Odom Pimpin Layanan Berlangganan & Customer Service SMS ... filemiliar dan mencatat rekor sejarah...

1
MEDIAINDONESIA.COM JUJUR BERSUARA JUMAT, 31 DESEMBER 2010 | NO.10898 | TAHUN XLI | 28 HALAMAN AP Layanan Berlangganan & Customer Service SMS: 08121128899 T: (021) 5821303 No Bebas Pulsa: 08001990990 e-mail: [email protected] Rp2.900/eks (di luar P. Jawa Rp3.100/eks) Rp67.000/bulan (di luar P.Jawa + ongkos kirim) Odom Pimpin Kebangkitan Lakers Meski masuk sebagai pemain cadangan, Lamar Odom mampu memimpin orkestra kemenangan Lakers kala menggilas Hornets. Olahraga, Hlm 26 EDITORIAL WAKTU pada hakikatnya adalah momentum. Itu jika kita memiliki visi ke depan dan sanggup menerjemahkannya dengan kerja keras. Karena itu, setiap pergantian tahun sejatinya adalah upaya merebut momentum menuju perubahan. Hal itu pula yang mestinya muncul ketika dalam hitungan jam, kita akan me- masuki 2011. Apalagi, 2011 merupakan tahun pertama dasawarsa kedua abad ke-21. Bagi banyak bangsa, awal dasawarsa sering di- maknai sebagai momentum menuju lompatan besar. Brasil, Rusia, India, dan China yang kini menjadi raksasa ekonomi dunia memulai tonggak perbaikan ekonomi mereka di awal dasawarsa. Brasil, misalnya, memperkenalkan pen- dekatan baru yang disebut ekonomi pasar sosial pada 1991. Sebuah pendekatan kerakyatan, yang tidak membiarkan eko- nomi pasar tanpa kontrol. Hasilnya ekonomi Brasil melesat. Pendapatan per kapita Brasil US$8.040, atau tiga kali lipat pendapatan per kapita In- donesia yang berada di kisaran US$2.700. Padahal, 30 tahun lalu, pendapatan per kapita negara ber- penduduk 200 juta jiwa itu baru US$1.000. Brasil juga mampu mengangkat 29 juta jiwa penduduk keluar dari kemiskinan. Hal serupa dilakukan India, yang ekonominya tumbuh fan- tastis dan mencatat rekor pertumbuhan tercepat kedua setelah China. Kunci kesuksesan kemajuan ekonomi India terletak pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Kota Bangalore telah men- jadi pusat teknologi infor- masi dunia. Bahkan, India dikenal sebagai pemasok pekerja ahli di dunia. Pada awal dasawarsa per- tama abad ke-21, dari 150 ribu pekerja asing di perusahaan IT Amerika Serikat, sebanyak 60 ribu di antaranya para pa- kar software dari India. Lalu, bagaimana dengan ekonomi Indonesia pada 2011? Mampukah bangsa ini merebut momentum strategis awal dasawarsa? Jawaban atas semua pertanyaan itu kembali kepada kemam- puan, kemauan, dan ketabahan para pemangku kepentingan di negeri ini untuk merebut kesempatan. Jalan menuju perekono- mian yang menjanjikan sudah mulai tertata pada 2010. Capaian indikator makroekonomi menunjukkan hal itu. Pada 2010, hingga kuartal ketiga ekonomi kita tumbuh 5,8%. Ekspor kita juga tumbuh 15%, melebihi target pemerintah di 10%. Cadangan devisa kita juga sudah mencapai lebih dari US$90 miliar dan mencatat rekor sejarah sejak Republik ini berdiri. Kalaupun ada yang mengkhawatirkan, itu adalah pertum- buhan impor yang tinggi, yakni 17%, serta inasi 6% yang meleset dari target. Banyak yang optimistis pertumbuhan ekonomi kita pada 2011 bisa lebih tinggi. Syaratnya pemerintah sanggup, bisa, dan konsisten memperbaiki pekerjaan rumah yang masih menumpuk. Masalah penyediaan infrastruktur, penanganan korupsi, pembenahan birokrasi, peningkatan daya saing nasional, dan penyerapan anggaran merupakan problem serius yang tidak kunjung diselesaikan. Selain itu, tingkat pertumbuhan pen- duduk yang 1,49% masih tergolong tinggi. Untuk Indonesia idealnya 1,2%. Jika pekerjaan rumah itu tidak diselesaikan, momentum per- ubahan akan lewat. Kita hanya akan menjadi bangsa penonton yang bersorak melihat bangsa-bangsa lain melesat. Merebut Momentum Jika pekerjaan rumah tidak diselesaikan, momentum perubahan akan lewat. Kita hanya jadi bangsa penonton.” Anda ingin menanggapi ”Editorial” ini, silakan kunjungi: mediaindonesia.com MI/ROMMY PUJIANTO TIDAK TERBIT BERKAITAN dengan Tahun Baru 2011, Media Indonesia tidak terbit pada Sabtu, 1 Januari dan Minggu, 2 Januari. Media Indonesia terbit kembali pada Senin, 3 Januari. Pembaca bisa mengikuti perkembangan berita melalui mediaindonesia.com. Pembaca dan relasi harap maklum. PENERBIT Syarnoebi Said dan Azwar Anas mundur dari ketua umum setelah timnas gagal. Irvan Sihombing Desakan Nurdin Mundur Menguat Indeks BEI Terbaik di Asia Pasifik PENUTUPAN PERDAGANGAN: Tarian kontemporer memeriahkan penutupan perdagangan bursa 2010 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, kemarin. Indeks harga saham gabungan yang mencetak pertumbuhan 46,1% selama 2010 di BEI berhasil mengukuhkan diri sebagai yang terbaik di kawasan Asia Pasifik. INDEKS harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi yang terbaik di kawasan Asia Pasifik, mengungguli bursa- bursa lain di kancah regional setelah tumbuh 46,1% sepanjang 2010. “Ini pencapaian luar biasa. Terbaik di kawasan ASEAN, bahkan di Asia Pasifik,” kata Wakil Menteri Ke- uangan Anny Ratnawati pada acara penutupan perdagangan bursa di Gedung BEI, Jakarta, kemarin. Memang, IHSG di BEI kemarin ditutup pada posisi 3.703,51 atau hanya naik tipis 4,285 poin (0,12%) jika dibandingkan dengan penu- tupan hari sebelumnya di 3.699,22. Indeks LQ 45 juga menguat 0,531 poin (0,08%) ke level 661,378. Namun, jika mengacu penutupan IHSG pada 30 Desember 2009 di posisi 2.534,36, indeks itu tumbuh 46,1%, tertinggi jika dibandingkan dengan penutupan indeks-indeks di kawasan regional. Selain itu, kata Anny, dua indika- tor utama bursa, yaitu kapitalisasi pasar dan nilai transaksi, berhasil mencetak prestasi. Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menunjukkan nilai kapitalisasi pasar sepanjang 2010 mencatat nilai Rp3.243,77 triliun, me- ningkat 60,63% dari tahun lalu yang hanya Rp2.019,38 triliun. Kenaikan itu didorong tren positif IHSG dalam 12 bulan sepanjang 2010. Kemarin, nilai kapitalisasi pasar BEI sebesar Rp3.261,2 triliun. Tercatat, IHSG berada di level ter- tinggi di 3.786,097 pada 9 Desember 2010. Titik terendah pada 8 Februari 2010 di level 2.475,572, turun 43,404 poin (1,72%). Di sisi lain, Bapepam-LK dan BEI terus menggenjot peningkatan investor domestik seiring dengan menurunnya kepemilikan saham oleh asing. Ketua Bapepam-LK Fuad Rach- many mengatakan total capital inow yang masuk sepanjang 2010 keba- nyakan mampir di surat utang negara (SUN) dan Sertikat Bank Indonesia (SBI). “Sampai 22 Desember 2010, nett buy asing kurang lebih Rp22 triliun. Itu tidak besar, tidak mengkhawatirkan,” kata dia. Direktur Utama PT Kustodian Sen- tral Efek Indonesia Ananta Wiyogo mengatakan pada 2009 kepemilikan asing terhadap saham mencapai 6%. Tahun ini berkurang menjadi 63%. Itu berarti peran domestik meningkat 4%.(Atp/X-9) K EGAGALAN tim nasional (timnas) In- donesia meraih troAFF Suzuki Cup 2010 membuat desakan agar Nurdin Halid mundur dari kursi Ketua Umum PSSI kian kencang. Ribuan suporter mendesak Nurdin mundur lewat kor dan spanduk-spanduk serta pamet di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Rabu (29/12) malam. Kemarin, berbagai kalangan juga meminta agar Nurdin legowo meninggalkan kursi yang sudah ia duduki sejak Oktober 2003 itu. “Masya- rakat sangat rindu prestasi, yang bisa datang jika PSSI dipimpin orang baru yang bersih dan mem- perhatikan sepak bola,” kata Manajer Persibo Bojonegoro Tauq Riesnendar, kemarin. Mantan pemain timnas yang pernah mengan- tarkan Indonesia merengkuh emas SEA Games pada 1987 dan 1991, Ricky Yacobi, juga melontar- kan pernyataan senada. Ia bahkan menyarankan pemerintah serius menyikapi permintaan supor- ter Indonesia. “Menurunkan Nurdin Halid memang harus melewati prosedur. Namun, ini sudah satu stadi- on mendengar. Ada Presiden Susilo Bambang Yu- dhoyono, ada pula Menpora Andi Mallarangeng. Apa lagi yang harus ditunggu?” paparnya. Di tangan Nurdin, timnas memang paceklik prestasi. Keberhasilan timnas di tangannya ada- lah dua kali nal Piala AFF (pada 2004 dan 2010), tetapi selalu gagal meraih tro. Bahkan, pada SEA Games 2009, timnas rontok di babak penyi- sihan dan kalah oleh tim minim pengalaman, Laos, yang kala itu dibesut Alfred Riedl. Sebaliknya, terhadap pelatih asal Austria itu, Ricky menilai Riedl layak dipertahankan. “Dia otak di balik cemerlangnya timnas. Secara hasil, timnas sangat membanggakan karena berhasil mencapai nal walau persiapannya singkat.” Tuding ada rekayasa Namun, Nurdin menolak mundur. “Saya tidak memedulikan desakan itu. Ada oknum yang merekayasa dengan menggunakan momen kegagalan ini untuk menyuruh saya mundur. Mencapai nal itu prestasi buat timnas. Tidak ada pemimpin yang mundur melihat timnya berprestasi. Jika itu terjadi, rusak bangsa ini.” Desakan agar Nurdin Halid mundur sudah terjadi berkali-kali. Desakan kali pertama muncul saat Nurdin terbelit kasus minyak goreng yang berujung pada penahanan dirinya pada 2005. Meski begitu, Nurdin bergeming dan tuntutan mundur pun surut. Minimnya prestasi timnas membuat desakan mundur kembali mengencang. Puncaknya terjadi saat Kongres Sepak Bola Nasio- nal di Malang, Jawa Timur, pada Agustus lalu. Padahal, tradisi mundur Ketua Umum PSSI sudah pernah terjadi sebelumnya. Pada 1983, Syarnoebi Said mundur dari ketua umum ken- dati masa jabatannya masih tersisa dua tahun setelah timnas senior besutan M Basri babak belur di Pra-Olimpiade. Langkah serupa ditempuh Azwar Anas, Ketua Umum PSSI periode 1991-1999. Ia mundur pada September 1998 begitu timnas gagal masuk nal dan memainkan sepak bola gajah di penyisihan Piala Tiger 1998. (NG/X-7) [email protected]

Transcript of Odom Pimpin Layanan Berlangganan & Customer Service SMS ... filemiliar dan mencatat rekor sejarah...

MEDIAINDONESIA.COM JUJUR BERSUARA JUMAT, 31 DESEMBER 2010 | NO.10898 | TAHUN XLI | 28 HALAMANAP

Layanan Berlangganan & Customer Service

SMS: 08121128899T: (021) 5821303

No Bebas Pulsa: 08001990990 e-mail: [email protected]

Rp2.900/eks(di luar P. Jawa Rp3.100/eks)

Rp67.000/bulan(di luar P.Jawa + ongkos kirim)

Odom Pimpin Kebangkitan Lakers Meski masuk sebagai pemain cadangan, Lamar Odom mampu memimpin orkestra kemenangan Lakers kala menggilas Hornets.Olahraga, Hlm 26

EDITORIAL

WAKTU pada hakikatnya adalah momentum. Itu jika kita memiliki visi ke depan dan sanggup menerjemahkannya dengan kerja keras.

Karena itu, setiap pergantian tahun sejatinya adalah upaya merebut momentum menuju perubahan. Hal itu pula yang mestinya muncul ketika dalam hitungan jam, kita akan me-masuki 2011.

Apalagi, 2011 merupakan tahun pertama dasawarsa kedua abad ke-21. Bagi banyak bangsa, awal dasawarsa sering di-maknai sebagai momentum menuju lompatan besar.

Brasil, Rusia, India, dan China yang kini menjadi raksasa ekonomi dunia memulai tonggak perbaikan ekonomi mereka di awal dasawarsa. Brasil, misalnya, memperkenalkan pen-dekatan baru yang disebut ekonomi pasar sosial pada 1991. Sebuah pendekatan kerakyatan, yang tidak membiarkan eko-nomi pasar tanpa kontrol.

Hasilnya ekonomi Brasil melesat. Pendapatan per kapita Brasil US$8.040, atau tiga kali lipat pendapatan per kapita In-donesia yang berada di kisaran US$2.700.

Padahal, 30 tahun lalu, pendapatan per kapita negara ber-penduduk 200 juta jiwa itu baru US$1.000. Brasil juga mampu mengangkat 29 juta jiwa penduduk keluar dari kemiskinan.

Hal serupa dilakukan India, yang ekonominya tumbuh fan-tastis dan mencatat rekor pertumbuhan tercepat kedua setelah China. Kunci kesuksesan kemajuan ekonomi India terletak pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kota Bangalore telah men-jadi pusat teknologi infor-masi dunia. Bahkan, India dikenal sebagai pemasok pekerja ahli di dunia.

Pada awal dasawarsa per-tama abad ke-21, dari 150 ribu pekerja asing di perusahaan IT Amerika Serikat, sebanyak 60 ribu di antaranya para pa-kar software dari India.

Lalu, bagaimana dengan ekonomi Indonesia pada 2011? Mampukah bangsa ini merebut momentum strategis awal dasawarsa?

Jawaban atas semua pertanyaan itu kembali kepada kemam-puan, kemauan, dan ketabahan para pemangku kepentingan di negeri ini untuk merebut kesempatan. Jalan menuju perekono-mian yang menjanjikan sudah mulai tertata pada 2010.

Capaian indikator makroekonomi menunjukkan hal itu. Pada 2010, hingga kuartal ketiga ekonomi kita tumbuh 5,8%. Ekspor kita juga tumbuh 15%, melebihi target pemerintah di 10%.

Cadangan devisa kita juga sudah mencapai lebih dari US$90 miliar dan mencatat rekor sejarah sejak Republik ini berdiri.

Kalaupun ada yang mengkhawatirkan, itu adalah pertum-buhan impor yang tinggi, yakni 17%, serta infl asi 6% yang meleset dari target.

Banyak yang optimistis pertumbuhan ekonomi kita pada 2011 bisa lebih tinggi. Syaratnya pemerintah sanggup, bisa, dan konsisten memperbaiki pekerjaan rumah yang masih menumpuk.

Masalah penyediaan infrastruktur, penanganan korupsi, pembenahan birokrasi, peningkatan daya saing nasional, dan penyerapan anggaran merupakan problem serius yang tidak kunjung diselesaikan. Selain itu, tingkat pertumbuhan pen-duduk yang 1,49% masih tergolong tinggi. Untuk Indonesia idealnya 1,2%.

Jika pekerjaan rumah itu tidak diselesaikan, momentum per-ubahan akan lewat. Kita hanya akan menjadi bangsa penonton yang bersorak melihat bangsa-bangsa lain melesat.

Merebut Momentum

Jika pekerjaan rumah tidak diselesaikan, momentum perubahan akan lewat. Kita hanya jadi bangsa penonton.”

Anda ingin menanggapi ”Editorial” ini, silakan kunjungi:mediaindonesia.com

MI/ROMMY PUJIANTO

TIDAK TERBITBERKAITAN dengan Tahun Baru 2011, Media Indonesia tidak terbit pada Sabtu, 1 Januari dan Minggu, 2 Januari. Media Indonesia terbit kembali pada Senin, 3 Januari. Pembaca bisa mengikuti perkembangan berita melalui mediaindonesia.com. Pembaca dan relasi harap maklum.

PENERBIT

Syarnoebi Said dan Azwar Anas mundur dari ketua umum setelah timnas gagal.

Irvan Sihombing

DesakanNurdin MundurMenguat

Indeks BEI Terbaik di Asia Pasifik

PENUTUPAN PERDAGANGAN: Tarian kontemporer memeriahkan penutupan perdagangan bursa 2010 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, kemarin. Indeks harga saham gabungan yang mencetak pertumbuhan 46,1% selama 2010 di BEI berhasil mengukuhkan diri sebagai yang terbaik di kawasan Asia Pasifik.

INDEKS harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi yang terbaik di kawasan Asia Pasifik, mengungguli bursa-bursa lain di kancah regional setelah tumbuh 46,1% sepanjang 2010.

“Ini pencapaian luar biasa. Terbaik di kawasan ASEAN, bahkan di Asia Pasifik,” kata Wakil Menteri Ke-uangan Anny Ratnawati pada acara penutupan perdagangan bursa di Gedung BEI, Jakarta, kemarin.

Memang, IHSG di BEI kemarin ditutup pada posisi 3.703,51 atau hanya naik tipis 4,285 poin (0,12%) jika dibandingkan dengan penu-tupan hari sebelumnya di 3.699,22. Indeks LQ 45 juga menguat 0,531 poin (0,08%) ke level 661,378.

Namun, jika mengacu penutupan IHSG pada 30 Desember 2009 di posisi 2.534,36, indeks itu tumbuh 46,1%, tertinggi jika dibandingkan dengan penutupan indeks-indeks di kawasan regional.

Selain itu, kata Anny, dua indika-tor utama bursa, yaitu kapitalisasi pasar dan nilai transaksi, berhasil mencetak prestasi.

Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

(Bapepam-LK) menunjukkan nilai kapitalisasi pasar sepanjang 2010 mencatat nilai Rp3.243,77 triliun, me-ningkat 60,63% dari tahun lalu yang hanya Rp2.019,38 triliun. Kenaikan

itu didorong tren positif IHSG dalam 12 bulan sepanjang 2010. Kemarin, nilai kapitalisasi pasar BEI sebesar Rp3.261,2 triliun.

Tercatat, IHSG berada di level ter-tinggi di 3.786,097 pada 9 Desember 2010. Titik terendah pada 8 Februari 2010 di level 2.475,572, turun 43,404 poin (1,72%).

Di sisi lain, Bapepam-LK dan BEI terus menggenjot peningkatan investor domestik seiring dengan menurunnya kepemilikan saham oleh asing.

Ketua Bapepam-LK Fuad Rach-many mengatakan total capital infl ow yang masuk sepanjang 2010 keba-nyakan mampir di surat utang negara (SUN) dan Sertifi kat Bank Indonesia (SBI).

“Sampai 22 Desember 2010, nett buy asing kurang lebih Rp22 triliun. Itu tidak besar, tidak mengkhawatirkan,” kata dia.

Direktur Utama PT Kustodian Sen-tral Efek Indonesia Ananta Wiyogo mengatakan pada 2009 kepemilikan asing terhadap saham mencapai 6%. Tahun ini berkurang menjadi 63%. Itu berarti peran domestik meningkat 4%.(Atp/X-9)

KEGAGALAN tim nasional (timnas) In-donesia meraih trofi AFF Suzuki Cup 2010 membuat desakan agar Nurdin Halid mundur dari kursi Ketua Umum

PSSI kian kencang. Ribuan suporter mendesak Nurdin mundur lewat kor dan spanduk-spanduk serta pamfl et di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Rabu (29/12) malam.

Kemarin, berbagai kalangan juga meminta agar Nurdin legowo meninggalkan kursi yang sudah ia duduki sejak Oktober 2003 itu. “Masya-rakat sangat rindu prestasi, yang bisa datang jika PSSI dipimpin orang baru yang bersih dan mem-perhatikan sepak bola,” kata Manajer Persibo Bojonegoro Taufi q Riesnendar, kemarin.

Mantan pemain timnas yang pernah mengan-tarkan Indonesia merengkuh emas SEA Games pada 1987 dan 1991, Ricky Yacobi, juga melontar-kan pernyataan senada. Ia bahkan menyarankan pemerintah serius menyikapi permintaan supor-ter Indonesia.

“Menurunkan Nurdin Halid memang harus melewati prosedur. Namun, ini sudah satu stadi-on mendengar. Ada Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono, ada pula Menpora Andi Mallarangeng. Apa lagi yang harus ditunggu?” paparnya.

Di tangan Nurdin, timnas memang paceklik prestasi. Keberhasilan timnas di tangannya ada-lah dua kali fi nal Piala AFF (pada 2004 dan 2010), tetapi selalu gagal meraih trofi . Bahkan, pada SEA Games 2009, timnas rontok di babak penyi-sihan dan kalah oleh tim minim pengalaman, Laos, yang kala itu dibesut Alfred Riedl.

Sebaliknya, terhadap pelatih asal Austria itu, Ricky menilai Riedl layak dipertahankan. “Dia otak di balik cemerlangnya timnas. Secara hasil, timnas sangat membanggakan karena berhasil mencapai fi nal walau persiapannya singkat.”

Tuding ada rekayasaNamun, Nurdin menolak mundur. “Saya

tidak memedulikan desakan itu. Ada oknum yang merekayasa dengan menggunakan momen kegagalan ini untuk menyuruh saya mundur. Mencapai fi nal itu prestasi buat timnas. Tidak ada pemimpin yang mundur melihat timnya berprestasi. Jika itu terjadi, rusak bangsa ini.”

Desakan agar Nurdin Halid mundur sudah terjadi berkali-kali. Desakan kali pertama muncul saat Nurdin terbelit kasus minyak goreng yang berujung pada penahanan dirinya pada 2005.

Meski begitu, Nurdin bergeming dan tuntutan mundur pun surut. Minimnya prestasi timnas membuat desakan mundur kembali mengencang. Puncaknya terjadi saat Kongres Sepak Bola Nasio-nal di Malang, Jawa Timur, pada Agustus lalu.

Padahal, tradisi mundur Ketua Umum PSSI sudah pernah terjadi sebelumnya. Pada 1983, Syarnoebi Said mundur dari ketua umum ken-dati masa jabatannya masih tersisa dua tahun setelah timnas senior besutan M Basri babak belur di Pra-Olimpiade.

Langkah serupa ditempuh Azwar Anas, Ketua Umum PSSI periode 1991-1999. Ia mundur pada September 1998 begitu timnas gagal masuk fi nal dan memainkan sepak bola gajah di penyisihan Piala Tiger 1998. (NG/X-7)

[email protected]