Nur Eka_ Rindy MP_Tugas GDH Bu Martha

29
TUGAS GIZI DAUR HIDUP KEJADIAN KEK (KEKURANGAN ENERGI KRONIS) PADA IBU HAMIL DISUSUN OLEH : NUR EKA ADIYATMA R (25010111130190) RINDY MANGGALYA P (25010111140273) GIZI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT 1

description

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGKesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia yang merupakan indikator MDG’s (Millenium Development Goals) yakni mengurangi tingkat kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu (Tim Labkesmas FKM Undip, 2011).Status kesehatan masyarakat terkait dengan masalah tersebut dapat digambarkan dalam beberapa indikator, seperti : Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Beberapa penyebab kematian ibu antara lain perdarahan, infeksi, eklampsia, KEK, dan lain-lain (Budiono, dkk, 2011).Keadaan gizi ibu sebelum dan selama halmil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandungnya. Bila keadaan gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil.Kehamilan adalah proses fisiologi hasil konsepsi ovum oleh sperma yang menempel pada dinding rahim lalu tumbuh dan berkembang menjadi janin sampai kelahiran. Kehamilan mengakibatkan tubuh ibu mengalami perubahan-perubahan fisiologis yang dapat diketahui dari peningkatan berat badan dan lingkar lengan atas (LILA). Perubahan-perubahan ini berlangsung secara bertahap sampai umur kehamilan cukup bulan yakni sekitar 40 minggu, oleh karena perubahan-perubahan tersebut, maka perlu didukung oleh zat gizi yang optimal (Wahida, 2000).Terjadinya kurang energi kronis (KEK) tidak terlepas dari keadaan ibu pada masa sebelum dan selama hamil, ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berupa keadaan ibu seperti pendidikan ibu, umur ibu, jarak kehamilan, sosial ekonomi, gizi ibu yang kurang (energi, protein, zat besi) dan faktor penyakit ibu yang diderita (intake oral yang menurun sedangkan metabolisme yang semakin meningkat) (Suroharjo, 1994).Bila kebutuhan zat gizi ibu hamil saat terjadi kehamilan tidak tercukupi, maka keperluan janin akan diambil dari cadangan ibu, hal ini akan berpengaruh pada janin dan pertumbuhan bayi serta kemungkinan hidupnya. Selain itu tampak juga berpengaruh buruk pada keadaan ibu hamil antara lain terjadinya kekurangan energi kronik (KEK) (Depkes. RI, 1996).KEK ditandai dengan berat badan ibu selama kehamilan kurang dari 42 kg, LILA kurang dari 23,5cm, dll. KEK hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama (nullipara). Faktor risiko terdapat pada wanita masa subur dengan usia ekstrim, yaitu remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun dan pada ibu hamil (bumil). KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi. Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2002).Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2010 terdapat 13,91% ibu hamil KEK, sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jepara menunjukkan pada tahun 2011 terdapat 30% orang ibu hamil KEK.Berdasarkan data tersebut, penyusun memilih KEK sebagai salah satu masalah yang terjadi pada ibu hamil. Di mana KEK pada ibu hamil meningkatkan risiko kematian pada ibu, dan risiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

Transcript of Nur Eka_ Rindy MP_Tugas GDH Bu Martha

TUGAS GIZI DAUR HIDUP

KEJADIAN KEK (KEKURANGAN ENERGI KRONIS) PADA

IBU HAMIL

DISUSUN OLEH :

NUR EKA ADIYATMA R (25010111130190)

RINDY MANGGALYA P (25010111140273)

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang

masalah-masalah yang terjadi pada ibu hamil dan bagaimana menanganinya.

Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan serta turut membantu dalam

kelancaran penyelesaian makalah ini, Pada kesempatan kali ini, ijinkanlah penulis

memberikan penghargaan atas segala bantuan yang diberikan kepada :

1. Dra. VG. Tinuk Istiarti, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Diponegoro.

2. dr. Martha Irene Kartasurya, M.Sc, PhD selaku PJMK Gizi Daur

Hidup

3. Dr. dr. S. A. Nugraheni, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah

Gizi Daur Hidup

4. dr. Fatimah Pradigdo, M.kes selaku dosen pengampu mata kuliah Gizi

Daur Hidup

5. Drs. Ronny Aruben, MA selaku dosen pengampu mata kuliah Gizi

Daur Hidup

6. Teman-teman satu peminatan gizi

7. Dan pihak-pihak lain yang telah banyak membantu

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi

maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini

bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Semarang, Juli 2014

Penyusun

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah salah satu prioritas utama

pembangunan kesehatan di Indonesia yang merupakan indikator MDG’s

(Millenium Development Goals) yakni mengurangi tingkat kematian anak dan

meningkatkan kesehatan ibu (Tim Labkesmas FKM Undip, 2011).

Status kesehatan masyarakat terkait dengan masalah tersebut dapat

digambarkan dalam beberapa indikator, seperti : Angka Kematian Ibu (AKI),

Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

Kematian Balita (AKABA). Beberapa penyebab kematian ibu antara lain

perdarahan, infeksi, eklampsia, KEK, dan lain-lain (Budiono, dkk, 2011).

Keadaan gizi ibu sebelum dan selama halmil dapat mempengaruhi

pertumbuhan janin yang sedang dikandungnya. Bila keadaan gizi ibu normal

pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan

bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain

kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu

sebelum dan selama hamil.

Kehamilan adalah proses fisiologi hasil konsepsi ovum oleh sperma

yang menempel pada dinding rahim lalu tumbuh dan berkembang menjadi

janin sampai kelahiran. Kehamilan mengakibatkan tubuh ibu mengalami

perubahan-perubahan fisiologis yang dapat diketahui dari peningkatan berat

badan dan lingkar lengan atas (LILA). Perubahan-perubahan ini berlangsung

secara bertahap sampai umur kehamilan cukup bulan yakni sekitar 40

minggu, oleh karena perubahan-perubahan tersebut, maka perlu didukung

oleh zat gizi yang optimal (Wahida, 2000).

Terjadinya kurang energi kronis (KEK) tidak terlepas dari keadaan ibu

pada masa sebelum dan selama hamil, ini terjadi karena dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berupa keadaan ibu seperti

pendidikan ibu, umur ibu, jarak kehamilan, sosial ekonomi, gizi ibu yang

3

kurang (energi, protein, zat besi) dan faktor penyakit ibu yang diderita (intake

oral yang menurun sedangkan metabolisme yang semakin meningkat)

(Suroharjo, 1994).

Bila kebutuhan zat gizi ibu hamil saat terjadi kehamilan tidak tercukupi,

maka keperluan janin akan diambil dari cadangan ibu, hal ini akan

berpengaruh pada janin dan pertumbuhan bayi serta kemungkinan hidupnya.

Selain itu tampak juga berpengaruh buruk pada keadaan ibu hamil antara lain

terjadinya kekurangan energi kronik (KEK) (Depkes. RI, 1996).

KEK ditandai dengan berat badan ibu selama kehamilan kurang dari 42

kg, LILA kurang dari 23,5cm, dll. KEK hampir secara eksklusif merupakan

penyakit pada kehamilan pertama (nullipara). Faktor risiko terdapat pada

wanita masa subur dengan usia ekstrim, yaitu remaja belasan tahun atau pada

wanita yang berumur lebih dari 35 tahun dan pada ibu hamil (bumil). KEK

merupakan salah satu keadaan malnutrisi. Malnutrisi adalah keadaan

patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif atau absolut satu

atau lebih zat gizi (Supariasa, 2002).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2010

terdapat 13,91% ibu hamil KEK, sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kota

Jepara menunjukkan pada tahun 2011 terdapat 30% orang ibu hamil KEK.

Berdasarkan data tersebut, penyusun memilih KEK sebagai salah satu

masalah yang terjadi pada ibu hamil. Di mana KEK pada ibu hamil

meningkatkan risiko kematian pada ibu, dan risiko Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, peyusun ingin membahas beberapa

hal tentang KEK yang penyusun jadikan sebagai rumusan masalah. Rumusan

masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan KEK pada ibu hamil?

2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu

hamil?

4

3. Bagaimana dampak KEK terhadap ibu hamil maupun janin atau bayi

yang akan dilahirkannya?

4. Bagaimana pemecahan masalah dan penanganan masalah dari KEK yang

terjadi pada ibu hamil ini?

C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, tujuan dari penulisan

makalah ini adalah untuk :

1. Mengetahui masalah KEK yang terjadi pada ibu hamil

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu

hamil

3. Mengetahui dampak KEK terhadap ibu hamil dan janin atau bayi yang

akan dilahirkannya

4. Mengetahui dan memberikan pemecahan atau penanganan masalah dari

KEK yeng terjadi pada ibu hamil

5

BAB II

ISI

A. Masalah KEK yang terjadi pada Ibu Hamil

Kebutuhan gizi ibu selama hamil akan meningkat dari biasanya di mana

pertukaran dari hampir semua bahan ini terjadi sangat aktif terutama pada

trisemester III. Oleh karena itu peningkatan jumlah konsumsi makanan perlu

ditambah terutama konsumsi makanan sumber energi, protein serta beberapa

mineral seperti zat besi (Fe) untuk memenuhi  kebutuhan ibu hamil itu sendiri

beserta janinnya. Kekurangan konsumsi energi tersebut pada ibu hamil akan

menyebabkan terjadinya malnutrisi atau biasa disebut kurang energi kronis

(KEK). Kontribusi dari terjadinya kekurangan energi kronis pada ibu hamil

akan mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain dapat meningkatkan

resiko terjadinya bayi berat badan lahir rendah (Dini Latief,1997).

Kekurangan Energi Kronis (KEK) yaitu keadaan ibu di mana ibu

menderita kekurangan makanan yang berlangsung lama (kronik) dengan

timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Salah satu cara untuk menilai

kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu

hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya

berada pada kondisi yang baik. Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang

mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis

(KEK) dan Anemia gizi.

Kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil yang ditandai dengan

lingkar lengan atas < 23,5 cm adalah salah satu masalah gizi nasional yang

selalu mendapat prioritas atau perhatian karena selain prevalensinya masih

tinggi dan bersifat fenomena gunung es (ice hild fenomena) juga menberikan

dampak tingginya prevalensi bayi lahir rendah, bayi lahir premature (tidak

cukup bulan), bahkan mengakibatkan tingginya kematian neonatal dan

kematian ibu, sedangkan bayi berat badan lahir rendah.

Menurut Depkes RI (1994) pengukuran LILA pada kelompok wanita usia

subur adalah salah satu cara untuk mendeteksi dini yang mudah dan dapat

6

dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok berisiko

Kekurangan Energi Kronis (KEK). Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu

hamil adalah kekurangan gizi pada ibu hamil yang berlangsung lama

(beberapa bulan atau tahun) (DepKes RI, 1999).

Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan di mana remaja

putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK ( Arismas,2009).

Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan salah

satu atau beberapa kriteria sebagai berikut :

a. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg

b. Tinggi badan ibu < 145 cm.

c. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg.

d. Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00

e. Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %) (Weni, 2010). 

B. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Terjadinya KEK pada Ibu Hamil

1) Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari:

a. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil. Ketika sebuah

keluarga jumlah pendapatannya sedikit, maka keluarga tersebut

tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan baik. Bahkan

seringkali keluarga tersebut kekurangan. Misalnya saja kekurangan

uanguntuk memperoleh bahan pangan yang seharusnya dipenuhi

dan dikonsumsi oleh ibu hamil agar kesehatan si ibu dan si janin di

dalam perut ibu terjaga.

b. Pendidikan dan Pengetahuan Ibu

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses pembuatan

dan cara mendidik. Kemahiran menyerap pengetahuan akan

7

meningkat sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang dan

kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap

pengetahuan yang diserapnya.

Pendidikan ibu adalah pendidikan formal ibu yang terakhir

yang ditamatkan dan mempunyai ijazah dengan klasifikasi tamat

SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi dengan diukur dengan cara

dikelompokkan dan dipresentasikan dalam masing-masing

klasifikasi (Depdikbud, 1997).

Pengetahuan ibu yang kurang tentang gizi pada ibu hamil dan

KEK juga bisa menjadi penyebab terjadinya masalah KEK pada ibu

hamil. Ketika si ibu tidak mengetahui tentang KEK, maka dia juga

tidak akan bisa mencegah agar dirinya tidak KEK.

c. Status Perkawinan

Status Perkawinan ibu dibedakan menjadi kawin dan cerai.

Kawin adalah status dari mereka yang terikat dalam perkawinan

pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam

hal ini tidak saja mereka yang kawin sah, secara hukum (adat,

agama, negara dan sebagainya) tetapi juga mereka yang hidup

bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami

istri.

Ketika ibu hamil masih dalam status kawin dan ada suaminya,

maka seharusnya sang suami bisa memberi nafkah pada istrinya dan

memenuhi smeua kebutuhannya, baik jasmani maupun rohani.

Jasmani dapat memenuhi kebutuhan gizi saat ibu sedang hamil dan

rohani, selalu dapat menguatkan dan memotivasi istri untuk terus

memakan makanan-makanan yang bergizi.

8

2) Faktor Biologis

Faktor biologis ini di antaranya terdiri dari :

a. Usia Ibu Hamil

Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua

mengakibatkan kualitas janin/anak menjadi rendah dan juga akan

merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3).

Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun)

dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri

yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan

hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96).

Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan

kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan

lebih baik.

b. Jarak Kehamilan

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang

dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat

mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka

anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi

anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah

2 tahun. (Aguswilopo, 2004:5).

Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan

kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan

ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki

tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk

memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan

mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan

janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004: 3).

c. Paritas

Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

yang dapat hidup (viable). (Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan

sebagai berikut:

9

1. Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan

satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas,

tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.

2. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau

lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai

batas viabilitas.

3. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami

lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah

mencapai batas viabilitas.

3) Faktor Pola Konsumsi

Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal

dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan

yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri yaitu

upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk-pauk,

sayur-sayuran, dan buah-buahan (Almatsier, 2003: 13).

Pola konsumsi ini juga dapat mempengaruhi status kesehatan

ibu, di mana pola konsumsi yang kurang baik dapat menimbulkan suatu

gangguan kesehatan atau penyakit pada ibu. Penyakit infeksi dapat

bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi sebagai akibat

menurunnya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran

pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit.

Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan

hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi

dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat

mempermudah infeksi. (Supariasa, 2002: 187).

4) Faktor Perilaku

Faktor perilaku ini terdiri dari kebiasaan yang sering dilakukan

ibu diantaranya yaitu kebiasaan merokok dan mengkonsumsi cafein.

Kafein adalah zat kimia yang berasal dari tanaman yang dapat

10

menstimulasi otak dan system syaraf. Kafein bukan merupakan salah

satu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, karena efek yang ditimbulkan

kafein lebih banyak yang negative daripada positifnya, salah satunya

adalah gangguan pencernaan. Dengan adanya gangguan pencernaan

makanan maka akan menghambat penyerapan zat-zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh dan janin.

Selain itu rutin tidaknya ibu hamil dalam memeriksakan

kehamilannya pada bidan atau petugas kesehatan lainnya, juga

mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil. Ketika si ibu rutin

memeriksakan kehamilannya, maka deteksi dini KEK pada ibu hamil

bisa segera diketahui dan ditanggulangi.

C. Dampak KEK pada Ibu Hamil dan Janin yang Akan Dilahirkan

Kurang Energi Kronis pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibu

maupun pada janin yang dikandungnya (Waryono, 2010). Beberapa akibat

atau dampaknya adalah sebagai berikut :

1. Pada Ibu Hamil

Kondisi Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil

mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu, antara lain kematian pada

ibu. Hasil survey menunjukkan bahwa prevalensi wanita usia subur

(WUS) menderita KEK pada tahun 2002 adalah 17,6 persen. Tidak jarang

kondisi KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya

perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor

kematian utama ibu.

Malnutrisi dapat melemahkan fisik dan membahayakan jiwa ibu.

Kurang Energi Kronis pada saat kehamilan dapat berdampak tidak baik

terhadap ibu, yaitu dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara lain :

anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan

terkena penyakit infeksi. Selain itu, terhadap proses persalinan,

pengaruhnya adalah dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,

persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan.

11

2. Pada Janin atau Bayi

Kekurangan Energi Kronis pada ibu hamil juga berdampak buruk

pada bayi, antara lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah

(BBLR), keguguran, kelahiran premature, kematian pada bayi baru lahir,

kematian neonatal, cacat bawaan, dan anemia pada bayi.

Malnutrisi bukan hanya melemahkan fisik dan membahayakan

jiwa ibu, tetapi juga mengancam keselamatan janin. Ibu yang bersikeras

hamil dengan status gizi buruk, berisiko melahirkan bayi dengan berat

badan lahir rendah 2-3 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan status

gizi baik, di samping kemungkinan bayi mati sebesar 1,5 kali.

D. Solusi dan Penanganan Masalah KEK pada Ibu Hamil

Upaya Penanggulangan Yang Dilakukan

1. KIE mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana

menanggulanginya. Hal ini bisa dilakukan melalui :

a) Pemberdayaan kepada Wanita Usia Subur mengenai masalah KEK

dan dampak KEK pada kehamilan

Wanita usia subur adalah kelompok wanita yang mempunyai

potensi untuk hamil. Pada kelompok itu juga sangat memungkinkan

ditemukannya kasus KEK. Jadi, bukan hanya Ibu hamil saja yang

memiliki pengetahuan kurang mengenai masalah KEK, tetapi

kelompok wanita usia subur kemungkinan juga memiliki pengetahuan

yang kurang mengenai masalah KEK.

Untuk itu perlu adanya pemberdayaan kepada kelompok wanita

usia subur untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai masalah

KEK yang mungkin bisa dilakukan dengan pembinaan cara mengolah

makanan yang baik dan benar agar nilai gizi dari makanan yang diolah

tetap seimbang.

b) Pemantauan Ibu hamil oleh tenaga kesehatan atau kader terlatih

Kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor pelayanan kebidanan, antara lain

12

asuhan kebidanan yang diberikan oleh tenaga bidan melalui

pendekatan manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan merupakan

pelayanan kesehatan utama yang diberikan kepada ibu. Setiap ibu

hamil akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh

karena itu, setiap ibu hamil memerlukan asuhan selama masa

kehamilannya (Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus (PPKC),

2003).

Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal yang berkualitas dibutuhkan tenaga kesehatan terampil yang

didukung tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu

tenaga kesehatan tersebut adalah bidan. Bidan merupakan tenaga

kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan

maternal. Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah tuntutan

masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas, agar kehamilan

dapat berlangsung dengan aman dan diakhiri dengan persalinan yang

selamat (Azwar, 2002).

Melalui pemantauan ibu hamil oleh tenaga bidan desa akan lebih

mendekatkan bidan desa dengan masyarakat sekitar, terutama ibu

hamil, sehingga ibu hamil bisa lebih percaya dengan bidan untuk

memantau kesehatannya. Selain itu, pemantauan langsung ibu hamil

oleh bidan, dapat diketahui kondisi perkembangan kesehatan ibu

hamil tiap bulannya, khususnya bagi Ibu hamil yang berisiko tinggi.

Diperlukan pemeriksaan secara teratur kepada ibu hamil karena

semakin tua usia kehamilannya, semakin sering intensitas

pemeriksaan dilakukan. Dan pada setiap kunjungan antenatal tersebut,

ibu hamil perlu mendapatkan informasi yang penting seperti asuhan

maternal (Prawiroharjo BJO, 2002).

Pemantauan bumil dengan KEK oleh tenaga kesehatan bisa

dilakukan dengan selalu memantau perkembangan Ibu hamil

khususnya berat badan dan LILA. Selain itu tenaga kesehatan

hendaknya selalu memantau asupan gizi Ibu hamil.

13

c) Pemberdayaan kepada kader mengenai KEK

Pemberdayaan terhadap kader posyandu berfungsi untuk

meningkatkan fungsi dan kinerja posyandu agar dapat memenuhi

kebutuhan kesehatan Ibu dan Anak dan agar status gizi maupun

derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan atau ditingkatkan.

Pemberdayaan kepada kader bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan kader mengenai KEK agar nantinya bisa menyampaikan

informasi yang sesuai kepada Ibu hamil dan bisa dipahami oleh Ibu

hamil.

Pemberdayaan kepada kader dapat dilakukan dengan cara

memberikan materi dan pelatihan kepada kader khususnya mengenai

KEK, agar para kader memiliki kemampuan dalam membina dan

mendampingi Ibu hamil dengan KEK

d) Penyuluhan interpersonal dari tenaga kesehatan kepada Ibu hamil

Melalui penyuluhan kesehatan, diharapkan masyarakat

mendapat pengetahuan tentang KEK dan cara pencegahan KEK.

Dalam hal ini ibu hamil sebagai sasaran utama penyuluhan diharapkan

dapat meningkatkan kepeduliannya terhadap perencanaan kehamilan

sampai melahirkan. Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu

dan keluarga dengan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman

mereka melalui pendidikan kesehatan agar dapat memenuhi asupan

gizi khususnya pada saat kehamilan (Anonim, 2011).

Penyuluhan lebih efektif dilakukan melalui interpersonal, karena

komunikasi antara tenaga kesehatan dengan Ibu hamil bisa lebih baik

dan informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan bisa mudah

diterima dan dimengerti oleh Ibu hamil serta untuk meminimslisir

kesalah pahaman informasi yang diserap oleh Ibu hamil. Dan

diharapkan Ibu hamil bisa mengetahui mengenai KEK, penyebab

KEK dan tanda KEK.

Dengan penyuluhan interpersonal, Ibu hamil juga bisa

melakukan konsultasi dengan menyampaikan keluhan-keluhan Ibu

14

hamil pada tenga kesehatan. Penyuluhan interpersonal ini bisa

dilakukan saat posyandu.

Selain penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh pihak bidan

atau puskesmas, penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan

adat kebiasaan masyarakat seperti Istighosah, Mauludan, acara ibu-ibu

PKK atau saat kegiatan posyandu. Melalui media adat kebiasaan suatu

daerah sesuai dengan daerahnya masing-masing, penyuluhan bisa

lebih masuk ke masyarakat dan tidak terasa membosankan.

2. PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang ada.

Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindaklanjuti sebelum

usia kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang

Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan penerapan Porsi

Kecil tapi Sering, pada faktanya memang berhasil menekan angka

kejadian BBLR di Indonesia.

Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20 gram protein dari

kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

gizi janin. Meskipun penambahan tersebut secara nyata (95 %) tidak akan

membebaskan ibu dari kondisi KEK, bayi dilahirkan dengan berat badan

normal.

Pada tahun 2007 dilaksanakan PMT bagi bumil gakin di

kabupaten/kota melalui dana APBN Program Perbaikan Gizi Masyarakat.

Kegiatan tersebut tidak dilanjutkan pada tahun 2008 karena tidak

tersedianya dana dan diharapkan untuk pelaksanaan selanjutnya

dibebankan melalui dana APBD kabupaten/kota.

3. Konsumsi tablet Fe selama hamil.

Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral

meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir

trimester kedua dimana terjadi proses hemodelusi yang menyebabkan

15

terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi konsentrasi

hemoglobin darah.

Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian

tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan

suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi.

Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan

protein hewani serta tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari

tumbuh-tumbuhan serta protein nabati merupakan salah satu faktor

penyebab terjadinya anemia besi.

16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kekurangan Energi Kronis (KEK) yaitu keadaan ibu di mana ibu

menderita kekurangan makanan yang berlangsung lama (kronik) dengan

timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK merupakan salah satu

masalah yang banyak dialami oleh ibu hamil.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil adalah

faktor sosial, ekonomi dan budaya, faktor biologis, faktor pola konsumsi,

dan faktor perilkau.

3. Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil berakibat baik pada ibu

hamil sendiri, maupun pada janin dan bayi yang dikandungnya, yaitu

dapat meningkatkan risiko perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi

yang merupakan faktor kematian utama ibu, mengakibatkan persalinan

sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), dan

meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), keguguran,

kelahiran premature, kematian pada bayi baru lahir, kematian neonatal,

cacat bawaan, dan anemia pada bayi.

4. Solusi dari masalah KEK yang terjadi pada ibu hamil adalah :

a. KIE mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta

bagaimana menanggulanginya yang dapat dilakukan dengan berbagai

cara seperti pemberdayaan Wanita Usia Subur dan kader, serta

penyuluhan mengenai KEK.

b. PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang

ada.

c. Konsumsi tablet Fe selama hamil.

17

B. Saran

1. Untuk mengatasi masalah KEK pada ibu hamil perlu dilakukan kerjasama

antara berbagai pihak, seperti dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas,

bidan desa, keluarga dari si ibu hamil, serta lingkungan sekitar.

2. Dukungan dan motivasi dari keluarga mengenai makanan yang bergizi

dan seimbang untuk ibu hamil perlu dilakukan.

18

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Semarang: Program Studi D – III

Kebidanan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung.

2011

Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC

Azwar, A. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Yayasan

Penerbit IDI. 2002

Depkes RI. 1996. Pedoman Penaggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi

Kronis. Jakarta : Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat

http://bohkasim.page.tl/Anemia-dan-KEK-Ibu-Hamil.htm

http://sulteng.surveilans-respon.org/wanita-usia-subur-kurang-energi-kronis/.

http://www.eurekaindonesia.org/dampak-anemia-dan-kekurangan-energi-kronik

pada-ibu-hamil/

http://askep-askeb.cz.cc/2010/02/kurang-energi-kronis-kek-pada-ibu-hamil.htm

http://www.gizi.net/kebijakan-gizi/download/GIZI%20MAKRO.doc.

Kristiyanasari, Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prawiroharjo BJO, S. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2002.

Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus (PPKC). Buku Penelitian Manajemen

Asuhan Kebidanan. Jakarta: Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus

(PPKC). 2003.

Supariasa, I.D.N,dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : ECG.

Wibisono, H. 2009. Solusi Sehat Seputar Kehamilan. Jakarta: Argo Media

Pustaka.

Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Jogyakarta : Muha Medika

19