Novel Hafalan Shalat Delisa
description
Transcript of Novel Hafalan Shalat Delisa
Analisis Unsur Intrinsik Novel : Hafalan Shalat Delisa
Tugas : Bahasa Indonesia
Oleh :Radiyati
Kelas VIII A
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGAKABUPATEN DHARMASRAYA
Tapel 2014 / 2015Identitas Novel
- Judul Novel : HAFALAN SHALAT DELISA
- Penulis : Tere Liye
- Penerbit : Republika Penerbit
- Ukuran Novel : 20,5 x 13,5 cm
- Jumlah Halaman : 266
Ringkasan CeritaUmmi sehari-hari bekerja menjahit, membordir dan apalah pakaian pesanan
tetangga. Abi seperti yang dibilang sebelumnya bekerja di tanker perusahaan
minyak internasional. Fatimah tipikal anak sulung yang bisa diandalkan. Umurnya 16
tahun. Cut Aisyah and Cut Zahra meski kembar benar-benar bertabiat bagai bumi –
langit. Delisa si bungsu ebrwajah paling menggemaskan, Delisa juga punya hobby
berbeda dengan anak-anak gadis kecil di komplek perumahan mereka.
Ketika Delisa lagi sibuk duduk diayunan pohon jambu yang dibuatkan Abu
dua bulan lalu, pas pulang berayun-ayun pelan sambil menghafal doa iftitah. Delisa
memang lagi berjuang menghafal bacaan shalat minggu-minggu ini.
Ummi keluar dari dalam rumah, bersiap hendak pergi ke pasar. Delisa dan
Ummi akan ke pasar Lhok Nga membeli kalung hadiah hafalan shalat Delisa
(disamping belanjaan rutin mingguan Ummi lainnya)
Kecemburuan itu bagai api yang membakar kering, cepat sekali menyala,
melalap apasaja disekitarnya dan itulah yang terjadi sesiang, sesore dans
emalaman saat Delisa dan Ummi sudah pulang dari pasar Lhok Nga. Aisyah diam
saja sepanjang sore dan malamnya pun Aisyah yang duduk bersama Zahra juga
terdiam diri saat mengerjakan PR buat besok
Senen sore, Delisa mengaduk-aduk lemari apkaiannya. Ia sedang mencari
buku ngajinya. Delisa berlari-lari kecil disepanjang gang. Delisa buru-buru ke
Meusanah untuk mengaji TPA dengan Ustadz Rahman.
Setelah mengaji dengan Ustadz Rahman, Delisa buru-buru untuk pulang dan
setelah makan siang bersama Ummi, Delisa kembali keayunan dibawah pohon
jambu menenteng buku bacaan shalatnya.
Waktu berjalan cepat. Senen-selasa-rabu langsung wusshhh hari sabtu.
Mereka berkumpul di ruang keluarga. Malam minggu menonton televisi.
Delisa bangun dengan semangat. Shalat subuh dengan smangat. Delisa
semangat berangkat sekolah hari ini. Janji kalung itu membuatnya sumringah. Ibu
guru Nur memang sengaja memindahkan praktek shalat anak-anak kelas satu
ibtidalyah ke hari ahad. Ummi ikut mengantar Delisa.
Ibu guru Nur mengambil daftar absen. Anak-anak melotot memperhatikannya.
Disaat ibu guru Nur memanggil Delisa untuk maju, Delisa menggigit bibir dan maju
ke depan. Seratus tiga puluh dari Lhok Nga, persis ketika Delisa usai ber-takbiratul
ikhram, persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Persis ditengah lautan luas yang
berteriak tenang persis disana ! LANTAI LAUT RETAK SEKETIKA.
Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Banda Aceh tebah jimpa, Nias
lebur seketika. Lhok Nga menyusul. Tepat ketika diujung kalimat Delisa, tepat ketika
Delisa mengucapkan kata wa-ma-ma-ti, lantai sekolah bergetar hebat, genteng
sekolah berjatuhan.
Delisa gemetar mengulang bacaannya yang terganggu tadi. Apabila
lengannya yang berdarah membasahi baju putihnya menyemburat merah, tetapi
bukankah kata ustadz Rahman sahabat rasul bahkan tetap tak bergerak saat shalat
ketika punggungnya digigit kalajengking. Tepat ketika Delisa mengatakan takbir
sebelum sujud itu, tepat sebelum kepalanya menghantam tembok itu, selaksa
cahaya melesat dari atasy Allah.
Berita-berita di televisi pun muncul. Masalahnya informasi menyebar amat
lambat dibandingkan gelombang tsunami yang meluluh lantakkan semua. Sore hari,
dunia masih menyeringai. Kabar gempa itu seperti tak ada bedanya dengan
bencana dunia lainnya. Malam hari, berita pertama emleset. Gempa itu diikuti
gelombang tsunami.
Senin siang, bencana itu semakin jelas. Abi Usman yang sedang ebrtugas di
ruang mesin sepanjang dua hari dua malam mengucapkan Innalillahi untuk kedua
kalinya. Jam tujuh pagi super puma itu melesat dari kapal induk. Sudut mata prajurit
smith tak sengaja menangkat siluet pemandangan yang menggentarkan itu.
Matanya menatap tubuh Delisa yang tergantung di tengah-tengah semak. Sersan
Ahmad hati-hati mereekahkan dahan yang menjepit kaki kanan Delisa.
Abi Usman berlari kesana kemari cemas. Mulutnya tak henti ebrtanya. Abi
Usman barutiba di Banda Aceh setelah penerbangan 20 jam langsung dari Toronto,
Kanada. Malam ektiga ketika Delisa terbaring tak berdaya, pukul 02.45 dua pertiga
malam waktu terbaik yang engkau janjikan. Malam itu prajurit Smith gentar
melangkah masuk ke dalam ruangan rawat Delisa.
Empat hari empat malam Delisa belum menunjukkan tanda-tanda akan
siuman. Dan inilah daftar isian itu ketika Shopi menyerahkan data tersebut ke sersan
Ahmed. Saat itu juga Abi Usman seketika terlihat berdiri di bingkai pintu itu adalah
anaknya yaitu Delisa. Delisa langsung memeluk Abinya. Delisa mulai paham dan
mengerti. Ia sebenarnya tidak mengerti makna mati dan kematian yang
sesungguhnya, yang ia tahu mati berarti pergi untuk selamanya.
Sore itu, sabtu, 21 Mei 2005, selepas shalat Ashar yang penuh makna. Delisa
melanjutkan belajar menggurat kaligrafi diatas pasir didalam ember plastik. Ketika
Delisa ingin mencuci kedua tangannya ke sungai kecil dekat lapangan tersebut, ia
melihat sesuatu di seberang diatas semak belukar yang merah oleh buahnya yang
ternyata itu adalah sebuah kalung. Kalung itu ternyata bukan tersangkut di
dedahanan dan tidak juga di dedaunan, tetapi kalung itu tersangkut ditangan-tangan
yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka manusia putih. Tulang belulang
utuh bersandarkan sema belukar tersebut.
Abalisis Unsur Intrinsik Novel “Hafalan Shalat Delisa”
Tema : Pendidikan
Tokoh / Penokohan :- Delisa : Tokoh Utama
Watak : Baik, jahil, tidak mudah putus asa, penyabar, patuh/taat
kepada kedua orang tua, lucu
- Ummi : Ibu dari Delisa
Watak : Baik, tidak membeda-bedakan anak-anaknya
- Abbi : Ayah dari Delisa
Watak : Baik, tidak membeda-bedakan anak-anaknya, pekerja keras
- Fatimah : Anak Sulung
Watak : rajin, pintar, kreatif
- Cut Aisyah : Kembaran Cut Zahra
Watak : pencemburuan, jahil, lucu
- Cut Zahra : Kembaran Cut Aisyah
Watak : cuek, jahil, pendiam
- Ustadz Rahman : Guru ngaji Delisa
Watak : Baik
- Ibu Guru Nur : Guru di Sekolah
Watak : Baik, pendiam
Alur / Plot : Maju Mundur
Latar / Setting :Tempat : Tanter Perusahaan Minyak Internasional, Di ayunan, Pasar,
Meusanah
Waktu : Siang, Sore, Malam
Suasana : Meneagngkan, Menyedihkan, Mengharukan, dan Menggembirakan