Nutrisi Pada Pasien Hemodialisis

download Nutrisi Pada Pasien Hemodialisis

of 2

Transcript of Nutrisi Pada Pasien Hemodialisis

Nutrisi pada pasien HemodialisisNutrisi pada pasien hemodialisis sangat penting untuk menurunkan komplikasi dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Program nutrisi pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik yang mengalami dialisis berperan penting dalam proses penatalaksanaanya.

Tujuan pemberian nutrisi pada pasien hemodialisis adalah untuk meningkatkan nafsu makan, untuk memperbaiki komplikasi sistemik , menurunkan katabolisme protein , mencegah penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, penyakit pembuluh darah perifer , mencegah gangguan elektrolit, mengurangi gejala uremik seperti gatal, mual, muntah, kehilangan nafsu makan dan untuk memastikan pasien mendapatkan nutrisi yang optimal. Disamping itu, pemberian nutrisi membantu untuk menghindari diet tinggi kalium dan natrium sehingga mencegah terjadi odem paru,, hipertensi, gagal jantung, mencegah osteodistrofi ginjal dengan membatasi konsumsi kalsium, mencegah malnutrisi energi protein dan mendeteksi status gizi dengan metode pengukuran antropometri , pemeriksaan laboratorium, dan SGA (Subjective Global Assessment).

Pemeriksaan Status Gizi

Ada 2 tipe malnutrisi pada pasien hemodialisis

1. Sindrom uremik

Terjadi penurunan kadar albumin serum akibat adanya penurunan energi dan asupan protein.2. Mortalite kardiovaskular tinggi (MIA Syndrome). Adanya sitokin proinflamasi , peningkatan stres oksidatif, peningkatan katabolisme protein, peningkatan REE, dan hipoalbuminemiaPasien hemodialisis yang memiliki massa lemak tubuh yang lebih banyak memiliki survival rate lebih tinggi dan adanya penurunan mortalitas pada pasien obese dibandingkan pasien underweight.Pemeriksaan digunakan dalam evaluasi status gizi pada pasien hemodialisis adalah antropometri, biokimia, nitrogen and energy balance techniques, record asupan makanan, penilaian SGA, analisis bioimpedance (BIA), Dual-Energy X-ray Absorptiometry (DEXA), creatinin kinetics, analisis aktivasi neutron dan nuklir resonansi magnetik spektrometri dan serum penanda: albumin, pre-albumin, insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan transferin, protein fase akut (protein C-reaktif (CRP), serum amyloid A), protein sekunder fase akut (fibrinogen, ferritin, complement), sitokin (interleukin-6 (IL-6), tumor necrosis factor) digunakan untuk menilai status gizi pasien dengan gagal ginjal kronis.Prealbumin dianggap marker status gizi yang lebih baik daripada albumin. Prealbumin kurang dari 29 mg/dl pada pasien hemodialis merupakan indikator mengalami uremik. Konsentrasi serum kreatinin kurang dari 10 mg/ dl sebaiknya dievaluasi apakah terjadi malnutrisi energi protein dan skeletal lmuscle wasting, karena hal itu menandakan berkurangnya asupan protein dan massa otot skelet.EnergiPada pasien hemodialisis terjadi gangguan metabolisme energi, sehingga dibutuhkan asupan energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi tiap harinya pada pasien ESRD sehingga terjadi positive nitrogen balance dan penelitian menunjukkan bahwa diet rendah energi dan rendah protein menyebabkan penurunan berat badan dan malnutrisi pada pasien. Untuk itu , pasien dialisis non-obesitas menurut NKF-DOQI dan ESPEN masing-masing kebutuhan energi nya 35 kal / kgBB / hari (di bawah usia 60), 30-35 kal / kgBB / hari (di atas usia 60) sedangkan untuk berat badan ideal 35 kal / kgBB / hari atau 30-35 kal / kg BB/ hari.Protein

Studi Raj et al menunjukkan bahwa hemodialisis meningkatkan baik sintesis protein dan degradasi protein. Efek hemodialisis adalah hilangnya nitrogen pada otot skelet. Sintesis protein dan degradasi meningkat 50-100% dari nilai normal. Hemodialisis menyebabkan meningkatnya indikator katabolik seperti interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor alpha (TNF-). Peningkatan produksi sitokin menyebabkan degradasi protein. Kebutuhan protein yang meningkat akibat hilangnya asam amino ke dalam dialisat, meningkatnya katabolisme protein, metabolisme dan terjadi perubahan hormonal . Menurut ESPEN, diet protein 1,1-1,2 g / kg / hari dan berasal dari protein hewani. Selain itu diet protein ditentukan dengan mempertimbangkan keadaan hidrasi yang disesuaikan berat badan, laju filtrasi glomerolus dan dengan perjalanan penyakit (Nissenson 2008). Untuk menentukan Asidosis metabolik pada pasien hemodialisis meningkatkan katabolisme protein, degradasi asam amino rantai cabang dan pelepasan glutamin otot. Pada hemodialisis, valin plasma, valin otot, leucine plasma rendah. Asam amino rantai cabang memainkan peran regulasi terhadap asidosis kronis. Setelah asidosis dapat diitangani maka dberikan asam amino rantai cabang dan valin selama hemodialisis. Asam amino rantai cabang dapat meningkatkan nafsu makan pada pasien hemodialisis. Pemberian 6,6-15,7 asam amino esensial harian pada pasien hemodialisis dapat mengoreksi status gizi pasien.