okkkkk
-
Upload
alif-nur-firdaus -
Category
Documents
-
view
12 -
download
5
description
Transcript of okkkkk
7
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Dasar Teori
A. Siklus Rankine
Siklus rankine merupakan siklus standard untuk pembangkit daya yang
menggunakan tenaga uap. Siklus rankine nyata yang digunakan dalam
instalasi pembangkit daya jauh lebih rumit dari pada siklus rankine
ideal asli yang sederhana. Siklus rankine juga disebut siklus uap-cair,
siklus ini biasanya digambarkan pada kedua diagram, yaitu P-V dan T-
S dengan garis-garis yang menunjukkan uap jenuh dan cairan jenuh.
Fluida kerjanya biasanya adalah H2O, tetapi tidak harus menggunakan
fluida tersebut.
Gambar 1. Bagan diagram alir siklus rankine
8
Pada gambar diatas menunjukkan proses aliran sederhana dimana uap
yang dihasilkan dalam boiler diperlukan oleh turbin untuk
menghasilkan kerja. Aliran yang keluar dari turbin melewati kondensor
dimana aliran itu dipompa kembali ke boiler. Daya yang diproduksi
oleh turbin lebih besar dari yang diperlukan oleh pompa dan output
daya bersih sama dengan selisih antara kecepatan input panas dalam
boiler dan kecepatan penolakan panas dalam kondensor.
Gambar 2. T-S diagram alir siklus rankine
Pada gambar 1 dan 2 ditunjukkan siklus Rankine ideal pada adiagram
P-v dan b diagram T-s. Garis lengkung di sebelah kiri titik kritis (CP =
Critical Point) pada kedua titik tersebut merupakan tempat kedudukan
semuatitik cairan jenuh dan merupakan garis cairan jenuh. Daerah di
sebelah kirinya merupakan daerah cairan dingin lanjut. Garis
9
lengkung di sebelah kanan CP merupakan kedudukan semua titik uap
jenuh dan merupakan garisuap jenuh. Daerah di sebelah kanan garis ini
adalah daerah panas lanjut. Daerah di bawah kubah merupakan daerah
campuran dua fase (cairan dan uap).
Siklus rankine terdiri dari 4 langkah yang ditunjukkan pada gambar
diatas dan dijelaskan sebagai :
1 - 2 Proses pemanasan dengan tekanan konstan. Jalur yang ada
disepanjang isobar (tekanan boiler), dan terdiri dari 3 bagian,
yaitu pemanasan dari air sampai temperatur saturasinya,
penguapan pada temperatur dan tekanan konstan, dan
pemanasan tinggi dari uap sampai temperatur diatas temperatur
saturasinya.
2 - 3 Ekspansi adiabatik (isentropik) reversibel dari uap dalam turbin
menuju tekanan kondenser. Jalur yang umumnya memotong
kurva saturasi, menghasilkan gas buang yang mengandung air.
1 - 2 Namun pemanasan tingkat tinggi yang dicapai pada langkah
menggeser jalur cukup jauh kekanan pada gambar, dimana
kandungan embun tidak terlalu besar.
3 - 4 Proses dengan suhu dan tekanan konstan dalam kondensor
untuk menghasilkan cairan tersaturasi pada titik 4.
10
4 - 1 Pemompaan adiabatik (isentropik) reversibel dari cairan
terkondensasi sampai ke tekanan boiler.
B. Karakteristik Boiler
1. Tipe-tipe Boiler
Tipe-tipe boiler dapat dibedakan menurut tujuan dan
konstruksinya, daerah yang mengalami pemanasan, sumber
panasnya, sirkulasinya, dan dinding penyangganya.
a. Berdasarkan pada tujuan dan konstruksinya boiler dibedakan
menjadi
1. Package boiler
2. Industrial boiler
3. Utility boiler
4. Circulating fluidized bed boiler (CFB)
5. Supercritical boiler
6. Marine boiler
b. Berdasarkan daerah yang mengalami pemanasan boiler
dibedakan menjadi :
1. Fire tube boiler
2. Water tube boiler
c. Berdasarkan sumber panasnya boiler dibedakan menjadi :
1. Conventional boiler
11
2. Heat Recovery Steam Generator
d. Berdasarkan sirkulasinya boiler dibedakan menjadi :
1. Natural circulation
2. Forced circulation
e. Berdasarkan dinding penyangganya boiler dibedakan menjadi :
1. Bottom supported
2. Top supported
2. Bagian-bagian Boiler
Secara umum bagian utama dari boiler terdiri dari :
a. Main equipment
- Furnace (ruang bakar)
- Main steam drum
- Super heater
- Reheater
- Risers (pipa penguap)
- Economizer
- Burner
b. Auxiliary equipment
- Force draft fan (PAF&SAF)
- Induce draft fan
- Valves, control, dan instrument
12
c. Balance of boiler
- Deaerator
Deaerator adalah salah satu jenis alat pemanas yang
digunakan oleh banyak pembangkit listrik didunia.
Deaerator berfungsi untuk menghilangkan oksigen dan gas-
gas lainnya yang terkandung dalam feedwater ( air boiler ).
- Feed water heater
Feedwater heater merupakan salah satu jenis heat
exchanger yang biasa digunakan di industri proses untuk
menukarkan/mengalirkan panas dari suatu fluida ke fluida
lainnya.
- Blowdown system
Blowdown System adalah suatu system yang terdiri dari
peralatan penampung semua drain air dan uap bekas yang
ada pada boiler equipment. Countinous Blowdown itu
sendiri bebentuk vessel yang mampu menahan air panas
dan tekanan yang kuat dari steam.
C. Teori Perpindahan Panas Pada Boiler
1. Perpindahan panas secara pancaran (radiation)
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas antara
suatu benda ke benda yang lain dengan jalan melalui gelombang-
gelombnag elektromagnetik tanpa tergantung kepada ada atau tidak
13
adanya media diantara benda yang menerima pancaran panas
tersebut.
Molekul-molekul api yang merupakan hasil pembakaran bahan
bakar dan udara akan menyebabkan terjadinya gangguan
keseimbangan elektromagnetis terhadap media yang disebut aether
(materi bayangan tanpa bobot yang mengisi ruangan). Sebagian
panas yang timbul dari hasil pembakaran tersebut diteruskan ke
aether yang kemudian diteruskan kepada bidang yang akan
dipanasi yaitu dinding atau pipa ketel.
2. Perpindahan panas secara aliran (convection)
Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang
dilakukan oleh molekul-molekul suatu fluida (cair maupun gas).
Molekul-molekul fluida tersebut dalam gerakannya melayang-
layang kesana kemari membawa sejumlah panas masing-masing q
joule. Pada saat molekul fluida tersebut menyentuh dinding atau
pipa ketel maka panasnya dibagikan sebagian kepada dinding atau
pipa ketel, sedangkan sebagian lagi dibawa molekul pergi.
Gerakan-gerakan molekul yang melayang-layang tersebut
disebabkan karena perbedaan temperatur didalam fluida itu sendiri.
Dalam gerakannya, molekul-molekul api tersebut tidak perlu
14
melalui lintasan yang lurus untuk mencapai dinding bidang yang
dipanasi.
3. Perpindahan panas secara rambatan (conduction)
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas dari
suatu bagian benda padat kebagian lain dari benda padat yang sama
atau dari benda padat yang satu kebenda padat yang lain karena
terjadinya persinggungan fisik (kontak fisik atau menempel) tanpa
terjadinya perpindahan panas molekul-molekul dari benda padat itu
sendiri.
Didalam dinding ketel, panas akan dirambatkan oleh molekul-
molekul dinding ketel sebelah dalam yang berbatasan dengan api,
menuju ke molekul-molekul dinding ketel sebelah luar yang
berbatasan dengan air. Perambatan tersebut menempuh jarak
terpendek.
D. Kehilangan Panas pada Boiler
a. Kehilangan panas karena gas buang kering
Gas asap hasil pembakaran yang keluar dari boiler masih memiliki
kalor yang tinggi. Kalor yang berasal dari gas buang tersebut
dimanfaatkan kembali dengan menggunakan media Air Heater,
yaitu berfungsi untuk memanaskan udara pembakaran. Gas asap
15
yang keluar dari Air Heater juga masih memiliki kalor, tetapi sudah
tidak dapat dimanfaatkan kembali. Hal ini menimbulkan kerugian
yang disebut kehilangan panas karena terbawa gas buang kering.
b. Kehilangan panas karena adanya kandungan air dalam bahan bakar
Air dalam bahan bakar tidak akan bereaksi dalam proses
pembakaran, dan akan menyerap sebagian kalor dari hasil
pembakaran. Akibatnya akan mengurangi kalor yang digunakan
oleh boiler untuk menguapkan air umpan (Feed Water). Kerugian
ini kandungan air dalam bahan bakar.
c. Kehilangan panas karena kadar air untuk pembakaran hidrogen
dalam bahan bakar.
Unsur hidrogen yang ada didalam bahan bakar menyebabkan
terjadinya uap air (H2O) pada proses pembakaran. Akibatnya kalor
yang timbul akibat pembakaran bahan bakar di boiler sebagian
diserap oleh uap air ini, sehingga mengurangi kalor yang
digunakan oleh boiler untuk menguapkan air umpan (Feed Water).
Hal ini menimbulkan kerugian yang berdampak terhadap
penurunan effisiensi boiler, dan disebut sebagai kehilangan panas
karena kadar air untuk pembakaran hidrogen dalam bahan bakar.
d. Kehilangan panas karena kandungan air didalam udara pembakaran
16
Udara pembakaran yang diambil dari udara bebas, selalu
mengandung uap air. Uap air ini tidak bereaksi selama proses
pembakaran, tetapi hanya akan bercampur dengan gas – gas asap
hasil pembakaran. Uap air ini akan menyerap sebagian kalor yang
dihasilkan oleh pembakaran dalam boiler, sehingga mengurangi
kalor yang digunakan oleh boiler untuk menguapkan air umpan
(Feed Water). Kerugian inilah yang disebut sebagai kehilangan
panas karena kandungan air didalam udara pembakaran.
e. Kehilangan panas karena uap untuk pengabutan bahan bakar
Uap / Steam digunakan untuk menspray atau mengatomisasi bahan
bakar residu sehingga dapat menyemprot ke dalam ruang bahan
bakar. Akan tetapi uap / steam ini akan bercampur dengan gas –
gas hasil pembakaran dan ikut menyerap sebagian kalor dari hasil
pembakaran. Adanya uap air ini dapat mengurangi kalor yang
digunakan oleh boiler untuk menguapkan air umpan (Feed Water).
Kerugian ini yang disebut sebagai kehilangan panas karena uap
untuk pengabutan bahan bakar.
f. Kehilangan panas kaena terdapatnya unsur karbon monoksida
Kerugian panas yang terjadi karena abu atau terak yang masih
mengandung kalor, yang masih dapat digunakan . Kerugian ini
17
disebut sebagai kehilangan panas kaena terdapatnya unsur karbon
monoksida.
g. Kehilangan panas karena perpindahan panas atau radiasi
Radiasi panas yang keluar dari dinding – dinding boiler ikut
mengurangi kalor yang digunakan oleh boiler untuk menguapkan
air umpan (Feed Water). Hal ini menimbulkan kerugian pula yang
disebut kehilangan panas karena perpindahan panas atau radiasi.
E. Sistem Pembakaran pada Boiler
Pembakaran terjadi secara proses kimia antara bahan-bahan yang
mudah terbakar dengan oksigen dari udara untuk menghasilkan energi
panas yang dapat digunakan untuk keperluan lain. Komponen utama
bahan-bahan yang mudah terbakar adalah carbon, hidrogen, dan
campuran lainnya. Dalam proses pembakaran komponen ini terbakar
menjadi karbondioksida dan uap air. Sejumlah sulfur juga terdapat
pada sebagian besar bahan bakar.
Pada proses pembakaran jumlah oksigen yang digunakan dapat
mempengaruhi kualitas pembakaran. Oksigen merupakan salah satu
elemen udara yang jumlahnya mencapai 20.9% seluruh komponen dari
udara. Komponen yang ada pada udara dapat dilihat pada table 1
18
dibawah ini. Bahan bakar akan terbakar pada keadaan normal jika
terdapat udara yang cukup.
1. Neraca Kalor
Parameter kinerja boiler, seperti efisiensi dan rasio penguapan,
berkurang terhadap waktu disebabkan buruknya pembakaran,
kotornya permukaan penukar panas dan buruknya operasi dan
pemeliharaan. Bahkan untuk boiler yang baru sekalipun, alasan
seperti buruknya kualitas bahan bakar dan kualitas air dapat
mengakibatkan buruknya kinerja boiler. Neraca panas dapat
membantu dalam mengidentifikasi kehilangan panas yang dapat
atau tidak dapat dihindari.
Uji efisiensi boiler dapat membantu dalam menemukan
penyimpangan efisiensi boiler dari efisiensi terbaik dan target area
permasalahan untuk tindakan perbaikan. Proses pembakaran dalam
boiler dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir energi.
Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana
energi masuk dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi
dengan berbagai kegunaan dan menjadi aliran kehilangan panas
dan energi. Panah tebal menunjukan jumlah energi yang dikandung
dalam aliran masing-masing.
19
Boiler bertipe CFB (Circulating Fluidized Bed). Boiler jenis ini
memiliki tiga peralatan utama, yakni Furnace, Cyclone, serta
Backpass. Furnace merupakan ruang dimana terjadi proses
pembakaran pada boiler. Cyclone adalah ruang pemisah antara flue
gas dan batubara yang belum terbakar berdasarkan berat jenis, dan
backpass atau Heat recovery Area (HRA) adalah ruang
pemanfaatan kalori dari flue gas, dimana flue gas dimanfaatkan
untuk memanaskan suplai udara hasil pembakaran.
Pada peralatan suplai udara pembakaran, ±60% udara pembakaran
berasal dari Primary Air (PA) Fan, ±36% dari Secondary Air (SA)
Fan, Ditambah ±3 % udara berasal dari fluidizing air blower dan
±1 % udara yang berasal dari limestone dengan total flow udara
pada beban 100 MW berkisar 285.985,40 kg/h sementara untuk
menghisap gas-gas hasil pembakaran (flue gas) dari ruang bakar
menggunakan Induced Draught Fan (IDF).
Tidak seperti kebanyakan PLTU di Indonesia yang menggunakan
tipe pembakaran PCC (Pulverized Coal Combustion) yang
menyemprotkan batubara dan udara ketika terjadi pembakaran,
metode pembakaran CFB ini menjaga material tetap berada dalam
posisi mengambang dengan meniupkan udara dengan kecepatan
tertentu dari bawah furnace.
20
Keseimbangan antara gaya dorong ke atas dari angin dan gaya
gravitasi akan menjaga butiran batubara tetap dalam posisi
mengambang sehingga membentuk lapisan seperti fluida yang
selalu bergerak. Kondisi ini akan menyebabkan pembakaran bahan
bakar yang lebih sempurna karena posisi batubara selalu berubah
sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik dan mencukupi
untuk proses pembakaran.
Kemudian, bila alat desulfurisasi masih diperlukan untuk
penanganan SOx pada metode pembakaran tetap dan PCC, maka
pada CFB, desulfurisasi dapat terjadi bersamaan dengan proses
pembakaran di boiler. Hal ini dilakukan dengan cara mencampur
batu kapur (lime stone, CaCO3) dan batubara kemudian secara
bersamaan dimasukkan ke boiler. SOx yang dihasilkan selama
proses pembakaran, akan bereaksi dengan kapur membentuk
gipsum (kalsium sulfat). Selain untuk proses desulfurisasi, batu
kapur juga berfungsi sebagai media untuk fluidized bed karena
sifatnya yang lunak sehingga pipa pemanas (heat exchanger tube)
yang terpasang di dalam boiler tidak mudah aus.
21
Gambar 3. CFB Boiler Overview
Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk
diagram alir energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis
tentang bagaimana energi masuk dari bahan bakar diubah menjadi
aliran energi dengan berbagai kegunaan dan menjadi aliran
kehilangan panas dan energy/ panah tebal menunjukan jumlah
energy yang dikandung dalam aliran masing-masing.
Gambar 4. Diagram Neraca Energi Boiler
Diagram Neraca Energi Boiler menggambarkan keseimbangan
energi total yang masuk boiler terhadap yang meninggalkan boiler
22
dalam bentuk yang berbeda. Seperti pada gambar berikut
memberikan gambaran berbagai kehilangan yang terjadi untuk
pembangkitan steam.
Gambar 5. Kehilangan panas pada boiler
2. Heat Exchanger
Heat exchanger adalah alat untuk memindahkan energi panas dari
suatu fluida ke fluida lain. Fluida panas memberikan panasnya ke
fluida dingin melalui suatu media atau secara langsung sehingga
akan terjadi perubahan sesuai dengan yang dikehendaki, baik
penurunan maupun kenaikan temperatur. Pada umumnya
perpindahan panas ini terjadi secara kombinasi antara konduksi dan
konveksi.
3. Beda temperatur rata-rata logaritmik (ÄTlmtd)
Besarnya ÄTlmtd dapat dihitung berdasarkan jenis susunan aliran
yang diterapkan dalam penukar kalor. Persamaan untuk
menghitung ÄTlmtd pada aliran sejajar, berlawanan dan aliran
silang (cross flow) dijelaskan dalam penjelasan berikut. Metode
23
beda temperatur rata-rata logaritmik digunakan sebagai langkah
awal dalam analisa heat exchanger, bila temperature masuk dan
keluar fluida pada heat exchanger diketahui, baik untuk fluida
panas maupun dingin, sehingga dapat menentukan beda temperatur
rata-rata logaritmik.
F. Suplai Udara Pembakaran pada Boiler
PLTU yang menggunakan Boiler CFB (Circulating Fluidized Bed)
dimana pada boiler jenis CFB ini material bed (batubara) yang terbakar
di dalam furnace semakin lama naik ke bagian atas furnace, karena
massanya berkurang batubara menjadi ringan dan ikut terbawa
bersama flue gas menuju ke cyclone. Cyclone berfungsi sebagai
pemisah antara flue gas dan batubara, batubara tersebut jatuh atau
masuk ke dalam cylone, karena batubara di dalam cyclone belum habis
terbakar maka batubara disirkulasikan kembali kedalam furnace,
sedangkan flue gas menuju ke backpass.
Sistem udara pembakaran pada jenis boiler CFB disuplai dari dua
aliran udara utama yaitu udara primary dan udara secondary dan
dibantu oleh udara dari Fluidizing Air Blower serta udara dari
limestone. Udara primary berasal dari udara luar yang masuk kedalam
kipas (fan) kemudian udara di hembuskan menuju Tubular Air Heater
dimana pada tubular air heater terjadi pertukaran panas antara udara
24
primary dengan flue gas. Udara primary yang masuk ke dalam tubular
air heater dengan temperatur ±50OC dan keluar tubular air heater
dengan temperatur ±220OC, sedangkan temperatur flue gas yang
masuk ke dalam tubular air heater ±285OC dan temperatur flue gas
keluar tubular air heater ±125OC. Setelah melewati tubular air heater
udara primary panas masuk ke dalam Win Box yang letaknya di bagian
bawah furnace (ruang bakar), didalam winbox udara primary
ditampung atau disimpan sebelum di hembuskan kedalam furnace
melalui Nozzle-Nozzle bagian bawah didalam furnace. Udara primary
ini digunakan dengan jumlah flow yang banyak di bandingkan dengan
jumlah flow udara secondary karena fungsi udara primary ini untuk
mengangkat batubara di dalam furnace selain sebagai udara
pembakaran.
Udara Secondary juga berasal dari udara luar yang masuk kedalan
kipas (Fan) kemudian udara secondary ini dihembuskan ke dalam
tubular air heater dengan temperatur ±46OC dan keluar tubular air
heater dengan temperatur ±248OC didalam tubular air heater ini terjadi
perpindahan panas antara flue gas dengan udara secondary, setelah
melewati tubular air heater udara panas secondary masuk ke dalam
furnace melalui damper-damper yang letaknya di bagian depan yang
jumlahnya delapan buah damper sedangkan di bagian belakang
25
jumlahnya empat buah demper, selain itu udara panas secondary
digunakan pada saat start-up burner dengan menggunakan HSD.
Selain dari udara primary dan udara secondary udara pembakaran juga
dibantu oleh udara dari fluidizing air blower dan udara dari limestone,
udara fluidizing air blower ini masuk ke dalam furnace bersama
batubara yang belum habis terbakar pada cyclone serta udara udara
pembakaran yang berasal dari udara yang masuk bersama limestone.
1. Saluran Transportasi Udara Pembakaran (Air duct system)
Saluran udara diperlukan sebagai penghubung antara fan dan
komponen utama pada boiler, saluran tersebut sering disebut
dengan ducting. Air and Flue Gas System terdiri dari Primary Air
(PA) Fans, Forced Draft (FD) Fans, Induced Draft (ID) Fans, Air
Heater, Primary Air Ducts, Secondary Air Ducts dan Flue Gas
Ducts.
Udara yang akan disuplai ke ruang pembakaran dipanaskan
terlebih dahulu agar tercapai efisiensi pembakaran yang baik.
Pemanasan tersebut dilakukan oleh Air Heater dengan cara
konduksi dengan memanfaatkan panas dari gas buang sisa
pembakaran di dalam furnace.
26
Pada CFB Boiler saluran ducting dirancang dalam dua kondisi
temperature udara antara lain:
a. Air Cool Ducting
Saluran udara PAF/SAF yang dilalui oleh udara bertemperatur
ambient, juga merupakan proses pertama dari udara luar
sebelum dipanaskan di Air heater.
b. Air Hot Ducting
Saluran udara PAF/SAF setelah Air heater dengan perubahan
temperature ambient ke temperature panas. Pada normal
operasi temperature udara yang keluar dari Air Heater mampu
mencapai 220O C yang selanjutnya disuplai ke Duct Burner dan
ruang bakar.
2. Piping system
Piping system digunakan pada Fluidizing air blower ini berfungsi
untuk membuat aliran udara yang berputar (turbulen) yang
tujuannya untuk melindungi dinding cyclone pada bagian
expansion bellow, agar batubara yang belum habis terbakar dan
pasir yang jatuh tidak mengenai atau menempel pada bagian
expansion bellow pada dinding cyclone.
27
3. Air Nozzle
Air Nozzle merupakan komponen yang terpasang pada dasar
furnace dengan jumlah ratusan nozzle. udara yang keluar dari
nozzle mendorong atau mengangkat bed material untuk
pembakaran yang sempurna. Posisi air nozzle berada setelah
windbox pada dasar boiler.
G. Mekanisme Sistem Penyuplaian Panas Pada Boiler
1. Mekanisme penyuplaian Udara
Mekanisme sistem penyuplaian udara ke boiler Selain dari aliran
Primary Air Fan (PAF) dan Secondary Air Fan (SAF), udara
pembakaran juga dibantu oleh Fluidizing Air Blower, jumlah flow
udara dalam proses pembakaran (100% BMCR) di ruang bakar
(furnance) membutuhkan ±522 t/h udara panas.
Aliran udara yang berputar (turbulen), tujuannya untuk melindungi
dinding cyclone pada bagian expansion bellow, agar batubara yang
belum habis terbakar dan pasir yang jatuh tidak mengenai atau
menempel pada bagian expansion bellow pada dinding cyclone
maka dibantu oleh Fluidizing Air Blower.
Batubara yang belum habis terbakar yang menempel pada bagian
expansion bellow akan dapat merusak dan menghambat sirkulasi
28
pada cyclone. Selain untuk melindungi expansion bellow pada
dinding cyclone udara yang berasal dari fluidizing air blower ini
juga digunakan untuk mendorong batubara yang belum habis
terbakar masuk kedalam furnace pada sealpot yang letaknya
dibawah cyclone. Sealpot digunakan sebagai penghambat laju
aliran batubara yang belum habis terbakar sebelum masuk ke
furnace.
Dua sumber aliran udara utama yaitu udara primary dan udara
secondary dan dibantu oleh udara dari fluidizing air blower serta
udara dari limestone. Udara primary berasal dari udara luar yang
masuk kedalam kipas (fan) kemudian udara di hembuskan menuju
tubular air heater dimana pada tubular air heater terjadi pertukaran
panas antara udara primary dengan flue gas.
Gambar 6. Furnace Nozzle
2. Pengaturan Penyuplaian Udara dan Air Heater
• Pengaturan Tekanan Udara
29
Pengaturan Tekanan udara bebas dikeliling kita disebut dengan
tekanan Atmosfir, besar tekanan atmosfir adalah 1,013 bar atau
14,7 Psig dan alat pangkasnya dinamakan barometer. Titik nol
barometer diukur dalam ruang hampa udara (hampa mutlak/
non absolute). Sedangkan alat ukur yang dipakai untuk
mengukur tekanan selain tekanan udara bebas disebut
manometer. Tekanan dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Tekanan terukur
2. Tekanan Absolut
3. Tekanan Vakum
Pada pengukuran tekan yang sering di jumpai pada pembangkit
termal adalah dengan menggunakan metode, sebagai berikut :
1. Kolom Zat Cair
2. Perubahan Element Elastis
• Pengaturan Temperatur udara
Pengaturan temperatur udara dapat dimonitor dari pengukuran
temperatur pada Boiler overview. Pada pembangkit termal ada
dua jenis alat pengukuran sering di jumpai yaitu Thermokopel
dan Resistance Temperatur Detector (RTD). Thermokopel
30
terdiri dari dua logam berlainan jenis yang digabungkan dari
sumber panas pada ujung yang lain akan menimbulkan
tegangan listrik berupa mili volt dan pada Resistance
Temperatur Detector (RTD) objek dan pembacaan
instrumentasinya berada ditempat yang berbeda atau dapat
dikatakan pembacaan jarak jauh dengan menggunakan kawat
penghubung yang mempunyai tahanan meskipun kecil (0.008 –
0,012/meter).
• Pengaturan Aliran Udara
Pengaturan aliran udara pada CFB Boiler diatur dengan
mempertimbangkan laju aliran pada suplai udara yang masuk
dan keluar menginggat kondisi tekanan udara didalam ruang
bakar yang berbeda. PAF, SAF dan HPA menciptakan kondisi
ruang bakar bertekanan plus sedangkan IDF menciptakan
kondisi ruang bakar vakum atau minus. Hal ini sesuai dengan
filoshopi desain CFB Boiler itu sendiri dimana bahan bakar
(coal) terbakar pada bed level (level pasir yang melayang di
permukaan furnance) lalu coal yang tidak terbakar masuk ke
compact separator untuk dibakar lagi di bed (proses ini terjadi
berulang).
31
Untuk pengaturan suplai aliran udara CFB Boiler tergantung
pada bukaan damper menggunakan regulator pada setiap fan.
Adapun bukaan damper tersebut di disesuaikan dengan kondisi
operasi normal tekanan udara plus di pertahankan 6 kPa untuk
Lower Furnance (bagian dasar ruang bakar) dan 5 kPa untuk
Upper Furnance (bed level) dengan tekanan vakum (-34.1 pa)
guna mencapai kesetimbangan udara ruang bakar (100%
BMCR).
• Pengaturan Air Heater
Air heater merupakan peralatan tempat perpindahan panas yang
besar didalam jalur udara primer dan gas buang dari CFB
Boiler. Sebagai media panas air heater berasal dari gas buang
(flue gas) hasil pembakaran di boiler sebelum di buang di stack
melalui induced Draft Fan (IDF). Air heater terdiri dari jenis
elemen-elemen plat yang berfungsi mengambil panas dari gas
buang dengan mekanisme pengaturan perpindahan panas
konveksi. Pengoperasian normal air heater dibantu dengan
motor penggerak yang dihubungkan dengan speed reducer,
rotor elemen pemanas diputar dalam suatu yang memiliki
sambungan duct pada kedua sisinnya dialiri gas buang dari
boiler dan udara dari sisi lainnya. Saat rotor diputar setengah
bagiannya memasuki saluran gas buang dan menyerap energi
32
panas yang terkandung didalamnya, sedangkan setengah bagian
lain mentranfer panas dari elemen ke udara pada sisi saluran
udara sehingga menghasilkan udara panas yang selanjutnya
disuplai ke ruang bakar (furnance).
1. Primary Air Fan (PAF)
Gambar 7. Primary Air Fan Overview
2. Secondary Air Fan (SAF)
Gambar 8. Secondary Air Fan (SAF) Overview
33
3. High Pressure Air (HPA)
Gambar 9. High Pressure Fan (HPF) Overview
4. Induced Draft Fan (IDF)
Gambar 10. Induced Draft Fan (IDF) Overview
34
H. Mekanisme penyuplaian air pengumpan pada Boiler
Dalam Boiler feed system menyediakan aliran untuk air pengisi
boiler/feedwater dari deaerator storage tank ke economizer inlet,
menyediakan sebagian regenerative feedwater heating dan
menyediakan aliran air desuperheating ke main steam.
Komponen utama Boiler feed system yaitu:
1. Pompa feed boiler dengan penggerak motor listrik yang
mempunyai kapasitas 3 x 50%.
2. Dua unit high-pressure closed, U-tube type feedwater heaters.
3. Pipa, katup, fittings dan peralatan penunjang lainnya.
I. Mekanisme Penyuplaian Bahan Bakar Boiler
CFB boiler di desain dengan menggunakan dua jenis bahan bakar (dual
fuel), Fuel Oil Firing System dan Coal Feed System. Pembakaran awal
(first firing) bahan bakar CFB boiler menggunakan bahan bakar HSD
hingga mencapai temperatur ±595OC dengan rentang waktu
pembakaran ±6 jam (fuel firing system) selanjutnya pemakaian bahan
bakar HSD dihentikan setelah ruang bakar disuplai oleh batubara.
Penggunaan bahan bakar batubara untuk 1 unit CFB Boiler ±65 t/h
dengan mempertahankan temperatur ruang bakar hingga mencapai
±900OC. mekanisme penyuplaian batubara (Coal Feed system) dari
35
daily coal silo ditransfer melalui fuel feeder ±16.25 t/h menuju ruang
bakar (furnance).
Gambar 11. Boiler Start Oil System Overview
J. Perhitungan efisiensi boiler
Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat.
Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja atau tingkat unjuk
kerja boiler atau ketel uap yang didapatkan dari perbandingan antara
energi yang dipindahkan atau diserap oleh fluida kerja didalam ketel
dengan masukan energi kimia dari bahan bakar. Untuk tingkat efisiensi
pada boiler atau ketel uap tingkat efisiensinya berkisar antara 70%
hingga 90%.
36
Terdapat dua metode pengkajian efisiensi boiler :
a. Metode Langsung: energi yang didapat dari fluida kerja (air dan
steam) dibandingkan dengan energi yang terkandung dalam bahan
bakar boiler.
b. Metode Tidak Langsung: efisiensi merupakan perbedaan antara
kehilangan dan energi yang masuk.
2.2 Persamaan Matematika
a. Metode langsung dalam menentukan efesiensi Boiler
Standar acuan untuk pengujian Boiler menggunakan metode tidak
langsung adalah British standard, BS 845:1987 dan USA standard
ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam Generating Unit.
………………(1)
….…………..(2)
b. Metode tidak langsung dalam menentukan efesiensi Boiler
Metode tidak langsung juga dikenal dengan metode kehilangan panas.
Efisiensi dapat dihitung dengan mengurangkan bagian kehilangan
panas dari 100 sebagai berikut :
37
Efisiensi boiler (n) = 100 – (i+ii+iii+iv+v+vi+vii)
Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas
yang diakibatkan oleh :
i. Gas cerobong yang kering
ii. Penguapan air yang terbentuk karena H2 dalam bahan bakar
iii. Penguapan kadar air dalam bahan bakar
iv. Adanya kadar air dalam udara pembakaran
v. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam fly ash
vi. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam bottom ash
vii. Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung.