Nuzul Al Qur'an Membentuk Muslim INtelektual
-
Upload
agus-jaya-kholid-saude -
Category
Documents
-
view
58 -
download
5
Transcript of Nuzul Al Qur'an Membentuk Muslim INtelektual
Nuzul al-Qur’an Membentuk Muslim Intelektual
H. Agus Jaya, Lc. M.Hum
Pengasuh PP. al Ittifaqiah dan Dosen STITQI Indralaya Ogan Ilir
Sumatera Selatan
Al-Qur’an sebagai kalamullah yang suci berfungsi sebagai petunjuk
bagi seluruh insan manusia. (QS: al-Baqarah: 159). Kebenaran al-
Qur’an ini tidak bisa dipungkiri walaupun sebagian orang mencoba
untuk mengingkarinya. (QS: al-Baqarah: 2). Memfungsikan al-Qur’an
sebagai petunjuk bagi seluruh manusia adalah kewajiban setiap
muslim, yaitu dengan mempelajari, membaca, menelaah, merenungi,
mendalami, meneliti, memahami, menyampaikan, dan menangkap
pesan-pesannya serta melaksanakan petunjuk-petunjuknya tanpa
mengabaikan budaya dan perkembangan positif masyarakat,
termasuk juga dalam bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Al-
Quran yang Allah swt turunkan XV abad yang lalu merupakan firman-
Nya yang sempurna, (QS: al-An’am: 38). Dengan penelitian yang
serius terhadap al-Qur’an akan melahirkan ilmu pengetahuan (sains).
Kemajuan ilmu pengetahuan telah banyak memberikan kemudahan
dalam kehidupan dan menjawab fenomena-fenomena alam. Namun
dalam kenyataannya antara Al-Quran dan ilmu pengetahuan seolah
ada ada jurang pemisah walaupun banyak fenomena alam yang
dijawab oleh sains pada abad XX dan XXI telah termaktub dalam Al-
Quran yang turun XV abad sebelumnya.
Al Qur’an memang tidak memberikan penjelasan secara detail
tentang ilmu pengetahuan, akan tetapi memberikan stimulus bagi
otak manusia untuk berpikir tentang alam semesta ini tanpa harus
keluar dari prinsip dan keyakinan atau akidah Islam, dalam hal ini ada
beberapa term yang sangat tampak pada ungkapan-ungkapan al
Qur’an tentang penggunaan akal, yaitu: ”la’allakum tatafakkarun” (2
kali), ”la’allahum yatafakkarun” (3 kali), ”liqoumin yatafakkarun” (7
kali), (Muhammad Fuad Abdul Baqi: 1994: 667) ”la’allahum yafqohun”
(1 kali), liqoumin yafqohun (1 kali), (Muhammad Fuad: 1994: 666)
”la’allakum ta’qilun” (8 kali), afala ta’qilun (13 kali), liqoumin ya’qilun
(8 kali).(Muhammad Fuad: 1994: 595).
Banyaknya term yang digunakan dalam al-Qur’an dan
perulangannya adalah fakta yang membuktikan besarnya perhatian al-
Qur’an terhadap akal dan penggunaannya. Perhatian al-Qur’an
terhadap akal dan ilmu pengetahuanpun sangat jelas tergambar pada
nuzul al-Qur’an dan lima ayat pertama turun.
Nuzul al-Qur’an tidak bisa dipisahkan dengan bulan Ramadhan,
puasa, lailatul Qadr dan kata iqra’. Karena nuzul al-Qur’an (turunnya
al-Qur’an) terjadi pada malam “lailatul” Qadr (QS: al-Qadr: 1) di bulan
Ramadhan (QS: al-Baqarah: 185) dimana umat muslim diwajibkan
berpuasa (QS: al-Baqarah: 183) dengan ayat pertama kali turun “iqra’
bismi rabbika al-ladzi kholaq”. (QS: Al-Alaq: 1)
Menarik untuk kita cermati, Kata iqra’ yang berasal dari kata
Qur’un (ism masdar: asal kata yang tidak terikat waktu) bukan
berasal dari “Qoro’a” (fiil madhi: kata kerja lampau) adalah kata
pertama dari ayat pertama turun yang artinya; mengumpulkan, jadi
pengertian kata iqra’ mencakup telaah terhadap alam raya,
masyarakat dan diri sendiri serta bacaan tertulis baik suci maupun
tidak. (Quraish Shihab: 2009: 15: 455).
Peletakan kata “iqra” pada awal ayat pertama surat al-Alaq ini
seolah memberikan kesan mendahulukan ilmu pengetahuan dari hal-
hal lainnya termasuk aqidah. Namun, jika kita telaah lebih lanjut,
pada ayat tersebut kita akan temukan huruf “ba” yang berarti
“mulaabasah” (bercampur/terkait dengan sesuatu yang ada padanya)
sehingga memberikan arti sebaliknya. Meskipun kata “iqra”
diletakkan lebih depan dari kata “bismi rabbika” namun
pengertiannya adalah: “katakan “bismillah” baru mulai ”iqra”. (Alusy:
2001: 15: 400) Jelas dari ungkapan ini menekankan penegasan aqidah
terlebih dahulu baru penjelajahan ilmu pengetahuan sehingga pada
akhir pencapaian “iqra” melahirkan muslim-muslim intelektual.
Karenanya, proses qiroat ini hendaklah senantiasa dimulai dan
disertai dengan iman kepada Allah swt sebagai dzat yang Maha
pencipta.
Ayat diatas bukan saja anjuran untuk mempelajari ayat-ayat
qauliyah. Tetapi juga anjuran untuk mempelajari ayat-ayat kauniyah
(alam semesta). Dengan menggunakan pikiran dan penelitian ilmiah
terhadap ayat-ayat tersebut akan menghasilkan pengetahuan yang
kemudian didokumentasikan melalui tulisan/pena.
Salah satu contoh dari informasi penting yang disampaikan al-
quran adalah perbandingan kata Bahr (laut) secara mufrad dalam al-
Qur’an berjumlah 33 kali (Muhammad Fuad Abdul Baqi: 1994: 145)
dengan kata Barr (daratan) yang berjumlah 12 kali (Muhammad Fuad:
1994: 149).
Dari jumlah kata di atas kita temukan nilai perbandingan sekitar
3:1, dan fakta ilmiah menunjukkan bahwa perbandingan antara lautan
dan daratan dimuka bumi ini adalah sekitar 71% laut dan 29% darat,
dan jika terapkan pada tubuh manusia, maka akan kita dapatkan hasil
yang sangat mengejutkan, yaitu perbandingan yang sama antara
perbandingan benda cair dan padat pada tubuh manusia dengan
perbandingan laut dan darat. (Zughlul Najjar: 2002: 2: 26). Maha
Sempurna Allah yang menjelaskan bahwa dalam diri manusia ada
tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah swt berfirman: ”Dan di bumi itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.
dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak
memperhatikan?” (QS: az-Dzariyaat: 20-21).
Dengan nuzul al-Qur’an (turunnya al-Qur’an) seorang muslim
tidak hanya dituntut untuk mempercayai kebenaran al-Qur’an akan
tetapi lebih dari itu di tuntut untuk mengelaborasi informasi-informasi
yang terkandung dalam al-Qur’an untuk kemudian di aflikasikan
dalam kehidupan. []