Obligasi - Tugas Surga
-
Upload
mochammad-teguh-ariyanto -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of Obligasi - Tugas Surga
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu bentuk surat berharga yang beredar di masa ini, obligasi
merupakan salah satu instrument keuangan yang menarik. Obligasi yang mana merupakan
surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nilai nominal dan
waktu jatuh tempo tertentu menjadi magnet tersendiri bagi kalangan investor, individu,
maupun institusi. Penerbitan obligasi dapat dilakukan oleh perusahaan swasta, BUMN/BUMD
atau pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Dalam perkembangannya, keinginan untuk berinvestasi dengan instrument obligasi
terus menunjukkan peningkatan. Seiring dengan menanjaknya popularitas obligasi,
permintaan akan obligasi juga turut meningkat. Bahkan dalam beberapa penerbitan, tidak
jarang perusahaan atau pemerintah yang melakukan penjatahan dikarenakan tingginya
permintaan dibandingkan dengan jumlah obligasi yang ditawarkan.
Tren obligasi sebagai salah satu instrument keuangan dipengaruhi oleh beberapa
aspek. Pertama, jumlah atau keanekaragaman perusahaan yang memanfaatkan obligasi
sebagai sumber alternative pembiayaan di pasar modal. Kedua, kemampuan investor yang
tertarik untuk berinvestasi menggunakan obligasi. Dan yang terakhir, adalah kondisi dan
situasi perkembangan pasar modal di tanah air yang semakin menunjukkan prospek yang
cerah.
Dalam suatu penerbitan obligasi, terdapat dua pihak utaman yang saling
berhubungan. Pihak pertama adalah pihak penerbit yang memilih obligasi sebagai alternative
pembiayaan. Dan pihak investor, yang menginvestasikan dananya melalui obligasi. Meskipun
terlihat begitu menjanjikan, berinvestasi dengan obligasi bukan tanpa resiko, karena penerbit
obligasi bias saja gagal membayar kewajibannya. Untuk keadaan yang demikian, guna
melindungi kepentingan investor dari resiko gagal bayar, penerbit melibatkan pihak ketiga
yang mewakili kepentingan investor.
1
Dari sedikit uraian di atas, tampak jelas bahwa cakupan materi terkait obligasi sangat
luas dan akan terus berkembang. Hal demikain menjadikan obligasi sebagai salah satu
instrumen keuangan yang menarik untuk dibahas. Dalam makalah ini, penulis menggunakan
perspektif ilmu hukum dalam mengkaji perihal obligasi. Ada pun perbaikan tentu akan
diperlukan, mengingat ilmu hukum itu sendiri terus berkembang mengikuti kebutuhan
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obligasi?
2. Jika dilihat dari berbagai perspektif, obligasi terbagi menjadi berberapa jenis. Apa saja
jenis-jenis obligasi yang tersebar saat ini?
3. Bagaimana kedudukan obligasi sebagai salah satu bentuk surat berharga?
4. Apa fungsi obligasi jika dilihat dari subyek yang terlbiat dalam penerbitannya?
2
BAB IIANALISA
A. PENGERTIAN OBLIGASI
Obligasi merupakan salah satu bentuk surat berharga yang peredarannya sangat luas dan
memiliki peminat dari berbagai kalangan. Berdasarkan sumber yang berbeda, terdapat beberapa
pengertian obligasi. Obligasi atau bond pada hakikatnya adalah surat tagihan utang atas beban
tanggungan pihak yang menerbitkan atau mengeluarkan obligasi.1 Beban tanggungan yang
dimaksud merupakan janji untuk membayar sejumlah uang pada waktu tertentu. Dalam janji
tersebut termuat besaran bunga yang bentuknya tergantung pada kesepakatan antara pihak
penerbit dan pihak calon pemegang obligasi. Selain itu, dapat pula sebuah kesepakatan dalam
penerbitan obligasi dicantumkan identitas pemegang pemegang obligasi, dan batasan tindakan
hukum yang dapat dilakukan oleh penerbit obligasi.
Dalam koridor hukum, obligasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995
tentang Pasar Modal. Namun dalam Undang-Undang tersebut pengertian obligasi dimasukkan
dalam pengertian efek. Menurut pasal 1 butir 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1548/KMK.013/1990 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1199/KMK.010/1991, obligasi adalah bukti utang dari emiten yang mengandung janji
pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada
tanggal jatuh tempo. Dalam definisi di atas, yang dimaksud dengan emiten adalah pihak yang
melakukan penawaran umum dalam rangka menjaring dana bagi kegiatan usaha perusahaan atau
pengembangan usaha perusahaan2. Dengan demikian jelas lah tujuan dari penerbitan obligasi
adalah untuk kegiatan dan pengembangan dari perusahaan penerbit.
Secara sederhana, dapat diartikan bahwa obligasi merupakan perjanjian piutang yang
berbentuk sekuriti. Perusahaan atau pemerintah penerbit diartikan sebagai si berhutang yang
1 Adrian Sutedi, S.H., M.H., Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Hlm. 2 2 M. Isran Nasrudin, S.H. dkk., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), Hlm. 151
3
meminjam dana kepada pemegang obligasi. Utang tersebut memiliki jatuh tempo yang telah
ditetapkan saat penerbitan, yang mana ketika hal itu terjadi, pihak penerbit obligasi berkewajiban
untuk mengembalikan seluruh jumlah modal yang diberikan oleh pemegang obligasi dan disertai
dengan bungayang telah disepakati sebelumnya. Obligasi dalam hal ini merupakan ‘kupon’ yang
menjadi prasyarat untuk memperoleh pengembalian modal beserta bunga.
Dalam penerbitan dan penawaran obligasi, ciri utamanya ialah penawaran umum.
Implikasi dari penawaran umum ialah jumlah kreditor (calon pemegang obligasi) yang sangat
banyak. Bahkan dalam beberapa penawaran, dapat dimungkinkan dilakukan pembatasan nominal
tertentu untuk setiap lembar obligasi dikarenakan jumlah penawar yang melebihi jumlah modal
yang dibutuhkan oleh penerbit obligasi (debitor). Namun demikianadakalanya dalam sebuah
penawaran tidak dilakukan melalui penawaran umum, melainkan dengan private placement,
seperti penawaran saham.
Penerbitan obligasi hanya dapat dilakukan oleh badan hukum, baik perseroan terbatas
maupun badan hukum dalam bentuk lainnya. Hak yang diperoleh pemegang obligasi hanya
sebatas pengembalian dana dan ditambah modal mana kala obligasi memasuki waktu jaatuh
tempo. Hal demikian berbeda dengan pemegang saham yang memiliki lebih banyak hak, antara
lain hak suara dan hak pembagian deviden. Dalam hal pembayaran bunga obligsi, terdapat
bemacam-macam variasi, misalnya ditentukan setiap triwulan, kuartal, tengah tahunan atau
tahunan. Hal demikian tergantung dari kesepakatan para pihak.
B. JENIS-JENIS OBLIGASI
Obligasi dapat dibedakan dalam beberapa jenis, bergantung pada sudut mana kita
melihatnya. Apakah dari sudut pengalihan, jangka waktu, atau jaminan atas obligasi dan bunga
yang dibayarkan. Berikut ka diuraikan jenis-jenis obligasi, yaitu:
a. Jenis Obligasi Berdasarkan Cara Pengalihannya
Berdasarkan cara pengalihannya, terdapat dua jenis obligasi, yaitu obligasi atas
unjuk (bearer bond) dan obligasi atas nama (registered bond). Dalam obligasi atas
unjuk, nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat obligasi maupun kupon bunga.
Sedangkan dalam obligasi atas nama tertulis nama dari pemegang obligasi. Implikasinya
4
ialah jika si pemegang ingin memindahtangankan sertifikat obligasi atas nama, maka
harus disertai dengan pengalihan nama yang tercantum di sertifikat dari pemegang lama
ke pemegang baru.
Hal demikian berbeda dengan pemindahtanganan obligasi atas unjuk, yang mana
tidak diperlukan adanya pengalihan nama, melainkan cukup dengan penyerahan secara
nyata. Hal yang sama terjadi mana kala suatu obligasi memasuki masa jatuh tempo.
Pemegang yang nama nya tercantum dalam kupon bunga dari obligasi atas nama lah yang
memperoleh bunga obligasi, sedangkan dalam obligasi atas unjuk cukup dengan
menyerahkan kupon bunga yang memang tidak tertulis nama dari si pemegang.
Dilihat dari perbedaan karakteristik di atas, terlihat bahwa dalam hal pengalihan,
obligasi atas nama sedikit lebih rumit karena harus disertai dengan pengalihan nama dari
pemilik lama ke pemilik baru. Namun dari segi resiko kepemilikan obligasi, pemilik
obligasi atas nama lebih terjamin dibandingkan dengan obligasi atas unjuk. Ketika
sertifikat atau kupon bunga obligasi atas nama hilang, maka si pemegang dapat
memintakan penggantian kepada emiten. Karena ketika penerbitan atau pengalihan
sertifikat, emiten telah mencatat identitas pemegang obligasi yang baru. Hal berbeda
terjadi manakala sertifikat atau kupon obligasi atas unjuk hilang, si pemilik tidak dapat
memintakan penggantian. Baik obligasi atas unjuk maupun obligasi atas nama sama-
sama dibuat dari bahan berkualitas tinggi seperti bahan pembuatan uang. Hal itu
dimaksudkan agar sertifikat obligasi tidak mudah rusak hingga jatuh tempo.
Saat ini, dari sekian banyak obligasi yang tersebar, obligasi atas unjuk lebih
banyak jumlahnya dibandingkan dengan obligasi atas nama. Tren ini menandakan bahwa
para investor lebih mengedepankan aspek kepraktisan dibandingkan dengan aspek
keamanan dari kepemilikan obligasi.
b. Jenis Obligasi Berdasarkan Jaminan
Secara umum, terdapat dua jenis obligasi berdasarkan jaminan, yaitu obligasi
dengan jaminan dan obligasi tanpa jaminan. Yang dimaksud dengan obligasi dengan
jaminan ialah obligasi yang diberi agunan untuk pelunasan pokok pinjaman beserta
bunganya yang berupa harta kekayaan perusahaan, bias berupa tanah, gedung, maupun
5
asset perusahaan lainnya. Sedangkan obligasi tanpa jaminan adalah obligasi yang tidak
didukung oleh agunan.
Dalam perkembangannya, selain obligasi-obligasi di atas, ada pula yang disebut
Obligasi dengan penanggungan utang. Selain itu ada pula obligasi yang diterbitkan
dengan jaminan hak tanggungan dan agunan asset yang marak di Amerika Serikat,
Jerman, Meksiko, dan Inggris. Tanah dengan hak tanggungan dan asset non tanah
tersebut ditaksir nilainya yang kemudian dijadikan jaminan dalam obligasi.3
c. Jenis Obligasi Berdasarkan Kovertibilitas
Konvertibilitas yang dimaksud dalam obligasi ialah hak yang diberikan kepada
pemegang obligasi untuk menukarkan obligasi miliknya dengan saham dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. Dalam konversi ini terdapat persyaratan anatara
lain tanggal penukaran, jumlah yang dipertukarkan, dan harga konversi.
Hak konversi ini tidak selalu menguntungkan pihak kreditur. Dalam satu waktu
konversi obligasi ke saham bias sangat menguntungkan, namun juga bias sangat
merugikan jika pengambilan keputusan konversi dilakukan pada waktu yang kurang
tepat, misalnya pada saat terjadi kenaikan suku bunga bank atau emtien pada periode
tersebut mengalami kerugian atau keuntungannya sedikit yang kemudian berakibat
pemegang saham tidak mendapat deviden. Pada akhirnya, dibutuhkan perhitungan yang
tepat mana kala si pemegang ingin mengkonversikan obligasinya jika ingin memperkecil
resiko kerugian. Di sisi emiten, konversi obligasi ke saham dapat dimanfaatkan untuk
menambah modal kegiatan usaha.
d. Jenis Obligasi Berdasarkan Cara Penetapan dan Pembayaran Bunga
Obligasi berdasarkan Cara Penetapan dan Pembayaran Bunga terbagi menjadi
beberapa bentuk, antara lain:
1. Obligasi dengan bunga tetap
Merupakan obligasi yang memberikan bunga tetap yang dibayarkan setiap periode
tertentu. Pada waktu jatuh tempo, pokok pinjaman dibayarkan kepada pemegang
obligasi.
3 M. Isran Nasrudin, S.H. dkk., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), Hlm. 184
6
2. Obligasi dengan bunga tidak tetap
Penghitungan bunga yang tidak tetap ini melalui beberapa cara, missal bunga yang
dikalikan ndengan indeks atau dengan tingkat bunga deposito atau tingkat bunga
deposito yang berlaku.
3. Obligasi tanpa bunga
Obligasi jenis ini tidak menyertakan kupon bunga, sehingga keuntungan yang
diperoleh kreditur hanya dari selisih nilai saat jatuh tempo dengan nilai waktu
pembelian.
4. Obligasi yang tidak terbatas jatuh temponya
Dalam jenis ini, perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk mengembalikan modal
yang telah disetor oleh kreditur. Dalam hal ini kreditur baru akan memperoleh
modalnya kembali saat emiten tersebut dilikuidasi.
5. Obligasi dengan bunga mengambang
Pada obligasi ini dapat dimungkinkan adanya perbedaan perolehan bunga. Hal ini
dikarenakan pemberian suku bunga dilakukan secara mengambang. Misalnya 1% di
atas tingkat bunga LIBOR, SIBOR, atau rata-rata tingakat suku bunga deposito
berjangka pada Bank Pemerintah.
e. Jenis Obligasi Berdasarkan Penerbit
Dalam perkembangannya, penerbitan obligasi tidak hanya dilakukan oleh
lembaga hukum swasta, melainkan juga pihak pemerintah, atau lembaga hukum lainnya.
Penyebaran emiten yang beraneka ragam ditiap daerah, yang cakupan pasarnya berbeda-
beda. Obligasi berdasarkan pihak yang menerbitkan, antara lain:
1. Obligasi Perusahaan Swasta
2. Obligasi Pemerintah Pusat, yang mana dalam penerbitannya tidak disertai dengan
jaminan.
3. Obligasi Pemerintah Daerah.
4. Obligasi Asing, yang diterbitkan oleh badan hukum asing dalam mata uang setempat.
7
5. Obligasi Sampah, yang manan merupakann obligasi yang credit ratingnya dibawah
BBB. Sering kali obligasi ini menawarkan bunga yang lebih tinggi dari rata-rata
bunga pada umumnya dan sifatnya lebih spekulatif.
f. Obligasi berdasarkan Waktu Jatuh Tempo
Jatuh tempo obligasi terbagi dalam tiga golongan, antara lain obligasi berjangka
pendek yang mana jatuh temponya satu tahun. Obligasi jangka menengah dengan batas
jatuh tempo lima tahun, dan obligasi jangka pannjang yang batas jatuh temponya di atas
lima tahun.
C. PIHAK-PIHAK DALAM PENERBITAN OBLIGASI
Dalam mekanisme penerbitan obligasi, terdapat beberapa pihak yang menjadi actor
utama terwujudnya pelaksanaan jual beli. Untuk itu perlu melihat beberapa pihak yang
terlibat dan apa peranannya. Pihak-pihak tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Emiten
Pengertian emiten dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 didefinisikan
sebagai pihak yang melakukan penawaran umum. Dalam hal ini, emiten lah yang
menerbitkan atau mengeluarkan obligasi dengan tujuan untuk memperoleh dana. Ada pun
yang dapat menjadi emiten adalah perusahaan, BUMD, BUMN, Pemerintah Daerah,
Negara, atau badan otonomi khusus. Penerbitan dilakukan karena emiten kekurangan
dana, dan kemudian memilih obligasi sebagai instrument pembiayaan.
b. Penjamin Emisi
Penjamin emisi adalah perusahaan yang menjamin penjualan obligasi. Secara
sederhana, penajmin emisi merupakan mediator anara emiten dan investor. Dalam hal
obligasi tidak terjual habis, maka penjamin emisi bertanggung jawab untuk membeli sisa
obligasi tersebut sesuai dengan perjanjian. Keberadaan penjamin emisi sangat membantu
proses pennjualan obligasi, karena emiten tidak lagi dipusingkan jika obligasi tidak
8
terjual habis di bursa efek. Tugas lain dari penjamin emisi adalah melakukan penelitian
atas kemampuan dan prospek emiten.
c. Wali Amanat
Wali amanat merupakan pihak yang ditunjuk emiten, tetapi bertindak atas
kepentingan pemegang obligasi. Wli amanat adalah suatu pihak yang mewakili
kepentingan pemegang efek yang bersifat utang, baik dalam pengadilan maupun di luar
pengadilan. Ada pun yang dapat bertindak sebagai emiten adalah bank, lembaga keangan
bukan bank, atau lembaga lain yang mendapat persetujuan dari OJK. Wali amanat
dilarang memiliki hubungan afiliasi dengan emiten, kecuali hubungan afiliasi tersebut
terjadi karena kepemilikan atau penyertaan modal Pemerintah. Ada pun tugas dari wali
amanat, adalah sebagai berikut:
i. Menganailisis kemampuan dan kredibilitas emiten
ii. Menilai sebagian atau seluruh harta kekayaan emiten yang dijadikan jaminan
kepadanya
iii. Memberi nasihat yang diperlukan emiten
iv. Mengawasi pelunasan bunga dan pinjaman pokok sesuai dengan waktu yang ditentukan
v. Bertindak sebagai pembaya utma
Dalam menjalankan tugasnya, wali amanat berpedoman kepada Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang mana telah diatur dalam pasal 50-54,
pasal 85, dan pasal 88.
D. OBLIGASI SEBAGAI SURAT BERHARGA DALAM INSTRUMEN PASAR MODAL
Dalam menjalankan dan mengembangkan suatu usaha, sebuah perusahaan dutuntut
untuk memperoleh modal yang cukup besar. Untuk tujuan tersebut, berbagai cara ditempuh
oleh perusahaan, misalnya dengan membuat pinjaman dengan bank (kredit bank), atau
dengan cara utang dagang (trade paybles) yang sudah cukup lama dikenal dalam dunia
perdagangan. Kedua cara tersebut merupakan cara yang lazim ditempuh karena selain syarat-
syarat nya tegas, juga sumber pendanaannya juga jelas. Namun dalam peminjaman pada bank
9
selalu ada pembatasan jumlah maksimal pinjaman, jangka waktu, serta sector usaha yang
diperbolehkan terbatas sesuai yang dikehendaki pihak bank.
Seiring berjalannya waktu, banyak perusahaan baru yang berkecimpung di berbagai
bidang yang mana tidak semuanya merupakan bidang usaha yang diperbolehkan oleh pihak
bank. Dalam menjalankan sebuah perusahaan, untuk mengembalikan modal sekaligus
memperoleh keuntungan dibutuhkan waktu yang relative lama. Semakin berkembang sebuah
perusahaan juga semakin mendorong perusahaan untuk memperoleh sumber pembiayaan
yang lebih banyak. Kondisi demikian mendorong perusahaan untuk mencari sumber
pembiayaan lain yang dapat mengakomodir kebutuhan sumber pembiayaan tersebut, yang
kemudian melahirkan alternatif sumber pendanaan baru yang disebut obligasi.
Seperti yang telah dikemukakan diatas, obligasi merupakan surat berharga yang
termasuk dalam kategori efek. Obligasi memenuhi unsur-unsur surat berharga, antara lain:
- Nilai dalam obligasi sama dengan nilai perikatan pada dasarnya, dan
- Mudah dipindahtangankan (transferable)
Obligasi memenuhi kriteria-kriteria tersebut, sebagaimana sama dengan saham dan
surat berharga lainnya. Adapun bentuk perikatan dasar dari utang adalah perjanjian
meminjam uang, yang mana bersesuaian dengan pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata). Dalam KUH Perdata terminologi obligasi termasuk dalam
kualifikasi perjanjian pakai habis. Mana kala terjadi wanprestasiterhadap utang tersebut akan
menimbulkan kewajiban dari pihak berhutang untuk membayar ganti rugi, pelunasan pokok,
dan lain sebagainya.
10
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Obligasi merupakan surat berharga berbentuk sertifikaat yang berisi pengakuan hutang atas
emiten sebagai debitur dan pemegang obligasi sebagai kreditur. Bila mana dalam perjanjian
penerbitan obligasi disertakan adanya bunga, maka biasanya selain diberi sertifikat obligasi oleh
emiten, pemegang obligasi juga debri kupon yang dapat ditukar dengan bunga yang telah
diperjanjikan. Jangka waktu obligasi bervariasi, mulai dari yang hanya berjangka waktu satu
tahun hingga lebih dari lima tahun. Dalam penerbitan obligasi, pihak yang turut ndil adalah
emiten, penjamin emisi, dan wali amanat. Sebagai salah satu jenis surat berharga, obligasi telah
memenuhi unsur-unsur surat berharga yang mana mudah dipindahtangankan dan dan bernilai
sebagaimana perikatan pada dasarnya. Sebagai bagian dari instrument pasar modal, pengaturan
obligasi ada pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
B. Saran
Berdasarkan apa yang telah saya tulis dalam makalah bertajuk “Obligasi Dalam
Instrumen Pasar Modal” ini saya selaku penulis berharap dapat memberi pemahaman bagi
pembaca sehingga dapat menambah wawasan bagi penulis, dan terlebih bagi para pembaca.
Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal.
Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991
Buku
Adrian Sutedi, S.H., M.H., Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk, Jakarta, Sinar Grafika, 2009
M. Isran Nasrudin, S.H. dkk., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta, Kencana, 2011
Gunawan Widjaya & Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali
Amanat Dalam Pasar Modal, Jakarta, Kencana Prenada Media, 2006
Iskandar Z. Alwi, Pasar Modal Teori dan Aplikasi, Jakarta, Yayasan Pancur Siwah, 2003
12
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
Latar Belakang.........................................................................................................1
Rumusan Masalah................................................................................................... 2
BAB II : ANALISA..............................................................................................................3
Pengertian Obligasi..................................................................................................3
Jenis-Jenis Obligasi..................................................................................................4
Pihak-Pihak Dalam Penerbitan Obligasi...............................................................8
Obligasi Sebagai Surat Berharga Dalam Instrumen Pasar Modal..................... 9
BAB III : PENUTUP........................................................................................................... 11
Kesimpulan...............................................................................................................11
Saran......................................................................................................................... 11
13