Nyeri Lutut Karena Keselo Gerakan Memutar
-
Upload
ineke-putri -
Category
Documents
-
view
60 -
download
5
description
Transcript of Nyeri Lutut Karena Keselo Gerakan Memutar
1
Nyeri Lutut Karena Keselo Gerakan Memutar
Ineke PutriFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510, No. Telp (021) 5694-2061Email: [email protected]
AbstrakSebuah keseleo lutut terjadi ketika satu atau lebih ligamen di lutut anda tiba-tiba
meregang atau robek. Anamnesis yang baik dapat membantu dokter untuk mendiagnosis penyakit. Setelah melakukan anamnesis selanjutnya dilakukan pemerikasaan fisik. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, kekuatan otot, dan pergerakan gerakan sendi. Selain itu pemeriksaan penunjang juga dapat membantu diagnosis. Pemeriksaan penunjang untuk kasus robeknya ligamentum ini ada dua uji, yaitu uji drawer, uji lachman dan uji pivot shift. Pada kasus ini anak laki-laki tersebut didiagnosis mengalami robekan pada Anterior Cruciate Ligament (ACL). Diagnosis bandingnya ada empat. Penatalaksanaan dan pengobatan tergantung pada jenis dan penyebab keseleo lutut. Terdapat enam cara untuk mencegah robeknya ligamentum pada lutut. Cedera ligament memiliki empat kelas. Sewaktu ACL ruptur, hemarthrosis biasanya berkembang dengan cepat, dan meskipun lokasi ACL ruptur, artikular, letak ACL sebenarnya adalah ektrasynovial. Mekanisme cedera sering dikaitkan dengan perubahan arah secara cepat, berhenti mendadak dan pendaratan dari melompat yang tidak benar. Cedera ACL bisa terjadi pada semua usia, tetapi lebih banyak diderita oleh remaja dan dewasa muda yang aktif berolahraga dan memiliki banyak aktivitas fisik. Komplikasi yang mungkin terjadi pasca rekontrroksi ACL adalah radang sendi, otot melemah, kekurangan daya gerak, nyeri bertambah karena inflamasi atau pertambahan pendarahan di lutut. Sekitar 90% pasien dengan cedera ACL sepenuhnya pulih, selama mereka setia mengikuti program rehabilitasi yang baik. Jadi, pada regio lutut dibangun oleh beberapa komponen. Salah satu komponennya adalah ligamentum yang berfungsi sebagai pengikat atau memastikan semua bangunan yang tetap pada posisi normalny. Namun pada kasus ini gerakan memutar yang berlebihan yang dilakukan laki-laki tersebut membuat robek salah satu ligamentum yaitu ligamentum krusiatum anterior yang menyebabkan bangun pada lutut tersebut tidak pada posisi normal dan menimbulkan rasa nyeri.
AbstractA knee sprain occurs when one or more ligaments in your knee suddenly stretched or
torn. A good history can help doctors to diagnose the disease. After conducting further anamnesis performed physical examination. Physical examination conducted by inspection, palpation, muscle strength, joint motion and movement. In addition, investigations can also help with the diagnosis. Investigations of this ligament rupture case there are two tests, namely drawer test, Lachman test and pivot shift test. In this case the boy was diagnosed with a tear of the anterior cruciate ligament (ACL). The differential diagnosis four. Management and treatment depend on the type and cause of the knee sprain. There are six ways to prevent tearing of the ligament in the knee. Ligament injury has four classes. When ACL rupture, hemarthrosis usually develops rapidly, and although the location of ACL rupture, articular, the actual location of the ACL is ektrasynovial. The mechanism of injury is often associated with rapid changes in direction, stopped suddenly and landing from a jump that is not true. ACL injuries can occur at any age, but more suffered by teenagers and young adults who are active in sports and had a lot of physical activity. Complications that may occur after rekontrroksi ACL is arthritis, muscle weakness, lack of mobility, pain increases as inflammation or increase bleeding in the knee. Approximately 90% of patients with ACL
2
injury fully recovered, as long as they faithfully follow a good rehabilitation program. So, in the region of the knee built by several components. One component is a ligament that serves as a binder or make sure all the buildings that remain in position normalny. But in this case excessive twisting motion which carried the man made a torn ligament is one of the anterior cruciate ligament in the knee that causes waking up is not in the normal position and cause pain.
Pendahuluan
Banyak struktur yang membantu menstabilkan lutut yang terletak terutama di luar
bersama; mereka termasuk otot (misalnya, paha depan, paha belakang), sisipan (misalnya,
pes anserinus), dan ligamen ekstrakapsular. Lateral ligamen kolateral adalah ekstrakapsular;
medial (tibialis) ligamen kolateral memiliki porsi ekstrakapsular dangkal dan sebagian dalam
yang merupakan bagian dari kapsul sendi. Di dalam lutut, kapsul sendi dan posterior dan
sangat vaskular ligamen cruciatum anterior membantu menstabilkan sendi. Sebuah keseleo
lutut berarti bahwa Anda telah terluka salah satu ligamen di sekitar sendi lutut.1,2
Sebuah keseleo lutut terjadi ketika satu atau lebih ligamen di lutut anda tiba-tiba
meregang atau robek. Ligamen adalah jaringan yang terus tulang bersama-sama. Ligamen
mendukung lutut dan menjaga sendi dan tulang berbaris. Mereka membantu Anda untuk bisa
berjalan, memutar dan berubah. Ada 4 ligamen yang membantu mendukung lutut. Ligamen
sering terkilir karena latihan atau cedera yang berhubungan dengan olahraga.3
Gerakan yang menyebabkan stres pada lutut. Terkilir dapat disebabkan oleh gerakan
yang tidak normal untuk lutut. Gerakan-gerakan ini termasuk melakukan olahraga yang
menyebabkan Anda untuk menanam kaki Anda dan dengan cepat berubah di lutut. Mereka
termasuk menjalankan dan menghentikan atau mengubah arah secara tiba-tiba, dan melompat
dan mendarat. Mereka termasuk kegiatan yang menyebabkan memutar cepat atau tiba-tiba di
bagian lutut. Kegiatan yang menyebabkan lutut Anda untuk memperpanjang lebih dari
normal dapat menyebabkan keseleo. Terkilir biasanya terjadi dalam olahraga seperti sepak
bola, basket, hoki, dan ski. Pengobatan dan waktu pemulihan tergantung pada jenis dan
penyebab keseleo lutut.3
Rumusan Masalah
Seorang laki-laki 25 tahun nyeri pada lutut kiri sejak 6 jam yang lalu karena gerakan
memutar saat bermain sepak bola.
3
Hipotesis
Nyeri lutut yang dirasakan pada anak tersebut disebabkan oleh robeknya salah satu
ligamentum yang berada pada lutut saat gerakan memutar.
Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat menjelaskan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
untuk menegakkan diagnosis kasus tersbut.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penatalaksanaan kasus tersebut
Skenario 11
Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada
lutut kirinya sejak 6 jam yang lalu setelah lututnya keselo karena gerakan memutar badan saat
bermain sepak bola.
Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan melalui suatu percakapan antara
seorang dokter dan pasien secara langsung atau melalui perantara orang lain yang mengetahui
kondisi pasien dengan tujuan untuk mendapatkan data pasien berserta permasalahan
medisnya. Anamnesis dibagi menjadi dua yaitu autoanamnesis bila dokter bisa menanyakan
keluhan-keluhan yang dihadapi langsung dengan si penderita, dan alloanamnesis bila kondisi
si penderita tidak memungkinkan untuk ditanyai sehingga dokter menanyakan keluhan
kepada orang yang mengetahui kondisi pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat
maka informasi yang didapatkan sangat berharga untuk menegakan suatu diagnosis.4
Gejala utama adalah keluhannya nyeri pada lutut kiri sejak 6 jam yang lalu karena
keseleo saat memutar badan ketika sedang bermain sepak bola. Anamnesis yang baik akan
terdiri dari: (1) identitas, nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama
orang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan pekerjaan, suku
bangsa dan agama; (2) keluhan utama keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien
pergi ke dokteratau mencari pertolongan. Hal yang perlu ditanyakan meliputi nyeri,
kekakuan, pembengkakan, deformitas, disabilitas dan penyakit sistemik; (3) riwayat penyakit
sekarang, riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang
berobat; (4) riwayat penyakit dahulu, mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya
hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang; (5) riwayat
4
penyakit dalam keluarga, untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial atau
penyakit infeksi; (6) riwayat pengobatan; apakah yang sudah dilakukan / diberikan ketika
insiden terjadi; (7) riwayat pribadi dan sosial meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan
dan kebiasaan.5
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis, dimulai dari inspeksi (look), palpasi (feel),
memeriksa pemeriksaan kekuatan otot (power), menilai gerak sendi baik aktif maupun pasif
(move), serta auskultasi. Selain peralatan pemeriksaan fisik biasa, juga harus tersedia
gonoimeter untuk mengukur derajat sendi maupun deformitas yang timbul.6
Inspeksi. Pemeriksaan sudah dimulai sejak penderita datang pertama kali, yaitu
dengan melihat postur, cara berjalan penderita, raut muka, warna dan tekstur kulit, rupa tulag
dan sendi, sinus serta jaringan parut. 6
Palpasi. Palpasi kulit dilakukan untuk merasakan suhu kulit serta denyutan arteri.
Palpasi pada jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya spasme dan artrofi otot,
keadaan sinovial, massa dan sifatnya, cairan di dalam atau di luar sendi, serta pembengkakan.
Jika terdapat nyeri tekan, perlu diselidiki apakah nyeri tersebut bersifat setempat atau
merupakan nyeri alih. Palpasi tulang harus mencakup penilaian bentuk, permukaan,
ketebalan, penonjolan tulang, atau adanya gangguan hubungan antar-tulang. Pengukuran
panjang anggota gerak, terutama untuk anggota gerak bawah yang kemungkinan mengalami
perbedaan panjang, penting untuk dicermati. Pengukuran ini juga berguna untuk mengetahui
adanya atrofi/pembengkakan otot dengan membandingkannya dengan anggota gerak yang
sehat. Penilaian deformitas yang sifatnya menetap dilakukan apabila sendi tidak dapat
diletakkan pada posisi anatomis yang normal. 6
Kekuatan otot. Kekuatan otot penting artinya bagi penentuan diagnosis, tindakan,
prognosis serta hasil terapi. Kekuatan dibagi 6 derajat, yakni (1) derajat 0, tidak ada kontraksi
otot; (2) derajat I, kontraksi otot hanya berupa perubahan tonus otot dan tidak ada gerakan
sendi; (3) derajat 2, otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi tidak mampu
melawan pengaruh gravitasi; (4) deajat 3, otot dapat dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi
tidak kuat melawan tahanan yang diberikan oleh pemeriksa; (5) derajat 4, kekuatan otot
seperti pada derajat 3 tetapi mampu melawan tahanan yang ringan; (6) derajat 5, kekuatan
otot normal. 6
Pergerakkan gerakan sendi sebaiknya dibandingkan dengan mencatat gerakan sendi
(kisaran gerak, range of motion, ROM) normal dan abnormal secara aktif dan pasif. Stabilitas
5
sendi ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan keadaan ligamen yang
mempertahankan sendi. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada
ligamen yang mempertahankan sendi. Perlu diperhatikan apakah pergerakkan disertai nyeri,
krepitasi, atau spastisitas (resistensi terhadap pergerakan). Skematis uji stabilitas sendi lutut:
(1) uji stres abduksi untuk menilai ligamentum medial; (2) uji drawer untuk menilai
ligamentum krusiatum anterius dan posterius; (3) uji pivot shift lateral untuk menilai
ligamentum krusiatum anterius; (4) uji mc murray untuk menilai lesi meniskus. 6
Pemeriksaan Penunjang
Berbagai pemeriksaan radiologi yang dapat digunakan antara lain foto polos tulang,
foto polos dengan media kontras, serta pemeriksaan radiologis khusus seperti CT-scan,
Magnetic Resonance Imaging (MRI), pindai radioisotop. Pemeriksaan penunjang MRI bisa
memberikan gambaran yang jelas untuk mengetahui cedera jaringan lunak (ligamen, tendon
dan bantal sendi). MRI memiliki sensitivitas sebesar 95 % dan spesitivitas sebesar 88 %
dalam penegakan diagnosis robekan ACL pada atlet berusia muda. MRI memanfaatkan cara
resonansi magnetik nuklear (NMR) yang boleh melihat setiap atom dalam tubuh. 6-7
Laboratorium, selain pemeriksaan darah urin, dilakukan pula pemeriksaan cairan
serebrospinal, cairan sinovial, dan pemeriksaan cairan abnormal lainnya. 6
Artroskopi merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan
langsung ke dalam sendi. Atroskopi berguna untuk memperlihatkan kelainan pada sendi,
misalnya fraktur intra-artikuler, robekan meniskus atau ligamen, kelainan degeneratif,
reumatik dan benda asing lainnya dalam sendi. Artoskopi terutama dilakukan pada sendi
lutut, siku, panggul, dan bahu. Prosedur ini dilakukan di kamar opereasi dalam kondisi steril
dan perlu injeksi anastesi lokal atau anestesi umum. Jarum dengan lubang besar dimasukkan
dan sendi diregangkan dengan memasukan cairan salin. Artroskop kemudian dimasukkan.
Struktur sendi, sinovium, dan permukaan sendi dapat dilihat melalui artroskop. Setelah
prosedur dilakukan, luka ditutupp dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan
untuk menghindari terjadinya pembengkakakn. Jika perlu, kompres dengan es untuk
mengurangi edema dan rasa tidak nyaman. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi,
hemartrosis, tromboflebitis, bengkak sendi, dan penyembuhan luka yang lama. 6,8
Diagnosis Kerja
Ketika seorang pasien datang dengan cedera ACL pada awalnya untuk evaluasi di
klinik, tanyakan tentang mekanisme kejadian. Dua pertiga dari cedera adalah hasil dari cedera
6
non kontak (deselarasi atau berputar) dan sering dikaitkan dengan bunyi “pop” dan bengkak,
yang biasanya terlihat dalam waktu cedera 4-12 jam (cedera lutut yang terkait dengan
hemarthrosis yang meliputi robekan ligamentum cruriatum posterior, robekan meniskus
perifer, fraktur osteochondral, cedera kapsuler, dan dislokasi patella).9-10
Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah ligamen yang terdapat pada sendi lutut.
Ligamen ini berfungsi sebagai stabilisator yang mencegah pergeseran ke depan yang berlebih
dari tulang tibia terhadap tulang femur yang stabil, atau mencegah pergeseran ke belakang
yang berlebih tulang femur terhadap tulang tibia yang stabil. Setiap cedera yang terjadi pada
ACL berpotensi menimbulkan gangguan kestabilan pada sendi lutut.8
Cedera ACL adalah cedera lutut tersering yang dialami oleh atlet. Cedera ini
umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan-gerakan zig-zag, perubahan arah
gerak, dan perubahan kecepatan yang mendadak (akselerasi-deselerasi) seperti sepak bola,
basket, bola voli, dan futsal. Mayoritas cedera yang terjadi adalah non-kontak dengan
mekanisme valgus lutut dan twisting (puntiran). Situasi ini sering terjadi ketika atlet
menggiring bola atau salah posisi lutut ketika mendarat. Trauma juga dapat menyebabkan
robeknya ACL, terutama trauma langsung pada lutut dengan arah gaya dari samping.8
Robekan ACL lebih dari 50 % atau robekan total dapat menyebabkan ketidakstabilan
sendi lutut. Atlet akan merasa lututnya sering “goyang”, nyeri dan bengkak berulang
sehingga kinerja berolahraganya menurun. Ketidakstabilan sendi lutut juga akan
menimbulkan cedera lanjutan berupa rusaknya bantal sendi/meniskus dan tulang rawan
sendi.8
Diagnosis Banding
Rupture Posterior Cruciate Ligament
Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior dan
berjalan kearahatas , depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan
lateral condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur bila lutut sedang
ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat
posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior
berfungsi untuk mencegah femur keanterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan
fleksi , ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior.11
Rupture Ligamentum Collaterale Lateral
Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus lateralis
dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul
7
sendi melalui jaringan lemak dan tendon muskulus poplitae. Dan juga dipisahkan dari
meniscus lateralis melalui m. poplitei. 11
Rupture Ligamentum Collaterale Medial
Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas
pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis
tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus
medialis. Di bagian bawah pada margo infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon
m.semimembranosus dan a. inferior medialis genu. 11
Rupture Cartilago Semilunaris (Meniscus)
Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C, yang pada potongan
melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas
dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas. Permukaan atasnya cekung dan berhubungan
langsungdengan condylus femoris. Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies
articularis condylus tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung. 11
Cartilago Semilunaris Medialis
Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada bagian
depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae
dan berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut
ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior tibiae.
Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum collaterale sendi.Dan karena
perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap. 11
Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat pada
areaintercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris. Cornu posterior
melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia intercondylaris.
Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan mengikuti ligamentum
cruciatum posterior ke condylus medialis femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan dari
ligamentum collaterale laterale oleh tendon m. popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat
pada cartilago ini. Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang
terfiksasi pada tempatnya bila di bandingkan dengan cartilago semilunaris medialis.11
Penatalaksanaan
Tata laksana cedera ACL berupa terapi non-operatif dan operatif. Terapi non-operatif
dilakukan dengan menggunakan modalitas terapi seperti ultrasound dan diatermi, pemakaian
8
brace lutut, serta program penguatan otot, sedangkan terapi operatif dilakukan dengan
metode rekonstruksi. Rekonstruksi menjadi pilihan utama karena tindakan penjahitan ligamen
ACL sering mengalami kegagalan. Hal itu disebabkan karena ligamen ACL tidak memiliki
fibrin sehingga setiap robekan yang terjadi tidak dapat mengalami penyembuhan
sendiri.Rekonstruksi adalah metode operatif untuk mengganti ligamen ACL dengan bahan
yang lain (graft). Umumnya bahan tersebut diambil dari tendon hamstring atau tendon patella
pasien itu sendiri sehingga disebut autograft.7
Tindakan operasi untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan arthroscopi
dengan insisiyang kecil. Opperasi artroskopi kurang invasive. Kelebihan dari artroskopi
adalah kerana kurang invasive,kurang nyeri, masa rawat inap lebih pendek dan penyembuhan
lebih cepat.Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun 2007. Tehnik operasi ini
sangat populerdi USA, Eropa dan Jepang karena dengan tehnik ini, hasilnya sangat
memuaskan pasien. Saat initehnik operasi ini dipakai sebagai standard untuk operasi cedera
ACL atlet-atlet papan atas kelasdunia, misalnya Tiger Wood.12
Setelah luka bedah disembuhkan oleh pasien maka akan menjadwalkan pertemuan
pertama mereka dengan seorang fisioterapis. Terapis fisik untuk mengembangkan rencana
untuk mengobati pasien. Tujuan utama awal untuk mengurangi pembengkakan dan bekerja
untuk mencegah pembentukan jaringan parut. Tujuan berikutnya adalah untuk menyediakan
berbagai gerak kembali, sekaligus memperkuat otot-otot yang mendukung sendi lutut.
Dengan berbagai peningkatan gerak dan kekuatan, terapis fisik rehabilitas mereka akhirnya
kegiatan dengan panggung dan kontrol neuromuskular gerakan fungsional yang sesuai
dengan kebutuhan sehari-hari pasirn. Ini harus mengikuti jalannya akronim pada tahap awal
pemulihan dari robek ACL.13-4
Terapi non-operatif dapat diberikan pada kasus-kasus robekan ACL parsial yang tidak
menimbulkan gejala ketidakstabilan, sedangkan operatif sebaiknya dilakukan pada kasus
robekan di atas 50 % karena umumnya menimbulkan keluhan. Kocher et al (2002)
menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 remaja dengan rata-rata umur 13,7 tahun yang
mengalami robekan parsial dan melakukan terapi non-operatif akhirnya tetap membutuhkan
tindakan rekonstruksi karena keluhan ketidakstabilan lutut yang menetap. Hasil penelitian
dari Graft et al (2002) menunjukkan bahwa dari total 60 pasien anak dan remaja yang
mengalami cedera ACL didapatkan sebanyak 23 anak yang diterapi non-operatif mengalami
perburukan kondisi lutut dan ketidakstabilan sendi. Terjadi 15 kasus robekan bantal sendi, 2
kasus fraktur osteochondral dan 10 kasus perkembangan osteoartritis.7
9
Fabricant et al (2013) telah menyusun sebuah alur penanganan cedera ACL pada atlet
berusia muda dan merekomendasikan tindakan rekonstruksi berdasarkan beberapa
pertimbangan, yaitu: (1) keluhan ketidakstabilan yang menetap, (2) cedera lutut lain yang
menyertai ACL, seperti: robekan bantal sendi, robekan ligamen lutut lain, dan fraktur, (3)
usia tulang, (4) target dan harapan pasien, seperti: kembali ke olahraga kompetitif atau tidak.
Apabila tindakan rekonstruksi telah menjadi keputusan, hal selanjutnya yang harus
dipertimbangkan adalah pemilihan teknik rekonstruksi dan bahan graft yang akan digunakan.
Saat ini, telah berkembang beberapa teknik yang biasa digunakan dalam rekonstruksi atlet
berusia muda, yaitu: (1) Physeal sparing dan (2) Non-Physeal sparing.7
Prinsip teknik physeal sparing adalah menghindari pembuatan lubang yang melintasi
lempeng pertumbuhan tulang tibia dan femur. Saat ini terdapat dua teknik physeal sparing
yang berkembang, yaitu teknik dari Kocher et al (2005) yang memodifikasi prosedur
McInthosh dan dari Anderson (2003) yang disebut all epiphyseal reconstruction. Kedua
teknik tersebut menunjukkan hasil yang memuaskan pada kasus ACL anak dan remaja.7
Teknik non-physeal sparing atau disebut juga transphyseal adalah pemasangan graft
melintasi lempeng pertumbuhan tulang tibia dan femur. Disebut parsial apabila pengeboran
dilakukan pada salah satu tulang dan disebut complete apabila fiksasi dilakukan pada kedua
tulang. Teknik ini menyerupai rekonstruksi pada atlet dewasa sehingga sebaiknya digunakan
pada atlet dengan Tanner IV-V (remaja akhir-dewasa) karena lempeng pertumbuhan
tulangnya hampir menutup. Mc Carrol (1994) melaporkan hasil pengamatan selama 4,2 tahun
terhadap 60 atlet dengan usia rata-rata 14,2 tahun (rentang umur 13-17 tahun) yang menjalani
rekonstruksi dengan teknik transphyseal menggunakan bahan graft tendon patella
menunjukkan bahwa tidak ada gangguan pertumbuhan atau deformitas tulang. Penelitian
Aichroth (2002) juga menunjukkan tidak adanya gangguan pertumbuhan pada 45 remaja
(usia rata-rata 12,5 tahun) yang melakukan rekonstruksi transphyseal menggunakan tendon
hamstring. Rata-rata waktu pengamatan selama 49 bulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
teknik transphyseal yang melubangi lempeng pertumbuhan tidak akan menyebabkan
gangguan pertumbuhan yang bermakna apabila pemilihan graft dan pemasangan di titik
anatomis dilakukan dengan saksama.7
Pemilihan graft dipengaruhi oleh teknik rekonstruksi yang digunakan, umumnya
bahan yang digunakan adalah tendon hamstring atau tendon patella. Di Indonesia sendiri,
selain fasilitas artroskop untuk melakukan rekonstruksi belum tersedia merata di setiap
daerah, ketersediaan dokter ortopedi yang menguasai teknik-teknik rekonstruksi non
konvensional juga sangat terbatas. Pada kasus seperti ini, tindakan rekonstruksi dapat ditunda
10
sampai lempeng pertumbuhan menutup. Atlet disarankan untuk memodifikasi aktivitas fisik
(menghindari tipe olahraga permainan yang berisiko memperparah cedera) sembari
melakukan terapi latihan.7
Pencegahan
Untuk membantu mencegah olahraga yang berhubungan lutut melukai, Anda dapat:
(1) lakukan pemanasan dan peregangan sebelum Anda berpartisipasi dalam kegiatan atletik;
(2) memperkuat otot-otot di sekitar lutut melalui program latihan; (3) hindari peningkatan
mendadak dalam intensitas program pelatihan Anda. Jangan memaksakan diri terlalu keras,
terlalu cepat. Meningkatkan intensitas Anda secara bertahap; (4) memakai nyaman, sepatu
yang mendukung yang sesuai dengan kaki Anda dan cocok olahraga Anda. Jika Anda
memiliki masalah dalam keselarasan kaki yang mungkin meningkatkan risiko lutut bengkok,
tanyakan kepada dokter Anda tentang sisipan sepatu yang bisa memperbaiki masalah.; (5)
jika Anda bermain sepak bola, tanyakan kepada dokter olahraga-obat atau pelatih atletik
tentang jenis tertentu cleat sepatu yang dapat membantu untuk mengurangi risiko cedera
lutut; (6) jika Anda bermain ski, menggunakan dua-modus rilis binding yang diinstal dan
disesuaikan dengan benar. Pastikan bahwa mekanisme yang mengikat adalah dalam rangka
kerja yang baik dan bahwa sepatu Anda dan mengikat kompatibel.15
Gejala Kelinis
Pasien selalunya merasa atau mendengar bunyi "pop" di lutut pada saat cedera yang
sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau pendaratan dari melompat (biasanya
kombinasi hiperekstensi/poros). Ketidakstabilan mendadak di lutut (lutut terasa goyah). Hal
ini bisa terjadi setelah lompatan atau perubahan arah atau setelah pukulan langsung ke sisi
lutut. Nyeri di bagian luar dan belakang lutut.16
Pasien akan merasakan nyeri di bagian lututnya, dalam beberapa saat setelah cedera
juga akan mulai terlihat edema yang bisa menandakan adanya pendarahan dalam sendi.
Gerakan lutut menjadi terbatas karena pembengkakan dan atau rasa sakit. Cedera pada
ligamen juga memiliki beberapa klasifikasi yaitu: (1) grade I, nyeri ringan dan bengkak tetapi
tidak terjadi perpanjangan permanen atau kerusakan pada ligamen; (2) grade II, ligamen
tertarik keluar dan terjadi perpanjangan, nyeri yang dirasakan lebih berat dan terjadi
pembengkakan. Ligamen akan sembuh tanpa operasi, tetapi akan menjadi lebih lemah dari
keadaan normal; (3) grade III, ligamen tertarik jauh sehinggga robek menjadi dua, atau
11
terputus. Sering kali ada rasa sakit yang relatif sedikit, namun sendi sangat tidak stabil, sering
terjadi memar disekitar lutut. Diperlukan operasi.9
Kebanyakan cedera pada ACL dapat didiagnosis melalui anamnesa yang cermat
menekankan mekanisme kejadian cedera ditambah dengan pemeriksaan fisik yang sesuai.
Pastikan anamnesa mencakup mekanisme kejadian cedera sekarang dan kejadian sebelumnya
jika ada.16-7
Patofisiologi
ACL, seperti semua ligamen lain, terdiridari tipe I kolagen. Ultrastuktur ligamen
sangat mirip dengan tendon, tetapi serat di dalam ligamen lebih bervariasi dan memiliki isi
elastin yang lebih tinggi. Ligamen menerima suplai darah dari lokasi insersinya. Ligamen
memiliki mekanoreseptor dan ujung saraf bebas yang diduga membantu dalam menstabilkan
snedi. Ruptur ACL yang paling umum, adalah ruptur midsubstan. Jenis ruptur ini terjadi
terutama sewaktu ligamentum ditranseksi oleh condillus femoral lateral yang berputar.
Sewaktu ACL ruptur, hemarthrosis biasanya berkembang dengan cepat, dan meskipun lokasi
ACL ruptur, artikular, letak ACL sebenarnya adalah ektrasynovial.18
Etiologi
Diperkirakan 70 persen dari cedera ACL terjadi melalui mekanisme non kontak
sementara 30 persen adalah hasil dari kontak langsung dengan pemain lain atau object.
Mekanisme cedera sering dikaitkan dengan perubahan arah secara cepat, berhenti mendadak
dan pendaratan dari melompat yang tidak benar. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa
atlet wanita memiliki insiden yang lebih tinggi cedera dari atlet laki-laki di olahraga tertentu
telah diusulkan bahwa ini adalah karena perbedaan kondisi fisik, kekuatan otot, dan kontrol
neuromuskular. Penyebab lain dari hipotesis ini adalah perbedaan kelamin yang berkaitan
dengan tingan cedera acl yang termasuk keselarasan pelvis dan ekstrimitas bawah (kaki), dan
peningkatan kelemahan ligamen. Jatuh dari tangga atau hilang satu langkah di
tangga adalah kemungkinan penyebab lainnya. Seperti bagian tubuh lain, ACL menjadi
lemah dengan usia. Jadi robekan terjadi lebih mudah pada orang tua dari usia 40.9,17-8
Epidemiologi
Sekitar 200.000 kasus cedera ACL terjadi setiap tahun di Amerika Serikat dan
dialkukan rekonstruksi 100.000 ACL setiap tahunnya. Studi memperkirakan bahwa 70 persen
dari cedera ACL terjadi melalui nmekanisme non-kontak, sementara 30 persen adalah hasil
12
kontak langsung dengan pemain lain atau objek. Cedera ACL bisa terjadi pada semua usia,
tetapi lebih banyak diderita oleh remaja dan dewasa muda yang aktif berolahraga dan
memiliki banyak aktivitas fisik.19
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pasca rekontrroksi ACL adalah radang sendi, otot
melemah, kekurangan daya gerak, nyeri bertambah karena inflamasi atau pertambahan
pendarahan di lutut.20
Prognosis
Sekitar 90% pasien dengan cedera ACL sepenuhnya pulih, selama mereka setia
mengikuti program rehabilitasi yang baik. Sebagai komplikasi jangka panjang, beberapa
pasien dengan luka kelas III ACL pada akhirnya mengembangkan gejala osteoarthritis pada
sendi lutut yang cedera. Menurut sebuah penelitian, 50% sampai 60% dari pasien yang
menderita keseleo ACL parah menunjukkan bukti X-ray osteoarthritis lutut dalam waktu 5
tahun setelah cedera ACL mereka.21
Kesimpulan
Jadi, pada regio lutut dibangun oleh beberapa komponen. Salah satu komponennya
adalah ligamentum yang berfungsi sebagai pengikat atau memastikan semua bangunan yang
tetap pada posisi normalny. Namun pada kasus ini gerakan memutar yang berlebihan yang
dilakukan laki-laki tersebut membuat robek salah satu ligamentum yaitu ligamentum
krusiatum anterior yang menyebabkan bangun pada lutut tersebut tidak pada posisi normal
dan menimbulkan rasa nyeri.
Daftar Pustaka
1. Champagne D. Knee sprains and meniscal injuries. Edisi Desember 2014. Diunduh dari
www. merckmanuals.com, 27 Maret 2015
2. Cluett J. Knee sprain ligament injury to the knee joint. Edisi 15 Desember 2014.
Diunduh dari www.orthopedics.about.com, 27 Maret 2015
3. Truven Health Analytics. Knee sprain. Edisi 2014. Diunduh dari www.drugs.com, 27
Maret 2015
4. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005.h.7
13
5. Bickley S. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi ke-5.
Jakarta:EGC; 2006.h.17
6. Sjamsuhidayat R. Buku ajar ilmu bedah Sjamsuhidajat-de jong. Edisi ke-3. Jakarta:EGC;
2010.h.960-1
7. Zein MI. Cedera anterior cruciate ligament (ACL) pada atlet berusia muda. Medikora 2
Oktober 2013;9: 111-121
8. Suratun. Klien gangguan system musculoskeletal: seri asuhan keperawatan. Jakarta:
EGC; 2008.h.25-6
9. American Academy of Orthopaedi Surgeons. ACL injury: does it require surgery. New
Jersey: American Ortho Publisher; 2009.h.334-45
10. Miller K. Acute knee and chronic ligament injuries. Edisi 2000. Diunduh dari
www.jockdoc.ws, 27 Maret 2015
11. Thompson JC. Anatomy of leg/knee. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy 2010;
9:297-303
12. Canale. Campbell's operative orthopaedics. Beaty 2007;145:14713.
13. Finalli. The multiple ligament injured knee, a practical guide to management. GC
2003;2:1514
14. Duquin TR, Wind WM, Fineberg MS, Smolinski RJ, Buyea CM. Current trends
inanterior cruciate ligament reconstruction. J Knee Surg Jan 2009;22(1):7-12
15. Harvard Health Pubication. ACL (anterior cruriate ligament) injuries. Edisi 2007.
Diunduh dari www.sparkpeople.com, 27 Maret 2015
16. Healthwise Incorporated. Anterior cruriate ligament (ACL) injuries. Edisi 2011. Diunduh
dari www.webmd.com, 27 Maret 2015
17. Maguire J. Anterior cruciate ligament pathology. Edisi 2011. Diunduh dari
www.emedicine.medscape.com, 27 Maret 2015
18. Miller K. Acute knee and Chronic ligament injuries. Philadelphia: Elseiver; 2007.h.222-
37
19. Fitzgerald RH, Kaufer H, Malkani AL. Orthopedic. Philadelphia: Elseiver; 2002.h.621-3
20. Siliski JM. Traumatic disorder of the knee. New York: Springer-Verlag; 2007.h.196
21. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005.h.7