November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan...

12
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 1 RINGKASAN EKSEKUTIF Sembilan bulan pasca ditetapkan sebagai pandemi, sudah hampir 60 juta kasus Covid-19 tercatat di dunia dengan kasus harian yang masih dalam eskalasi di atas 500 ribu kasus per hari. Eropa dan Amerika Serikat masih menjadi episenter pandemi dunia, terutama dengan adanya gelombang baru di kedua kawasan. Tingkat kematian per hari juga terus meningkat, sehingga total kasus meninggal sudah mencapai 1,4 juta. Di tingkat domestik, Covid-19 telah mencapai angka lebih dari 500 ribu kasus, kasus harian sempat menurun pasca pemberlakuan PSBB ketat Jakarta, namun kembali naik dalam beberapa minggu terakhir yang juga didukung oleh peningkatan jumlah tes. Relaksasi kebijakan restriksi mendorong realisasi PDB Q3-2020 di berbagai negara menunjukkan titik balik pemulihan. Pola pemulihan ekonomi digerakkan oleh sektor yang berkaitan dengan kebutuhan dasar. PMI manufaktur global berada di level 53 pada bulan Oktober, ditopang oleh ekspansi di banyak negara maju. Sementara, PMI manufaktur di beberapa negara berkembang dan Asia tercatat juga telah berada di zona ekspansif, misalnya Tiongkok dan India masing-masing pada level 53,6 dan 58,9. Meski demikian, masih terdapat negara berkembang dan Asia yang masih berada di zona kontraksi atau di bawah 50, di antaranya Malaysia (48,5), Filipina (48,5), dan Indonesia (47,8), walaupun arah dari PMI manufaktur tetap menuju ke arah perbaikan. Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau meningkat 5,3% dibandingkan bulan September 2020. Namun angka tersebut masih mengalami penurunan hingga 18,6% (ytd) dibandingkan posisi akhir tahun 2019. Di bulan Oktober, investor asing masih mencatatkan neto penjualan (outflow) sebesar Rp3,71 Triliun, turun dibandingkan outflow di bulan September yang mencapai Rp15,6 Triliun. Sejalan dengan peningkatan kinerja pasar saham, kinerja pasar obligasi pemerintah juga mengalami perbaikan di bulan Oktober 2020, dimana investor asing mencatatkan neto pembelian (net inflow) instrumen SBN sebesar Rp21,8 Triliun, yang merupakan net inflow bulanan tertinggi sepanjang 2020. Peningkatan kinerja di pasar SBN juga terlihat dari turunnya yield dari SBN seri benchmark 5 Tahun dan 10 Tahun masing-masing ke level 5,49% dan 6,61%. Penurunan yield SBN sejalan dengan turunnya risiko investasi di instrumen pasar keuangan Indonesia yang ditunjukkan dengan level Credit Default Swap (CDS) 5 tahun yang terus turun. Total aliran modal asing yang masuk ke Indonesia pada Oktober 2020 mencapai Rp18,1 Triliun atau berbalik arah dibandingkan September 2020. Secara kumulatif hingga Oktober 2020, investor asing masih mencatatkan neto penjualan (net foreign selling) sebesar Rp157,7 Triliun. Sejalan dengan tingginya arus modal masuk dari investor asing, nilai tukar Rupiah terapresiasi 1,5% (mtm) dan ditutup di level Rp 14.690/USD di akhir Oktober 2020, walaupun secara year-to-date (ytd) masih mencatatkan depresiasi sebesar 5,7%. Memasuki bulan November, sentimen positif di pasar keuangan masih terjaga. Faktor positif yang menopang antara lain kemenangan Joe Biden dalam pemilu Amerika Serikat yang diharapkan dapat memperbaiki arah dan kebijakan Amerika Serikat ke depan, serta perkembangan positif dari vaksin Covid-19 yang diprediksi dapat mendorong pemulihan perekonomian global lebih cepat. Hingga 20 November 2020, aliran modal asing yang masuk di pasar keuangan mencapai Rp12,3 Triliun dan nilai tukar Rupiah terapresiasi hingga di level Rp14.228/USD. Per akhir September, pertumbuhan uang beredar M1 dan M2 masing-masing mencapai 18,0% dan 12,4% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan akhir Q3 tahun sebelumnya maupun akhir tahun 2019. Kebijakan moneter yang longgar dengan suku bunga 7 DRR diturunkan hingga 4,00%, serta penempatan dana oleh Pemerintah, mampu membantu likuiditas yang dimiliki perbankan. Penurunan suku bunga acuan juga turut mendorong penurunan tingkat bukan deposito dan kredit perbankan, khususnya suku bunga kredit investasi sehingga mendorong pertumbuhan kredit investasi yang relatif lebih baik dari jenis kredit lain. Walaupun terjadi tren penurunan suku bunga kredit dan pelonggaran likuiditas di perbankan, fungsi intermediasi perbankan bagi sektor riil masih menjadi permasalahan hingga akhir Q3-2020. Pertumbuhan kredit perbankan terus menunjukan tren pelemahan, dimana mencatat kontraksi sebesar -0,4% (yoy) di bulan September. Sementara, pertumbuhan dana simpanan terus menunjukkan tren yang meningkat yaitu menjadi sebesar 12,1% (yoy). Laju inflasi Oktober 2020 mencapai 1,44% (yoy), melanjutkan tren peningkatan dari bulan September atau secara kumulatif mencapai 0,95% (ytd). Secara bulan ke bulan, laju inflasi mencatatkan inflasi sebesar 0,07% (mtm) setelah 3 bulan berturut- turut mengalami deflasi. Perkembangan inflasi Oktober 2020 dipengaruhi oleh berlanjutnya tren penurunan inflasi inti di tengah inflasi volatile food yang melanjutkan tren meningkat. Selama enam bulan berturut-turut, kinerja Neraca Perdagangan melanjutkan tren positif dengan mencatatkan surplus Oktober tercatat sebesar USD3,61 miliar atau secara kumulatif, mencatatkan surplus sebesar USD17,07 miliar. Surplus masih disebabkan oleh kontraksi impor yang jauh lebih dalam dibanding ekspor. Ekspor Oktober tercatat sebesar USD14,39 miliar, tumbuh positif dibandingkan bulan sebelumnya walaupun masih terkontraksi sebesar -3,29% (yoy). Secara kumulatif, ekspor juga masih terkontraksi sebesar -5,58% (ytd) dimana ekspor migas maupun nonmigas masih mencatatkan penurunan. Sementara itu, impor Oktober 2020 mencapai USD10,78 miliar, masih tertekan sebesar -26,93% (yoy) dan -19,07% (ytd). November 2020

Transcript of November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan...

Page 1: November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sembilan bulan pasca ditetapkan sebagai pandemi, sudah hampir 60 juta kasus Covid-19 tercatat di dunia dengan kasus harian yang masih dalam eskalasi di atas 500 ribu kasus per hari. Eropa dan Amerika Serikat masih menjadi episenter pandemi dunia, terutama dengan adanya gelombang baru di kedua kawasan. Tingkat kematian per hari juga terus meningkat, sehingga total kasus meninggal sudah mencapai 1,4 juta. Di tingkat domestik, Covid-19 telah mencapai angka lebih dari 500 ribu kasus, kasus harian sempat menurun pasca pemberlakuan PSBB ketat Jakarta, namun kembali naik dalam beberapa minggu terakhir yang juga didukung oleh peningkatan jumlah tes.

Relaksasi kebijakan restriksi mendorong realisasi PDB Q3-2020 di berbagai negara menunjukkan titik balik pemulihan. Pola pemulihan ekonomi digerakkan oleh sektor yang berkaitan dengan kebutuhan dasar. PMI manufaktur global berada di level 53 pada bulan Oktober, ditopang oleh ekspansi di banyak negara maju. Sementara, PMI manufaktur di beberapa negara berkembang dan Asia tercatat juga telah berada di zona ekspansif, misalnya Tiongkok dan India masing-masing pada level 53,6 dan 58,9. Meski demikian, masih terdapat negara berkembang dan Asia yang masih berada di zona kontraksi atau di bawah 50, di antaranya Malaysia (48,5), Filipina (48,5), dan Indonesia (47,8), walaupun arah dari PMI manufaktur tetap menuju ke arah perbaikan.

Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau meningkat 5,3% dibandingkan bulan September 2020. Namun angka tersebut masih mengalami penurunan hingga 18,6% (ytd) dibandingkan posisi akhir tahun 2019. Di bulan Oktober, investor asing masih mencatatkan neto penjualan (outflow) sebesar Rp3,71 Triliun, turun dibandingkan outflow di bulan September yang mencapai Rp15,6 Triliun. Sejalan dengan peningkatan kinerja pasar saham, kinerja pasar obligasi pemerintah juga mengalami perbaikan di bulan Oktober 2020, dimana investor asing mencatatkan neto pembelian (net inflow) instrumen SBN sebesar Rp21,8 Triliun, yang merupakan net inflow bulanan tertinggi sepanjang 2020. Peningkatan kinerja di pasar SBN juga terlihat dari turunnya yield dari SBN seri benchmark 5 Tahun dan 10 Tahun masing-masing ke level 5,49% dan 6,61%. Penurunan yield SBN sejalan dengan turunnya risiko investasi di instrumen pasar keuangan Indonesia yang ditunjukkan dengan level Credit Default Swap (CDS) 5 tahun yang terus turun.

Total aliran modal asing yang masuk ke Indonesia pada Oktober 2020 mencapai Rp18,1 Triliun atau berbalik arah dibandingkan September 2020. Secara kumulatif hingga Oktober 2020, investor asing masih mencatatkan neto penjualan (net foreign selling) sebesar Rp157,7 Triliun. Sejalan dengan tingginya arus modal masuk dari investor asing, nilai tukar Rupiah terapresiasi 1,5% (mtm) dan ditutup di level Rp 14.690/USD di akhir Oktober 2020, walaupun secara year-to-date (ytd) masih mencatatkan depresiasi sebesar 5,7%. Memasuki bulan November, sentimen positif di pasar keuangan masih terjaga. Faktor positif yang menopang antara lain kemenangan Joe Biden dalam pemilu Amerika Serikat yang diharapkan dapat memperbaiki arah dan kebijakan Amerika Serikat ke depan, serta perkembangan positif dari vaksin Covid-19 yang diprediksi dapat mendorong pemulihan perekonomian global lebih cepat. Hingga 20 November 2020, aliran modal asing yang masuk di pasar keuangan mencapai Rp12,3 Triliun dan nilai tukar Rupiah terapresiasi hingga di level Rp14.228/USD.

Per akhir September, pertumbuhan uang beredar M1 dan M2 masing-masing mencapai 18,0% dan 12,4% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan akhir Q3 tahun sebelumnya maupun akhir tahun 2019. Kebijakan moneter yang longgar dengan suku bunga 7 DRR diturunkan hingga 4,00%, serta penempatan dana oleh Pemerintah, mampu membantu likuiditas yang dimiliki perbankan. Penurunan suku bunga acuan juga turut mendorong penurunan tingkat bukan deposito dan kredit perbankan, khususnya suku bunga kredit investasi sehingga mendorong pertumbuhan kredit investasi yang relatif lebih baik dari jenis kredit lain. Walaupun terjadi tren penurunan suku bunga kredit dan pelonggaran likuiditas di perbankan, fungsi intermediasi perbankan bagi sektor riil masih menjadi permasalahan hingga akhir Q3-2020. Pertumbuhan kredit perbankan terus menunjukan tren pelemahan, dimana mencatat kontraksi sebesar -0,4% (yoy) di bulan September. Sementara, pertumbuhan dana simpanan terus menunjukkan tren yang meningkat yaitu menjadi sebesar 12,1% (yoy).

Laju inflasi Oktober 2020 mencapai 1,44% (yoy), melanjutkan tren peningkatan dari bulan September atau secara kumulatif mencapai 0,95% (ytd). Secara bulan ke bulan, laju inflasi mencatatkan inflasi sebesar 0,07% (mtm) setelah 3 bulan berturut-turut mengalami deflasi. Perkembangan inflasi Oktober 2020 dipengaruhi oleh berlanjutnya tren penurunan inflasi inti di tengah inflasi volatile food yang melanjutkan tren meningkat.

Selama enam bulan berturut-turut, kinerja Neraca Perdagangan melanjutkan tren positif dengan mencatatkan surplus Oktober tercatat sebesar USD3,61 miliar atau secara kumulatif, mencatatkan surplus sebesar USD17,07 miliar. Surplus masih disebabkan oleh kontraksi impor yang jauh lebih dalam dibanding ekspor. Ekspor Oktober tercatat sebesar USD14,39 miliar, tumbuh positif dibandingkan bulan sebelumnya walaupun masih terkontraksi sebesar -3,29% (yoy). Secara kumulatif, ekspor juga masih terkontraksi sebesar -5,58% (ytd) dimana ekspor migas maupun nonmigas masih mencatatkan penurunan. Sementara itu, impor Oktober 2020 mencapai USD10,78 miliar, masih tertekan sebesar -26,93% (yoy) dan -19,07% (ytd).

November 2020

Page 2: November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 2

PEREKONOMIAN GLOBAL

Kasus Covid-19 di dunia telah menyentuh hampir 42 juta kasus

per 23 Oktober 2020, sembilan bulan pasca ditetapkan

sebagai pandemi, dan masih menjadi tantangan yang besar

bagi ekonomi dunia. Per tanggal 23 November 2020, hampir 60

juta kasus Covid-19 tercatat di dunia dengan kasus harian yang

masih dalam eskalasi di atas 500 ribu kasus per hari. Eropa dan

Amerika Serikat masih menjadi episenter terutama dengan

adanya gelombang baru di kedua kawasan. Kenaikan kasus

yang melonjak tajam memberikan beban berat bagi rumah sakit

dan tenaga kesehatan. Tingkat kematian per hari juga terus

meningkat, sehingga total kasus meninggal sudah mencapai 1,4

juta.

Di tingkat domestik, Covid-19 telah mencapai angka lebih dari

500 ribu kasus dan terus eskalatif. Kasus harian yang sempat

menurun pasca pemberlakuan PSBB ketat Jakarta, kembali naik

dalam beberapa minggu terakhir. Hal ini turut didukung oleh

jumlah tes yang juga kembali meningkat. Kondisi ini membuat

kasus aktif kembali berada di atas 60 ribu serta memberi

tekanan pada tenaga kesehatan serta fasilitas kesehatan. Selain

DKI Jakarta, lonjakan kasus nampak terjadi di beberapa wilayah

seperti Jawa Tengah, seiring perkiraan terjadinya beberapa

kegiatan yang melibatkan berkumpulnya orang seperti aksi

penyampaian aspirasi, Pilkada dan liburan.

Relaksasi kebijakan restriksi di berbagai negara terus

mendorong pemulihan aktivitas ekonomi. Hal ini tercermin dari

realisasi PDB Q3-2020 di berbagai negara yang menunjukkan

titik balik pemulihan. Pola pemulihan ekonomi di berbagai

negara menunjukkan sektor yang berkaitan dengan kebutuhan

dasar menjadi penggerak. Sementara beberapa sektor yang

sensitif terhadap interaksi seperti sektor pariwisata

(perhotelan, catering, dsb) pola pemulihannya terlihat lebih

lambat & masih terkontraksi cukup dalam dibandingkan sektor

lain. Hal ini juga terjadi bahkan di Tiongkok yang pertumbuhan

ekonominya sudah positif dalam dua kuartal terakhir.

Ditinjau dari data high frequency seperti PMI manufaktur,

pemulihan ekonomi global melanjutkan trennya hingga Oktober

2020. PMI manufaktur global berada di level 53 di bulan

Oktober, ditopang oleh ekspansi di banyak negara maju.

Keberlanjutan tren ini ke depan perlu diwaspadai seiring

terjadinya gelombang baru Covid-19 yang membuat beberapa

negara maju kembali memberlakukan kebijakan restriksi ketat

hingga lockdown. Sementara itu, PMI manufaktur di beberapa

negara berkembang dan Asia tercatat juga telah berada di zona

ekspansif, misalnya Tiongkok (Oktober 2020: 53,6) dan India

(Oktober: 58,9). Menguatnya permintaan serta aktivitas

produksi dalam negeri berkontribusi besar bagi solidnya kinerja

PMI manufaktur di kedua negara tersebut.

Meski demikian, masih terdapat negara berkembang dan Asia

yang masih berada di zona kontraksi (angka di bawah 50),

misalnya Malaysia (Oktober 2020: 48,5), Filipina (Oktober 2020:

48,5). Penerapan restriksi di kedua negara tersebut, terutama

di rentang September hingga Oktober, sangat berpengaruh

pada tingkat permintaan maupun produksi pabrik yang masih

menunjukkan pelemahan. Meski demikian, kita juga dapat

melihat bahwa arah dari PMI manufaktur tetap menuju ke arah

perbaikan. Misalnya Indonesia sejak Bulan Mei secara konstan

terus menunjukkan perbaikan pada angka PMI manufakturnya.

Page 3: November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 3

Walaupun pada bulan September lalu sempat turun ke angka

47,2 akibat penerapan PSBB, Indonesia kembali berhasil

mencatatkan peningkatan angka PMI manufaktur ke angka 47,8

di Bulan Oktober.

PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN DAN NILAI TUKAR

Kinerja Pasar Saham dan Surat Berharga Negara

Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober

menunjukkan peningkatan, meskipun masih dibayangi tekanan

dari pasar keuangan global. Di pasar saham, Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 5.128,2 atau

mengalami peningkatan 5,3% dibandingkan penutupan bulan

September 2020. Bila dibandingkan posisi akhir tahun 2019,

IHSG masih mengalami penurunan hingga 18,6% (ytd). Di bulan

Oktober ini investor asing masih mencatatkan neto penjualan

(outflow) sebesar Rp3,71 Triliun, turun dibandingkan outflow di

bulan September yang mencapai Rp15,6 Triliun. Secara

tahunan, investor asing masih mencatatkan neto penjualan di

pasar saham mencapai Rp47,3 Triliun.

Sejalan dengan peningkatan kinerja pasar saham, kinerja pasar

obligasi pemerintah juga mengalami perbaikan di bulan

Oktober 2020. Investor asing mencatatkan neto pembelian (net

inflow) instrumen SBN sebesar Rp21,8 Triliun, yang merupakan

net inflow bulanan tertinggi sepanjang 2020. Namun demikian,

secara kumulatif tahunan hingga akhir Oktober 2020 investor

asing mencatatkan neto penjualan (net foreign selling) di pasar

SBN sebesar Rp106,9 Triliun. Hal ini menyebabkan share

kepemilikan investor asing di SBN tradable menurun di kisaran

26,4% per Oktober, turun cukup besar jika dibandingkan share

di akhir 2019 yang mencapai 38,57% dari total SBN tradable.

Peningkatan kinerja di pasar SBN juga terlihat dari turunnya

yield dari SBN seri benchmark 5 Tahun dan 10 Tahun masing-

masing ke level 5,49% dan 6,61%. Penurunan yield SBN sejalan

dengan turunnya risiko investasi di instrumen pasar keuangan

Indonesia, yang ditunjukkan dengan level Credit Default Swap

(CDS) 5 tahun yang berada di bawah level 100 yakni 99,3.

Perbaikan kinerja di bulan Oktober ini terutama didorong oleh

respon positif dari investor atas pengesahan Undang-Undang

Cipta Kerja di awal bulan Oktober, meskipun terdapat aksi

penolakan dari beberapa pihak. Investor menilai dengan

disahkannya UU Cipta Karya tersebut, diharapkan dapat

memperbaiki ilkim investasi Indonesia ke depan. Selain itu,

kebijakan pelonggaran PSBB di DKI Jakarta juga turut

meningkatkan kepercayaan investor terhadap perbaikan

perekonomian Indonesia. Namun, dinamika yang terjadi di

pasar global menjadikan menahan peningkatan lebih lanjut

kinerja pasar keuangan domestik. Faktor dinamika pasar global

tersebut antara lain situasi politik di Amerika Serikat menjelang

Pemilu Amerika Serikat di awal bulan November, masih belum

adanya persetujuan kelanjutan stimulus fiskal di Amerika

Serikat, serta tingginya lonjakan kasus baru Covid-19 di

beberapa negara terutama di Eropa dan Amerika Serikat.

Kinerja Arus Modal dan Nilai Tukar

Berdasarkan perkembangan di pasar saham dan pasar obligasi,

secara total aliran modal asing yang masuk ke Indonesia di

bulan Oktober 2020 mencapai Rp18,1 Triliun atau berbalik arah

dibandingkan bulan September 2020 yang mencatatkan total

outflow sebesar Rp24,4 Triliun. Secara kumulatif hingga

Oktober 2020, investor asing masih mencatatkan neto

penjualan (net foreign selling) sebesar Rp157,7 Triliun.

Sejalan dengan tingginya arus modal masuk dari investor asing,

nilai tukar Rupiah terapresiasi 1,5% (mtm) dan ditutup di level

Rp14.690/USD di akhir Oktober 2020. Namun, secara year-to-

date (ytd) masih mencatatkan depresiasi sebesar 5,7%.

Memasuki bulan November, sentimen positif di pasar keuangan

masih terjaga. Faktor positif yang menopang terutama didorong

oleh kemenangan Joe Biden dalam pemilu Amerika Serikat yang

diharapkan dapat memperbaiki arah dan kebijakan Amerika

Serikat ke depan, serta perkembangan positif dari vaksin Covid-

19 yang diprediksi dapat mendorong pemulihan perekonomian

global lebih cepat. Hingga 20 November 2020, aliran modal

asing yang masuk di pasar keuangan mencapai Rp12,3 Triliun

dan nilai tukar Rupiah terapresiasi hingga di level

Rp14.228/USD.

Page 4: November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 4

Perkembangan Moneter dan Perbankan

Likuiditas dalam perekonomian hingga akhir Q3-2020 terus

melunak seiring dengan stance kebijakan moneter Bank

Indonesia dan kebijakan countercyclical dan pemulihan

ekonomi oleh Pemerintah. Perkembangan ini di antaranya

ditunjukkan oleh tren peningkatan laju pertumbuhan uang

beredar dalam perekonomian. Per akhir September,

pertumbuhan uang beredar M1 dan M2 masing-masing

mencapai 18,0% dan 12,4% (yoy), jauh lebih tinggi

dibandingkan akhir Q3 tahun sebelumnya maupun Desember

2019. Peningkatan uang beredar yang terjadi didorong oleh

meningkatnya komponen uang kartal, simpanan giro Rupiah,

maupun uang kuasi, walaupun komponen surat berharga selain

saham masih mengalami kontraksi. Faktor-faktor tersebut telah

mendorong kenaikan Net Foreign Asset (NFA) dan Net Domestic

Asset (NDA). Sementara dalam komponen NDA, terlihat

kenaikan tajam tagihan pada pemerintah pusat seiring

peningkatan belanja utang pemerintah untuk stimulus

ekonomi.

Kebijakan moneter yang longgar dengan suku bunga 7 Days

Repo rate diturunkan hingga 4,00% serta penempatan dana

oleh Pemerintah, mampu membantu likuiditas yang dimiliki

perbankan. Peningkatan likuiditas dimiliki perbankan juga

mendorong penempatan dana perbankan di BI, walaupun suku

bunga fasilitas simpanan BI juga mengalami penurunan. Dalam

hal ini, perkembangan penempatan dana tersebut menyiratkan

penyaluran dana ke sektor riil yang masih terhambat.

Sementara itu, sejalan dengan tren penurunan suku bunga

acuan dan pelonggaran likuiditas, suku bunga bunga di pasar

keuangan juga terus menurun. Bahkan suku bunga PUAB telah

turun lebih jauh dibandingkan suku bunga acuan.

Penurunan suku bunga

acuan juga turut

mendorong penurunan

tingkat bukan deposito dan

kredit perbankan. Secara

umum suku bunga depostio

dalam berbagai jangka

waktu telah menurun,

namun mengikuti tren

bulan sebelumnya,

penurunan suku bunga

deposito berjangka waktu

24 bulan relatif lebih rigid. Hal ini menandakan bahwa masih

terdapat kebutuhan sumber pendanaan untuk jangka panjang

dan juga persepsi perbankan tentang tingginya ketidakpastian

perekonomian dalam jangka panjang. Dalam hal ini, pihak

perbankan berupaya mengamankan likuiditas jangka

panjangnya.

Suku bunga kredit juga telah mengalami penurunan dimana

penurunan terbesar dialami oleh suku bunga kredit investasi.

Hal ini dapat menjadi pendorong pertumbuhan kredit investasi

yang relatif lebih baik dari jenis kredit lain. Sementara itu,

penurunan suku bunga kredit konsumsi relatif lambat. Secara

umum penurunan suku bunga kredit deposito lebih besar

daripada suku bunga kredit. Hal ini terjadi untuk menjaga net

interest margin yang ada.

Walaupun terjadi tren penurunan suku bunga kredit dan

pelonggaran likuiditas di perbankan, fungsi intermediasi

perbankan bagi sektor riil masih menjadi permasalahan hingga

akhir Q3-2020. Pertumbuhan kredit perbankan terus

menunjukan tren pelemahan, dan di bulan September 2020

mencatat kontraksi (-0,4% yoy). Secara umum, kontraksi kredit

tersebut didorong oleh lemahnya permintaan kredit oleh sektor

riil. Pertumbuhan negatif terjadi pada jenis kredit modal kerja

yang mengisyaratkan masih lemahnya sisi supply dan masih

dalam keadaan undercapacity. Selain itu, kredit investasi juga

masih sangat rendah yang mengisyaratkan perusahaan belum

akan melakukan investasi dalam waktu dekat. Sementara itu,

konsumsi masyarakat juga turun yang terlihat dari perlambatan

kredit konsumsi. Dari sisi lapangan usaha, sebagian besar kredit

lapangan usaha mengalami kontraksi tentunya sejalan dengan

kinerja sektor tersebut. Dominasi kredit lapangan usaha masih

relatif sama yaitu ke sektor perdagangan (27,3%) dan

manufaktur (22,5%).

Sementara itu, pertumbuhan dana simpanan terus

menunjukkan tren yang meningkat yaitu menjadi sebesar 12,1%

(yoy). Pertumbuhan dana simpanan terutama didorong oleh

peningkatan tabungan jenis giro yang terkait dengan

penempatan dari dana korporasi dan juga hasil dari hubungan

kelembagaan. Dilihat dari besaran rekeningnya, peningkatan

pertumbuhan dana simpanan terutama didorong oleh rekening

bernilai besar dimana hal ini mengisyaratkan kecenderungan

menabung masyarakat menengah ke atas. Sementara itu,

tabungan dengan nilai rendah relatif stabil.

Page 5: November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 5

Secara lebih khusus, dukungan kredit perbankan terhadap

kegiatan UMKM juga mengalami penurunan dan bahkan

mencapai zona negatif. Namun, apabila dilihat lebih detail,

kredit pada sektor usaha kecil masih tumbuh positif dan cukup

stabil selama masa pandemi. Namun karena proporsi kredit

usaha kecil terhadap total kredit UMKM sekitar 30%, hal

tersebut tidak mampu menopang kredit UMKM secara

keseluruhan. Kontraksi pertumbuhan kredit kelompok Usaha

Mikro dan Menengah juga didorong oleh permintaan yang

rendah dan tekanan pada kedua kelompok usaha tersebut yang

terlalu besar. Peningkatan dukungan pendanaan bagi UMKM

sangat penting, mengingat kontribusi UMKM terhadap PDB

yang cukup besar. Di sisi lain, terdapat peningkatan dukungan

perbankan terhadap kegiatan ekspor dengan pertumbuhan

positif mencapai 12% (yoy) di bulan Agustus. Namun porsi

kredit ekspor terhadap hal-hal di atas, Pemerintah masih

berupaya merumuskan strategi yang tepat untuk mendorong

dukungan kredit bagi UMKM dan juga kegiatan ekspor guna

mendorong pemulihan ekonomi yang lebih baik.

Perlambatan pertumbuhan kredit dan peningkatan tabungan

masyarakat telah mendorong perbankan untuk melakukan

realokasi portofolio asetnya, yaitu dengan menempatkan lebih

banyak dananya di instrumen keuangan seperti SBN. Porsi

kepemilikan Bank pada instrumen surat berharga terus

meningkat dan mencapai 20,7% terhadap dana simpanan.

Selain itu, kepemilikan bank di instrumen SBN juga melanjutkan

tren peningkatan menjadi sebesar 39,2% di akhir bulan

Oktober. Secara umum kondisi perbankan relatif tetap terjaga.

Likuiditas yang longgar mendukung permodalan perbankan

yang semakin baik yang terlihat dari peningkatan CAR yang

terjadi. Namun, secara khusus, CAR di bank Buku I mengalami

penurunan. Resiko kredit macet (NPL) terlihat meningkat.

Perlambatan aktivitas ekonomi mendorong terjadinya

peningkatan NPL dimana debitur tidak dapat mengembalikan

kredit dengan lancar selama pandemi. Hal ini mendorong

ditempuhnya restrukturisasi perbankan. Selain itu, perlambatan

ekonomi yang membuat rendahnya penyaluran kredit menekan

pertumbuhan laba perbankan. Penurunan laba tersebut terjadi

di semua jenis buku bank.

Neraca Pembayaran

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI - Balance of Payment)

kembali mencatat surplus di Q3 -2020. Surplus di kuartal

terakhir mencapai USD2,1 miliar, lebih rendah dibanding Q2

(USD9,2 miliar). Penurunan surplus disebabkan penurunan

surplus neraca transaksi modal dan finansial di tengah

perbaikan kinerja transaksi berjalan. Namun dibalik penurunan

surplus Neraca Pembayaran, terdapat perbaikan pada neraca

transaksi berjalan yang mencatat surplus (current account

surplus), pertama kali sejak tahun 2012.

Neraca transaksi berjalan pada Q3-2020 mencatat surplus

sebesar USD 1 miliar (0,4% PDB) setelah pada kuartal

sebelumnya mencatat defisit (-1,2% PDB). Surplus ini terutama

didorong oleh peningkatan tajam surplus neraca perdagangan

barang (USD9,8 miliar), akibat kontraksi impor yang lebih dalam

dibandingkan ekspor. Sementara itu, di sektor jasa terjadi

peningkatan defisit (menjadi USD-2,6 miliar), yang terutama

didorong penurunan penerimaan jasa pariwisata yang cukup

besar akibat masih menurunnya jumlah wisatawan asing ke

dalam negeri. Neraca pendapatan primer masih tetap menjadi

sumber outflow terbesar dalam neraca transaksi berjalan, dan

defisit komponen ini kembali meningkat di kuartal tiga (menjadi

USD-7,6 miliar) terutama didorong oleh kenaikan pembayaran

kompensasi TK asing dan pendapatan investasi asing di tengah

penurunan penerimaan kompensasi TK dan pendapatan

investasi Indonesia dari LN. Lebih lanjut, komponen neraca

pendapatan sekunder relatif stabil (USD1,4 miliar) yang

terutama didorong remitansi TKI di luar negeri.

Pada sisi neraca transaksi modal dan finansial, terdapat surplus

sebesar USD1,0 miliar, menurun cukup signifikan dibanding

kuartal sebelumnya (USD10,6 miliar). Penurunan tersebut

terutama didorong munculnya defisit portfolio investment

akibat masih terjadinya outflow di pasar keuangan serta

rendahnya penerbitan global bond oleh pemerintah di banding

kuartal sebelumnya. Arus investasi langsung masih terjadi di

Q3, namun menurun dibanding realisasi kuartal sebelumnya.

Page 6: November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 6

Selanjutnya, dengan perkembangan-perkembangan tersebut di

atas, posisi cadangan devisa pada Q3-2020 mencapai USD135,2

miliar, lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya. Namun

demikian, di akhir Oktober, cadangan devisa sedikit menurun ke

tingkat USD133,7 miliar. Penurunan cadangan devisa pada

Oktober 2020 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran net

utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan operasi pasar BI

untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah. Tingkat cadangan devisa di

bulan Oktober tersebut masih sanggup untuk membiayai 9,3

bulan impor dan pembayaran utang LN pemerintah, meningkat

dibanding bulan sebelumnya. Tingkat tersebut juga masih

cukup aman, jauh di atas batas aman strandar internasional

yaitu 3 bulan.

PERKEMBANGAN HARGA

Laju inflasi Oktober 2020 mencapai 1,44% (yoy), melanjutkan tren peningkatan dari bulan September yang mencapai 1,42% (yoy). Secara kumulatif, laju inflasi mencapai 0,95% (ytd). Secara bulan ke bulan, laju inflasi mencatatkan inflasi sebesar 0,07% (mtm) setelah 3 bulan berturut-turut mengalami deflasi. Perkembangan inflasi Oktober 2020 dipengaruhi oleh berlanjutnya tren penurunan inflasi inti di tengah inflasi volatile food yang melanjutkan tren meningkat.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, hampir seluruh kelompok masih mencatatkan tren penurunan, kecuali kelompok makanan, minuman, dan tembakau seiring mulai masuknya musim penghujan. Sementara itu, kelompok lainnya masih menunjukkan tren pelemahan yang menggambarkan bahwa tingkat permintaan secara umum masih sangat lemah sebagai dampak dari wabah Covid-19. Jika dilihat secara spasial, 66 kota mengalami inflasi secara bulan ke bulan, sementara 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga (Sumatera Utara), didorong oleh kenaikan harga aneka bumbu dan ikan. Sementara itu, deflasi terdalam tercatat di Manokwari (Papua Barat), dipengaruhi oleh penurunan harga ikan tangkap dan tarif angkutan udara.

Meningkatnya laju inflasi Oktober dipengaruhi oleh kelompok pangan bergejolak yang terus melanjutkan tren naik secara tahun ke tahun. Laju inflasi volatile food mengalami peningkatan, mencapai 1,32% (yoy), lebih tinggi dari angka September sebesar 0,55% (yoy). Kenaikan ini disebabkan oleh masuknya periode musim tanam beberapa komoditas pangan serta peningkatan harga produk hortikultura seperti cabai merah dan bawang merah. Di tengah serapan industri yang masih rendah, komoditas aneka bumbu mengalami kekurangan pasokan karena faktor intensitas hujan yang tinggi sehingga bedampak pada gagal panen. Hal ini berbeda dengan kondisi Oktober 2019 yang mengalami panen melimpah aneka cabai dan bawang merah karena faktor cuaca yang lebih kering. Meskipun demikian, beberapa komoditas pangan masih mengalami penurunan harga, seperti produk unggas dan beberapa jenis buah musiman yang sedang mengalami panen.

Pada Oktober 2020, pelemahan laju inflasi inti masih berlanjut mencapai 1,74% (yoy), lebih rendah dari angka September yang

mencapai 1,86% (yoy). Tren inflasi inti yang menurun masih mencerminkan lemahnya tingkat permintaan masyarakat meskipun penurunan bulan ini lebih landai dibandingkan bulan sebelumnya. Tren penurunan tingkat inflasi inti secara umum tercermin pada penurunan laju inflasi pada kelompok komoditas seperti sandang, perlengkapan rumah tangga, jasa permuahan, rekreasi, kesehatan, dan jasa penyediaan makanan dan minuman/restoran. Secara umum, kelompok kebutuhan nonpangan masih mengalami tren menurun.

Inflasi administered price juga melanjutkan tren penurunan dari 0,63% (yoy) pada September menjadi 0,46% (yoy) pada Oktober 2020. Penurunan ini dipengaruhi oleh masih berlanjutnya deflasi empat bulan berturut-turut pada tarif angkutan udara. Hal ini sejalan dengan masih lemahnya mobilitas masyarakat antardaerah meskipun telah dilakukan diberlakukan kebijakan protokol kesehatan pada penerbangan. Pada bulan Oktober, tarif listrik juga menyumbang deflasi, dipengaruhi oleh penurunan tarif listrik pelanggan rumah tangga daya 1300 VA ke atas dan beberapa jenis pelanggan bisnis menengah. Penyesuaian tarif ini ditujukan untuk meningkatkan aktivitas ekonomi dan daya saing bisnis dalam rangka mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional.

PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL : PERKEMBANGAN KINERJA PERDAGANGAN, TRANSPORTASI, DAN PARIWISATA

Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2020 telah

menunjukkan proses pemulihan dan pembalikan arah (turning

point) aktivitas ekonomi nasional yang kuat untuk menuju ke

zona positif.

Sektor perdagangan yang berkontribusi terhadap PDB 12,83%

mulai menunjukkan perbaikan kinerja walaupun masih di zona

kontraksi di level -5,03% (yoy). Subsektor Mobil, Motor dan

Page 7: November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 7

Reparasinya masih dalam level kontraksi seiring masih

tertekannya penjualan mobil dan sepeda motor. Selain itu,

Rumah Tangga (menengah-atas) masih menunda melakukan

konsumsi barang, serta mobilitas masyarakat masih terbatas.

Subsektor perdagangan besar dan eceran yang masih

terkontraksi tercermin dari omzet perdagangan ritel yang masih

rendah. Selain itu, minat masyarakat mengunjungi pusat

perbelanjaan belum sepenuhnya pulih.

Dari sisi sektor transportasi dan pergudangan, terdapat

perbaikan setelah mengalami kontraksi yang sangat dalam di

kuartal II. Transportasi dan pergudangan pada saat pandemi

diumumkan di kuartal ke II mengalami kontraksi hingga minus

30,8%.

Kemudian di kuartal III ini rebound yang cukup kuat, minus

16,7% atau naik 14% lebih baik dibandingkan kuartal

sebelumnya. Dilihat dari indikatornya, terjadi perbaikan kinerja

di pengangkutan barang, sementara pengangkutan penumpang

mengalami pelemahan. Namun demikian, secara kuartalan

kinerja pengangkutan barang dan penumpang di Q3-2020 lebih

baik dibandingkan kuartal sebelumnya. Pertumbuhan jumlah

penumpang angkutan udara, laut, dan kereta api secara

berturut-turut masih mengalami kontraksi pertumbuhan

sebesar -75,12%, -46,89% dan -67,55% (yoy).

Penurunan pertumbuhan penumpang angkutan laut dan kereta

api yang lebih rendah dibandingkan bulan sebelumya terjadi

seiring jumlah hari pada bulan September yang lebih sedikit,

serta kembali dilakukannya pengetatan PSBB mulai

pertengahan September. Secara kuartalan, pertumbuhan ketiga

jalur angkutan penumpang pada Q3 mengalami perbaikan

pertumbuhan dibanding Q2, meski dalam level kontraksi

pertumbuhan.

Pertumbuhan angkutan barang melalui laut tumbuh 3,52%,

sementara angkutan kereta api terkontraksi -2,73% (yoy),

dengan kinerja pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan

bulan sebelumnya. Perbaikan kinerja angkutan barang terjadi

seiring komitmen pemerintah agar arus barang logistik terus

berjalan meski dalam protokol normal baru.

Pandemi Covid-19 mendorong masyarakat beralih memenuhi

kebutuhan melalui e-commerce. Hal ini mendorong

meningkatnya jasa pengiriman barang dan permintaan

pergudangan logistik. Secara kuartalan, pertumbuhan angkutan

barang laut dan kereta api pada Q3 mengalami perbaikan

pertumbuhan dibanding Q2, meski masih terkontraksi.

Dari sisi Pariwisata, Kunjungan Wisman ke Indonesia pada

September 2020 terkontraksi 88,95% atau lebih rendah dari

kontraksi bulan sebelumnya 89,34% (yoy). Larangan bepergian

ke luar negeri untuk non esensial travel akibat pandemi COVID-

19 masih menjadi faktor utama penurunan kunjungan wisman.

Pintu darat menjadi pintu penerimaan wisman tertinggi dengan

persentase sebesar 61,94%, disusul oleh pintu laut sebesar

31,57%, dan pintu udara sebesar 6,50% dengan dominasi Timor

Leste dan Malaysia sebagai kebangsaan wisman yang paling

banyak ke Indonesia.

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) pada Hotel Berbintang di

Indonesia tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan

bulan sebelumnya. Efek adanya libur panjang di bulan Agustus

menyebabkan TPK di bulan September menjadi lebih rendah

kendati tren staycation masih digemari dan didukung promo

atau diskon tarif hotel selama pandemi.

PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL : INDIKATOR PERTUMBUHAN

EKONOMI

Page 8: November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 8

Indikator Konsumsi Rumah Tangga

Pada kuartal III 2020, ekonomi Indonesia mencatat

pertumbuhan negatif sebesar -3,49% (yoy) atau -5,05% (qtq).

Kondisi tersebut menunjukkan titik terendah pada kuartal II

telah dilewati dengan pertumbuhan qtq tertinggi sepanjang

sejarah Indonesia. Perbaikan ekonomi global turut

mempengaruhi perbaikan ekonomi Indonesia yang ditunjukkan

oleh kontribusi net ekspor yang mencapai 1,73%. Selain itu,

konsumsi pemerintah yang tumbuh mencapai 9,76%

berkontribusi positif sebesar 0,72% terhadap pertumbuhan

ekonomi nasional. Pemberlakuan PSBB transisi juga

menyebabkan perbaikan di komponen konsumsi rumah tangga

dan investasi yang masih masing-masing tumbuh -4,04% dan -

6,48% di kuartal III tahun 2020.

Meskipun terjadi perbaikan akibat pemberlakuan PSBB transisi,

konsumsi rumah tangga pada kuartal III ini volumenya hanya

95,96% dibandingkan kuartal III tahun 2019, angka ini sudah

lebih tinggi dibandingkan keadaan kuartal II yang hanya 94,48%.

Secara yoy, pada kuartal III belanja terkait Perumahan dan

Perlengkapan Rumah Tangga serta Kesehatan dan Pendidikan

konsisten tumbuh positif di masa pandemi ini, masing-masing

sebesar 1,82% dan 2,06%. Sedangkan secara qtq, seluruh

komponen konsumsi rumah tangga tumbuh positif, dengan

pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen konsumsi.

Restoran dan Hotel, Transportasi dan Komunikasi, serta

Kesehatan dan Pendidikan, masing-masing sebesar 11,38%,

7,89% dan 5,15%.

Kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi)

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang mengalami

perbaikan dari negatif 8,6% (yoy) di kuartal II menjadi negatif

6,5% (yoy) di kuartal III-2020. Peningkatan PMTB didukung oleh

berbagai indikator investasi, seperti penjualan semen,

penjualan kendaraan niaga dan impor barang modal, yang telah

mengalami perbaikan meskipun masih di zona kontraktif.

Komponen bangunan masih sedikit melambat walaupun

keberlanjutan proyek pembangunan fisik yang sempat tertunda

sudah mulai kembali berjalan.

Berdasarkan realisasi pertumbuhan PMTB tersebut, tentu telah

ada tren membaik dari beberapa komponen, terutama

cultivated biological resources/CBR yang telah berada di teritori

positif. Namun pemilik kontribusi terbesar terhadap PMTB

adalah Bangunan yang memiliki share sekitar 70% masih

mengalami kontraksi bahkan lebih dalam dari kuartal II-2020.

Terkontraksinya barang modal jenis mesin dipengaruhi oleh

kontraksi yang terjadi pada impor maupun produksi domestik.

Menurut BPS, terkontraksinya barang modal jenis kendaraan

dipengaruhi oleh menurunnya seluruh jenis kendaraan, baik

yang berasal dari domestik maupun impor, kecuali kapal laut.

Impor kapal laut masih mengalami pertumbuhan positif. Barang

modal jenis peralatan lainnya juga terkontraksi baik yang

berasal dari domestik maupun impor. Bangunan dan konstruksi

lain mengalami kontraksi disebabkan oleh penurunan

pembangunan pada sebagian besar wilayah/provinsi. Realisasi

belanja modal APBN kuartal III-2020 lebih rendah 22,34%

dibanding belanja modal kuartal III-2019.

Namun pada bulan Oktober, indikator PMTB menunjukkan tren

yang berubah arah. Indikator PMTB Bangunan kembali

mengalami penurunan kinerja. Konsumsi semen pada bulan

Oktober mengalami penurunan yaitu negatif 15,2% (yoy)

dibandingkan realisasi pada bulan September sebesar negatif

9,2% (yoy). Impor Besi dan Baja sebagai indikator PMTB

Bangunan juga mengalami pelemahan dari bulan September

sebesar negatif 37,9% (yoy) dibandingkan dengan realisasi pada

bulan Oktober sebesar negatif 46,0% (yoy). Pelemahan

indikator ini diperkirakan disebabkan oleh perkembangan

eskalasi pandemi Covid-19 dan kebijakan yang diambil

Pemerintah dan pemerintah daerah. Kondisi ini diperkirakan

akan membaik kembali karena diperkirakan belanja modal

Pemerintah dan pemerintah daerah realisasinya akan digenjot

Page 9: November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 9

untuk penyelesaian proyek-proyek yang telah dimulai.

Demikian pula capex BUMN terutama yang ditargetkan harus

selesai pada akhir tahun 2020 seperti pembangunan beberapa

ruas jalan tol trans Sumatera.

Demikian pula impor barang modal sebagai indikator PMTB

Mesin dan Perlengkapan mengalami pelemahan. Setelah

mengalami penguatan pada bulan September sebesar negatif

17,7% (YoY), pada bulan Oktober kembali mengalami

pelemahan menjadi sebesar negatif 24,2% (YoY). Pelemahan

indikator ini juga diperkirakan akan sangat mempengaruhi

pertumbuhan PMTB Mesin dan Perlengkapan di kuartal terakhir

tahun 2020 ini, karena hari kerja yang akan terpotong oleh libur

panjang di akhir tahun.

Selain itu, penjualan mobil niaga sebagai indikator PMTB

Kendaraan juga mengalami pelemahan pada bulan Oktober.

Setelah mengalami penguatan yang cukup signifikan pada bulan

September, pada bulan Oktober kembali mengalami

pelemahan. Pada September, penjualan mobil niaga

sebagaimana dirilis oleh GAIKINDO tumbuh pada negatif 36,7%

(YoY). Namun pada bulan Oktober kembali melemah, tumbuh

pada negatif 43,2% (YoY). Diperkirakan kondisi ini akan sangat

mempengaruhi pergerakan PMTB Kendaraan hingga akhir

tahun karena belum adanya stimulus yang menjadi pendorong

untuk indikator ini bergerak positif.

Indikator lainnya yang digunakan untuk memperkirakan

pertumbuhan PMTB secara keseluruhan adalah realisasi belanja

modal Pemerintah Pusat. Pada bulan Oktober 2020, realisasi

belanja modal Pemerintah Pusat sebesar Rp16.496 miliar.

Secara yoy, realisasi bulan Oktober tersebut terkontraksi 19,1%,

secara mtm tumbuh sebesar 12,9%. Secara kumulatif realisasi

belanja modal Pemerintah Pusat selama bulan Januari-Oktober

adalah sebesar Rp89.658 miliar. Penyerapan ini mencapai

65,3%, atau meningkat dibandingkan dengan penyerapan

Oktober 2019 sebesar 56,2%. Berdasarkan hal itu, diperkirakan

hingga akhir tahun, penyerapan belanja modal tersebut akan

terkontraksi jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2019 atau

yoy.

Kinerja Konsumsi Pemerintah

Indikator Konsumsi Pemerintah pada bulan Oktober 2020

menunjukkan realisasi belanja negara mencapai Rp200,7 triliun

atau turun 1,1% (yoy), namun masih lebih baik dibandingkan

bulan Oktober 2019 yang turun 2,5% (yoy). Penurunan belanja

negara ini terutama dipengaruhi kebijakan PSBB Ketat yang

dilakukan pada 1-12 Oktober 2020. Lebih lanjut, secara

kumulatif Januari-Oktober, tercatat Pemerintah telah

membelanjakan APBN sebesar Rp2.041,8 triliun atau 74,5% dari

total belanja negara, meningkat 13,6% (yoy) dibandingkan

tahun 2019 yang tumbuh 5,4% yoy. Capaian tersebut terdiri

dari belanja Pemerintah Pusat mencapai Rp1.343,8 triliun dan

transfer ke daerah dan dana desa mencapai Rp698 triliun.

Pencapaian belanja negara tersebut terutama ditopang oleh

realisasi belanja bantuan sosial, belanja barang yang mengalami

peningkatan, realisasi program PEN (diantaranya dukungan

untuk dunia usaha terutama usaha menengah kecil) serta

realisasi TKDD. Realisasi Bantuan sosial tahun 2020 tumbuh

86,3% terutama didorong oleh pelaksanaan Jaring Pengaman

Sosial masa Pandemi Covid-19 serta peningkatan nilai Premi PBI

JKN di tahun 2020. Lebih lanjut peningkatan realisasi Bansos

tersebut berdasarkan Kementerian /Lembaga di antaranya

sebagai berikut: a) pelaksanaan PKH, Kartu Sembako dan

bansos sementara lainnya (BST, Bansos beras, bansos Paket

Sembako) oleh Kementerian Sosial; b) pencairan bantuan premi

iuran JKN dengan premi iuran yang lebih besar sejak awal tahun

oleh Kementerian Kesehatan; c) realokasi KIP Kuliah dari

Kemristek/BRIN oleh Kemendikbud; dan d) pelaksanaan

kegiatan penanganan pandemi Covid-19 oleh BNPB. Sementara

Page 10: November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 10

itu, realisasi belanja barang tumbuh 11,7% utamanya didorong

pelaksanaan program PEN yang baru dilakukan pada tahun

2020 (penanganan kesehatan dan berbagai bantuan

Pemerintah). Realisasi TKDD meningkat searah dengan

kebijakan relaksasi percepatan penyaluran TKDD untuk

mendukung Program PEN yang bersifat TKDD, yaitu DID

Pemulihan Ekonomi serta Cadangan DAK Fisik.

Pada bulan Oktober pengeluaran konsumsi pemerintah

diperkirakan mencapai Rp 171,8 Triliun, meningkat

dibandingkan bulan September yang diperkirakan mencapai

Rp158,6 Triliun. Hal ini terutama didorong belanja barang dan

bantuan sosial untuk penanganan kesehatan dan berbagai

bantuan Pemerintah untuk pandemi covid 19. Sehingga, selama

periode Januari-Oktober 2020 diperkirakan terjadi peningkatan

konsumsi Pemerintah dibandingkan periode yang sama tahun

2019. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh

meningkatnya realisasi belanja bantuan sosial serta belanja

barang yang didorong oleh realisasi PEN baik berupa

dukungan kesehatan, perlindungan sosial, bantuan upah,

maupun bantuan mikro.

Page 11: November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 11

Page 12: November 2020 RINGKASAN EKSEKUTIF...Kinerja pasar keuangan domestik di bulan Oktober menunjukkan peningkatan, yang antara lain ditunjukkan dengan IHSG ditutup pada level 5.128,2 atau

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 12

Pengarah : Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab : Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Penyusun : Thomas NPD Keraf, Yasir Niti Samudro, Roni Parasian, Rahadian Zulfadin, Lilik Surya, Iis Iskandar, Raditiyo Harya Pamungkas, Dwi Anggi Novianti, Dedy Sunaryo, Immanuel Bekti Hartanto, Restu Rinayanti, Johan Zulkarnain, Andi Yoga, Wignyo Parasian, Yayu Andini, Ika Kartika Sari, Wiranda Baihaqi, Dimas Nurdy, Adi Triyono, Dessy Kusumawardani, Rizki Saputri, Ilham Satriyo N., Hilda Choirunnisyah Layout : Patria Yoga Asmara Sumber Data : CEIC, BPS, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan

Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.