CR Katarak Senilis Mature OD
-
Author
sri-puji-hartini -
Category
Documents
-
view
41 -
download
3
Embed Size (px)
description
Transcript of CR Katarak Senilis Mature OD

Laporan Kasus
Katarak Senilis Mature Oculi Dextra
Pembimbing:
dr. Aryanti, Sp.M
Disusun oleh:
Meta Sakina, S.Ked (1018011076)
Sri Puji Hartini, S.Ked (0918011136)
M. Agung Prasetya (1118011069)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek
2015

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. TH
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kota Gajah, Lampung Tengah
Masuk RSAM : 16 November 2015
II. ANAMNESA (Tanggal 17 November 2015)
Keluhan Utama : penglihatan mata kanan kabur
Keluhan Tambahan : seperti melihat kabut putih, gatal, berair dan sering
merasa silau terutama pada siang hari.
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSAM dengan keluhan penglihatan mata kanannya
kabur. Penglihatan mulai kabur sejak ± 1 tahun lalu dan mulai
dirasakan makin berat sejak ± 1 bulan lalu.
Pasien mengatakan pada penglihatannya terhalang kabut putih tebal,
gatal, berair dan sering merasa silau terutama pada siang hari. Keluhan
pasien tidak disertai dengan mata merah ataupun nyeri pada matanya.
Riwayat trauma pada mata disangkal.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
Riwayat diabetes melitus disangkal. Riwayat hipertensi disangkal.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada dalam keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa
seperti pasien.
1

III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 17 November 2015, pukul 06.00
WIB)
a. Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,3 oC
b. Status Generalis
Kepala
o Bentuk : Normocephal
o Mata : Status Oftalmologis
o Hidung : tidak ada kelainan
o Telinga : tidak ada kelainan
o Mulut : tidak ada kelainan
Thoraks
o Jantung : dalam batas normal
o Paru : dalam batas normal
Abdomen
o Hepar : tidak teraba
o Lien : tidak teraba
Ekstremitas : tidak ada kelainan
2

c. Status Oftalmologis
DEXTRA SINISTRA
1/300 (BS) Visus 4/60 (BS)
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Siaskopi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Sensus coloris Tidak dilakukan
Ortoforia, kedudukan normal Bulbus oculi Ortoforia, kedudukan normal
Tidak ada kelainan Supersilia Tidak ada kelainan
Tidak ada Parese Tidak ada
Tidak ada kelainan Palpebra superior Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan Palpebra inferior Tidak ada kelainan
Tenang Conjungtiva palpebra Tenang
Tenang Conjungtiva fornices Tenang
Tenang Conjungtiva bulbi Tenang
Putih, anikterik Sclera Putih,anikterik
Jernih, arcus senilis (+) Cornea Jernih, arcus senilis (+)
Sedang Camera oculi anterior Sedang
Gambaran kripta baik Iris Gambaran kripta baik
Sentral, Bulat, refleks
cahaya (+)Pupil
Sentral, Bulat, refleks
cahaya (+)
Keruh, Shadow test (-) Lensa jernih, Shadow test (-)
Tidak dilakukan Fundus refleks Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Corpus vitreum Tidak dilakukan
Normal (palpasi) Tensio oculi Normal (palpasi)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3

a. Darah rutin
Hb : 14 gr/dL
b. Homeostasis
CT : 13 menit
BT : 2 menit
c. Kimia Darah
SGOT : 19 u/l
SGPT : 16 u/l
Ureum : 25 mg/dl
Creatinin : 0,6 mg/dl
GDS : 112 mg/dl
V. RESUME
Pasien datang ke RSAM dengan keluhan penglihatan mata kanannya
kabur. Penglihatan mulai kabur sejak ± 1 tahun lalu dan mulai dirasakan
makin berat sejak ± 1 bulan lalu. Riwayat trauma pada mata disangkal.
Pasien mengatakan pada penglihatannya terhalang kabut putih tebal. gatal,
berair dan sering merasa silau terutama pada siang hari. Keluhan pasien
tidak disertai dengan mata merah ataupun nyeri pada matanya.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan
- Status generalis : Dalam batas normal
- Status oftalmologis
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
OCCULI DEXTRA OCCULI SINISTRA
1/300 Visus 4/60
Jernih, arcus senilis (+) Cornea Jernih, arcus senilis (+)
Keruh, Shadow test (-) Lensa Jernih, Shadow test (-)
Keadaan lain dalam batas normal.
VI. DIAGNOSA KERJA
4

- Katarak senilis mature OD
VII. DIAGNOSA BANDING
- Katarak senilis imature OD
VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN
1. Biometri Oculi Sinistra
2. Pemeriksaan laboratorium darah :
a. Darah lengkap, kimia darah
b. Pemeriksaan glukosa darah
3. Pemeriksaan EKG
4. Slit lamp
5. Tonometri
6. Rontgent Thorax
IX. PENATALAKSANAAN
a. Umum Pre-operatif
Inform consent
Rontgent Thorax
Konsul pre-operatif
b. Operatif
Phacoemulsifikasi + IOL (Intra Okuler Lens) OD
c. Umum Post-operatif
Menjaga kebersihan mata kanan, yaitu dengan menutup dengan
kasa steril yang diganti setiap harinya.
5

Mengikuti instruksi perawatan mata post-op katarak selama satu
bulan (mata tidak basah, terbentur/diucek, menunduk berlebihan,
miring ke mata sakit, mengedan, mengangkat beban >5 kg).
d. Medikamentosa (Post operatif)
Ciprofloxacin 2 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 1 (500) mg
Antasida 3x1
Gentamisin 0,3% ED gtt 1 / jam OD
Gliserol ED 2 gtt 1/jam OD
Inmatrol ED 2 gtt1 diberikan selama 5 hari
X. PROGNOSA
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : ad bonam
6

FOLLOW UP (POST OPERATIF)
24 Desember 2008
S - Penglihatan mata kanan kabur
O KU : tampak sakit sedang
Kes : composmentis
TD : 130/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24 x/mnt
T : 36,5 oC
Oft Dextra Sinistra
3/60 (BS) Visus 4/60 (BS)
Jernih, arcus
senilis (+)
Cornea Jernih, arcus
senilis (+)
Sedang COA Sedang
Pseudophakia Lensa jernih,shadow
test (-)
Dx Post Phacoemulsifikasi OD hari 1
A 1. Bed rest
2. Ciprofloxacin 2 x 500 mg
3. Asam mefenamat 3 x 1 (500) mg
4. Antasida 3x1
5. Gentamisin 0,3% ED gtt 1 / jam OD
6. Gliserol ED 2 gtt 1/jam OD
7. Inmatrol ED 2 gtt1 diberikan selama 5 hari
7

Pasien diizinkan pulang
8

TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK
I. PENGERTIAN
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, Latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebutkan dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Jadi katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa,atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan pada lensa dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, atau karena kedua-duanya. Hal ini menyebabkan
penderita tidak bisa melihat dengan jelas dan dapat menimbulkan kebutaan.
Pada penderita katarak, cahaya sulit mencapai retina sehingga bayangan pada
retina menjadi tidak jelas atau kabur.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun
dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya
9

merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan
kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Secara umum katarak adalah perubahan lensa mata yang seharusnya jernih
dan tembus pandang menjadi keruh, cahaya sulit mencapai retina akibatnya
penglihatan menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan, sehingga
penglihatan terganggu secara beragam sesuai tingkat kekeruhan lensa. Katarak
senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, biasanya
diatas 50 tahun.
II. EPIDEMIOLOGI
Katarak senilis sampai sejauh ini merupakan bentuk katarak yang paling
sering didapatkan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO),
katarak merupakan kelainan mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan
penglihatan yang paling sering ditemukan seperti tercantum pada gambar
berikut:
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada
sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50%
untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70%
untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.
Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada
wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto,
rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia
lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.
10

Diketahui bahwa pada survei kesehatan pada tahun 1993 – 1996, prevalensi
kebutaan di Indonesia berkisar 1,5% dari jumlah penduduk di Indonesia. Dari
angka tersebut prosentase penyebab kebutaan adalah : katarak 0,78%, penyakit
glaukoma 0,20%, Kelainan refraksi 0,14% dan penyakit karena faktor usia
0,38%.
III. ETIOLOGI
Penyebab katarak senilis bisa menjadi salah satu atau kombinasi dari faktor-
faktor berikut:
Paparan radiasi
Kontak jangka panjang dengan lampu UV
Paparan radiasi gelombang mikro
Kekurangan yodium
Keturunan
Cedera mata dan trauma fisik
Alergi mata
penggunaan kortikosteroid jangka panjang dan obat-obatan yang
mengandung bahan kimia Quetiapine
Hipertensi
Diabetes
Merokok
Obesitas
Menurut terjadinya, katarak dapat di klasifikasikan menjadi beberapa, yaitu:
1. Congenital, merupakan katarak yang terjadi sejak bayi lahir dan
berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya. Jenis katarak ini sangat
jarang terjadi.
2. Traumatik, merupakan katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata.
3. Sekunder, katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone
dan kortikosteroid, serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih
umum oleh penderita diabetes daripada oleh populasi secara umum.
4. Katarak yang berkaitan dengan usia, merupakan jenis yang paling umum.
11

Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas
usia 50 tahun keatas
Katarak Senilis
(http://www.sciencephoto.com/image/256584/large/M1550179)
Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-satunya gejala
adalah distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak ini
biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, dan pasien mungkin
meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan. Apabila diindikasikan
pembedahan, maka eksraksi lensa akan secara definitif akan memperbaiki
ketajaman penglihatan pada lbih dari 90% kasus. Sisanya (10%) mungkin telah
mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya
glaukoma, ablasi retina, perdarahan korpus vitreum, infeksi atau pertumbuhan
epitel ke bawah kamera okuli anterior yang menghambat pemulihan visual.
Perubahan lensa pada usia lanjut :
Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai
presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan
granular.
Epitel makin tipis : sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel,
brown slerosis nucleus , sinar UV lama kelamaan merubah protein
nukleus lensa, korteks tidak bewarna.
Secara klinis katarak senilis dapat dibagi dalam 4 stadium, yaitu :
Insipien
Imatur
12

Matur
Hipermatur
1. Stadium Insipien
Pada stadium ini belum menimbulkan gangguan visus. Visus pada stadium
ini bisa normal atau 6/6 – 6/20. Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5 –
5/6. Kekeruhan terutamaterdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak
seperti baji (jari-jari roda), terutama mengenai korteks anterior, sedangkan
aksis masih terlihat jernih. Gambaran ini disebut Spokes of wheel, yang
nyata bila pupil dilebarkan.
2. Stadium Imatur
Sebagian lensa keruhtetapi belum mengenai seluruh lapis lensa. Visus
pada stadium ini 6/60 – 1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian
posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di
lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan.
Oleh karena kekeruhan berada di posterior lensa, maka sinar oblik yang
mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada
pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerah yang terang sebagai reflek
pemantulan cahaya pada daerah lensa yang eruh dan daerah yang gelap,
akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut
shadow test (+).
Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan
lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya
biasnya bertambah dan mata menjadi miopia. Keadaan ini dinamakan
intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris terdorong kedepan,
menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit, sehingga dapat
menimbulkan glaukoma sebagai penyulitnya.
13

3. Stadium Matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga semua sinar
yang melalui pupil dipantulkan kembali ke permukaan anterior lensa.
Kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan klasifikasi
lensa. Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang
keruh, sehingga uji bayangan iris negatif (shadow test (-) ). Di pupil
tampak lensa seperti mutiara.
4. Stadium Hipermatur
Pada stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut yang dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi
keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, bewarna kuning
dan kering. Visus pada stadium ini 1/300 – 1/~. Pada pemeriksaan terlihat
bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan
berjalan terus sehingga berhubungan dengan zonula zinii menjadi kendur.
Bila proses kekeruhan berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal maka
korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihtkan bentuk sebagai sekantung susu disertai dengan nukleus
yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini
disebut katarak morgagni.
Katarak matur katarak traumatik
14

Gambar 9. Perbandingan penglihatan normal dan katarak
Table 1. perbedaan stadium katarak senil
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Komplit Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air
masuk)
Normal Berkurang (air+masa
lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata
Depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik
Mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Visus (+) < << <<<
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma
15

IV. GEJALA KLINIS
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
- Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan
pasien dengan katarak senilis.
- Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan
sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada
siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.
- Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan peningkatan
penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca,
keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan
miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal
posterior atau anterior.
- Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang
terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area
refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan
gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau
ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia
monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau
lensa kontak.
- Noda, berkabut pada lapangan pandang.
- Ukuran kaca mata sering berubah
V. PEMERIKSAAN KLINIS
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar
celah (slit lamp), funduskopi pada kedua mata, tonometer selain daripada
pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada
16

kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa
panoftalmitis pascabedah dan fisik umum.
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum
dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan
turunya tajam penglihatan.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosa dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-kelainan harus
dilakukan untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang berefek terhadap mata
dan perkembangan katarak.
a. Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan
ketajaman penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika
pasien mengeluh silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang.
b. Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan
petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan yang sangat penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat
mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferent relatif yang
mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan difus makula
c. Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas
lensa. Tapi dapat juga struktur okular lain( konjungtiva, kornea, iris, bilik
mata depan).
Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus
diperiksa hati-hati
Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah
pemberian dilator pupil
Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa
sebab subluxasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata
sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur
17

d. Kepentingan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari
integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan
retina dapat menilai gangguan penglihatan.
VII. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Banding Katarak Senillis :
Refleks Senile : pada orang tua dengan lampu senter tampak warna pupil
keabu – abuan mirip katarak, tetapi pada pemeriksaan reflex fundus positif
Katarak komplikata : katarak terjadi sebagai penyulit dari penyakit mata
(misal uveitis anterior ) atau penyakit sistemik (misal diabetes mellitus)
Katarak karena penyebab lain : misal obat – obatan (kortiko steroid),
radiasi, rudapaksa mata dan lain - lain.
Kekeruhan badan kaca
Ablation retina
VIII. PENATALAKSANAAN
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Sejauh ini tidak ada
obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Penatalaksanaan
definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-
tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno
hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Berikut tiga prosedur operasi pada
ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi
- Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior
yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama
populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
18

hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
- Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui
robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa
intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra
ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah
mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi
retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk
mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti
prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini
yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
- Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan
memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin
phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.
Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui
irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan
dan irisan akan pulih dengan sendirinya sehingga memungkinkan
pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak
senilis padat.
19

IX. KOMPLIKASI
Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata
kedalam luka serta retinal light toxicity.
Komplikasi dini pasca operatif
COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block
pupil dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-
McLean syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral
yang bersih paling sering)
Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi
yang tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti
penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis
anterior kronik dan endoftalmitis.
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
- Komplikasi lambat pasca operatif
Ablasio retina
Endoftalmitis kronik yang timbul karena organisme dengan
virulensi rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.
X. PROGNOSIS
Dengan teknik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat
jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak
resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis
dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.
20

PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosa yang ditegakkan sudah tepat?
Dari anamnesa didapatkan keluhan penglihatan mata kanan kabur yang makin
bertambah. Penglihatan kabur berjalan lambat namun progresif. Pasien juga
mengeluh penglihatan kedua matanya seperti melihat kabut, sering silau, gatal
dan berair. Nyeri (-), merah (-) bengkak (-) panas (-) pusing (-), mual (-),
muntah (-).
Gejala-gejala yang dialami pasien ini sesuai dengan kepustakaan yang menuju
kearah katarak. Katarak merupakan kekeruhan pada lensa sehingga
mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Tingkat kekaburan yang dialami
pasien bervariasi tergantung dari tingkat kekeruhan lensa. Usia pasien yang
lebih dari 50 tahun merupakan salah satu penentu jenis katarak. Jenis katarak
yang sesuai adalah katarak senilis.
Pada pemeriksaan visus, visus pasien kurang dari 6/6 (1/300), dan terdapat
kekeruhan pada lensa mata kanan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa pada pasien yang mengalami katarak visusnya akan
menurun, dan pasien ini hanya bisa melihat lambaian tangan pada jarak 1
meter yang orang normal dapat melihatnya pada jarak 300 meter. Pada pasien
normal tidak ditemukan kekeruhan lensa, sinar dapat masuk kedalam mata
tanpa ada yang dipantulkan. Sedangkan pada pasien ini ditemukan lensa mata
kanan mengalami kekeruhan dan kekeruhannya menutupi seluruh lensa. Dari
hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, hal ini menandakan bahwa kelainan
lensa merupakan katarak stadium mature. Maka diagnosa yang ditegakkan
adalah Katarak senilis mature OD
21

2. Apakah penatalaksanaan sudah tepat?
Pasien dengan kelainan katarak tidak dapat diatasi dengan pemberian obat
tetes mata maupun peroral. Sampai saat ini penanganan katarak yang terbaik
adalah melalui tindakan operasi dengan mengambil lensa yang keruh dan
menggantinya dengan lensa buatan (IOL) yang jernih.
Pada pasien ini penatalaksanaan yang diberikan untuk mengatasi penyakit
kataraknya adalah dengan dilakukan operasi atas indikasi untuk perbaikan
visus. Tindakan operasi yang dilakukan adalah Phacoemulsifikasi. Dipilih
phacokoemulsifikasi + IOL, karena insisi pada kornea yang dibutuhkan lebih
kecil dengan resiko astigmatisme post-operatif yang lebih kecil daripada
ICCE. Komplikasi yang lebih sedikit dan pemulihan visus yang lebih cepat.
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan
slitlamp untuk lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada lensa dan
segmen posterior bola mata. Kemudian pemerikasaan lab lengkap untuk
melihat apakah ada kelainan darah yang dapat menyebabkan komplikasi intra
operasi. Pemeriksaan gula darah mengetahui apakah pasien menderita diabetes
mellitus atau tidak. Pemeriksaan biometri untuk mengetahui kondisi vitreus
body, menilai keadaan retina pasien, dan kekuatan lensa yang akan dipasang.
3. Bagaimana prognosis dan konseling yang diberikan pada pasien?
Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak senil merupakan
suatu kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan
pasien setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum
dioperasi.
Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang dialaminya adalah
penyakit kekeruhan lensa yang mengenai kedua matanya akibat proses
ketuaan. Oleh karena itu pasien harus memperhatikan gejala – gejala pada
22

penyakit ini, yaitu penurunan penglihatan, tampak seperti melihat asap, seperti
melihat pelangi dan terasa silau.
Pada mata kanannya yang telah menjalani operasi disarankan untuk mengikuti
intruksi post operatif katarak selama sekitar satu bulan, yaitu:
1. Mata tidak boleh basah. Jika mandi hanya dari leher kebawah, dan
usahakan berwudhu dengan tayamum.
2. Mata tidak boleh terbentur atau diucek-ucek.
3. Tidak boleh menunduk secara berlebihan. Diperhatikan pada posisi
sembahyang duduk atau tidur, tidak boleh sujud dan rukuk.
4. Tidak boleh miring pada mata yang sakit.
5. Tidak boleh mengedan.
6. Tidak boleh memangku atau mengangkat beban > 5 kg.
7. banyak makan buah dan sayur.
8. Perban mata diganti tiap pagi dan sore
9. Bila terjadi keluhn cepat lapor ke dokter mata
23

DAFTAR PUSTAKA
Ilyas. S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI
Anna. 2007. Mengenal Penyakit Katarak. Dalam http://www.obi.co.id/index2.php.
Perdami – Katarak : http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=2
Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000. Oftalmologi
Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika.
Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#a0199
24