Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… ·...

86
46 PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN METODE BUDIDAYA JARING LEPAS DASAR (NET BAG), DI PERAIRAN PULAU KEMUJAN, KARIMUNJAWA, JEPARA SKRIPSI Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWO 260 201 151 200 23 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2019

Transcript of Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… ·...

Page 1: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

46

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii

DENGAN METODE BUDIDAYA JARING LEPAS DASAR

(NET BAG), DI PERAIRAN PULAU KEMUJAN,

KARIMUNJAWA, JEPARA

SKRIPSI

Oleh:

ICHSAN SURYO WIBOWO

260 201 151 200 23

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019

Page 2: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii

DENGAN METODE BUDIDAYA JARING LEPAS DASAR

(NET BAG, DI PERAIRAN PULAU KEMUJAN,

KARIMUNJAWA, JEPARA

Oleh:

ICHSAN SURYO WIBOWO

260 201 151 200 23

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Derajat Sarjana S1 pada Program Studi

Ilmu Kelautan

Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Diponegoro

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

Page 3: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari
Page 4: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari
Page 5: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari
Page 6: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis laoran penelitian dengan

judul “Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Dengan Metode

Budidaya Jaring Lepas Dasar (Net Bag), di Perairan Pulau Kemujan,

Karimunjawa, Jepara” ini dapat diselesaikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan, konsentrasi pigmen,

dan karakteristik morfologi dari rumput laut Kappaphycus alvarezii yang

dibudidayakan dengan metode jaring lepas dasar (net bag) yang berbeda.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Gunawan Widi Santosa, M.Sc selaku dosen pembimbing utama dalam

penelitian dan penyusunan skripsi ini;

2. Ir. Ali Djunaedi, M.Phill selaku dosen pembimbing anggota dalam

penelitian dan penyusunan skripsi ini;

3. Balai Taman Nasional Karimunjawa, selaku institusi yang menyediakan

akses tempat dan waktunya dalam melakukan pengambilan data

lapangan; dan

4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian

ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini masih

sangat jauh dari sempurna. Karena itu, saran dan kritik demi perbaikan penulisan

skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Semarang, September 2019

Penulis

Page 7: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

RINGKASAN

Ichsan Suryo Wibowo. 260 201 151 200 23. Pertumbuhan Rumput Laut

Kappaphycus alvarezii Dengan Metode Budidaya Jaring Lepas Dasar (Net Bag),

di Perairan Pulau Kemujan, Karimunjawa, Jepara (Gunawan Widi Santosa dan

Ali Djunaedi)

Salah satu jenis rumput laut yang memiliki nilai ekonomis penting adalah K.

alvarezii. Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur

berdasarkan dari hasil produksi dan kualitas thallus yang dibudidayakan. Metode

budidaya yang digunakan dalam kegiatan budidaya rumput laut merupakan salah

satu faktor penting yang dijadikan sebagai acuan keberhasilan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan, konsentrasi pigmen, dan karakteristik

morfologi dari rumput laut K. alvarezii yang dibudidayakan dengan metode lepas

dasar menggunakan net bag yang dimodifikasi.

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit rumput laut K.

alvarezii (F2) yang diperoleh dari pembudidaya di Perairan Pulau Kemujan,

Kepulauan Karimunjawa. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen

dengan rancangan percobaan berpola Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan yang

diujikan adalah rumput laut K. alvarezii yang dibudidayakan dengan perlakuan A

(satu lapis jaring), perlakuan B (dua lapis jaring), dan perlakuan C (tiga lapis

jaring). Penanaman bibit dilakukan selama 42 hari sejak penanaman. Parameter

pengamatan meliputi berat mutlak, laju pertumbuhan spesifik, konsentrasi

pigmen, karakteristik morfologi dan parameter kualitas perairan.

Hasil uji ANOVA menunjukkan terdapat pengaruh nyata (P < 0,05)

perlakuan terhadap berat mutlak dan laju pertumbuhan spesifik K. alvarezii.

Perlakuan terbaik adalah perlakuan A dengan nilai rerata laju pertumbuhan

spesifik 4,95 ± 0,70 %. Konsentrasi pigmen pada perlakuan A memiliki nilai yang

paling tinggi dengan konsentrasi pigmen yang paling dominan adalah karotenoid.

Thallus pada tiap perlakuan mengalami perubahan fisik yang mengarah kepada

perubahan warna dan tekstur. Semakin rendah intensitas cahaya, thallus rumput

laut memiliki tekstur yang elastis, percabangan yang sedikit, dan warna thalus

yang berwarna merah tua.

Kata Kunci: Pertumbuhan, K. alvarezii, Net Bag, Kemujan

Page 8: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

SUMMARY

Ichsan Suryo Wibowo. 260 201 151 200 23. Growth of Kappaphycus alvarezii

Cultivated with Net Bag Method in Kemujan Island, Karimunjawa, Jepara

(Gunawan Widi Santosa and Ali Djunaedi)

One type of seaweed that has important economic value is K. alvarezii. The

success parameters of seaweed farming activities are measured based on the

results of production and quality. The cultivation method used in seaweed farming

activities is one of the important factors that serve as a reference for success. This

study aims to examine the growth, pigment concentration, and morphological

characteristics of the K. alvarezii that cultivated using off bottom method with

modified net bag.

The material used in this study was K. alvarezii (F2) seaweed seeds obtained

from cultivators in Kemujan Island, Karimunjawa. The research method used was

experiment with experimental design randomized design patterned. The

treatments tested were K. alvarezii which was cultivated by treatment A (one layer

of the net), treatment B (two layers of the net), and treatment C (three layers of the

net). Planting of seeds is carried out for 42 days after planting. Observation

parameters include absolute weight, specific growth rate, pigment concentration,

morphological characteristics and water quality parameters.

ANOVA test results showed that there was a significant effect (P <0.05) on

the absolute weight and specific growth rate of K. alvarezii. The best treatment is

treatment A with a specific average growth rate of 4.95 ± 0.70%. Pigment

concentration in treatment A has the highest value with the most dominant

pigment concentration being carotenoids. Thallus in each treatment experienced

physical changes that lead to changes in color and texture. The lower the intensity

of the light, seaweed thallus has an elastic texture, a slight branching, and the

color of the thalus is dark red.

Keywords: Growth, K. alvarezii, Net Bag, Kemujan

Page 9: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

RINGKASAN .............................................................................................. vii

SUMMARY ................................................................................................ viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii

BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................1

1.1. Latar Belakang ..............................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................3

1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................3

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................4

1.5. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................5

2.1. Kappaphycus alvarezii ...............................................................5

2.1.1. Morfologi dan Klasifikasi ................................................5

2.1.2. Habitat ..............................................................................6

2.1.3. Pertumbuhan ....................................................................7

2.1.4. Kandungan Pigmen ..........................................................8

2.2. Metode Budidaya Kappaphycus alvarezii ..................................9

2.3. Parameter Lingkungan ..............................................................12

2.3.1. Intensitas Cahaya ...........................................................12

2.3.2. Kecerahan .......................................................................13

2.3.3. Suhu ...............................................................................14

2.3.4. Salinitas ..........................................................................15

2.3.5. Derajat Keasaman (pH) ................................................16

2.3.6. Substrat Dasar ................................................................16

2.4. Nutrien di Perairan ....................................................................17

Page 10: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

BAB III. MATERI DAN METODE ............................................................20

3.1. Hipotesis ..................................................................................20

3.2. Materi ......................................................................................20

3.2.1. Alat ...............................................................................20

3.2.2. Bahan ............................................................................21

3.3. Metode.....................................................................................21

3.3.1. Rancangan Penelitian ...................................................21

3.3.2. Prosedur Penelitian .......................................................23

3.3.2.1. Konstruksi Jaring Lepas Dasar (Net Bag) ................23

3.3.2.2. Pemilihan Bibit ..........................................................24

3.3.2.3. Penanaman Bibit ........................................................24

3.3.2.4. Kontrol dan Pemeliharaan .........................................24

3.3.2.5. Analisis Konsentrasi Pigmen .....................................25

3.3.3. Perhitungan ...................................................................25

3.3.3.1. Berat Mutlak ..............................................................25

3.3.3.2. Laju Pertumbuhan Spesifik .......................................26

3.4. Analisis Statistik .....................................................................26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................27

4.1. Hasil ........................................................................................27

4.1.1. Berat Mutlak .................................................................27

4.1.2. Laju Pertumbuhan Spesifik ..........................................29

4.1.3. Analisis Konsentrasi Pigmen ........................................31

4.1.4. Parameter Lingkungan ..................................................32

4.2. Pembahasan .............................................................................34

4.2.1. Pengaruh Penggunaan Net Bag Terhadap

Pertumbuhan .................................................................34

4.2.2. Pengaruh Penggunaan Net Bag Terhadap

Konsentrasi Pigmen dan Karakteristik Biologis ...........38

BAB V. PENUTUP ........................................................................................42

5.1. Kesimpulan ...............................................................................42

5.2. Saran .........................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................43

LAMPIRAN ...................................................................................................46

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................73

Page 11: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ......................................... 20

2. Bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ..................................... 21

3. Berat mutlak (W) rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan metode

budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari penanaman ............ 27

4. Laju pertumbuhan spesifik (%) rumput laut Kappaphycus alvarezii

dengan metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari

penanaman .................................................................................................. 29

5. Konsentrasi pigmen rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan

metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari

penanaman .................................................................................................. 31

6. Parameter lingkungan pada budidaya rumput laut Kappaphycus

alvarezii dengan metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama

42 hari penanaman ...................................................................................... 33

Page 12: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Peta lokasi penelitian .................................................................................... 4

2. Kappaphycus alvarezii ................................................................................. 5

3. Budidaya Kappaphycus alvarezii dengan metode jaring lepas dasar ......... 10

4. Budidaya Kappaphycus alvarezii dengan metode rakit apung ................... 11

5. Budidaya Kappaphycus alvarezii dengan metode longline ........................ 12

6. Layout tampak atas kerangka penanaman .................................................. 22

7. Satu unit budidaya jaring lepas dasar (net bag) .......................................... 23

8. Rangkaian unit budidaya jaring lepas dasar (net bag) ................................ 24

9. Berat mutlak (W) rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan metode

budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari penanaman ............ 28

10. Laju pertumbuhan spesifik (%) rumput laut Kappaphycus alvarezii

dengan metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari

penanaman................................................................................................. 30

11. Konsentrasi pigmen rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan

metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari

penanaman................................................................................................. 32

Page 13: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Berat mutlak (W) rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan metode

budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari penanaman ............ 47

2. Laju pertumbuhan spesifik (%) rumput laut Kappaphycus alvarezii

dengan metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari

penanaman .................................................................................................. 48

3. Konsentrasi pigmen rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan

metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari

penanaman .................................................................................................. 49

4. Parameter lingkungan pada budidaya rumput laut Kappaphycus

alvarezii dengan metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama

42 hari penanaman ...................................................................................... 50

5. Hasil Uji Laboratorium Nitrat dan Fosfat................................................... 51

6. Uji RMA dan uji pairwise comparison berat mutlak rumput laut

Kappaphycus alvarezii dengan metode budidaya jaring lepas dasar

(net bag) selama 42 hari penanaman .......................................................... 52

7. Uji ANOVA dan uji LSD laju pertumbuhan spesifik rumput laut

Kappaphycus alvarezii dengan metode budidaya jaring lepas dasar

(net bag) selama 42 hari penanaman .......................................................... 57

8. Karateristik biologis rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan

metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari

penanaman .................................................................................................. 64

9. Dokumentasi Kegiatan Lapangan (Pemasangan Konstruksi dan

Penanaman) ................................................................................................ 65

10. Dokumentasi Kegiatan Lapangan (Kontrol dan Pemeliharaan)................ 66

11. Dokumentasi Kegiatan Lapangan (Panen) ................................................ 68

12. Dokumentasi Kegiatan Lapangan (Pengamatan Karakteristik

Biologis) .................................................................................................... 69

13. Dokumentasi Alat dan Bahan ................................................................... 72

Page 14: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumput laut merupakan tumbuhan laut yang tidak dapat dibedakan antara

akar, daun dan batangnya, sehingga seluruh tubuhnya disebut sebagai thallus

(Sadhori, 1992). Tumbuhan ini merupakan salah satu komoditas laut yang

memiliki nilai ekonomis tinggi dan telah dimanfaatkan sebagai sumber bahan

baku untuk kegiatan industri pangan, obat – obatan, dan ternak sejak abad ke – 17

di benua Asia dan Eropa (Costa et al., 2018). Oleh karena besarnya potensi

pemanfaatan yang dihasilkan, maka dilakukan kegiatan budidaya untuk memenuhi

permintaan pasar. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir produksi rumput laut di

Indonesia baik basah maupun kering sebesar 19,14%, dengan total produksi

sebesar 70,47% dari total produksi perikanan Indonesia (Fadli et al., 2017).

Salah satu jenis rumput laut yang memiliki nilai ekonomis penting adalah K.

alvarezii yang termasuk dalam jenis makroalga dari kelas Rhodophyceae dan

dikelompokkan sebagai penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan

relatif tinggi ysitu 62 – 68 % dari berat keringnya (Aslan, 1998). Karaginan biasa

dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri pangan, kosmetik, dan farmasi

(Ikrom et al., 2013). Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan pasar akan

kebutuhan karaginan sebagai bahan baku industri, maka dilakukan kegiatan

budidaya K. alvarezii.

Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya K. alvarezii diukur

berdasarkan dari hasil produksi dan kualitas budidaya yang dapat dilihat dari laju

pertumbuhan, konsentrasi pigmen, dan karakteristik morfologinya. Keberhasilan

Page 15: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fisika, kimia, dan biologi, serta

pemilihan lokasi dan metode budidaya yang digunakan.

Pada dasarnya terdapat tiga metode yang digunakan untuk membudidayakan

rumput laut yaitu metode dasar, lepas dasar, dan terapung. Budidaya K. alvarezii

di Indonesia dimulai sejak tahun 1985 dengan metode rakit apung dan

berkembang menjadi metode longline sejak tahun 1992 (Sadhori, 1992). Seiring

dengan berkembangnya teknik budidaya, mulai dikenal beberapa jenis metode

budidaya baru seperti metode lepas dasar dengan menggunakan net bag (Susanto,

2005; Soenardjo, 2011) dan metode apung dengan menggunakan longline yang

dimodifikasi (Kasim et al., 2017).

Penggunaan metode merupakan salah satu faktor penting yang dijadikan

sebagai acuan keberhasilan dalam kegiatan budidaya. Hal tersebut mengacu pada

dasar penggunaan metode yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan jenis

rumput laut yang akan dibudidayakan. K. alvarezii merupakan jenis rumput laut

yang tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu (reef) yang memperoleh aliran

air laut tetap (Wiratmaja, 2011). Berdasarkan kondisi tersebut maka dilakukan

budidaya K. alvarezii dengan menggunakan metode lepas dasar, karena thallus

dibudidayakan pada kedalaman yang sesuai dengan habitat aslinya yaitu di

wilayah subtidal (Susanto, 2005; Soenardjo, 2011).

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diijelaskan sebelumnya,

penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pertumbuhan, konsentrasi pigmen, dan

karakteristik morfologi dari rumput laut K. alvarezii yang dibudidayakan dengan

metode lepas dasar menggunakan net bag yang dimodifikasi.

Page 16: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

1.2. Rumusan Masalah

Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur

berdasarkan dari hasil produksi dan kualitas yang dilihat dari laju pertumbuhan,

konsentrasi pigmen, dan karakteristik morfologi. Penggunaan metode merupakan

salah satu faktor penting yang dijadikan sebagai acuan keberhasilan dalam

kegiatan budidaya. Hal tersebut mengacu pada dasar penggunaan metode yang

disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan jenis rumput laut yang akan

dibudidayakan.

K. alvarezii mampu hidup di perairan dengan kedalaman tinggi dengan

intensitas cahaya yang rendah (subtidal species). Kemampuan tersebut membuat

tumbuhan ini mampu tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu (reef) yang

memperoleh aliran air laut tetap. K. alvarezii sangat sesuai dibudidayakan dengan

menggunakan metode lepas dasar, karena thallus dibudidayakan pada kedalaman

yang sesuai dengan habitat aslinya yaitu di wilayah subtidal. Oleh karena itu,

penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pertumbuhan, konsentrasi pigmen, dan

karakteristik morfologi dari rumput laut K. alvarezii yang dibudidayakan dengan

metode lepas dasar menggunakan net bag yang dimodifikasi.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan, konsentrasi pigmen,

dan karakteristik morfologi dari rumput laut K. alvarezii yang dibudidayakan

dengan metode lepas dasar menggunakan net bag yang dimodifikasi

Page 17: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa sumber

informasi mengenai pertumbuhan, konsentrasi pigmen, dan karakteristik

morfologi dari rumput laut K. alvarezii yang dibudidayakan dengan metode lepas

dasar menggunakan net bag yang dimodifikasi

1.5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2019. Lokasi budidaya

berada di Perairan Pulau Kemujan, Desa Kemujan, Kepulauan Karimunjawa,

Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Lokasi pengujian konsentrasi pigmen berada di

Laboratorium Terpadu, Universitas Diponegoro, Semarang.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Page 18: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kappaphycus alvarezii

2.1.1. Morfologi dan Klasifikasi

K. alvarezii merupakan jenis rumput laut merah (Rhodophyta). Ciri – ciri

dari genus ini yaitu thallus memiliki percabangan yang berbentuk silinder atau

pipih dan memiliki warna thallus hijau, hijau kuning, abu – abu, dan merah

(Atmadja et al., 1996; Anggadireja, 2009; Wenno, 2009). Warna yang beragam

pada thallus disebabkan oleh proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara

proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan (Aslan, 1998).

K. alvarezii memiliki bentuk thallus silindris dan ditumbuhi nodulus yang

terlihat seperti tonjolan duri lunak yang tersusun berputar teratur mengelilingi

thallus. Percabangan pada thallus berujung runcing atau tumpul, bentuk

percabangannya tidak teratur bersifat dichotomus atau trichotomus. Jaringan

tengah pada thallus terdiri dari filamen yang tidak berwarna serta dikelilingi oleh

sel – sel besar, lapisan korteks, dan lapisan epidermis (Sadhori, 1992; Serdiati et

al., 2010).

Gambar 2. Kappaphycus alvarezii

(Sumber: De San, 2012)

Page 19: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Klasifikasi K. alvarezii menurut Doty (1985) dalam Wiratmaja (2011),

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Solieracea

Genus : Kappaphycus

Species : Kappaphycus alvarezii

2.1.2. Habitat

K. alvarezii tumbuh optimal di wilayah subtidal. Suhu perairan yang

mendukung pertumbuhan antara 26 – 28 °C. Gerakan air yang terjadi tidak terlalu

besar yaitu 50 cm/detik. Salinitas pada pertumbuhan berkisar 26 – 28 ‰. pH yang

mendukung pertumbuhan berkisar 7 – 7,5 (Melki et al., 2004). Rumput laut ini

tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu (reef). Habitat khasnya adalah

daerah yang memperoleh aliran air laut. Kondisi perairan yang sesuai untuk

budidaya tumbuhan ini yaitu di perairan terlindung dari terpaan angin dan

gelombang yang besar, kedalaman perairan mencapai 7,65 – 9,72 m, salinitas 33 –

35 ppt, suhu air laut 28 – 30 oC, kecerahan 2,5 – 5,25 m, pH 6,5 – 7,0 dan

kecepatan arus 22 – 48 cm/detik (Wenno, 2009).

Bahwa distribusi dan pertumbuhan rumput laut K. alvarezii tidak terlepas dari

adanya intensitas cahaya dan suhu yang memungkinkan terjadinya gerakan

partikel – partikel air laut di bagian permukaan dengan tingkatan intensitas cahaya

tertentu (Aslan, 1998). Rumput laut dan pigmen merupakan pasangan fungsional,

Page 20: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

dimana keberhasilan budidaya rumput laut merupakan hasil kerjasama pigmen –

pigmen fotosintesis dan penyerapan unsur hara (Surni, 2014).

K. alvarezii memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Oleh

karena itu, jenis makroalga ini hanya dapat hidup pada lapisan fotik, yaitu pada

kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu mencapainya. Di alam, jenis ini

hidup berkumpul dalam suatu komunitas atau koloni. Faktor lingkungan yang

sangat berpengaruh pada pertumbuhan rumput laut ini yaitu cahaya, suhu, kadar

garam, pH, dan faktor biologis seperti hama dan penyakit, beberapa faktor

tersebut sangat berperan penting terhadap proses reproduksi (Wenno, 2014).

2.1.3. Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran baik panjang, berat, maupun

volume sehubungan dengan adanya perubahan waktu. Tanaman melakukan

pertumbuhan untuk meneruskan hidupnya seperti halnya makhluk hidup yang

lain. Sel melakukan pertumbuhan dengan menyerap sinar matahari yang

kemudian dikonversikan menjadi energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

penggantian sel yang telah mati. Rumput laut memanfaatkan sinar matahari lebih

sebagai sumber energi untuk melakukan proses fotosintesis dan dapat membantu

rumput laut untuk memperoleh unsur hara atau nutrient (Atmadja et al., 1996)

Peningkatan kinerja fotosintesis dapat meningkatkan dan mengoptimalkan

kemampuan rumput laut untuk memperoleh unsur hara atau nutrien lebih banyak

agar dapat mempercepat pertumbuhan. Pertumbuhan rumput laut sangat

dipengaruhi oleh parameter fisika – kimia air laut yaitu suhu, salinitas dan pH.

Parameter fisika – kimia memiliki pengaruh yang cukup penting bagi

pertumbuhan K. alvarezii karena fungsinya yang dapat mempengaruhi

Page 21: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

metabolisme rumput laut dalam bertahan hidup di perairan. Pergerakan air yang

diakibatkan arus dan gelombang permukaan sangat membantu dalam

mendistribusikan unsur hara baik secara horisontal maupun vertikal dalam suatu

wilayah perairan (Serdiati et al., 2010).

Laju pertumbuhan harian yang baik bagi K. alvarezii tidak kurang dari 3%

(Sadhori, 1992). Dalam usaha budidaya rumput laut laju pertumbuhan harian yang

dikatakan baik dan menguntungkan yakni 2,36 %. Peningkatan pertumbuhan

harian pada rumput laut, dipengaruhi oleh kualitas lingkungan yang baik.

Perlakuan bobot awal yang besar lebih baik dibandingkan dengan bobot awal

yang lebih kecil. Pertumbuhan mutlak rumput laut dengan berat awal yang lebih

besar akan memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan berat bibit awal

yang kecil (Kurniawan et al., 2018).

2.1.4. Kandungan Pigmen

Rumput laut memerlukan cahaya untuk proses fotosintesis sehingga

distribusinya tergantung pada ketersediaan cahaya. Pada suatu perairan, dengan

bertambahnya kedalaman maka cahaya akan berkurang secara kuantitatif dan

kualitatif. Untuk melakukan proses penyerapan terhadap cahaya, rumput laut

dibantu oleh berbagai macam pigmen dan setiap pigmen memiliki tingkat absorpsi

yang berbeda terhadap spektrum warna cahaya. Beberapa pigmen yang masuk

dalam kelompok utama adalah (1) Chlorophylls (Chl) yang dengan kuat

mengabsorpsi cahaya biru dan merah, contohnya adalah Chl a (terdapat pada

seluruh rumput laut) dan (2) Phycobilins yang mengabsorpsi cahaya hijau, kuning,

dan jingga. Pada tingkat kedalaman yang berbeda, terjadi perubahan komposisi

pigmen klorofil–a (Ikrom et al., 2013).

Page 22: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Klorofil–a adalah satu–satunya tipe klorofil yang menempati membran

tilakoid bersama karotenoid dan lutein, sehingga memudahkan proses fotosintesis

berlangsung cepat di dalam air karena sebagian energi cahaya mengalami

pembiasan. Sementara karotenoid merupakan pigmen dengan ekspresi warna

merah, kuning atau jingga, berfungsi menyediakan energi untuk klorofil–a,

khususnya di perairan dalam, dan berfungsi melindungi tanaman dari radiasi

ultraviolet–β yang berlebihan. Selanjutnya, fikobiliprotein yang ditemukan di

dalam sitoplasma dan stroma kloroplas Rhodophyta memiliki ekspresi warna biru

– ungu dan warna merah pada fikoeritrin. Kondisi ini menyebabkan rumput laut,

khususnya Rhodophyta mampu hidup di perairan dengan kedalaman tinggi

(Wenno 2014).

2.2. Metode Budidaya Kappaphycus alvarezii

Konsep agronomi modern terhadap pengembangan bidang usaha pertanian

rumput laut telah mengalami perkembangan yang pesat selama kurun waktu 30

tahun terakhir (Titlyanov et al., 2010; Bast, 2013). Kegiatan kultivasi K. alvarezii

telah mulai dikembangkan di Filipina dan Fiji sejak tahun 1960 dan telah mulai

mencapai tingkat skala produksi secara komersial sejak tahun 1971 (De San,

2012). Metode budidaya dengan metode long line merupakan metode yang telah

dikembangkan dan digunakan di Filipina sejak tahun 1960 (Valderrama et al.,

2015).

Terdapat beberapa jenis metode budidaya rumput laut di Indonesia

diantaranya metode rakit apung dan metode long line. Budidaya K. alvarezii di

Indonesia dimulai sejak tahun 1985 dengan metode rakit apung dan berkembang

Page 23: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

menjadi metode long line sejak tahun 1992 (Sadhori, 1992). Seiring dengan

berkembangnya teknik kultivasi, mulai dikenal beberapa jenis metode budidaya

rumput laut seperti metode lepas dasar dengan net bag (Susanto, 2005; Soenardjo,

2011) dan metode apung dengan keranjang rumput laut (Kasim dan Mustafa,

2017).

Penggunaan metode sangat dipengaruhi oleh kondisi lokasi budidaya dan

kebiasaan para pelaku utama dalam melakukan budidaya rumput laut. Dalam

membudidayakan rumput laut di lapangan (field culture) dilakukan berdasarkan

posisi tanaman terhadap dasar perairan. Pada prinsipnya ada tiga metode yang

digunakan untuk membudidayakan rumput laut K. alvarezii yaitu dengan metode

dasar, metode lepas dasar, dan metode terapung (Priono, 2013).

Gambar 3. Metode jaring lepas dasar menggunakan net bag

(Sumber: Susanto, 2005)

Kerangka jaring lepas dasar (net bag) membutuhkan tali tunggal sepanjang

25 meter sebagai kerangka dasar yang ditempatkan dekat dasar perairan, 100 buah

net bag sebagai tempat penanaman bibit, dan 2 batang kayu pancang sebagai

patok atau pengganti jangkar. Pada tali ris diikatkan net bag sebanyak 100 titik

dengan jarak antara satu dengan yang lain berjarak 25 cm. Kerangka direntangkan

dekat dasar perairan (± 30 cm dari dasar perairan) dan diikat pada patok yang

telah disiapkan (Soenardjo, 2011).

Page 24: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Gambar 4. Metode rakit apung

(Sumber: Wijayanto et al., 2011)

Metode rakit apung menggunakan rakit berukuran 2,5 x 2,5 m, terbuat dari

bahan bambu ukuran diameter 8 – 10 cm. Untuk membuat satu buah rakit

memerlukan 4 buah bambu ukuran panjang 3 meter, untuk membentuk persegi

empat (rangka utama), dan 4 buah kayu bulat berukuran diameter 3 cm dan

berukuran panjang 50 cm, untuk kaki – kaki pengikat (patok) pada kedua sudut

rakit yang behadapan. Sesuai dengan metode, pada kedua sisi rakit sepanjang 2,5

m diikatkan tali ris sepanjang 2,5 m sebanyak 10 tali ris, dengan jarak antara tali

ris yang satu dengan yang lain 25 cm. kemudian pada setiap tali ris diikatkan tali

anak sebanyak 10 titik sehingga jumlah total nya 100 titik. Pada tali anak itu akan

diikatkan bibit rumput laut dengan ikatan simpul hidup yang bertujuan agar

mempermudah dalam monitoring dan evaluasi pertumbuhan rumput laut

(Wijayanto et al., 2011).

Page 25: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Gambar 5. Metode longline

(Sumber: De San, 2012)

Metode long line adalah cara membudidayakan rumput laut dikolom air

(euphotic) dengan menggunakan tali yang dibentangkan dari satu titik ke titik

yang lain dengan panjang 25 – 50 m, dalam bentuk lajur lepas atau terangkai

dengan bantuan pelampung dan jangkar. Kerangka longline membutuhkan tali ris

berbahan PE (polyethylene) dengan panjang tali 25 m, 2 batang kayu pancang

sebagai patok atau pengganti jangkar, dan botol plastik 500 ml sebagai

pelampung. Pada tali ris diikatkan tali anak sebanyak 100 titik dengan jarak antara

tali anak satu dengan yang lain berjarak 25 cm. Botol pelampung diikatkan pada

tali ris sepanjang setiap 2,5 meter (Rejeki et al., 2014)

2.3. Parameter Lingkungan

2.3.1. Intensitas Cahaya

Pertumbuhan K. alvarezii akan semakin meningkat jika intensitas cahaya

masuk lebih tinggi, tetapi jika cahaya yang diterima berlebih akan merusak thallus

dan menimbulkan hilangnya kemampuan pigmen dalam menyerap cahaya.

Kandungan pigmen memiliki nilai yang lebih tinggi apabila berada pada daerah

yang memiliki intensitas cahaya tinggi. Mutu dan kuantitas cahaya akan sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan pigmen dari rumput laut

Page 26: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

(Prasetyo, 2007). Intensitas cahaya matahari yang optimum untuk pertumbuhan

rumput laut berkisar antara 1.000 – 10.000 lux. Kebutuhan cahaya pada tiap jenis

rumput laut berbeda, pada rumput laut merah laju fotosintesis mencapai nilai

optimum pada intensitas cahaya 6000 lux (Parenrengi et al., 2007).

Rumput laut memanfaatkan sinar matahari lebih sebagai sumber energi

untuk melakukan proses fotosintesis dan dapat membantu rumput laut untuk

memperoleh unsur hara. Fotosintesis akan bertambah sejalan dengan peningkatan

intensitas cahaya pada suatu nilai optimum tertentu (cahaya saturasi). Intensitas

cahaya juga berkaitan langsung dengan produktivitas primer suatu perairan,

semakin tinggi intensitas suatu cahaya maka semakin tinggi pula prokdutivitas

primer pada suatu batasan tertentu (Wenno, 2014).

2.3.2. Kecerahan

Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati

secara visual menggunakan secchi disk. Dengan mengetahui kecerahan suatu

perairan kita dapat mengetahui kemungkinan terjadinya proses asimilasi dalam

air, lapisan mana yang tidak keruh, dan yang paling keruh. Perairan yang memiliki

nilai kecerahan rendah pada waktu cuaca yang normal dapat memberikan suatu

petunjuk atau indikasi banyaknya partikel-partikel tersuspensi dalam perairan

tersebut (Hamuna et al., 2018)

Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai ke dasar perairan

dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Oleh karena itu, tingkat kecerahan dan

kekeruhan air laut sangat berpengaruh pada pertumbuhan biota laut. Tingkat

kecerahan air laut sangat menentukan tingkat fotosintesis biota yang ada di

perairan laut. Kekeruhan menggambarkan kurangnya kecerahan perairan akibat

Page 27: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

adanya bahan-bahan koloid dan tersuspensi seperti lumpur, bahan organik dan

anorganik, dan mikroorganisme perairan (Saraswati et al., 2017)

Banyakanya sinar matahari yang ada dipengaruhi oleh kecerahan air laut,

Pada kegiatan budidaya K. alvarezii supaya kebutuhan sinar matahari dapat

tersedia dalam jumlah yang optimal maka dapat dilakukan dengan mengatur

kedalaman pada saat membudidayakannya. Rendahnya laju pertumbuhan rumput

laut dengan semakin bertambahnya kedalaman disebabkan rendahnya sirkulasi

oksigen. Peranan kedalaman terhadap pertumbuhan rumput laut berhubungan

dengan distribusi suhu secara vertikal, penetrasi cahaya, densitas, kandungan

oksigen dan unsur-unsur hara (Ikrom et al., 2013).

2.3.3. Suhu

Suhu merupakan parameter lingkungan yang paling sering diukur di laut

dikarenakan berguna dalam mempelajari proses – proses fisika, kimiawi dan

biologis yang terjadi dalam laut. Pola distribusi suhu permukaan laut dapat

digunakan untuk mengidentifikasi parameter fisika – kimia perairan. Suhu juga

memiliki pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat dan metabolisme

makhluk hidup. Selain itu, suhu juga dapat mempengaruhi kandungan oksigen di

dalam perairan. Suhu merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan rumput laut. Suhu mempunyai pengaruh terhadap kecepatan

fotosintesis sampai suatu titik tertentu. Kecepatan fotosintesis akan meningkat

sesuai dengan peningkatan temperatur (Heryati et al., 2011).

Suhu air permukaan perairan di Indonesia umumnya berkisar 28 – 31 °C.

Suhu permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti curah hujan,

penguapan, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas cahaya matahari.

Page 28: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Oleh karena itu, kondisi suhu di permukaan biasanya mengikuti pola arus

musiman. Kondisi perairan yang sesuai untuk budidaya rumput laut K. alvarezii

yaitu perairan terlindung dari terpaan angin dan gelombang yang besar,

kedalaman perairan mencapai 7,5 – 9,5 m, salinitas 33 – 35 ppt, suhu air laut 26 –

32 oC, kecerahan 2,5 – 5,25 m, dan pH 6,5 – 7,0 (Wenno, 2014).

2.3.4. Salinitas

Salinitas merupakan faktor penting penunjang kehidupan organisme laut

karena setiap organisme laut memiliki toleransi yang berbeda terhadap salinitas

untuk kelangsungan hidupnya. Salinitas merupakan salah satu parameter

lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan

mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju

pertumbuhan, serapan unsur hara, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan

hidup. Salinitas merupakan komposisi kimia perairan yang menyatakan nilai atau

jumlah kadar garam terlarut dalam perairan (Melki et al., 2004).

Salinitas dinyatakan bahwa dalam air laut terlarut terdapat bermacam –

macam garam terutama NaCl, selain itu terdapat pula garam magnesium, kalium

dan sebagainya. Kebanyakan rumput laut mempunyai toleransi salinitas yang

rendah terhadap perubahan salinitas. Begitu pula dengan spesies K. alvarezii,

merupakan jenis rumput laut yang bersifat stenohaline. Salinitas yang tinggi dapat

berpengaruh terhadap proses osmoregulasi (Adnan, 2012). Pada kegiatan

budidaya rumput laut diperlukan salinitas air yang baik dan sesuai untuk

menunjang keberhasilan budidaya rumput laut pada rentang optimal salinitas 27 –

34 ‰. (WWF, 2014).

Page 29: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

2.3.5. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) adalah ukuran tentang besarnya suatu konsentrasi

ion hidrogen yang dapat menunjukkan apakah air sebagai media hidupnya

organisme bersifat asam atau basa dalam reaksinya. Derajat keasaman (pH)

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap organisme perairan sehingga

dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu

perairan. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan

meyukai pH sekitar 7 – 8,5 (Effendi, 2007).

Derajat keasaman (pH) memiliki nilai ambang batas tertentu untuk

keberlangsungan biota laut, apabila terlalu tinggi akan menyebabkan metabolisme

tidak akan berjalan dengan baik dan bahkan menyebabkan kematian pada rumput

laut. K. alvarezii tumbuh optimum di alam pada lingkungan dengan nilai pH 6,5 –

7 (Wenno, 2014). Derajat keasaman (pH) yang optimal untuk budidaya rumput

laut ini yaitu 7 – 8,5 (WWF, 2014).

2.3.6. Substrat Dasar

Substrat dasar berperan penting terhadap ketersediaan nutrient bagi rumput

laut. Keberadaan biota kompetitor sangat mempengaruhi pertumbuhan rumput

laut karena adanya kompetisi dalam mendapatkan nutrien, intensitas cahaya, dan

ruang hidup. Produktivitas pertumbuhan rumput laut dibatasi oleh kadar sedimen

terlarut yang tinggi dalam suatu perairan. Hal ini merupakan akibat dari

resuspensi dasar perairan dan run off daratan yang secara signifikan dapat

mengurangi intensitas cahaya dan memicu pertumbuhan mikroba dan epifit yang

tumbuh pada rumput laut (Aslan, 1998).

Page 30: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Sedimentasi dari bahan organik terlarut dapat mempengaruhi pertumbuhan

rumput laut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedimen yang

menempel pada thallus dapat mengganggu proses fotosintesis, menjadi media

tumbuh biota epifit, bahkan berkembangnya bakteri atau jamur. Tipe substrat

dasar dapat menjadi indikator keadaan oseanografi sekitar dan sebagai faktor

penentu dalam pemilihan lokasi untuk budidaya rumput laut (Prasetyo, 2007).

Perairan uang ideal untuk budidaya rumput laut adalah daerah karang yang

dasarnya terdiri dari pasir (sand) bercampur dengan pecahan karang (rubble).

Lokasi ini biasanya berarus sedang sehingga memungkinkan tanaman tumbuh

dengan baik dan pemasangan konstruksi budidaya yang mudah. Daerah perairan

karang yang terbuka langsung dari ombak kurang tepat jika dipilih sebagai lokasi

budidaya, selain dapat merusak tanaman, pemasangan konstruksi budidaya sulit

dilakukan, dan akan merusak konstruksi iru sendiri. Daerah dengan tipe substrat

pasir halus atau lumpur kurang tepat dijadikan sebagai referensi lahan budidaya

rumput laut karena akan merusak pertumbuhan dari rumput laut akibat dari pola

pergerakan air yang akan menyebabkan naiknya lapisan substrat dan

menempelnya sedimen pada thallus (WWF, 2014)

2.4. Nutrien di Perairan

Nutrien dapat menyediakan energi dan digunakan sebagai komponen untuk

struktur sel. Nutrien juga digunakan dalam metabolisme atau proses fisiologi

organisme. Terdapat 16 unsur yang dibutuhkan tanaman agar dapat tumbuh

dengan baik, diantaranya adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen

Page 31: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

(N), fosfor (P), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur (S), boron (B), Timbal

(Cu). mangan (Mn), besi (re), dan seng (Zn) (Effendi, 2007).

Makronutrien dan mikronutrien dapat membatasi produktivitas pertumbuhan

rumput laut. Nutrien yang paling berfungsi sebagai faktor pembatas di perairan

laut adalah nitrogen anorganik dalam bentuk nitrat dan fosfor dalam bentuk

orthofosfat. Nitrat merupakan komponen zat hara yang penting dan merupakan

sumber nitrogen terbaik untuk pertumbuhan rumput laut. Fosfor dalam laut hanya

dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan dalam bentuk orthofosfat.

Fosfat dalam air laut baik terlarut maupun tersuspensi, keduanya berbentuk

anorganik dalam bentuk PO43- dan HPO4

3- serta organik berupa ion (ortho) asam

fosfat H3PO4. (Delaney et al., 2011).

Sumber utama N dan P pada perairan berasal dari erosi tanah, kotoran

buangan hewan, lapukan tumbuhan, buangan industri, hanyutan pupuk, limbah

domestik, dan bahan organik yang telah terdekomposisi. Nitrat merupakan unsur

hara yang dibutuhkan rumput laut. Nitrat merupakan senyawa mikronutrien

pengontrol produktivitas primer di lapisan permukaan daerah eufotik. Konsentrasi

nitrat pada perairan sangat dipengaruhi oleh transpor nitrat dan oksidasi amonia

oleh mikroorganisme (Prasetyo, 2007).

Dalam studi kelayakan budidaya rumput laut dibutuhkan lokasi dengan

kandungan nitrat dan phosphat yang tinggi. Kandungan N dan P yang lebih tinggi

dari nilai rentang optimal menandakan bahwa perairan tersebut mengalami

eutrofikasi yang dapat berpengaruh negatif terhadap rumput laut yang

dibudidayakan, yaitu meningkatnya pertumbuhan organisme penempel. Rentang

Page 32: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

optimum nitrat pada kegiatan budidaya K. alvarezii yaitu 1 – 3 ‰, dengan rentang

optimum fosfat yaitu 0,01 – 0,021 ‰ (WWF, 2014).

Page 33: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

III. MATERI DAN METODE

3.1. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0: Tidak ada pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan, konsentrasi

pigmen, dan karakteristik morfologi dari rumput laut K. alvarezii yang

dibudidayakan dengan metode lepas dasar menggunakan net bag yang

dimodifikasi.

H1: Ada pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan, konsentrasi pigmen, dan

karakteristik morfologi dari rumput laut K. alvarezii yang dibudidayakan

dengan metode lepas dasar menggunakan net bag yang dimodifikasi.

3.2. Materi

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit rumput laut K.

alvarezii (F2) yang diperoleh dari pembudidaya di Perairan Pulau Kemujan,

Kepulauan Karimunjawa.

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada (Tabel 1).

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian

No. Nama Alat Kegunaan

1. Tali tambang (PE, d = 4 mm,

2 roll)

Tali ris untuk mengikat net bag.

2. Net bag (Jaring PE, d = 0,5

mm, MS = 2 cm, 4,5 x 20 m)

Wadah penanaman bibit.

3. Kayu jati (24 buah) Patok atau pengganti jangkar.

4. Termometer Mengukur suhu pada perairan.

5. Lux meter (Light) Mengukur intensitas cahaya pada

perairan

6. Secchi Disk Mengukur kecerahan pada perairan.

Page 34: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lanjutan Tabel 1. Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian

7. Refraktometer Mengukur salinitas pada perairan.

8. pH meter Mengukur pH pada perairan.

9. Timbangan digital (Kapasitas

50 Kg)

Menimbang berat bibit mingguan dan

pada saat pemanenan.

10. Cool box (50 L) Wadah bibit saat proses pemanenan.

11. Botol sampel HDPE 250 mL Wadah bibit saat proses pemanenan.

12. Botol sampel HDPE 1 L Wadah sampel air untuk uji nitrat dan

fosfat.

13. Blender Menghaluskan sampel.

14. Sentrifuge Menghomogenkan sampel.

15. Kain mori Menyaring filtrat jernih.

16. Spektrofotometer Mengukur nilai absorbansi.

17. Kuvet Wadah sampel uji nilai absorbansi.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada (Tabel 2).

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian

No. Nama Bahan Kegunaan

1. Rumput laut K. alvarezii Bahan uji penelitian.

2. Aseton 80% Pelarut dalam uji absorbansi.

3. MgCO3 Bahan ekstrak dalam uji absorbansi.

4. Aquadest Membersihkan peralatan penelitian.

3.3. Metode

3.3.1. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan

percobaan berpola Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Susanto, 2005; Soenardjo,

2011). Variabel tergantung yang diamati adalah laju pertumbuhan harian dan berat

mutlak, dengan varaibel tetapnya adalah berat bibit dan ketebalan jaring net bag.

Maka dalam penelitian ini diterapkan tiga perlakuan untuk tiga pengulangan,

adapun perlakuan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Page 35: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Perlakuan A1,2,3 : Budidaya rumput laut K. alvarezii dengan menggunakan

satu lapis jaring (single net).

Perlakuan B1,2,3 : Budidaya rumput laut K. alvarezii dengan menggunakan

dua lapis jaring (double net).

Perlakuan C1,2,3 : Budidaya rumput laut K. alvarezii dengan menggunakan

tiga lapis jaring (triple net).

Parameter pengamatan meliputi berat mutlak, laju pertumbuhan spesifik,

konsentrasi pigmen, karakteristik morfologi dan parameter kualitas perairan.

Layout tampak atas kerangka penanaman pada saat penelitian dapat dilihat pada

(Gambar 6).

Gambar 6. Layout tampak atas kerangka penanaman

Keterangan:

: Perairan : Bibir Pantai

: Kerangka Penanaman : Tiang Pancang

A1

100 m

dari

bib

ir p

an

tai

B2 C3

B3 C1 A2

C2 A3 B1

Page 36: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

3.3.2. Prosedur Penelitian

3.3.2.1. Konstruksi Jaring Lepas Dasar (Net Bag)

Kerangka jaring lepas dasar (net bag) membutuhkan tali tambang jenis

PE (polyethylene) dengan diameter 4 mm sebagai tali ris, 9 buah net bag sebagai

wadah penanaman bibit, dan 24 tiang pancang dengan bahan dasar kayu jati. Pada

tali ris diikatkan net bag sebanyak 9 buah dengan jarak antara satu dengan yang

lain berjarak 1,5 meter. Kerangka direntangkan dekat dasar perairan (± 50 cm dari

dasar perairan) dengan kedalaman perairan ± 2 – 3 m dan diikat pada patok yang

telah disiapkan.

Gambar 7. Satu unit budidaya jaring lepas dasar (net bag)

Keterangan:

a. Net bag (PE, ⌀ 0,5 mm, mesh size 2 cm)

b. Tali ris (PE, ⌀ 4 mm)

c. Tiang pancang

Page 37: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Gambar 8. Rangkaian unit budidaya jaring lepas dasar (net bag)

3.3.2.2. Pemilihan Bibit

Bibit K. alvarezii yang digunakan berasal dari pembudidaya rumput laut

di Perairan Pulau Kemujan, Kepulauan Karimunjawa dengan berat 150 gram.

3.3.2.3. Penanaman Bibit

Bibit yang berukuran besar dipotong menjadi beberapa bagian kecil,

dengan berat tiap potongan apabila ditimbang 150 gram. Bibit yang telah menjadi

beberapa potongan dimasukkan ke dalam net bag. Proses memasukkan bibit

kedalam net bag dilakukan di perairan, karena sebelumnya kerangka jaring lepas

dasar (net bag) telah ditempatkan terlebih dahulu di perairan. Penanaman bibit

dilakukan selama 6 minggu (42 hari) sejak penanaman.

3.3.2.4. Kontrol dan Pemeliharaan

Pengamatan dilakukan seiring dengan kegiatan penanaman bibit meliputi

pengamatan terhadap berat mutlak, laju pertumbuhan spesifik, karakteristik

morfologi, parameter lingkungan, dan kerangka penanaman. Pengamatan terhadap

pertumbuhan dilakukan selama 42 hari dengan melakukan pengamatan terhadap

karakteristik morfologi thallus dan penimbangan berat basah untuk mengetahui

pertambahan bobot. Pengambilan data parameter lingkungan dilakukan bersamaan

pada saat penimbangan berat basah, pengukuran dilakukan secara fisika (suhu,

kecerahan perairan, intensitas cahaya) dan kimia (salinitas, pH, nitrat, fosfat).

Page 38: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Pemeliharaan terhadap kerangka penanaman meliputi kontrol terhadap net bag

sebagai wadah penanaman dan kontrol terhadap bibit dari hama dan penyakit.

pengamatan dilakukan satu minggu sekali.

3.3.2.5. Analisis Konsentrasi Pigmen

Analisis konsentrasi pigmen dilakukan secara laboratoris terhadap sampel

rumput laut yang dibudidayakan. Thallus dengan berat 500 mg digerus dalam

aseton 80% sampai homogen. Homogenat disentrifus pada kecepatan 3000 rpm

untuk memperoleh supernatan. Sebanyak 5 ml supernatan diekstrasi ulang dalam

aseton 80% sampai larutan kehilangan warna. Konsentrasi pigmen diukur dengan

spektrofotometer sesuai daya absorbansi. Analisis dilakukan menurut puncak

serap, dimana klorofil-a pada λ 665 nm, karotenoid pada λ 460 nm; dan fikoeritrin

berturut-turut pada λ 455 nm, 564 nm dan 592 nm (Wenno, 2014).

3.3.3. Perhitungan

3.3.3.1. Berat Mutlak

Penentuan berat mutlak dapat diketahui dengan menggunakan rumus dari

Effendi (1997) dalam Kurniawan et al. (2018) sebagai berikut:

𝑊 = 𝑊𝑡 − 𝑊𝑜

Keterangan :

W = Berat Mutlak

Wt = Berat Tanaman Uji Pada T Waktu Pengamatan (g)

Wo = Berat Tanaman Uji Pada Awal Penanaman (g)

Page 39: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

3.3.3.2. Laju Pertumbuhan Spesifik

Penentuan laju pertumbuhan spesifik dapat diketahui dengan

menggunakan rumus dari Fogg (1965) dalam Atmadja et al. (1996) sebagai

berikut:

𝑆𝐺𝑅 = {[𝐿𝑛 𝑊𝑡 − 𝐿𝑛 𝑊𝑜

𝑇] 𝑥 100 %}

Keterangan:

SGR = Specific Growth Rate / Laju Pertumbuhan Spesifik (% g/minggu)

Wt = Berat Tanaman Uji Pada T Waktu Pengamatan (g)

Wo = Berat Tanaman Uji Pada Awal Penanaman (g)

t = Waktu Pengujian

3.4. Analisis Statistik

Data berupa laju pertumbuhan spesifik dianalisa dengan pengujian statistik

analisis sidik ragam (ANOVA) (Steel and Torrie, 1993), bila perlu uji lanjut

menggunakan LSD (Least Significance Different) (Hanafiah, 2003). Data berat

mutlak yang bersifat pengamatan berulang (in time) dianalisa dengan pengujian

statistik Repeated Measured ANOVA (Gomez and Gomez, 1995), bila perlu uji

lanjut menggunakan pairwise comparison (Oswaldo, 2014). Analisis data

menggunakan perangkat lunak SPSS dengan rancangan percobaan berpola

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga pengulangan.

Page 40: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Berat Mutlak (g)

Hasil penelitian yang dilakukan selama 42 hari menunjukkan data berat

mutlak tiap minggu K. alvarezii yang disajikan pada Tabel 3 dan Lampiran 1,

serta grafik berat mutlak selama 42 hari dapat dilihat pada Gambar 9. Analisis

data terhadap berat mutlak dilakukan dengan menggunakan uji RMA (Repeated

Measured ANOVA) dan uji lanjut pairwise comparison yang disajikan pada

Lampiran 6.

Tabel 3. Berat mutlak (W) rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan metode

budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari penanaman

Perlakuan Wo Wt W ± SD

A 150 568,0 418,0 ± 4,.1

B 150 329,7 179,7 ± 20,5

C 150 273,7 123,7 ± 33,9

Keterangan: (A = single net), (B = double net), (C = triple net)

Perlakuan A (single net) menghasilkan berat mutlak sebesar 418,0 ± 41,1 g,

dari berat awal penanaman 150 g menghasilkan thallus dengan berat akhir 568,0

g. Perlakuan B (double net) menghasilkan berat mutlak sebesar 179,7 ± 20,5 g,

dari berat awal penanaman 150 g menghasilkan thallus dengan berat akhir 329,7

g. Perlakuan C (triple net) menghasilkan berat mutlak sebesar 123,7 ± 33,9 g, dari

berat awal penanaman 150 g menghasilkan thallus dengan berat akhir 273,7 g.

Page 41: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Gambar 9. Berat mutlak (W) rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan metode

budidaya jaring lepas dasar (net bag) (A = single net), (B = double

net), (C = triple net) selama 42 hari penanaman

Grafik berat mutlak K. alvarezii selama 42 hari masa penanaman yang

ditunjukkan pada Gambar 9, memperlihatkan berat mutlak secara berurutan dari

yang tertinggi hingga terendah. Perlakuan A (single net) menghasilkan berat

mutlak yang tertinggi diikuti oleh perlakuan B (double net) dan kemudian

perlakuan C (triple net).

Hasil uji normalitas dan homogenitas terhadap berat mutlak ditampilkan

pada Lampiran 6. Uji normalitas menunjukkan nilai signifikansi semua perlakuan

(p > 0,05), artinya data tersebar secara normal. Uji homogenitas menunjukkan

nilai signifikansi 0,004 (p < 0,05) sehingga nilai sphericity tidak terpenuhi, oleh

karena itu test within subjects effects menggunakan nilai koreksi Greenhouse

Geisser. Hasil uji RMA pada Lampiran 6 menunjukkan nilai signifikansi

perlakuan 0,004 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan nyata

perlakuan terhadap berat mutlak.

Hasil uji lanjut pairwise comparison pada Lampiran 6 menunjukkan nilai

signifikansi semua perlakuan (p < 0,05). Hasil tersebut memperlihatkan bahwa

semua perlakuan memiliki perbedaan nyata terhadap berat mutlak, sehingga untuk

0.050.0

100.0150.0200.0250.0300.0350.0400.0450.0500.0

A B C

Be

at M

utl

ak (

g)

Perlakuan

Page 42: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

mengetahui perlakuan terbaik dilihat berdasarkan nilai rerata (mean). Berdasarkan

nilai rerata (mean), perlakuan A (sigle net) memiliki nilai mean terbesar sebesar

309,0, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perlakuan ini adalah perlakuan

yang terbaik.

4.1.2. Laju Pertumbuhan Spesifik (%)

Hasil penelitian yang dilakukan selama 42 hari menunjukkan data laju

pertumbuhan spesifik tiap minggu K. alvarezii yang disajikan pada Tabel 4 dan

Lampiran 2, serta grafik laju pertumbuhan spesifik selama 42 hari dapat dilihat

pada Gambar 10. Analisis data terhadap laju pertumuhan spesifik dilakukan

dengan menggunakan uji ANOVA dan uji lanjut LSD (Least Significance

Different) yang disajikan pada Lampiran 7.

Tabel 4. Laju pertumbuhan spesifik (%) rumput laut Kappaphycus alvarezii

dengan metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari

penanaman

Perlakuan Laju Pertumbuhan Spesifik (n=3) Tiap Minggu

Rerata 1 2 3 4 5 6

A SGR 5,89 6,98 5,63 4,32 3,73 3,17 4,95

± SD 1,13 1,28 0,73 0,59 0,30 0,17 0,70

B SGR 6,12 4,62 3,19 2,35 1,56 1,87 3,29

± SD 0,46 0,71 0,73 0,54 0,30 0,15 0,48

C SGR 2,92 2,81 2,11 1,47 1,29 1,42 2,00

± SD 0,20 0,26 0,31 0,17 0,17 0,29 0,23

Keterangan: (A = single net), (B = double net), (C = triple net)

Perlakuan A (single net) memiliki nilai SGR sebesar 4,95 ± 0,70 %.

Perlakuan B (double net) memiliki nilai SGR sebesar 3,29 ± 0,48 %. Perlakuan C

(triple net) memiliki nilai SGR sebesar 2,00 ± 0,23 %.

Page 43: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Gambar 10. Laju Pertumbuhan Spesifik (%) rumput laut Kappaphycus alvarezii

dengan metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) (A = single

net), (B = double net), (C = triple net) selama 42 hari penanaman

Grafik laju pertumbuhan spesifik K. alvarezii selama 42 hari masa

penanaman yang ditunjukkan pada Gambar 10, memperlihatkan laju pertumbuhan

spesifik secara berurutan dari yang tertinggi hingga terendah. Perlakuan A (single

net) memiliki nilai laju pertumbuhan spesifik yang tertinggi diikuti oleh perlakuan

B (double net) dan kemudian perlakuan C (triple net).

Hasil uji normalitas dan homogenitas terhadap laju pertumbuhan spesifik

ditampilkan pada Lampiran 7. Uji normalitas dan homogenitas menunjukkan nilai

signifikansi (p > 0,05), hasil tersebut memperlihatkan bahwa data tersebar secara

normal dan homogen. Hasil uji ANOVA pada Lampiran 7 menunjukkan nilai

signifikansi perlakuan 0,003 (p < 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh nyata perlakuan terhadap laju pertumbuhan spesifik, sehingga

diperlukan uji lanjut untuk mengetahui mana perlakuan yang terbaik.

Hasil uji lanjut LSD pada Lampiran 7 menunjukkan nilai signifikansi

perlakuan (p < 0,05). Perlakuan A terhadap B memiliki nilai signifikansi 0,019 (p

< 0,05) sehingga perlakuan A berbeda dengan perlakuan B. Perlakuan A terhadap

C memiliki nilai signifikansi 0,001 (p < 0,05) sehingga perlakuan A berbeda

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

A B C

Laju

Pe

rtu

mb

uh

an S

pe

sifi

k (%

)

Perlakuan

Page 44: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

dengan perlakuan C. Perlakuan B terhadap C memiliki nilai signifikansi 0,159 (p

> 0,05) sehingga perlakuan B tidak berbeda dengan perlakuan C. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik adalah perlakuan A karena perlakuan

tersebut berbeda dari perlakuan yang lain.

4.1.3. Analisis Konsentrasi Pigmen

Konsentrasi pigmen ekstrak rumput laut K. alvarezii pada akhir kegiatan

penelitian disajikan pada Tabel 5 dan Lampiran 3, serta grafik konsentrasi pigmen

selama 42 hari dapat dilihat pada Gambar 11.

Tabel 5. Konsentrasi pigmen rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan metode

budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari penanaman

Perlakuan Konsentrasi Pigmen (n=3)

Klorofil-A Fikoeritrin Karotenoid

A Rerata 0,023 0,034 0,049

± SD 0,005 0,004 0,008

B Rerata 0,020 0,027 0,035

± SD 0,004 0,005 0,003

C Rerata 0,008 0,010 0,014

± SD 0,001 0,002 0,002

Keterangan: (A = single net), (B = double net), (C = triple net)

Konsentrasi pigmen klorofil–a pada perlakuan A (single net) sebesar 0,023

± 0,005 perlakuan B (double net) sebesar 0,020 ± 0,004 dan perlakuan C (triple

net) 0,008 ± 0,001. Konsentrasi pigmen fikoeritrin pada perlakuan A (single net)

sebesar 0,034 ± 0,004, perlakuan B (double net) sebesar 0,027 ± 0,005, dan

perlakuan C (triple net) 0,010 ± 0,002. Konsentrasi pigmen karotenoid pada

perlakuan A (single net) sebesar 0,049 ± 0,008, perlakuan B (double net) sebesar

0,035 ± 0,003, dan perlakuan C (triple net) 0,014 ± 0,002.

Page 45: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Gambar 11. Konsentrasi pigmen rumput laut Kappaphycus alvarezii yang

dibudidayakan dengan metode jaring lepas dasar (net bag) yang

berbeda (A = single net), (B = double net), (C = triple net) selama

42 hari penanaman

Grafik konsentrasi pigmen ekstrak rumput laut K. alvarezii pada akhir

kegiatan penelitian disajikan pada Gambar 11. Pada grafik terlihat bahwa pada

ketiga pigmen, perlakuan A (single net) memiliki nilai konsentrasi pigmen paling

tinggi diikuti oleh perlakuan B (double net) dan perlakuan C (triple net).

Berdasarkan hasil uji konsentrasi pigmen pada tingkatan panjang gelombang

tertentu dengan menggunakan metode spektrofotometri, pigmen yang paling

dominan adalah karotenoid dibandingkan dengan klorofil–a dan fikoeritrin.

4.1.4. Parameter Lingkungan

Hasil penelitian yang dilakukan selama 42 hari menunjukkan hasil

pengamatan terhadap parameter lingkungan yang disajikan pada Tabel 6 dan

Lampiran 4.

Tabel 6. Parameter lingkungan pada budidaya rumput laut Kappaphycus

alvarezii dengan metode jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari

penanaman

No Parameter Lingkungan Nilai Rentang Optimum

1 Intensitas Cahaya (lux) 1524 – 7490 6000

2 Kecerahan (m) 2,3 – 2,5 > 5

3 Suhu (°C) 28,9 – 32 26 – 32

0.000

0.010

0.020

0.030

0.040

0.050

0.060

Klorofil-a Fikoeritrin Karotenoid

Ab

sorb

ansi

Pig

me

n (

mg/

g)

A

B

C

Page 46: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lanjutan Tabel 6

4 Salinitas (‰) 30,7 – 35 27 – 34

5 pH 7,7 – 7,8 7 – 8,5

6 Nitrat (mg/L) 0,305 – 0,628 0,02 – 0,04

7 Fosfat (mg/L) 0,022 – 0,035 0,02 – 0,076

8 Substrat Dasar Pasir dan Pecahan

Karang

Pasir dan Pecahan

Karang

9 Kedalaman (m) 2,5 10

Hasil pengukuran intensitas cahaya pada dasar perairan memiliki kisaran

antara 2654 – 6743 lux dengan rerata 4489 lux. Hasil pengukuran intensitas

cahaya pada single net memiliki kisaran antara 2287 – 3568 lux dengan rerata

2683 lux. Hasil pengukuran intensitas cahaya pada double net memiliki kisaran

antara 1954 – 2896 lux dengan rerata 2313 lux. Hasil pengukuran intensitas

cahaya pada triple net memiliki kisaran antara 985 – 2165 lux dengan rerata 1524

lux. Hasil pengukuran suhu memiliki kisaran antara 28,9 – 32 oC dengan rerata 31

oC, suhu tertinggi sebesar 32 oC pada minggu 1, sedangkan suhu terendah sebesar

28,9 oC pada minggu 4. Hasil pengukuran kecerahan memiliki kisaran antara 2,1 –

2,5 m dengan rerata 2,3 m. Hasil pengukuran intensitas cahaya normal diatas

permukaan air laut memiliki kisaran antara 5783 – 9875 lux dengan rerata 7490

lux.

Hasil pengukuran salinitas memiliki kisaran antara 30,7 – 35 ‰ dengan

rerata 32 ‰, salinitas tertinggi sebesar 35 oC pada minggu 1, sedangkan salinitas

terendah sebesar 30,7 ‰ pada minggu 4. Hasil pengukuran pH yang dilakukan

selama 42 hari pengukuran menunjukkan nilai yang cenderung stabil, memiliki

kisaran antara 7,7 – 7,8 dengan rerata 7,7. Hasil pengukuran nitrat dan fosfat

dalam perairan memiliki kisaran 0,305 – 0,628 mg/l dan 0,022 – 0,035 mg/l,

dengan rerata 0,4938 mg/l dan 0,027 mg/l.

Page 47: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Berdasarkan hasil pengukuran parameter lingkungan yang dibandingkan

dengan studi pustaka dan penelitian sebelumnya (Parenrengi et al., 2007; Prasetyo

2007; Soenardjo, 2011; Wenno, 2014; WWF, 2014) maka dapat dinyatakan

bahwa perairan Pulau Kemujan telah memenuhi syarat kelayakan yang sesuai

untuk kegiatan budidaya rumput laut K. alvarezii.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Penggunaan Net Bag Terhadap Pertumbuhan

Hasil penelitian menunjukkan terdapat adanya pengaruh pemberian

perlakuan terhadap pertumbuhan K. alvarezii. Hasil uji RMA memperlihatkan

terdapat perbedaan nyata perlakuan terhadap berat mutlak. Begitu juga dengan

hasil uji ANOVA yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata perlakuan

terhadap laju pertumbuhan spesifik. Intensitas cahaya diduga mempengaruhi hasil

tersebut. Hal ini didukung Atmadja et al. (1996), rumput laut memanfaatkan sinar

matahari untuk melakukan proses fotosintesis yang dibutuhkan dalam melakukan

pertumbuhan.

Pada kegiatan budidaya rumput laut menggunakan net bag, parameter

lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan thallus ialah tingkat

intensitas cahaya. Hasil pengukuran intensitas cahaya pada tiap perlakuan

menunjukkan nilai tingkat intensitas cahaya yang berbeda (Lampiran 4). Secara

umum hasil pengukuran terhadap nilai intensitas cahaya dapat dikategorikan layak

dan mampu menunjang pertumbuhan dari rumput laut. Hal tersebut sesuai

Parenrengi (2007), pada rumput laut merah laju fotosintesis mencapai nilai

optimum pada intensitas cahaya 6000 lux.

Page 48: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Pada uji lanjut interpretasi hasil menunjukkan bahwa perlakuan terbaik

adalah pada perlakuan A. Hasil uji lanjut pairwise comparison menunjukkan

perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan B dan C. Hasil uji lanjut LSD juga

menunjukkan perlakuan A berbeda dari perlakuan B dan C. Hasil tersebut diduga

tingkat intensitas cahaya yang diterima rumput laut pada perlakuan A lebih tinggi

dibandingkan dengan rumput laut pada perlakuan B dan C. Hal ini didukung

Wenno (2014), pertumbuhan pada rumput laut akan bertambah atau meningkat

sejalan dengan peningkatan intensitas cahaya pada suatu nilai optimum tertentu.

Pada penelitian ini perlakuan A (single net) memiliki tebal jaring satu lapis,

oleh karena itu memudahkan penetrasi cahaya matahari untuk masuk kedalam net

bag. Berbeda dengan perlakuan C (triple net) yang memiliki tebal jaring tiga

lapis, sehingga menyulitkan penetrasi cahaya untuk masuk kedalam jaring. Hasil

tersebut memperlihatkan bahwa ketebalan jaring pada net bag membedakan

tingkat intensitas cahaya yang masuk kedalam net bag sehingga berpengaruh

terhadap pertumbuhan K. alvarezii yang dibudidayakan. Hal ini sesuai Ikrom et

al. (2013), pertumbuhan akan semakin meningkat jika intensitas cahaya masuk

lebih tinggi karena mutu dan kuantitas cahaya akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan.

Hasil laju pertumbuhan spesifik pada (Tabel 4) menunjukkan bahwa pada

perlakuan A dan B memiliki persentase nilai laju pertumbuhan spesifik yang

cukup baik dan telah memenuhi standar minimal laju pertumbuhan. Namun, pada

perlakuan C persentase laju pertumbuhan spesifik tidak memenuhi syarat minimal

laju pertumbuhan. Menurut Sadhori (1992), laju pertumbuhan spesifik yang baik

bagi K. alvarezii tidak kurang dari 3%.

Page 49: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Berdasarkan hasil pengamatan secara visual selama kegiatan penelitian,

pada net bag ditemukan lumut dan epifit yang menempel, hal tersebut diduga

menghambat dan mempengaruhi laju pertumbuhan rumput laut. Menurut Susanto

(2005) dalam penelitian sebelumnya, penggunaan net bag dalam kegiatan

budidaya rumput laut dapat menghambat proses penetrasi cahaya yang

menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis pada thallus, sehingga berimbas

pada kualitas pertumbuhan thallus. Ditambahkan Soenardjo (2011), penggunaan

net bag memungkinkan terjadinya penempelan lumut dan epifit yang dapat

menghambat penetrasi cahaya.

Perairan Karimunjawa yang relatif tenang, menyebabkan cepat tumbuhnya

lumut dan epifit serta menempelnya sedimen pada net bag yang keberadaannya

sangat mengganggu pertumbuhan rumput laut dan dapat memicu pertumbuhan

mikroba yang memungkinkan rumput laut untuk terserang penyakit.

Menempelnya lumut pada net bag tidak dapat dihindari walaupun sudah

dibersihkan, pada perlakuan A (single net) lumut yang hinggap sangat mudah

dibersihkan namun pada perlakuan B (double net) dan perlakuan C (triple net)

sangat sulit dibersihkan karena tebalnya lapisan jaring pada kedua perlakuan

tersebut.

Selama kegiatan ditemukan penyakit ice – ice yang menginfeksi thallus,

penyakit ini ditemukan pada tiap perlakuan namun paling banyak ditemukan pada

thallus yang dibudidayakan pada perlakuan B (double net) dan perlakuan C (triple

net). Penyakit ice – ice merupakan efek bertambah tuanya rumput laut dan

kekurangan nutrisi yang ditandai dengan timbulnya bercak putih pada sebagian

Page 50: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

thallus yang lama kelamaan menyebabkan thallus menjadi hancur atau rontok,

efeknya pertumbuhan thallus menjadi lambat (Prasetyo, 2007).

Stres yang diakibatkan perubahan kondisi lingkungan yang mendadak

seperti perubahan suhu, salinitas, dan intensitas cahaya, diduga sebagai faktor

utama yang memacu timbulnya penyakit ice – ice. Hal ini sesuai dengan Kadi

(2012), ketika rumput laut mengalami stres karena rendahnya suhu, salinitas,

pergerakan air dan instensitas cahaya, akan memudahkan terjadinya infeksi

patogen. Dalam keadaan stres, rumput laut akan membebaskan substansi organik

yang menyebabkan thallus berlendir dan diduga merangsang banyak bakteri

tumbuh di sekitarnya. Bakteri yang dapat diisolasi dari rumput laut dengan gejala

ice–ice antara lain adalah Pseudomonas spp., Pseudoalteromonas gracilis, dan

Vibrio spp.

Penggunaan net bag di Karimunjawa kemungkinan dapat memberikan hasil

yang berbeda apabila digunakan pada musim tertentu, seperti musim baratan

(Januari – Maret) dan musim timuran (Juli – Agustus), karena pada waktu itu

ombak besar disertai badai, sehingga tidak ada kesempatan bagi lumut dan epifit

untuk menempel pada net bag. Sedangkan penelitian ini dilakukan pada musim

peralihan (Maret – Mei) yang memiliki kondisi perairan yang fluktuatif. Menurut

Susanto (2005) dalam penelitian sebelumnya, faktor ombak dan kecepatan arus

merupakan faktor keberhasilan dari model budidaya rumput laut dengan

menggunakan net bag.

Page 51: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

4.2.2. Pengaruh Penggunaan Net Bag Terhadap Konsentrasi Pigmen dan

Karakteristik Biologis

Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi pigmen pada perlakuan A (single

net) memiliki nilai konsentrasi pigmen paling tinggi (Gambar 12). Hal tersebut

diduga pengaruh besar atau kecilnya intensitas cahaya yang diterima oleh thallus.

Pada perlakuan A (single net) rumput laut menyerap cahaya dengan kuat, tetapi

dengan bertambahnya ketebalan jaring penyerapan cahaya semakin lemah seperti

yang terlihat pada perlakuan C (triple net). Menurut Ikrom et al. (2013), intensitas

cahaya dapat mempengaruhi besar atau kecilnya konsentrasi pigmen, karena

dalam melakukan proses penyerapan terhadap cahaya, rumput laut

mengembangkan berbagai macam pigmen sesuai dengan tingkat absorpsi

spektrum cahaya yang diterima.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pigmen klorofil–a pada

perlakuan A (single net) memiliki nilai absorbansi yang paling tinggi (Tabel 5).

Hasil tersebut diduga tingkat intensitas cahaya yang diterima rumput laut pada

perlakuan A lebih tinggi dibandingkan dengan rumput laut pada perlakuan B dan

C. Hal ini sesuai Aslan (1998), K. alvarezii yang mendapat intensitas cahaya

matahari yang optimum pada tingkat kedalam yang rendah akan memiliki

konsentrasi klorofil–a yang lebih banyak jumlahnya daripada yang ditanam di

perairan yang lebih dalam. Ditambahkan Wenno (2009), kandungan klorofil–a

dipengaruhi oleh perbedaan intensitas cahaya, permukaan perairan akan menyerap

cahaya dengan kuat, tetapi dengan bertambahnya kedalaman penyerapan cahaya

akan semakin lemah dan semakin dalam perairan intensitas cahaya yang diterima

akan semakin berkurang.

Page 52: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Kadar pigmen aksesoris karotenoid dan fikoeritrin meningkat menurut

peningkatan kedalaman dan menunjukkan perannya sebagai pemasok energi

untuk klorofil–a berdasarkan panjang gelombang serap (Naguit et al., 2009)

Karotenoid dan fikoeritrin adalah pigmen aksesoris yang berperan pada

kedalaman tinggi dengan tingkat intensitas cahaya yang rendah, dimana rasio

karotenoid akan lebih tinggi pada kedalaman tinggi (Wenno, 2014). Namun pada

penelitian ini menunjukkan hasil yang berbanding terbalik, dimana pada

perlakuan A (single net) yang menerima tingkat intensitas cahaya yang tinggi

menghasilkan konsentrasi fikoeritrin dan karotenoid yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan C (triple net) yang menerima tingkat intensitas

cahaya lebih rendah.

Konsentrasi pigmen yang paling dominan adalah karotenoid dibandingkan

dengan klorofil–a dan fikoeritrin (Gambar 12). Hal ini sesuai Wenno (2009),

peningkatan konsentrasi pigmen karotenoid yang tinggi disebabkan oleh peran

karotenoid sebagai komplemen dari klorofil–a yang berfungsi menyediakan energi

untuk klorofil–a khususnya di perairan dalam dan berperan dalam melindungi

tanaman dari radiasi ultraviolet–β yang berlebihan.

Tingkat intensitas cahaya yang diterima oleh rumput laut diduga

mempengaruhi karakteristik morfologi dari rumput laut. Berdasarkan hasil

pengamatan selama 42 hari, karakteristik morfologi thallus pada tiap perlakuan

mengalami perubahan selama kegiatan penelitian berlangsung. Perubahan fisik

tersebut cenderung mengarah kepada perubahan warna dan tekstur. Hal tersebut

sesuai dengan Wenno (2014), perubahan warna pada thallus merupakan

mekanisme pengaturan energi untuk mendorong fotosintesis pada kondisi

Page 53: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

klorofil–a tidak berfungsi optimal di perairan dengan intensitas cahaya matahari

yang rendah. Ditambahkan Alamsjah et al. (2010), intensitas cahaya matahari

yang rendah disebabkan oleh kandungan partikel dan materi organik yang

menyerap cahaya biru meninggalkan cahaya hijau sehingga memungkinkan

terjadi perubahan warna dan tekstur pada thallus. Hasil pengamatan terhadap

karakteristik morfologi dapat dilihat pada (Lampiran 8).

Pada penelitian ini, tumbuhnya lumut dan epifit yang menghalangi

masuknya sinar matahari kedalam net bag, menyebabkan terhambatnya proses

fotosintesis. Selain itu, kekurangan sinar matahari membuat warna thalus menjadi

berwarna merah tua, mengindikasikan pigmen utama dari Rhodophyceae

(fikoeritrin) dominan. Hasil tersebut sesuai Wenno (2009), fikoeritrin adalah

pigmen aksesoris yang berperan pada kedalaman tinggi atau pada kondisi

memperoleh tingkat intensitas cahaya yang rendah yang hanya terdeteksi melalui

nilai absorban spektrofotometer sehingga menunjukkan peranannya di perairan

berdasarkan pada perubahan warna thallus rumput laut.

Selama kegiatan pengamatan ditemukan penyakit ice – ice, penyakit ini

ditemukan pada tiap perlakuan namun paling banyak ditemukan pada thallus yang

dibudidayakan pada perlakuan B (double net) dan perlakuan C (triple net).

Penyakit ice – ice menyebabkan terjadinya perubahan struktur morfologi thallus

menjadi lebih lunak. Hal tersebut didukung Fitrian (2015), penyakit rumput laut

didefinisikan sebagai terganggunya struktur morfologi (warna dan bentuk) dan

fungsi normal metabolisme rumput laut yang menyebabkan terjadinya perubahan

laju produktivitas pertumbuhan yang rendah, serta akhirnya berpengaruh terhadap

kemampuannya untuk melakukan penyerapan terhadap intensitas cahaya dan

Page 54: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

menghambat perannya sebagai pemasok energi untuk klorofil–a seiring dengan

peningkatan kedalaman.

Page 55: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Terdapat pengaruh nyata (P < 0,05) perlakuan terhadap berat mutlak dan

laju pertumbuhan spesifik K. alvarezii. Perlakuan terbaik adalah perlakuan

A (single net) dengan nilai rerata laju pertumbuhan spesifik 4,95 ± 0,70

%.,

2. Perlakuan A (single net) memiliki nilai konsentrasi pigmen paling tinggi

dengan karotenoid sebagai pigmen yang dominan.

3. Thallus pada tiap perlakuan mengalami perubahan fisik yang mengarah

kepada perubahan warna dan tekstur. Semakin rendah intensitas cahaya

yang diterima, thallus rumput laut memiliki tekstur yang elastis,

percabangan yang sedikit, dan warna thalus yang berwarna merah tua.

5.2. Saran

Penggunaan net bag di Karimunjawa akan lebih efektif apabila digunakan

pada musim barat dengan karakteristik curah hujan stabil dan ombak relatif besar

untuk mengurangi tumbuhnya epifit.

Page 56: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

DAFTAR PUSTAKA

Adnan., Hasanuddin., dan Manfarizah. 2012. Aplikasi Beberapa Dosis Herbisida

Glifosat dan Paraquat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) Serta

Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia Tanah, Karakteristik Gulma, dan Hasil

Kedelai. Jurnal Agrista. 16(3):135–145.

Anggadiredja, J.T. 2009. Rumput Laut, Pembudidayaan, Pengolahan, dan

Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Atmadja, W.S., K Sulistijo., dan Radiamanias. 1996. Pengenalan Jenis–Jenis

Rumput Laut Laut di Indonesia. PusLitBang Oseanografi LIPI, Jakarta.

Bast, Felix. 2013. Agronomy and Cultivation Methods for Edible Seaweeds.

Internatonal Journal of Agriculture Food and Science Technology.

4(7):661–670.

Costa, J.F., Merdekawati, Windu, dan F.R. Otu. 2018. Analisis Proksimat,

Aktivitas Antioksidan, dan Komposisi Pigmen Ulva lactuca L dari Perairan

Pantai Kukup. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi. 17(1):1–17.

Delaney, A., Frangoudes., and S.A. Li. 2016. Society and Seaweed:

Understanding the Past and Present. Seaweed in Health and Disease

Prevention. Elsevier, Oxford.

Effendi, Hefni. 2007. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Fadli., Rachmat, Pambudy., dan Harianto. 2017. Analisis Daya Saing Agribisnis

Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Agribisnis Indonesia.

5(2):111–124.

Fitrian, Tyani. 2015. Hama Penyakit (Ice-Ice) Pada Budidaya Rumput Laut Studi

Kasus: Maluku Tenggara. Oseana. 40(4):1–10.

Gomez, K.A., dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian

Pertanian. UI Press, Jakarta.

Hamuna, Baigo., H.R. Tanjung., Suwito., H.K. Maury., dan Alianto. 2018. Kajian

Kualitas Iar Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika–

Kimia di Perairan Distrik Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan.

16(1):35–43.

Hanafiah, K.A. 2003. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Heryati, Setyaningsih., Sumantadinata., Komar., dan N.S. Palupi. 2011.

Kelayakan usaha Budidaya Rumput laut Dengan Metode Longline dan

Strategi Pengembangan di Perairan Karimunjawa. Manajemen IKM.

Page 57: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

7(2):131–142.

Ikrom, A.B., dan Aunurohim. 2013. Kandungan Klorofil–a dan Karaginan

Eucheuma cottonii yang Ditanam Pada Kedalaman Berbeda di Desa Palasa,

Pulau Poteran. Jurnal Teknik POMITS. 2(1):1–6.

Kadi, Achmad. 2012. Potensi Rumput Laut dan Kesesuaian Lokasi Budidaya di

Perairan Bangka Belitung. Oseana. 37(3):37–44.

Kasim, Ma'ruf., and M Ahmad. 2017. Comparison Growth of Kappaphycus

alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) Cultivation in Floating Cage and

Longline in Indonesia. Aquaculture Reports. 06:49–55.

Kurniawan, M.C., A Riris., dan W.A.E. Putri. 2018. Pertumbuhan Rumput Laut

Eucheuma spinosum Dengan Perlakuan Asal Thallus dan Bobot Berbeda di

Teluk Lampung, Provinsi Lampung. Maspari Journal. 10(2):161–180.

Melki., dan A Agussalim. 2004. Keadaan Budidaya Rumput Laut di Pulau

Panjang Provinsi Bangka Belitung. Jurnal Penelitian Sains. 16:1–8.

Michel, D.S. 2012. The Farming of Seaweeds. FAO.

Naguit, M.R.A., and W Tisera, W. 2009. Pigment Analysis on Eucheuma

denticulatum (Collins & Hervey) and Kappaphycus alvarezii (Doty)

Cultivars Cultured at Different Depths. The Treshold. 4:29–37.

Oswaldo, M.I., Saikhu, Akhmad., dan Amaliah, Bilqis. 2014. Implementasi

Metode Pairwise Comparison pada Uji Kinerja Varian Metode Kecerdasan

Buatan pada Penyelesaian Masalah TSP. Jurnal Teknik POMITS. 2(1): :1–

3.

Parenrengi, Andi., dan Sulaeman. 2007. Mengenal Rumput Laut Kappaphycus

alvarezii. Media Akuakultur. 2(1):142–146.

Pramesti, Rini., A.B. Susanto., A.S. Wilis., A Ridlo., Subagiyo., dan Y Oktaviaris.

2016. Struktur Komunitas dan Anatomi Rumput Laut di Perairan Teluk

Awur, Jepara dan Pantai Krakal, Yogyakarta. Jurnal Kelautan Tropis.

19(2):81–94.

Prasetyo, Teguh. 2007. Parameter Oseanografi Sebagai Penentu Pertumbuhan

Rumput Laut Kappaphycus alvarezii di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI

Jakarta. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. 9(2): 105–113.

Priono, Bambang. 2013. Budidaya Rumput Laut Dalam Upaya Peningkatan

Industrialisasi Perikanan. Media Akuakultur. 8(1):1–8.

Rejeki, Sri., A.D. Hernanto., dan R.W. Ariyati. 2014. Pertumbuhan Budidaya

Rumput Laut (Eucheuma cottonii dan Gracilaria sp.) Dengan Metode

Longline di Perairan Pantai Bulu Jepara. Journal of Aquaculture

Management and Technology. 4(2):60–66.

Saraswati., Yulius., A Rustam., H.L. Salim., A Heriati., dan E Mustikasari. 2017.

Page 58: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Kajian Kualitas Air Untuk Wisata Bahari di Pesisir Kecamatan Moyo Hilir

dan Kecamaan Lape, Kabupaten Sumbawa. Jurnal Segara. 13(1):37–47.

Sadhori, N.S. 1992. Budidaya Rumput Laut. Balai Pustaka, Jakarta.

Serdiati, Novalina., dan I.M. Widiastuti. 2010. Pertumbuhan dan Produksi

Rumput Laut Eucheuma cottonii Pada Kedalaman Penanaman yang

Berbeda. Media LitBang SulTeng. 3(1):21–60.

Soenardjo, Nirwani. 2011. Aplikasi Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii

(Weber van Bosse) dengan Metode Jaring Lepas Dasar (Net Bag) Model

Cidaun. Buletin Oseanografi Marina. 1(1):36–44.

Surni, Wa. 2014. Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Pada

Kedalaman Air Laut yang Berbeda di Dusun Kotania, Desa Eti, Kecamatan

Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat. Biopendix. 1(1):92–100.

Steel, R.G.D., dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan

Bambang Sumantri. Gramedia, Jakarta.

Susanto, AB. 2005. Metode Lepas Dasar Dengan Model Cidaun Pada Budidaya

Eucheuma spinosum (Linnaeus) Agardh. Ilmu Kelautan. 10(3):158–164.

Titlyanov E A., and Titlyanova T V. 2010. Seaweed Cultivation: Methods and

Problems. Russian Journal of Marine Biology. 36(4):227–242.

Valderrama, Diego., J Cai., N Hishamunda., N Ridler., I.C. Neish., A.Q. Hurtado.,

F.E. Msuya., Krishnan., Narayanakumar., Kronen, Mecthchild., Robledo,

Daniel., Gasca, Levya., and J Fraga. 2015. The Economics of Kappaphycus

Seaweed Cultivation in Developing Countries: A Comparative Analysis of

Farming Systems. Aquaculture Economics and Managament. 19(2):51–77.

Wenno, M.R. 2009. Karakteristik Fisiko Kimia Karaginan dari Eucheuma cottonii

Pada Bagian Thallus, Berat Bibit, dan Umur Panen. Jurnal TRITON.

Wenno, P.A. 2014. Pertumbuhan dan Kandungan Pigmen dari Rumput Laut

Merah Kappaphycus alvarezii (DOTY), Hasil Budidaya di Perairan

Dengan Kedalaman Berbeda. Jurnal TRITON. 10(2):71–77.

Wijayanto, Tri., M Hendri., dan R Aryawati. 2011. Studi Pertumbuhan Rumput

Laut Eucheuma cottonii Dengan Berbagai Metode Penanaman yang

Berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan. Maspari Journal. 03:151–

170.

Wiratmaja, I.G., I.G.B.W. Kusuma., dan I.N.S. Winaya. 2011. Pembuatan Etanol

Generasi Kedua Dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma

Cottonii Sebagai Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Cakra. 5(1):75–

84.

WWF. 2014. Budidaya Rumput Laut Kotoni (Kappaphycus alvarezii), Sacol

(Kappaphycus striatum), dan Spinosum (Eucheuma denticulatum). WWF–

Indonesia. Jakarta.

Page 59: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

LAMPIRAN

Page 60: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lampiran 1. Berat mutlak (W) rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan

metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari

penanaman

Perlakuan Ulangan Berat Mutlak (n=3) Tiap Minggu

1 2 3 4 5 6

A 1 80 257 364 393 447 457

2 58 180 262 265 342 375

3 93 322 404 412 429 422

W 77 253 343,3 356,7 406 418

± SD 17,7 71,1 73,2 80 56,2 41,1

B 1 76 169 197 195 105 157

2 76 112 132 113 85 185

3 89 131 107 118 140 197

W 80,3 137,3 145,3 142 110 179,7

± SD 7,5 29 46,5 46 27,8 20,5

C 1 37 71 89 72 82 93

2 32 65 67 68 101 160

3 33 81 96 89 74 118

W 34 72,3 84,0 76,3 85,7 123,7

± SD 2,6 8,1 15,1 11,2 13,9 33,9

Page 61: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lampiran 2. Laju pertumbuhan spesifik (%) rumput laut Kappaphycus alvarezii

dengan metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42

hari penanaman

Perlakuan Ulangan Laju Pertumbuhan Spesifik (n=3) Tiap Minggu

1 2 3 4 5 6

A 1 6,11 7,13 5,86 4,59 3,95 3,33

2 4,67 5,63 4,81 3,63 3,39 2,98

3 6,89 8,19 6,22 4,72 3,86 3,17

Rerata 5,89 6,98 5,63 4,32 3,73 3,17

± SD 1,13 1,28 0,73 0,59 0,30 0,17

B 1 5,86 5,39 3,99 2,97 1,52 1,71

2 5,86 3,98 3,01 2,01 1,28 1,91

3 6,65 4,48 2,56 2,07 1,88 2,00

Rerata 6,12 4,62 3,19 2,35 1,56 1,87

± SD 0,46 0,71 0,73 0,54 0,30 0,15

C 1 3,15 2,77 2,22 1,40 1,25 1,15

2 2,76 2,57 1,76 1,34 1,47 1,73

3 2,84 3,08 2,36 1,66 1,15 1,38

Rerata 292 2,81 2,11 1,47 1,29 1,42

± SD 0,20 0,26 0,31 0,17 0,17 0,29

Page 62: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lampiran 3. Konsentrasi pigmen rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan

metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari

penanaman

Perlakuan Ulangan Konsentrasi Pigmen (n=3)

Klorofil-A Fikoeritrin Karotenoid

A 1 0,018 0,030 0,042

2 0,023 0,033 0,047

3 0,027 0,038 0,057

Rerata 0,023 0,034 0,049

± SD 0,005 0,004 0,008

B 1 0,024 0,029 0,037

2 0,016 0,021 0,032

3 0,019 0,031 0,036

Rerata 0,020 0,027 0,035

± SD 0,004 0,005 0,003

C 1 0,009 0,011 0,013

2 0,007 0,008 0,013

3 0,009 0,011 0,017

Rerata 0,008 0,010 0,014

± SD 0,001 0,002 0,002

Page 63: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lampiran 4. Parameter lingkungan pada budidaya rumput laut Kappaphycus

alvarezii dengan metode jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari

penanaman

No. Parameter

Lingkungan

Parameter Lingkungan (n=3) Tiap

Minggu Rerata

1 2 3 4 5 6

1. Intensitas Cahaya

(lux)

Diatas

Permukaan Air 9875 7283 6852 5783 7465 7680 7490

Dasar Perairan 6743 4162 3800 2654 4752 4823 4489

Single Net 3568 2548 2932 2398 2287 2367 2683

Double Net 2896 2164 2153 2042 2669 1954 2313

Triple Net 2165 1573 1274 985 1772 1376 1524

2. Suhu (°C) 32 3,.4 30,8 28,9 31,3 31,4 31

3. Kecerahan (m) 2,1 2,1 2,5 2,5 2,3 2,3 2,3

4. Salinitas ‰ 35 32 32 30,7 32,3 32 32,3

5. pH 7,7 7,8 7,7 7,7 7,7 7,8 7,7

6. Nitrat (mg/L) 0,379 0,305 0,628 0,426 0,638 0,589 0,494

7. Fosfat (mg/L) 0,035 0,023 0,023 0,026 0,022 0,034 0,027

8. Substrat Dasar Pasir dan Pecahan Karang

9. Kedalaman (m) 2,5 m

Page 64: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lampiran 5. Hasil Uji Laboratorium Nitrat dan Fosfat

Page 65: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lampiran 6. Uji RMA dan uji pairwise comparison berat mutlak rumput laut

Kappaphycus alvarezii dengan metode budidaya jaring lepas dasar

(net bag) selama 42 hari penanaman

Uji Normalitas

1. Hipotesis

H0: Residual berdistribusi normal

H1: Residual tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikansi

α=5%=0,05

3. Statistik Uji

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Standardized Residual for A

.272 6 .186 .849 6 .155

Standardized Residual for B

.228 6 .200* .959 6 .813

Standardized Residual for C

.246 6 .200* .931 6 .588

4. Daerah kritis

Tolak H0 jika sig<0,05

5. Keputusan

H0 diterima karena nilai sig. pada Shapiro Wilk untuk semua variabel > 0.05

6. Kesimpulan

Pada taraf signifikansi 5%, dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi

normal.

Uji Homogenitas

1. Hipotesis

H0: 𝜎12 = 𝜎2

2 = ⋯ = 𝜎62 (Residual homogen)

H1: paling sedikit ada satu i dengan 𝜎𝑖2 ≠ 0 (Residual tidak homogen)

Page 66: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

2. Taraf signifikansi

α=5%=0,05

3. Statistik Uji

4. Daerah kritis

Tolak H0 jika sig<0,05

5. Keputusan

H0 ditolak karena sig. (0,004)<0,05.

6. Kesimpulan

Hasil dari analisis data diatas menunjukkan bahwa sphericity memiliki nilai sig

= 0.004 artinya p<0.05 sehingga nilai sphericity tidak terpenuhi,oleh karena itu

Test of Within Subjects Effects akan menggunakan nilai koreksi Greenhouse-

Geisser.

Uji Repeated Measures ANOVA

1. Hipotesis

H0: 𝛼1 = 𝛼2 = ⋯ = 𝛼6 = 0 (tidak ada perbedaan rata-rata perlakuan terhadap

berat mutlak)

H1: paling sedikit ada satu i dengan 𝛼𝑖 ≠ 0 (ada perbedaan rata-rata perlakuan

terhadap berat mutlak)

2. Taraf signifikansi

α=5%=0,05

Mauchly's Test of Sphericitya

Measure: Berat_Mutlak

Within Subjects Effect

Mauchly's W

Approx. Chi-Square df Sig.

Epsilonb

Greenhouse-Geisser

Huynh-Feldt

Lower-bound

Perlakuan .065 10.926 2 .004 .517 .530 .500

Page 67: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

3. Statistik Uji

Tests of Within-Subjects Effects Measure: Berat_Mutlak

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Perlakuan Sphericity Assumed

173451.444 2 86725.722 23.558 .000

Greenhouse- Geisser

173451.444 1.034 167803.356 23.558 .004

Huynh-Feldt 173451.444 1.059 163725.641 23.558 .004

Lower-bound 173451.444 1.000 173451.444 23.558 .005

Error (Perlakuan)

Sphericity Assumed

36813.956 10 3681.396

Greenhouse- Geisser

36813.956 5.168 7123.037

Huynh-Feldt 36813.956 5.297 6949.943 Lower-bound 36813.956 5.000 7362.791

4. Daerah kritis

Tolak H0 jika sig<0,05

5. Keputusan

H0 ditolak karena sig. Greenhouse-Geisser (0,004)<0,05

6. Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata rata-rata perlakuan

yang diberikan terhadap berat mutlak.

Uji Lanjut

1. Hipotesis

H0: Tidak terdapat perbedaan hasil pada perlakuan yang diberikan

H1: Ada perbedaan hasil pada perlakuan yang diberikan

2. Taraf Signifikansi

α=5%

Page 68: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

3. Statistik Uji

Pairwise Comparisons Measure: Berat_Mutlak

(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.b

95% Confidence Interval for Differenceb

Lower Bound Upper Bound

A B 176.500* 43.241 .029 23.680 329.320

C 229.667* 42.066 .008 81.001 378.332

B A -176.500* 43.241 .029 -329.320 -23.680

C 53.167* 6.484 .001 30.251 76.083

C A -229.667* 42.066 .008 -378.332 -81.001

B -53.167* 6.484 .001 -76.083 -30.251

4. Kriteria Uji

Tolak H0 jika sig.<0.05

5. Keputusan

Karena semua nilai sig. untuk output diatas bernilai < 0.05 maka H0 ditolak.

6. Kesimpulan

Hasil uji memperlihatkan letak perbedaan pengaruh masing-masing perlakuan

terhadap berat mutlak. Perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B dan

perlakuan C. Perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan C. Semua perlakuan

menunjukkan perbedaan yang nyata sehingga untuk mengetahui perlakuan

yang terbaik dilihat berdasarkan nilai rata-rata (mean). Perlakuan dengan nilai

mean terbesar merupakan perlakuan yang terbaik.

Estimates Measure: Berat_Mutlak

Perlakuan Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

A 309.000 52.186 174.851 443.149 B 132.500 13.832 96.943 168.057 C 79.333 11.754 49.119 109.547

Berdasarkan tabel estimates diatas diketahui bahwa rata-rata perlakuan A

sebesar 309, perlakuan B sebesar 132,5, dan perlakuan C sebesar 79,3.

Sehingga perlakuan yang terbaik yaitu perlakuan A.

Page 69: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Gambar Output Profile Plots

Gambar plots diatas menunjukkan rata-rata berat mutlak tiap minggu berdasarkan

perlakuan yang diberikan. Pada plot terlihat bahwa terjadi ketajaman garis pada

perlakuan 1(A) yang mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh yang nyata

terhadap pertambahan berat mutlak, sedangkan pada perlakuan 2(B) dan 3(C)

garis mulai melandai yang menunjukkan bahwa perlakuan tersebut memberikan

pengaruh yang tidak jauh berbeda.

Page 70: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lampiran 7. Uji ANOVA dan uji LSD laju pertumbuhan spesifik rumput laut

Kappaphycus alvarezii dengan metode budidaya jaring lepas dasar

(net bag) selama 42 hari penanaman

Grafik Persebaran Data

1. Grafik Individual Value

Grafik ini menunjukkan rata-rata nilai dari masing-masing perlakuan.

2. Histogram

Histogram ini menunjukkan persebaran data residual dalam bentuk diagram

batang, terlihat bahwa tidak terdapat jarak antara batang satu dengan yang lain,

hal ini menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal.

CBA

7

6

5

4

3

2

1

Perlakuan

Laju

Pert

um

bu

han

Hari

an

Individual Value Plot of Laju Pertumbuhan Harian vs Perlakuan

Page 71: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

3. Boxplot

Boxplot menunjukkan persebaran residual dalam bentuk kotak plot.

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa boxplot berbentuk proporsional dan

tidak terdapat data outlier, hal ini menunjukkan bahwa residual data

berdistribusi normal.

Uji Normalitas

1. Hipotesis

H0: Residual berdistribusi normal

H1: Residual tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikansi

α=5%=0,05

3. Statistik Uji

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Residual for Laju_Pertumbuhan_Spesifik .114 18 .200* .935 18 .234

4. Daerah kritis

Tolak H0 jika sig<0,05

5. Keputusan

H0 ditolak karena sig. (0,200)˃0,05.

Page 72: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

6. Kesimpulan

Pada taraf signifikansi 5%, residual data berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

1. Hipotesis

H0: 𝜎12 = 𝜎2

2 = 𝜎32 (Residual homogen)

H1: paling sedikit ada satu i dengan 𝜎𝑖2 ≠ 0 (Residual tidak homogen)

2. Taraf signifikansi

α=5%=0,05

3. Statistik Uji

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: Laju_Pertumbuhan_Spesifik F df1 df2 Sig.

2.051 2 15 .163

4. Daerah kritis

Tolak H0 jika sig<0,05

5. Keputusan

H0 ditolak karena sig. (0,163)<0,05.

6. Kesimpulan

Pada taraf signifikansi 5%, residual memiliki keragaman yang homogen.

Uji ANOVA

1. Hipotesis

H0: 𝛼1 = 𝛼2 = 𝛼3 = 0 (tidak ada pengaruh perlakuan terhadap laju

pertumbuhan spesifik)

H1: paling sedikit ada satu i dengan 𝛼𝑖 ≠ 0 (ada pengaruh perlakuan terhadap

laju pertumbuhan spesifik)

Page 73: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

2. Taraf signifikansi

α=5%=0,05

3. Statistik Uji

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Laju_Pertumbuhan_Spesifik

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 26.882a 2 13.441 8.709 .003 Intercept 205.166 1 205.166 132.938 .000 Perlakuan 26.882 2 13.441 8.709 .003 Error 23.150 15 1.543 Total 255.198 18 Corrected Total 50.032 17

4. Daerah kritis

Tolak H0 jika sig<0,05 atau Fhit>Ftabel

5. Keputusan

H0 ditolak karena sig. perlakuan (0,003)<0,05 dan nilai Fhit (8,709)>F2;15 atau

Ftab (3,68)

6. Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh perlakuan terhadap laju

pertumbuhan spesifik sehingga diperlukan uji lanjut untuk mengetahui

perlakuan yang terbaik.

Pengujian Pada Model Regresi Non-Linier

1. Estimasi model

Coefficients

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

ln(Perlakuan) -2.694 .625 -.733 -4.310 .001 (Constant) 4.985 .469 10.634 .000

Berdasarkan tabel coefficients, maka diperoleh bentuk persamaan analisis

regresi nonlinier yaitu Y = 4,985-2,694 ln(Perlakuan)

Page 74: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

2. Uji kecocokan model

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 26.879 1 26.879 18.575 .001 Residual 23.153 16 1.447 Total 50.032 17

Pada output diperoleh nilai F sebesar 18,575 dan nilai sig. 001, nilai sig<0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa model Y = 4,985-2,694 ln(Perlakuan)

adalah model regresi nonlinier yang cocok.

3. Koefisien Determinasi

Model Summary

R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

.733 .537 .508 1.203

Dari output tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi (R = 0,733) yang artinya

berkorelasi positif. Sebesar 53,7% laju pertumbuhan spesifik dipengaruhi oleh

perlakuan yang diberikan dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

4. Interpretasi Grafik

Berdasarkan pola hubungan tersebut yang dapat dilihat dari grafik diatas,

semakin besar perlakuan yang diberikan maka laju pertumbuhan spesifik

semakin menurun dan sebaliknya semakin kecil perlakuan yang diberikan

maka laju pertumbuhan spesifik semakin tinggi.

Page 75: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Uji Lanjut LSD

1. Hipotesis

H0: Tidak terdapat perbedaan perlakuan 1 dan perlakuan 2

H1: Ada perbedaan pada perlakuan 1 dan perlakuan 2

2. Taraf Signifikansi

α=5%

3. Statistik Uji

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Laju_Pertumbuhan Spesifik LSD

(I) perlakuan (J) perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

A B 1.8917* .71724 .019 .3629 3.4204

C 2.9550* .71724 .001 1.4262 4.4838

B A -1.8917* .71724 .019 -3.4204 -.3629

C 1.0633 .71724 .159 -.4654 2.5921

C A -2.9550* .71724 .001 -4.4838 -1.4262

B -1.0633 .71724 .159 -2.5921 .4654

4. Kriteria Uji

Tolak H0 jika sig.<α

5. Keputusan

Perlakuan A dan B memiliki nilai signifikansi 0,019 dimana nilai sig<0,05

sehingga perlakuan A berbeda dengan perlakuan B. Perlakuan A dan C

memiliki nilai signifikansi 0,001 dimana nilai sig<0,05 sehingga perlakuan A

berbeda dengan perlakuan C. Perlakuan B dan C memiliki nilai signifikansi

0,159 dimana nilai sig>0,05 sehingga perlakuan B tidak berbeda dengan

perlakuan C.

6. Kesimpulan

Berdasarkan interpretasi diatas dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik

adalah perlakuan A karena perlakuan tersebut berbeda dari perlakuan yang lain.

Page 76: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Garis yang memotong garis 0 menunjukkan bahwa perlakuan tersebut tidak

berbeda,pada output terlihat bahwa garis C-B memotong garis 0 sehingga

perlakuan B tidak berbeda dengan perlakuan C dan perlakuan terbaik adalah

perlakuan A karena berbeda dengan yang lain.

Page 77: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lampiran 8. Karateristik biologis rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan

metode budidaya jaring lepas dasar (net bag) selama 42 hari

penanaman

Perlakuan Ulangan Karakteristik Biologis (n=3) Tiap Minggu

1 2 3 4 5 6

A 1 E/M/BP E/M/BP E/M/BP E/M/BP E/M/BP E/M/BP

2 E/M/BP E/M/BP E/M/BP E/M/BP E/M/BP E/M/BP

3 E/M/BP E/M/BP E/M/BP E/M/BP E/M/BP E/M/BP

B 1 E/M/BP E/M/BP E/M/BP E/MT/BP E/MT/BP E/MT/BP

2 E/M/BP E/M/BP E/M/BP E/MT/BP E/MT/BP E/MT/BP

3 E/M/BP E/M/BP E/M/BP E/MT/BP E/MT/BP E/MT/BP

C 1 E/MT/SP E/MT/SP E/MT/SP E/MT/SP E/MT/SP E/MT/SP

2 E/MT/SP E/MT/SP E/MT/SP E/MT/SP E/MT/SP E/MT/SP

3 E/MT/SP E/MT/SP E/MT/SP E/MT/SP E/MT/SP E/MT/SP

Keterangan: (E = Elastis, TE = Tidak Elastis), (M = Merah, MT = Merah Tua),

(SP = Sedikit Percabangan, BP = Banyak Percabangan)

Page 78: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lampiran 9. Dokumentasi Kegiatan Lapangan (Pemasangan Konstruksi dan

Penanaman)

A. Lokasi budidaya

B. Pemasangan Net Bag

C. Single Net

D. Double Net

E. Triple Net

F. Proses penempatan bibit pada net

bag

Page 79: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan Lapangan (Kontrol dan Pemeliharaan)

A. Proses pengambilan bibit dari net

bag

B. Penimbangan rumput laut pada

kegiatan pengamatan mingguan

C. Pengukuran suhu dengan

menggunakan termometer digital

D. Pengukuran salinitas dengan

menggunakan refaktometer

E. Pengukuran pH dengan

menggunakan pH meter

F. Pengukuran kecerahan dengan

menggunkan sechi disk

Page 80: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

G. Pengukuran intensitas cahaya

dengan menggunakan lux meter pada

net bag

H. Proses pembersihan net bag

Page 81: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lampiran 11. Dokumentasi Kegiatan Lapangan (Panen)

A. Pelepasan net bag pada saat panen

B. Pengangkatan net bag pada saat

panen

C. Rumput laut hasil panen

D. Pengikatan thallus hasil panen

untuk di keringkan.

E. Pengeringan rumput laut hasil

panen

Page 82: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lampiran 12. Dokumentasi Kegiatan Lapangan (Pengamatan Karakteristik

Biologis)

A. Kappaphycus alvarezii (A1)

B. Tampak dekat Kappaphycus

alvarezii (A1)

C. Kappaphycus alvarezii (A2)

D. Tampak dekat Kappaphycus

alvarezii (A2)

E. Kappaphycus alvarezii (A3)

F. Tampak dekat Kappaphycus

alvarezii (A3)

Page 83: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

G. Kappaphycus alvarezii (B1)

H. Tampak dekat Kappaphycus

alvarezii (B1)

I. Kappaphycus alvarezii (B2)

J. Tampak dekat Kappaphycus

alvarezii (B2)

K. Kappaphycus alvarezii (B3)

L. Tampak dekat Kappaphycus

alvarezii (B3)

Page 84: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

M. Kappaphycus alvarezii (C1)

N. Tampak dekat Kappaphycus

alvarezii (C1)

O. Kappaphycus alvarezii (C2)

P. Tampak dekat Kappaphycus

alvarezii (C2)

Q. Kappaphycus alvarezii (C3)

R. Tampak dekat Kappaphycus

alvarezii (C3)

Page 85: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

Lampiran 13. Dokumentasi Alat dan Bahan

A. Alat pengukur parameter kualitas

perairan

B. Botol sampel HDPE 250 mL dan

1 L

C. GPS

D. Net Bag

E. Tiang pancang berbahan dasar

kayu jati

F. Coolbox 50 L

Page 86: Oleh: ICHSAN SURYO WIBOWOtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1902191-4… · Parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya rumput laut diukur berdasarkan dari

RIWAYAT HIDUP

Ichsan Suryo Wibowo. 260 201 151 200 23.

Penulis dilahirkan di DKI Jakarta, tanggal 1 Agustus

1997, anak ke-1 putra pasangan Bapak Wibowo Puji

Raharjo dan Ibu Dian Vandasari. Penulis menempuh

pendidikan dasar di SD Putra Pertiwi dan lulus pada

tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan menengah

pertama di SMP Islam Harapan Ibu dan lulus pada tahun 2012. Penulis

melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 66 Jakarta dan lulus pada

tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis berhasil diterima di Departemen Ilmu

Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro,

Semarang melalui jalur SNMPTN.

Selama kuliah penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas yaitu

Seaweed Universitas Diponegoro sebagai Staf Divisi Penelitian dan

Pengembangan periode 2017-2018. Selain itu, penulis aktif dalam Senat

Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan sebagai Senator Komisi IV

periode 2017-2018. Selama perkuliahan penulis juga pernah menjadi asisten

praktikum beberapa mata kuliah diantaranya avertebrata laut, vertebrata laut,

ekologi laut, dan konservasi.

Saat ini penulis masih berstatus sebagai mahasiswa Departemen Ilmu

Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro,

Semarang.