obesitas

35
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Pada kebanyakan wanita dan pria, obesitas berarti kelebihan berat badan (BB) jauh melebihi berat yang diinginkan. Terkadang kita sering dibuat bingung dengan pengertian obesitas dan overweight, padahal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda. Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga BB seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan) adalah keadaan dimana BB seseorang melebihi BB normal. Obesitas kini mulai diterima sebagai salah satu masalah kesehatan serius di negara-negara berkembang Hal ini terutama karena orang obese cenderung menderita penyakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes melitus, dan jenis kanker tertentu. Kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut meningkat secara drastis terutama untuk Body Mass Index di atas 30.Terdapat sedikit pertentangan terhadap sejauh apa peranan obesitas, apakah menjadi penyebab utama bagi 1

Transcript of obesitas

Page 1: obesitas

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi

setiap orang. Pada kebanyakan wanita dan pria, obesitas berarti kelebihan berat

badan (BB) jauh melebihi berat yang diinginkan.

Terkadang kita sering dibuat bingung dengan pengertian obesitas dan

overweight, padahal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda.

Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang

berlebih, sehingga BB seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan

kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan) adalah keadaan dimana

BB seseorang melebihi BB normal.

Obesitas kini mulai diterima sebagai salah satu masalah kesehatan serius di

negara-negara berkembang Hal ini terutama karena orang obese cenderung

menderita penyakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes melitus, dan jenis kanker

tertentu. Kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut meningkat

secara drastis terutama untuk Body Mass Index di atas 30.Terdapat sedikit

pertentangan terhadap sejauh apa peranan obesitas, apakah menjadi penyebab

utama bagi timbulnya penyakit-penyakit tenrtentu, atau semata-mata hanya

sebagai suatu pertanda atau petunjuk bahwa orang bersangkutan mempunyai

resiko tinggi terhadap penyakit yang bersangkutan. Pandangan mengenai obesitas

sebagai sesuatu yang tidak berbahaya, walau bagaimanapun, sudah tidak dapat

diterima lagi, mengingat bukti-bukti yang telah dikumpulkan selama 10 tahun

terakhir memperlihatkan hal sebaliknya.

B.    Rumusan Masalah

1. Apa definisi obesitas ?

2. Apa saja tipe-tipe obesitas ?

1

Page 2: obesitas

3. Apa gejala-gejala timbulnya obesitas ?

4. Apa penyebab timbulnya obesitas ?

5. Bagaimana cara pengukuran obesitas ?

6. Bagaimana mekanisme terjadinya Obesitas ?

7. Penyakit-penyakit apa saja yang timbul akibat obesitas ?

8. Pemeriksaan diagnosa ?

9. Penatalaksanaan

C.    Tujuan

1. Untuk mengetahui apa definisi dari obesitas.

2. Untuk mengetahui apa-apa saja gejala timbul obesitas.

3. Untuk mengetahui penyebab timbulnya obesitas

4. Untuk mengetahui Penyakit-penyakit apa saja yang timbul akibat obesitas?

5. Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengobatan penyakit obesitas.

2

Page 3: obesitas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.     Pengertian Obesitas

Secara umum dapat dikatakan bahwa kegemukan adalah dampak dari

konsumsi energy yang berlebihan, dimana energy yang berlebihan tersebut dapat

disimpan didalam tubuh sebagai lemak, sehingga akibatnya dari waktu ke waktu

badan akan bertambah berat disamping faktor kelebihan konsumsi energi, faktor

keturunan juga mempunyai andil dalam kegemukan (muchatadi, 2001).

Obesitas adalah refleksi ketidakseimbangan konsumsi dan pengeluaran

energi, penyebabnya ada yang bersifat Eksogenetis dan Endogenous. Penyebab

Eksogenetis misalnya kegemaran makan secara berlebihan terutama makanan

tinggi kalori tanpa diimbangi oleh aktivitas fisik yang cukup sehingga surflus

energinya disimpan sebagai lemak tubuh (khomsan, 2004).

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan

lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh

untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi

lainnya.

Dari segi obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya

ditimbun dalam jaringan supkutan (bawah kulit) sekitar organ tubuh yang kadang

terjadi peluasan kedalam jaringan organnya, dari segi ilmu gizi obesitas,

penimbun trigliseida yang berlebihan di jaringan-jaringan tubuh. Para dokter-

dokter memiliki definisi tersendiri tentang obesitas, di antaranya yaitu:

Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan

Suatu penyakit kronik yang dapat diobati

Suatu penyakit epidemik (mewabah)

Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat

menurunkan kualitas hidup

Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat tinggi

3

Page 4: obesitas

Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure.

Apapun penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah

energi intake atau masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih besar

dibandingkan energi expenditure atau energi yang dikeluarkan.

2.2. Akibat Obesitas

Obesitas juga dapat meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit

menahun seperti:

Penyakit Jantung Koroner

Tekanan Darah Tinggi

Diabetes Melitus (tipe 2

Gangguan Pernapasan

Stroke

2.3.    Tipe-Tipe pada Obesitas

Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu Tipe

obesitas berdasarkan bentuk tubuh dan Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel

lemak.

1. tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh

a. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)

Type seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di

sekitar perut. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe

buah pear (Gynoid),

b. Obesitas tipe buah pear (Gynoid)

Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar

pinggul dan bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.

c. Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)

Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya

terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik

.

4

Page 5: obesitas

2. Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak

a. obesitas Tipe Hyperplastik

Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan

keadaan normal.

b. obesitas Tipe Hypertropik

Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan

keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.

c. obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik

Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal.

Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai

maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang

mengalami hypertropik.

2.4. Patofisiologi Obesitas

Secara umum obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori,

yang diakibatkan asupan energy yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pada bayi

(infant), penumpukan lemak terjadi akibat pemberian makanan pendamping ASI

yang terlalu dini, terutama apabila makanan tersebut memiliki kandungan

karbohidrat, lemak, dan protein yang tinggi. Pada masa anak-anak dan dewasa,

asupan energy bergantung pada diet seseorang.

Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam

bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh

faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor

endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek

genetik (meliputi 10%). Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh

hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan

kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi, dan regulasi sekresi hormon.

Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-

sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen

dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut

bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi)

5

Page 6: obesitas

dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi)

dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal

pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan

faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh

kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal

panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur

penyimpanan dan keseimbangan energi.

Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan

adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran

darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar

menurunkan produksi Neuro Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu

makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan

energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic

center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada

sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya

kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.

Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan

dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral

(neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan sinyal

psikologis. Mekanisme ini dirangsang oleh respon metabolic yang berpusat pada

hipotalamus. Mekanisme neurohumoral ini dapat dibagi menjadi 3 komponen.

a. Sistem Perifer/Sistem Aferen

Merupakan sistem yang menyalurkan sinyal dari berbagai tempat.

Komponen utamanya adalah leptin dan adiponektin (dari jaringan

adiposa), ghrelin (dari lambung), peptide YY (dari ileum dan colon), serta

insulin (dari pankreas).

b. Nukleus Arkuatus dalam hipotalamus

Merupakan sistem yang memproses dan mengintegrasikan sinyal periferal

dan menghasilkan sinyal eferen kepada 2 jenis neuron orde pertama, yaitu

(a) POMC (pro-opiomelanocortin) dan CART (cocaine and amphetamine-

regulated transcripts) neuron, (b) neuropeptida Y (NPY) dan AgRP

6

Page 7: obesitas

(Agouli-relate peptide). Neuron orde pertama ini akan berkomunikasi

dengan neuron orde kedua.

c. Sistem Eferen

Merupakan sistem yang menerima sinyal yang diberikan neuron orde

pertama dari hipotalamus untuk mengontrol asupan makanan dan

penggunaan energi. Hipotalamus juga berkomunikasi dengan otak depan

dan otak tengah untuk mengontrol system saraf otonom.

Neuron POMC dan CART meningkatkan penggunaan energi dan

penurunan berat badan dengan menghailkan MSH (-Melanocyte Stimulating

Hormone), serta mengaktifkan reseptor melanokortin nomor 3 dan 4 (MC3/4R)

sebagai neuron orde ke-2 sebagai efek anoreksigenik. Sedangkan neuron NYP dan

AgRP merangsang lapar (food intake) dan peningkatan berat badan dengan

mengaktifkan reseptor Y1/5 pada neuron orde ke-2nya sebagai efek oreksigenik.

Gambar 1. pengaturan keseimbangan energi. Jaringan lemak menghasilkan sinyal aferen yang mengaktifkan hipotalamus untuk mengatur nafsu makan dan kekentyangan. Sinyal ini mengnurunkan intake makanan dan menghambat siklus anabolik, dan mengaktifkan pemakaian energi dan mengaktifkan siklus katabolik.

7

Page 8: obesitas

Gambar 2. Jalur neurohumoral di hipotalamus yang mengatur kesetimbangan energi. Terlihat POMC dan CART sebagai neuron anoreksigenik, dan serta NPY dan AgRP

sebagai neuron oreksigenik di hipotalamus bagian nukleud arkuatus.

Metode menentukan apakah ada obesitas :

1. Perbandingan berat dengan tabel berat badan yang diinginkan menurut

tinggi

2. Indeks masa tubuh (BMI) > 27,8 untuk laki-laki / 27,3 untuk wanita.

Formula BMI adalah berat (kg) : tinggi (m).

3. Pengukuran lemak supkutan, lipat kulit triseps 18,6 mm untuk laki-laki,

25,1 mm untuk wanita telah dipergunakan sebagai indikator obesitas.

E. Etiologi

1) Genetik : Anak-anak dari orangtua obes cenderung 3-8 kali menjadi obesitas

dibandingkan dari orangtua berat badan normal, walaupun mereka tidak

dibesarkan oleh orangtua kandung.

2) Lingkungan : Pengaruh keluarga (ex: penggunaan makanan sebagai hadiah,

tidak boleh makan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan dipiring

habis). Membantu pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan

obesitas.

8

Page 9: obesitas

3) Psikologi : Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian,

berduka/depresi, dapat merupakan respon terhadap rangsangan dari luar, ex:

Iklan makanan/kenyataan bahwa ini adalah waktu makan.

4) Fisiologi : Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia, dan

ini sering menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan, Ex:

kelainan endokrin / seperti Hipotiroidy bertanggung jawab untuk obesitas.

Adapun penyebab dasarnya faktor etiologi primer dari obesitas adalah

konsumsi kalori yang berlebihan dari energy yang dibutuhkan (mary coutney

moore, 1994).

Kegemukan disebabkan oleh ketidak imbangan kalori yang masuk dibanding

yang keluar. Kalori diperoleh dari makanan sedangkan pengeluarannya

melalui aktivitas tubuh dan olah raga. Kalori terbanyak (60-70%) dipakai oleh

tubuh untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung berdenyut dan fungsi

dasar sel. Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan oleh genetik atau

keturunan. Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat meningkatkan jumlah

penggunaan kalori keseluruhan. 

Jadi ketidak imbangan kalori ini dapat ditentukan oleh faktor keturunan tapi

dipicu oleh pola hidup dan lingkungan. Kebiasaan hidup santai, malas

bergerak, selalu dibantu oleh orang lain (pembantu/supir) atau alat (remote/

handphone/ eskalator/ kendaraan)  dan makan berlebihan akan meningkatkan

asupan dan menurunkan luaran kalori.

2.5. Gejala Obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam

dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan

dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan.

Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan

terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada

siang hari penderita sering merasa ngantuk.

9

Page 10: obesitas

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri

punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul,

lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.

Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif

lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak

dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.

Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan)

di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh

tubuh menggunakan alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-

tempat tertentu menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut

dapat diukur dengan menggunakan meteran. Secara sederhana kegemukan

dapat dihitung dengan menghitung Indeks Massa Tubuh, yaitu membagi berat

badan (kg) dengan tinggi badan dikuadratkan (m2)

Atau IMT =BB/(TBxTB).

.

Perhitungan ini tidak berlaku bagi atlet, ibu hamil dan anak-anak

10

Page 11: obesitas

2.6. Jenis-Jenis Obesitas

Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120%

dari berat badan ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Ada 3 derajat

obesitas yaitu:

a. Ringan 120% - 140% BBI

b. Sedang 141% - 200% BBI

c. Berat/Abnormal >200% BBI

2.7. Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas

Faktor makanan ini merupakan yang terpenting untuk terjadinya

kegemukan baik sebagai penyebab tunggal maupun penyakit lainnya.

Ketidakseimbangan antara masukan kaliori dan pemakaian dapat disebabkan

banyak faktor, antara lain:

1. Aktifitas Fisik

Pada umumnya seseorang yang gemuk kurang aktif daripada seseorang dengan

berat badan normal. Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik

dan mental serta memanfaatkan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar

sepanjang hari. Aktifitas fisik secara teratur yang dilakukan paling sedikit 30

menit/hari. Jika lebih banyak waktu yang dipergunakan untuk beraktifitas fisik,

maka manfaat yang diperoleh juga lebih banyak (admin, 2008).

2. Meningkatnya konsumsi zat gizi (asupan makanan)

Terutama zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan secara

berlebihan, zat gizi ini akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh dan akan

meningkatkan berat badan secara keseluruhan. Adapun zat gizi makro yang dapat

mempengaruhi kenaikan berat badan jika dikonsumsi berlebihan antara lain:

a. Karbohidrat

Karbohidrat memang merupakan peranan penting dalam alam karena

merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya

relative murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi

utama karbohidrat adalah Sumber energi pemberi rasa manis dari

11

Page 12: obesitas

makanan, penghemat protein, mengatur metabolisme lemak, membantu

pengeluaran feces (altemaster, 2003).

Dalam diet seimbang, dianjurkan 50-60 % kebutuhan kalori berasal dari

karbohidrat, kegunaan utama energi. Kegunaan lainnya sebagai energy

cadangan, komponen struktur sel, dan sumber serat (Sayogo, 2006).

b. Protein

Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian terbesar setelah air.

Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu

sama lain dalam ikatan peptide. Protein ini mempunyai fungsi khusus yang

tidak tergantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel

dan jaringan tubuh.

Kebutuhan protein remaja berkisar antara 44-59 gr/hari. Tergantung pada

jenis kelamin dan umur. Protein juga menyuplai sekitar 12-14% asupan

energi selama masa anak dan remaja (Suandi, 2003).

c. Lemak

Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai

sumber energi, lemak juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas

yaitu membantu pengeluaran sisa-sisa pencernaan dan metabolism,

memelihara suhu tubuh dan pelindung organ-organ vital. Depkes RI

menganjurkan untuk mengkonsumsi lemak kurang dari 25% total energi

per hari (Sayogo, 2006).

Faktor-faktor lain dapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:

a. Faktor genetik.

Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab

genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan

dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas.

Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan

pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

12

Page 13: obesitas

b. Faktor lingkungan.

Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi

lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti.

Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang

dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya).

Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat

mengubah pola makan dan aktivitasnya.

c. Faktor psikis.

Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan

makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan

makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.

Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang

menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang

kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

d. Faktor kesehatan.

Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

Hipotiroidisme

Sindroma Cushing

Sindroma Prader-Willi

Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak

makan.

e. Faktor obat-obatan.

Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa

menyebabkan penambahan berat badan.

f. Faktor perkembangan .

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)

menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.

13

Page 14: obesitas

Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak,

bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan

orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat

dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan

cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.

g. Aktivitas fisik.

Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab

utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat

yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit

kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak

dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami

obesitas. Adapun faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam obesitas

adalah gaya hidup dan konsumsi pangan, gaya hidup sendetari (unsur

gerak fisik sangat minim), beban mental (stress) dan lingkungan.

Seseorang dapat dikatakan obesitas jika berat badan pada laki-laki

melebihi 15% dan wanita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut

umurnya. Pada orang yang menderita obesitas, organ-organ tubuh harus

bekerja lebih berat, karena harus membawa kelebihan berat badan yang

tidak memberikan manfaat langsung, dan karena itu akan merasa lebih

gerah.

Resiko Kesehatan yang berhubungan dengan Obesitas.

NO Hal/Tipe Masalah Simtom

1 Kardiovaskuler Hipertensi: Jantung Koroner, vena varicose, sindrom

pickwickian

2 Endokrin dan reproduktif Non-DM (tergantung insulin), Amenore, Infertilitas,

Pre-Eklampsia

3 Gastrointestinal Kolesistitis dan Kolelitiasis, Fatty Liver

4 Psikiatri dan Sosial Diskriminasi

5 Muskuloskeletal & Dermis Osteoarthritis, iritasi, infeksi (lipatan kulit, striae)

6 Keganasan Kanker Kolon, Rectum, Prostat, empedu, Buah dada,

Uterus, Ovarium

14

Page 15: obesitas

2.8. Cara Penanganan Obesitas

Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan

komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen

ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan

berat badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai

menjalani kebiasaan makan yang sehat.

Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh

penderita dan resiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko

kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan

meningkatnya angka BMI :

1. Resiko rendah : BMI < 27

2. Resiko menengah : BMI 27-30

3. Resiko tinggi : BMI 30-35

4. Resiko sangat tinggi : BMI 35-40

5. Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.

Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita

berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita. 1. Penderita dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500

kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan

olah raga.

2. Penderita dengan resiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori

(800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai

olah raga.

3. Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat

anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga.

Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-

unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat

badan :

15

Page 16: obesitas

a. Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan

(vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus

rendah kalori.

b. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat

badan secara perlahan dan stabil.

c. Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan

pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.

d. Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah

penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan

bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus

meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen,

untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya

penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan

perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan

rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan.

2.9. Pengukuran Tingkat Obesitas

a.      Pengukuran Secara Antropometri

1. Body Mass Index (BMI) Body Mass Index (BMI)

Adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan

untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan

berat badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan).

2. RLPP (rasio lingkar pinggang dan pinggul)

Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara lain, yaitu dengan

mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar

pinggang (LP).

Rumus yang digunakan cukup sederhana yaitu : Sebagai patokan, pinggang

berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita

risiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm. Jadi “Jangan

16

Page 17: obesitas

hanya menghitung tinggi badan, berat badan dan IMT saja, lebih baik jika disertai

dengan mengukur lingkar pinggang”.

3. Indeks BROCCA

Salah satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan

indeks Brocca, dengan rumus sebagai berikut:

Bila hasilnya: 90-110% = Berat badan normal 110-120% = Kelebihan berat

badan (Overweight) > 120% = Kegemukan (Obesitas)

3.0.    Penatalaksanaan

Penatalaksanaan obesitas dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:  pengobatan

dasar dan pengobatan terhadap komplikasinya.

Pengobatan Dasar

1. Diet.

Dianjurkan diet dengan rendah kalori tetapi cukup gizi,  ialah 1520

kalori/kg.bb.,dengan komposisi 20% protein, 65% karbohidrat dan 15%

lemak, komposisi tersebut mirip dengan komposisi diet B1 dari Askandar.

Diet yang tak lazim misalnya diet hanya dengan protein saja (tiger diet),

diet tidak makan nasi sama sekali, pada saat sekarang ini tidak sesuai lagi.

2. Olah Raga.

Di samping mempercepat metabolisme, juga dapat membuat kondisi

tubuh lebih segar dan dapat menambah estetika. Olah raga dimaksudkan

agar jumlah kalori yang dikeluarkan tubuh lebih banyak daripada jumlah

kalori yang masuk. Dengan olah raga yang baik akan terjadi peningkatan

metabolisme.

3. Obat-obatan.

Obat-obatan yang banyak digunakan untuk obesitas terdiri dari obat

penahan nafsu makan di antaranya alah golongan amfetamin, obat yang

meningkatkan/mempercepat metabolisme tubuh misalnya preparat tiroid,

obat pemacu keluarnya cairan tubuh misalnya diuretika; pencahar. Namun

obat-obat tersebut bila digunakan dalam jangka panjang akan

17

Page 18: obesitas

menyebabkan efek samping sangat merugikan tubuh. Oleh karena itu

penggunaannya sebaiknya disertai kontrol ketat.

4. Pembedahan.

Operasi jejuno-ileal by-pass dilakukan memotong sebagian usus halus

yang menyerap makanan, tetapi resikonya cukup besar sehingga hal

tersebut harus dilakukan dengan indikasi yang cukup kuat, yaitu apabila

obesitas tak dapat diobati dengan tindakan konservatif. Operasi

pengambilan jaringan lemak (adipektomi), lebih cenderung bersifat

estetika.

18

Page 19: obesitas

Skema di atas merupakan algoritma penanganan obesitas pada dewasa.

Penanganan obesitas tidak memerlukan farmakoterapi selama orang tersebut

mendapatkan hasil yang mencukupi (penurunan berat badan > 0,5 kg perminggu

setelah perubahan gaya hidup). Pilihan obat yang dapat digunakan pun sangat

terbatas karena banyaknya efek samping yang berbahaya dengan konsumsinya.

Secara garis besar ada tiga tahap utama dalam perubahan gaya hidup pasien

obesitas yaitu :

- Peningkatan aktivitas fisik, sehingga pengeluaran energi akan meningkat

juga. Aktivitas fisik ditingkatkan secara gradual bagi pasien obesitas dan

dapat berbentuk dalam berbagai hal, diantaranya berjalan, berkebun, hingga

olahraga tim/individual. Targetnya adalah mengerjakan minimal 30 menit

kegiatan fisik sedang tiap harinya.

19

Page 20: obesitas

- Terapi kebiasaan. Terapi ini dapat membantu perubahan dalam asupan

makanan pasien obesitas. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :

self-monitoring, manajemen stres, dan dukungan sosial. Terapi ini

dimaksudkan pula untuk membantu pasien tersebut beradaptasi dengan

perubahan diet dan aktivitasnya.

- Modifikasi diet. Asupan kalori pasien harus dikurangi sekitar 500-1000 kalori

dari levelnya sekarang, dengan batas terendah adalah asupan 800 kkal/hari.

Umumnya digunakan kisaran 1000-1200 kkal/hari untuk wanita dan 1200-

1600 kkal/hari untuk pria.

Pengobatan terhadap komplikasi

1) Hipertensi

Pada prinsipnya hampir semua peneliti dan para ahli berpendapat bila

berat badan ditumnkan maka tekanan darah akan turun dengan sendirinya. Tetapi

kadang kadang diperlukan juga pengobatan antihipertensi; juga perlu diperhatikan

apakah penderita obesitas menggunakan obat-obat yang dapat meningkatkan

tekanan darahnya.

2) Penyakit Jantung Iskemik

Seperti apa yang telah dibicarakan di atas, obesitas bukan merupakan penyebab

langsung terjadinya penyakit jantung iskemik, tetapi hanya merupakan faktor

resiko saja; Apabila aktivitas fisik dijalankan dengan baik dan teratur maka

kemungkinan terjadinya penyakit jantung iskemik

akan berkurang.

3) Diabetes Melittus

Penderita obes dengan diabetes melitus diberi diit rendah kalori yaitu 15 – 20

kalori/kg bb/hari. Selain itu sering didapatkan kurangnya sensitivitas terhadap

pemberian insulin tetapi responsif terhadap sulfonil urea.

Pemberian insulin harus dengan dosis yang lebih tinggi, kemudian

ditumnkan secara perlahan-lahan. Askandar (1980) menetapkan penumnan dosis

tersebut sebesar 2 unit per kali, disertai peningkatan penggunaan OAD sampai

adekuat.

20

Page 21: obesitas

4) Osteoartrosis

Pada obesitas dengan kelainan sendi (OA), tindakan utama adalah

memberikan diet untuk menurunkan berat badan dengan tujuan mengurangi beban

pada sendi penyangga berat badan; bila nyeri sekali sebaiknya sendi diistirahatkan

dan dilakukan fisioterapi, bila tak teratasi dapat diberikan obat-obatan anti radang

nonsteroid (NSAID), kadang-kadang dapat pula diberikan steroid intra artikuler.

21

Page 22: obesitas

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan

lemak tubuh yang berlebihan. kegemukan adalah dampak dari konsumsi energy

yang berlebihan, dimana energy yang berlebihan tersebut dapat disimpan didalam

tubuh sebagai lemak, sehingga akibatnya dari waktu ke waktu badan akan

bertambah berat disamping faktor kelebihan konsumsi energi, faktor keturunan

juga mempunyai andil dalam kegemukan

3.2. Saran

Untuk  mencegah penyakit ini, maka perlu diseimbangkan antara kelebihan

dan keluaran kalori yang digunakan oleh tubuh.

Untuk para pembaca agar selalu menjaga keseimbangan tubuh sesuai

dengan lingkungan dan aktifitasnya sehari-hari.

ingkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-

orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung

mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang

seimbang, akan mengalami obesitas.

Adapun faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam obesitas adalah gaya

hidup dan konsumsi pangan, gaya hidup sendetari (unsur gerak fisik sangat

minim), beban mental (stress) dan lingkungan.

Seseorang dapat dikatakan obesitas jika berat badan pada laki-laki

melebihi 15%  dan wanita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya.

Pada orang yang menderita obesitas, organ-organ tubuh harus bekerja

lebih berat, karena harus membawa kelebihan berat badan yang tidak memberikan

manfaat langsung, dan karena itu akan merasa lebih gera

22

Page 23: obesitas

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syaiful. 2005. Obesitas dalam Masyarakat.Jakarta: Yudhistira.Ibrahim, Anwar. 2008. Obesitas. Surabaya: Pariwara.Suardi. 2010. Pengertian Obesitas. Diunduh di http://www.pediatrik.com, tanggal

19 September 2013Jodi, M. 2009. Etiologi Obesitas. Diunduh di http://www.infokedokteran.net

tanggal 21 September 2013Tim Webster. 2010. Obesitas. Diunduh di http://www.obesitas.web.id tanggal 20

September 2013.Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.Doengoes, E. M. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”. Edisi 3, EGC :

Jakarta.http:// metro.vivakepnews.com//Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran

UI : Media Aescullapius. NANDA, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2005-2006Wong & Whaley’s. (2002). “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik” Edisi 4,

EGC: Jakarta.Manuaba, I.A. 2004. Dampak Buruk Obesitas.Efendy,Y.H 2004. Tinjauan Sekilas Tentang Obesitas. Jurnal Jurusan Gizi dan

Masyarakat dan Sumber Daya Masyarakat, Vol. 1, No.1, Bogor : Institute PertanianBogor

Barlow, S., dan Dietz, W. (2002). "Obesity Evaluation and Treatment: Expert Committee Recommendations." Pediatrics 102(3):1–11. "Obesitas Evaluasi dan Pengobatan: Rekomendasi Komite Ahli." Pediatrics 102 (3) :1-11.

Ebbeling, Cara B.; Pawlak, Dororta B.; and Ludwig, David S. (2002). "Childhood Obesity: Public-Health Crisis, Common Sense Cure." Lancet 360:473–482. "Anak Obesitas: Masyarakat-Kesehatan Krisis, Cure Common Sense." Lancet 360:473-482.

Wallace SL. Gout, Pseudogout and Osteoarthritis. In : Geriatric Medicine the Treatment of Disease in Elderly. Harris R (ed.) 1982. p. 121-6.

Askandar Tj. Dasar-dasar pengobatan Diabetes Melittus. Simposium pengobatan dan perawatan melittus 1980. Hal 1-22

23