OBESITAS

32
UNIVERSITAS TARUMANAGARA OBESITAS REFRAT MOTYA ALDIARTHI 406127034 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM PERIODE 17 FEBRUARI – 26 APRIL 2014 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEMARANG 1

description

obesitas

Transcript of OBESITAS

17

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

OBESITAS

REFRAT

MOTYA ALDIARTHI406127034

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TARUMANAGARAKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM PERIODE 17 FEBRUARI 26 APRIL 2014

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEMARANG2Universitas Tarumanagara

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

OBESITAS

REFRAT

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk tugas kepaniteraan ilmu penyakit dalam

MOTYA ALDIARTHI406127034

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TARUMANAGARAKEPANITERAAN ILMU PENYAKIT DALAM PERIODE 17 FEBRUARI 26 APRIL 2014

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEMARANG

LEMBAR PENGESAHAN

Nama: Motya AldiarthiNIM: 406127034Fakultas : Kedokteran UmumUniversitas: TarumanagaraTingkat: Program Pendidikan Profesi DokterBidang Pendidikan: Ilmu Penyakit Dalam Periode Kepaniteraan Klinik: 17 Februari 2014 26 April 2014Judul referat: ObesitasDiajukan: Maret 2014Pembimbing: dr. Diana Novitasari, Sp. PD

TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN TANGGAL :

Mengetahui,Ketua SMF Ilmu Penyakit Dalam Pembimbing,BLU RSUD Kota Semarang,

Dr. Pujo Hendriyanto, Sp. PDdr. Diana Novitasari, Sp. PD

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas RahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas refrat ini tepat pada waktunya.Adapun tujuan pembuatan refrat ini adalah untuk melengkapi syarat Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, dengan judul Obesitas .Dalam penyusunan refrat ini saya mendapatkan banyak manfaat untuk meningkatkan pengetahuan saya sebagai dokter di masa yang akan datang, dan saya juga berharap dan bermanfaat bagi pembaca refrat ini.Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada dr. Diana Novitasari, sp.PD atas bimbingannya. Saya sadar walaupun telah menyelesaikan refrat ini secara teliti, namun tidak luput dari kekurangan. Karena itu saran dan kritik yang sangat menunjang sangat saya harapkan. Semoga refrat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Maret 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiKATA PENGANTARiiLEMBAR PENGESAHAN iiiDAFTAR ISIivDAFTAR TABELvDAFTAR GAMBARvi

1. PENDAHULUAN1

2.OBESITAS22.1Definisi dan Klasifikasi Obesitas22.2Epidemiologi22.3Etiologi32.4Patofisiologi Obesitas52.5Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas72.6Obesitas Sentral102.7Lingar Perut pada Obesitas Sentral102.8Management Berat Badan pada Pasien Overweight dan Obesitas112.9Tujuan Penurunan Berat Badan112.10Strategi Penurunan dan Pemeliharaan Berat Badan122.10.1 Terapi Diet122.10.2Aktifitas Fisik132.10.3Terapi Perilaku132.10.4Farmakoterapi132.10.5Terapi Bedah14

3.KESIMPULAN15

DAFTAR PUSTAKA16

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan IMT menurut WHO8Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik9Tabel 3. Nilai Lingkar Pinggang Berdasar Etnis10Tabel 4. Indikasi operasi bariatric16Tabel 5. Kontraindikasi relatif operasi bariatrik16

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengaturan Keseimbangan Energi6Gambar 2. Jalur Neurohumoral di Hipotalamus yang Mengatur Keseimbangan Energi7Gambar 3. Teknik Laparoscopic Adjustable Gatric Banding (LAGB)17Gambar 4. Teknik Roux en Y Gastric Bypass18Gambar 5. Teknik Sleeve Gastrectomy19

vi

BAB IPENDAHULUAN

Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat menggangu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak7.Pada masa kedokteran ilmiah (1500 M hingga sekarang) obesitas dipelajari dengan menggunakan ilmu anatomi, histology, fisiologi, kimia dan biokimia, genetika dan biologi molecular, farmakologi, ilmu syaraf dan kedokteran klinik. Sebelum era ilmiah (awal 1500 M) dilaporkan adanya orang-orag dengan obesitas massif dengan berat badan berkisar antara 280-485 kg.Sauvages dan Cullen pertama kali mencoba melakukan klasifikasi obesitas. Istilah yang dipakai pada saat itu adalah polysarcie. Pada abad ke 19 kata obesitas mulai menggantikan nama-nama sebelumnya seperti, polysacrie, embonpoint dan corpulence.Saat ini kita hidup pada masa dimana berat badan lebih (indeks massa tubuh (IMT) 23-23.9 kg/m2) sudah menjadi epidemic, dengan dugaan bahwa peningkatan prevalensi obesitas akan mencapai 50 % pada tahun 2025 bagi negara-negara maju.

Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang sukar diatasi. Kegagalan para dokter dan spesialis untuk secara sistematis dan efektif mengatasi peningkatan masalah ini, telah membuat masyarakat berpaling pada banyak program yang diiklankan, yang menjanjikan keadaan yang kurang pada tempatnya, karena mengklaim mempunyai efek yang cepat dan menyembuhkan bagi masalah kosmetik yang menakutkan ini. Belum lagi, mass media didominasi oleh iklan pengobatan overweight atau obesitas yang tidak jelas dan kurang memiliki bukti-bukti ilmiah. Saat ini sebenarnya tenaga kesehatan harus bersama-sama lebih tampil dan lebih tahu mengenai regulasi berat badan, mekanisme perkembangan berat badan dan obesitas, dan banyaknya komorbiditas yang berhubungan dengan hamper semua subspesialis. Karena hanya dengan mendalami ini kita dapat melakukan pendekataan komprehensif pengobatan yang efektif bagi obesitas.2Universitas Tarumanagara

1

BAB IIOBESITAS

I. Definisi dan Klasifikasi ObesitasOverweight adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu (Mahan et al., 2000)10.Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan total lemak tubuh >25% pada pria dan >33% pada wanita (Reilly J.J., 2006). Obesitas suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolism energy yang dikendalikan oleh beberapa factor biologic spesifik. Factor genetic diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Secara fisiologi, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adipose sehingga dapat menggangu kesehatan.Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular karena keterkaitannya dengan sindrom metabolic atau sindrom resitensi insulin yang terdiri dari resistensi insulin / hiperinsulinemia, intoleransi glukosa / diabetes mellitus, dislipidemia, hiperinsulinemia, gangguan fibronolisis, hiperfibrinogenemia dan hipertensi.

II. Epidemiologi ObesitasObesitas adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius di seluruh dunia karena berperan dalam meningkatnya morbiditas dan mortalitas (Flegal et al., 2001; Booth et al., 2002). Prevalensi obesitas berbeda-beda di setiap negara, mulai dari 7% di Perancis sampai 32,8% di Brazil (Saw S.M., 2000). Prevalensi obesitas meningkat di setiap negara. Sebagai contoh, di Amerika Serikat prevalensi meningkat dari 12% pada tahun 1991 menjadi 17,8% pada tahun 1998 (Hanley et al., 2001). Obesitas meningkat di setiap negara, pada setiap jenis kelamin, dan pada semua kelompok usia, ras, dan tingkat pendidikan.Saat ini diperkirakan jumlah orang di seluruh dunia dengan IMT 30 kg/m2 2

melebihi 250 juta orang, yaitu sekitar 7 % dari populasi orang dewasa di dunia.Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk di Indonesia7.Pada subyek obesitas, konsentrasi asam lemak bebas, trigleserida, kolesterol LDL dan apoB lebih tinggi dibandingkan orang non-obes dan terdapat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi akibat PJK dan stroke dibandingkan dengan orang non-obes.Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas sentral, sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolic. Sindrom metabolic merupakan satu kelompok kelainan metabolic yang, selain obesitas, meliputi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas trigliserida dan hemostasis, disfungsi endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama merupakan factor resiko utama untuk terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit jantung koroner dan / atau stroke.

III. EtiologiFaktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktor lingkungan maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas (Mahan et al., 2000)10. Faktor lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari keluarga dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas. Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat secara dramatis pada setiap kelompok status sosial ekonomi (Zhang, 2004)13. Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi berjam-jam (Saw S.M., 2000).

10

Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh (Mahan et al., 2000)10.Jika asupan energy melebihi pengeluaran, kelebihan kalori disimpan dalam jaringan lemak. Ada dua komponen terhadap keseimbangan berat badan dan kelainan salah satu sisi terhadap asupan atau pengeluaran yang dapat menyebabkan obesitas.Batas tertentu nafsu makan dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu pusat makan di nucleus ventrolateral hipotalamus (VLH) dan pusat lapar ventromedial hipotalamus (VMH). Korteks serebri menerima sinyal positif dari pusat makan yang merangsang makan dan pusat rasa kenyang mengatur proses ini dengan mengirim impuls-impuls yang menghambat ke pusat makan. Pusat hipotalamus adalah sensitive terhadap katekolamin dan rangsangan beta adrenergic menghambat tingkah laku makan. Hal ini menimbulkan sekurang-kurangnya pemikiran-pemikiran rasional untuk efek anoreksia dari amfetamin7.Kebutuhan kalori harian normal berkisar antara 110-130 kj (27-32 kkal) / kgBB. Kenaikan berat badan yang sering terjadi pada umur pertengahan tampaknya disebabkan oleh aktifitas fisik yang berkurang.Ada tiga komponen utama terhadap pengeluaran energy total dari laju metabolism istirahat, olahraga menginduksi termogenesis, dan respon termik terhadap makanan sirkulasi.Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity) (Vague J., 2006).

Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak tubuh di truncal . Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada truncal, yaitu truncal subcutaneus yang merupakan kompartemen paling umum, intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal (Tchernof A., 2007)11. Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal sebagai android obesity. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah (Boivin et al., 2007)3.Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut gynoid obesity. Tipe obesitas ini berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita (Bergman et al., 2001)2.

IV. Patofisiologi ObesitasSecara umum, obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori, yang diakibatkan asupan energy yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pada bayi (infant), penumpukan lemak terjadi akibat pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini, terutama apabila makanan ini memiliki kandungan karbohidrat, lemak, dan protein yang tinggi. Pada masa anak-anak dan dewasa, asupan energy bergantung pada diet seseorang.Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetic, nutrisi, lingkungan dan sinyal psikologis. Mekanisme dirangsang oleh respon metabolic yeng berpusat pada hipotalamus. Mekanisme neurohumoral ini dapat dibagi menjadi 3 komponen sesuai gambar 1.a. System perifer/ system aferen menyalurkan sinyal dari berbagai tempat, dimana komponen utamanya adalah leptin dan adiponektin ( dari adiposity), ghrelin (dari lambung), peptide YY/PYY (dari ileum dan colon), insulin (pancreas).b. Nukleus arkuatus dari hipotalamus merespon dan mengintegrasikan sinyal peripheral dan menghasilkan sinyal eferen kepada 2 jenis neuron orde pertama, yaitu (a) POMC (pro-opiomelanocortin) dan CART (cocaine and amphetamine-regulated transcripts) neuron, (b) neuropeptida Y (NPY), dan AgRP (Agouli-related peptide). Neuron orde pertama ini akan berkomunikasi dengan neuron orde kedua.

c. System eferen yang menerima sinyal yang diberikan neuron orde pertama dari hipotalamus untuk mengontrol asupan makanan dan penggunaan energy. Hipotalamus juga berkomunikasi dengan otak depan dan tengah untuk mengontrol sistem saraf otonom.

Neuron POMC dan CART meningkatkan penggunaan energy dan penurunan berat badan dengan menghasilkan MSH (-Melanocyte Stimulating Hormone), dan mengaktifkan reseptor melanokortin nomor 3 dan 4 (MC3/4R) sebagai neuron orde ke-2 sebagai efek anoreksigenik. Sedangkan neuron NYP dan AgRP merangsang lapar (food intake) dan peningkatan berat badan dengan mengaktifkan reseptor Y1/5 pada neuron orde ke2nya sebagai efek oreksigenik6.

V. Pengukuran Antropometri sebagai Skreening ObesitasObesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul (Caballero B., 2005)4. Sebuah studi menyatakan bahwa pengukuran lingkar leher dapat digunakan sebagai skreening obesitas yang mudah dan murah (Sjostrom et al., 2001)12. Berikut ini penjelasan masing-masing metode pengukuran antropometri tubuh:a. IMTMetode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT, yaitu BB/TB2 dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam meter (Caballero B., 2005)4. Klasifikasi IMT dapat dilihat pada tabel di bawah ini.Tabel 1, merupakan klasifikasi yag ditetapkan World Health Organization (WHO) , nilai IMT 30 kg/m2 dikatakan sebagi obesitas dan nilai IMT 25-29,9 kg/m2, sebagai Pra Obese 7.

Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasrkan IMT menurut WHO

KlasifikasiIMT (kg/m2)

Berat badan kurang25

Pra-obese25,0-29,9

Obese tingkat I30,0-34,9

Obese tingkat II35,0-39,9

Obese tingkat III>40

Sumber : WHO technical series, 2000

IMT merupakan indicator yang paling sering digunakan dan praktis untuk pengukuran tingkat populasi berat badan lebih dan obese pada orang dewasa. Untuk orang dewasa berumur 20-29, persentil 85 BMI adalah 27,8 untuk laki-laki dan 27,3 untuk perempuan. Saat ini IMT merupakan indicator yang paling bermanfaat untuk menentukan berat badan lebih atau obese. Karena IMT menggunakan ukuran tinggi badan, maka pengukurannya harus dilakukan dengan teliti. IMT dapat diperkirakan jumlah lemak tubuh yang dapat dinilai dengan menimbang di bawah air (r2 = 79%) dengan kemudian melakukan koreksi terhadap umur dan jenis kelamin. Bila melakukan penilaian, perlu diperhatikan akan adanya perbedaan individu dan etnik. Meskipun berat badan relative dan BMI berhubungan dengan derajat jaringan lemak, kelebihan berat badan dapat berupa otot atau jaringan lemak. Penilaian ketebalan lipatan kulit berbagai daerah tubuh bersama dengan berat badan, tinggi badan, dan umur dapat digunakan untuk menilai derajat lemak. Lipatan kulit trisep dan subskapula merupakan tempat yang paling umum dinilai.

Hubungan antara lemak dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan proporsi tubuh, sehingga dengan demikian IMT belum tentu memberikan kegemukan yang sama bagi semua populasi. IMT dapat memberikan kesan yang umum mengenai derajat kegemukan yang sama bagi semua populasi, terutama pada kelompok usia lanjut dan pada atlit dengan banyak otot. IMT dapat memberikan gambaran yang tidak sesuai mengenai keadaan obesitas karena variasi lean body mass.Meta-analisis beberapa kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender yang sama, menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi 1,3 kg/m2 dan etnik Polinesia memiliki IMT lebih tinggi 4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik Kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT pada bangsa Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand adalah 1,9,4,6,3,2 dan 2,9 kg/m2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal itu memperlihatkan adanya nilai cutoff IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu. Wilayah Asia Pasifik pada saat ini telah mengusulkan criteria dan klasifikasi obesitas sendiri.Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik 7

KlasifikasiIMT (kg/m2)Resiko ko-morbiditas

Lingkar perut

90

Wanita >80

ChinaPria >90Wanita >80

JepangPria >85Wanita >90

Amerika Tengah dan SelatanGunakan rekomendasi Asia Selatan hingga tersedia data spesifik

Sub-Sahara AfrikaGunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik

Timur TengahGunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik

Sumber : IDF, 2005

c. Lingkar LeherLingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah untuk skreening individu dengan obesitas (Liubov et al., 2001). Lingkar leher sebagai index untuk obesitas tubuh bagian atas merupakan salah satu prediktor terjadinya penyakit kardiovaskuler (Sjostrom et al., 2001). The North Association for The Study of Obesity menyatakan bahwa dari uji statistik, koefisien korelasi pearson menunjukkan hubungan erat antara lingkar leher dengan IMT (laki-laki, r=0,83; perempuan, r=0,71; masing-masing, p88 cm pada perempuan, berhubungan dengan peningkatan substansial resiko obesitas da komplikasi metabolic. Sedangkan Asia Pasifik memakai ukuran lingkar pinggang laki-laki 90 cm dan perempuan 80 cm sebagai batasan7.

Walaupun IMT 60 -50. Posisi antecolic cabang roux sering dikaikan dengan rendahnya kejadian hernia internl yang menyebabkan obstruksi. Belum ada data yang lengkap untuk mengkonfirmasi ukuran gastrojejunostomy berhubungan dengan penurunan berat badan. Anastomosis gastrojejunal dapat di lakukan denganberbagai cara, staples kecil melingkar (o 21mm dan 25 mm) di kaitkan dengan tingginya insidens stenosis post op di bandingkan linear stapling.Gambar 4. Teknik Roux en Y gastric bypass4

SLEEVE GASTRECTOMYDilakukan reseksi lambung yang dimana istilahnya adalah sleeve gastrectomy, merupakan operasi adaptasi dari DS yang merupakan tahap pertama dari modifikasi sebagai operasi initial dari pasien dengan resiko tinggi. Setelah pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan pada prosedur SG, pasien akan dilanjutkan prosedur DS sisanya. Mortalitas pasien menurun dengan adanya operasi 2 tahap ini. Banyak ahli bedah lainnya sekarang menggunakan SG sebagai operasi penurunan berat badan primer. SG dilakukan secara laparoskopi dalam sebagian kejadian. Penempatan tim bedah juga mirip dengan LRYGB, penempatan port juga sesuai namun sudutnya bisa di atur lebih baik dalam penempatan stapler sepanjang kurvatura minor lambung. Setelah retraktor hepar di tempatkan, operasi dimulai dengan penempatan bougie 32F oleh ahli anestesi. Bougie di tempatkan sejajar sepanjang kurvatura minor lambung dan digunakan untuk ukuran sleeve. Ahli bedah kemudian melakukan reseksi lambung sepanjang cuvatura minor menggunakan pisau bedah harmonic. Dimulai 2-3 cm proximal pylorus dan terus ke angle of HIS. Stapler awlanya di lengkapi dengan cartridge hijau karena ketebalan dinding lambung di daerah ini. Lalu stapler di tembakan berulang ke angle of HIS, lalu setelah penembakan pertama atau kedua di tempatkan dilator sepanjang kurvatura minor untuk membatasi diameter kantung. Hal ini dilakukan terus sepanjanng lambung, kemudian spesien dimasukan kedalam bag dan garis staple di periksa intergritas dan hemostasisnya.Gambar 5. Teknik Sleeve gastrectomy4

BAB IIIKESIMPULAN

Istilah overweight atau obesitas mengandung arti jaringan lemak yang berlebihan, tetapi arti dari berlebihan sulit untuk dijabarkan. Disamping pertimbangan estetika, obesitas merupakan kelebihan lemak yang memberikan resiko kesehatan.Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktor lingkungan maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas. Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh. Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi berjam-jam.Tipe obesitas menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity)Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul, dan pengukuran lingkar leher.Terapi penurunan berat badan sukses meliputi empat pilar, yaitu diet rendah kalori, aktivitas fisik, perubahan perilaku, obat-obatan, dan bedah.

2

DAFTAR PUSTAKA

1. Bell, Ge K., Popkin B.M. 2001. Weight gain and its predictors in Chinese adults. Int J nationed Metabolism Disorder. 25:1079-1086.2. Bergman, Van C., Mittelman S.D. 2001. Central role of adipocytes in metabolic syndrome. J Investig Med. 49:119-126.3. Boivin, Brochu, Marceau P. 2007. Regional differences in adipose tissue metabolism in obese men. Metabolism. 56:533-540.4. Brunicardi, F. Charles; Andersen, Dana.K; dkk the surgical mangemen of obesity in Schwartz priciples of surgery ed.9 . USA. 2010. The McGraw-Hill companies,Inc.5. Caballero B. 2005. Nutrition Paradox-underweight and obesity in developingcountries. N Engl. J. Med. 352:1514-1516.6. Grundy S.M. 2006. Metabolic syndrome: connecting and reconceiling cardiovaskuler and diabetes world. J Am Coll Cardiol. 47:1093-1110.7. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease. 8th ed. Philadelphia : Saunders, An imprint of Elsevier Inc. 2010 : 438-442.8. Sugondo Sidarta. Obesitas. Dalam : Sudoyo.A, Setoyohadi.B, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III, edisi ke-5, Jakarta, Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 2009 : 1973-82.9. Liubov, Cikim S., Vakur A., Neze O. 2001. The relationship betwen neck circumference and body fat ratio in Turkish women. Department of Endocrinology and Metabolism, Turkey.10. Liubov, Sohar E., Laor A., 2001. Neck circumference as s simple screening measure for identifying overweight and obese Patients. The North Association for The Study of Obesity. 470:477.11. Mahan, Adair, Popkin B.M. 2002. Ethnic differences in the association betwen body mass index and hypertension. Am J Epidemiology. 155:346-353.12. Tchernof. 2007. Visceral adipocytes and the metabolic syndrome. Nutrition Reviews. 24:29-6.13. Sjostrom, CD, Lassner. 2001. Relationship betwen changes in body composition and changes in cardiovasculer risk factors: the SOS Intervention Study: Sweedish obese subjects. Obes Res. 5:519535.

22

14. Zhang. 2004. Trends in the association betwen obesity sosioeconomic status in US adults. Obesity Research. 12:1622-1632.