juta unit pada tahun 2019

Permasalahan-permasalahan dalam penyediaan perumahan, terutama untuk MBR antara lain adalah:

Page 2: Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

1. Ketimpangan antara pasokan (supply) dan kebutuhan (demand). 2. Keterbatasan kapasitas pengembang (developer) yang belum didukung oleh regulasi yang

bersifat insentif. 3. Rendahnya keterjangkauan (affordability) MBR, baik membangun atau membeli rumah salah

satu penyebab masih banyaknya MBR belum tinggal di rumah layak huni (Potensi perumahan dan permukiman kumuh).

4. Pembangunan perumahan, khususnya di area perkotaan (urban area) terkendala dengan proses pengadaan lahan.

5. Peran pemerintah pusat dan daerah sebagai enabler masih lemah.

Page 3: Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Dan pada saat ini kita menghadapi satu tantangan baru dengan dicanangkannya Gerakan Nasional Pembangunan 1 Juta Rumah (GN-PSR) setiap tahun.

Risha mempunyai konsep bahwa seluruh komponen dapat di bongkar-pasang / knock down system, analogi dengan permainan anak-anak lego atau tamiya. Keuntungan dari RISHA adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan Bertahap 2. Dapat dikembangkan pada arah horizontal dan vertikal (2 lantai) 3. Dapat dibongkar pasang 4. Komponen ringan (maksimum 50 kg) 5. Pemasangan hanya 1 hari (bilamana kondisi SDM dan lapangan seperti disyaratkan) 6. Komponen dapat diproduksi secara home industry dalam upaya pengembangan UKM 7. Fleksibilitas desain tinggi, tergantung kreatifitas arsiteknya 8. Dapat mengakomodasi potensi lokal (budaya maupun bahan bangunan)

RISHA merupakan Rumah layak huni dan terjangkau dapat dibangun secara bertahap berdasarkan modul, dengan waktu yang diperlukan dalam proses pembangunan setiap modul 24 jam oleh tiga pekerja. Karena ukuran komponen mengacu pada ukuran modular maka komponennya memiiki sifat fleksibel dan efisien dalam konsumsi bahan bangunan.

Telah memiliki 67 aplikator dan diterapkan sebanyak + 10.000 unit di Aceh paska Tsunami Keunggulan :

Lebih Cepat Lebih Murah Lebih Ramah Lingkungan Lebih Tahan Gempa Movable (knock-down) Lebih ringan Dapat dimodifikasi sebagai bangunan kantor, puskesmas, rumah sakit,dll.

Page 4: Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.
Page 5: Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

RISHA ada sebuah penemuan teknologi konstruksi knock downyang dapat dibangun dengan

waktu cepat (oleh sebab itu disebut sebagai teknologi instan), dengan menggunakan bahan

beton bertulang pada struktur utamanya,

Inovasi ini didasari oleh kebutuhan akan percepatan penyediaan perumahan dengan harga

terjangkau dengan tetap mempertahankan kualitas bangunan sesuai dengan standar (SNI),

Sebagaimana diketahui, bahwa pertumbuhan rumah baru setiap tahunnya sangat tinggi, yaitu

mencapai 800.000 unit per tahun, sedangkan pada sisi lain, daya beli mesyarakat sangat

rendah, yaitu 70% kelompok masyarakat termasuk berpenghasilan rendah, dan cukup berat

untuk mendapatkan rumah layak (baik beli maupun sewa).

Pada sisi lain, kekhawatiran akan kerusakan lingkungan akibat konsumsi bahan bangunan yang

bersumber dari sumber daya alam sangat tinggi untuk memenuhi pembangunan perumahan

beserta infrastrukturnya, berbanding terbalik dengan kemampuan sumber daya alam untuk

memulihkan kembali, artinya bila target penyediaan perumahan terpenuhi maka akan

berdampak pada kerusakan lingkungan, yang akhirnya akan berdampak pada kestabilan

kehidupan manusia [dibaca : masyarakat].

Nama dagang atau trademark dari teknologi RISHA adalah Rumah Instan Sederhana Sehat.

Teknologi ini mengacu pada ukuran modular, sehingga ukuran setiap komponennya senantiasa

berulang, sehingga setiap komponen sudah diperhitungkan untuk dapat digunkan pada

komponen-komponen yang beragam, seperti komponen dapat digunakan untuk pondasi, sloof,

kolom, balok, kuda-kuda termasuk dinding. bahkan pada beberapa penerapan dilapangan

komponen-komponen RISHA ini juga digunakan untuk pembangunan infrastruktur, seperti

Page 6: Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

tower menara air, kanstin jalan, drainase jalan, pedestrian, kebutuhan lansekap [bangku, meja ,

prasasti, dsb, bahkan landasan helikopter].

Prinsip Kerja

RISHA ini dibangun pada dua tempat; yaitu industri komponen dan installing di site. kedua

proses tersebut dapat dilakukan secara parallel, yaitu pada saat lokasi disiapkan pematangan

lahan dan pembangunan infrastruktur maka di workshop dibuat komponen-komponennya.

ketika komponen siap dan lokasi telah matang, maka komponen di rakit di site.

Produk ini telah digunakan secara massal untuk pembangunan kembali permukiman

pascabencana Tsunami di NAD dan Nias. Telah disusun buku tentang RISHA dan dipublikasikan

secara nasional dengan jumlah sekitar 4000 eksemplar, melalui penerbit Griya Kreasi.

RISHA telah diterapkan dan direplikasikan oleh stakeholder antara lain beberapa UKM. Respon

dari pengguna produk ini cukup tinggi, dan saat ini lebih banyak diminati untuk kebutuhan

pembangunan vila-vila, banyak yang tertarik untuk memiliki bangunan ini karena keunikan,

sedangkan untuk kelompok masyarakat berpenghasilan rendah yang menjadi kendala adalah

belum adanya sistem pembiayaan yang mampu memfasilitasi kemampuan mereka, peminatan

akan teknologi tersebut cukup tinggi

Keunggulan

Waktu pembangunan instalasi lebih cepat dibandingkan dengan teknologi konvensional, hanya

sepuluh kali lebih cepat dari pembangunan rumah biasa.

Jumlah tenaga kerja untuk merakit teknologi ini cukup 3 orang saja, dengan waktu yang

singkat dan jumlah tenaga yang lebih sedikit, maka teknologi ini merupakan teknologi yang

mendorong peningkatan produktifitas kerja

Teknologi ini memiliki kemudahan dalam penjaminan mutu, karena terukur dan

terkonsentrasi proses produksinya, terutama pada pembangunan skala masal, mutu antara

satu bangunan dengan bangunan lainnya akan sama

Dari sisi konsumsi bahan bangunan teknologi ini hanya mengkonsumsi sekitar 60% bahan

bangunan dibandingkan dengan teknologi konvensional, sehingga teknologi ini lebih ramah

lingkungan (hemat sumber daya alam, hemat energi, hemat pemeliharaan, hemat waktu)

Karena mengacu pada ukuran modular, maka bahan bangunan yang terbuang relatif

sangat kecil

Membuka peluang lapangan pekerjaan baru, disektor industri komponen bahan bangunan,

terutama bagi UKM

Tentunya bangunan ini juga ramah terhadap gempa Dapat dikembangkan pada arah horizontal maupun vertikal sampai dengan dua lantai,

tanpa harus merubah bagian bawah

KELEMAHAN

Karena komponennya mengacu pada ukuran modular, maka ukuran denah sangat kaku,

dimana ukuran tersebut menngacu pada ukuran kelipatan 3.00 meter dan 1,5 meter,

sehingga bila memiliki lahan dengan ukuran diluar modul tersebut agak repot.

Page 7: Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Bila dibangun dalam jumlah satuan mahal harganya karena harus berinvestasi pada

cetakan, sehingga disarankan pembangunan sekitar 500 unit untuk tipe 21. Angka tersebut

telah mencapai BEP-nya.

Biaya Investasi

Pada tahun 2005 biaya investasi RISHA untuk sebuah UKM mencapai 200 juta termasuk di

dalamnya untuk workshop, sewa kantor, dan alat pencetaknya. Dengan perhitungan

kemampuan produksi 1 unit rumah tipe 21 perhari.

Untuk penerapan bangunan, harga mencapai 1,2 juta/m2 untuk rumah satu lantai siap huni di

luar lahan. Pusat Litbang Permukiman telah memiliki software SID RISHA (Sistem Informasi

Desain RISHA) untuk menghitung biaya investasi kawasan, harga per unit, dan target grup.

Biaya investasi ini termasuk biaya operasi dan pemeliharaan. Bila dibandingkan dengan

teknologi konvensional, maka biaya investasinya relatif sama dengan teknologi konvensional

yang memiliki jaminan mutu sesuai dengan SNI. Namun bila ditinjau pada arah pengembangan

vertikal, maka teknologi ini akan jauh lebih hemat karena untuk penambah an sampai dengan

dua lantai tidak diperlukan biaya tambahan perkuatan lantai dasar. Bila dibandingkan dengan

teknologi konvensional, biaya perawatan teknologi ini jauh lebih hemat karena perbaikan

kerusakan pada bangunan cukup dengan mengganti komponen-komponen yang rusak saja.

Penyediaan perumahan dengan RISHA yang memerlukan waktu pembangunan yang cepat sangat mendukung Gerakan Nasional Pembangunan 1 Juta Rumah (GN-PSR) setiap tahun.

Innovasi dan pengembangannya dapat menjadi masukan bagi kesempurnaan teknologi terapan

ini, sehingga hasil dari RISHA dapat lebih meningkat mutunya.

Baru-baru ini juga telah dilaksanakan Diseminasi Teknologi dan Pelatihan Alih Teknologi

Penerapan Rumah Murah Produk Litbang Perumahan dan Permukiman di Provinsi Banten,

bertempat di Hotel Ratu Bidakara dan KP3B pada tanggal 15-18 September 2015.

Page 8: Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Dalam rangkaian kegiatan Diseminasi tersebut sekaligus dilaksanakan Peletakan Batu Pertama

Bantuan RISHA bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kampung Andamui Kecamatan

Curug Kota Serang oleh Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Banten Ibu Hj. Dewi Indriati.

Disampaikan juga oleh Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten Ir. H.

Husni Hasan, CES. bahwa pembangunan RISHA akan dilakukan di 9 titik dan sekitar Kawasan

Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) yang juga menjadi prioritas, karena di

perkampungan sekitar yang menjadi teras Provinsi, masih banyak ditemukan rumah tidak layak

huni. Hal ini sesuai Perintah Gubernur Banten H. Rano Karno, agar permukiman yang berada di

sekitar KP3B dirapihkan terlebih dahulu, dan itu disambut gembira oleh masyarakat.

Page 9: Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Sumber :

litbang.pu.go.id/risha-rumah-instan-sederhana-sehat.balitbang.pu.go.id

pu.go.id/organisasi/ditjen-penyediaan-perumahan