OD-BM

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu bedah mulut merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari tentang cara menanggulangi kelainan (penyakit) rongga mulut yang membutuhkan tindakan operasi, baik itu tentang kelainan rongga mulut yang memerlukan tindakan operasi, alat- alat yang digunakan, prosedur yang harus dilakukan, dan lain sebagainya. Tindakan operasi dalam bedah mulut dapat meliputi pencabutan gigi khusus, perawatan lesi infeksi maupun neoplasi seperti insisi, eksisi, enukleasi, marsupialisasi dan lain sebagainya. Adapun alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan operasi dalam bedah mulut dapat meliputi elevator, tang untuk mandibula atau maksila, ujung suction bedah, hemostat mosquito, kuret berujung ganda, skalpel steril disposible, knife handle, bur, gunting, benang jahit, needle holder dan lain sebagainya. Sedangkan prosedur yang harus dilakukan dalam tindakan bedah mulut ada bermacam- macam, namun semuanya harus diawali dengan tindakan asepsis. Tindakan-tindakan bedah mulut di atas akan dapat dilakukan oleh seorang praktisi bedah mulut, apabila 1

description

Bedah Mulut

Transcript of OD-BM

Page 1: OD-BM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu bedah mulut merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang

mempelajari tentang cara menanggulangi kelainan (penyakit) rongga mulut yang

membutuhkan tindakan operasi, baik itu tentang kelainan rongga mulut yang

memerlukan tindakan operasi, alat-alat yang digunakan, prosedur yang harus

dilakukan, dan lain sebagainya.

Tindakan operasi dalam bedah mulut dapat meliputi pencabutan gigi

khusus, perawatan lesi infeksi maupun neoplasi seperti insisi, eksisi, enukleasi,

marsupialisasi dan lain sebagainya. Adapun alat-alat yang dibutuhkan untuk

melakukan operasi dalam bedah mulut dapat meliputi elevator, tang untuk

mandibula atau maksila, ujung suction bedah, hemostat mosquito, kuret berujung

ganda, skalpel steril disposible, knife handle, bur, gunting, benang jahit, needle

holder dan lain sebagainya. Sedangkan prosedur yang harus dilakukan dalam

tindakan bedah mulut ada bermacam-macam, namun semuanya harus diawali

dengan tindakan asepsis.

Tindakan-tindakan bedah mulut di atas akan dapat dilakukan oleh seorang

praktisi bedah mulut, apabila diagnosis dari kelainan (penyakit) rongga mulut

yang membutuhkan tindakan operasi telah dilakukan. Diagnosis merupakan

penetapan suatu keadaan yang menyimpang atau keadaan normal melalui dasar

pemikiran dan pertimbangan ilmu pengetuahuan. Setiap penyimpangan dari

keadaan normal ini dikatakan sebagai suatu keadaan abnormal / anomali /

kelainan. Diagnosis merupakan kesimpulan dari pemeriksaan, baik itu

pemeriksaan subyektif maupun pemeriksaan obyektif. Dalam penegakan

diagnosis perlu dilakukan prosedur penegakan diagnosis secara sistematis.

Pemeriksaan yang cermat perlu dilakukan untuk mendapatkan diagnosis yang

tepat. Kesalahan dalam mendiagnosis menyebabkan perawatan yang tidak tepat,

yang dapat merugikan pasien dan dokter gigi sendiri.

1

Page 2: OD-BM

Penegakan diagnosis di bidang mulut dilakukan setelah pemeriksaan

subyektif dan pemeriksaan obyektif telah dilaksanakan. Pemeriksaan subyektif

meliputi keluhan utama pasien, riwayat medis, riwayat pengobatan, dan riwayat

penyakit keluarga. Sedangkan pemeriksaan obyektif meliputi pemeriksaan klinis

seperti pemeriksaan sistem tubuh, pemeriksaan ekstraoral maupun intraoral, dan

pemeriksaan penunjang seperti radiologis, mikroskopis, dan lain sebagainya.

Sehingga, apabila dengan hasil pemeriksaan tersebut seorang praktisi bedah mulut

telah dapat mendiagnosis dengan tepat, maka praktisi tersebut dapat

merencanakan perawatan yang tepat pula, misal tindakan operatif seperti yang

telah dibahas sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara menegakkan suatu diagnosis di bidang bedah mulut terutama

pada kelainan dalam skenario? Dan bagaimana cara membedakannya dengan

diagnosis bandingnya?

2. Bagaimana rencana perawatan yang tepat untuk diagnosis dalam skenario?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan cara menegakkan suatu diagnosis di bidang

bedah mulut terutama pada kelainan dalam skenario? Dan bagaimana cara

membedakannya dengan diagnosis bandingnya?

2. Mahasiswa mampu menentukan rencana perawatan yang tepat untuk diagnosis

dalam skenario?

2

Page 3: OD-BM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosa

2.1.1 Definisi

Diagnosis berasal dari bahasa Yunani yakni “Dia” berarti Melalui dan

“Gnosis” berarti Ilmu pengetahuan. Jadi diagnosis merupakan penetapan suatu

keadaan yang menyimpang atau keadaan normal melalui dasar pemikiran dan

pertimbangan ilmu pengetuahuan. Setiap penyimpangan dari keadaan normal ini

dikatakan sebagai suatu keadaan abnormal / anomali / kelainan. Untuk dapat

menetapkan suatu diagnosis secara tepat diperlukan ilmu pengetahuan /

pengalaman empirik yang luas mengenai :

a. Keadaan normal / standar normal, beserta variasi-variasinya yang masih

ditetapkan sebagai keadaan normal.

b. Bermacam-macam bentuk penyimpangan dari keadaan normal yang

dikatakan sebagai keadaan abnormal.

Atas dasar ilmu pengetahuan tersebut di atas kemudian informasi

dikumpulkan melalui prosedur pemeriksaan secara teliti dan sistematis agar

didapatkan seperangkat data yang lengkap dan tepat. Melalui data yang telah

dikumpulkan ini kemudian diagnosis ditetapkan. Makin lengkap dan akurat data

yang dikumpulkan akan makin mudah dan tepat diagnosis ditetapkan, kemudian

penyusunan rencana perawatan dan tindakan perawatan selanjutnya diharapkan

dapat dilakukan secara benar.

2.1.2 Proses Penegakan Diagnosa Secara Umum

Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau

sistematika yang baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama

melakukan anamnesis seorang dokter tidak kehilangan arah, agar tidak ada

pertanyaan atau informasi yang terlewat. Sistematika ini juga berguna dalam

pembuatan status pasien agar memudahkan siapa saja yang membacanya.

Sistematika tersebut terdiri dari :

1. Data umum pasien

3

Page 4: OD-BM

a. Nama pasien

Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.

b. Jenis kelamin

Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya

c. Umur

Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan

untuk

menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan

kemungkinan

penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.

d. Alamat

Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya

alamat

sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk

pertama kalinya.

Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit

endemis atau

untuk data epidemiologi penyakit.

e. Pekerjaan

Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien

dengan pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi

juga pekerjaan - pekerjaan sebelumnya.

f. Perkawinan

Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien

g. Agama

Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh

(pantangan) seorang pasien menurut agamanya.

h. Suku bangsa

Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan ras/suku bangsa tertetu.

4

Page 5: OD-BM

2. Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling

berat sehingga mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis.

Tidak jarang pasien datang dengan beberapa keluhan sekaligus, sehingga seorang

dokter harus jeli dan cermat untuk menentukan keluhan mana yang merupakan

keluhan utamanya. Pada tahap ini sebaiknya seorang dokter sudah mulai

memikirkan beberapa kemungkinan diagnosis banding yang berhubungan dengan

keluhan utama tersebut. Pemikiran ini akan membantu dalam mengarahkan

pertanyaan-pertanyaan dalam anamnesis selanjutnya. Pertanyaan diarahkan untuk

makin menguatkan diagnosis yang dipikirkan atau menyingkirkan kemungkinan-

kemungkinan diagnosis banding.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Dari seluruh tahapan anamnesis bagian inilah yang paling penting untuk

menegakkan diagnosis. Tahapan ini merupaka inti dari anamnesis.

Terdapat 4 unsur utama dalam anamnesis riwayat penyakit sekarang, yakni :

(1) kronologi atau perjalanan penyakit,

(2) gambaran atau deskripsi keluhan utama,

(3) keluhan atau gejala penyerta,

(4) usaha berobat.

Selama melakukan anamnesis keempat unsur ini harus ditanyakan secara

detail dan lengkap. Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali

pasien merasakan munculnya keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah itu

ditanyakan bagaimana perkembangan penyakitnya apakah cenderung menetap,

berfluktuasi atau bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya datang

mencari pertologan medis. Apakah munculnya keluhan atau gejala tersebut

bersifat akut atau kronik, apakah dalam perjalanan penyakitnya ada faktor-faktor

yang mencetuskan atau memperberat penyakit atau faktor-faktor yang

memperingan. Bila keluhan atau gejala tersebut bersifat serangan maka tanyakan

seberapa sering atau frekuensi munculnya serangan dan durasi atau lamanya

serangan tersebut.

Keluhan atau gejala penyerta adalah semua keluhan-keluhan atau gejala

yang menyertai keluhan atau gejala utama. Dalam bagian ini juga ditanyakan

5

Page 6: OD-BM

usaha berobat yang sudah dilakukan untuk penyakitnya yang sekarang.

Pemeriksaan atau tindakan apa saja yang sudah dilakukan dan obat-obat apa saja

yag sudah diminum.

4. Riwayat Penyakit dahulu

Seorang dokter harus mampu mendapatkan informasi tentang riwayat

penyakit dahulu secara lengkap, karena seringkali keluhan atau penyakit yang

sedang diderita pasien saat ini merupakan kelanjutan atau akibat dari penyakit-

penyakit sebelumnya.

5. Riwayat penyakit Keluarga

Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter

terkadang tidak cukup hanya menanyakan riwayat penyakit orang tuanya saja,

tetapi juga riwayat kakek/nenek, paman/bibi, saudara sepupu dan lain-lain. Untuk

beberapa penyakit yang langka bahkan dianjurkan untuk membuat susunan pohon

keluarga, sehingga dapat terdeteksi siapa saja yang mempunyai potensi untuk

menderita penyakit yang sama.

6. Riwayat Kebiasaan/Sosial

Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat

menjadi penyebab penyakit yang kini diderita pasien tersebut. Biasakan untuk

selalu menanyakan apakah pasien mempunyai kebiasaan merokok atau minum

alkohol. Tanyakan sudah berapa lama dan berapa banyak pasien melakukan

kebiasaan tersebut. Pada masa kini bila berhadapan dengan pasien usia remaja

atau dewasa muda harus juga ditanyakan ada atau tidaknya riwayat penggunaan

obat-obatan terlarang seperti narkoba, ekstasi dan lai-lain.

7. Anamnesis Sistem

Anamnesis sistem adalah semacam review dimana seorang dokter secara

singkat dan sistematis menanyakan keluhan-keluhan lain yang mungkin ada dan

belum disebutkan oleh pasien. Keluhan ini mungkin saja tidak berhubugan dengan

penyakit yang sekarang diderita tapi mungkin juga merupakan informasi berharga

yang terlewatkan.

6

Page 7: OD-BM

2.2 Bedah Mulut

2.1.1 Definisi

Ilmu bedah mulut merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang

mempelajari tentang cara menanggulangi kelainan (penyakit) rongga mulut yang

membutuhkan tindakan operasi.

2.1.2 Jenis Kelainan yang Dilakukan Tindakan Bedah Mulut

a) Pencabutan Gigi

Menurut Kruger indikasi dilakukannya pencabutan gigi adalah pada:

1. Gigi dengan penyakit pulpa, baik akut ataupun kronis, dimana gigi sudah tidak

dapat dilakukan perawatan saluran akar

2. Gigi dengan penyakit periodontal , akut atau kronis, dimana tidak

memungkinkan lagi dilakukan perawatan periodonsium

3. Gigi yang mengalami trauma. Gigi yang terdapat pada garis trauma terkadang

perlu dilakukan pencabutan dengan tujuan perawatan fraktur.

4. Gigi impaksi atau gigi supernumerary terkadang tidak memiliki tempat pada

garis oklusi

5. Pertimbangan orthodonsi

6. Gigi non vital yang berpotensi menjadi fokal infeksi

7. Pertimbangan prostetik dimana bertujuan untuk desain dan stabilitas protesa

8. Gigi dengan keadaan patologis pada tulang sekitarnya

9. Gigi dengan keadaan patologis pada jaringan sekitarnya dan akan dilakukan

perawatan karenanya seperti kista, osteomyelitis, tumor dan nekrosis tulang

10. Gigi yang berada dekat dengan area yang akan dilakukan terapi radiasi, agar

tulang yang terkena osteoradionekrosis tidak akan diperparah dengan keadaan-

keadaan seperti karies akibat radiasi atau nekrosisnya pulpa yang mungkin terjadi

apabila gigi tidak di ekstraksi

7

Page 8: OD-BM

b) Fraktur Mandibula

Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula. Fraktur

mandibula merupakan fraktur kedua tersering pada kerangka wajah, hal ini

disebabkan kondisi mandibula yang terpisah dari kranium. Diagnosis fraktur

mandibula dapat ditunjukkan dengan adanya : rasa sakit, pembengkaan, nyeri

tekan, dan maloklusi5. Patahnya gigi, adanya gap, tidak ratanya gigi, tidak

simetrisnya arcus dentalis, adanya laserasi intra oral, gigi yang longgar dan

krepitasi menunujukkan kemungkinan adanya fraktur mandibula. Selain hal itu

mungkin juga terjadi trismus (nyeri waktu rahang digerakkan). Evaluasi

radiografis pada mandibula mencakup foto polos, bila perlu dilakukan foto waters,

CT Scan dan pemeriksaan panoreks.

c) Kelainan Non Neoplasi

Kelainan non neoplastik adalah segalabentuk pertumbuhan dan

perkembangan sel sehingga tidak mencapai pertumbuhan patologis sampai pada

fase tertentu dan berhenti. Adapun yang termasukkelainan non neoplastik adalah

aplasia, hipoplasia, atrofi, hipertrofi, hiperplasia, hamartoma,heterotopia, kista

perkembangan, metaplasia, displasia, atipia.

Kelainan-kelainan di atas dikenal sebagai tumor-like condition atau

hamartoma. Kelainan tersebut dapat disebabkan oleh gangguan genetik, trauma,

atau infeksi yang mengganggu cellcircle. Jika kelainan pertumbuhan dan

perkembangan tersebut terus-menerus dan tak terkontrol, maka sudah dapat

digolongkan sebagai neoplasma (true neoplasma). Karena kelainan non neo

plastik ini memiliki potensi menjadi neoplasi, maka gejala-gejala klinis maupun

penunjangnya adalah hampir sama, sehingga pemeriksaan yang dilakukan harus

benar-benar teliti sehingga diagnosa dapat ditegakkan dan rencana perawatan

dapat dilakukan secara tepat.

d) Kelainan Neoplasi

Kelainan neoplasi merupakan berupa pembentukan jaringan baru yang

abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh tubuh. Para ahli onkologi masih sering

menggunakan istilah tumor untuk menyatakan suatu neoplasi.Ada dua macam

tumor yaitu:

8

Page 9: OD-BM

1. Tumor Jinak

Tumor jinak rongga mulut meliputi tumor jinak odontogen yang dapat

berasal dari jaringan epitel odontogen tanpa melibatkan ektomesenkim odontogen

(ameloblastoma, Pinborg tumor, tumor odontogen skuamos, tumor odontogen sel

bersih), berasal dari epitel odontogen dengan melibatkan ektomesenkim

odontogen (ameloblastik fibroma, ameloblastic fibro-odontoma, odontoma), dan

tumor yang berasal dari jaringan ektomesenkim dengan atau tanpa melibatkan

epitel odontogen (fibroma odontogen, odontogenik myxoma, cementoblastoma).

Selain tumor jinak odontogen, terdapat pula tumor jinak non odontogen seperti

papiloma skuamosa, veruka vulgaris, keratoakantoma, nevus pigmentosus,

fibroma, neurofibroma, lipoma, dan lain sebagainya. Adapun ciri-cirinya adalah :

a) Bentuknya bundar dan lonjong.

b) Pertumbuhannya terbatas dan lambat.

c) Mempunyai simpai atau kapsul.

d) Tidak menyebabkan kematian secara langsung.

e) Tidak mempunyai anak sebar

2. Tumor Ganas Atau Kanker

Tumor ganas rongga mulut juga dapat berasal odontogen (ameloblastik

carsinoma) dan non odontogen. Adapun tumor ganas non odontogen dapat berasal

dari sel sekuamos (Squamous Cell Carsinoma), sel kelenjar (Adenocarsinoma),

sel saraf (fibrosarcoma), sel lemak (liposarcoma), sel tulang (osteogenic sarkoma),

sel endotel (angiosarcoma), sel pigmen (malignant melanoma) dan lain

sebagainya, yang memiliki ciri-ciri :

a) Tidak mempunyai bentuk.

b) Pertumbuhannya cepat dan tidak terbatas serta melewati batas anatominya.

c) Tidak mempunyai simpai.

d) Mempunyai anak sebar (metastasis).

e) Tumor ganas selalu menimbulkan kematian bila tidak ditangani secara dini.

9

Page 10: OD-BM

2.1.3 Tindakan Bedah Mulut

a. Ekstraksi

Ekstraksi gigi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut

pencabutan gigi dari soketnya pada tulang alveolar. Ekstraksi gigi yang ideal yaitu

penghilangan seluruh gigi atau akar gigi dengan minimal trauma atau nyeri yang

seminimal mungkin sehingga jaringan yang terdapat luka dapat sembuh dengan

baik dan masalah prostetik setelahnya yang seminimal mungkin

b. Odontektomi

Odontektomi adalah tindakan mengeluarkan gigi secara bedah, diawali

dengan pembuatan flapmu-koperiosteal, diikuti dengan pengambilan tulang

undercut yang menghalangi gigi tersebut.

c. Reseksi Mandibula

Reseksi mandibula merupakan tindakan pemotongan dan pengambilan

segmen tulang dari mandibula. Contohnya adalah hemimandibulektomi yang

merupakan tindakan pemotongan mandibula serta pengangkatan proc.

coronoideus dan proc. condylaris.

d. Orif

Orif adalah metode penatalaksanaan patah tulang dengan cara pembedahan reduksi terbuka dan fiksasi internal

e. EksisiBedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang

jaringan (tumor) dengan cara mengangkat seluruh jaringan tumor serta

pengangkatan sebagian kecil jaringan normal di sekitarnya untuk mencegah

terjadinya reccurent tumor. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan antara

lain pemeriksaan penunjang (biopsy), pengobatan lesi jinak ataupun ganas dan

memeperbaiki penampilan secara kosmetik.

f. Enukleasi dan Marsupialisasi

Enukleasi merupakan suatu proses dimana dilakukan pembuangan total

dari lesi kista. Sebuah kista dapat dilakukan prosedur enukleasi dikarenakan

lapisan dari fibrous connective tissue diantara komponen epitelial (yang

membatasi aspek interior kista) dan dinding tulang dari kavitas kista. Lapisan ini

memperkenankan cleavage plane untuk melepaskan kista dari kavitas tulang.

10

Page 11: OD-BM

Enukleasi kista harus dilakukan dengan hati-hati, sebuah usaha untuk

mengangkat kista dalam satu potongan tanpa fragmentasi, yang akan mengurangi

kesempatan rekurensi. Namun pada praktiknya, pemeliharaan keutuhan kista tidak

selalu dapat terjaga, hancurnya potongan kista dapat terjadi.

Marsupialisasi adalah membuat suatu “jendela” pada dinding kista dalam

pembedahan, mengambil isi kistanya dan memelihara kontinuitas antara kista

dengan rongga mulut, sinus maksilaris atau rongga hidung. Bagian kista yang

diambil hanyalah isi dari kista, batas dari dinding kista dengan oral mukkosa

dibiarkan pada tempatnya. Proses ini dapat mengurangi tekanan intrakista dan

membantu penyusutan dari kista serta pengisian tulang. Marsupialisasi dapat

digunakan sebagai suatu perawatan tunggal atau sebagai suatu perawatan awal

dan selanjutnya dilakukan tahap enukleasi.

11

Page 12: OD-BM

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Skenario 2

Penderita laki – laki usia 20 tahun satang dengan keluhan benjolan di RB

kiri sejak 6 bulan yang lalu. Benjolan terus bertambah besar. EO tampak wajah

asimetri, permukaan datar, tidak adanya ulkus. IO terlihat gigi 34 tidak erupsi,

bukal fold teraba ada penonjolan, keras, fluktuasi (-). Panoramik terlihat

gambaran radiolusen batas radiopaque mengelilingi mahkota gigi 34 yang

impaksi. Apa dx yang tepat pada kasus ini dan rencana perawatannya?

3.2 STEP 1 Kata Sulit

1. Bucal fold: Garis pada membrane yang menghubungkan antara mandibula

atau maxilla dan membrane mukosa pada pipi.

2. Ulkus : Luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir,

kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.

3.3 STEP 2 Rumusan Masalah

1. Apa penyebab dari benjolan yang terus bertambah ?

2. Pada skenario di tunjukkan bahwa hasi dari pemeriksaan ekstraoral yaitu

wajah tampak asimetri, permukaan datar, tidak ada ulkus, maksud dari datar

itu yang bagaimana?

3. Pada skenario di tunjukkan bahwa yang mengalami impaksi yaitu gigi 34,

mengapa bisa gigi 34?

4. Pada skenario ditunjukkan bahwa hasil dari pemeriksaan intraoral yaitu buka

fold teraba ada penonjolan, mengapa bisa terjadi di bukal fold?

5. Apa Dx serta DD yang tepat untuk skenario tersebut?

6. Rencana perawatan apa yang tepat?

3.4 Step 3

1. Pada scenario disebutkan bahwa benjolan di RB kiri sejak 6 bulan yang

lalu, benjolan terus bertambah besar mungkin karena adanya infeksi yang

12

Page 13: OD-BM

terus menerus atau pertumbuhan yang abnormal. Bisa juga karena gigi 34

yang tidak erupsi menyebabkan proliferasi sisa – sisa epitel yang

berkembang dapat memicu terjadinya benjolan.

2. Maksud dari permukaan datar itu pada benjolan itu bila diraba terasa rata

tidak kasar.

3. Faktor – faktor penyebab gigi 34 mengalami impaksi

a) Nutrisi yang kurang baik

b) Keturunan

c) Kelainan proses pertumbuhan

d) Trauma ketika pembentukan gigi

e) Letak benih gigi yang salah

4. Bahwa terjadinya impaksi pada gigi 34 yang menyebabkan benjolan

karena gigi 34 terletak pada RB kiri. Terdapat juga gambaran radiolusen

batas radiopaque mengelilingi mahkota gigi 34 yang menyebabkan

terjadinya benjolan

5. Dx : Kista Dentigerouse

Etiologi : Gigi impaksi

EO : Wajah asimetri

IO : Benjolan pada bukal fold

RO : Gambaran radiolusen batas radiopaque mengelilingi mahkota gigi

34

DD :

a) Kista Erupsi

b) Ameloblastoma Multikistik

c) Ameloblastoma Unikistik

d) Pariferal Ameloblastoma

e) Keratosis Odontogenik

6. Enukleasi : Pengangkatan kista pada jaringan sehat dan jaringan

kista

Marsupialisasi : Membuat suatu lubang dan mengeluarkan isi kistanya

kemudian melakukan irigasi.

13

Page 14: OD-BM

3.5 Step 4 Mapping

14

Gigi Impaksi

Benjolan

Pemeriksaan Subjektife Pemeriksaan Objektife

PenunjangKlinis

EO

tampak wajah asimetri, permukaan datar, tidak adanya ulkus

IO

gigi 34 tidak erupsi, bukal fold teraba ada penonjolan, keras, fluktuasi (-)

RO

gambaran radiolusen batas radiopaque mengelilingi mahkota gigi 34 yang impaksi

Kista Dentigerouse

Perawatan Marsupialisasi dan enukleasi

Page 15: OD-BM

3.6 Step 5 LO

1. Mahasiswa mampu menjelaskan cara menegakkan suatu diagnosis di bidang

bedah mulut terutama pada kelainan dalam skenario? Dan bagaimana cara

membedakannya dengan diagnosis bandingnya?

2. Mahasiswa mampu menentukan rencana perawatan yang tepat untuk

diagnosis dalam skenario?

3.7 Step 6 Belajar Mandiri

3.8 Step 7

Macam-Macam Pemeriksaan Subjektif

1. Nama :

Untuk mengenal pasien

Untuk lebih akrab dengan pasien

Agar kartu status tidak mudah tertukar

2. Alamat :

Untuk mengetahui kondisi status sosial pasienTelefon :

Untuk memudahkan dalam menghubungi dan komunikasi denganpasien

3. Jenis kelamin :

Untuk menetukan jenis perawatan

4. Umur :

Untuk menentukan rencana perawatanPekerjaan :

Untuk mengetahui kondisi status sosial pasien

5. Riwayat alergi obat-obatan :

Untuk mengetahui adanya alergi obat – obatan antibiotik

Untuk mengetahui adanya alergi anestesi

Alergi terhadap amalgam

6. Riwayat penyakit menular :

Untuk lebih hati-hati dalam perawatan agar tidak tertulari daripasien ke

dokter atau sebaliknya (universal precaution)

7. Riwayat penyakit yang diidap penderita :

Penyakit sistemik hipertensi

15

Page 16: OD-BM

Mental Retardasi

8. Keluhan utama :

Adalah symptom subjektif atau masalah yang diutarakan pasiendengan

kata diutarakan pasien dengan kata - katanya sendirikatanya sendiri yang

berhubungan dengan kondisi yg membuatpasien pergi ke dokter

9. Riwayat geligi terlibat :

Data yg diperlukan adalah : lokasi, kapan, karakter, keparahan,spontanitas,

durasi, stimulus, obat yg sudah dipakai dan pengaruhobat tersebut

terhadap rasa sakit pasien

Pasien tanpa keluhan subjektif lanjutkan ke pemeriksaan objektif bila

dokter gigi memperkirakan adanya kelainan pulpa / periapikal

10. Gejala subyektif :

Sangat sakit : biasanya belum lama dan membuat pasien cepat kedokter.

Dapat disebabkan pulpitis irreversibel, periodontitis apikalakut atau abses.

Rasa sakit ringan – sedang atau sudah lama : biasanya sedang atau sudah

lama : biasanya sudah lama dideritapasien dan tidak dapat dipakai sebagai

satu satunya tanda adanya penyakit pulpa.

Spontanitas rasa sakit: Tanpa stimulus disebut spontan, biladisertai sangat

sakit, biasanya menunjukkan patosis pulpa /periapikal

Kontinuitas rasa sakit: Rasa sakit tetap ada (kontinu)

walaupunpenyebabnya sudah tidak ada. Pulpa vital, sakit yang

kontinuakibat reaksi thermal yaitu, irreversibel pulpitis. Pulpa

nekrotik,sakit yg kontinu akibat tekanan atau pemakaian gigi tersebut

yaitu,patosis periapikal.

Macam – Macam Pemeriksaan obyektif :

1. Pemeriksaan ekstra oral : Indikator keadaan menyeluruh pasien,ada tidaknya

demam, asimetri wajah, pembengkakan, diskolorisasi, warna kemerahan,

bekas luka ekstra oral atau sinustract, pembengkakkan lymph nodes fasial

atau servikal.

2. Pemeriksaan intra oral : Pemeriksaan intra oral Jaringan lunakMelakukan

pemeriksaan visual dan digital pada rongga mulut

16

Page 17: OD-BM

3. Pemeriksaan umum terhadap bibir, mukosa oral, pipi, lidah,palatum, dan otot

lidah, dan otot-otot.

4. Pemeriksaan perubahan warna, inflamasi, ulserasi, dan pembentukan sinus

tract pada mukosa alveolar dan attachedgingiva.

5. Pemeriksaan visual: Alat kaca mulut dan eksplorer

Guna :memeriksa karies, karies rekuren, keterlibatan pulpa, fraktur

mahkota dan kerusakan restorasi

6. Test Perkusi

Guna : menentukan adanya patosis pulpa dan jar. Periapikal

Cara : mengetuk permukaan insisal atau oklusal denganujung pegangan

kaca mulut yg diletakkan paralel denganaksis gigi.

7. Test Palpasi :

Guna : menentukan adanya proses inflamasi yg sudahsampai ke periapikal.

Teknik : melakukan tekanan ringan pada mukosa sejajar dengan apeks

gigi.

8. Test vitalitas

Test vitalita gigi hanya dapat memberikan informasi bahwa masih ada

jaringan syaraf yg mengantar impuls sensori, bukan menunjukkan bahwa

pulpa masih normal. Respon terhadap test ini sangat bervariasi dan harus

diinterpretasi dengan hati – hati pemeriksaan pada gigi kontrol (gigi berjenis

sama kontralateralatau antagonis). Apabila pasien mengeluh adanya rasa

sakitsewaktu minum dingin maka test dingin adalah yg terbaikdilakukan, bila

sakit sewaktu minum panas, maka test panas yg dilakukan. Jelaskan kepada

pasien prosedur yg akan dilakukan,dan apa maksud sensasi yg diharapkan

dari test tersebut.

9. Tes termal

Tes ini meliputi aplikasi dingin dengan panas pada gigi, untukmenetukan

sensitivitas terhadap perubahan termal. Meskipunkeduanya merupakan tes

sensitivitas, tetapi tidak sama dandigunakan untuk alasan diagnostik yang

berbeda. Suatu responterhadap dingin menunjukkan pulpa vital, tanpa

memperhatikanapakah pulpa itu normal atau abnormal.

17

Page 18: OD-BM

10. Tes kavitas

Pada gigi nekrosis, bila test lainnya juga tidak memberikan respon maka

lakukan test kavitas (preparasi pada dentin) tanpa anastesidan gunakan bur yg

tajam. Pada gigi vital, test kavitas padapermukaan email atau restorasi akan

menyebabkan sensasi rasasakit yg tajam. Bila gigi tidak juga sakit, maka

prosedur pembukaan atap pulpa sudah dimulai dengan dilakukan test ini.

Macam – Macam Pemeriksaan Penunjang

1. Radiografi : Pemeriksaan radiograf berguna dalam menentukan perawatan

darurat yang tepat, memberikan banyak informasimengenai ukuran, bentuk

dan konfigurasi sistem saluran akar. Pemeriksaan radiograf mempunyai

keterbatasan, penting diperhatikan bahwa lesi periradikuler mungkin ada,

tetapi tidakterlihat pada gambar radiografi karena kepadatan tulang

kortikal,struktur jaringan sekitarnya atau angulasi film. Demikian pula,lesi

yang terlihat pada film, ukuran radiolusensinya hanyasebagian dari ukuran

kerusakan tulang sebenarnya

Dx : Kista Dentigerouse

DD : Ameloblastoma

Ameloblastic Fibroma

Odontogenik Keratosis

Perbedaan Kista Dentigerouse AmeloblastomaAmeloblastic

FibromaOdontogenik

Keratosis

Konsistensi Lunak dan Keras Lunak dan Keras Lunak dan Keras Lunak dan Keras

Ekspansianonali gigi/ sekitar crown dari gigi yang belum erupsi

menyebabkan ekspansi rahang kearah bukal dan lingual

rahang bawah , biasanya dalam daerah premolar - molar .

perluasan rongga meduler dan korteks

EtiologiAkibat lesi kelainan pertumbuhan

Impaksi M3 Impaksi M3

Degenerasi daripada organ organ pebentukan gigi atau sisa sisa epithelium pembentukan gigi.

18

Page 19: OD-BM

Gejala

terjadi facial deformitas/perubahan pada processus alveolaris dan palatum

Tidak ada rasa sakit dan pertumbuhannya lambat, gigi goyang dan menimbulkan deformitas wajah.

Tidak ada bukti limfadenopati atau asimetri wajah

Pasien mungkin mengeluh baik sakit , bengkak atau menjalar

RO

Radiolucensi unikuler yang berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi

lokus yang besar seperti buih sabun, dan masih kecil seperti honey combe

lesi radiolusen multilokuler

Gambaran radiolusen unilokular atau multilokuler berbatas jelas berupa sclerotic border

Histologi

Dinding kista dilapisi oleh jaringan ikat san epitel pipih yang bersatu dengan reduced enamel epithelium dan menutupi mahkota gigi

Tipe follicular : pulau yang menyerupai epitel organ enamel di dalam stroma jaringan ikat fibrous yang matangTipe plexiform : mengandung lapisan atau epitel odontogen yang sangat panjang.

jaringan lunak yang terdiri dari proliferasi neoplastik jinak jaringan ikat fibrosa dengan banyak pulau kecil dan tali epitel tersebar di seluruh spesimen

Terbagi 2 tipeParakeratin danOrtokeratin

Rencana Perawatan

A. Marsupialisasi

1) Definisi

Marsupialisasi adalah membuat suatu “jendela” pada dinding kista dalam

pembedahan, mengambil isi kistanya dan memelihara kontinuitas antara kista

dengan rongga mulut, sinus maksilaris atau rongga hidung. Bagian kista yang

diambil hanyalah isi dari kista, batas dari dinding kista dengan oral mukkosa

dibiarkan pada tempatnya. Proses ini dapat mengurangi tekanan intrakista dan

membantu penyusutan dari kista serta pengisian tulang. Marsupialisasi dapat

digunakan sebagai suatu perawatan tunggal atau sebagai suatu perawatan awal

dan selanjutnya dilakukan tahap enukleasi.

19

Page 20: OD-BM

2) Teknik

Antibiotik profilaksis sistemik tidak diindikasikan untuk pasien yang sehat.

Anastesi, kemudian dilakukan aspirasi. Bila aspirasi membantu diagnosis

sementara kista, prosedur marsupialisasi dapat dilakukan.

Insisi inisial biasanya sirkular atau eliptik dan menciptakan window yang

besar (1 cm atau lebih) pada kavitas kista.

Bila tulang telah terekspansi dan menjadi tipis karena kista, insisi pertama

kali dilakukan dari tulang menuju kavitas kista. Pada kasus ini, isi jaringan

window dilakukan pemeriksaan patologis.

Bila sisa tulang masih tebal, osseous window dihilangkan dengan burs atau

rongeur.

Insisi kista dilakukan untuk membuang lapisan window lalu dilakukan

pemeriksaan patologis.

Isi kista dibuang dan bila mungkin dilakukan pemeriksaan visual pada lapisan

jaringan kista yang tersisa.

Irigasi kista dilakukan untuk membuang sisa fragmen dari debris.

Area ulserasi atau ketebalan dinding kista harus diperhatikan drg untuk

mencegah kemungkinan adanya perubahan displasia atau neoplasma pada

dinding kista.

Bila ada ketebalan yang cukup dari dinding kista dan jika ada akses,

perimeter dinding kista sekitar window dapat disuture pada mukosa mulut.

Kavitas harus dipacked dengan gauze yang telah dioleskan benzoin atau salep

antibiotik.

Setelah terjadi initial healing (biasanya 1 minggu), lakukan pencetakan pada

rongga mulut untuk membuat obturator dari akrilik. Tujuan penggunaan

obturator ini ialah untuk mencegah masuknya makanan ke dalam kavitas.

Obturator ini dilepas saat tidur untuk mencegah agar tidak tertelan. Obturator

ini harus dikurangi ukurannya seiring dengan terisinya kavitas oleh tulang.

Ketika dilakukan marsupialisasi kista pada maksila, drg memiliki 2 pilihan.

Pertama, kista dapat dibedah (akses dari) rongga mulut atau melalui sinus

maksila atau sinus nasalis. Bila sebagian besar maksila telah terserang kista

20

Page 21: OD-BM

dan telah terkena antrum rongga nasalis, kista dapat menyerang aspek fasial

alveolus.

Ketika window pada dinding kista telah dibuat, pembukaan kedua dapat

dilakukan pada antrum maksila atau rongga hidung yang berdekatan.

Pembukaan mulut kemudian ditutup untuk penyembuhan. Lapisan kista harus

kontinu dengan lapisan antrum atau rongga hidung.

Marsupialisasi jarang digunakan sebagai bentuk tunggal perawatan kista.

Biasanya diikuti dengan enukleasi. Pada kasus kista dentigerous, mungkin

tidak terdapat sisa kista yang dibuang ketika gigi bererupsi ke lengkung

rahang.

Bila bedah lanjut kontraindikasi karena masalah medis lainnya, marsupialisasi

dapat dilakukan tanpa enukleasi selanjutnya. Kavitas harus dijaga

kebersihannya.

B. Enukleasi

1) Definisi

Enukleasi merupakan suatu proses dimana dilakukan pembuangan total

dari lesi kista. Sebuah kista dapat dilakukan prosedur enukleasi dikarenakan

lapisan dari fibrous connective tissue diantara komponen epitelial (yang

membatasi aspek interior kista) dan dinding tulang dari kavitas kista. Lapisan ini

memperkenankan cleavage plane untuk melepaskan kista dari kavitas tulang.

Enukleasi kista harus dilakukan dengan hati-hati, sebuah usaha untuk mengangkat

kista dalam satu potongan tanpa fragmentasi, yang akan mengurangi kesempatan

rekurensi. Namun pada praktiknya, pemeliharaan keutuhan kista tidak selalu dapat

terjaga, hancurnya potongan kista dapat terjadi.

2) Teknik

Pemberian antibiotik profilaksis tidak diperlukan, kecuali jika pasien

menderita penyakit sistemik tertentu.

Untuk kista yang besar, dapat dilakukan mucoperiosteal flap dan akses ke

kista didapatkan melalui labial plate of bone, yang meninggalkan alveolar

21

Page 22: OD-BM

crest tetap utuh untuk memastikan tinggi tulang adekuat setelah

penyembuhan.

Saat akses ke kista sudah didapatkan melalui pengunaan osseus window,

dokter gigi mulai mengenukleasi kista

A thin-bladed curettage merupakan instrumen yang paling tepat untuk

memotong conective tissue layer dinding kista dari kavitas tulang. Permukaan

yang cekung harus selalu menghadap ke kavitas tulang, sedangkan bagian

yang cembung melakukan pemotongan/pelepasan kista. Tahap ini haus

dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindari hancurnya kista.

Terlebih lagi, kista akan lebih mudah terlepas dari kavitas tulang saat

intracystic pressure dijaga.

Saat kista telah berhasil diangkat, kavitas tulang harus diperiksa, adaah

jaringan kista yang tertinggal. Mengirigasi dan mengeringkan kavitas dengan

gauze akan mempermudah pemeriksaan. Jaringan kista yang tersisa diangkat

dengan kuret.

Daerah-daerah tepi kavitas tulang dihaluskan dengan bone file sebelum

ditutup.

Setelah itu, watertight primary closure seharusnya didapatkan dengan

appropriately positioned sutures.

Kavitas tulang akan berisi blood clots, yang akan menghilang seiring

berjalannya waktu. Gambaran radiografis akan pertumbuhan tulang akan

tampak dalam waktu 6 hingga 12 bulan.

Jika primary closure rusak dan luka bekas operasi terbuka, luka diirigasi

dengan salin steril, dan an appropriate length of strip gauze sedikit dipenuhi

dengan antibiotic ointment seharusnya dimasukkakan kedalam kavitas dengan

lembut. Prosedur ini dilakukan setiap 2-3 hari sekali, secara bertahap

dikurangi seiring dengan pemulihan luka.

22

Page 23: OD-BM

DAFTAR PUSTAKA

1. Syafriadi, Mei. 2008. Patologi Mulut. Yogyakarta : C.V Andi Offset

2. Ardhana, Wayan. 2010. Ortodonsia II Diagnosis Ortodontik. Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada

3. GW, Pederson. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (Oral Sugency). Alih

Bahasa : Purwanto, Basoeseno. Jakarta : EGC

4. CP, Danudiningrat. 2006. Kista Odontogen dan Nonodontogen. Surabaya :

Airlangga University Press

5. Chen Y, Wang JM, Li TJ. 2007. Ameloblastic fibroma: a review of published

studies with special reference to its nature and biological behavior. Oral Oncol

43, 960-969.

6. Serman N.Imaging of Cysts of The Jaws.www.columbia.edu;1999.p3-4

23