OD-BM
-
Upload
zhrahfzah-audilla -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of OD-BM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu bedah mulut merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang
mempelajari tentang cara menanggulangi kelainan (penyakit) rongga mulut yang
membutuhkan tindakan operasi, baik itu tentang kelainan rongga mulut yang
memerlukan tindakan operasi, alat-alat yang digunakan, prosedur yang harus
dilakukan, dan lain sebagainya.
Tindakan operasi dalam bedah mulut dapat meliputi pencabutan gigi
khusus, perawatan lesi infeksi maupun neoplasi seperti insisi, eksisi, enukleasi,
marsupialisasi dan lain sebagainya. Adapun alat-alat yang dibutuhkan untuk
melakukan operasi dalam bedah mulut dapat meliputi elevator, tang untuk
mandibula atau maksila, ujung suction bedah, hemostat mosquito, kuret berujung
ganda, skalpel steril disposible, knife handle, bur, gunting, benang jahit, needle
holder dan lain sebagainya. Sedangkan prosedur yang harus dilakukan dalam
tindakan bedah mulut ada bermacam-macam, namun semuanya harus diawali
dengan tindakan asepsis.
Tindakan-tindakan bedah mulut di atas akan dapat dilakukan oleh seorang
praktisi bedah mulut, apabila diagnosis dari kelainan (penyakit) rongga mulut
yang membutuhkan tindakan operasi telah dilakukan. Diagnosis merupakan
penetapan suatu keadaan yang menyimpang atau keadaan normal melalui dasar
pemikiran dan pertimbangan ilmu pengetuahuan. Setiap penyimpangan dari
keadaan normal ini dikatakan sebagai suatu keadaan abnormal / anomali /
kelainan. Diagnosis merupakan kesimpulan dari pemeriksaan, baik itu
pemeriksaan subyektif maupun pemeriksaan obyektif. Dalam penegakan
diagnosis perlu dilakukan prosedur penegakan diagnosis secara sistematis.
Pemeriksaan yang cermat perlu dilakukan untuk mendapatkan diagnosis yang
tepat. Kesalahan dalam mendiagnosis menyebabkan perawatan yang tidak tepat,
yang dapat merugikan pasien dan dokter gigi sendiri.
1
Penegakan diagnosis di bidang mulut dilakukan setelah pemeriksaan
subyektif dan pemeriksaan obyektif telah dilaksanakan. Pemeriksaan subyektif
meliputi keluhan utama pasien, riwayat medis, riwayat pengobatan, dan riwayat
penyakit keluarga. Sedangkan pemeriksaan obyektif meliputi pemeriksaan klinis
seperti pemeriksaan sistem tubuh, pemeriksaan ekstraoral maupun intraoral, dan
pemeriksaan penunjang seperti radiologis, mikroskopis, dan lain sebagainya.
Sehingga, apabila dengan hasil pemeriksaan tersebut seorang praktisi bedah mulut
telah dapat mendiagnosis dengan tepat, maka praktisi tersebut dapat
merencanakan perawatan yang tepat pula, misal tindakan operatif seperti yang
telah dibahas sebelumnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menegakkan suatu diagnosis di bidang bedah mulut terutama
pada kelainan dalam skenario? Dan bagaimana cara membedakannya dengan
diagnosis bandingnya?
2. Bagaimana rencana perawatan yang tepat untuk diagnosis dalam skenario?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan cara menegakkan suatu diagnosis di bidang
bedah mulut terutama pada kelainan dalam skenario? Dan bagaimana cara
membedakannya dengan diagnosis bandingnya?
2. Mahasiswa mampu menentukan rencana perawatan yang tepat untuk diagnosis
dalam skenario?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosa
2.1.1 Definisi
Diagnosis berasal dari bahasa Yunani yakni “Dia” berarti Melalui dan
“Gnosis” berarti Ilmu pengetahuan. Jadi diagnosis merupakan penetapan suatu
keadaan yang menyimpang atau keadaan normal melalui dasar pemikiran dan
pertimbangan ilmu pengetuahuan. Setiap penyimpangan dari keadaan normal ini
dikatakan sebagai suatu keadaan abnormal / anomali / kelainan. Untuk dapat
menetapkan suatu diagnosis secara tepat diperlukan ilmu pengetahuan /
pengalaman empirik yang luas mengenai :
a. Keadaan normal / standar normal, beserta variasi-variasinya yang masih
ditetapkan sebagai keadaan normal.
b. Bermacam-macam bentuk penyimpangan dari keadaan normal yang
dikatakan sebagai keadaan abnormal.
Atas dasar ilmu pengetahuan tersebut di atas kemudian informasi
dikumpulkan melalui prosedur pemeriksaan secara teliti dan sistematis agar
didapatkan seperangkat data yang lengkap dan tepat. Melalui data yang telah
dikumpulkan ini kemudian diagnosis ditetapkan. Makin lengkap dan akurat data
yang dikumpulkan akan makin mudah dan tepat diagnosis ditetapkan, kemudian
penyusunan rencana perawatan dan tindakan perawatan selanjutnya diharapkan
dapat dilakukan secara benar.
2.1.2 Proses Penegakan Diagnosa Secara Umum
Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau
sistematika yang baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama
melakukan anamnesis seorang dokter tidak kehilangan arah, agar tidak ada
pertanyaan atau informasi yang terlewat. Sistematika ini juga berguna dalam
pembuatan status pasien agar memudahkan siapa saja yang membacanya.
Sistematika tersebut terdiri dari :
1. Data umum pasien
3
a. Nama pasien
Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.
b. Jenis kelamin
Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya
c. Umur
Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan
untuk
menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan
kemungkinan
penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.
d. Alamat
Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya
alamat
sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk
pertama kalinya.
Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit
endemis atau
untuk data epidemiologi penyakit.
e. Pekerjaan
Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien
dengan pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi
juga pekerjaan - pekerjaan sebelumnya.
f. Perkawinan
Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien
g. Agama
Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh
(pantangan) seorang pasien menurut agamanya.
h. Suku bangsa
Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan ras/suku bangsa tertetu.
4
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling
berat sehingga mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis.
Tidak jarang pasien datang dengan beberapa keluhan sekaligus, sehingga seorang
dokter harus jeli dan cermat untuk menentukan keluhan mana yang merupakan
keluhan utamanya. Pada tahap ini sebaiknya seorang dokter sudah mulai
memikirkan beberapa kemungkinan diagnosis banding yang berhubungan dengan
keluhan utama tersebut. Pemikiran ini akan membantu dalam mengarahkan
pertanyaan-pertanyaan dalam anamnesis selanjutnya. Pertanyaan diarahkan untuk
makin menguatkan diagnosis yang dipikirkan atau menyingkirkan kemungkinan-
kemungkinan diagnosis banding.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Dari seluruh tahapan anamnesis bagian inilah yang paling penting untuk
menegakkan diagnosis. Tahapan ini merupaka inti dari anamnesis.
Terdapat 4 unsur utama dalam anamnesis riwayat penyakit sekarang, yakni :
(1) kronologi atau perjalanan penyakit,
(2) gambaran atau deskripsi keluhan utama,
(3) keluhan atau gejala penyerta,
(4) usaha berobat.
Selama melakukan anamnesis keempat unsur ini harus ditanyakan secara
detail dan lengkap. Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali
pasien merasakan munculnya keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah itu
ditanyakan bagaimana perkembangan penyakitnya apakah cenderung menetap,
berfluktuasi atau bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya datang
mencari pertologan medis. Apakah munculnya keluhan atau gejala tersebut
bersifat akut atau kronik, apakah dalam perjalanan penyakitnya ada faktor-faktor
yang mencetuskan atau memperberat penyakit atau faktor-faktor yang
memperingan. Bila keluhan atau gejala tersebut bersifat serangan maka tanyakan
seberapa sering atau frekuensi munculnya serangan dan durasi atau lamanya
serangan tersebut.
Keluhan atau gejala penyerta adalah semua keluhan-keluhan atau gejala
yang menyertai keluhan atau gejala utama. Dalam bagian ini juga ditanyakan
5
usaha berobat yang sudah dilakukan untuk penyakitnya yang sekarang.
Pemeriksaan atau tindakan apa saja yang sudah dilakukan dan obat-obat apa saja
yag sudah diminum.
4. Riwayat Penyakit dahulu
Seorang dokter harus mampu mendapatkan informasi tentang riwayat
penyakit dahulu secara lengkap, karena seringkali keluhan atau penyakit yang
sedang diderita pasien saat ini merupakan kelanjutan atau akibat dari penyakit-
penyakit sebelumnya.
5. Riwayat penyakit Keluarga
Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter
terkadang tidak cukup hanya menanyakan riwayat penyakit orang tuanya saja,
tetapi juga riwayat kakek/nenek, paman/bibi, saudara sepupu dan lain-lain. Untuk
beberapa penyakit yang langka bahkan dianjurkan untuk membuat susunan pohon
keluarga, sehingga dapat terdeteksi siapa saja yang mempunyai potensi untuk
menderita penyakit yang sama.
6. Riwayat Kebiasaan/Sosial
Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat
menjadi penyebab penyakit yang kini diderita pasien tersebut. Biasakan untuk
selalu menanyakan apakah pasien mempunyai kebiasaan merokok atau minum
alkohol. Tanyakan sudah berapa lama dan berapa banyak pasien melakukan
kebiasaan tersebut. Pada masa kini bila berhadapan dengan pasien usia remaja
atau dewasa muda harus juga ditanyakan ada atau tidaknya riwayat penggunaan
obat-obatan terlarang seperti narkoba, ekstasi dan lai-lain.
7. Anamnesis Sistem
Anamnesis sistem adalah semacam review dimana seorang dokter secara
singkat dan sistematis menanyakan keluhan-keluhan lain yang mungkin ada dan
belum disebutkan oleh pasien. Keluhan ini mungkin saja tidak berhubugan dengan
penyakit yang sekarang diderita tapi mungkin juga merupakan informasi berharga
yang terlewatkan.
6
2.2 Bedah Mulut
2.1.1 Definisi
Ilmu bedah mulut merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang
mempelajari tentang cara menanggulangi kelainan (penyakit) rongga mulut yang
membutuhkan tindakan operasi.
2.1.2 Jenis Kelainan yang Dilakukan Tindakan Bedah Mulut
a) Pencabutan Gigi
Menurut Kruger indikasi dilakukannya pencabutan gigi adalah pada:
1. Gigi dengan penyakit pulpa, baik akut ataupun kronis, dimana gigi sudah tidak
dapat dilakukan perawatan saluran akar
2. Gigi dengan penyakit periodontal , akut atau kronis, dimana tidak
memungkinkan lagi dilakukan perawatan periodonsium
3. Gigi yang mengalami trauma. Gigi yang terdapat pada garis trauma terkadang
perlu dilakukan pencabutan dengan tujuan perawatan fraktur.
4. Gigi impaksi atau gigi supernumerary terkadang tidak memiliki tempat pada
garis oklusi
5. Pertimbangan orthodonsi
6. Gigi non vital yang berpotensi menjadi fokal infeksi
7. Pertimbangan prostetik dimana bertujuan untuk desain dan stabilitas protesa
8. Gigi dengan keadaan patologis pada tulang sekitarnya
9. Gigi dengan keadaan patologis pada jaringan sekitarnya dan akan dilakukan
perawatan karenanya seperti kista, osteomyelitis, tumor dan nekrosis tulang
10. Gigi yang berada dekat dengan area yang akan dilakukan terapi radiasi, agar
tulang yang terkena osteoradionekrosis tidak akan diperparah dengan keadaan-
keadaan seperti karies akibat radiasi atau nekrosisnya pulpa yang mungkin terjadi
apabila gigi tidak di ekstraksi
7
b) Fraktur Mandibula
Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula. Fraktur
mandibula merupakan fraktur kedua tersering pada kerangka wajah, hal ini
disebabkan kondisi mandibula yang terpisah dari kranium. Diagnosis fraktur
mandibula dapat ditunjukkan dengan adanya : rasa sakit, pembengkaan, nyeri
tekan, dan maloklusi5. Patahnya gigi, adanya gap, tidak ratanya gigi, tidak
simetrisnya arcus dentalis, adanya laserasi intra oral, gigi yang longgar dan
krepitasi menunujukkan kemungkinan adanya fraktur mandibula. Selain hal itu
mungkin juga terjadi trismus (nyeri waktu rahang digerakkan). Evaluasi
radiografis pada mandibula mencakup foto polos, bila perlu dilakukan foto waters,
CT Scan dan pemeriksaan panoreks.
c) Kelainan Non Neoplasi
Kelainan non neoplastik adalah segalabentuk pertumbuhan dan
perkembangan sel sehingga tidak mencapai pertumbuhan patologis sampai pada
fase tertentu dan berhenti. Adapun yang termasukkelainan non neoplastik adalah
aplasia, hipoplasia, atrofi, hipertrofi, hiperplasia, hamartoma,heterotopia, kista
perkembangan, metaplasia, displasia, atipia.
Kelainan-kelainan di atas dikenal sebagai tumor-like condition atau
hamartoma. Kelainan tersebut dapat disebabkan oleh gangguan genetik, trauma,
atau infeksi yang mengganggu cellcircle. Jika kelainan pertumbuhan dan
perkembangan tersebut terus-menerus dan tak terkontrol, maka sudah dapat
digolongkan sebagai neoplasma (true neoplasma). Karena kelainan non neo
plastik ini memiliki potensi menjadi neoplasi, maka gejala-gejala klinis maupun
penunjangnya adalah hampir sama, sehingga pemeriksaan yang dilakukan harus
benar-benar teliti sehingga diagnosa dapat ditegakkan dan rencana perawatan
dapat dilakukan secara tepat.
d) Kelainan Neoplasi
Kelainan neoplasi merupakan berupa pembentukan jaringan baru yang
abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh tubuh. Para ahli onkologi masih sering
menggunakan istilah tumor untuk menyatakan suatu neoplasi.Ada dua macam
tumor yaitu:
8
1. Tumor Jinak
Tumor jinak rongga mulut meliputi tumor jinak odontogen yang dapat
berasal dari jaringan epitel odontogen tanpa melibatkan ektomesenkim odontogen
(ameloblastoma, Pinborg tumor, tumor odontogen skuamos, tumor odontogen sel
bersih), berasal dari epitel odontogen dengan melibatkan ektomesenkim
odontogen (ameloblastik fibroma, ameloblastic fibro-odontoma, odontoma), dan
tumor yang berasal dari jaringan ektomesenkim dengan atau tanpa melibatkan
epitel odontogen (fibroma odontogen, odontogenik myxoma, cementoblastoma).
Selain tumor jinak odontogen, terdapat pula tumor jinak non odontogen seperti
papiloma skuamosa, veruka vulgaris, keratoakantoma, nevus pigmentosus,
fibroma, neurofibroma, lipoma, dan lain sebagainya. Adapun ciri-cirinya adalah :
a) Bentuknya bundar dan lonjong.
b) Pertumbuhannya terbatas dan lambat.
c) Mempunyai simpai atau kapsul.
d) Tidak menyebabkan kematian secara langsung.
e) Tidak mempunyai anak sebar
2. Tumor Ganas Atau Kanker
Tumor ganas rongga mulut juga dapat berasal odontogen (ameloblastik
carsinoma) dan non odontogen. Adapun tumor ganas non odontogen dapat berasal
dari sel sekuamos (Squamous Cell Carsinoma), sel kelenjar (Adenocarsinoma),
sel saraf (fibrosarcoma), sel lemak (liposarcoma), sel tulang (osteogenic sarkoma),
sel endotel (angiosarcoma), sel pigmen (malignant melanoma) dan lain
sebagainya, yang memiliki ciri-ciri :
a) Tidak mempunyai bentuk.
b) Pertumbuhannya cepat dan tidak terbatas serta melewati batas anatominya.
c) Tidak mempunyai simpai.
d) Mempunyai anak sebar (metastasis).
e) Tumor ganas selalu menimbulkan kematian bila tidak ditangani secara dini.
9
2.1.3 Tindakan Bedah Mulut
a. Ekstraksi
Ekstraksi gigi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut
pencabutan gigi dari soketnya pada tulang alveolar. Ekstraksi gigi yang ideal yaitu
penghilangan seluruh gigi atau akar gigi dengan minimal trauma atau nyeri yang
seminimal mungkin sehingga jaringan yang terdapat luka dapat sembuh dengan
baik dan masalah prostetik setelahnya yang seminimal mungkin
b. Odontektomi
Odontektomi adalah tindakan mengeluarkan gigi secara bedah, diawali
dengan pembuatan flapmu-koperiosteal, diikuti dengan pengambilan tulang
undercut yang menghalangi gigi tersebut.
c. Reseksi Mandibula
Reseksi mandibula merupakan tindakan pemotongan dan pengambilan
segmen tulang dari mandibula. Contohnya adalah hemimandibulektomi yang
merupakan tindakan pemotongan mandibula serta pengangkatan proc.
coronoideus dan proc. condylaris.
d. Orif
Orif adalah metode penatalaksanaan patah tulang dengan cara pembedahan reduksi terbuka dan fiksasi internal
e. EksisiBedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang
jaringan (tumor) dengan cara mengangkat seluruh jaringan tumor serta
pengangkatan sebagian kecil jaringan normal di sekitarnya untuk mencegah
terjadinya reccurent tumor. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan antara
lain pemeriksaan penunjang (biopsy), pengobatan lesi jinak ataupun ganas dan
memeperbaiki penampilan secara kosmetik.
f. Enukleasi dan Marsupialisasi
Enukleasi merupakan suatu proses dimana dilakukan pembuangan total
dari lesi kista. Sebuah kista dapat dilakukan prosedur enukleasi dikarenakan
lapisan dari fibrous connective tissue diantara komponen epitelial (yang
membatasi aspek interior kista) dan dinding tulang dari kavitas kista. Lapisan ini
memperkenankan cleavage plane untuk melepaskan kista dari kavitas tulang.
10
Enukleasi kista harus dilakukan dengan hati-hati, sebuah usaha untuk
mengangkat kista dalam satu potongan tanpa fragmentasi, yang akan mengurangi
kesempatan rekurensi. Namun pada praktiknya, pemeliharaan keutuhan kista tidak
selalu dapat terjaga, hancurnya potongan kista dapat terjadi.
Marsupialisasi adalah membuat suatu “jendela” pada dinding kista dalam
pembedahan, mengambil isi kistanya dan memelihara kontinuitas antara kista
dengan rongga mulut, sinus maksilaris atau rongga hidung. Bagian kista yang
diambil hanyalah isi dari kista, batas dari dinding kista dengan oral mukkosa
dibiarkan pada tempatnya. Proses ini dapat mengurangi tekanan intrakista dan
membantu penyusutan dari kista serta pengisian tulang. Marsupialisasi dapat
digunakan sebagai suatu perawatan tunggal atau sebagai suatu perawatan awal
dan selanjutnya dilakukan tahap enukleasi.
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Skenario 2
Penderita laki – laki usia 20 tahun satang dengan keluhan benjolan di RB
kiri sejak 6 bulan yang lalu. Benjolan terus bertambah besar. EO tampak wajah
asimetri, permukaan datar, tidak adanya ulkus. IO terlihat gigi 34 tidak erupsi,
bukal fold teraba ada penonjolan, keras, fluktuasi (-). Panoramik terlihat
gambaran radiolusen batas radiopaque mengelilingi mahkota gigi 34 yang
impaksi. Apa dx yang tepat pada kasus ini dan rencana perawatannya?
3.2 STEP 1 Kata Sulit
1. Bucal fold: Garis pada membrane yang menghubungkan antara mandibula
atau maxilla dan membrane mukosa pada pipi.
2. Ulkus : Luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir,
kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.
3.3 STEP 2 Rumusan Masalah
1. Apa penyebab dari benjolan yang terus bertambah ?
2. Pada skenario di tunjukkan bahwa hasi dari pemeriksaan ekstraoral yaitu
wajah tampak asimetri, permukaan datar, tidak ada ulkus, maksud dari datar
itu yang bagaimana?
3. Pada skenario di tunjukkan bahwa yang mengalami impaksi yaitu gigi 34,
mengapa bisa gigi 34?
4. Pada skenario ditunjukkan bahwa hasil dari pemeriksaan intraoral yaitu buka
fold teraba ada penonjolan, mengapa bisa terjadi di bukal fold?
5. Apa Dx serta DD yang tepat untuk skenario tersebut?
6. Rencana perawatan apa yang tepat?
3.4 Step 3
1. Pada scenario disebutkan bahwa benjolan di RB kiri sejak 6 bulan yang
lalu, benjolan terus bertambah besar mungkin karena adanya infeksi yang
12
terus menerus atau pertumbuhan yang abnormal. Bisa juga karena gigi 34
yang tidak erupsi menyebabkan proliferasi sisa – sisa epitel yang
berkembang dapat memicu terjadinya benjolan.
2. Maksud dari permukaan datar itu pada benjolan itu bila diraba terasa rata
tidak kasar.
3. Faktor – faktor penyebab gigi 34 mengalami impaksi
a) Nutrisi yang kurang baik
b) Keturunan
c) Kelainan proses pertumbuhan
d) Trauma ketika pembentukan gigi
e) Letak benih gigi yang salah
4. Bahwa terjadinya impaksi pada gigi 34 yang menyebabkan benjolan
karena gigi 34 terletak pada RB kiri. Terdapat juga gambaran radiolusen
batas radiopaque mengelilingi mahkota gigi 34 yang menyebabkan
terjadinya benjolan
5. Dx : Kista Dentigerouse
Etiologi : Gigi impaksi
EO : Wajah asimetri
IO : Benjolan pada bukal fold
RO : Gambaran radiolusen batas radiopaque mengelilingi mahkota gigi
34
DD :
a) Kista Erupsi
b) Ameloblastoma Multikistik
c) Ameloblastoma Unikistik
d) Pariferal Ameloblastoma
e) Keratosis Odontogenik
6. Enukleasi : Pengangkatan kista pada jaringan sehat dan jaringan
kista
Marsupialisasi : Membuat suatu lubang dan mengeluarkan isi kistanya
kemudian melakukan irigasi.
13
3.5 Step 4 Mapping
14
Gigi Impaksi
Benjolan
Pemeriksaan Subjektife Pemeriksaan Objektife
PenunjangKlinis
EO
tampak wajah asimetri, permukaan datar, tidak adanya ulkus
IO
gigi 34 tidak erupsi, bukal fold teraba ada penonjolan, keras, fluktuasi (-)
RO
gambaran radiolusen batas radiopaque mengelilingi mahkota gigi 34 yang impaksi
Kista Dentigerouse
Perawatan Marsupialisasi dan enukleasi
3.6 Step 5 LO
1. Mahasiswa mampu menjelaskan cara menegakkan suatu diagnosis di bidang
bedah mulut terutama pada kelainan dalam skenario? Dan bagaimana cara
membedakannya dengan diagnosis bandingnya?
2. Mahasiswa mampu menentukan rencana perawatan yang tepat untuk
diagnosis dalam skenario?
3.7 Step 6 Belajar Mandiri
3.8 Step 7
Macam-Macam Pemeriksaan Subjektif
1. Nama :
Untuk mengenal pasien
Untuk lebih akrab dengan pasien
Agar kartu status tidak mudah tertukar
2. Alamat :
Untuk mengetahui kondisi status sosial pasienTelefon :
Untuk memudahkan dalam menghubungi dan komunikasi denganpasien
3. Jenis kelamin :
Untuk menetukan jenis perawatan
4. Umur :
Untuk menentukan rencana perawatanPekerjaan :
Untuk mengetahui kondisi status sosial pasien
5. Riwayat alergi obat-obatan :
Untuk mengetahui adanya alergi obat – obatan antibiotik
Untuk mengetahui adanya alergi anestesi
Alergi terhadap amalgam
6. Riwayat penyakit menular :
Untuk lebih hati-hati dalam perawatan agar tidak tertulari daripasien ke
dokter atau sebaliknya (universal precaution)
7. Riwayat penyakit yang diidap penderita :
Penyakit sistemik hipertensi
15
Mental Retardasi
8. Keluhan utama :
Adalah symptom subjektif atau masalah yang diutarakan pasiendengan
kata diutarakan pasien dengan kata - katanya sendirikatanya sendiri yang
berhubungan dengan kondisi yg membuatpasien pergi ke dokter
9. Riwayat geligi terlibat :
Data yg diperlukan adalah : lokasi, kapan, karakter, keparahan,spontanitas,
durasi, stimulus, obat yg sudah dipakai dan pengaruhobat tersebut
terhadap rasa sakit pasien
Pasien tanpa keluhan subjektif lanjutkan ke pemeriksaan objektif bila
dokter gigi memperkirakan adanya kelainan pulpa / periapikal
10. Gejala subyektif :
Sangat sakit : biasanya belum lama dan membuat pasien cepat kedokter.
Dapat disebabkan pulpitis irreversibel, periodontitis apikalakut atau abses.
Rasa sakit ringan – sedang atau sudah lama : biasanya sedang atau sudah
lama : biasanya sudah lama dideritapasien dan tidak dapat dipakai sebagai
satu satunya tanda adanya penyakit pulpa.
Spontanitas rasa sakit: Tanpa stimulus disebut spontan, biladisertai sangat
sakit, biasanya menunjukkan patosis pulpa /periapikal
Kontinuitas rasa sakit: Rasa sakit tetap ada (kontinu)
walaupunpenyebabnya sudah tidak ada. Pulpa vital, sakit yang
kontinuakibat reaksi thermal yaitu, irreversibel pulpitis. Pulpa
nekrotik,sakit yg kontinu akibat tekanan atau pemakaian gigi tersebut
yaitu,patosis periapikal.
Macam – Macam Pemeriksaan obyektif :
1. Pemeriksaan ekstra oral : Indikator keadaan menyeluruh pasien,ada tidaknya
demam, asimetri wajah, pembengkakan, diskolorisasi, warna kemerahan,
bekas luka ekstra oral atau sinustract, pembengkakkan lymph nodes fasial
atau servikal.
2. Pemeriksaan intra oral : Pemeriksaan intra oral Jaringan lunakMelakukan
pemeriksaan visual dan digital pada rongga mulut
16
3. Pemeriksaan umum terhadap bibir, mukosa oral, pipi, lidah,palatum, dan otot
lidah, dan otot-otot.
4. Pemeriksaan perubahan warna, inflamasi, ulserasi, dan pembentukan sinus
tract pada mukosa alveolar dan attachedgingiva.
5. Pemeriksaan visual: Alat kaca mulut dan eksplorer
Guna :memeriksa karies, karies rekuren, keterlibatan pulpa, fraktur
mahkota dan kerusakan restorasi
6. Test Perkusi
Guna : menentukan adanya patosis pulpa dan jar. Periapikal
Cara : mengetuk permukaan insisal atau oklusal denganujung pegangan
kaca mulut yg diletakkan paralel denganaksis gigi.
7. Test Palpasi :
Guna : menentukan adanya proses inflamasi yg sudahsampai ke periapikal.
Teknik : melakukan tekanan ringan pada mukosa sejajar dengan apeks
gigi.
8. Test vitalitas
Test vitalita gigi hanya dapat memberikan informasi bahwa masih ada
jaringan syaraf yg mengantar impuls sensori, bukan menunjukkan bahwa
pulpa masih normal. Respon terhadap test ini sangat bervariasi dan harus
diinterpretasi dengan hati – hati pemeriksaan pada gigi kontrol (gigi berjenis
sama kontralateralatau antagonis). Apabila pasien mengeluh adanya rasa
sakitsewaktu minum dingin maka test dingin adalah yg terbaikdilakukan, bila
sakit sewaktu minum panas, maka test panas yg dilakukan. Jelaskan kepada
pasien prosedur yg akan dilakukan,dan apa maksud sensasi yg diharapkan
dari test tersebut.
9. Tes termal
Tes ini meliputi aplikasi dingin dengan panas pada gigi, untukmenetukan
sensitivitas terhadap perubahan termal. Meskipunkeduanya merupakan tes
sensitivitas, tetapi tidak sama dandigunakan untuk alasan diagnostik yang
berbeda. Suatu responterhadap dingin menunjukkan pulpa vital, tanpa
memperhatikanapakah pulpa itu normal atau abnormal.
17
10. Tes kavitas
Pada gigi nekrosis, bila test lainnya juga tidak memberikan respon maka
lakukan test kavitas (preparasi pada dentin) tanpa anastesidan gunakan bur yg
tajam. Pada gigi vital, test kavitas padapermukaan email atau restorasi akan
menyebabkan sensasi rasasakit yg tajam. Bila gigi tidak juga sakit, maka
prosedur pembukaan atap pulpa sudah dimulai dengan dilakukan test ini.
Macam – Macam Pemeriksaan Penunjang
1. Radiografi : Pemeriksaan radiograf berguna dalam menentukan perawatan
darurat yang tepat, memberikan banyak informasimengenai ukuran, bentuk
dan konfigurasi sistem saluran akar. Pemeriksaan radiograf mempunyai
keterbatasan, penting diperhatikan bahwa lesi periradikuler mungkin ada,
tetapi tidakterlihat pada gambar radiografi karena kepadatan tulang
kortikal,struktur jaringan sekitarnya atau angulasi film. Demikian pula,lesi
yang terlihat pada film, ukuran radiolusensinya hanyasebagian dari ukuran
kerusakan tulang sebenarnya
Dx : Kista Dentigerouse
DD : Ameloblastoma
Ameloblastic Fibroma
Odontogenik Keratosis
Perbedaan Kista Dentigerouse AmeloblastomaAmeloblastic
FibromaOdontogenik
Keratosis
Konsistensi Lunak dan Keras Lunak dan Keras Lunak dan Keras Lunak dan Keras
Ekspansianonali gigi/ sekitar crown dari gigi yang belum erupsi
menyebabkan ekspansi rahang kearah bukal dan lingual
rahang bawah , biasanya dalam daerah premolar - molar .
perluasan rongga meduler dan korteks
EtiologiAkibat lesi kelainan pertumbuhan
Impaksi M3 Impaksi M3
Degenerasi daripada organ organ pebentukan gigi atau sisa sisa epithelium pembentukan gigi.
18
Gejala
terjadi facial deformitas/perubahan pada processus alveolaris dan palatum
Tidak ada rasa sakit dan pertumbuhannya lambat, gigi goyang dan menimbulkan deformitas wajah.
Tidak ada bukti limfadenopati atau asimetri wajah
Pasien mungkin mengeluh baik sakit , bengkak atau menjalar
RO
Radiolucensi unikuler yang berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi
lokus yang besar seperti buih sabun, dan masih kecil seperti honey combe
lesi radiolusen multilokuler
Gambaran radiolusen unilokular atau multilokuler berbatas jelas berupa sclerotic border
Histologi
Dinding kista dilapisi oleh jaringan ikat san epitel pipih yang bersatu dengan reduced enamel epithelium dan menutupi mahkota gigi
Tipe follicular : pulau yang menyerupai epitel organ enamel di dalam stroma jaringan ikat fibrous yang matangTipe plexiform : mengandung lapisan atau epitel odontogen yang sangat panjang.
jaringan lunak yang terdiri dari proliferasi neoplastik jinak jaringan ikat fibrosa dengan banyak pulau kecil dan tali epitel tersebar di seluruh spesimen
Terbagi 2 tipeParakeratin danOrtokeratin
Rencana Perawatan
A. Marsupialisasi
1) Definisi
Marsupialisasi adalah membuat suatu “jendela” pada dinding kista dalam
pembedahan, mengambil isi kistanya dan memelihara kontinuitas antara kista
dengan rongga mulut, sinus maksilaris atau rongga hidung. Bagian kista yang
diambil hanyalah isi dari kista, batas dari dinding kista dengan oral mukkosa
dibiarkan pada tempatnya. Proses ini dapat mengurangi tekanan intrakista dan
membantu penyusutan dari kista serta pengisian tulang. Marsupialisasi dapat
digunakan sebagai suatu perawatan tunggal atau sebagai suatu perawatan awal
dan selanjutnya dilakukan tahap enukleasi.
19
2) Teknik
Antibiotik profilaksis sistemik tidak diindikasikan untuk pasien yang sehat.
Anastesi, kemudian dilakukan aspirasi. Bila aspirasi membantu diagnosis
sementara kista, prosedur marsupialisasi dapat dilakukan.
Insisi inisial biasanya sirkular atau eliptik dan menciptakan window yang
besar (1 cm atau lebih) pada kavitas kista.
Bila tulang telah terekspansi dan menjadi tipis karena kista, insisi pertama
kali dilakukan dari tulang menuju kavitas kista. Pada kasus ini, isi jaringan
window dilakukan pemeriksaan patologis.
Bila sisa tulang masih tebal, osseous window dihilangkan dengan burs atau
rongeur.
Insisi kista dilakukan untuk membuang lapisan window lalu dilakukan
pemeriksaan patologis.
Isi kista dibuang dan bila mungkin dilakukan pemeriksaan visual pada lapisan
jaringan kista yang tersisa.
Irigasi kista dilakukan untuk membuang sisa fragmen dari debris.
Area ulserasi atau ketebalan dinding kista harus diperhatikan drg untuk
mencegah kemungkinan adanya perubahan displasia atau neoplasma pada
dinding kista.
Bila ada ketebalan yang cukup dari dinding kista dan jika ada akses,
perimeter dinding kista sekitar window dapat disuture pada mukosa mulut.
Kavitas harus dipacked dengan gauze yang telah dioleskan benzoin atau salep
antibiotik.
Setelah terjadi initial healing (biasanya 1 minggu), lakukan pencetakan pada
rongga mulut untuk membuat obturator dari akrilik. Tujuan penggunaan
obturator ini ialah untuk mencegah masuknya makanan ke dalam kavitas.
Obturator ini dilepas saat tidur untuk mencegah agar tidak tertelan. Obturator
ini harus dikurangi ukurannya seiring dengan terisinya kavitas oleh tulang.
Ketika dilakukan marsupialisasi kista pada maksila, drg memiliki 2 pilihan.
Pertama, kista dapat dibedah (akses dari) rongga mulut atau melalui sinus
maksila atau sinus nasalis. Bila sebagian besar maksila telah terserang kista
20
dan telah terkena antrum rongga nasalis, kista dapat menyerang aspek fasial
alveolus.
Ketika window pada dinding kista telah dibuat, pembukaan kedua dapat
dilakukan pada antrum maksila atau rongga hidung yang berdekatan.
Pembukaan mulut kemudian ditutup untuk penyembuhan. Lapisan kista harus
kontinu dengan lapisan antrum atau rongga hidung.
Marsupialisasi jarang digunakan sebagai bentuk tunggal perawatan kista.
Biasanya diikuti dengan enukleasi. Pada kasus kista dentigerous, mungkin
tidak terdapat sisa kista yang dibuang ketika gigi bererupsi ke lengkung
rahang.
Bila bedah lanjut kontraindikasi karena masalah medis lainnya, marsupialisasi
dapat dilakukan tanpa enukleasi selanjutnya. Kavitas harus dijaga
kebersihannya.
B. Enukleasi
1) Definisi
Enukleasi merupakan suatu proses dimana dilakukan pembuangan total
dari lesi kista. Sebuah kista dapat dilakukan prosedur enukleasi dikarenakan
lapisan dari fibrous connective tissue diantara komponen epitelial (yang
membatasi aspek interior kista) dan dinding tulang dari kavitas kista. Lapisan ini
memperkenankan cleavage plane untuk melepaskan kista dari kavitas tulang.
Enukleasi kista harus dilakukan dengan hati-hati, sebuah usaha untuk mengangkat
kista dalam satu potongan tanpa fragmentasi, yang akan mengurangi kesempatan
rekurensi. Namun pada praktiknya, pemeliharaan keutuhan kista tidak selalu dapat
terjaga, hancurnya potongan kista dapat terjadi.
2) Teknik
Pemberian antibiotik profilaksis tidak diperlukan, kecuali jika pasien
menderita penyakit sistemik tertentu.
Untuk kista yang besar, dapat dilakukan mucoperiosteal flap dan akses ke
kista didapatkan melalui labial plate of bone, yang meninggalkan alveolar
21
crest tetap utuh untuk memastikan tinggi tulang adekuat setelah
penyembuhan.
Saat akses ke kista sudah didapatkan melalui pengunaan osseus window,
dokter gigi mulai mengenukleasi kista
A thin-bladed curettage merupakan instrumen yang paling tepat untuk
memotong conective tissue layer dinding kista dari kavitas tulang. Permukaan
yang cekung harus selalu menghadap ke kavitas tulang, sedangkan bagian
yang cembung melakukan pemotongan/pelepasan kista. Tahap ini haus
dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindari hancurnya kista.
Terlebih lagi, kista akan lebih mudah terlepas dari kavitas tulang saat
intracystic pressure dijaga.
Saat kista telah berhasil diangkat, kavitas tulang harus diperiksa, adaah
jaringan kista yang tertinggal. Mengirigasi dan mengeringkan kavitas dengan
gauze akan mempermudah pemeriksaan. Jaringan kista yang tersisa diangkat
dengan kuret.
Daerah-daerah tepi kavitas tulang dihaluskan dengan bone file sebelum
ditutup.
Setelah itu, watertight primary closure seharusnya didapatkan dengan
appropriately positioned sutures.
Kavitas tulang akan berisi blood clots, yang akan menghilang seiring
berjalannya waktu. Gambaran radiografis akan pertumbuhan tulang akan
tampak dalam waktu 6 hingga 12 bulan.
Jika primary closure rusak dan luka bekas operasi terbuka, luka diirigasi
dengan salin steril, dan an appropriate length of strip gauze sedikit dipenuhi
dengan antibiotic ointment seharusnya dimasukkakan kedalam kavitas dengan
lembut. Prosedur ini dilakukan setiap 2-3 hari sekali, secara bertahap
dikurangi seiring dengan pemulihan luka.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Syafriadi, Mei. 2008. Patologi Mulut. Yogyakarta : C.V Andi Offset
2. Ardhana, Wayan. 2010. Ortodonsia II Diagnosis Ortodontik. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada
3. GW, Pederson. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (Oral Sugency). Alih
Bahasa : Purwanto, Basoeseno. Jakarta : EGC
4. CP, Danudiningrat. 2006. Kista Odontogen dan Nonodontogen. Surabaya :
Airlangga University Press
5. Chen Y, Wang JM, Li TJ. 2007. Ameloblastic fibroma: a review of published
studies with special reference to its nature and biological behavior. Oral Oncol
43, 960-969.
6. Serman N.Imaging of Cysts of The Jaws.www.columbia.edu;1999.p3-4
23