obat trombolitik
-
Upload
adedani-nuraini -
Category
Documents
-
view
788 -
download
2
Transcript of obat trombolitik
Penggunaan Alteplase (Recombinant Tissue Plasminogen Activator (rt-PA))
pada terapi Acute Ischemic Stroke
Stroke merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh dunia, setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker. Secara umum, stroke dapat dibedakan menjadi ischemic
dan hemorrhage. Penanganan stroke ischemic pada reperfusi awal (onset simptom
kurang dari tiga jam) dengan tissue plasminogen activator (tPA) telah terbukti dapat
menurunkan resiko kecatatan akibat stroke ischemic. Sedangkan penggunaan
antiplatelet digunakan sebagai pencegahan sekunder pada stroke ischemic. Penurunan
tekanan darah pada periode stroke akut (tujuh hari pertama) dapat menurunkan aliran
darah pada serebral dan menurunkan perburukan simptom.
sasaran terapi :
Pembuluh darah yang mengalami sumbatan (stroke ischemic) dan menghentikan
pendarahan yang terjadi pada pembuluh darah (stroke hemorrhage).
Tujuan terapi :
Tujuan terapi pada ischemic stroke akut adalah mengurangi terjadinya kerusakan
neurologi dan menurunkan resiko kematian serta kecacatan seumur hidup. Mencegah
terjadinya komplikasi sekunder pada organ gerak dan cacat neurologic serta untuk
mencegah terjadinya stroke berulang.
Strategi terapi :
Pendekatan pertama yang dilakukan pada pasien yang diduga mengalami stroke akut
adalah memastikan bahwa pasien telah mendapatkan bantuan pada pernafasan dan
kerja jantung serta segera lakukan determinasi dengan menggunkan CT scan untuk
menentukan penyebabnya. Pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah, tidak
perlu diterapi terlabih dahulu asalkan tekanan darah tidak mencapai 200/120mmHg
atau mempunyai riwayat acute myocardial infarction (AMI), pulmonary edema,
hypertensive encephalopathy. Jika tekanan darah diterapi, maka gunakan senyawa
parenteral , short-acting (labetalol, niordipine, dan nitroprusside).
NON-FARMAKOLOGIS :
Jika terjadi infarction yang lebar, bias digunakan craniectomy untuk membebaskan
(menurunkan) peningkatam tekanan. Pada beberapa kasus cerebral infraction dengan
peningkatan yang cukup signifikan, maka dapat dilakukan operasi decompressi.
FARMAKOLOGIS :
Pada dasarnya hanya ada dua jenis senyawa farmakologis (obat) yang
direkomendasikan dengan level rekomendasi A, yaitu recombinant tissue plasminogen
activator (rtPA) pada 3 jam onset dan aspirin ada 48 jam.
1. Alteplase (recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA))
Indikasi : terapi trombolitik pada myocardial infraction akut dan pada massive
pulmonary embolism akut dengan haemodynamic instability. Terapi pada ischemic
stroke akut. Terapi harus dilakukan selama tiga (3) jam onset terjadinya simptom dan
setelah dipastikan tidak mengalami intracranial hemorrage stroke dengan CT scan.
Kontra Indikasi : sama halnya dengan senyawa trombolitik, rtPA tidak boleh digunakan
pada pasien yang mengalami resiko tinggi haemorhage, pasien yang menerima
antikoagulan oral (warfarin), menunjukkan atau mengalami perburukan pendarahan,
punya riwayat stroke atau kerusakan susunan saraf pusat, Haemorhage retinopathy,
sedang mengalami trauma pada external jantung (<10 hari), arterial hipertensi yang
tidak terkontrol, adanya infeksi bakteri endocarditis, pericarditis, pancreatitis akut,
punya riwayat ulcerative gastrointestinal disease selama 3 bulan terakhir, oesophageal
varicosis, arterial aneurisms, arterial/venous malformation, neoplasm dengan
peningkatan resiko pendarahan, pasien gangguan hati parah termasuk sirosis hati,
portal hypertension (oesophageal varices) dan hepatitis aktif, setelah operasi besar
atau mengalami trauma yang signifikan pada 10 hari, pendarahan cerebral, punya
riwayat cerebrovascular disease, intracranial neoplasm, arteriovenous malformation,
pendarahan internal aktif.
Dosis : dosis yang direkomendasikan 0,9mg/kg (dosis maksimal 90 mg) secara infusi
selama 60 menit dan 10% dari total dosis diberikan secara bolus selama 1 menit.
Pemasukan dosis 0,09 mg/kg (10% dari dosis 0,9mg/kg) secara iv bolus selama 1
menit, diikuti dengan 0,81 mg/kg (90% dari dosis 0,9mg/kg) sebagai kelanjutan infus
selama lebih dari 60 menit. Heparin tidak boleh dimulai selama 24 jam atau lebih
setelah penggunaan alteplase pada terapi stroke.
Aturan Pakai : diberikan sesegera mungkin dalam 3 jam onset simptom.
Efek Samping :
1% sampai 10% : kardiovaskular (hipotensi), susunan saraf pusat (demam),
dermatologi (memerah(1%)), gastrointestinal (GI hemorrhage (5%), nausea, vomiting),
hemotologi (pendarahan mayor (0,5%), pendarahan minor (7%)), reaksi alergi
(anaphylaxis, urticaria(0,02%), intracranial haemorrhage (0,4% sampai 0,87%, jika
dosis ≤ 100mg)
Faktor Resiko :
a. Kehamilan; Berdasarkan Drug Information Handbook menyatakan Alteplase
termasuk dalam kategori C. Maksudnya adalah pada penelitian dengan hewan uji
terbukti terjadi adverse event pada fetus ( teratogenik atau efek embriocidal) tetapi
tidak ada kontrol penelitian pada wanita atau penelitian pada hewan uji dan wanita
pada saat yang bersamaan. Obat dapat diberikan jika terdapat kepastian bahwa
pertimbangan manfaat lebih besar daripada resiko pada janin.
Pada BNF disebutkan bahwa Alteplase berpeluang menyebabkan pemisahan prematur
plasenta pada 18 minggu pertama. Secara teoritis bisa menyebabkan fetal
haemorrhage selama kehamilan, dan hindarkan penggunaannya selama postpartum.
b. Gangguan hati; hindari penggunaannya pada pasien gangguan hati parah.
Bentuk Sediaan : injeksi, serbuk kering.
Nama Generik : Alteplase.
Nama Dagang : Actylise® (Boehringer Ingelheim) serbuk injeksi 50mg/vial
Catatan : karakteristik pasien yang dapat diterapi dengan Alteplase (rt-PA) :
1. Terdiagnosis ischemic stroke.
2. Tanda-tanda neurologis tidak bisa terlihat jelas secara spontan.
3. Simptom stroke tidak mengarah pada subarachnoid hemorrhage.
4. Onset simptom kurang dari 3 jam sebelum dimulai terapi dengan Alteplase.
5. Tidak mengalami trauma kepala dalam 3 bulan terakhir.
6. Tidak mengalami myocardial infarction dalam 3 bulan terakhir.
7. Tidak terjadi gastrointestinal hemorrhage atau hemorrhage pada saluran kencing
dalam 21 hari terakhir.
8. Tidak melakukan operasi besar dalam 14 hari terakhir.
9. Tidak mengalami arterial puncture pada tempat-tempat tertentu dalam 7 hari
terakhir.
10. Tidak mempunyai riwayat intracranial hemorrhage.
11. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah (sistolik kurang dari 185 mmHg dan
diastolik kurang dari 110 mmHg).
12. Tidak terbukti mengalami pendarahan aktif atau trauma akut selama pemeriksaan.
13. Tidak sedang atau pernah mengkonsumsi antikoagulan oral, INR 100 000 mm3.
16. Kadar glukosa darah >50 mg/dL (2.7 mmol/L).
17. Tidak mengalami kejang yang disertai dengan gangguan neurologi postictal
residual.
18. Hasil CT scan tidak menunjukkan terjadinya multilobar infarction (hypodensity
kurang dari 1/3 cerebral hemisphere).
2. Acetylsalicylic Acid
Indikasi : analgesik antipiretik, antiinflamasi, myocardial infraction, stroke akut,
pencegahan pre-eklamsia dan stroke.
Kontra Indikasi : hipersensitif pada salisilat ataupun NSAIDs, asthma, rhinitis, nasal
polyps, mempunyai riwayat pendarahan (kelainan bawaan), penggunaan pada anak
(<16 tahun) dengan infeksi viral dan kehamilan (khususnya trimester ketiga).
Dosis : khusus untuk stroke akut
Drug Information Handbook : 160-325 mg/hari dimulai dalam 48 jam (pada pasien
yang tidak terdiagnosis thrombolitik atau tidak menerima antikoagulan sistemik).
Aturan Pakai : digunakan satu kali sehari dimulai dalam 48 jam setelah onset stroke
dan dilanjutkan selama 2 minggu atau sampai dihentikan (kurang lebih 6 bulan,
dengan maksud untuk mencegah terjadinya stroke berulang). Asetosal dapat diberikan
24 jam setelah pemberian Alteplase.
Efek Samping : bronchospasm; gastro-intestinal haemorrhage dan haemorrhage di
tempat lain.
Faktor Resiko :
a. Ibu Menyusui, hindari penggunaannya – beresiko menyebabkan Reye’s syndrome;
penggunaan berulang dengan dosis tinggi dapat mengganggu fungsi platelet dan
pembentukan hypoprothrombinaemia pada bayi jika saat lahir mengalami kekurangan
vitamin K.
b. Kehamilan; penggunaannya berbahaya pada trimester ketiga karena dapat
menyebabkan kerusakan fungsi platelet dan beresiko menimbulkan haemorrhage,
penundaan onset dan durasi proses melahirkan dengan peningkatan kehilangan darah;
penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan penutupan fetal ductus arteriosus in
utero dan memungkinkan terjadinya hipertensi pulmonary menetap pada bayi baru
lahir, dan menyebabkan kernicterus pada neonates.
c. Gagal ginjal; hindari; dapat memicu terjadinya retensi natrium dan air,
memperbukur kerja ginjal, meningkatkan resiko pendarahan gastro-intestinal.
d. Gangguan fungsi hati; hindari penggunaannya pada kondisi gangguan hati parah,
karena dapat meningkatkan resiko pendarahan gastro-intestinal.
Bentuk Sediaan : tablet dan tablet kunyah
Nama Generik : Asetosal
Nama Dagang : Ascardia® (tablet), Restor® (tablet), Trombo Aspilet® (tablet),
Aptor® (tablet), Aspimec® (tablet), Aspilet® (tablet kunyah), Cardio Aspirin® (tablet),
Astika® (tablet), Procardin® (tablet).
Obat-obat Trombolitik14 April 2012 — Prima Almazini
2 Votes
Terapi trombolitik
Obat-obat trombolitik digunakan untuk melarutkan gumpalan darah (trombi). Gumpalan darah dapat
terbentuk pada semua pembuluh darah, namun ketika terbentuk di pembuluh darah koroner, serebral
atau pulmonal, akan mengancam hidup, trombi koroner dapat menyebabkan infark miokard, trombi
pembuluh darah serebral dapat menyebabkan stroke, tromboemboli pulmoner dapat menyebabkan
gagal jantung dan gagal napas. Oleh karena itu, penting untuk mendiagnosis cepat dan menangani
gumpalan darah.
Mekanisme Thrombolisis
Obat trombolitik melarutkan gumpalan darah dengan mengaktifkan plasminogen yang membentuk
produk yang disebut plasmin. Plasmin adalah enzim penghancur protein yang dapat memutuskan
ikatan antara molekul fibrin, yang menyusun gumpalan darah. Karena mekanisme ini, obat trombolitik
disebut juga ‘aktivator plasminogen’ dan ’obat fibrinolitik’.
Ada tiga kelas utama obat fibrinolitik, yaitu Aktivator Plasminogen Jaringan (tPA), Streptokinase (SK),
dan Urokinase (UK). Meskipun obat-obat ini dapat melarutkan gumpalan darah namun berbeda dalam
mekanismenya.
Gambar di atas menggambarkan mekanisme fibrinolitik tPA dan SK. Turunan tPA adalah obat
trombolitik yang paling sering digunakan terutama untuk gumpalan darah di koroner dan pembuluh
darah serebral, karena kekhususannya mengaktifkan plasminogen yang terikat di fibrin. Mekanisme
tPA menghancurkan gumpalan yaitu tPA terikat ke fibrin di permukaan gumpalan darah, mengaktivasi
plasminogen yang terikat ke fibrin. Plasmin dilepaskan dari plasminogen yang terikat fibrin, kemudian
molekul fibrin dihancurkan oleh plasmin dan gumpalan terlarut.
Plasmin adalah protease yang dapat menghancurkan molekul fibrin, sehingga dapat melarutkan
gumpalan. Namun, penting dicatat bahwa plasmin juga menghancurkan protein sistemik lain termasuk
fibrinogen. Namun karena spesifitas fibrin yang dihancurkan oleh tPA, pelarutan gumpalan dari
fibrinogen sirkulasi lebih sedikit daripada SK dan UK. Meskipun tPA cenderung selektif untuk
plasminogen yang terikat pada fibrin, tPA mengaktifkan plasminogen sirkulasi dengan melepaskan
plasmin yang menyebabkan penghancuran fibrinogen sirkulasi dan menimbulkan keadaan fibrinolitik
sistemik. Dalam keadaan normal, α2-antiplasmin yang bersirkulasi dalam darah menginaktifkan
plasmin tetapi dosis terapetik tPA dan SK menyebabkan pembentukan plasmin berkurang untuk
mengatasi konsentrasi α2-antiplasmin yang bersirkulasi. Secara ringkas, meskipun tPA relatif selektif
bekerja pada fibrin gumpalan darah, tetapi dapat memicu keadaan lisis sistemik dan perdarahan yang
tidak diharapkan.
SK bukan protease dan tidak memiliki aktivitas enzimatik, namun membentuk kompleks dengan
plasminogen yang melepaskan plasmin. Berbeda dengan tPA, SK tidak terikat terutama pada fibrin
gumpalan darah dan oleh karena itu terikat secara seimbang pada plasminogen yang bersirkulasi
maupun yang tidak bersirkulasi. Oleh karena itu, SK memproduksi fibrigenolisis dan fibrinolisis
gumpalan signifikan. Karena alasan ini, tPA lebih disukai sebagai agen trombolitik daripada SK,
terutama untuk melarutkan gumpalan di koroner dan pembuluh darah serebral. Karena SK dibuat dari
streptococci, pasien yang memiliki riwayat infeksi streptococci membutuhkan dosis SK yang lebih
tinggi untuk memproduksi trombolisis.
Penting dicatat bahwa efektivitas obat trombolitik bergantung pada umur gumpalan. Gumpalan yang
lebih lama memiliki fibrin yang berhubungan silang dan lebih padat. Oleh karena itu, gumpalan lebih
sulit dilarutkan. Untuk mengobati infark miokardial akut, obat trombolitik idealnya diberikan dalam 2
jam pertama. Lebih dari itu, efektivitasnya berkurang dan dosis yang lebih tinggi dibutuhkan untuk
mencapai lisis yang diharapkan.
Obat Thrombolitik Spesifik
Aktivator Plasminogen Jaringan
Kelompok obat trombolitik digunakan pada infark miokardial akut, stroke thrombotik serebrovaskular
dan embolisme pulmoner. Untuk infark miokardial akut, aktivator plasminogen jaringan secara umum
lebih disukai dari streptokinase.
Alteplase (Activase®; rtPA) adalah bentuk rekombinan dari tPA manusia. Alteplase memiliki waktu
paruh pendek (5 menit) dan oleh karena itu diberikan secara bolus intravena diikuti dengan infus.
Retaplase (Retavase®) dibuat secara genetik, turunan yang lebih kecil dari tPA rekombinan yang telah
ditingkatkan potensinya dan bekerja lebih cepat dari rTPA. Retaplase biasanya diberikan sebagai
injeksi bolus IV. Retaplase digunakan pada infark miokardial akut dan embolisme paru.
Tenecteplase (TNK-tPA) memiliki waktu paruh yang lebih panjang dan afinitas ikatan yang lebih besar
untuk fibrin daripada rTPA. Karena kwatu paruh yang lebih panjang, dapat diberikan secara IV bolus.
TNK-TPA hanya digunakan pada infark miokardial akut.
Streptokinase
Streptokinase dan anistreplase digunakan pada infark miokardial akut, thrombosis vena dan aterial,
dan embolisme paru. Ikatan ini antigenik karena diturunkan dari bakteri streptokokus.
Streptokinase alami (SK) bekerja kurang spesifik sehingga kurang diminati sebagai obat trombolitik
daripada tPA karena menyebabkan banyak fibrigenolisis.
Anistreplase (Eminase) adalah kompleks SK dan plasminogen. Anistreplase lebih memiliki spesifitas
bekerja pada fibrin dan aktivitas yang lebih lama daripada SK alami. Namun, menyebabkan
fibrigenolisis.
Urokinase
Urokinase (Abbokinase®; UK) aktivator plasminogen tipe urine (uPA) karena dibentuk di ginjal dan
ditemukan di urine. Urokinase jarang digunakan karena seperti SK, UK menyebabkan fibrigenolisis.
Satu kelebihan UK dari SK adalah nonantigenik.
Efek samping dan Kontraindikasi
Efek samping dari semua obat trombolitik adalah komplikasi perdarahan yang disebabkan
fibrigenolisis sistemik dan lisis sumbatan hemostatik normal. Perdarahan sering terjadi pada tempat
kateterisasi, meskipun perdarahan gastrointestinal dan otak pun dapat terjadi. Oleh karena itu, pasien
yang pernah mengalami trauma atau yang memiliki riwayat stroke perdarahan serebral biasanya tidak
diberi trombolitik. Retrombolisis biasanya terjadi mengikuti trombolisis dan oleh karena itu
antikoagulan seperti heparin biasanya diberikan bersamaan dan dilanjutkan setelah trombolitik untuk
beberapa waktu.
terapi trombolitik
1. DEFENISI
Tromboembolisme ( oklusi suatu arteri atau vena karena thrombus atau emboli ) menyebabkan iskemia ( kurang aliran darah ) yang mengakibatkan jaringan nekrosis (mati) di bagian distal dari area obstruksi. Perlu kira-kira 1 sampai 2 minggu untuk bekuan darah dapat berdisintegrasi dengan mekanisme fibrolitik natural. Jika trombus atau emboli baru dapat dilarutkan lebih cepat maka jaringan nekrosis yang terjadi hanya minimal dan aliran darah dapat kembali berfungsi lebih cepat. Inilah dasar dari terapi trombolitik.
Terapi trombolitik adalah terapi klinis yang ditujukan untuk reperfusi jaringan miokardium dengan memperbaiki aliran darah pada pembuluh darah yang tersumbat. Bekuan darah yang terdapat dalam pembuluh darah akan mengganggu aliran darah ke bagian tubuh yang dialiri oleh pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan suatu kerusakan serius pada bagian-bagian tubuh. Jika bekuan terdapat pada arteri yang memasok darah ke jantung, maka dapat menyebabkan serangan jantung. Jika bekuan terdapat pada aliran darah ke otak, maka dapat terjadi stroke. Terapi trombolitik digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang akan mengancam kehidupan jika tidak segera diatasi.
Istilah Sindrom Koroner Akut (SKA) banyak digunakan saat ini untukmenggambarkan kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner. SKA merupakan satu sindrom yang terdiri dari beberapa penyakitkoroner yaitu, angina tak stabil (unstable angina), infark miokard non-elevasi ST, infark miokard dengan elevasi ST, maupun angina pektorispasca infark atau pasca tindakan intervensi koroner perkutan. Alasan rasional menyatukan semua penyakit itu dalam satu sindromadalah karena mekanisme patofisiologi yang sama. Semua disebabkan oleh terlepasnya plak yang merangsang
terjadinya agregasi trombosit dan trombosis, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan stenosis berta atau oklusi pada arteri koroner dengan
atau tanpa emboli. Sedangkan letak perbedaan antara angina tak stabil, infark Non-elevasi ST dan dengan elevasi ST adalah dari jenis trombus yangmenyertainya. Angina tak stabil dengan trombus mural, Non-elevasiST dengan thrombus inkomplet/nonklusif, sedangkan pada elevasi STadalah trombus komplet/oklusif.
2. AGENT TROMBOLITIK
Terapi trombolisis menggunakan obat yang disebut agen trombolitik seperti alteplase ( Activase ), anistreplase (Eminase), streptokinase (Streptase, Kabikinase), urokinase ( Abbokinase ), dan aktivator plasminogen jaringan (TPA) untuk membubarkan gumpalan. Obat ini diberikan sebagai suntikan, hanya di bawah pengawasan seorang dokter.
Agent trombolitik dibagia menjadi 2 kategori :
a) Fibrin selektif
Karakteristik :
Aktivasi plasminogen yang terikat pada fibrin
Penghancuran bekuan sangat cepat
Jenis :
Tissue – Type Plasminogen Activator (t – PA )
- Serine protease yang diproduksi oleh sel endothelial pembuluh darah
- Mengkonversi plasminogen menjadi plasmin setelah terikat pada bekuan mengandung fibrin
- Dosis : 15 mg bolus dilanjutkan 50 mg atau 0,75 mg/kgBB selama 30 menit atau 35 mg atau 0,5 mg/kgBB selama 60 menit dengan total maximum dosis 100 mg
- Waktu paruh : t – PA = 3 – 5 menit, r – PA = 15 menit
- Efek samping : dapat terjadi reoklusi. Diperlukan infus antikoagulasi sistemik/heparin
- Reaksi alergi dan hipotensi ditemukan
Recombinant Tissue Plasminogen Activator ( rt – PA )
- Dosis standar dipercepat dengan cara melalui bolus 15 mg, 50 mg atau 0,75 mg /kgBB lebih dari 30 menit, dan 35 mg atau 0,50 mg / kgBB lebih dari 60 menituntuk dosis total maksimum 100 mg.
- Direkomendasikan untuk pasien yang berat badannya kurang dari 65 kg.
- Waktu paruhnya adalah 5 menit.
Recombinant Plasminogen Activator ( reteplase, r – PA )
Recombinant Tissue Plasminogen Activator ( r – PA ) atau Retaplase adalah obat trombolitik yang digunakan untuk memecah gumpalan darah. Obat ini bekerja dengan cara mengaktifkan zat kimia yang membantu menghancurkan gumpalan darah.
Indikasi penggunaan reteplase adalah untuk meningkatkan fungsi jantung dan mencegah gagal jantung kongestif (CHF) atau kematian pada orang yang mengalami serangan jantung.
Single-chain urokinase plasminogen activator ( scu-PA atau prourokinase)
b). Non selektif
Karakteristik :
Plasminogenolosis dan fibrinogenolisis sistemik
Penghancuran bekuan lebih lambat
Status penghancuran sistemik lebih panjang
Jenis- Jenis :
Streptokinase ( SK )
- Agen trombolitik yang dihasilkan dari – hemolitik streptokokus, yang bila dikombinasikan dengan plasminogen akan berfungsi sebagai katalis dalam konversi plasminogen menjadi plasmin.
- Dapat diberikan IV atau IC
- Dosis : 1,5 juta U dalam 30 – 60 menit
- Dapat menyebabkan respon alergi, pruritus, demam, mual, urtikaria, sakit kepala dan malaise
- Efek samping : hipotensi
- Observasi : 12 jam
Anisolated Plasminogen Streptokinase Activator ( APSAC )
- Bentuk kimiawi dari SK
- APSAC memiliki waktu paruh relatif lama dan hasil yang dinyatakan dalam fibrinogenolysis.
- APSAC diberikan lewat bolus 30 U selama 2-5 menit
- Karena APSAC adalah bentuk SK, ia memiliki sifat antigenik yang sama SK.
- Gejala alergi terjadi pada pasien yang menerima APSAC.
- Hipotensi dapat terjadi pada pasien dan akan lebih parah jika obat diberikan
Semua jenis dari agen trombolitik disertai dengan pemberian antiplatelet : heparin atau
Aspirin
3. INDIKASI
Kriteria seleksi yang digunakan untuk terapi trombolitik
Tidak lebih dari 12 jam setelah waktu terapi : nyeri dada, semakin cepat semakin baik
Elevasi segmen ST pada EKG atau onset baru blok cabang berkas kiri
Nyeri dada istemik dengan durasi 30 menit
Nyeri dada tidak respon terhadap nitrogliserin sub lingual atau nifedipin
Tidak mengalami kondisi yang dapat menjadi predisposisi pendarahan
Indikasi
Kelas I
Usia pasien < 75 tahun dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV, waktu untuk terapi < 12 jam
Pasien dengan blok cabang-ikat dan adanya riwayat AMI
Kelas IIa
Usia pasien > 75 tahun dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV, waktu untuk terapi < 12 jam
Kelas IIb
Pasien dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV, waktu untuk terapi lebih dari 12 – 24 jam
Pasien dengan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau diastolic > 110 mmHg berhubungan dengan MI
Kelas III
Pasien dengan ST elevasi, waktu untuk terapi > 24 jam dan nyeri istemik tertangani
Pasien dengan ST depresi
4. KONTRAINDIKASI
Terapi trombolitik : Kontra indikasi absolut
1. Sebelumnya mengalami stroke hemoragik; stroke lain atau serebrovaskular yang terjadi dalam 1tahun terakhir
2. Neoplasma intrakranial
3. Perdarahan internal aktif (tidak termasuk menstruasi)
4. Suspek diseksi aorta
Terapi trombolitik : Kontraindikasi relatif
1. Hipertensi berat (tekanan darah >180/110)
2. Riwayat CVA / kelainan intraserebral
3. Trauma yang baru terjadi (dalam 2-4 minggu), termasuk cedera kepala atau resusitasi jantung > 10 menit atau operasi besar < 3minggu
4. Perdarahan internal dalam 2-4 minggu terakhir
5. Penggunaan streptokinase sebelumnya (5 hari sampai 2 tahun) atau riwayat alergi terhadap streptokinase
6. Pengunaan antikoagulan
7. Kehamilan
8. Tukak lambung
9. Riwayat hipertensi kronik yang berat
5. MANAJEMEN FARMAKOLOGI
Obat
Dosis Tindakan Pertimbangan khusus
Bekuan spesifik
t- PA ( alteplase
IV : 100 mg lebih dari 90 menitdengan 15 mgpertama diberikanmelalui bolus
Mengikat fibrinpada bekuan danmempromosikanaktivasiplasminogenmenjadi plasmin
Waktu paruh yang pendek, sehinggaheparin biasanyadiberikan lewat bolusdan kemudian diikutidengan infuse.
Aspirin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan q hari
r-PA ( reteplase )
10 U diberikanlewat bolus,diulang dalam 30menit
Mengikat fibrinpada bekuan danmempromosikanaktivasiplasminogenmenjadi plasmin
Heparin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan dalam 24 jam
TNKase (tenecteplase)
30-50 mgberdasarkan berat badan,diberikan lewatbolus tunggal
Mengikat fibrinpada bekuan danmempromosikanaktivasiplasminogenmenjadi plasmin
Heparin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan q hari
Non-spesifik
SK (streptokinase)
1,5 juta Udiberikan lebih dari 60 menit
Mengkatalis pengubahanplasminogenmenjadi plasmin,yang menyebabkanlisis dari fibrin.Memiliki efek litiksistemik
Dapat menyebabkan reaksi alergi dan hipotensi.
Heparin dapat diberikan IV atau SQ
Aspirin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan q hari
APSAC (anitreplase)
30 U melalui boluslambat selama 2-5 menit
Kombinasi molekulstreptokinase danplasminogen yangtindakannya serupadenganstreptokinase.Memiliki efek litiksistemik
Dapat menyebabkan reaksi alergi dan hipotensi
Waktu paruh lama, jadi heparin biasanya dimulai 4-6 jam setelah APSAC
Aspirin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan q hari
6. PENATALAKSANAAN PRE DAN POST TROMBOLISIS
Praprosedur
1. Kaji tingkat pengertian dan tingkat ansietas
2. Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam perawatan dan instruksi
3. Beri penguatan penjelasan dokter tentang tujuan prosedur, hasil yang diinginkan, dan risiko yang berhubungan
4. Gambarkan prosedur yang akan dilakukan :
Intrakoroner : sama dengan kateterisasi jantung, dapat berakhir dalam 1 sampai 2 jam. Sensasi yang dapat terjadi : tekanan selama pemasangan kateter, tak ada ketidaknyamanan dalam penginfusan.
Intravena : biasanya di bagian kedaruratan atau UPK, penginfusan diberikan lebih dari 3 jam
5. Jelaskan dan tinjau kembali tindakan intraprosedur dan pascaprosedur
6. Pemantauan di UPK
7. Hak-hak berkunjung
8. Peralatan yang digunakan (alat pemantauan jantung, pemberian oksigen, terapi IV)
9. Jelaskan perlunya tirah baring selama dan setelah pemberian dan perlunya sering mengambil contoh darah untuk memantau masa pembekuan
10. Instruksikan pada pasien untuk segera memberi informasi pada perawat bila terasa nyeri dada.
Post prosedur
Komplikasi umum dari trombolisis adalah pendarahan, tidak hanya sebagai hasil terapi trombolitik itu sendiri, tetapi juga karena pasien secara rutin mendapat terapi antikoagulan selama beberapa hari untuk meminimalisir kemungkinan retrombosis. Perawat juga harus secara berkala memanatau manifestasi klinis dari pendarahan. Pendarahan gusi dan kebocoran vena biasa terjadi. Pendarahan serius dapat terjadi seperti pendarahan intrakranial dan pendarahan internal.
Sebagai tambahan untuk keakuratan pengkajian pasien untuk membuktikan pendarahan, penatalaksanaan keperawatannya termasuk tindakan preventif untuk meminimalisir potensial pendarahan. Contohnya penanganan pasien yang terbatas, infeksi dapat dihindari jika memungkinkan, dan tambahan tekanan dapat diberikan untuk memastikn hemosatatis dari venipuncture dan tempat kebocoran arteri. Jalur intra vena dipasang sebelum pemberian terapi lisis dan penguncian heparin dapat digunakan untuk penatalaksanaan selama pengambilan spesimen labor. Antasid dapat diberikan khususnya jika pasien mengalami ketidaknyaman di bagian gastrointestinal.