obat antikjnjjjnnjoagulan

8
REFERAT PENGHENTIAN OBAT-OBAT ANTIKOAGULAN PRA-ANESTESI Disusun Oleh : Tri Adinda Gusvi Meisya G99122108 Pembimbing : dr. Bambang Novianto P, Sp. An M.Kes Perf KEPANITERAAN KLINIK ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF

description

hbhjbjbhbhbh

Transcript of obat antikjnjjjnnjoagulan

REFERAT

PENGHENTIAN OBAT-OBAT ANTIKOAGULAN PRA-ANESTESI

Disusun Oleh :Tri Adinda Gusvi MeisyaG99122108

Pembimbing :dr. Bambang Novianto P, Sp. An M.Kes Perf

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIFFAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDISURAKARTA2014

BAB IPENDAHULUAN

Insidensi aktual disfungsi neurologi sebagai akibat dari komplikasi perdarahan terkait dengan blok neuroaksial masih belum diketahui. Walaupun insidensi yang tertulis di literatur diperkirakan kurang dari 1:150.000 pada blok epidural dan kurang dari 1:220.000 pada spinal anestesi, penelitian terakhir menunjukkan peningkatan frekuensi dan dapat lebih tinggi dari 1:3000 pada sebuah populasi. Secara keseluruhan, risiko perdarahan yang signifikan terus bertambah seiring dengan usia, abnormalitas medulla spinalis atau columna vertebralis, adanya penyakit koagulopati, kesulitan dalam menginsersikan jarum, dan posisi kateter neuroaksial selama mendapat terapi antikoagulan (Horlocker, 2010).Menanggapi hal tersebut, ASRA mengeluarkan guideline untuk para klinisi yang bersumber pada laporan kasus, farmakologi, hematologi, dan faktor risiko untuk perdarahan (Horlocker, 2010).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. Antikoagulan oral (Warfarin)Antikoagulan oral memiliki efek antikoagulan dengan mempengaruhi factor-faktor pembekuan yang bersifat vitamin K dependent, factor II, VII, IX, dan X. Pasien dengan penggunaan warfarin dihentikan sekurang-kurangnya 5 hari sebelum prosedur elektif. Perhatikan INR 1 hingga 2 hari sebelum pembedahan. Jika INR >1,5 berikan 1-2 mg vitamin K oral. Warfarin dapat dilanjutkan kembali setelah pembedahan. (Horlocker, 2010).

2. AntiplateletPemberian OAINS dan aspirin tidak mempengaruhi performa blok neuroaksial. Namun pada penggunaan tioclipidine, pemberian harus dihentikan 14 hari sebelum blok neuroaksial, dan pada penggunaan clopidogrel pemberian dihentikan 7 hari sebelum blok neuroaksial. Inhibitor platelet GP IIb/IIIa (abiksimab, integrilin) harus dihentikan 4 minggu sebelum pembedahan.Pada pasien dengan coronary stent, pemberian aspirin dan atau clopidrogel harus dihentikan selama 4-6 minggu sebelum pembedahan pada stent logam, dan selama 12 bulan sebelum pembedahan pada drug-eluting stent. Namun bila pembedahan tidak dapat ditunda, aspirin dapat dilanjutkan setelah pembedahan.Pada pasien dengan risiko penyakit jantung tinggi, aspirin dapat dilanjutkan setelah pembedahan. Namun pemberian clopidogrel harus dihentikan paling tidak 5 hari (sebaiknya 10 hari) sebelum pembedahan, clopidogrel dapat dilanjutkan 24 jam setelah pembedahan. Pada pasien dengan risiko penyakit jantung rendah, obat-obat antiplatelet dihentikan 7-10 hari sebelum pembedahan, dan dapat dilanjutkan kembali 24 jam setelah pembedahan (Horlocker, 2010).

3. Standar heparin (unfractioned heparin)Mekanisme antikoagulan heparin adalah dengan mengikat antithrombin sehingga mempercepat inaktivasi thrombin, factor Xa, dan IXa. Efek tersebut dapat dipantau dengan pemeriksaan PT, aPTT dan INR.Pada pasien yang mendapat terapi UFP dengan dosis 5000 U dua kali sehari tidak terdapat kontraindikasi penggunakan blok neuroaksial.Hentikan pemberian heparin 1 jam setelah insersi jarum. Kateter neuroaksial dicabut 2 sampai 4 jam setelah pemberian dosis heparin terakhir. Evaluasi pasien dan terapi heparin dapat dilanjutkan 1 jam setelah pencabutan kateter (Horlocker, 2010).

4. Low-Molecular Weight Heparin /LMWH (enoksaparin, dalteparin)Pemberian LMWH dihentikan 10 12 jam sebelum insersi jarum. Namun pada pasien yang menerima LMWH dengan dosis tinggi, pemberian LMWH dihentikan 24 jam sebelum insersi jarum.LMWH dapat diberikan kembali setelah pembedahan dengan dosis ganda atau tunggal. Pada dosis ganda, dosis pertama diberikan lebih dari 24 jam post-operasi. Pemberian tersebut ditunda setelah 2 jam pencabutan kateter. Pada dosis tunggal, dosis pertama diberikan 6 8 jam post-operasi. Dosis kedua diberikan lebih dari 24 jam setelah pemberian dosis pertama. Kateter harus dicabut 10 -12 jam setelah pemberian dosis terakhir LMWH (Horlocker, 2010).

5. Terapi Fibrinolitik atau Trombolitik (streptokinase, urokinase)Blok neuroaksial pada pasien yang mendapat terapi fibrinolitik atau trombolitik tidak dapat dilakukan (Morgan et al, 2013).

6. Obat-obat herbalPemberian obat herbal seperti ginseng, gingko, dan bawang putih tidak mempengaruhi performa blok neuroaksial (Horlocker, 2010).

7. Inhibitor trombin (desirudin, lepirudin, bivalirudin, argatroban)Blok neuroaksial pada pasien yang mendapat terapi inhibitor trombin tidak dapat dilakukan (Horlocker, 2010).BAB IIIKESIMPULAN

Blok neuroaksial pada pasien yang menerima terapi antikoagulan membutuhkan perhatian tersendiri. Fokus utama adalah untuk mencegah terjadinya hematom spinal, namun diagnosis dan tatalaksana yang tepat dan cepat dapat mengoptimalkan outcome neurologic pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Morgan G.E., Mikhail M.S., & Murray M.J. (2013). Spinal, epidural, and caudal blocks. In G.E. Morgan et al Clinical Anesthesiology, 5th edition. New York: Lange Medical Books.

Terese T. Horlocker, MD, Denise J. Wedel, MD, John C. Rowlingson, MD, F. Kayser Enneking, MD, Sandra L. Kopp, MD, Honorio T. Benzon, MD, David L. Brown, MD,John A. Heit, MD, Michael F. Mulroy, MD, Richard W. Rosenquist, MD, Michael Tryba, MD,and Chun-Su Yuan, MD, PhD. (2010). Regional Anesthesia in the Patient Receiving Antithrombotic or Thrombolytic Therapy. Regional Anesthesia and Pain Medicine, 35,: 64-101