Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB...

53
Tanggung Jawab Negara Terhadap Penembakan Pesawat Terbang Sipil Di Atas Wilayah Konflik Bersenjata Berdasarkan Hukum Internasional Skripsi Oleh Kurniawan Manullang UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Transcript of Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

Tanggung Jawab Negara Terhadap Penembakan Pesawat Terbang

Sipil Di Atas Wilayah Konflik Bersenjata Berdasarkan Hukum

Internasional

Skripsi

Oleh

Kurniawan Manullang

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP PENEMBAKAN PESAWAT

TERBANG SIPIL DI ATAS WILAYAH KONFLIK BERSENJATA

BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL

ABSTRAK

Oleh

Kurniawan Manullang

Pesawat Malaysia Airlines 17 (MH17/MAS17) yang merupakan penerbangan

penumpang internasional terjadwal dari Amsterdam ke Kuala Lumpur jatuh di

daerah Grabove, kota Donetsk, Ukraina. Pada kawasan tersebut sedang terjadi

konflik yakni antara kelompok separatis Pro-Russia yang menduduki daerah

tersebut Ukraina. Pesawat MH17 jatuh dekat perbatasan Rusia tersebut pada

tanggal 17 Juli 2014 dengan 283 penumpang dan 15 awak kabin meninggal dunia.

Pesawat MH17 dikabarkan jatuh 50 sampai 80 kilometers (31 hingga 50 mil)

sebelum memasuki ruang udara Rusia. Penelitian awal yang dilakukan beberapa

pihak terkait menyatakan bahwa adanya dugaan bahwa pesawat tersebut ditembak

jatuh oleh rudal permukaan-ke-udara “Buk” pada ketinggian 10.000 m

(33,000 kaki) yang hingga sekarang belum dapat dipastikan pihak mana yang

menembakkan rudal tersebut.

Tujuan utama dari penelitian ini, pertama adalah untuk menjelaskan pengaturan

hukum internasional mengenai wilayah konflik. Tujuan kedua adalah untuk

mengetahui bagaimana pertanggungjawaban Ukraina terhadap penembakan

pesawat terbang sipil MH17. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif

dengan prosedur pengumpulan data yang sumber utamanya adalah bahan hukum

normatif dengan prosedur pengumpulan data yang sumber utamanya adalah bahan

hukum yang berisi aturan-aturan yang bersifat hukum normatif. Data yang

diperoleh dan diolah dalam penelitian hukum normatif adalah data sekunder yang

terutama berasal dari sumber kepustakaan serta ditambah dari berbagai sumber

sekunder lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, Berdasarkan Hukum Internasional,

selama wilayah dari suatu negara secara yuridiksi masih di bawah kedaulatan

negara tersebut, negara tersebut berhak mengatur wilayahnya dan berkewajiban

bertanggung jawab atasnya. Maka dalam hal ini wilayah Donetsk yang merupakan

Page 3: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

Kurniawan Manullang

wilayah konflik tetap berada dalam tanggung jawab Ukraina. Kedua, Ukraina

sebagai negara kolong dapat dimintai pertanggungjawaban atas peristiwa

penembakan pesawat terbang sipil MH17. Hal ini berdasarkan beberapa bukti-

bukti yang memenuhi unsur-unsur lahirnya tanggung jawab sebuah negara.

Kata Kunci : MH17, Tanggung Jawab, Wilayah Konflik

Page 4: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

STATE RESPONSIBILITY FOR CIVIL AIRCRAFT SHOOTING IN THE

AREA OF ARMED CONFLICT UNDER INTERNATIONAL LAW

ABSTRACT

By

Kurniawan Manullang

Malaysia Airlines flight 17 (MH17 / MAS17) which is an international scheduled

passenger flight from Amsterdam to Kuala Lumpur Grabove fell in the area of the

city of Donetsk, Ukraine. The region indeed is a conflict area due to the Pro-

Russian separatist group that controls it. MH17 plane crashed near the Russian

border on July 17th, 2014 with 283 passengers and 15 crew members died. MH17

plane crashed 50 to 80 kilometers (31 to 50 miles) before entering the air space of

Russia. Preliminary research conducted by several parties claimed that the alleged

plane was shot down by a missile surface-to-air "BUK" at an altitude of 10,000 m

(33,000 ft). This is one of two major incidents that befall Malaysia Airlines in

2014. This accident also is a great loss to many parties including the families of

the victims, airline and internationally.

The main objective of this study is firstly to describe the arrangement of

international law regarding conflict areas. The second objective is to determine

how the responsibility of Ukraine against the shooting of civilian aircraft MH17.

This research is a normative law with data collection procedures whose the main

source of normative legal materials with data collection procedures whose the

main source of legal material that contains rules that are normative law. The data

obtained and processed in the normative legal research is secondary data which is

mainly derived from literature sources and added various other secondary sources.

The results showed that the first, based on International Law, as long as the area

of jurisdiction of a country still under the sovereignty of the country, the country

is entitled to regulate its territory and obliged responsible for it. So in this case the

Donetsk region which is a region of conflict remain within the responsibility of

Ukraine. Secondly, Ukraine as a state can be held responsible under the above

shooting civilian aircraft MH17. It is based on some evidence that satisfies the

elements of the arising of a state responsibility.

Keywords: MH17, Responsibility, Regional Conflicts

Page 5: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

Tanggung Jawab Negara Terhadap Penembakan Pesawat Terbang

Sipil Di Atas Wilayah Konflik Bersenjata Berdasarkan Hukum

Internasional

Oleh

Kurniawan Manullang

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Internasional

Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2016

Page 6: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang
Page 7: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang
Page 8: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 Januari

1993, penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak

Manihara Manullang dan Megawati Togatorop.

Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di SD Immanuel Bandar Lampung

pada tahun 1999-2005. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di

SMP Immanuel Bandar Lampung pada tahun 2005-2008. Kemudian penulis

melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 5 Bandar Lampung pada

tahun 2008-2011.

Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung melalui jalur Undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN). Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari

di Desa Sukamarga, Kec. Pulau Pisang, Kab. Pesisir Barat pada Tahun 2014.

Selama menempuh studi di Universitas Lampung, penulis pernah menjabat

sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Hukum Internasional periode 2014-2015.

Penulis juga aktif mengikuti organisasi luar kampus yaitu Indonesia Spurs

Lampung sebagai Ketua sejak tahun 2013.

Page 9: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

PERSEMBAHAN

Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah

memberikan kasih karunia dan anugerahNya kepadaku.

Sebagai perwujudan rasa kasih sayang, cinta, hormatku, dan tanda baktiku yang

tulus dari hatiku terdalam…

Aku mempersembahkan karya ini kepada:

Ayahku tercinta Bapak Manihara Manullang yang telah mengajarkanku untuk

tetap kuat dan bersyukur dalam segala hal.

Mamaku tercinta Megawati Togatorop

Yang telah memberikan dukungan, doa serta ketulusan di dalam hidupku. Wanita

tercantik dan terbaik yang Tuhan beri kepada diriku.

Serta Keluarga besar yang selalu berdoa dan berharap demi keberhasilanku

dalam meraih cita-cita.

Almamamaterku tercinta Fakultas Hukum Angkatan 2011

Universitas Lampung

Page 10: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

MOTTO

“Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang

baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang

mengangkat temannya.”

Pengkhotbah 4:9-10A

“One has a moral responsibility to disobey unjust laws.”

Martin Luther King Jr.

“As long as i have my faith in God, i’m good. I know everything else is going to

come.”

Derrick Rose

“Apapun yang kamu lakukan di hidup ini, tidak akan berarti kalau kamu melakukannya

tanpa temanmu.”

Kurniawan Manullang

Page 11: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

ix

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan

rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Tanggung Jawab Negara Terhadap Penembakan Pesawat

Terbang Sipil Di Atas Wilayah Konflik Bersenjata Berdasarkan Hukum

Internasional” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum di

Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

2. Ibu Melly Aida, S.H.,M.Hum, selaku Ketua Bagian Hukum Internasional atas

kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan

saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Naek Siregar, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Utama atas

kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan

bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Page 12: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

4. Ibu Siti Azizah, S.H., M.H., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan,

saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Abdul Muthalib Tahar, S.H., M.Hum., selaku Pembahas serta Penguji

Kedua atas kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk

memberikan saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Widya Krulinasari, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas II yang telah

memberikan nasehat, kritikan, masukkan dan saran dalam penulisan skripsi

ini.

7. Bapak Ahmad Zazili, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik atas

kesediaannya meluangkan waktu untuk memberikan kemudahan dalam

proses akademik selama saya kuliah dan terkait dengan penyelesaian skripsi

ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum, khususnya bagian Hukum

Internasional (Bapak Ahmad Syofyan, S.H., M.H., Ibu Rehulina Tarigan,

S.H., M.H., Ibu Desy Churul Aini, S.H., M.H., dan lain-lain), atas bimbingan

dan masukannya dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Marjiyono, Bapak Sujarwo dan Bapak Supendi selaku Staf

Administrasi Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas

Lampung, atas bantuan, saran dan masukannya serta motivasinya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak Dr. Hamzah, S.H.,M.H. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

dan Alumni, Pak Rusmialdi, S.H. serta Mba Lusi atas bimbingan dan saran

kepada penulis selama berorganisasi Fakultas Hukum.

Page 13: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

11. Kedua orang tuaku, Bapak Manihara Manullang dan Ibu Megawati Togatorop

yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis. Jika bukan karena

Bapak dan Mamak, aku tidak akan mampu untuk sampai ke tahapan ini dari

kehidupanku.

12. Squad of International Law (Beni, Jessica, Very, Anisa, Belardo, Shinta, El

renova, Farid) atas rasa kekeluargaan, kebersamaan, dukungan dan

pengalaman yang luar biasa yang kalian berikan. Akan selalu mengingat hari

dimana kita bersama.

13. Teman-teman Senasib Seperjuangan Tak Sewisudaan (Ivan Savero, Gilang

Fardes, Egi Yuzario, Fannyza Faisal, Bayu Teguh, Ferinda Eka Adlina, Fitri

Ratna Wulan) untuk persahabatan, candaan, makanan dan kehebohan selama

ini. NGEBAKUR LEEE !

14. Teman-teman IndoSpurs Lampung (Dede, Novindio, Baskoro, Rizki,

Kuncung, Aldo, Zazuli, Heri, Calvin, Yosa, Yogi, Emje, Fadel, Pandya dan

lain-lain) untuk semangat dan kebersamaannya selama ini. COYS!

15. Teman-teman Fakultas Hukum 2011 (Kresna, Kodri, Dancuk, Maryanto,

Gito, Syendi, Sahrun, Haqi, Syech, Bayu, Niko, Alghi, Putera, Made,

Samudera, Komang, Wayan) untuk ilmu dan pertemanan selama ini.

16. Keluarga besar Formakris (Torang, Daniel, Fery, Juna, Galang, Stevanus,

Grace, Niko, Go, Revan, Dopdon, Bonchu, Marlina, Merry, Mona dan lain-

lain) untuk sukacita dan kasihnya selama ini.

17. Keluarga dan teman-teman tercinta ( Kak Evi, Kak Netty, Riko, Yohana, Tisa

Liani, Chatarina Lilia, Egytha Prima, Siti Amalia, Adji Madya, Rhyan

Page 14: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

Syaidan, ) terimakasih telah mendengar setiap keluh kesahku dan membuatku

ceria;.

18. Teman-teman KKN Pulau Pisang (Ipen, Joe, Rio, Victor, Widi, Gama,

Cynthia, Yeni, Winda, Dita, Yessy, Olip, Trio Risky, Yayang, Dhoni, Sigit,

Andhika, Yuni, Enny, Priska dan lain-lain) untuk kebersamaan dan

perjuangan yang telah kita lalui selama 40 hari. PULANG LEEE !.

19. Keluarga besar Standard Gandhi English Language Centre (Mr. Khaidir, Mr.

Ilyas, Mr. Yusuf, Mr. Jon, Miss Khusnul, Miss Devi, Miss Ocha, Miss Ai,

Miss Rika, Miss Ibti, Miss Tere, Miss Tisa, Miss Flo, Miss Rizky, Miss

Nurul, Miss Lia, Miss Yuli, Pak Sam, Mas Slamet, Mas Ghofur, Mas Heri

dan lain-lain) serta seluruh murid-murid yang selalu kucinta, untuk

kebersamaan, ilmu, pengalaman, dan kekeluargaan yang sangat luar biasa.

20. Kepada semua pihak yang terlibat namun tidak dapat disebutkan satu persatu,

penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 30 Juni 2016

Penulis

Kurniawan Manullang

Page 15: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................. ii

HALAMAN JUDUL ................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi

MOTTO ....................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ........................................................................................ viii

SANWACANA ............................................................................................ ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 9

1.4 Ruang Lingkup ............................................................................... 10

1.5 Sistematika Penulisan..................................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Negara .............................................................................. 13

2.2 Tanggung Jawab Negara ................................................................ 15

2.2.1 Dasar Dan Sifat Tanggung Jawab Negara ........................... 16

2.2.2 Jenis-Jenis Tanggung Jawab Negara ................................... 19

2.2.3 Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Negara ............................. 20

2.3 Pesawat Terbang Sipil .................................................................... 22

2.4 Konflik Bersenjata ......................................................................... 22

2.5 Pemberontak …………………………………………………….. 23

2.5.1 Cara-Cara Pemberian Pengakuan........................................... 25

Page 16: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 27

3.2 Pendekatan Masalah ....................................................................... 28

3.3 Sumber Data ................................................................................... 28

3.4 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ................................. 30

3.4.1 Metode pengumpulan data ................................................... 30

3.4.2 Metode pengolahan data ...................................................... 30

3.5 Analisis Data .................................................................................. 31

IV. PEMBAHASAN

4.1 Pengaturan Hukum Internasional Di Wilayah

Konflik Bersenjata ......................................................................... 32

4.1.1 Konflik di Ukraina ............................................................... 32

4.2 Tanggung Jawab Ukraina ............................................................... 42

4.2.1 Kronologi Peristiwa Penembakan

Pesawat Terbang Sipil MH17.. ............................................ 42

4.2.2 Pertanggungjawaban Negara Berdasarkan

Hukum Internasional ........................................................... 48

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan.................................................................................... 63

5.2 Saran............................................................................................. .. 64

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggung jawab dapat diartikan sebagai

kewajiban menanggung segala sesuatunya dimana jika terjadi apa-apa boleh

dituntut, dipersalahkan, diperkarakan atau juga berarti hak yang berfungsi

menerima pembebanan sebagai akibat sikapnya oleh pihak lain.1

Tanggung jawab negara dapat diartikan sebagai suatu kewajiban negara untuk

menanggung segala kesalahan atau pelanggaran hukum internasional yang

mengakibatkan kerugian terhadap negara atau subjek internasional lain dengan

cara memperbaiki keadaan, merehabilitasi atau mengganti kerugian atas

kerusakan atau perbuatan yang melanggar hukum atau kewajiban internasional

yang dilakukan oleh negara.2

Hukum internasional menjelaskan bahwa suatu negara bertanggung jawab

bilamana suatu perbuatan atau kelalaian yang dapat dipertautkan kepadanya

melahirkan pelanggaran terhadap suatu kewajiban internasional, baik yang lahir

dari suatu perjanjian internasional maupun dari sumber hukum internasional

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka : Jakarta,

1991 hlm. 1006 2 Joseph P. Harris – Consulting editor , Introduction to the Law of Nations, McGraw Hill Series

Inc., Political science, New York-Toronto-London, 1935, hlm. 133

Page 18: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

2

lainnya.3 Hingga akhir Abad ke-20, masih dipegang pendapat bahwa untuk

lahirnya tanggung jawab negara tidak cukup hanya dengan dua unsur penyebab,

yaitu:4

1) Ada perbuatan atau kelalaian (act or omission) yang dapat dipertautkan

(imputable) kepada suatu negara;

2) Perbuatan atau kelalaian itu merupakan suatu pelanggaran terhadap suatu

kewajiban internasional, baik kewajiban itu lahir dari perjanjian maupun dari

sumber hukum internasional lainnya.

Selain kedua unsur tersebut, terdapat unsur yang ketiga yakni adanya kerugian

yang timbul sebagai akibat perbuatan atau kelalaian.5

Pengakuan internasional terhadap suatu negara pada umumnya didasarkan pada

terpenuhi tidaknya syarat-syarat berdirinya suatu negara, sebagaimana yang

tercantum dalam Konvensi Montevideo 1933 mengenai hak dan kewajiban

negara, dijelaskan bahwa kualifikasi suatu negara sebagai subjek dalam hukum

internasional harus memiliki penduduk yang tetap, wilayah (teritorial) tertentu,

pemerintahan dan kapasitas mengadakan hubungan dengan negara lain.6

Berdasarkan syarat-syarat yang tercantum dalam konvensi tesebut, maka wilayah

teritorial merupakan salah satu perwujudan dari kedaulatan suatu negara, karena

pada dasarnya eksistensi suatu wilayah teritorial dapat ditunjukkan dengan

bagaimana negara wilayah tersebut menata dan mengelola wilayahnya, termasuk

3 Dikutip dalam Malcom N.Shaw,International law, hlm. 542 oleh Jawahir Thontowi dan Pranoto

Iskandar dalam Hukum Internasional Kontemporer,2006 . 4 Eddy Setyabudi, Aspek Politik Juridis Peertanggungjawaban Internasional tentang Jatuhnya

Benda-Benda Buatan Manusia yang Diluncurkan ke Antaraiksa. Makalah Seminar Nasional

Hukum Antariksa, LAPAN, 1985. 5 fl.unud.ac.id Tanggung Jawab Negara (STATE RESPONSIBILITY)

6 S.Tasrif, Hukum Internasional Tentang Pengakuan dalam Teori dan Praktek, Bandung:

Abardin, 1987, hlm. 10

Page 19: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

3

wilayah perbatasan. Baik pada masa damai maupun perang, kewaspadaan dan

upaya pengamanan wilayah perbatasan harus tetap siaga bagi penciptaan stabilitas

keamanan, pemerintahan, pajak, kependudukan dan keimigrasian, perdagangan,

informasi dan telekomunikasi.7 Negara memiliki kewajiban mutlak untuk menjaga

kedaulatan wilayahnya, termasuk wilayah udaranya. Dalam rangka upaya

menjaga keamanan wilayah udara tersebut setiap negara memiliki hak untuk

menetapkan zona udara yang boleh dilewati dan zona larangan terbang dimana

penetapan zona tersebut harus didasarkan pada prinsip hukum udara internasional

sehingga dengan demikian tidak menimbulkan konflik yang sesungguhnya pada

navigasi udara.8

Zona larangan terbang diatur dalam Konvensi Paris 1919, yang kemudian

diperbaiki dengan Protokol Paris 1929. Pasal 3 Protokol Paris 1929 mengatur

mengenai bentuk zona larangan terbang yang terdiri dari dua bentuk , yaitu : 9

1. Zona larangan terbang yang ditetapkan atas dasar alasan pertahanan dan

keamanan atau militer. Zona dengan bentuk semacam ini bersifat permanen,

kecuali jika ada perubahan mengenai kepentingan militer atau pertahanan dan

keamanan dari negara yang bersangkutan.

2. Zona larangan terbang yang dinyatakan untuk seluruh atau sebagian udara

nasional negara kolong tertutup sama sekali bagi pesawat terbang asing,

karena keadaan darurat. Zona dengan bentuk penutupan wilayah udara akan

dilakukan hanya sampai situasi dan kondisi pulih kembali.

7 Awang Faroek Ishak, Membangun Wilayah Perbatasan Kalimantan, Jakarta : Indomedia,

2003, hlm. 6 8 H. K. Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa, Hukum Laut

Internasional, Buku Kedua, Bandung : Mandar Maju, 1995, hlm. 25 9 Pasal 3 Protokol Paris 1929

Page 20: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

4

Pengaturan zona larangan terbang dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Konvensi Paris 1919

yang kemudian diubah dengan Protokol Paris yang ditandatangani tanggal 15 Juni

1929, antara lain memberi kekuasaan kepada negara berdaulat untuk mengizinkan

pesawat udara sipil nasional terbang di zona larangan terbang dalam hal sangat

penting dan darurat. Demikian pula dikatakan dalam masa damai negara tersebut

berhak untuk menetapkan zona larangan terbang seluruh atau sebagian

wilayahnya.

Zona larangan terbang mempunyai beberapa tujuan. Pertama, untuk meniadakan

atau tidak memperbolehkan negara lain untuk menggunakan ruang udaranya.

Setiap pesawat udara yang hendak memasuki wilayah atau zona yang

diberlakukan zona larangan terbang tersebut, harus mendapatkan izin terlebih

dahulu dari negara yang memberlakukannya. Tujuan kedua dari diberlakukannya

zona larangan terbang adalah untuk menjalin kerjasama dengan pasukan yang ada

di darat serta bertindak secara serentak melawan setiap ancaman yang timbul.10

Aturan hukum udara internasional tersebut, merupakan salah satu landasan bagi

suatu negara untuk mengamankan wilayah kedaulatannya, namun dalam

perkembangannya seringkali terjadi pelanggaran wilayah kedaulatan, khususnya

di wilayah udara dengan beraneka ragam penyebab. Beberapa pelanggaran yang

terjadi di antaranya penembakan terhadap pesawat boeing 707 milik Korea

Airlines yang terjadi pada bulan April 1978 oleh Uni Soviet akibat pesawat

tersebut terbang di wilayah udara Uni Soviet. Selanjutnya pada 1978 pesawat

udara jenis Viscount milik Air Rhodesia ditembak oleh pasukan gerilya Uni

Soviet di darat. Di samping kasus-kasus tersebut, selama 21 tahun setidaknya

10

Bernard, Alexander., Lessons from Iraqn and Bosnia on the Theory and Practice of No – Fly

Zones, The Journal of Strategic Studies, 2004, hlm. 456

Page 21: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

5

telah terjadi 12 penembakan pesawat udara dari darat ke udara akibat pelanggaran

wilayah seperti pernah terjadi di Congo, Kuba, Angola, Vietnam, Kamboja,

Muzambique, dan Chad.11

Ketentuan yang menyangkut “pelanggaran wilayah”

terdapat di dalam Konvensi Chicago 1944. Pasal 1 dan Pasal 6 Konvensi Chicago

1944 menyebutkan bahwa setiap negara mempunyai kedaulatan penuh dan

eksklusif atas wilayah udaranya, kecuali telah memperoleh izin lebih dahulu

sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Konvensi Chicago 1944 maupun bentuk

penerbangan lainnya. Pasal lainnya yang berkenaan dengan “pelanggaran

wilayah” adalah Pasal 3 huruf (c),”Tidak ada pesawat militer suatu negara boleh

terbang di atas wilayah negara lain tanpa izin”. Konvensi ini diubah oleh Protocol

relating to an amandement to the Convention on International Civil Aviation yang

ditandatangani pada tanggal 10 Mei 1984 di Montreal. Ketentuan dalam konvensi

ini menjelaskan bahwa :12

1. Negara mempunyai kewajiban hukum untuk tidak menggunakan senjata

terhadap pesawat udara sipil dalam penerbangannya dan di dalam hal

melakukan prosedur pencegatan (interception), negara berkewajiban untuk

tidak membahayakan jiwa manusia yang berada dalam pesawat, serta pesawat

yang diintersepsi itu sendiri.

2. Ditetapkan bahwa sebagai perwujudan kedaulatan, negara kolong berhak

memerintahkan pesawat udara sipil yang melakukan pelanggaran wilayah

udara untuk mendarat di pelabuhan udara yang telah ditentukan negara

tersebut dan dalam menerapkan kewenangannya, kembali diingatkan agar

negara memperhatikan ketentuan yang pertama di atas. Selain itu negara

11

Ghislaine Richard, KAL007 : The Legal Fall out, dalam Nicolas Mateesco Matte, Annals of Air

and Space Law. Vol.IX-194. Toronto: The Carswell Company Limited, 1984, hlm. 147 – 162 12

Yasidi Hambali, Hukum dan Politik Kedirgantaraan, Jakarta : Pradnya Paramita, 1994, hlm.

202

Page 22: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

6

diminta untuk mengumumkan ketentuan-ketentuan yang dibuatnya dalam

mengatur prosedur intersepsi terhadap pesawat udara sipil.

3. Setiap pesawat udara sipil harus mematuhi instruksi yang diberikan oleh

negara yang melakukan intersepsi terhadapnya. Untuk mendukung prinsip

pematuhan ini setiap negara dituntut untuk memasukkan dalam perundang-

undangan nasionalnya, ketentuan bahwa pesawat udara sipil yang terdaftar di

negaranya akan mematuhi instruksi negara yang melakukan intersepsi kapan

saja pesawat udara sipil itu mengalami kasus sedemikian. Juga dituntut agar

setiap negara menetapkan dalam perundang-undangan nasionalnya ketentuan

hukuman yang berat bagi para pemilik atau operator pesawat sipil yang

terdaftar di negaranya, yang melanggar prinsip pematuhan dalam menghadapi

intersepsi oleh negara lain.

4. Setiap negara akan mengalami tindakan-tindakan agar pesawat udara sipil

yang terdaftar di negaranya, tidak dipergunakan untuk maksud yang

bertentangan dengan tujuan Konvensi Chicago.

Kasus terakhir mengenai penerbangan yang mengalami penembakan adalah

Pesawat Malaysia Airlines 17 (MH17/MAS17) yang merupakan penerbangan

penumpang internasional terjadwal dari Amsterdam ke Kuala Lumpur. Pesawat

ini jatuh di Ukraina Timur dekat perbatasan Rusia pada tanggal 17 Juli 2014

dengan 283 penumpang dan 15 awak kabin meninggal dunia. Hal ini merupakan

insiden besar kedua bagi Malaysia Airlines lima bulan terakhir setelah Malaysia

Airlines penerbangan 370 hilang pada bulan Maret 2014 lalu. Kecelakaan ini juga

Page 23: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

7

menjadi sebuah kehilangan besar bagi banyak pihak antara lain keluarga para

korban, maskapai penerbangan dan dunia internasional.13

Sebagaimana telah dikemukakan pada awal tulisan ini bahwa pesawat MH17

jatuh 50 sampai 80 kilometers (31 hingga 50 mil) sebelum memasuki ruang udara

Rusia, tepatnya di daerah Grabove, Ukraina Timur. Laporan awal Reuters

menyatakan bahwa pemerintah Ukraina menduga pesawat ini ditembak jatuh oleh

rudal permukaan-ke-udara “Buk” dimana sedang terjadi konflik antara kelompok

separatis Pro-Russia dan Ukraina.14

Insiden yang menimpa pesawat ini menjadi polemik di kalangan para akademisi

maupun praktisi hukum, khususnya hukum internasional. Beberapa persoalan

yang harus dijawab, di antaranya mengenai siapa yang bertanggungjawab atas

penembakan terhadap pesawat tersebut; apakah pihak maskapai penerbangan yang

tidak memperoleh informasi mengenai status wilayah udara di atas Ukraina yang

merupakan zona larangan terbang atau bukan; dan apakah pihak Negara Ukraina

sebagai Negara yang berdaulat memberikan informasi yang cukup mengenai

situasi keamanan di wilayah udaranya.15

Salah satu peran dan fungsi hukum internasional adalah untuk memberikan

kepastian hukum dan batasan yang jelas dan tegas perihal hak dan kewajiban

masing-masing negara di wilayah kedaulatannya. Secara umum dikatakan, negara

bertanggung jawab dalam hukum internasional untuk perbuatan atau tindakan

yang bertentangan dengan kewajiban internasional negara itu. Komisi Hukum

13

www.kompas.com , Pesawat Malaysia Airlines Jatuh di Ukraina, diakses melalui situs

http://internasional.kompas.com/read/2014/07/17/22435231/Pesawat.Malaysia.Airlines.MH17.

Jatuh.di.Ukraina pada tanggal 25 Maret 2015 pukul 16.00 WIB. 14

www.vivanews.co.id, Misterid ditembaknya Malaysia Airlines MH 17 diatas langit Ukraina,

diakses melalui situs http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1699311 pada tanggal 25

Maret 2015 pukul 17.00 WIB 15

Ibid.

Page 24: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

8

Internasional (International Law Commission, ILC) telah membahas persoalan

tanggung jawab negara ini sejak tahun 1956 namun baru pada tahun 2001 berhasil

merumuskan rancangan Pasal-pasal tentang Tanggung Jawab Negara karena

Perbuatan yang Dipersalahkan menurut Hukum Internasional (Draft Articles on

Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts) yang kemudian

diedarkan oleh Majelis Umum PBB. Dalam Resolusi A/RES/ 59/35 (2004)

Majelis Umum mengundang negara-negara anggota PBB untuk memberi

tanggapan tentang langkah selanjutnya dan memutuskan untuk

mempertimbangkan masalah itu kembali pada tahun 2007.16

Persoalan mengenai

tanggung jawab negara dalam hukum internasional yang pada hukum kebiasaan

internasional yang kemudian berkembang melalui praktik negara-negara dan

putusan-putusan pengadilan internasional.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian

dalam sebuah skripsi dengan judul “Tanggung Jawab Negara Terhadap

Penembakan Pesawat Terbang Sipil Di Atas Wilayah Konflik Bersenjata

Berdasarkan Hukum Internasional”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaturan Hukum Internasional di wilayah konflik

bersenjata?

2 Bagaimanakah pertanggungjawaban Internasional terhadap kasus

penembakan pesawat terbang sipil MH17 ?

16

I Gede Dewa Palguna, Tanggung Jawab Negara dan Individu Menurut Hukum Internasional,

Disampaikan pada acara Penataran Hukum Humaniter Internasional dan Hak Asasi Manusia

bagi Perwira Kostrad, bertempat di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

(KOSTRAD), Jakarta, 21 Oktober 2008.

Page 25: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.3.1 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan utama penelitian

ini adalah :

1. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaturan Hukum Internasional di

wilayah konflik.

2. Untuk mengkaji dan menganalisis pertanggungjawaban Ukraina terhadap

penembakan pesawat terbang sipil MH17.

1.3.2 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

pengetahuan serta wawasan bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya yang

hendak melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka pengembangan hukum

internasional dan untuk menjadi dasar pengambilan kebijakan khususnya

mengenai hukum udara internasional tentang Tanggung Jawab Negara Terhadap

Penembakan Pesawat Terbang Sipil di Atas Wilayah Konflik Bersenjata

Berdasarkan Hukum Internasional.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam hukum, khususnya

hukum internasional untuk kemudian digunakan sebagai data primer maupun

sekunder dalam setiap penulisan yang terkait dengan Tanggung Jawab Negara

Terhadap Penembakan Pesawat Terbang Sipil di Atas Wilayah Konflik Bersenjata

Berdasarkan Hukum Internasional, khususnya bagi para akademisi.

Page 26: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

10

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup bidang ilmu

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian di bidang Ilmu Hukum Udara

Internasional khususnya mengenai Tanggung Jawab Negara Terhadap

Penembakan Pesawat Terbang Sipil di Atas Wilayah Konflik Bersenjata

Berdasarkan Hukum Internasional.

1. Lingkup Kajian

Penelitian dalam skripsi ini difokuskan pada lingkup kajian, antara lain :

a. Pengaturan hukum internasional di wilayah konflik bersenjata;

b. Pertanggungjawaban internasional mengenai penembakan terhadap

pesawat terbang sipil di atas wilayah konflik bersenjata.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan, dan pengembangan terhadap isi skripsi ini

maka diperlukan kerangka penulisan yang sistematis. Sistematika penulisan

skripsi ini terdiri dari 5, yakni :

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Permasalahan, dan Ruang

Lingkup, Tujuan dan Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan. Bab ini

merupakan gambaran umum dari isi skripsi untuk memudahkan pembaca dalam

mendalami isi skripsi ini.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini dibahas tentang pengertian umum mengenai pokok – pokok

pembahasan skripsi, yang meliputi pengertian, hak dan kewajiban suatu negara,

Page 27: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

11

pengertian Konflik dan Pesawat udara menurut hukum internasional. Bab ini

merupakan landasan teoritis untuk memberikan dasar – dasar teori sehingga

memudahkan dalam pembahasan yang akan dibahas dalam Bab IV.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini membahas tentang metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini,

yang terdiri dari jenis penelitian, pendekatan masalah, data dan sumber data,

prosedur pengumpulan data, prosedur pengolahan data dan analisis data. Bab ini

dimaksudkan untuk membentuk gambaran secara jelas tentang bagaimana

penelitian ini akan dilakukan serta didukung dengan metode penelitian ilmiah.

Bab IV: Hasil Penelitian dan Analisis Data

Bab ini dimulai dengan pemaparan hasil penelitian dan uraian dari

pembahasannya. Diawali dengan pemaparan pemecahan masalah yang menjadi

pokok permaslahan dalam skripsi ini yaitu Tanggung Jawab Negara Terhadap

Penembakan Pesawat Terbang Sipil Di Atas Wilayah Konflik Bersenjata

Berdasarkan Hukum Internasional.

Bab V: Penutup

Bab ini menguraikan bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran –

saran. Dalam bagian ini dijelaskan bahwa kesimpulan merupakan jawaban

terhadap permasalahan yang telah dibahas secara menyeluruh. Terakhir,

berdasarkan kesimpulan tersebut kemudian penulis memberikan saran – saran.

Page 28: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Negara

Negara adalah suatu organisasi yang di dalamnya harus ada sekelompok rakyat

yang hidup atau tinggal di suatu wilayah yang permanen dan ada pemerintahan

yang berdaulat baik ke dalam maupun ke luar untuk mencapai tujuan bersama.

Wirjono Prodjodikoro menjelaskan bahwa negara adalah suatu organisasi di

antara sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama

mendiami suatu wilayah (territoir) tertentu dengan mengakui adanya suatu

Pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau

beberapa manusia.16

Lebih sederhana lagi, Soemantri Martosoewignjo

menjelaskan bahwa negara merupakan organisasi kekuasaan.17

Konvensi Montevideo 1933 mengenai hak dan kewajiban negara, mengatur

bahwa kualifikasi suatu negara sebagai subjek dalam hukum internasional harus

memiliki penduduk yang tetap, wilayah (teritorial) tertentu, pemerintahan dan

16

Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Tata Negara Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, 1983,

hlm. 2 17

Sri Soemantri Martosoewignjo, Undang-Undang Dasar Dan Ketetapan Majeleis

Permusyawaratan Rakyat, Pidato Pengukuhan pada penerimaan jabatan Guru Besar Tetap

dalam Mata Kuliah Ilmu Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UNPAD, pada tanggal 21

Pebruari 1987, UNPAD, Bandung, 1987, hlm. 4

Page 29: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

13

kapasitas mengadakan hubungan dengan negara lain.18

Unsur – unsur tersebut

akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Penduduk yang tetap (Rakyat)19

Rakyat adalah semua orang yang berdiam didalam suatu negara atau menjadi

penghuni negara. Rakyat dalam suatu negara dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu penduduk dan bukan penduduk. Penduduk adalah mereka

yang bertempat tinggal tetap atau berdomisili diwilayah suatu negara,

sedangkan bukan penduduk adalah mereka yang berada dalam wilayah negara

tidak bertempat tinggal, biasanya hanya untuk bekerja atau berwisata.

b. Wilayah20

Wilayah negara adalah batas kekuasaan bagi negara untuk melaksanakan

yurisdiksinya, wilayah tersebut meliputi wilayah darat, laut dan udara.

c. Pemerintah yang berdaulat 21

Pemerintah merupakan alat bagi negara dalam menyelenggarakan segala

kepentingan rakyatnya dan merupakan alat dalam mewujudkan tujuan yang

sudah ditetapkan, pemerintahan ini mencakup semua badan - badan negara.

d. Pengakuan dari negara lain22

Pengakuan dari negara lain merupakan salah satu syarat mutlak berdirinya

suatu negara, hal ini sangat diperlukan agar dapat melakukan hubungan

dengan negara – negara lain.

18

S.Tasrif, Op.cit, hlm.10 19

H.M. Djazuli, et.al., Kewarganegaraan 1 : Menuju Masyarakat Madani, Jakarta : PT. Ghalia

Indonesia, 2007 hlm. 10 20

P.N.H Simanjuntak, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : Grasindo, 2007, hlm. 7 21

Ibid., hlm.10 22

Ibid., hlm.11

Page 30: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

14

Keempat unsur ini menjadi elemen dasar dari adanya suatu negara dalam

pandangan hukum internasional. Disamping keempat unsur di atas, secara

doktrinal dikemukakan beberapa unsur tambahan seperti dapat disimak dari

Wayan Parthiana, yaitu terdapat unsur-unsur tambahan dari negara yakni rakyat,

daerah, pemerintahan, dan kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan

negara lain, negara dapat mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan pejabat-

pejabatnya terhadap pihak negara lain.23

Negara memiliki kedaulatan apabila semua unsur tersebut telah terpenuhi.

Kedaulatan merupakan hasil terjemahan dari kata souvereignty (bahasa

Inggris), souverainete (bahasa Perancis) atau sovranus (bahasa Italia) yang

merupakan turunan dari kata latin superanus yang berarti “yang tertinggi”.

Persoalan kedaulatan ini merupakan atribut hukum atau ciri penting (secara

yuridis) dari suatu negara atau pemerintahan, yang dalam implikasinya

mengandung aspek internal dan eksternal.24

Aspek internal berupa kekuasaan

tertinggi dari suatu negara untuk mengatur segala sesuatu yang ada dan terjadi

dalam batas-batas wilayah negara. Selanjutnya aspek eksternal berkaitan dengan

kekuasaan tertinggi untuk melakukan hubungan dengan anggota masyarakat

internasional maupun mengatur segala sesuatu yang berada dan terjadi di luar

wilayah suatu negara sepanjang masih ada kaitannya dengan kepentingan negara.

Negara merupakan subjek utama hukum internasional yakni sebagai pemegang,

penegak atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional.

Dengan demikian, negara memiliki tanggung jawab baik dalam penegakkan hak

23

I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, CV. Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm.

63- 67

24 Ibid, hlm.294

Page 31: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

15

ataupun pelaksanaan kewajiban semua unsur yang ada di dalamnya dan segala

peristiwa internasional yang terjadi di dalam wilayah negara tersebut.

2.2 Tanggung Jawab Negara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggung jawab diartikan sebagai

kewajiban menanggung segala sesuatunya dimana jika terjadi apa-apa boleh

dituntut, dipersalahkan, diperkarakan atau juga berarti hak yang berfungsi

menerima pembebanan sebagai akibat sikapnya oleh pihak lain.25

Dalam kaitannya dengan negara, Joseph P.Harris mengartikan tanggung jawab

negara sebagai suatu kewajiban negara untuk menanggung segala kesalahan atau

pelanggaran hukum internasional yang mengakibatkan kerugian terhadap negara

atau subjek internasional lain dengan cara memperbaiki keadaan, merehabilitasi

atau mengganti kerugian atas kerusakan atau perbuatan yang melanggar hukum

atau kewajiban internasional yang dilakukan oleh negara.26

Pengertian tersebut

selaras dengan pernyataan Shaw, yang menjelaskan bahwa karakteristik penting

adanya tanggung jawab negara bergantung kepada faktor-faktor mendasar berikut:

a. Adanya suatu kewajiban hukum internasional yang berlaku antara dua negara

tertentu;

b. Adanya suatu perbuatan atau kelalaian yang melanggar kewajiban hukum

internasional tersebut yang melahirkan tanggung jawab negara;

25

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Pustaka : Jakarta, 1991 hlm. 1006 26

Joseph P. Harris – Consulting editor , Introduction to the Law of Nations, McGraw

Hill Series Inc., Political science, New York-Toronto-London, 1935, hlm. 133

Page 32: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

16

c. Adanya kerusakan atau kerugian sebagai akibat tindakan yang melanggar

hukum atau kelalaian.27

Hukum internasional mengatur bahwa suatu negara bertanggung jawab bilamana

suatu perbuatan atau kelalaian yang dapat dipertautkan kepadanya melahirkan

pelanggaran terhadap suatu kewajiban internasional, baik yang lahir dari suatu

perjanjian internasional maupun dari sumber hukum internasional lainnya28

.

2.2.1 Dasar dan Sifat Tanggung Jawab Negara

Tanggung jawab negara pada hakikatnya muncul ketika terjadi antara lain :

a. pelanggaran hak subjektif negara lain;

b. pelanggaran terhadap norma-norma hukum internasional yang merupakan

jus cogens (prinsip dasar yang diakui oleh komunitas internasional sebagai

norma yang tidak boleh dilanggar)29

;

c. dan tindakan - tindakan yang berkualifikasi sebagai kejahatan

internasional.30

Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang

mengandung unsur-unsur transnasional dan atau internasional serta harus

diukur apakah mengandung unsur necessity.31

Negara harus bertanggung

jawab atas tindakan-tindakan tersebut. Dasar dari tanggung jawab negara

27

Huala Adolf, Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2002, hlm. 257 28

Dikutip dalam Malcom N.Shaw,International law, hlm. 542 oleh Jawahir Thontowi dan

Pranoto Iskandar dalam Hukum Internasional Kontemporer,2006 29

M. Cherif Bassiouni, International Crimes: „Jus Cogens‟ and „Obligatio Erga Omnes‟ Law

and Contemporary Problems, 1996, hlm. 68 30

Andrey Sujatmoko, Tanggung Jawab Negara Atas Pelanggaran Berat HAM, Jakarta :

Grasindo, 2005, hlm. 34 31

Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Bandung : PT Refika Aditama,

2000, hlm. 46

Page 33: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

17

berasal dari ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian

internasional maupun hukum kebiasaan internasional.32

Pertanggungjawaban negara berkaitan erat dengan suatu kaidah di mana prinsip

fundamental hukum internasional menyebutkan bahwa negara atau suatu pihak

yang dirugikan berhak mendapat ganti rugi atas kerugian yang dideritanya. Suatu

doktrin serupa berlaku dalam kaitannya dengan unit-unit bagian lain dari negara-

negara pada umumnya. baik federal maupun kesatuan. Laporan tahun 1974

Komisi Hukum Internasional menyebutkan :33

“Prinsip bahwa negara bertanggung jawab atas tindakan-tindakan dan kelalaian-

kelalaian organ-organ dari kesatuan-kesatuan pemerintah teritorial, seperti

kotapraja dan propinsi, dan daerah-daerah, telah lama diakui secara tegas di dalam

keputusan-keputusan judisial internasional dan praktik-praktik negara.”

Hukum internasional telah mengatur bahwa di dalam kedaulatan itu terkait

kewajiban untuk tidak menyalahgunakan kedaulatan itu sendiri, karena kalau

suatu negara meyalahgunakan kedaulatannya itu dapat dimintai suatu

pertanggungjawaban atas tindakan dan kelalaiannya tersebut. 34

Tetapi dalam

konteks yang lebih nyata, pertanggungjawaban itu muncul diakibatkan oleh

pelanggaran atas hukum internasional, yaitu dengan cara melanggar kedaulatan

negara lain, menyerang negara lain, melukai atau mencederai perwakilan

diplomatik negara lain, bahkan memperlakukan warga negara asing dengan

32

Ibid. 33

Jawahir Thantowi dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer, Bandung: PT

Refika Aditama, 2006 34

Mochtar Kusumaatmadja dan Agoes, Etty R, Pengantar Hukum Internasional , Bandung :

P.T. Alumni, 2003

Page 34: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

18

seenaknya saja. Oleh karena itu pertanggungjawaban itu muncul, dalam interaksi

satu sama lain sangat besar kemungkinan negara membuat suatu kesalahan

ataupun pelanggaran yang merugikan negara lain disinilah kemudian muncul

pertanggungjawaban negara tersebut.35

Tanggung jawab negara sendiri bersifat melekat pada negara, artinya suatu negara

memiliki kewajiban memberikan ganti rugi ketika negara tersebut menimbulkan

atau menyebabkan kerugian kepada negara lain.36

Sifat melekatnya kewajiban negara yang menimbulkan kerugian untuk membayar

ganti rugi, misalnya diatur dalam pasal 2 ayat (3) perjanjian internasional tentang

hak sipil dan politik. Pasal tersebut mengatur korban pelanggaran HAM harus

mendapatkan pemulihan secara efektif, meskipun pelangaran tersebut dilakukan

oleh pejabat resmi negara.37

Tanggung jawab negara menurut hukum internasional memiliki perbedaan dengan

tanggung jawab negara menurut hukum nasional. Menurut hukum internasional,

tanggung jawab negara timbul sebagai akibat dari pelanggaran terhadap hukum

internasional. Walaupun hukum nasional menganggap suatu perbuatan bukan

merupakan suatu pelanggaran hukum, namun apabila hukum internasional

menentukan sebaliknya maka negara harus tetap bertanggung jawab. Hal tersebut

oleh F. Sugeng Istanto dijelaskan :38

35

Artikel Tentang Responsibility of State for Internasional Wrongful Act, ILC November 2001,

pasal 1

36 Andrey Sujatmoko, Tanggung Jawab Negara Atas Pelanggara HAM, Op.cit., hlm. 35

37 Geoffrey Robertson Q.C., Kejahatan Terhadap kemanusiaan, Perjuangan untuk mendapatkan

keadilan global, Jakarta : Komnas HAM, 2002, hlm. 308 38

F. Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Jogjakarta : Atmajaya Jogjakarta, 1998.hlm. 78

Page 35: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

19

“pertanggungjawaban negara menurut hukum internasional hanya timbul karena

pelanggaran hukum internasional, pertanggungjawaban itu tetap timbul meskipun

hukum nasional negara yang bersangkutan perbuatan itu tidak merupakan

pelanggaran hukum. Perbuatan itu mungkin disebabkan oleh karena perbuatan itu

oleh hukum nasional negara tersebut tidak dietapkan sebagai perbuatan yang

melanggar hukum atau karena pelaku perbuatan tersebut tidak menimbulkan

pertanggungjawaban negara.”

2.2.2 Jenis-Jenis Tanggung Jawab Negara

Suatu negara dapat dimintai pertangungjawabanya jika aktivitas-aktivitasnya

merugikan negara lain. Jika karakteristik untuk adanya tangung jawab negara

telah dipenuhi, maka negara penerima dalam hal ini dapat diminta

pertangungjawabannya. Macam-macam tangung jawab negara yaitu 39

:

a. Tangung jawab terhadap perbuatan melawan hukum (delictual liabilty).

b. Tangung jawab ini timbul dari setiap kesalahan atau kelalaian yang dilakukan

oleh suatu negara terhadap orang asing didalam wilayahnya atau wilayah

negara lain.

c. Tangung jawab atas pelanggaran perjanjian (contractual liabilty).

d. Tangung jawab ini terjadi jika suatu negara melangar perjanjian atau kontrak

yang telah dibuatnya dengan negara lain dan pelangaran itu mengakibatkan

kerugian terhadap negara lainya.

39

Huala Adolf, Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2002, hlm.180-201

Page 36: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

20

e. Tangung jawab atas konsesi.

Perjanjian konsesi antara negara dengan warga negara (korporasi asing)

dikenal adanya Clausula Alvo yang menetapkan bahwa penerima konsesi

melepaskan perlindungan pemerintahanya dalam sengketa yang timbul dari

perjanjian tersebut dan sengketa yang timbul itu harus diajukan ke peradilan

nasional negara pemberi konsesi dan tunduk pada hukum nasional negara

tersebut.

f. Tangung jawab atas ekspropriasi.

Yaitu pencabutan hak milk perorangan untuk kepentingan umum yang

disertai dengan pemberian ganti rugi.

g. Tangung jawab atas utang negara.

Suatu negara yang tidak membayar utang-utang luar negeri berarti bahwa

negara tersebut tidak memenuhi kewajiban kontrak atau perjanjian utang.

h. Tangung jawab atas kejahatan internasional.

Kejahatan internasional adalah semua perbuatan melawan hukum secara

internasional yang berasal dari pelangaran suatu kewajiban internasional yang

penting guna perlindungan terhadap kepentingan fundamental internasional

dan pelangaran tersebut diakui sebagai suatu kejahatan oleh masyarakat.

2.2.3 Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Negara

Hukum internasional khususnya mengenai hukum udara membagi sistem dan

prinsip mengenai tanggung jawab menjadi beberapa sistem dan prinsip, yaitu

sistem warsawa, sistem Roma dan sistem Guatemala. Sistem Warsawa

mempergunakan prinsip “presumption of liability” dan prinsip pada “limitation of

Page 37: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

21

liability” untuk kerugian pada penumpang, barang dan bagasi tercatat, sedangkan

untuk kerugian pada bagasi tangan di pergunakan prinsip “presumption of non-

liability” dan prinsip “limitation of liability”.40

Prinsip-prinsip ini dipergunakan

pula dalam ordonansi pengangkutan udara. Sistem Roma mempergunakan prinsip

“absolute liability” dan prinsip “limitation of liability”.

Sedangkan dalam sistem Guatemala dipergunakan prinsip „Absolute liability” dan

prinsip “limitation of liability” untuk kerugian yang ditimbulkan pada penumpang

dan bagasinya, tanpa membedakan antara bagasi tercatat dan bagasi tangan, bagi

barang dipergunakan prinsip “presumption of liability” dan prinsip “Limitation of

liability”, sedangkan untuk kerugian karena keterlambatan dipergunakan prinsip

prinsip-prinsip yang sama dengan untuk barang. Pada liability Convention tahun

1972 dipergunakan prinsip “absolute liability” apabila kerugian ditimbulkan di

permukaan bumi dan prinsip “Liability based on fault” apabila kerugian

ditimbulkan benda angkasa atau orang di dalamnya, yang diluncurkan oleh suatu

negara lain.41

Secara garis besar, prinsip-prinsip hukum udara internasional yang bisa dikaitkan

dengan tanggung jawab negara yaitu:

a. Prinsip Presumption Liability

b. Prinsip Absolute Liability

c. Prinsip Liability Based On Fault

d. Prinsip Limitation Liability

40

H.K. Martono,Op.cit. hlm.67 41

Ibid.

Page 38: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

22

2.3 Pesawat terbang sipil

Yang dimaksud dengan pesawat udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat

terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena

reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.42

Semua pesawat udara selain pesawat udara militer, dinas pemerintahan, beacukai

dan polisi adalah pesawat udara sipil (private aircraft).43

2.4 Konflik bersenjata

Konflik bersenjata adalah suatu peristiwa penuh dengan kekerasan dan

permusuhan antara pihak-pihak yang bertikai. Dalam sejarah konflik bersenjata

telah terbukti bahwa konflik tidak saja dilakukan secara adil, tetapi juga

menimbulkan kekejaman.44

Oleh PBB, konflik bersenjata tersebut mendapat

pengaturan dalam beberapa Konvensi seperti Konvensi Den Haag 1907, Konvensi

Jenewa 1949 serta Protokol Tambahan I dan II 1977.45

Terdapat perbedaan antara

konflik bersenjata internasional (international armed conflict) dan sanketa

bersenjata non-internasional (non international armed conflict. Kedua istilah ini

dapat ditemukan pada Konvensi Janewa 1949. Pengertian international armed

conflict dapat ditemukan antara lain pada commentary Konvensi Jenewa 1949,

sebagai berikut :

“Any difference arising between two states and leading to the armed forces is an

armed conflct within the meaning of article 2, even if one of the Parties dinies the

42

Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan 43

Pasal 30 Konvensi Paris 1919 44

Asep Darmawan, Prinsip Pertanggungjawaban Pidana Komandan Dalam Hukum Humaniter

Kumpulan Tulisan, Jakarta: Pusat Studi Hukum Humaniter dan HAM Fakultas Hukum

Universitas Trisakti, 2005, hlm. 51 45

Arlina Pemanasari, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, ICRC, Jakarta, 1999, hlm. 3

Page 39: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

23

existence of a state of war. It makes no difference how long the conflict lasts, or

how much slaughter take place.(perbedaan yang timbul antara dua Negara dan

menyebabkan intervensi anggota angkatan bersenjata adalah konflik bersenjata

dalam arti Pasal 2, bahkan jika salah satu pihak dinies adanya keadaan perang.

Tidak ada bedanya beberapa lama konflik berlangsung,atau berapa banyak

mengambil tempat pembantaian).”

Untuk istilah Non-international Armed Conflict dapat dilihat dalam Pasal 3

Konvensi Jenewa 1949. Konvensi ini tidak menjelaskan secara rinci kriteria-

kriteria yang diperlukan untuk mengindentifikasi suatu keadaan sehingga dapat

digolongkan ke dalam Non-international Armed Conflict. Kriteria – kriteria

tersebut baru dapat ditemukan dalam Pasal 1 ayat (1) dan (2) protokol II 1997.

2.5 Pemberontak

Eksistensi pihak berperang dalam suatu wilayah negara tidak muncul secara tiba-

tiba, melainkan didahului oleh adanya suatu “pemberontakan” yang terjadi pada

suatu bagian wilayah negara. Dalam hukum internasional kata “pemberontakan”

dalam bahasa inggris terdapat tiga istilah, yaitu insurrection, rebellion, revolution.

Dalam percakapan sehari-hari ketiga istilah ini penggunaannya sering dicampur

adukkan, padahal maknanya berbeda antara satu dengan lainnya.46

Timbulnya suatu pihak berperang (belligerent) dalam suatu negara didahului

dengan adanya insurrection (pemberontakan dengan skup yang kecil), yang

kemudian meluas menjadi rebellion (rebelli). Selanjutnya rebelli ini untuk dapat

46

Abdul Muthalib Tahar, Hukum Internasional dan Perkembangannya, Pusat Kajian Konstitusi

dan Peraturan Perundang-undangan Fakultas Hukum Universitas Lampung, Bandar Lampung,

2013, hlm. 64

Page 40: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

24

berubah statusnya menjadi pihak berperang harus memenuhi syarat-syarat

(obyektif).

Syarat-syarat pengakuan terhadap pihak berperang menurut Hurwitz (1951 : 64)

dalam “The Diplomatic Year Book” yaitu :47

a. Harus diorganisir secara teratur di bawah pimpinan yang bertanggung

jawab.

b. Harus memakai tanda-tanda yang jelas dapat dilihat.

c. Harus membawa senjata secara terang-terangan.

d. Harus mengindahkan cara-cara peperangan yang lazim.

Apabila syarat-syarat di atas belum terpenuhi, para pemberontak baru berada pada

taraf rebelli. Apabila syarat-syarat tersebut terpenuhi dan para pemberontak

mendapatkan pengakuan dari negara ketiga, statusnya rebelli berubah menjadi

belligerent.

Kaum Belligerency adalah kaum pemberontak yang sudah mencapai tingkatan

yang lebih kuat dan mapan, baik secara politik, organisasi dan militer sehingga

tampak sebagai suatu kesatuan politik yang mandiri. Kemandirian kelompok

semacam ini tidak hanya ke dalam tetapi juga keluar. Dalam pengertian, bahwa

dalam batas-batas tertentu dia sudah mampu menampakkan diri pada tingkat

internasional atas keberadaannya sendiri.

Terhadap kelompok ini harus diberlakukan hukum nasional dari negara yang

bersangkutan. Hukum internasional tidak mengaturnya sama sekali kecuali hanya

47

Ibid., hlm.65

Page 41: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

25

melarang negara lain untuk melakukan intervensi tanpa persetujuan negara yang

bersangkutan.

Pengakuan terhadap kaum Belligerensi lebih bersifat politis, namun demikian

pada umumnya ada 4 (empat)unsure yang harus dipenuhi agar suatu kelompok

dapat dikategorikan sebagai kaum Belligerensi, yakni:48

a. Kaum pemberontak itu harus terorganisasi dan teratur di bawah

pemimpinnya yang jelas.

b. Kaum pemberontak harus menggunakan tanda pengenal atau uniform yang

jelas yang menunjukkan identitasnya.

c. Kaum pemberontak harus sudah menguasai sebagai wilayah secaraefektif

sehingga benar-benar wilayah itu berada di bawah kekuasaannya.

d. Kaum pemberontak harus mendapat dukungan dari rakyat diwilayah yang

didudukinya.

2.5.1 Cara-Cara Pemberian Pengakuan

Terhadap peristiwa timbulnya negara baru, pergantian pemerintah

(inkonstitusional), dan timbulnya pemberontakan (yang mengarah pada perang

saudara), pada umumnya negara-negara yang telah ada akan mengambil sikap

(memberikan pengakuan. Adapun cara-cara negara memberikan pengakuan dapat

dilakukan :49

1. Secara tegas/terang-terangan (expressed recognition), misalnya dengan

pernyataan resmi kepala negara (pemerintah) melalui media mass (surat

48

Jawahir Tonthowi, Pranoto Iskandar, 2006, Hukum Internasional Kontemporer, Bandung,

Refika Aditama. Hlm.125-126. 49

Ibid., hlm.67

Page 42: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

26

kabar, televisi, dan radio), atau melalui nota diplomatik yang disampaikan

oleh Menteri Luar Negeri, yang mengakui berdirinya negara baru,

pemerintah baru, atau pihak berperang.

2. Secara diam-diam (implied recognition), misalnya mengundang kepala

negara baru berkunjung ke negaranya, mengundang kepala negara itu

hadir dalam suatu konferensi internasional.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, penulis bertujuan untuk

mengkaji mengenai Tanggung Jawab Negara Terhadap Penembakan Pesawat

Terbang Sipil Di Atas Wilayah Konflik Bersenjata Berdasarkan Hukum

Internasional secara lmiah dan berdasarkan sumber-sumber ilmu yang sesuai

dengan hukum internasional.

Page 43: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penyusunan skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab Negara Terhadap

Penembakan Pesawat Terbang Sipil Di Atas Wilayah Konflik Bersenjata

Berdasarkan Hukum Internasional” ini menggunakan metode-metode tertentu

agar dapat terarah dan tidak menyimpang. Hal ini disebabkan, suatu penelitian

merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran

suatu pengetahuan.46

Penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian hukum normatif

(Normative Legal Research) yaitu penelitian hukum kepustakaan yang mengacu

pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.47

Dalam

hal ini, objek penelitiannya adalah konvensi-konvensi internasional. Sedangkan

fokus kajiannya adalah hukum positif yakni hukum yang berlaku pada suatu

waktu dan tempat tertentu, yaitu suatu aturan atau norma tertulis yang secara

resmi dibentuk dan diundangkan oleh penguasa, di samping hukum yang tertulis

46

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, hlm.

2 47

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat,

cet. 9, Jakarta: Rajawali Press, 2006, hlm. 23

Page 44: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

28

tersebut terdapat norma di dalam masyarakat yang tidak tertulis yang secara

efektif mengatur perilaku anggota masyarakat.48

3.2 Pendekatan Masalah

Pendekatan diperlukan dalam sebuah karya tulis ilmiah untuk lebih menjelaskan

dan mencapai maksud serta tujuan penelitian tersebut. Pendekatan tersebut

dimaksudkan agar pembahasan dapat terfokus pada permasalahan yang dituju,

sesuai dengan ruang lingkup permasalahan yang dituju.

Karya tulis ilmiah ini menggunakan pendekatan institusional (Institutional

Approach). Pendekatan insititusional (kelembagaan) yakni pendekatan yang

mempelajari kelembagaan-kelembagaan yang ada, baik suprastruktur maupun

infrastruktur.

Berdasarkan sifat dan tujuan penelitian hukum penulisan ini, menggunakan

penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan memperoleh

gambaran lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan

pada saat tertentu yang terjadi di dalam masyarakat.49

Penulis menggunakan

pendekatan ini untuk memudahkan dalam upaya menggambarkan dan

memaparkan mengenai kajian tentang tanggung jawab negara terhadap

penembakan pesawat terbang sipil di atas wilayah konflik bersenjata.

3.3 Sumber Data

Karakteristik utama penelitian ilmu hukum normatif dalam melakukan pengkajian

hukum terletak pada sumber datanya.50

Sumber utamanya adalah bahan hukum,

48

Ibid. 49

Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,

2004, hlm. 50 50

Bahder Johan Nasution, Op.cit., hlm. 86

Page 45: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

29

karena dalam penelitian hukum normatif yang dikaji adalah bahan hukum yang

berisi aturan-aturan yang bersifat normatif.51

Data yang diperoleh dan diolah

dalam penelitian hukum jenis data sekunder yang dalam penelitian ini dijadikan

sebagai bahan hukum primer. Bahan diperoleh dari sumber kepustakaan.52

Bahan

hukum yang hendak dikaji atau menjadi acuan berkaitan dengan permasalahannya

dalam penelitian53

, yaitu :

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan - bahan hukum yang mempunyai kekuatan

hukum mengikat,54

yang terdiri dari :

a. Convention Relating to the Regulation of Aerial Navigation (Konvensi Paris

1919)

b. International Civil Aviation Organization (Konvensi Chicago 1944)

c. Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts, with

commentaries (2001).

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu terdiri dari bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer,55

seperti buku-buku, skripsi-skripsi, surat

kabar, artikel internet, hasil-hasil penelitian, pendapat para ahli atau sarjana

hukum yang dapat mendukung pemecahan masalah yang diteliti dalam

penelitian ini.

3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk terhadap

bahan hukum primer dan bahan sekunder, yang lebih dikenal dengan nama

51

Ibid. 52

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Loc.cit., hlm. 115 53

Umu Ilmy, Metodologi Penelitian dari Konsep Ke Metode : Sebuah Pedoman Praktis

Menyusun Proposal dan Laporan Penelitian, Malang : Fakultas Hukum Universitas

Brawijaya, 2000, hlm. 35 54

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press),

2007, hlm. 52 55

Ibid.,

Page 46: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

30

bahan acuan bidang hukum atau rujukan bidang hukum.56

Termasuk dalam

bahan hukum ini adalah Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris,

Kamus Hukum.

3.4 Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

3.4.1 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan berbagai

ketentuan perundang - undangan, dokumentasi, mengumpulkan literatur, serta

mengakses internet berkaitan dengan permasalahan dalam lingkup hukum

internasional.57

Studi kepustakaan dilakukan penulis dengan membaca dan

memahami buku-buku, jurnal-jurnal maupun artikel-artikel, serta bahan bacaan

yang berkaitan dengan pokok - pokok penelitian dalam skripsi ini.

3.4.2 Metode Pengolahan Data

Setelah data-data yang diperoleh telah terkumpul, maka berikutnya yang

dilakukan adalah data tersebut diolah agar dapat memberikan gambaran mengenai

masalah yang diajukan. Untuk mendapatkan suatu gambaran dari data yang

diolah, perlu adanya analisis sebagai akhir dari penyelidikan.58

Pengolahan data

dilakukan melalui tahap - tahap sebagai berikut :

1. Seleksi data, yaitu pemeriksaan data untuk mengetahui apakah data tersebut

sudah lengkap sesuai dengan keperluan penelitian.

2. Klarisifikasi data, yaitu menempatkan data sesuai dengan bidang atau pokok

bahasan agar mempermudah dalam menganilisisnya.

56

Soerjono soekanto dan Sri mamudji, Op.cit, hlm.41 57

Ibid. 58

Umu Hilmy., Loc.cit.,

Page 47: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

31

3. Sistematika data, yaitu penyusunan data menurut sistematika yang telah

ditetapkan dalam penelitian sehingga mempermudah dalam menganalisisnya.

3.5 Analisis Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan bahan-bahan yang diperoleh

dari tinjauan kepustakaan yang bersumber dari buku-buku dan literatur lain. Data

yang diperoleh penulis akan dianalisa secara normatif, yaitu membandingkan data

yang diperoleh dengan aturan hukum.

Setelah keseluruhan data yang diperoleh sesuai dengan bahasannya masing-

masing, selanjutnya tindakan yang dilakukan adalah menganalisis data. Metode

yang digunakan dalam analisis data adalah analisis kualitatif, yaitu menguraikan

data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak

tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi data dan

analisis.59

59

Abdulkadir Muhammad, Op.cit., hlm.127

Page 48: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penulis dalam hal ini dapat membuat beberapa kesimpulan sesuai dengan hasil

penelitian yang telah dilakukan di atas, adapun kesimpulannya sebagai berikut:

1. Wilayah Donetsk, di mana merupakan tempat jatuhnya pesawat MH17, dapat

dikatakan sebagai daerah konflik bersenjata dengan subjek pasukan Ukraina

dan pasukan separatis Pro-Rusia. Secara hukum, status hukum wilayah

Donetsk masih berada di bawah kedaulatan Ukraina. Berdasarkan Hukum

Internasional, selama wilayah dari suatu negara secara yuridiksi masih di

bawah kedaulatan negara tersebut, negara tersebut berhak mengatur

wilayahnya dan berkewajiban bertanggung jawab atasnya.

2. Ukraina sebagai negara kolong dapat dimintai pertanggungjawaban atas

peristiwa penembakan pesawat terbang sipil MH17. Hal ini berdasarkan

beberapa bukti-bukti yang memenuhi unsur-unsur lahirnya tanggung jawab

sebuah negara, yaitu:

a. Ada perbuatan atau kelalaian (act or omission) yang dapat dipertautkan

(imputable) kepada suatu negara;

Page 49: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

64

b. Perbuatan atau kelalaian itu merupakan suatu pelanggaran terhadap suatu

kewajiban internasional, baik kewajiban itu lahir dari perjanjian maupun

dari sumber hukum internasional lainnya.

5.2 Saran

Penulis dalam hal ini dapat memberi beberapa saran sesuai dengan hasil penelitian

di atas sebagai salah satu solusi untuk memperbaiki kinerja PBB dan organisasi

internasional yang bersangkutan dalam menangani kasus kejahatan terhadap

penerbangan. Saran yang dapat penulis kemukakan dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Seluruh negara harus mampu memberikan perlindungan khususnya mengenai

ruang udaranya terhadap pesawat sipil yang terbang melintas di atasnya

dalam situasi apapun dan bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu.

2. ICAO (International Civil Aviation Organization) sebagai badan pengatur

penerbangan sipil internasional harus mengadakan konvensi baru yang secara

spesifik mengatur mengenai perlindungan pesawat sipil dari kejahatan dari

luar pesawat baik selama terbang maupun saat mendarat.

Page 50: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdul Muthalib Tahar, Hukum Internasional dan Perkembangannya, Pusat

Kajian Konstitusi dan Peraturan Perundang-undangan Fakultas Hukum

Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2013.

Andrey Sujatmoko, 2005, Tanggung Jawab Negara Atas Pelanggaran Berat

HAM, Jakarta : Grasindo.

Arlina Pemanasari, dkk, 1999, Pengantar Hukum Humaniter, ICRC, Jakarta.

Artikel Tentang Responsibility of State for Internasional Wrongful Act, ILC

November 2001.

Asep Darmawan, Prinsip Pertanggungjawaban Pidana Komandan Dalam Hukum

Humaniter.

Awang Faroek Ishak, 2003, Membangun Wilayah Perbatasan Kalimantan,

Jakarta: Indomedia.

Bernard, Alexander., Lessons from Iraqn and Bosnia on the Theory and Practice

of No – Fly

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta:Pustaka.

F. Sugeng Istanto, 1998, Hukum Internasional, Jogjakarta : Atmajaya Jogjakarta.

Ghislaine Richard, 1984, KAL007 : The Legal Fall out, dalam Nicolas Mateesco

Matte, Annals of Air and Space Law. Vol.IX-194. Toronto: The Carswell

Company Limited.

H. K. Martono, 1995, Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa,

Hukum Laut Internasional, Buku Kedua, Bandung : Mandar Maju.

Page 51: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

H.M. Djazuli, et.al., 2007, Kewarganegaraan 1 : Menuju Masyarakat Madani,

Jakarta : PT. Ghalia Indonesia.

I Wayan Parthiana, 2003, Pengantar Hukum Internasional, CV. Mandar Maju,

Bandung.

J.G Starke, 2006, Pengantar Hukum Internasional (Edisi Kesepuluh) 1, Sinar

Grafika, Jakarta.

Jawahir Thantowi dan Pranoto Iskandar, 2006, Hukum Internasional

Kontemporer, Bandung: PT Refika Aditama.

Joseph P. Harris – Consulting editor, 1935 , Introduction to the Law of Nations,

McGraw Hill Series Inc., Political science, New York-Toronto-London.

K. Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara Dan Hukum Angkasa, Bandung :

Alumni.

Kumpulan Tulisan, 2005, Jakarta: Pusat Studi Hukum Humaniter dan HAM

Fakultas Hukum Universitas Trisakti.

M. Cherif Bassiouni, International Crimes: ‘Jus Cogens’ and ‘Obligatio Erga

Omnes’ Law

Malcom N.Shaw,International law oleh Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar,

2006, Hukum Internasional Kontemporer.

Mochtar Kusumaatmadja dan Agoes, Etty R, 2003, Pengantar Hukum

Internasional , Bandung : P.T. Alumni.

P.N.H Simanjuntak, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : Grasindo.

Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Bandung : PT

Refika Aditama,

S.Tasrif, 1987, Hukum Internasional Tentang Pengakuan dalam Teori dan

Praktek, Bandung: Abardin.

S.Tasrif, 1987, Hukum Internasional Tentang Pengakuan dalam Teori dan

Praktek, Bandung: Abardin.

Setyo Widagdo, Masalah kedaulatan Negara Di Ruang Udara Kaitannya dengan

Hak lintas berdasarkan Konvensi Chicago 1944 dan Perjanjian Lain yang

Mengaturnya.

Wirjono Prodjodikoro, 1983, Azas-Azas Hukum Tata Negara Indonesia, Dian

Rakyat, Jakarta.

Page 52: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

Yasidi Hambali, 1994, Hukum dan Politik Kedirgantaraan, Jakarta : Pradnya

Paramit.

ARTIKEL

Annual Digest of Pubic International Law Cases, 1925-1926.

Laporan Komisi tentang Tugas pada siding ke-22 (1970 alinea 77).

Laporan Sub-Komite dari Committee of Experts for the Progressive Codification

of International Law (1927)

Setyabudi, Eddy, 1985, Aspek Politik Juridis Peertanggungjawaban Internasional

tentang Jatuhnya Benda-Benda Buatan Manusia yang Diluncurkan ke Antaraiksa.

Makalah Seminar Nasional Hukum Antariksa, LAPAN.

Sri Soemantri Martosoewignjo, Undang-Undang Dasar Dan Ketetapan Majeleis

Permusyawaratan Rakyat, Pidato Pengukuhan pada penerimaan jabatan Guru

Besar Tetap dalam Mata Kuliah Ilmu Hukum Tata Negara Fakultas Hukum

UNPAD, pada tanggal 21 Pebruari 1987, UNPAD, Bandung, 1987.

WEBSITE

http://theconversation.com/the-loss-of-flight-mh17-how-much-compensation-and-

who-pays-29818

http://www.artileri.org/2014/07/4-sistem-rudal-permukaan-ke-udara-rusia.html

I Gede Dewa Palguna, Tanggung Jawab Negara dan Individu Menurut Hukum

Internasional, Disampaikan pada acara Penataran Hukum Humaniter

Internasional dan Hak Asasi Manusia bagi Perwira Kostrad, bertempat di Markas

Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD), Jakarta, 21 Oktober

2008.

Merdeka.com, Pandasurya Wijaya., 2014, Rute penerbangan MH17 sudah

disetujui dan aman (http://www.merdeka.com/dunia/rute-penerbangan-mh17-

sudah-disetujui-dan-aman.html).

www.kompas.com , Pesawat Malaysia Airlines Jatuh di Ukraina, diakses melalui

situs

http://internasional.kompas.com/read/2014/07/17/22435231/Pesawat.Malaysia.Air

lines.MH17.Jatuh.di.Ukraina pada tanggal 25 Maret 2015 pukul 16.00 WIB.

www.koranjakarta.com, hadiah yang berbuah sengketa, diakses melalui situs :

http://koran- jakarta.com/?8597-Crimea-hadiah-yang-berbuah-sengketa pada

tanggal 20 oktober 2015 pukul 20.00 WIB

Page 53: Oleh Kurniawan Manullang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/23615/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PERSEMBAHAN Kuucapkan puji Syukurku kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

www.vivanews.co.id, Misterid ditembaknya Malaysia Airlines MH 17 diatas

langit Ukraina, diakses melalui situs

http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1699311 pada tanggal 25 Maret 2015

pukul 17.00 WIB

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Konvensi Chicago 1944 mengenai Penerbangan

Pasal 3 Protokol Paris 1929