OBJEKTIVITAS BERITA KONFLIK BASUKI TJAHJA PURNAMA …jurnalkommas.com/docs/Jurnal M. Afiq...

19
1 OBJEKTIVITAS BERITA KONFLIK BASUKI TJAHJA PURNAMA DENGAN DPRD DKI JAKARTA (Studi Analisis Isi Tentang Obyektivitas Berita Konflik Antara Basuki Tjahja Purnama dengan DPRD DKI Jakarta Periode 18 Januari - 31 Maret 2015 Pada Portal Berita Detik.com) Muhammad Afiq Naufal Haryanto Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract The press or mass media in Indonesia has entered the reform era, where the press is freer. Free does not mean freedom to disseminate news or any information, but the meaning of free is fair and accountable to standards of truth, accuracy, objectivity and balance according to the theory of social responsibility of the press system. But this time, the mass media in Indonesia are generally owned by individuals who have political interests and was often a media darling, so objectivity of the mass media is unquestionable This study aims to determine and review how Detik.com news objectivity in reporting the conflict between Ahok with the Jakarta legislative Council. This is because Detik.com a pioneer online news portal in Indonesia and online news portals frequently accessed by the people of Indonesia that Detik.com must consider the objectivity of their news because the objectivity of news affecting the quality of news. In this study, researchers used the content analysis method by collecting data from counting of emerging news variable from conflict between Ahok with Jakarta legislative council on news portal Detik.com period January 18 to March 31 , 2015 at a total sample of 50 news. The data analysis technique used in this research is descriptive to describe objectively and systematically. From these results it can be concluded that the overall Detik.com able to meet factuality side but on the side of impartiality can not be fulfilled because there are still many who simply covering the news from one point of view and from the negative side . Keywords: Content Analysis, Objectivity, Detik.com, News Conflict.

Transcript of OBJEKTIVITAS BERITA KONFLIK BASUKI TJAHJA PURNAMA …jurnalkommas.com/docs/Jurnal M. Afiq...

  • 1

    OBJEKTIVITAS BERITA KONFLIK BASUKI TJAHJA PURNAMA

    DENGAN DPRD DKI JAKARTA

    (Studi Analisis Isi Tentang Obyektivitas Berita Konflik Antara Basuki

    Tjahja Purnama dengan DPRD DKI Jakarta Periode 18 Januari - 31 Maret

    2015 Pada Portal Berita Detik.com)

    Muhammad Afiq Naufal

    Haryanto

    Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas

    Sebelas Maret Surakarta

    Abstract

    The press or mass media in Indonesia has entered the reform era, where

    the press is freer. Free does not mean freedom to disseminate news or any

    information, but the meaning of free is fair and accountable to standards of truth,

    accuracy, objectivity and balance according to the theory of social responsibility

    of the press system. But this time, the mass media in Indonesia are generally

    owned by individuals who have political interests and was often a media darling,

    so objectivity of the mass media is unquestionable

    This study aims to determine and review how Detik.com news objectivity

    in reporting the conflict between Ahok with the Jakarta legislative Council. This is

    because Detik.com a pioneer online news portal in Indonesia and online news

    portals frequently accessed by the people of Indonesia that Detik.com must

    consider the objectivity of their news because the objectivity of news affecting the

    quality of news.

    In this study, researchers used the content analysis method by collecting

    data from counting of emerging news variable from conflict between Ahok with

    Jakarta legislative council on news portal Detik.com period January 18 to March

    31 , 2015 at a total sample of 50 news. The data analysis technique used in this

    research is descriptive to describe objectively and systematically. From these results it can be concluded that the overall Detik.com able to

    meet factuality side but on the side of impartiality can not be fulfilled because

    there are still many who simply covering the news from one point of view and

    from the negative side .

    Keywords: Content Analysis, Objectivity, Detik.com, News Conflict.

  • 2

    Pendahuluan

    Pers atau media massa di Indonesia telah memasuki era reformasi, dimana

    era reformasi ini, pers diberikan kebebasan. Kebebasan ini bukan berarti bebas

    menyebarluaskan berita atau informasi apapun, melainkan bebas yang adil dan

    bertanggung jawab sesuai teori sistem pers tanggung jawab sosial yang

    ditulisakkan Siebert, Peterson, dan Schramm bahwa pers harus memberikan

    informasian dengan standar kebenaran, akurasi, objektivitas serta keseimbangan1.

    Pers atau media massa sendiri memiliki peranan umum yaitu mengontrol atau

    mengkritik langkah pemerintah dan memberikan gambaran kepada pemerintah

    mengenai reaksi masyarakat terhadap keputusan yang dibuat oleh pemerintah.

    Seperti yang dikatakan Bernard C. Cohen bahwa beberapa peran yang umum

    dijalankan pers diantaranya sebagai pelapor artinya melaporkan kebijakan-

    kebijakan yang dibuat kepada masyarakat (informer), penafsir yang diartikan

    menafsirkan kebijakan-kebijakan pemerintah atau bahasa yang sulit dipahami

    menjadi bahasa yang dapat dipahami oleh publik (interpreter), wakil dari publik

    dengan kata lain melihat dan melaporkan reaksi publik (representative of the

    public), dan peran jaga yang artinya pengeritik pemerintah (watchdog)2. Melihat

    peran tersebut seharusnya pers atau media massa menjadi alat kontrol sosial dan

    bukan menjadi alat pendukung individu atau kelompok-kelompok tertentu yang

    memiliki kepentingan.

    Di dalam teori sistem pers tanggung jawab sosial mengatakan bahwa pers

    harus menginformasikan dengan standar objektivitas. Objektif merupakan

    penggambaran keadaan sesuai fakta yang jauh dari pendapat diri sendiri. Michael

    Bugeja seorang pengajar jurnalisme di Iowa State berpendapat bahwa objektif

    adalah melihat dunia seperti apa adanya, bukan bagaimana yang anda harapkan3.

    Edi Santoso seorang dosen Ilmu Komunikasi Universitas Soedirman Purwokerto

    berpendapat, objektivitas berita merupakan penyajian berita yang bersifat netral,

    1Nia Kurniati Syam. Sistem Media Massa di Era Reformasi: Perspektif Teori Normatif Media

    Massa. Bandung: MediaTor, 2006. Hal. 73 2Luwi Ishwar. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas, 2007. Hal. 7-8

    3Ibid, Hal. 44

  • 3

    tidak berat sebelah, dan selalu bekerja atas dasar fakta, bukan pandangan atau

    keyakinan pribadi4.

    Namun saat ini, media massa di Indonesia sebagian besar dimiliki oleh

    individu-individu yang memiliki kepentingan politik, sehingga keobjektivisan

    media massa sekarang ini perlu dipertanyakan khususnya ketika media tersebut

    meliput lawan politik dari pemilik media tersebut atau sosok yang mencuri

    perhatian khalayak dan dapat menyenangkan media massa (media darling).

    Seperti halnya Detik.com, yang selalu memberitakan Ahok ketika menjadi

    Gubernur DKI Jakarta hingga puncaknya ketika terjadi konflik antara Ahok

    dengan DPRD DKI Jakarta. Sehubungan dengan itu, peneliti tertarik untuk

    meneliti keobjektivitasan berita konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta pada

    portal berita Detik.com tersebut dengan metode analisis isi. Menurut Holsti,

    metode analisis isi merupakan suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan

    mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara objektif,

    sistematis, dan generalisasi.5 Dengan demikian peneliti akan mengambil

    kesimpulan secara umum dengan melihat karakteristik khusus yang telah

    ditentukan.

    Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

    rumusan masalahnya adalah “Bagaimana objektivitas berita konflik antara Ahok

    dengan DPRD DKI Jakarta pada portal berita Detik.com periode 18 Januari – 31

    Maret 2015?”

    4Edi Santoso. Memaknai Ulang Objektivitas dalam Media Massa (Sebuah Apresiasi pada Praktik

    Jurnalisme Subyektif). Purwokerto: Ilmu Komunikasi Unsoed, 2011. Hal. 2 5Dewan Pers. Menyingkap Profesionalisme Kinerja Surat Kabar di Indonesia. Jakarta: Pusat

    Kajian Media dan Budaya Populer, Dewan Pers, dan Departemen Komunikasi dan Informatika,

    2006. Hal. 33

  • 4

    Tujuan

    Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan

    objektivitas berita konflik antara Ahok dengan DPRD DKI Jakarta pada portal

    berita Detik.com periode 18 Januari – 31 Maret 2015.

    Telaah Pustaka

    1. Teori Sistem Normatif Media Massa

    Terdapat empat teori sistem normatif media massa yang ditemukan

    Siebert, Peterson, dan Schramm yaitu (a) Teori Sistem Pers Otoriter, (b) Teori

    Sistem Pers Bebas, (c) Teori Sistem Pers Tanggung Jawab Sosial, (d) Teori

    Sistem Pers Soviet. Dennis McQuail menambahkan dua teori sistem normatif

    media massa, yaitu (e) Teori Sistem Pers Pembangunan dan (f) Teori Sistem Pers

    Demokratis Partisipan6.

    a) Teori Sistem Pers Otoriter

    Teori ini pada umumnya diterapkan oleh negara yang menggunakan sistem

    politik otoriter, dimana prinsip umum dalam teori pers otoriter ini adalah pers

    dilarang melakukan hal-hal yang dapat merusak wewenang yang berlaku, pers

    harus tunduk kepada penguasa/otoritas kekuasaan, pers harus menghindari

    perbuatan yang menentang nilai-nilai moral dan politik kaum mayoritas,

    penyensoran diberlakukan untuk menerapkan prinsip-prinsip yang dianut,

    kecaman terhadap pemegang kekuasaan/otoritas tidak dibenarkan, wartawan

    dan profesional tidak memiliki independensi dalam organisasi medianya.

    b) Teori Sistem Pers Bebas

    Teori ini diterapkan oleh negara yang menganut sistem demokrasi liberal

    dan reaksi dari adanya sistem pers otoriter. Prinsip yang diterapkan dalam

    teori sistem pers bebas ini adalah tidak ada penyensoran dalam penyiaran,

    setiap orang bebas memiliki media tanpa adanya surat izin, kecaman terhadap

    pemerintah tidak dapat dipidanakan, wartawan memiliki otonomi yang kuat

    profesional yang kuat dalam organisasi medianya.

    6Nia Kurniati Syam. loc.cit. Hal. 72

  • 5

    c) Teori Sistem Pers Tanggung Jawab Sosial

    Teori ini terbentuk karena teori sistem pers bebas dianggap telah

    melenceng dari tujuan kebebasan pers yang sebenarnya dan tidak mampu

    melindungi kepentingan masyarakat. Prinsip yang diterapkan dalan teori ini

    adalah pers harus memenuhi dan menerima kewajiban tertentu kepada

    masyarakat, kewajiban tersebut menyangkut keinformasian dengan standar

    kebenaran, akurasi, objektivitas dan keseimbangan, pers bebas dalam

    melaksanakan tugasnya, pers berisfat plural dan merefleksikan kebhinekaan

    masyarakat dengan menampilkan berbagai sudut pandang dan memberikan

    jaminan hak jawab, pers harus menghindari dari setiap upaya yang mengarah

    pada tindakan kejahatan, merusak tatanan sosial/meyakiti kelompok minoritas,

    masyarakat berhak untuk menuntut standar kinerja yang tinggi dari pers

    sehingga intervensi dibenarkan karena pers merupakan public good, dimana

    wartawan bertanggung jawab terhadap masyarakat, pemilik pers dan pasar.

    d) Teori Sistem Pers Soviet

    Teori sistem pers yang muncul di negara Uni Soviet. Prinsip utama yang

    digunakan adalah pers merupakan kaki tangan penguasa, pihak swasta tidak

    boleh memiliki media, pers harus memberikan pemikiran yang lengkap dan

    objektif megenai masyarakat dan dunia sesuai ajaran Marxisme dan

    Leninisme, masyarakat dapat melakukan sensor dan memberikan hukuman

    utuk mencegah publikasi yang bersifat antisosial.

    e) Teori Sistem Pers Pembangunan

    Teori sistem pers ini muncul pada tahun 60an dan banyak digunakan di

    negara-negara berkembang. Prinsip yang digunakan pada sistem ini adalah

    pers harus menginformasikan tugas-tugas positif pembangunan sesuai

    kebijakan, kebebasan pers dibatasi oleh kebutuhan masyarakat negara

    berkembang dan ekonomi, mengutamakan budaya dan bahasa nasional,

    memprioritaskan informasi dan isi berita tentang negara-negara tetangga,

    wartawan memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan

    tugasnya, pemerintah dapat ikut campur, memberikan batasan dan

    penyensoran demi kepentingan negara.

  • 6

    f) Teori Sistem Pers Demokratis Partisipan

    Teori sistem pers ini banyak diterapkan di negara-negara berkembang

    yang menganut sistem liberal. Prisip dari sistem pers ini adalah setiap orang

    berhak mendapatkan akses terhadap media dan berhak untuk dilayani, media

    tidak tunduk kepada pemerintah, keberadaan media ditujukan untuk

    kepentingan khalayak bukan golongan, setiap individu atau kelompok bebas

    memiliki media, kebutuuhan sosial tertentu yang terkait dengan media tidak

    cukup dikemukakan melalui tuntutan konsumen secara individual ataupun

    negara dan berbagai sasaran utama kelembagaan.

    2. Berita

    Berita adalah informasi terkini mengenai peristiwa yang telah terjadi atau

    belum diketahui sebelumnya7. Menurut Melvin Mencher (2003) berita memiliki

    dua poin dalam definisinya, yaitu berita adalah sebuah informasi tentang jeda dari

    alur normal dari sebuah kegiatan, mengalami masukan yang diharapkan dan

    penyimpangan dari norma. Kedua, berita adalah informasi yang dibutuhkan orang

    untuk berdiskusi untuk hidupnya8.

    Melihat dari dua definisi di atas, berita merupakan pelaporan peristiwa

    yang sedang terjadi berdasarkan fakta yang diolah oleh media agar masyarakat

    mengetahui peristiwa tersebut agar dapat didiskusikan.

    Ada dua kategori berita menurut Sumadiria yakni berita berat (hard news)

    dimana berita ini menyangkut kepentingan orang banyak dalam hubungannya

    dengan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) yang kedua adalah berita ringan

    (soft news) dimana berita ini menyangkut kepentingan sekelompok pembaca

    tertentu atau daerah tertentu dan terkadang tidak terlalu dibutuhkan9.

    Di dalam berita terdapat elemen-elemen yang menjadi dasar sebuah berita.

    Menurut Septiawan Santana ada sepuluh elemen nilai berita, yaitu10

    7Wahyu Wibowo. Menuju Jurnalisme Beretika. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009.

    Hal.13 8Dewan Pers. op.cit. Hal. 7

    9Haris Sumadiria. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feauture. Bandung: Simbiosa

    Rekatama Media, 2006. Hal. 65 10

    Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Hal. 18

  • 7

    a) Immediacy (kesegaran peristiwa)

    b) Proximity (kedekatan peristiwa)

    c) Consequence (mengandung nilai konsekuensi atau dampak)

    d) Conflict (konflik atau peperangan)

    e) Oddity (peristiwa yang jarang terjadi)

    f) Sex (seks)

    g) Human interest (peristiwa yang menarik emosi)

    h) Prominence (orang terkenal)

    i) Suspense (peristiwa yang ditunggu-tunggu)

    j) Progress (perkembangan peristiwa)

    3. Objektivitas Berita

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, objektif adalah mengenai keadaan

    yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pedapat atau pandangan pribadi. Michael

    Bugeja seorang pengajar jurnalisme di Iowa State berpendapat bahwa objektif

    adalah melihat dunia seperti apa adanya, bukan bagaimana yang anda harapkan

    semestinya11

    .

    Sesuatu dikatakan objektif dasarnya adalah adanya fakta yang diungkapkan

    oleh seseorang apakah seseorang itu melihat langsungatau fakta yang dia dapatkan

    itu dari membaca media cetak. Dalam hal ini fakta memilliki dua arti yaitu fakta

    berdasarkan pada apa yang dapat diindra oleh manusia secara langsung dan fakta

    yang dikonstruksikan oleh pikiran seseorang yang dikemukakan pada orang lain12

    .

    Menurut Siahaan, objektivitas berita adalah penyajian berita yang benar,

    tidak memihak, dan berimbang. Objektivitas berita dapat dilihat melalui truth

    (sejauh mana fakta yang disajikan benar atau bias diandalakan), relevansi (sejauh

    mana aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik) dan

    ketidakberpihakan (sejauh mana fakta-fakta yang diberitakan bersifat netral dan

    11

    Luwi Ishwar. op.cit. Hal. 44 12

    Nurudin. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Hal. 76

  • 8

    berimbang)13

    .Sedangkan Edi Santoso seorang dosen Ilmu Komunikasi Universitas

    Soedirman Purwokerto berpendapat, objektivitas berita mensyaraktkan wartawan

    untuk netral, tidak berat sebelah, dan selalu bekerja atas dasar fakta, bukan

    pandangan atau keyakinan pribadi14

    . Dalam pengertian-pengertian di atas,

    objektivitas berita merupakan cara menyajikan sebuah berita yang berdasarkan

    fakta dan jujur secara seimbang tanpa adanya unsur keberpihakan.

    Ada indikator untuk menilai objektivitas sebuah berita yang dituliskan

    oleh Dennis McQuail yaitu faktualitas dan imparsialitas. Faktualitas memiliki dua

    aspek yaitu truth (faktual, akurasi, kelengkapan) dan relevansi. Sedangkan

    imparsialitas juga memiliki dua aspek yaitu balance (cover both sides dan

    proporsional) dan netralitas (non-evaluative dan non-sensational) 15

    .

    Faktual merupakan pemisahan antara fakta dan opini sehingga berita

    tersebut merupakan hasil dari kejadian nyata dan berdasarkan fakta dan tidak

    dibuat-buat atau rekayasa berdasarkan opini pribadi wartawan. Akurasi

    merupakan verifikasi terhadap fakta, relevansi sumber berita dan akurasi

    penyajian sebuah berita yang dapat dilihat melalui cek dan ricek. Kelengkapan

    berita dapat dilihat dari pemuatan 5W + 1H (Who, Where, When, What, Why dan

    How). Relevansi merupakan kesesuaian antara judul dengan isi berita dan

    kesesuaian sumber berita dengan isi berita sehingga menjadikan berita tersebut

    relevan dengan kebutuhan informasi masyarakat.

    Cover both sides merupakan berita yang dapat menampilkan semua sisi,

    tidak memilih sisi tertentu dan tidak menghilangkan sisi lainnya. Porposional

    merupakan memuat dua sisi yang berlawanan secara bersamaan dan porsi dalam

    pemuatannya seimbang (even handed evaluation). Non-evaluative merupakan

    penulisan berita yang tidak memberikan penilaian atau judgement pada salah satu

    sisi. Non-sensational merupakan penulisan berita yang tidak bertele-tele dalam

    menggunakan bahasa dan tidak melebih-lebihkan fakta.

    13

    Ni Ketut Efrata Fransiska. Objektivitas Pemberitaan Peserta Partai Politik Tahun 2009 Dalam

    Periode Kampanye Pemilihan Legislatif di Koran Nasional. Surabaya: Jurnal Ilmiah

    SCRIPTURA, 2009. Hal. 154 14

    Edi Santoso. loc.cit. Hal. 2 15

    Dewan Pers. op.cit. Hal. 10

  • 9

    4. Analisis Isi

    Analisis isi pertama kali dipublikasikan pada tahun 1893 dengan

    megajukan pertanyaan retorik “Apakah surat kabar menyajikan berita?” ketika

    surat kabar di Amerika Serikat lebih memilih menuliskan berita tentang gosip,

    skandal dan olahraga (Speed, 1893). Dengan melakukan pengukuran sederhana

    terhadap ruang kolom surat kabar yang disediakan untuk pokok persoalan

    tertentu, para jurnalis berusaha mengungkap “kebenaran surat kabar” (Street,

    1909) yang hasilnya motif keuntunganlah yang menyebabkan berkembangnya

    “jurnalisme kuning”16

    .

    Krippendorff menyatakan bahwa analisis isi adalah suatu teknik penelitian

    untuk membuat inferensi yang dapat direplikasi dan sahih datanya dengan

    memperhatiakan konteksnya17

    . Sedangkan Berelson mendifinisikan sebagai teknik

    penelitian untuk mendeksripsikan secara objektif, sistematik dan kuantitatif isi

    komunikasi yang tampak18

    .

    Analisis isi merupakan metode riset yang dapat diaplikasikan untuk

    meneliti pesan media19

    . Holsti juga berpendapat, metode analisis isi merupakan

    suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai

    karakteristik khusus suatu pesan secara objektif, sistematis, dan generalisasi.20

    Metodologi

    Penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Seperti yang dikatakan

    Holsti, metode analisis isi merupakan suatu teknik untuk mengambil kesimpulan

    dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara objektif,

    sistematis, dan generalisasi21

    . Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

    semua berita konflik antara Ahok dengan DPRD DKI Jakarta pada portal berita

    16

    Klaus Krippendorff. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Rajawali Pers,

    1991. Hal. 3 17

    Ibid. Hal. 15 18

    Ibid. Hal. 16 19

    Dewan Pers. op.cit. Hal. 32 20

    Ibid. Hal. 33 21

    Dewan Pers. loc.cit. Hal. 33

  • 10

    Detik.com periode 18 Januari – 31 Maret 2015 dengan total 102 berita. Adapaun

    penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak atau random

    sampling (probability sampling) yaitu teknik pengambilan sampel yang

    memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih

    menjadi anggota sampel, karena populasi terlalu besar sehingga perlu menentukan

    sampel dengan rumus Slovin n =N

    1+N(e)2 dimana :

    n = ukuran sampel

    N = ukuran populasi

    e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

    sampelyang masih dapat ditolerir atau diinginkan (penelitik menggunakan 10%)

    n =102

    1 + (102 × (0.1)2)

    Dimana total sampel yang dapat diambil dengan menggunakan rumus

    tersebut berjumlah 50 sampel.

    Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing unit analisis dan

    kategorisasi yang digunakan sebagai pedoman untuk menganalisis penelitian ini.

    a) Faktual (Kejadian nyata yang berdasarkan fakta sebenarnya).

    Faktual terdiri dari dua fakta yaitu fakta sosiologis (fakta yang

    bersumber dari peristiwa atau kejadian nyata tanpa unsure opini) dan

    fakta psikologis (fakta yang bersumber dari pernyataan, penilaian dan

    pendapat seseorang terhadap suatu peristiwa)

    b) Akurasi (Verifikasi terhadap fakta dengan cara cek dan ricek agar

    fakta dapat dikonfirmasi dan teruji kebenarannya)

    Akurasi diukur melalui adanya kegiatan cek dan ricek (jika berita

    mencantumkan narasumber, tempat dan waktu secara jelas) dan tidak

    ada kegiatan cek dan ricek (jika berita tidak mencantumkan

    narasumber, tempat dan waktu secara jelas)

    c) Kelengkapan (Penyertaan unsur 5W + 1H (Who, Where, When,

    What, Why dan How dalam berita).

  • 11

    Berita dikatakan lengkap jika mencantumkan unsur 5W+1H dan

    berita dikatakan tidak lengkap jika tidak mencantumkan salah satu

    unsure 5W+1H

    d) Relevansi (Keterkaitan dan kesesuaian judul, narasumber dan isi

    berita)

    Berita dikatakan relevan jika judul, narasumber dan isi berita

    sesuai dan berkaitan dan berita dikatakan tidak relevan jika judul,

    narasumber dan isi berita tidak sesuai dan tidak berkaitan.

    e) Cover Both Sides (Menampilkan pendapat atau pandangan dari

    berbagai pihak)

    Berita dikatakan multi sisi, jika berita memuat pendapat dari

    berbagai pihak selain dua pihak yang menjadi fokus pemberitaa. Dua

    sisi, jika berita memuat pendapat narasumber dari dua sisi yang

    berlawanan. Satu sisi, jika berita hanya memuat pendapat narasumber

    salah satu sisi saja.

    f) Even Handed Evaluation (Menyajikan evaluasi secara dua sisi baik

    positif maupun negative)

    Berita dikatakan netral jika menyajikan hal positif dan negativf

    pihak-pihak yang diberitakan secara bersamaan dan proporsional.

    Dikatakan positif, jika berita hanya menyajikan hal positif atau pro

    terhadap pihak-pihak yang diberitakan. Dan dikatakan negatif, jika

    berita hanya menyajikan hal negative atau kontra terhadap pihak-pihak

    yang diberitakan

    g) Non-Sensational, jika fakta ditulis apa adanya tidak dilebih-

    lebihkan dengan memainkan kata atau kalimat. Sensational, jika fakta

    ditulis dengan cara melebih-lebihkan dan mempermainkan kata atau

    kalimat pada berita.

    h) Non-Evaluative, jika wartawan tidak mencampurkan fakta dengan

    opini yang mengarah ke penilaian benar atau salahnya salah satu sisi

    atau pihak. Dikatakan Evaluative, jika wartawan mencampurkan fakta

  • 12

    dengan opininya yang mengarah benar atau salahnya salah satu sisi

    atau pihak.

    Sajian dan Analisis Data

    1. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI

    Jakarta berdasarkan Faktual

    Faktual merupakan salah satu aspek dari truth (kebenaran) yang

    berhubungan dengan faktualitas. Faktualitas sendiri merupakan tolak ukur dari

    kualitas sebuah berita. Faktual adalah kejadian nyata yang berdasarkan fakta

    sebenarnya. Faktual terdiri dari dua fakta, yaitu fakta sosiologis dan fakta

    psikologis. Fakta sosiologis merupakan fakta dimana berita bersumber pada

    peristiwa nyata tanpa unsur opini. Sedangkan Fakta Psikologis adalah berita yang

    faktanya berdasarkan opini seseorang terhadap suatu fakta dalam bentuk

    pernyataan, penilaian dan pendapat.

    Tabel 1

    Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD

    DKI Jakarta berdasarkan Faktual

    No Faktual Frekuensi Persentase

    1 Fakta Sosiologis 19 38%

    2 Fakta Psikologis 31 62%

    Jumlah 50 100%

    Sumber: Hasil Koding Data Primer

    Hasil penelitian dari 50 sampel berita, Detik.com cenderung menggunakan

    fakta psikologis dimana faktanya bersumber kepada pendapat atau opini pihak

    tertentu dalam memberitakan suatu peristiwa dan hanya 38% Detik.com

    menggunakan fakta sosiologis dimana fakta berita bersumber berdasarkan

    peristiwa nyata.

    2. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI

    Jakarta berdasarkan Akurasi

    Seperti faktual, akurasi juga termasuk dari unsur truth (kebenaran) sebuah

    berita dan masih berhubungan dengan faktualitas. Akurasi merupakan verifikasi

  • 13

    terhadap fakta, penyajian sebuah berita dan relevansi sumber berita dengan

    melakukan cek dan ricek. Cek dan ricek ini dapat dilakukan dengan cara melihat

    penulisan fakta pada berita adakah kesalahan dan kesesuaian fakta dengan

    narasumber serta isi berita. Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel

    distribusi frekuensi.

    Tabel 2

    Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD

    DKI Jakarta berdasarkan Akurasi

    No Akurasi Frekuensi Persentase

    1 Ada Cek dan Ricek 42 84%

    2 Tidak Ada Cek dan

    Ricek

    8 16%

    Jumlah 50 100%

    Sumber: Hasil Koding Data Primer

    Akurasi berita dapat dilihat dengan melakukan cek dan ricek. Akurasi masuk

    kedalam aspek truth (kebenaran) yang merupakan turunan dari faktualitas guna

    melihat objektivitas menurut Dennis McQuail. Cek dan ricek disini meliputi

    pengecekan penulisan fakta pada berita dan pengecekan sumber berita waktu dan

    lokasi secara jelas. Dari data diatas menunjukan bahwa Detik.com cenderung

    selalu melakukan cek dan ricek dalam beritanya. Hal ini dibuktikan dengan

    persentase adanya cek dan ricek sebesar 84%.

    3. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI

    Jakarta berdasarkan Kelengkapan

    Kelengkapan unsur 5W+1H merupakan salah satu syarat agar tercapainya

    objektivitas pemberitaan. Kelengkpan masih termasuk kedalam aspek truth

    (kebenaran) yang merupakan turunan dari faktualitas guna melihat objektivitas

    menurut McQuail. Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi

    frekuensi.

  • 14

    Tabel 3

    Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD

    DKI Jakarta berdasarkan Kelengkapan

    No Kelengkapan Frekuensi Persentase

    1 Lengkap 44 88%

    2 Tidak Lengkap 6 12%

    Jumlah 50 100%

    Sumber: Hasil Koding Data Primer

    Hasil penelitian menunjukan bahwa Detik.com dalam menyajikan

    informasi-informasi yang dituliskan dalam berita dapat dikatakan lengkap karena

    44 dari 50 sampel berita selalu menyajikan 6 unsur tersebut (5W+1H), dengan

    kata lain Detik.com selalu menyajikan apa yang diliputnya, siapa yang diliputnya,

    kapan peristiwa itu terjadi, dimana peristiwa itu terjadi, mengapa peristiwa itu

    terjadi dan bagaimana persitiwa itu bisa terjadi.

    4. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI

    Jakarta berdasarkan Relevansi

    Relevansi masuk dalam turunan faktualitas dimana faktualitas ini

    menentukan kualitas sebuah berita. Relevan juga termasuk unsur untuk melihat

    objektivitas berita menurut McQuil. Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel

    distribusi frekuensi.

    Tabel 4

    Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD

    DKI Jakarta berdasarkan Relevansi

    No Relevansi Frekuensi Persentase

    1 Relevan 47 94,%

    2 Tidak Relevan 3 6%

    Jumlah 50 100%

    Sumber: Hasil Koding Data Primer

  • 15

    Hasil penelitian dari kategori relevan menunjukan bahwa Detik.com selalu

    menyajikan berita yang relevan. Hal ini dibuktikan dengan 47 (94%) berita

    memuat judul, narasumber dan isi yang saling berhubungan. Hanya 3 berita yang

    tidak menunjukan keberhubungannya.

    5. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI

    Jakarta berdasarkan Cover Both Sides

    Cover both sides merupakan salah satu cara untuk menilai Balance atau

    keberimbangan berita dimana balance ini merupakan turunan dari imparsialitas

    (ketidakberpihakan). Berikut sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi

    frekuensi.

    Tabel 5

    Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD

    DKI Jakarta berdasarkan Cover Both Sides

    No Cover Both Sides Frekuensi Persentase

    1 Satu Sisi 40 80%

    2 Dua Sisi 9 18%

    3 Multi Sisi 1 2%

    Jumlah 50 100%

    Sumber: Hasil Koding Data Primer

    Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Detik.com cenderung hanya satu

    sisi dalam memberitakan konflik antara Ahok dan DPRD DKI Jakarta. Dari 50

    sampel berita hanya ada 9 berita yang meliput dua sisi dan 1 berita yag meliput

    multi sisi.

    6. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI

    Jakarta berdasarkan Even Handed Evaluation

    Even Handed Evaluation merupakan salah satu turunan untuk melihat

    Balance dengan menampilkan sisi positif dan negatifnya. Berikut sajian data yang

    disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

  • 16

    Tabel 6

    Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD

    DKI Jakarta berdasarkan Even Handed Evaluation

    No Even Handed

    Evaluation

    Frekuensi Persentase

    1 Positif 10 20%

    2 Negatif 26 52%

    3 Netral 14 18%

    Jumlah 50 100%

    Sumber: Hasil Koding Data Primer

    Berdasarkan tabel diatas, Detik.com dalam memberitakan lebih sering

    menuliskan hal negative. Hal ini dapat dibuktikan dengan persentase pada kolom

    negatif sebesar 52% atau 26 berita.

    7. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI

    Jakarta berdasarkan Non Sensational

    Non sensational merupakan salah satu turunan untuk melihat netralitas.

    Non sensational adalah penulisan berita berdasarkan fakta yang tidak dilebih-

    lebihkan atau memainkan kata-kata atau kalimat. Berikut sajian data yang

    disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

    Tabel 7

    Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD

    DKI Jakarta berdasarkan Non Sensational

    No Non Sensational Frekuensi Persentase

    1 Non Sensational 46 92%

    2 Sensational 4 8%

    Jumlah 50 100%

    Sumber: Hasil Koding Data Primer

    Berdasarkan penelitian dan tabel di atas, Detik.com menjaga ke

    netralitasannya dengan menuliskan berita yang tidak menggunakan kata atau

    kalimat sensasional. Hal ini dapat dilihat dari tabel bahwa 46 berita masuk

  • 17

    kedalam berita yang non-sensational dan hanya 4 berita yang masuk kedalam

    berita yang sensational.

    8. Penyajian Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan DPRD DKI

    Jakarta berdasarkan Non Evaluative

    Non Evaluative termasuk salah satu turunan untuk menilai netralitas. Non

    evaluative merupakan penulisan berdasarkan fakta tanpa campuran opini yang

    mengarah atau menggiring ke penilaian benar atau salah salah satu pihak. Berikut

    sajian data yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

    Tabel 8

    Distribusi Frekuensi Data Objektivitas Berita Konflik Ahok dengan

    DPRD DKI Jakarta berdasarkan Non Evaluative

    No Non Evaluative Frekuensi Persentase

    1 Non Evaluative 42 84%

    2 Evaluative 8 16%

    Jumlah 50 100%

    Sumber: Hasil Koding Data Primer

    Berdasarkan penelitian dan tabel di atas, Detik.com berusaha tetap

    menjaga kenetralitasannya. Terbukti dengan adanya 42 sampel berita yang masuk

    dalam penilaian non evaluative dan hanya 8 berita yang masuk kedalam penilaian

    berita yang evaluative.

    Kesimpulan

    Dari hasil penelitian di atas, peneliti menemukan bahwa Detik.com dapa

    tmemenuhi dengan baik empat kategori yaitu faktual, akurasi, kelengkapan dan

    relevansi. Empat kategori ini merupakan indikator untuk menilai faktualitas

    sebuah berita.

    Pada kategori cover both sides dan even handed evaluation, Detik.com

    belum dapat memenuhinya meskipunka tegori non-sensational dan non-evaluative

    Detik.com mampu memenuhinya. Cover both sides didominasi oleh peliputan satu

  • 18

    sisi dan even handed evaluation didominasi oleh sisi negatif. Empat kategori

    tersebut merupakan indikator untuk menilai imparsialitas atau ketidakberpihakan.

    Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dari indikator objektivitas

    berita yaitu faktualitas dan imparsialitas, Detik.com mampu memenuhi sisi

    faktualitas namun pada sisi imparsialitas belum dapat terpenuhi karena masih

    banyak ditemukan berita yang hanya meliput satu sudut pandang dan dari sisi

    negatif.

    Saran

    Dari hasil penelitian di atas, peneliti ingin memberikan saran kepada

    Detik.com dimana sebagai portal berita online yang sering diakses oleh rakyat

    Indonesia bahwa Detik.com harus memperhatikan sisi imparsialitas atau

    ketidakberpihakan sebuah bertia agar kredibilitas dan independensi Detik.com

    dapat terjaga. Selain itu menjaga sisi imparsialitas atau ketidakberpihakan ini

    dapat menjaga berita dari bias informasi karena memasukan berbagai narasumber

    yang terkait. Bias informasi ini dapat mempengaruhi opini public, untuk itu

    imparsialitas harus terjaga sesuai dengan teori sistem pers tanggung jawab sosial

    dimana pers yang bebas harus memberikan informasi dengan standar kebenaran,

    akurasi, objektivitas dan keseimbangan.

    Daftar Pustaka

    Dewan Pers. (2006). Menyikap Profesionalisme Kinerja Surat Kabar di

    Indonesia. Jakarta: Pusat Kajian Media dan Budaya Populer, Dewan Pers

    dan Departemen Komunikasi dan Informatika.

    Fransiska, Ni Ketut Efrata. (2009). Objektivitas Pemberitaan Peserta Partai

    Politik Tahun 2009 Dalam Periode Kampanye Pemilihan Legislatif di

    Koran Nasional. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA. Vol. 3. No.2

    Ishwar, Luwi. (2007). Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas.

    Krippendorff, Klaus. (1991). Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi.

    Jakarta: Rajawali Pers.

    Nurudin. (2009). Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: Rajawali Pers.

    Santana, Septiawan. (2005). Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor

    Indonesia.

    Santoso, Edi. (2011). Memaknai Ulang Objektivitas dalam Media Massa (Sebuah

    APresiasi pada Praktik Jurnalisme Subjektif. Jurnal Komunikasi Acta

    diurnA. Vol.7. No. 1.

  • 19

    Sumadiria, Haris. (2005). Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature,

    Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama

    Media.

    Syam, Nia Kurniati. (2006). Sistem Media Massa di Era Reformasi: Persepktif

    Teori Normatif Media Massa. MediaTor. Vol. 7. No. 1.

    Wibowo, Wahyu. (2009). Menuju Jurnalisme Beretika. Jakarta: Kompas Media

    Nusantara.