NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE...

70
NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYE SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Tarbiyah Disusun Oleh: MUNDAROH 3105121 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Transcript of NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE...

Page 1: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

NILAI-NILAI EDUKATIF

DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA”

KARYA TERE LIYE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh:

MUNDAROH3105121

FAKULTAS TARBIYAHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG2010

Page 2: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Page 3: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Tanggal Tanda Tangan

Page 4: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

iv

MOTTO

......

“...sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)keji dan mungkar...”( QS. Al-Ankabut: 45).1

1 Mahmud junus, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2005), hlm.401

Page 5: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

v

PERSEMBAHAN

Persembahan ini kuberikan pada:

1. Abi dan Umi.

2. Pembimbing (Dra.Siti Mariam, M.Pd. dan Drs Abdul Wahib, M.Ag).

3. Sahabat-sahabat.

Page 6: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

vi

DEKLARASI

“Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang telah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian

juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi

yang terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai rujukan”.

Semarang, 17 Januari 2010Deklarator

MundarohNIM: 3105121

Page 7: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

vii

ABSTRAK

Mundaroh (NIM: 3105121). Nilai-nilai Edukatif dalam Novel HafalanShalat Delisa Karya Tere Liye, Program Strata S1 Jurusan Pendidikan AgamaIslam IAIN Walisongo Semarang 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Nilai-nilai Edukatif dalamNovel “Hafalan Shalat Delisa”. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan(library research). Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalahmetode dokumen dan metode wawancara. Data penelitian yang terkumpulkemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif untukmendeskripsikan novel Hafalan Salat Delisa, metode analisis isi (content analysis)untuk mengungkapkan isi pesan dalam novel Hafalan Shalat Delisa, dan metodeinterpretative penulis gunakan dalam memahami melalui isi buku denganmenangkap arti dan nuansa uraian yang disajikan. Novel “Hafalan Shalat Delisa”ditulis oleh Tere Liye diterbitkan oleh Republika pada tahun 2005 terdiri dari 265halaman dan 19 episode.

Adapun nilai-nilai edukatif dalam novel Hafalan Shalat Delisa dapatdiambil beberapa nilai edukatif di antaranya adalah: kebersihan, kejujuran,kesabaran, kedisiplinan, dan keikhlasan.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi danmasukan bagi mahasiswa, para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan dilingkungan Fakultas Tarbiyah.

Page 8: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

viii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Asma Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, penulis panjatkan syukur ke Hadirat-Nya yang telah melimpahkan

Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna

memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa Risalah Islam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal

hidup kita, baik di dunia dan di akhirat kelak.

Selanjutnya penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah memberi bantuan baik moril maupun materiil terutama

kepada:

1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang;

2. Dra. Siti Mariam, M,Pd.. dan Drs. Abdul Wahib, M.Ag. selaku Dosen

Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya

untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini;

3. Para dosen pengajar dan staff karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang;

4. Abi Sulthon dan Umi Sriyati serta seluruh keluarga yang telah berkenan

memberikan motivasi dan do’a yang tulus bagi penulis selama menyelesaikan

studi serta penyusunan skripsi ini;

5. Abi Abdul Qodir Al-kaf yang selalu mendo’akan dan memberikan motivasi.

6. Mutiara dalam hidupku “Hadad al-Kaf”, yang selalu memberikan support

kepada penulis dan telah mewarnai hari-hari penulis dengan tawa, canda,

tangis.

7. Teman-teman senasib dan seperjuangan; Nika, U2n, Yu2n, Sa’adah, Yu’ Tun,

Yu’ Tri, Yu’ Ci2k, Yu’ Baeni.

Page 9: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

ix

8. Teman-temanku yang baik hati dan semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan yang telah memberikan semangat dan bantuannya dalam penyusunan

skripsi ini.

Penulis sadar sepenuhnya, bahwa skripsi ini sangat jauh dari sempurna.

Oleh karena itu saran dan kritik membangun selalu penulis harapkan demi

kebaikan di masa mendatang. Dengan ucapan al-Hamdulillah dan La Haula wa

La Quwwata illa Billah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan seluruh pembaca pada umumnya. Amin…

Penulis,17 Februari 2010

Mundaroh

Page 10: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING............................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN DEKLARASI ........................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... v

HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR.............................................................. viii

HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1

B. Penegasan Istilah...................................................................... 5

C. Rumusan Masalah.................................................................... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 7

E. Telaah Pustaka ......................................................................... 7

F. Metode Penelitian..................................................................... 8

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NILAI-NILAI EDUKATIF

DAN NOVEL ................................................................................. 11

A. Nilai-Nilai Edukatif .................................................................. 11

1. Pengertian Nilai Edukatif ..................................................... 11

2. Ruang Lingkup Nilai Edukatif.............................................. 12

3. Tujuan Nilai Edukatif........................................................... 14

B. Novel Sebagai Media Pendidikan ............................................ 17

1. Pengertian Novel.................................................................. 17

2. Media Pendidikan ................................................................ 19

3. Novel Sebagai Media Pendidikan......................................... 20

4. Nilai-nilai Edukatif di dalam Novel...................................... 21

BAB III DESKRIPSI NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA

TERE LIYE ................................................................................... 22

Page 11: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

xi

A. .............................................................................................Bio

grafi dan Karya-karya Tere Liye ............................................ 22

1. Biografi Tere Liye................................................................ 24

2. Karya-karya Tere Liye ......................................................... 25

B...............................................................................................Alu

r Cerita Novel Hafalan Shalat Delisa ...................................... 27

1. Shalat Lebih Baik dari Tidur ................................................ 27

2. Kalung Separuh Harga ......................................................... 28

3. 26 Desember 2004 itu! ......................................................... 29

4. Pulang ke Lhok Nga............................................................. 29

5. Hari-hari Berlalu Cepat ........................................................ 30

6. Ajarkan Kami Arti Ikhlas ..................................................... 30

7. Ajarkan Kami Arti Memahami ............................................. 31

8. Hafalan Shalat Delisa ........................................................... 31

C. .............................................................................................Rin

gkasan Isi Novel........................................................................ 33

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL

HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ................ 39

A. Kebersihan ............................................................................... 39

B. Kejujuran ................................................................................. 41

C. Kesabaran................................................................................. 42

D. Kedisiplinan.............................................................................. 45

E. Keikhlasan ................................................................................ 47

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................... 49

B. Saran-saran .............................................................................. 49

C. Penutup..................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 12: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa “tujuan Tuhan menciptakan jin

dan manusia adalah agar mereka menyembah kepada-Nya”. Ibadah itu

mencakup segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia, baik berupa amal

perbuatan, pemikiran ataupun perasaan, yang senantiasa ditujukan/diarahkan

kepada Allah SWT. Tujuan Tuhan menciptakan manusia ini kemudian

dijadikan sebagai tujuan akhir dari kegiatan pendidikan Islam. Pada umumnya

para ulama berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah “untuk

beribadah kepada Allah SWT”.2

Pendidikan Islam pada hakekatnya adalah pendidikan yang

berdasarkan atas al Qur’an dan sunnah Rasul, bertujuan untuk membantu

perkembangan manusia menjadi lebih baik. Pada dasarnya manusia lahir

dalam keadaan fitrah, ‘bertauhid’, pendidikan adalah upaya seseorang untuk

mengembangkan potensi tauhid agar dapat mewarnai kualitas kehidupan

pribadi seseorang.3 Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, fitrah,

bagaimana keadaan kelak di masa datang bergantung dari didikan orang

tuanya. Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah dalam haditsnya.

)( .4

“Dari Abu Hurairah RA menceritakan, sesungguhnya Rasulullah SAWbersabda: Tak seorangpun anak yang dilahirkan kecuali dalam keadaan suci,

2 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan PendidikanAgama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 48.

3 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996),hlm. 25.

4 Imam Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu Maghirah IbnuBaridzabah, Shahih Bukhari, (Beirut: Darul Kutub ll-Ilmiah, 1992), hlm. 413.

Page 13: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

2

maka orangtuanyalah yang menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atauMajusi”. (HR. Bukhari).5

Hadits di atas menjelaskan betapa besar pengaruh pendidikan orang

tua terhadap anak-anaknya, ia bisa menentukan keadaan anaknya kelak di

masa datang. Oleh karena itu sudah seharusnyalah para orang tua bersungguh-

sungguh dan berhati-hati dalam mendidik anaknya.

Sebelum anak mengenal sekolah dan masyarakat lingkungan di mana

dia bergaul dengan orang lain, terlebih dahulu ia hidup dalam alam dan udara

keluarga. Dalam keluarga itulah anak mengenal pendidikan atau

mengenyamnya pada mula pertama kali.6 Keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat. Baik tidaknya suatu masyarakat ditentukan oleh baik tidaknya

keadaan keluarga umumnya pada masyarakat tersebut, oleh karena itu apabila

kita menghendaki terwujudnya suatu masyarakat yang baik, tertib dan diridhai

Allah mulailah dari keluarga.7

Kemudian dalam keluarga anak mula-mula mengenal kata-kata dan

pengertiannya, ucapan-ucapan dan bacaan-bacaan, juga berbagai contoh

teladan yang nantinya tidak bisa lepas dari apa yang bakal dipraktekkan dalam

kehidupan selanjutnya.

Orang tua adalah orang yang menjadi teladan anaknya. Setiap anak

mula-mula mengagumi kedua orang tuanya, semua tingkah orang tuanya

ditiru oleh anak itu.8 Orang tua hendaknya membuat anak-anak suka meniru

perbuatan orang dewasa sebagai kesempatan untuk membiasakan diri

beribadah. Sebab anak-anak cenderung mengikuti dan meniru perbuatan orang

tua.9 Kebiasaan orang tua dalam melaksanakan ibadah, misalnya seperti

5 Ahmad Syafi’I, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2005), hlm. 336 Umar Hasyim Anak Sholeh, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya: PT. Bina

Ilmu, 1980), hlm. 90.7 Heri Jauhari Muchtar, Op.Cit., hlm. 43.8 Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2000), hlm. 7.9 Netty Hartati dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.

38.

Page 14: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

3

shalat, puasa, infaq, shadaqah menjadi suri tauladan yang mengikutinya. Di

sini nilai-nilai agama dapat bersemi dengan suburnya di dalam jiwa anak.

Kepribadian yang luhur agamis yang membuat jiwa anak menjadikannya

insan-insan yang penuh iman dan taqwa kepada Allah SWT.10

Pengalaman awal dan emosional dengan orang tua dan orang dewasa

merupakan dasar dimana hubungan keagamaan dimasa mendatang dibangun

ketaatan mereka pada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik

mereka, yang dipelajari dari orang tua atau guru mereka. Bagi anak, sangatlah

mudah untuk menerima ajaran dari orang dewasa, walaupun belum mereka

sadari sepenuhnya manfaat ajaran tersebut.11

Sungguh suatu kebahagiaan dalam hidup terutama dalam keluarga

dengan orang-orang yang berpegang teguh terhadap agama. Sebab apa yang

dilakukan sebagai pencerminan dari pemahaman dengan ajaran agama yang

dianutnya, dan akan berakibat terhadap orang disekitarnya terutama terhadap

anak-anaknya. Untuk itu para orang tua harus berhati-hati dalam berperilaku

agar menjadi contoh bagi anak-anaknya. Keluarga memang mempunyai

pengaruh yang sangat dalam membentuk dan tumbuh kembangnya akhlak.

Demikian pula anak memerlukan perhatian dan kasih sayang,

memerlukan kehangatan dan kedekatan dengan orang lain terutama dengan

orang tuanya, kakaknya, adiknya, juga dengan anak-anak lain.12 Hadiah juga

mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menumbuhkan rasa cinta dan

kasih sayang. Di dalam hadiah terdapat nilai penghargaan dan penghormatan,

orang tua diharapkan memberikan dorongan dan penghargaan kepada anak-

anak untuk memacu mereka agar mengerjakan shalat dan berpuasa, dalam

10 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga,Sebuah Perspektif Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta), 2004, hlm. 20.

11 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 2004, hlm. 57.12 Sonny Semiawan dkk., Pengenalan dan Pengembangan Bakat Sejak Dini, (Bandung:

Remaja Rosdakarya), Cet. 4, hlm. 9.

Page 15: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

4

mengerjakan sholat dan puasa semisal memberikan hadiah atau penghargaan

kepada mereka secara moral maupun material.13

Banyak sekali cara yang digunakan dalam penyampaian moral, di

antaranya melalui media pendidikan yang memuat cerita atau kisah, di

antaranya adalah novel. Novel mampu memikat dan menarik perhatian

pembaca tanpa memakan waktu yang lama, menyentuh nurani manusia dalam

keadaan utuh menyeluruh, mendidik perasaan ketuhanan seperti rasa khauf,

rasa ridha dan cinta terhadap apa yang patut dicintai dan diridhai.

Tentunya tidak semua novel bisa menjadi media pendidikan. Novel

yang menjadi media pendidikan adalah novel yang memuat nilai-nilai cerita

yang mendidik manusia secara menyeluruh. Sedangkan cerita yang baik

adalah cerita yang mampu mendidik akal budi, imajinasi dan etika seorang

anak, serta mengembangkan potensi pengetahuan yang dimiliki.14

Novel Hafalan Shalat Delisa adalah novel pertama Tere Liye, dicetak

pada tahun 2005, mengambil setting daerah bernama Lhok Nga, yang menjadi

salah satu korban tsunami tahun 2004 lalu. Novel ini mengisahkan seorang

anak berumur 6 tahun yang pada awalnya hidup di keluarga bahagia bersama

orang tua dan ketiga kakak perempuannya, dari yang penulis dapat di dalam

novel ini, di daerah Lhok Nga ada semacam kebiasaan masyarakat untuk

memasukkan anak mereka ke semacam TPA.

Anak yang bernama Delisa itu harus menyelesaikan hafalan shalatnya

yang akan disetor kepada Ibu Guru Nur untuk nanti mendapat piagam

kelulusan.

Bunda Delisa pun menjanjikan sebuah kalung emas 2 gram yang

memiliki liontin D untuk Delisa, jika hafalan shalatnya terpenuhi. Oleh karena

iming-iming hadiah itu Delisa sangat bersemangat untuk menghafal bacaan

13 Hartati Netty, dkk., Lock.Cit, hlm. 38.14 Abdul Majid, Abdul Aziz, Mendidik Anak dengan Cerita, terj, Syarif Hade Masyah,

(Jakarta: Mustabiin, 2003), hlm. 12-13.

Page 16: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

5

shalat ketika Delisa sedang mempraktekkan shalat, terjadi gempa dahsyat di

Aceh.

Pada akhir novel diceritakan penyebab hafalan shalat itu hilang karena

sebelum bencana tsunami terjadi, Delisa menghafal bacaan shalat karena

iming-iming hadiah, bukan ikhlas karena Allah.

Shalat tidaklah semata-mata melaksanakan kewajiban yang diwajibkan

oleh Allah kepada manusia saja, tetapi lebih jauh dari itu, shalat merupakan

penghubung langsung seorang hamba kepada Tuhan-Nya. Dengan menghadap

hati kepada-Nya, hal ini akan mendatangkan keikhlasan dan kekhusyukan

dengan meninggalkan sifat-sifat buruk yang ada dan tumbuh dalam diri

manusia sehingga diperoleh rasa ketenangan dan ketentraman dalam hati

manusia.

Novel Hafalan Shalat Delisa merupakan salah satu dari sekian usaha

untuk memanfaatkan metode cerita yang menarik berupa novel yang

menjadikan nilai-nilai edukatif mudah dicerna oleh para pembacanya,

merupakan sebuah karya seni yang sarat akan nilai-nilai edukatif untuk anak-

anak yang mengajak kepada pembacanya untuk ikhlas menerima segala

ketentuan Allah juga agar senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

B. Penegasan Istilah

Untuk memudahkan pemahaman dalam judul skripsi ini, maka penulis

perlu menjelaskan istilah-istilah sebagai berikut:

1. Nilai Edukatif

Menurut bahasa nilai artinya hal-hal yang penting / berguna bagi

kemanusiaan,15 sedangkan secara istilah nilai adalah esensi yang melekat

15 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: LPKN), hlm. 801.

Page 17: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

6

pada suatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.16 Edukatif adalah

perihal mendidik atau sesuatu yang berkaitan dengan sifat mendidik.17

Jadi nilai edukatif adalah hal-hal penting yang berguna bagi

kemanusiaan dan dapat memberikan tuntunan kepada manusia dalam

pertumbuhan dan perkembangannya hingga tercapai kedewasaan dalam

arti jasmani dan rohani.

2. Novel Hafalan Shalat Delisa

Novel Hafalan Shalat Delisa adalah hasil karya Tere Liye yang

kaya akan makna kehidupan. Cerita dengan background tragedi Tsunami

di Aceh tahun 2004 ini melahirkan sebuah kontemplasi tentang makna

rutinitas shalat sebagai sebuah wujud penghambaan makhluk pada Rabb-

nya.

Dari pengertian di atas yang dimaksud NILAI-NILAI EDUKATIF

DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (karya Tere Liye)

adalah suatu penelitian terhadap novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere

Liye tentang nilai-nilai edukatif yang ada dalam novel.

C. Rumusan Masalah

Masalah atau problematika adalah hal-hal yang akan dicari

jawabannya melalui kegiatan penelitian. Adapun yang menjadi pokok masalah

dalam penelitian ini adalah;

Apa saja nilai-nilai edukatif yang dapat diperoleh dalam Novel

Hafalan Shalat Delisa?

16 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),hlm. 60.

17 Save M. Dagun, op.cit., hlm, 193

Page 18: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan tersebut maka

tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah; untuk mengetahui

nilai-nilai edukatif yang ada dalam Novel Hafalan Shalat Delisa.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis penelitian ini akan menambah pengetahuan, wawasan,

serta pengalaman tentang pendidikan.

b. Memperkaya penelitian terdahulu khususnya yang berkenaan dengan

telaah masalah nilai-nilai pendidikan yang ada dalam novel maupun

buku.

c. Memberikan masukan kepada pembaca untuk senantiasa berbuat baik

dan mengurangi hal-hal yang kurang terpuji.

E. Kajian Pustaka

Novel Hafalan Shalat Delisa yang telah ditulis Tere Liye merupakan

novel yang berisi tentang pendidikan moral dan penuh dengan nilai-nilai

edukatif. Ada karya yang agak mirip dengan kajian ini yang penulis jadikan

acuan antara lain yang hampir senada berjudul “ Nilai pendidikan Akhlak

Dalam Novel Rindu Ibu Adalah Rinduku Karya Motinggo Busye” yang ditulis

oleh Umi Kulsum, NIM 3198139, Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

Negeri Semarang 2005. Skripsi ini mengkaji tentang pendidikan moral dan

penuh dengan nilai-nilai akhlak Islami baik berisi etos kerja, cara mendidik

anak, ajaran untuk berbakti kepada orang tua.

Skripsi Kasmijan (3100315), Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo

2007 yang berjudul Manifestasi Cinta dalam Perspektif Pendidikan Akhlak

(Study Analisis Terhadap Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El

Shirazy). Dari penelitian ini ditemukan bahwa peneliti memfokuskan pada

bagaimana perwujudan cinta dalam novel ayat-ayat cinta yang direlevansikan

Page 19: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

8

dengan pendidikan akhlak. Jadi yang membedakan skripsi Umi Qulsum dan

Kasmijan dengan penelitian yang penulis teliti adalah bahwa jika dalam

penelitian Umi Qulsum lebih memfokuskan pada pembahasan tentang muatan

pendidikan akhlak. Penelitian Kasmijan tentang manifestasi cinta yang

relevansinya dengan pendidikan akhlak. Sedangkan peneliti lebih

memfokuskan pada aspek pendidikan dengan memfokuskan pada usaha untuk

mendeskripsikan nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam novel Hafalan

Shalat Delisa.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah library research, yaitu usaha untuk

memperoleh data dengan menggunakan sumber kepustakaan.18 Artinya

meneliti buku-buku yang ada relevansinya dengan permasalahan yang

sedang dibahas.

2. Sumber Data

a. Sumber Primer

Sumber primer dalam penelitian ini adalah bahan utama yang

dijadikan referensi. Dalam pembahasan ini sumber primernya diambil

dari novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye yang secara langsung

menjadi obyek dalam penelitian skripsi ini.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber yang dijadikan alat bantu

dalam menganalisa masalah yang muncul. Yakni dengan buku-buku ,

artikel, majalah, karangan, dan sebagainya yang menceritakan novel

Hafalan Shalat Delisa.

18 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2004), hlm. 1-2.

Page 20: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

9

3. Metode Pengumpulan Data

a. Dokumen

Dokumen adalah telaah sistematis atas catatan atau dokumen-

dokumen sebagai sumber data.

Dalam analisis dokumenter, sumber-sumber datanya meliputi

catatan atau laporan resmi, barang cetakan, buku teks, buku referensi,

surat, oto-biografi, catatan harian, majalah, karangan, koran, buletin,

katalog, gambar, film, wawancara dan sebagainya.19

b. Wawancara

Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi atau data dari orang yang

diwawancarai.20 Wawancara ini dilakukan dengan pengarang novel

Hafalan Shalat Delisa yaitu Tere Liye.

4. Metode Analisis Data

a. Metode Deskriptif

Adalah pemaparan gambaran mengenai hal yang diteliti dalam

bentuk uraian naratif, metode ini digunakan untuk mendeskripsikan

novel Hafalan Shalat Delisa.

b. Metode Content Analysis

Content analysis adalah usaha untuk mengungkapkan isi

sebuah buku. Dalam karya sastra, isi yang dimaksudkan adalah pesan-

pesan, yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat sastra. Metode

analisis isi ini dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi.21

Dengan kata lain content analysis adalah suatu metode untuk

19 Sanapiah dan Mulyadi Guntur, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: UsahaNasional, 1982), hlm. 133.

20 Suharsimi Arikonto, Pendekatan Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (jakarta: RinekaCipta), hlm.126.

21 Nyoman Kutha Ratna, Teori, metode, dan teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta;Pustaka Belajar,2006), hlm, 48.

Page 21: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

10

mengungkapkan isi pesan dalam suatu buku. Jadi metode ini sangat

urgen sekali untuk mengetahui kerangka berfikir Tere Liye yang

tertuang dalam novel Hafalan Shalat Delisa untuk selanjutnya dicari isi

atau nilai-nilai yang terkandung dalam novel tersebut.

c. Metode Interpretatif

Yang dimaksud interpretatif yaitu metode yang digunakan

dengan cara menyelami isi buku, untuk secepatnya menangkap arti

yang disajikan.22 Metode ini penulis gunakan dalam memahami

maksud yang terkandung dalam buku. Penelitian interpretatif

berupaya menciptakan interpretasi (penafsiran). Karya sastra perlu

ditafsirkan sebab di satu pihak karya sastra terdiri atas bahasa, di pihak

lain, di dalam bahasa sangat banyak makna yang tersembunyi.

22 Anton Bekker, dan Ahmab Haris zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:Kanisius, 1989), hlm, 63.

Page 22: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

11

BAB II

TINJAUAN UMUM

TENTANG NILAI-NILAI EDUKATIF DAN NOVEL

A. Nilai-nilai Edukatif

1. Pengertian Nilai Edukatif

Menurut Milton Rokeach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe

kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan yang

mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai

sesuatu yang pantas / tidak pantas dikerjakan.

Sedangkan pengertian nilai menurut Sidi Gazalba adalah sesuatu

yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta,

tidak hanya persoalan benar dan salah dan menurut pembuktian empirik,

melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki,

disenangi dan tidak disenangi.23

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan. Nilai merupakan sesuatu yang dihargai, selalu dijunjung

tinggi, serta dikejar manusia dalam memperoleh kebahagiaan hidup. Nilai

merupakan sesuatu yang abstrak tetapi secara fungsional mempunyai ciri

membedakan satu dengan yang lainnya.

Edukatif berasal dari bahasa Inggris education, yang berarti “the

word education means just a process and leading or bringing up”.24

Artinya, pendidikan merupakan sebuah proses memimpin / mengasuh.

Kata edukatif berasal dari bahasa Inggris educate yang berarti mengasuh /

mendidik.

Berdasarkan pengertian di atas nilai edukatif adalah hal-hal penting

yang dapat memberikan tuntunan kepada manusia dalam pertumbuhan dan

23 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),hlm. 60-61.

24 John Dewey, Democrazy and Education, (New York: The Mac Milan Company, 1964),hlm. 10.

Page 23: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

12

perkembangannya hingga tercapai kedewasaan dalam arti jasmani dan

rohani.

2. Ruang Lingkup Nilai Edukatif

Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk

mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup

pengetahuannya, nilai serta sikapnya dan ketrampilannya. Pendidikan pada

hakekatnya akan mencakup kegiatan mendidik, kegiatan tersebut

dilaksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai

yang mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan serta nilai

pengetahuan.25

Nilai edukatif merupakan nilai-nilai pendidikan yang di dalamnya

mencakup sikap individu dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan

sosial. Nilai edukatif dalam kehidupan pribadi merupakan nilai-nilai yang

digunakan untuk melangsungkan hidup pribadi, mempertahankan sesuatu

yang benar untuk berinteraksi. Nilai edukatif dalam kehidupan sosial

merupakan nilai-nilai yang dapat menuntut tiap individu ketika berperilaku

di dalam kehidupan bermasyarakat.

Makna nilai yang diacu dalam sastra menurut Waluyo adalah

kebaikan yang ada dalam karya sastra bagi kehidupan seseorang. Hal ini

berarti bahwa dengan adanya berbagai wawasan yang dikandung dalam

karya sastra novel akan mengandung bermacam-macam nilai kehidupan

yang bermanfaat bagi pembaca. Nilai edukatif dalam karya sastra

merupakan suatu hal positif yang berguna bagi kehidupan manusia. Nilai-

nilai tersebut berhubungan dengan etika, estetika dan logika.

Novel sebagai gambaran kehidupan tentunya sarat dengan nilai-

nilai dan norma yang ada dalam masyarakat yang bersifat mendidik. Jadi,

sebuah karya sastra khususnya novel memiliki bobot apabila di dalamnya

mengandung bermacam-macam nilai edukatif tentang kehidupan yang

bermanfaat. Novel sebagai karya sastra dapat memberi perenungan,

25 Burhanudin Salam, Pengantar Pedagogik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 10.

Page 24: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

13

penghayatan dan tindakan para pembacanya tentang nilai-nilai edukatif

yang terdapat dalam ceritanya. Nilai-nilai itu mengungkapkan perbuatan

yang dipuji atau dicela, pandangan hidup mana yang dianut dan dijauhi,

dan hal-hal apa yang dijunjung tinggi yang berkaitan dengan moral, sosial,

religi dan budaya dalam kehidupan manusia.26

Dalam karya sastra ruang lingkup nilai edukatif dapat disimpulkan

menjadi empat yaitu:

a. Nilai religi/Nilai agama

Agama adalah risalah yang disampaikan Allah kepada Nabi

sebagai petunjuk bagi manusia dalam menyelenggarakan tata cara

hidup yang nyata serta mengatur hubungan dan tanggung jawab

kepada Allah, dirinya sebagai hamba Allah, manusia dan masyarakat

serta alam sekitarnya. Agama dan pandangan hidup kebanyakan orang

menekankan kepada ketentraman batin, keselarasan dan keseimbangan

serta sikap menerima terhadap apa yang terjadi. Pandangan hidup yang

demikian jelas memperhatikan bahwa apa yang dicari adalah

kebahagiaan jiwa, sebab agama adalah pakaian hati, batin, atau jiwa.

Kesadaran religius dalam upaya mengembangkan kepribadian melalui

pendidikan dan pengajaran27.

b. Nilai estetika

Semua karya sastra atau karya seni memiliki keindahan apabila

terdapat antara keutuhan antara bentuk dan isi, keseimbangan dan

keserasian penampilan dari karya seni yang lain. Nilai keindahan akan

tampak lebih relatif, jika yang diperhatikan adalah penilaian atau

penghargaan terhadap sastra itu.

26 http://etd.eprints.ums.ac.id/1147/1/4310040031.pdf. 10 januari 2010.27 http://organisasi.org. diakses tanggal 13 Januari 2009.

Page 25: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

14

Nilai estetika adalah nilai kesopanan dan budi pakerti atau

akhlak. Nilai susila adalah yang berkenaan dengan tata krama atau

adab28.

c. Nilai sosial

Keadaan seseorang sebagai individu tidak terlalu penting.

Tetapi individu ini secara bersama membantu masyarakat yang selaras

akan menjamin kehidupan yang lebih baik bagi masing-masing

individu. Manusia tidak bisa lepas hidup sendiri terpisah dari yang

lainnya.

d. Nilai moral

Kata moral berasal dari bahasa latin ”Mores” kata jamak dari

kata mos yang berarti adat istiadat. Salah satu pengertian moral

sebagaimana disebutkan dalam Ensiklopedi Pendidikan bahwa moral

adalah nilai dasar dalam masyarakat untuk memilih antara nilai hidup

(moral) juga adat istiadat yang menjadi dasar untuk menentukan baik

atau buruk.29

Lebih jelas lagi definisi yang diungkapkan oleh Frans Magnis

Suseno bahwa norma-norma moral adalah tolak ukur untuk

menentukan betul salahnya sikap atau tindakan manusia dilihat dari

segi baik buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran

tertentu dan terbatas.30

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan moral adalah dasar, nilai yang dapat dijadikan pedoman,

tolak ukur untuk menentukan baik buruknya, betul salahnya suatu

perbuatan manusia dalam satu lingkup masyarakat, sehingga

persesuaiannya adalah dengan adat istiadat yang diterima oleh masyarakat

yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.

28 Ibid.29 Soeganda Poerbakawatja, op. cit., hlm. 186.30 Frans Magnis Suseno, Etika Dasar, (Jakarta: Kanisius, 1989), hlm. 19.

Page 26: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

15

3. Tujuan Nilai Edukatif

Edukatif dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan

anak didik ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Oleh

karena itu, mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap

mental dan akhlak anak didik.

Berkaitan dengan soal pembentukan kepribadian anak didik, maka

mendidik juga harus merupakan usaha memberikan tuntutan kepada anak

didik untuk dapat berdiri sendiri dengan norma-norma kemanusiaan yang

sesuai dengan kepribadian bangsa, yakni Pancasila. Untuk mengantarkan

anak didik bertingkat itu, memerlukan berbagai komponen dan proses,

seperti kegiatan penyampaian materi pelajaran, kegiatan memotivasi,

penanaman nilai-nilai yang sesuai dengan materi yang diberikan.31

Adapun mendidik ialah menyiapkan anak-anak dengan segala

macam jalan, supaya dapat mempergunakan tenaga dan bakatnya dengan

sebaik-baiknya, sehingga mencapai kehidupan yang sempurna dalam

masyarakat di mana ia tinggal.

Jadi yang menjadi tekanannya adalah terletak pada tujuan dari

pekerjaan mendidik itu. Pendidikan senantiasa berusaha untuk membawa

anak kepada tujuan tertentu, yakni menyiapkan anak agar dapat hidup

berilmu dan bekerja, serta bertubuh tegap dan sehat, berakal cerdas,

berakhlak mulia dan pandai hidup dalam masyarakat.32

Dengan demikian, mendidik tidak cukup hanya memberikan

pengetahuan dan ketrampilan saja, melainkan menanamkan pula kepada

anak nilai-nilai dan norma-norma sosial yang tinggi dan luhur.

31 Sudirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1986), hlm.53.

32 Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, (Semarang: Toha Putera, 1977), hlm. 10.

Page 27: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

16

B. Novel Sebagai Media Pendidikan

1. Pengertian Novel

Karya sastra merupakan ungkapan pengarang tentang kenyataan

hidup yang didasarkan pada aktifitas kehidupan yang didapatkannya di

dalam masyarakat. Karya sastra merupakan kehidupan buatan atau rekaan

sastrawan. Kehidupan di dalam karya sastra adalah kehidupan yang telah

diwarnai dengan sikap penulisnya, latar belakang pendidikannya,

keyakinannya dan sebagainya.33

Novel sebagai salah satu produk sastra memegang peranan penting

dalam memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk menyikapi hidup di

dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, novel sebagai bentuk sastra

fiksi dapat memberikan alternatif menyikapi hidup secara artistik

imajinatif. Hal ini dimungkinkan karena persoalan yang dibicarakan di

dalam novel adalah persoalan tentang manusia dan kemanusiaan.34

Istilah tentang novel antara negara satu dengan negara lain

beragam. Dalam bahasa Jerman disebut novelle. Sedangkan dalam bahasa

Perancis disebut nouvelle. Kedua istilah tersebut dipakai dalam pengertian

yang sama yaitu prosa yang agak panjang dan sederhana karena hanya

menceritakan maksud kejadian yang memunculkan suatu konflik yang

mengakibatkan adanya perubahan nasib pelakunya.35

Dalam perjalanannya istilah novel sering dirancukan dengan istilah

fiksi lainnya seperti roman, novelette dan cerpen. Kata roman sendiri

berasal dari kata romance yaitu kisah panjang, kepahlawanan dan

percintaan.36

Jacob Sumarjo, dalam bukunya catatan kecil tentang menulis

cerpen menyatakan bahwasanya antara roman dan novel adalah sama.

33 Arifatun Nisa, “Kandungan Nilai Pendidikan dalam Novel Menyemai Cinta di NegeriSakura”, http://organisasi.org. diakses tanggal 13 Januari 2009.

34 Sitanggang, dkk., Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Pusat,(Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa), hlm. 1.

35 Arifatun Nisa, lock.cit.36 Tim Penulis, Ensiklopedia Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Adipustaka, 1996),

hlm.196.

Page 28: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

17

Roman dikenal sebelum Perang Dunia II. Semua hasil karya fiksi panjang

terbitan Balai Pustaka sebelum perang disebut roman, yang berasal dari

negeri Belanda. Pasca Perang Dunia II, orientasi sastrawan Indonesia

mulai beralih dari Belanda ke Inggris dan Amerika, yang mana di Inggris

istilah diksi yang panjang adalah novel.37

Sedangkan novelet adalah sebuah cerita panjang, tetapi masih

membatasi pada satu efek saja seperti dalam cerita pendek. Di Indonesia

apa yang dinamakan novelet berkisar antara 60-70 halaman folio.

Sedangkan novel untuk ukuran Indonesia sekitar 100 halaman folio. Kalau

dicetak sebagai buku novel Indonesia paling sedikit terdiri dari 120

halaman, sedangkan novelet sekitar 70 halaman saja.38

2. Media Pendidikan

Dalam sejarah umat manusia ada berbagai peristiwa yang dianggap

pakar sejarah menunjukkan era baru. Hal tersebut diawali dengan

penemuan tulisan paku pada zaman Mesir kuno, serta penemuan alat

percetakan pada abad ke 15 di Jerman. Semuanya merupakan peristiwa

penting, yang membuat revolusi terhadap kehidupan manusia. Peristiwa-

peristiwa penting itu tidaklah mengubah hakikat dari tujuan pendidikan.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendidikan dari dulu hingga sekarang

intinya tidak berubah, yang berubah adalah teknik, teknologi, metode dan

medianya.39

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak

dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Association of

Education and Communication Technology (AECT) di Amerika,

membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang

untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne menyatakan bahwa media

37 Jakop Sumarja, Catatan Kecil tentang Penulis Cerpen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1997), hlm. 183.

38 Ibid., hlm. 186.39 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, (Jakarta: Radar Jaya

Offset, 1988), hlm. 168-169.

Page 29: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

18

adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsangnya untuk belajar. Briggs berpendapat bahwa media adalah

segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa

untuk belajar. Buku, film, kaset, adalah contoh-contohnya.40

Makna media pendidikan menurut Azhar Arsyad dalam bukunya

Media Pengajaran media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada

proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas, yang digunakan dalam

rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses

pembelajaran.41

Mengenai pengertian media sangat luas, namun penulis membatasi

pada media pendidikan saja yakni yang digunakan sebagai alat dan bahan

kegiatan pembelajaran.

3. Novel sebagai Media Pendidikan

Beberapa disiplin ilmu seni seperti menulis, menggambar,

menyanyi, memperagakan, bermain musik, menyanyi, dan sastra

merupakan salah satu sumber inspirasi yang mampu menimbulkan rasa

estetika dan unsur pendidikan.42

Dengan begitu ada konsepsi bahwa sastra dapat digunakan sebagai

media pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Nilai-nilai edukatif tersebut

dapat ditransformasikan melalui media sastra (novel). Karena salah satu

metode pengajaran agama Islam adalah dengan menggunakan metode

cerita, maka melalui media sastra (novel) ajaran-ajaran Islam dapat

disampaikan kepada siswa dengan lebih kreatif.

Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Apakah

itu ungkapan imajinasi yang mengiringi dan mengikuti jalan cerita dari

episode demi episode, dan dari adegan sampai kepada adegan akhir. Sadar

40 Sadiman Arif, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, danPemanfaatannya, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007), hlm. 6-7.

41 Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. 2, hlm.6.

42 Syarif Hade Masyah dan Mahfud Lukman Hakim, Mendidik Anak Lewat Cerita, Terj.Abdul Aziz Abdul Majid, (Jakarta: Mustaqim, 2003), hlm. 19.

Page 30: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

19

atau tidak, cerita telah menggiring pembaca atau pendengar untuk

mengikuti jalan cerita, mengkhayalkan dengan posisi tokoh cerita, yang

mengakibatkan ia senang, benci atau merasa kagum.

Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita,

dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan. Oleh karena itu

Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik

pendidikan. Misalnya cerita tentang nabi-nabi dan orang-orang yang

mengingkari nabi-nabi itu serta segala hal yang mereka alami akibat

pengingkaran itu. Cerita-cerita itu menyebutkan nama-nama pelaku,

tempat-tempat kejadian, peristiwa-peristiwa secara jelas, yaitu Musa dan

Fir’aun, Ibrahim dan Ismail, dan lain sebagainya.43

Metode cerita kemudian digunakan oleh para Walisongo dalam

menyampaikan dakwah kepada masyarakat, dan juga metode cerita ini

masih dapat kita jumpai sampai sekarang, yaitu pada wayang kulit, yang

dulu digunakan oleh Sunan Kalijaga.

Meskipun tidak satu-satunya media novel dapat diambil sebagai

pelengkap media-media lain seperti televisi, radio dan surat kabar, dalam

membentuk sistem nilai yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Peranan novel bukan sekedar menghibur tetapi juga mengajarkan

sesuatu, karena peranannya yang menghibur berguna inilah maka novel

dianggap sebagai media yang paling efektif. Meminjam istilah yang sering

digunakan seminator novel bahwa novel adalah “Means that not

transmittable by other means”, karya novel bisa dikatakan sebagai media

yang tidak tergantikan oleh media lain.44

Jenis novel yang baik adalah jenis novel yang bisa mengubah pola

pikir dan kebiasaan serta menambah daya nalar pembacanya, seperti novel

43 Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1988), hlm. 347-348.44 Novel Sebagai Media Alternatif Pembentuk Karakter Para Remaja,

http://uniqlly.multiply.com/jurnal/item/2/novel sebagai media alternatif pembentuk karakter pararemaja.2908. hlm. 2. diakses tanggal 25 Februari 2009.

Page 31: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

20

agama. Membaca novel agama dapat menyejukkan hati, menguatkan iman,

memperkokoh keyakinan, dan tidak mudah terpengaruh.

Novel Hafalan Shalat Delisa dapat dijadikan contoh kasus, sebuah

novel media tidak hanya menghibur namun juga menawarkan nilai-nilai

spiritual Islam. Sebagai media alternatif dari nilai-nilai yang berkembang

secara umum di dalam masyarakat. Selain itu masih banyak lagi novel

yang mengandung nilai-nilai pendidikan seperti pada novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata.

4. Nilai-nilai Edukatif di dalam novel

Karya sastra (novel) mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai

hiburan, sedangkan di sisi lain berusaha memberikan nilai-nilai yang

bermanfaat bagi kehidupan. Setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan

ini terkandung nilai bagi kehidupan. Setiap peristiwa yang terjadi dalam

kehidupan ini terkandung nilai atau hikmah yang dapat kita petik

manfaatnya. Untuk dapat menangkap nilai-nilai tersebut diperlukan

kepekaan dan kearifan.

Novel merupakan sarana kritik yang menghibur sehingga pesan

yang tersampaikan bisa meresap ke dalam pikiran manusia secara tidak

disadari. Dengan demikian nilai-nilai yang ada dalam novel masuk secara

perlahan-lahan. Novel yang memiliki pengaruh seperti ini biasanya adalah

novel yang mengandung nilai didaktis yang tinggi, dan umumnya novel

yang demikian biasanya karya novel yang berkaitan dengan suatu agama

atau ideologi politik.45

Nilai-nilai yang mengandung nilai edukatif dalam novel banyak

kita temukan dalam novel-novel religius maupun sastra, misalnya dalam

novel Ayat-ayat Cinta. Novel ini merupakan sastra Islami yang hebat.

Tidak kurang dari sepuluh kitab yang dijadikan rujukan dalam menulis

novel ini. Kang Abik betul-betul memberikan pendidikan keislaman

dengan novel sebagai media dan Fahri sebagai tokohnya. Pendidikan Islam

45 Ibid., hlm. 3.

Page 32: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

21

yang dapat dijumpai dalam novel ini adalah karakter Fahri banyak

mengamalkan sunnah Rasulullah, teguh dengan prinsip Islam dan lain-

lain. Ayat-ayat Cinta, sebuah novel pembangun jiwa, memang benar-benar

membangun jiwa-jiwa yang haus akan nilai-nilai religi, dan haus akan

suasana hikmah ilahi.

Laskar Pelangi adalah sebuah novel karya Andrea Hirata yang

penuh inspirasi sekaligus mampu menyihir para pembacanya untuk lebih

semangat dalam menjalin hidup. Secara umum kisahnya berkisar pada

sebuah sekolah dasar bernama SD Muhammadiyah, yang menggambarkan

suasana pendidikan di pulau Belitung yang justru menyenangkan dan tidak

terlupakan sekalipun sekolah di gedung sekolah yang miring. Mereka tetap

berjuang untuk tetap berdiri dengan segala keterbatasan yang dimiliki,

baik fasilitas maupun tenaga pengajar.

Nilai-nilai edukatif yang diangkat, baik fasilitas maupun tenaga

pengajar seperti keutamaan, nilai kecintaan tanah air, nilai kemanusiaan,

bahkan wacana agamis menjadi salah satu unsur tambahan dalam novel

Laskar Pelangi.

Dengan demikian jelaslah bahwa dalam novel kita juga bisa

mendapatkan nilai-nilai edukatif yang secara tidak langsung memang

disisipkan oleh pengarang melalui tokoh-tokohnya dan juga alur ceritanya.

Page 33: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

22

BAB III

DESKRIPSI NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA

KARYA TERE LIYE

A. Biografi dan Karya-karya Tere Liye

1. Biografi Tere Liye

Tere Liye lahir di Lahat, 21 Mei 1979 dengan nama asli Darwis.

Pengalaman pendidikan diawali di SDN 1 Kikim Timur, Sumatera Selatan

dan melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Kikim Timur Sumatera Selatan.

Selepas dari SMP dia mengambil pendidikan di SMA N 9 Bandar

Lampung. Selesai menamatkan studinya di Kota Bandar Lampung dia

hijrah ke Jakarta dan melanjutkan studinya di UI Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi UI.

2. Karya-karya Tere Liye

Tere Liye mulai menulis tahun 2005, ada beberapa karya-karyanya

di antaranya yang Best Seller. Karya-karya Tere Liye yang sudah

dipublikasikan antara lain adalah sebagai berikut:

a. Hafalan Shalat Delisa (2005);

b. Mimpi-mimpi Si Patah Hati (2005);

c. The Gogons Series 2 Incredible Incidents (2006);

d. Moga Bunda Disayang Allah (2007);

e. Sang Penandai (2007);

f. Bidadari-bidadari Surga (2007);

g. Cintaku Antara Jakarta dan Kuala Lumpur (2008);

h. Rembulan Tenggelam di Wajahmu (2009).46

46 Wawancara dengan Tere Liye Pengarang Novel Hafalan Shalat Delisa pada Tanggal 25Juni 2009, Jam 1:05:55 PM.

Page 34: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

23

B. Alur Cerita Novel Hafalan Shalat Delisa Per Bab

Novel Hafalan Shalat Delisa ini berisi tentang bacaan shalat anak 6

tahun dengan latar bencana Tsunami ini, sangat mengharukan. Nilai

keikhlasan dengan halus dijalin pengarangnya ke dalam plot cerita dunia

kanak-kanak. Bagaimana gadis kecil ingin mempersembahkan shalat yang

sempurna untuknya.

Adapun beberapa sub judul yang termuat dalam novel ini lebih

jelasnya penulis akan menguraikan satu persatu dari tiap sub bab judul dalam

novel Hafalan Shalat Delisa yaitu sebagai berikut:

1. Shalat Lebih Baik dari Tidur

Adzan subuh dari Meunasah terdengar syahdu. Bersahutan satu

sama lain. Menggetarkan langit-langit Lhok Nga yang masih gelap. Tapi

jangan salah, gelap-gelap begini kehidupan sudah dimulai. Remaja

tanggung sambil menguap menahan kantuk mengambil wudhu. Anak

lelaki bergegas menjamah sarung dan kopiah. Anak gadis menjumput

lipatan mukena putih dari atas meja. Bapak-bapak membuka pintu rumah

menuju Meunasah. Ibu-ibu membimbing anak kecilnya bangun shalat

berjamaah.

“Asshalaatu khairum minan naum!”

Ada sebuah keluarga di Lhok Nga Aceh, yang selalu menanamkan

ajaran Islam dalam kesehariannya. Mereka adalah keluarga Abi Usman

dan Umi Salamah. Mereka memiliki 4 bidadari cantik yang sholihah.

Fatimah tipikal anak sulung yang bisa diandalkan, umurnya 16 tahun

meski kelas satu Madrasah Aliyah. Fatimah bisa menggantikan peran

Ummi dengan baik ikut menjaga adik-adiknya. Cut Aisyah dan Cut Zahra

meski kembar benar-benar bertabiat bagai bumi-langit, Delisa si bungsu

berwajah paling menggemaskan.

Setiap subuh, Ummi Salamah selalu mengajak bidadari-

bidadarinya shalat berjamaah. Karena Abi Usman bekerja di tanker

perusahaan minyak internasional yang pulangnya 3 bulan sekali. Awalnya

Page 35: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

24

Delisa susah sekali dibangunkan untuk shalat subuh tapi lama-lama ia

bangun lebih dulu ketimbang Aisyah. Setiap sholat jamaah Aisyah

mendapat tugas membaca sholat keras-keras agar Delisa yang ada di

sampingnya bisa mengikuti bacaan shalat. Setelah selesai shalat berjamaah

biasanya dilanjutkan dengan kegiatan mengaji al-Qur’an.

2. Kalung Separuh Harga

Hari ini adalah hari Ahad. Jadi Delisa tidak sekolah, juga kakak-

kakaknya. Umi Salamah dan Delisa akan ke pasar Lhok Nga, membeli

kalung hadiah hafalan shalat Delisa. Kalung dijanjikan Ummi sebulan lalu.

Kalung yang membuatnya semangat belajar menghafal bacaan shalat

minggu-minggu terakhir. Ummi Salamah mempunyai kebiasaan

memberikan hadiah sebuah kalung emas kepada anak-anaknya yang bisa

menghafal bacaan shalat dengan sempurna. Selain itu Abi Usman pun

berjanji akan membelikan sepeda.

“Haiya, kalau begitu kalungnya separuh harga saja Umi Salamah!”

Koh Acan tersenyum riang.

“Ah, nggak usah, biar saya bayar Koh Acan!” Ummi menggeleng

pelan tersenyum menolak

“Nggak… haiya, saya nggak mungkinlah pasang harga mahal

kalau buat hadiah hafalan shalat!”.

Kecemburuan itu bagai api yang membakar semak kering, cepat

sekali menyala. Dan itulah yang terjadi di dalam rumah itu. Aisyah

menatap syirik. Ia benar-benar cemburu, karena kalung Delisa ada

gantungan huruf “D” untuk Delisa lebih bagus dibanding miliknya. Kan

nggak ada huruf “A”. “A” untuk Aisyah.

Kalung, sungguh tanpa disadari Delisa, akan membawanya ke

semua lingkaran mengharukan cerita ini.

Page 36: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

25

3. 26 Desember 2004 itu!

Delisa bangun dengan semangat, shalat subuh dengan semangat.

Tadi bacaannya nyaris sempurna. Kecuali sujud, bukan ketukar, entah

mengapa tiba-tiba Delisa lupa bacaan sujudnya. Tetapi Delisa

mengabaikan fakta itu, toh, nanti pas di sekolah ia punya waktu banyak

untuk mengingatnya.

Hari itu sekolah ramai oleh ibu-ibu. Satu persatu anak maju dan

tiba giliran Delisa. Delisa maju. Delisa akan khusuk.

Delisa pelan menyebut “Taawudz”. Sedikit gemetar membaca

“Bismillah” mengangkat tangannya yang sedikit bergetar meski suaranya

dan hatinya pelan-pelan mulai mantap

“Allahu Akbar”.

Seratus tiga puluh kilo meter dari Lhok Nga. Persis ketika Delisa

usai bertakbiratul ihram, persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Persis

di tengah lautan luas yang beriak tenang. LANTAI LAUT RETAK

SEKETIKA. Dasar bumi terbang seketika, merekah panjang ratusan

kilometer. Menggetarkan melihatnya. Bumi menggeliat. Tarian kematian

itu mencuat mengirimkan pertanda kelam menakutkan.

“Innashalati, wanusuki, wa-ma… wa-ma… wamahya-ya. Wa-wa-

ma-ma-ti…”

Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Banda Aceh rebah.

Nias lebur seketika. Ihok Nga menyusul. Tepat ketika Delisa

mengucapkan wa-ma-ma-ti, lantai sekolah bergetar hebat.

Gelas tempat meletakkan bunga segar di atas meja Bu Guru Nur

jatuh. Satu beling menggores lengan Delisa menembus bajunya. Delisa

mengaduh. Ummi dan ibu-ibu berteriak di luar. Situasi menjadi panik,

kacau “Gempa !!! gempa!!!!”.

Ya Allah. Delisa takut… Delisa gentar sekali. Apalagi lengannya

berdarah membasahi baju putihnya. Tapi bukankah kata Ustadz Rahman,

Page 37: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

26

“Sahabat Rasul bahkan tetap tak bergerak saat shalat ketika punggungnya

digigit kalajengking”.

Gelombang itu menyentuh tembok sekolah.

SUBHANALLAH!! Delisa sama sekali tidak memperdulikan apa

yang terjadi. Delisa ingin khusuk. Tubuh Delisa terpelanting. Gelombang

Tsunami sempurna sudah membungkusnya. Delisa megap-megap. Air

keruh mulai masuk menyergap kerongkongannya menghantam pagar besi

sekolah. Meremukkan tulang belakang betis kanannya. Sikunya patah. Dua

giginya patah.

Saat tubuh mereka berdua mulai perlahan tenggelam, Ibu Guru Nur

melepas kerudung robeknya. Mengikat tubuh Delisa yang pingsan di atas

papan sekencang yang ia bisa dengan kerudung itu.

“Kau harus menyelesaikan hafalan itu sayang….!” Ibu Guru Nur

berbisik sendu. Matanya meredung. Ibu Guru Nur bersiap menjemput

syahid.

4. Pulang Ke Lhok Nga

Tiga minggu setelah Delisa di rumah sakit kapal induk, akhirnya

diijinkan pulang. Delisa dan Abi kembali ke Lhok Nga. Mereka tinggal

bersama para korban lainnya di tenda-tenda pengungsian.

Malam itu Delisa untuk pertama kalinya merasakan tidur baramai-

ramai di tenda pengungsian.

Subuh pertama sejak kembalinya Delisa ke Lhok Nga. Maka

Delisa shalat. Shalat tanpa beban. Ia rindu shalat yang menyenangkan.

Meskipun tanpa membaca apapun.

5. Hari-hari Berlalu Cepat

Hari-hari diliputi duka. Tapi duka itu, tak mungkin

berkepanjangan. Abi Usman dan Delisa kembali ke rumahnya yang

dibangun kembali dengan sangat sederhana. Kehidupan baru harus

dimulai, dan menempati rumah sendiri walau seadanya. Abi juga

Page 38: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

27

memutuskan berhenti dari kapal tanker, dan ikut membantu sukarelawan

yang mengurusi gardu listrik, alat pemancar, mesin-mesin dan lain-lain.

Delisa juga mengerjakan banyak hal, ia mulai bermain bola di

sekolah, mengaji, bersama anak-anak korban Tsunami lainnya kembali

sekolah dengan peralatan seadanya.

Untuk urusan menghafal bacaan shalat itu pelik bagi Delisa. Susah.

Susaaaah sekali. Guratan huruf Arab itu menolaknya mentah-mentah.

Delisa sudah sebulan terakhir selepas Isya’ selalu membawa buku hafalan

bacaan shalatnya.

6. Ajarkan Kami Arti Ikhlas

Dan urusan pembangkangan itu berkembang di luar kendali Delisa.

Pulang dari pemakaman massal itu Delisa jatuh sakit. Sakit mendadak

begitu saja.

Bengkak di kepalanya membesar. Persendiannya melemah. Dan

dalam hitungan menit, Delisa sudah terkapar tak berdaya di atas ranjang.

Tubuhnya panas sekali. Seperti sedang dibakar di tungku penggosongan.

Dokter Peter langsung membawa Delisa ke rumah sakit.

Satu jam kemudian Dokter Peter keluar dari ruang UGD. Dan

memberikan kabar Delisa sudah turun demamnya.

Maka sepanjang hari hingga menjelang Isya, Delisa jauh lebih

sehat. Delisa tidak mengerti kenapa berbagai “kutukan” itu harus terucap

dari bibirnya.

Sudah tiga bulan lebih Delisa berusaha menghafal kembali bacaan

shalatnya. Tetapi ia tidak mengalami kemajuan. Ia sama sekali susah

menghafalnya

“Orang orang yang sulit melakukan kebaikan itu, mungkin karena

hatinya Delisa…..hatinya tidak ikhlas! hatinya jauh dari ketulusan… atau

bisa juga misalnya seperti mengharap hadiah mengharap imbalan. Begitu

kata Kak Ubai salah seorang relawan yang akrab dengan Delisa.

Page 39: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

28

7. Ajarkan Kami Arti Memahami!

Dua pertiga malam. Waktu yang mulia. Waktu yang dijanjikan

dalam ayat-ayat-Mu. Dan Delisa sekali lagi berkesempatan mendapatkan

penjelasan dari langit. Penjelasan tentang urusan hafalan bacaan shalatnya.

Penjelasan itu datang lewat mimpi. Mimpi terakhirnya dalam semua

urusan itu. Mimpi yang kali ini Delisa diijinkan untuk mengingatnya.

Mimpi yang sebenarnya akan ia ingat selalu. Sebuah mimpi bertemu

dengan Ummi yang membawa kalung dengan huruf “D” untuk Delisa.

Sebagai hadiah hafalan shalat Delisa.

Ia sekarang bisa merangkaikan semua kejadian itu menjadi sebuah

penjelasan yang indah. Sebuah pemahaman yang baik. Jawaban atas

masalahnya. Menggabungkan dengan kata-kata Kak Ubai tadi sore.

Ia menyesal, ya Allah. Delisa tersungkur di atas ranjangnya. Penuh

penyesalan.

8. Hafalan Shalat Delisa

Esok sorenya, Dokter Peter mengijinkan Delisa pulang. Ternyata

Abi menyiapkan kejutan di rumah. Ada “pesta” penyambutan kecil

untuknya.

Seorang kakak sukarelawan teman Kak Ubai menyerahkan sesuatu

padanya. Bungkusan yang besar. Tangannya merobek bungkus kotak besar

tersebut.

Kaki palsu! Kaki palsu dari Dokter Eliza. Seisi ruangan berseru

senang sekali lagi. Beramai-ramai menyemangati Delisa saat kakak-kakak

perawat tadi memasangkan kaki palsu tersebut di kakinya. Posisi striker

itu akan kembali jadi miliknya. Delisa manyun sendiri membayangkan

banyak hal.

Bacaan shalat itu seperti berbicara kepada Delisa.

Page 40: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

29

Kalimat-kalimat bacaan shalat itu seperti berbicara kepadanya.

Cepat sekali Delisa menghafalnya. Lepas satu minggu, Delisa sudah nyaris

hafal seluruhnya. Shalat jauh lebih khusuk.

Sabtu, 21 Mei 2005.

Ubai mengajak Delisa dan murid-muridnya yang lain ke sebuah

bukit. Hari itu Delisa shalat dengan bacaan shalat yang sempurna. Tidak

terbolak-balik. Delisa bahkan membaca doa dengan sempurna. Usai shalat,

Delisa terisak. Ia bahagia sekali untuk pertama kalinya ia menyelesaikan

shalat dengan baik.

Mereka belajar menggurat kaligrafi di atas pasir yang dibawanya

dengan ember plastik. Sebelum pergi meninggalkan bukit itu, Delisa

meminta ijin mencuci tangan di sungai dekat dari situ.

Ketika ujung jemarinya menyentuh sejuknya air sungai, seekor

burung belibis terbang di atas kepalanya. Memercikkan air di mukanya.

Delisa terperanjat, mengangkat kepalanya. Menatap burung tersebut yang

terbang menjauh. Ketika itulah, Delisa menatap sesuatu di seberang

sungai.

Kemilau kuning. Indah menakjubkan memantulkan cahaya

matahari senja. Sesuatu itu terjuntai di sebuah semak belukar indah sekali

yang sedang berbuah. Buahnya kecil-kecil. Berwarna merah ranum.

Delisa gemetar sekali. Ya Allah! bukankah itu? Bukankah itu

seuntai kalung yang indah. Ada huruf “D” di sana. “D” untuk Delisa.

Delisa serasa mengenalinya.

Kalung itu tidak tersangkut di dedaunan, tetapi tersangkut di

tangan. Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka

manusia. Putih tulang belulangnya. Utuh, bersandarkan semak belukar.

UMMI……

Page 41: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

30

C. Ringkasan Isi Novel

Cerita dengan background tragedi Tsunami di Aceh tahun 2004 ini

melahirkan sebuah kontemplasi tentang makna rutinitas shalat sebagai sebuah

wujud penghambaan makhluk pada Rabb-nya.

Beberapa point penting yang dapat diambil: Pertama, niat untuk

beribadah hanya kepada Allah (sesungguhya shalatku, ibadahku, hidupku dan

matiku hanya untuk Allah penguasa semesta alam) karena dengan demikian

kita akan dengan mudah mencapai khusyuk dalam shalat. Kedua, mengukur

sejauhmana kita mengerti makna shalat. Dimulai dari ritual berwudhu,

sudahkah kita berwudhu' dengan benar, bacaan shalat sudahkah tahu artinya

atau memahami maknanya, atau bahkan selama ini kita shalat hanya membaca

bacaan yang kita tidak tahu artinya (Na'udzubillah), begitu juga dengan

gerakan shalat apakah sudah sesuai dengan yang diajarkan Rasul..... (tanya

pada diri sendiri). Dan yang ketiga, mengingatkan akan janji Allah SWT

tentang rewards dari sebuah keikhlasan. 47

Ada sebuah keluarga di Lhok Nga - Aceh, yang selalu menanamkan

ajaran Islam dalam kesehariannya. Mereka adalah keluarga Umi Salamah dan

Abi Usman. Mereka memiliki 4 bidadari yang sholehah: Alisa Fatimah, si

kembar Alisa Zahra & Alisa Aisyah, dan si bungsu Delisa.

Setiap subuh, Umi Salamah selalu mengajak bidadari-bidadarinya

shalat jama'ah. Karena Abi Usman bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal

tanker perusahaan minyak asing - Arun yang pulangnya 3 bulan sekali.

Awalnya Delisa susah sekali dibangunkan untuk shalat subuh. Tapi lama-lama

ia bisa bangun lebih dulu ketimbang Aisyah. Setiap shalat jama'ah, Aisyah

mendapat tugas membaca bacaan shalat keras-keras agar Delisa yang ada di

sampingnya bisa mengikuti bacaan shalat itu.

Umi Salamah mempunyai kebiasaan memberikan hadiah sebuah

kalung emas kepada anak-anaknya yang bisa menghafal bacaan shalat dengan

47 Wawancara dengan Tere Liye Pengarang Novel Hafalan Shalat Delisa pada Tanggal 1Juli 2009, Jam 11:10:01 AM.

Page 42: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

31

sempurna. Begitu juga dengan Delisa yang sedang berusaha untuk menghafal

bacaan shalat agar sempurna. Agar bisa shalat dengan khusyuk, Delisa

berusaha keras agar bisa menghafalnya dengan baik. Selain itu Abi Usman

pun berjanji akan membelikan Delisa sepeda jika ia bisa menghafal bacaan

shalat dengan sempurna.

Sebelum Delisa hafal bacaan shalat itu, Umi Salamah sudah

membelikan seuntai kalung emas dengan gantungan huruf D untuk Delisa.

Delisa senang sekali dengan kalung itu. Semangatnya semakin menggebu-

gebu. Tapi entah mengapa, Delisa tak pernah bisa menghafal bacaan shalat

dengan sempurna.

26 Desember 2004

Delisa bangun dengan semangat. Shalat subuh dengan semangat.

Bacaannya nyaris sempurna, kecuali sujud. Bukannya tertukar tapi tiba-tiba

Delisa lupa bacaan sujudnya. Empat kali sujud, empat kali Delisa lupa. Delisa

mengabaikan fakta itu. Toh nanti pas di sekolah ia punya waktu banyak untuk

mengingatnya. Umi ikut mengantar Delisa. Hari itu sekolah ramai oleh ibu-

ibu. Satu persatu anak maju dan tiba giliran Alisa Delisa. Delisa maju, Delisa

akan khusuk. Ia ingat dengan cerita Ustad Rahman tentang bagaimana

khusuknya shalat Rasul dan sahabat-sahabatnya.

"Kalo orang yang khusuk pikirannya selalu fokus. Pikirannya

satu. Nah jadi kalian shalat harus khusuk. Andaikata ada suara ribut di sekitar,

tetap khusuk.”

Delisa pelan menyebut "ta'awudz". Sedikit gemetar membaca

"bismillah". Mengangkat tangannya yang sedikit bergetar meski suara dan

hatinya pelan-pelan mulai mantap. "Allahu Akbar".

Seratus tiga puluh kilometer dari Lhok Nga. Persis ketika Delisa usai

bertakbiratul ihram, persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Persis di

tengah lautan luas yang beriak tenang.

LANTAI LAUT RETAK SEKETIKA. Dasar bumi terbang seketika,

merekah panjang ratusan kilometer. Menggetarkan melihatnya. Bumi

Page 43: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

32

menggeliat. Tarian kematian mencuat. Mengirimkan pertanda kelam

menakutkan.

Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Banda Aceh rebah jimpa.

Nias lebur seketika. Lhok Nga menyusul. Tepat ketika di ujung kalimat

Delisa, tepat ketika Delisa mengucapkan kata "wa-ma-ma-ti", lantai sekolah

bergetar hebat. Genteng sekolah berjatuhan. Papan tulis lepas, berdebam

menghajar lantai. Tepat ketika Delisa bisa melewati ujian pertama kebolak-

baliknya, Lhok Nga bergetar terbolak-balik.

Gelas tempat meletakkan bunga segar di atas meja Bu Guru Nur jatuh.

Pecah berserakan di lantai, satu beling menggores lengan Delisa. Menembus

bajunya. Delisa mengaduh. Umi dan ibu-ibu berteriak di luar. Anak-anak

berhamburan berlarian. Berebutan keluar dari daun pintu. Situasi menjadi

panik. Kacau balau. "GEMPAR"!

"Inna shalati, wanusuki, wa-ma... wa-ma... wa-ma-yah-ya,

wa-ma-ma-ti..."

Delisa gemetar mengulang bacaannya yang tergantung tadi. Ya

Allah, Delisa takut... Delisa gentar sekali. Apalagi lengannya berdarah

membasahi baju putihnya. Menyemburat merah. Tapi bukankah kata Ustadz

Rahman, “sahabat Rasul bahkan tetap tak bergerak saat shalat ketika

punggungnya digigit kalajengking?”.

Delisa ingin untuk pertama kalinya ia shalat, untuk pertama

kalinya ia bisa membaca bacaan shalat dengan sempurna, Delisa ingin seperti

sahabat Rasul. Delisa ingin khusuk, ya Allah...

Gelombang itu menyentuh tembok sekolah. Ujung air menghantam

tembok sekolah. Tembok itu rekah seketika. Ibu Guru Nur berteriak panik.

Umi yang berdiri di depan pintu kelas menunggui Delisa, berteriak keras ...

SUBHANALLAH!

Delisa sama sekali tidak mempedulikan apa yang terjadi. Delisa ingin

khusuk. Tubuh Delisa terpelanting. Gelombang tsunami sempurna sudah

membungkusnya. Delisa megap-megap. Gelombang tsunami tanpa mengerti

Page 44: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

33

apa yang diinginkan Delisa, membanting tubuhnya keras-keras. Kepalanya

siap menghujam tembok sekolah yang masih bersisa. Delisa terus

memaksakan diri, membaca takbir setelah "i'tidal..." "Al-la-hu-ak-bar..."

Delisa harus terus membacanya! Delisa tidak peduli tembok yang siap

menghancurkan kepalanya.

Tepat Delisa mengatakan takbir sebelum sujud itu, tepat sebelum

kepalanya menghantam tembok itu, selaksa cahaya melesat dari "Arasy

Allah". Tembok itu berguguran sebelum sedikit pun menyentuh kepala mungil

Delisa yang terbungkus kerudung biru. Air keruh mulai masuk, menyergap

kerongkongannya. Delisa terbatuk. Badannya terus terseret. Tubuh Delisa

terlempar ke sana kemari. Kaki kanannya menghantam pagar besi sekolah.

Meremukkan tulang belulang betis kanannya.

Delisa sudah tak bisa menjerit lagi. Ia sudah sempurna pingsan.

Mulutnya minum berliter air keruh. Tangannya juga terantuk batang kelapa

yang terseret bersamanya. Sikunya patah. Mukanya penuh baret luka dimana-

mana. Dua giginya patah. Darah menyembur dari mulutnya.

Saat tubuh mereka berdua mulai perlahan tenggelam, Ibu Guru Nur

melepas kerudung robeknya. Mengikat tubuh Delisa yang pingsan di atas

papan sekencang yang ia bisa dengan kerudung itu. Lantas sambil

menghela nafas penuh arti, melepaskan papan itu dari tangannya pelan-pelan,

sebilah papan dengan Delisa yang terikat kencang di atasnya.

"Kau harus menyelesaikan hafalan itu, sayang...!" Ibu Guru Nur

berbisik sendu. Menatap sejuta makna. Matanya meredup. Tenaganya sudah

habis. Ibu Guru Nur bersiap menjemput syahid.

Minggu, 2 Januari 2006

Dua minggu tubuh Delisa yang penuh luka terdampar tak berdaya.

Tubuhnya tersangkut di semak belukar. Di sebelahnya terbujur mayat Tiur

yang pucat tak berdarah. Smith, seorang prajurit marinir AS berhasil

menemukan Delisa yang tergantung di semak belukar, tubuhnya dipenuhi

bunga-bunga putih. Tubuhnya bercahaya, berkemilau, menakjubkan! Delisa

Page 45: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

34

segera dibawa ke Kapal Induk John F Kennedy. Delisa dioperasi, kaki

kanannya diamputasi. Siku tangan kanannya di-gips. Luka-luka kecil di

kepalanya dijahit. Muka lebamnya dibalsem tebal-tebal. Lebih dari seratus

baret di sekujur tubuhnya.

Aisyah dan Zahra, mayatnya ditemukan sedang berpelukan. Mayat

Fatimah juga sudah ditemukan. Hanya Umi Salamah yang mayatnya belum

ditemukan. Abi Usman hanya memiliki seorang bidadari yang masih belum

sadar dari pingsan. Prajurit Smith memutuskan untuk menjadi mu'allaf setelah

melihat kejadian yang menakjubkan pada Delisa. Ia mengganti namanya

menjadi Salam.

Tiga minggu setelah Delisa dirawat di Kapal Induk, akhirnya ia

diijinkan pulang. Delisa dan Abi Usman kembali ke Lhok Nga. Mereka

tinggal bersama para korban lainnya di tenda-tenda pengungsian. Hari-hari

diliputi duka. Tapi duka itu tak mungkin didiamkan berkepanjangan. Abi

Usman dan Delisa kembali ke rumahnya yang dibangun kembali dengan

sangat sederhana.

Delisa kembali bermain bola, Delisa kembali mengaji, Delisa dan

anak-anak korban tsunami lainnya, kembali sekolah dengan peralatan

seadanya. Delisa kembali mencoba menghafal bacaan shalat dengan

sempurna. Ia sama sekali sulit menghafalnya.

"Orang-orang yang kesulitan melakukan kebaikan itu, mungkin karena

hatinya Delisa. Hatinya tidak ikhlas! Hatinya jauh dari ketulusan." Begitu kata

Ubai salah seorang relawan yang akrab dengan Delisa.

21 Mei 2005

Ubai mengajak Delisa dan murid-muridnya yang lain ke sebuah

bukit. Hari itu Delisa shalat dengan bacaan shalat yang sempurna. Tidak

terbolak-balik. Delisa bahkan membaca doa dengan sempurna. Usai shalat,

Delisa terisak. Ia bahagia sekali. Untuk pertama kalinya ia menyelesaikan

shalat dengan baik. Shalat yang indah. Mereka belajar menggurat kaligrafi di

Page 46: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

35

atas pasir yang dibawanya dengan ember plastik. Sebelum pergi meninggalkan

bukit itu, Delisa meminta ijin mencuci tangan di sungai dekat dari situ.

Ketika ujung jemarinya menyentuh sejuknya air sungai. Seekor burung

belibis terbang di atas kepalanya. Memercikkan air di mukanya. Delisa

terperanjat. Mengangkat kepalanya. Menatap burung tersebut yang terbang

menjauh. Ketika itulah Delisa menatap sesuatu di seberang sungai.

Kemilau kuning. Indah menakjubkan, memantulkan cahaya matahari

senja. Sesuatu itu terjuntai di sebuah semak belukar indah yang sedang

berbuah. Delisa gentar sekali. Ya Allah! Seuntai kalung yang indah

tersangkut. Ada huruf D di sana. Delisa serasa mengenalinya. D untuk Delisa.

Di atas semak belukar yang merah buahnya. Kalung itu tersangkut di tangan.

Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka manusia. Putih.

Utuh. Bersandarkan semak belukar itu.

UMMI...............

Page 47: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

36

BAB IV

ANALISIS NILAI-NILAI EDUKATIF

DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE

Adapun nilai-nilai edukatif dalam novel Hafalan Shalat Delisa dapat

diambil beberapa nilai edukatif di antaranya adalah:

A. Kebersihan dan Kesucian

Dengan shalat umat Islam dianjurkan untuk selalu bersih badan

maupun pakaiannya, tidak berhadas dan tidak membawa najis karena akan

menghadap Allah yang suci. Semua itu bisa dilakukan dengan berwudhu atau

mandi sehingga suci setiap akan shalat.48

Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori, tetapi

harus dijadikan pola hidup praktis yang mendidik manusia hidup bersih

sepanjang masa, bahkan dilembagakan dalam hukum Islam. Dalam rangka

inilah dikenal sarana-sarana kebersihan yang termasuk kelompok ibadah,

seperti: wudhu, tayamum, mandi, pembersihan gigi, kebersihan dari najis dan

lain sebagainya.49

Oleh karena itu setiap muslim sebelum melakukan shalat terlebih

dahulu harus suci dari hadas besar dan hadas kecil (berwudhu). Hal ini

dijelaskan secara ringkas oleh Tere Liye dalam novelnya:

“Kalau begitu kamu shalat dhuhur bareng ummi, y!”Delisa mengangguk. Ke kamar mandi. Mengambil wudhu. Memakaimukenanya pelan, melangkah mendekati ummi yang sudah menunggu”50

Dari penggalan cerita diatas bahwa sebelum shalat dilaksanakan

terlebih dahulu harus suci dari hadas besar maupun hadas kecil. Dalam novel

ini dijelaskan, Delisa sebelum shalat terlebih dahulu mengambil air wudhu,

setelah itu menutup aurat / memakai mukena. Contoh dari kebersihan dalam

48 Subhan Nurdin, Keistimewaan Shalat Khusyuk, (Jakarta: Qultum Media, 2006), hlm.78.

49 Majelis Ulama Indonesia, Air, Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Menurut Islam,(Jakarta: Masjid Istiqlal Taman Wijayakusuma, 1998), hlm. 37.

50 Tere Liye, Hafalan Shalat Delisa, (Jakarta: Replubika, 2008), cet. VII, hlm. 14.

Page 48: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

37

novel Tere Liye ini adalah dengan cara berwudhu yang mengandung nilai

kebersihan. Wudhu itu selain sifatnya ibadah dan syarat syahnya shalat, juga

merupakan suatu sarana kesehatan yang sangat penting. Dengan wudhu akan

terjamin kebersihan sejumlah anggota badan yang menyangkut wajah

termasuk di dalamnya kebersihan mata, hidung, telinga, rambut, dan

khususnya mulut dimana di dalamnya terdapat gigi. Demikian juga halnya

dengan mencuci kedua tangan dan kedua kaki akan terawat kebersihannya

dengan baik melalui wudhu.

Didikan kebersihan dalam Islam, minimal harus dilakukan lima kali

sehari semalam dengan melakukan wudhu. Rasulullah SAW telah

memberikan contoh yang sangat baik bagi umatnya tentang kebersihan yaitu

beliau sesudah tidur, hendak berwudlu, beliau lebih dahulu membersihkan gigi

dengan siwak (sikat gigi). Bersisir, mengenakan wangi-wangian. Begitu juga

beliau menganjurkan kepada umatnya.51

Adanya kewajiban shalat lima waktu sehari merupakan jaminan

terpeliharanya kebersihan badan, karena ibadah shalat itu baru sah kalau orang

terlebih dahulu membersihkan diri dengan berwudhu. Demikian juga ibadah

shalat baru sah jika pakaian dan tempat dimana kita melakukannya memang

bersih. Jadi jelaslah bahwa ibadah shalat memberikan jaminan kebersihan.52

Bila dilihat dengan kewajiban melaksanakan shalat yang lima kali

sehari semalam, maka rentang-rentang waktu ini menunjukkan bahwa

kebersihan adalah sesuatu yang harus abadi di dalam kehidupan seorang

muslim. Sebagai orang yang cerdas, tentu saja perintah kebersihan ini tidak

hanya dilakukan ketika hendak melakukan shalat saja, akan tetapi perbuatan-

perbuatan yang di luar shalatpun harus juga dilakukan dengan membawa

atribut kebersihan. Perintah untuk melakukan wudhu’ sebelum mengerjakan

shalat dengan membasuh anggota-anggota tubuh yang sudah ditentukan, maka

dapat dipahami bahwa Al-Quran adalah kitab suci yang sangat peduli dengan

kebersihan. Berdasarkan hal ini maka dapat diungkap bahwa kebersihan

51 Umar Hubeas, Betulkah Shalat Anda, (Jakarta: Bulan Bintang,1974), hlm. 109.52 Wawancara dengan Tere Liye Pengarang Novel Hafalan Shalat Delisa pada Tanggal

10 Januari 2010, Jam 11:15:49 AM.

Page 49: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

38

memiliki kaitan yang erat dengan ibadah. Dan bahkan status hukum dari suatu

ibadah (sah dan tidak sah) sangat ditentukan oleh faktor-faktor kebersihan.

Menurut syariat Islam pengertian bersih tidak sama dengan pengertian

suci. Sesuatu yang bersih adalah sesuatu yang tidak dikotori oleh sesuatu yang

dianggap kotor. Baik yang mengotori itu sesuatu yang suci maupun yang

najis/tidak suci.

Sesuatu yang suci adalah yang tidak terkena najis/yang telah disucikan

dengan cara yang telah ditentukan dalam syariat Islam, sekalipun di situ

terdapat kotoran yang suci.

Dengan pengertian tersebut sesuatu yang bersih belum pasti suci.

Begitu pula sesuatu yang suci belum tentu bersih. Kesucian termasuk salah

satu syarat syahnya shalat. Yakni orang yang melaksanakan shalat harus suci

badan, pakaian dan tempatnya.53

B. Kejujuran

Jujur adalah berlaku benar dan baik dalam perkataan maupun dalam

perbuatan. Kejujuran yang harus diterapkan bukanlah suatu hal yang mudah.

Diperlukan kesadaran dan latihan agar sifat tersebut benar-benar menjadi

prinsip hidup. Kesadaran bermula dari pengetahuan, seseorang harus diberi

pengetahuan mengenai pentingnya jujur dan apa akibat tidak jujur. Sementara

latihan jujur itu sendiri bisa dilakukan secara personal.

Kesadaran akan pentingnya jujur dalam hidup harus ditumbuhkan

sejak kecil. Pendidikan dari keluarga dan sekolah harus mementingkan

kejujuran seorang anak. Sebisa mungkin diupayakan agar anak senantiasa

senang berbuat jujur. Sistem pemberian reward dan punishment harus

senantiasa diterapkan. Ketika si anak berani berbuat jujur maka diberikan

hadiah dan jika berbohong diberi hukuman.

Adapun jujur itu dibagi dalam beberapa hal, yaitu:54

53 http://suasana.multiply.com/journal . Antara bersih dan suci. 29 juni 201054 Sa’id Hawwa, Tazkiyatun Nafs, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2005), hlm. 346.

Page 50: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

39

a. Jujur dalam perkataan. Kejujuran dalam perkataan dapat diketahui ketika

ia memberikan suatu berita, baik yang berkaitan dengan masa lalu maupun

yang akan datang. Dalam hal ini setiap orang berkewajiban untuk menjaga

lidahnya selain mengatakan yang benar. Barang siapa yang menjaga lidah

dari perkataan bohong ketika memberikan kabar atau berbicara, maka ia

disebut sebagai orang yang jujur.

b. Jujur dalam niat dan keinginan. Hal ini berkaitan dengan masalah ikhlas,

yaitu setiap perbuatan dan ibadah dilakukan hanya semata-mata karena

Allah. Akan tetapi ketika perbuatannya dinodai dengan keinginan selain

Allah, maka ia disebut sebagai pembohong.

c. Jujur dalam perbuatan. Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu

sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya. Hatinya harus mendorong

anggota tubuh untuk melakukan apa yang diingini hati.

Lihatlah pada penggalan novel Hafalan Delisa yang menceritakan

tentang kejujuran,

Suara anak-anak yang membaca iqra terdengar dari kejauhan. Delisanyengir. Yaaa...... ia telat lagi.Tiba di halaman meunasah setengah menit kemudian. Buru-buru masuk kemeunasah. Ustadz Rahman menatapnya.” Delisa tadi piket....!” Delisa menjelaskan tanpa diminta. Menyekadahinya. Ustadz Rahman tersenyum. Dia tahu setiap hari senin Delisapasti datang terlambat. Semua anak yang lain juga telat kalo lagi jadwalpiket di sekolah. Bedanya dengan Delisa, Delisa selalu berkepentinganmenjelaskan. Meskipun penjelasan itu-itu saja. 55

Pada penggalan cerita di atas terlihat bahwa Delisa datang terlambat

mengaji di TPA karena lagi ada jadwal piket di sekolah. Delisa dengan

terburu-buru masuk kedalam kelas dan menceritakan keterlambatannya

sampai di TPA karena lagi ada jadwal piket di sekolah. Delisa selalu

menjelaskan kepada ustadz Rahman tanpa diminta. Delisa berkata apa adanya

tanpa mengada-ada. Dalam hal ini jelas terlihat nilai kejujuran dalam

penggalan novel di atas.

55 Tere Liye, op.cit., hlm. 37.

Page 51: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

40

Jujur merupakan hal penting dalam kehidupan ini. Orang tidak akan

merasakan kenikmatan hidup jika ia tidak pernah jujur, karena orang yang

melakukan kesalahan, lalu dia tidak mengakuinya. Maka ia akan disalahkan

oleh hati nuraninya sendiri dan terus-menerus dikejar rasa bersalah. Kejatuhan

manusia adalah ketika sudah tidak lagi memiliki kejujuran, yang ia miliki

hanyalah dusta. Oleh karena itu kita harus berpegang teguh pada kejujuran.

Jujur akan menuntun kita pada kebaikan, bahkan kebahagiaan. Sedangkan

kebaikan akan menuntun kita ke surga. Sedangkan nilai kejujuran dalam

spiritual shalat adalah menimbulkan perasaan dalam hati atas kemahatahuan

Allah. Jika hal yang demikian ini sudah tertanam dalam hati, maka dengan

rasa takut kepada Allah, seorang akan jujur dalam segala hal, baik itu jujur

dalam perkataan maupun perbuatan.56

C. Kesabaran

Lihatlah pada penggalan novel Hafalan Shalat Delisa yang

mengandung tema sabar, ketika mengalami kesulitan dan kesempitan yang

bertubi-tubi.

Delisa senang sekali sepanjang pagi.Ia sudah tahu, Lhok Nga hancur. Abisudah cerita. Delisa menghentikan kurknya. Menyeringai tipis.Delisa mengenali sati-dua ibu-ibu yang sedang memasak di dapur umum.Tetangga mereka dulu. Dan ibu-ibu yang mengenalinya itu juga satupersatu memeluknya saat Delisa mendekat. Beberapa malah menangis.

”Sabar... anakku! Allah akan membalas semua kesabaran dengan pahalayang besar”

Delisa hanya tersenyum nyengir dalam pelukan. Memperlihatkan giginyayang tanggal dua. Ibu-ibu itu semakin terharu melihatnya.”57

Pada penggalan cerita di atas membawa para pembaca untuk selalu

bersabar dalam menghadapi persoalan. Pagi itu pertama kalinya Delisa

kembali lagi ke lhok nga. Delisa berjalan-jalan melihat bangunan disepanjang

pantai sudah hancur. Ibu-ibu yang mengenali Delisa satu persatu memeluknya,

56 Ibid., hlm. 95.57 Tere Liye, op.cit., hlm. 156.

Page 52: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

41

bahkan ada yang menangis karena terharu melihat Delisa berjalan dengan satu

kaki dan memakai kurk. Nilai kesabaran dasini terlihat ketika salah satu ibu-

ibu menasehati Delisa untuk bersabar, bahwa Allah akan memberikan pahala

untuk orang yang bersabar.

Mendidik diri untuk bersabar, dimulai dari pemahaman bahwa seluruh

cobaan yang diberikan Allah kepada hambanya, pasti mempunyai hikmah

yang sangat dalam, bisa bermaksud menegur hamba yang sudah lupa

terhadapnya, bisa bermaksud menguji dan sebagainya, dan diberi pahala bagi

orang yang sanggup menerimanya dengan ketabahan.58

Kemudian manusia tidak boleh terlalu mencintai sesuatu melebihi dari

kecintaan kepada Allah. Karena seseorang tidak bisa bersabar kalau sesuatu

yang dicintainya dicabut kembali oleh Allah. Semakin sering ditimpa cobaan,

semakin kuat menerimanya. Maka cobaan yang sering menimpa manusiam,

dapat dijadikan sebagai latihan kerohaniahan atau pendidikan hati untuk

semakin memperkuat kesabaran yang ada dalam diri kita.

Sebagai hamba Allah, manusia tidak lepas dari segala ujian yang akan

menimpa , baik musibah yang berhubungan dengan pribadi sendiri maupun

musibah dan bencana pada sekelompok manusia maupun bangsa. Terhadap

segala macam kesulitan dan kesempitan yang bertubi-tubi dan sambung

menyambung, maka hanyalah sabar yang memancarkan sinar yang

memelihara seseorang muslim dari kejauhan dan kebinasaan dan dari putus

asa.

Oleh karena itu hendaklah senantiasa ingat kepada Allah, ingat akan

kekuasaannya dan kehendaknya. Bahkan segala sesuatu yang terjadi di dunia

ini baik yang dianggap oleh manusia sebagai musibah dan bencana yang

merugikan maupun yang dirasakan sebagai rahmat dan nikmat yang

menggembirakan. Maka itu semua adalah dari Allah dan bukan kemampuan

manusia semata-mata. Dan hendaklah selalu memberikan penilaian yang baik

dengan landasan bahwa semua yang terjadi itu selalu ada hikmahnya.

58 Mahjudin, Pendidikan hati, Kajian Tasawuf Amal.(Jakarta: Kalam Mulia,2001), hlm.46.

Page 53: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

42

D. Kedisiplinan

“ADZAN shubuh dari Meunasah terdengar syahdu. Bersahut-sahutan satusama lain. Menggetarkan langit-langit Lhok Nga yang masih gelap. Tapijangan salah, gelap-gelap begini kehidupan sudah dimulai. Remajatanggung sambil menguap menahan kantuk sambil menguap menahankantuk mengambil wudhu. Anak lelaki bergegas menjamah sarung dankopiah. Anak gadis menjumput lipatan mukena putih dari atas meja.Bapak-bapak membuka pintu rumah menuju meunasah. Ibu-ibumembimbing anak kecilnya bangun shalat berjamaah.”

”Ashshalaatu khairum minan naum!”59

Dengan melihat keterangan isi novel di atas dapat dikatakan bahwa di

dalam shalat ada nilai kedisiplinan yang begitu tinggi yang dapat diambil. Di

Lhok Nga setiap waktu subuh adzan berkumandang kehidupan sudah dimulai,

orang-orang sudah pada bangun, meskipun rasa kantuk masih ada tetapi hal itu

tidak menjadikan alasan untuk tidur lagi. Baik anak laki-laki maupun

perempuan, ibu-ibu maupun bapak-bapak selalu bangun pagi untuk bisa

melaksanakan shalat berjamaah yang sudah menjadi kebiasaan warga Lhok

Nga. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang mengerjakan shalat

pada awal waktunya. Tidak menunda-nunda dan mengakhirkan waktu shalat.

Kedisiplinan yang diajarkan oleh Allah dalam shalat adalah tepat waktu.

Dalam shalat juga ada nilai keteraturan yang tinggi. Kita harus selalu bangun

pagi ketika shalat subuh, berangkat lebih awal di masjid untuk mencapai

tempat di depan. Jika datang waktu shalat maka orang-orang yang mencintai

Allah pasti segera melaksanakannya dengan sempurna tanpa memiliki rasa

malas sedikitpun.

Pelaksanaan waktu shalat sudah ditentukan sehingga tidak boleh

seenaknya mengganti, memajukan ataupun mengundurkan waktu

pelaksanaannya, yang akan mengakibatkan batalnya shalat. Hal ini melatih

untuk berdisiplin dan sekaligus menghargai waktu. Dengan senantiasa

menjaga keteraturan ibadah dengan sunguh-sungguh, manusia akan terlatih

untuk berdisiplin terhadap waktu. Dari segi banyaknya aturan seperti syarat

59 Tere Liye, op.cit., hlm. 1.

Page 54: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

43

sahnya, tata cara pelaksanaannya maupun hal-hal yang dilarang ketika

shalat.60

Konsep ini juga termuat saat kita berwudhu, di mana dalam wudhu itu

harus mendahulukan yang awal dan mengakhirkan yang akhir; yang disebut

sebagai harus “tertib”. Tidaklah sah bagi siapapun yang melaksanakan wudhu

secara tidak teratur. Dari sinilah kemudian kita diajarkan untuk selalu

melakukan kedisiplinan dan keteraturan dalam melaksanakan hal apapun.

Terkadang sangat menyedihkan ketika shalat diakhirkan ketimbang

melakukan hal-hal yang bersifat keduniaan demikian pula dengan shalat

jama’ah adalah dalam rangka membiasakan kehidupan yang teratur dan

disiplin. Pembiasaan ini dilatih dengan mematuhi tata tertib hubungan antara

imam dam makmum, misalnya tidak boleh mendahului gerakan imam.61

Sesungguhnya Allah mengatur waktu shalat sedemikian rupa sehingga

manusia bisa melaksanakan sesuai jadwal yang telah disyariatkan. Tidak boleh

dengan sengaja seenaknya shalat di luar waktu yang telah ditentukan. Kecuali

ada ketentuan khusus yang membolehkannya, seperti ketika sedang bepergian

(safar) ada yang disebut dengan rukhsah (keringanan) untuk jama’

(mengumpulkan dua waktu shalat) dan qashar (meringkas rakaat).62

Shalat lima waktu meripakan latihan bagi pembiasaan disiplin pribadi.

Ketaatan melaksanakan shalat pada waktunya, menumbuhkan kebiasaan untuk

secara teratur dan terus-menerus melaksanakannya pada waktu yang

ditentukan. Begitu waktu shalat tiba, orang yang taat beribadah, akan segera

tergugah hatinya untuk melakukan kewajiban shalat, biasanya ia

melaksanakannya pada awal waktu, karena takut akan terlalaikan atau terjadi

halangan yang tidak disangka.63

Andaikata ia tidak dapat segera melaksanakannya, maka ia akan

berusaha dan mencari peluang untuk bergegas melaksanakannya. Pada orang

60 Wawancara dengan Tere Liye, op.cit.61 Deni Sutan Bahtiar, op. cit., hlm. 127.62 Subhan Nurdin, op. cit., hlm. 77.63 Zakiah Darajat, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, (Jakarta: CV. Ruhama, 1988),

hlm. 37.

Page 55: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

44

yang seperti itu, akan mudah tumbuh kebiasaan disiplin diri, dan disiplin yang

dibiasakan dalam shalat akan mudah menular ke seluruh sikap hidup

kesehariannya. Disiplin yang telah terbina itu akan sulit diubah, karena telah

menyatu dengan pribadinya.64

Disiplin diri menjadi kata kunci kemajuan dan kesuksesan serta

kebesaran orang-orang besar yang pernah hidup dalam sejarah. Seorang

pemimpin, atau siapa saja bisa mencapai kesejatian di bidangnya masing-

masing karena pernah mempraktikkan disiplin diri. jadi jika seseorang ingin

sukses. Maka langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan

mendisiplinkan diri dan menjadi pribadi disiplin adalah sebuah langkah awal

dalam menggapai mimpi atau sukses.

E. Keikhlasan

Ikhlas menurut Abdul Qasim Abdul Karim Al Qusyairy adalah

menentukan taat (ibadat) untuk tuhan yang haq saja (membulatkan tujuan

dalam beribadat kepada-Nya saja).

Maksud ikhlas adalah mengerjakan ibadat semata-mata karena hendak

mendekatkan diri kepada Allah semata alam, bukan karena melahirkan taat di

hadapan umum, bukan karena puja atau sanjung, sayang dan perhatian rakyat.

Ikhlas adalah membersihkan amal dalam beribadat dari perhatian umum.

Ikhlas menurut Abu Ali Ad-Daqqaq adalah memelihara ibadat dari

perhatian manusia.65

Orang-orang yang bertakwa ketika beramal tidak akan begitu

memperhatikan balasan akan amal perbuatannya dan juga tidak

memperhatikan apakah amalnya itu akan diterima atau tidak, karena orang-

orang yang bertakwa yakin akan keadilan Tuhannya, jika suatu amal

dikerjakan dengan ikhlas, sepenuh hati dan dengan jiwa yang bersih.

64 Ibid., hlm. 37.65 M. Hasbi Ash Shidieqy, Pedoman Shalat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 75.

Page 56: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

45

Dalam penggalan novel Hafalan Shalat Delisa menjelaskan tentang

keikhlasan dalam Shalat,

“Delisa terisak. Ia baru menyadari kalau ia baru saja menyelesaikanshalatnya dengan lengkap.

Lihatlah! Di sini tidak ada ibu guru Nur yang akan memberikan piagamkelulusan.Di sini tidak ada Ustadz Rahman yang akan memujinya, lantasmemberikan sebatang coklat, tidak ada Umi yang akan memberikankalung dengan liontin huruf “D”, Delisa tidak ingin kalung itu, Delisahanya ingin memeluk Ummi.” 66

Sebelumnya dijelaskan bahwa niat Delisa hafal shalat karena iming-

iming hadiah kalung dari umminya, bukan ikhlas karena Allah. Setelah Delisa

memahami arti sebuah keikhlasan dari kak ubai lantas ia tidak mengharapkan

hadiah. Delisa hanya ingin mempersembahkan shalatnya kepada Allah dengan

ikhlas. Delisa menangis selama ini dia menghafalkan bacaan shalat hanya

kerena iming-iming hadiah kalung dari Umi dan sepada dari Abi, Delisa baru

saja menjalankan ibadah shalat tanpa ada yang memberikan hadiah, tidak ada

ustadz rahman yang akan memberikan hadiah cokelat, tidak ada umi yang

akan memberikan kalung 2 gram dengan liontin huruf ”D”, ”D” untuk Delisa.

Keikhlasan adalah sangat penting untuk menghayati suatu amalan.

Apabila memang diinginkan agar dapat terlaksana dengan baik dan sempurna,

keikhlasan itulah yang menjiwainya agar dapat memperoleh hasil yang gilang

gemilang, terpuji serta diridhai oleh Tuhan. Jika kita bersedekah, bershalat,

berpuasa, menunaikan ibadah haji atau ibadah lainnya, biarlah hanya kita dan

Allah SWT saja yang tahu. Insya Allah karena keikhlasan kita, ibadah kita

lebih bernilai di mata Allah SWT.67

Orang-orang yang bertakwa ketika beramal tidak akan begitu

memperhatikan balasan akan amal perbuatannya dan juga tidak

memperhatikan apakah amalnya itu akan diterima atau tidak, karena orang-

orang yang bertakwa yakin akan keadilan Tuhannya, jika suatu amal

dikerjakan dengan ikhlas, sepenuh hati dan dengan jiwa yang bersih.

66 Tere Liye, op.cit., hlm. 261.67 Wawancara dengan Tere Liye, op.cit.

Page 57: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

46

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mengkaji dan menganalisa nilai-nilai edukatif dalam

novel “Hafalan Shalat Delisa” karya Tere Liye maka dapat penulis simpulkan

sebagai berikut.

Novel Hafalan Shalat Delisa ini merupakan sebuah karya seni yang

sarat akan nilai-nilai edukatif untuk anak-anak. Novel tentang bacaan shalat

anak 6 tahun dengan latar bencana tsunami di dalamnya termuat pesan-pesan

yang mengajak kepada para pembaca untuk mencintai kehidupan juga

kematian, mencintai anugerah juga musibah dan mencintai indahnya

kehidupan.

Adapun nilai-nilai edukatif dalam novel Hafalan Shalat Delisa dapat

diambil beberapa nilai edukatif di antaranya adalah:

1. Kebersihan dan Kesucian

Dengan shalat umat Islam dianjurkan untuk selalu bersih badan

maupun pakaiannya, tidak berhadas dan tidak membawa najis karena akan

menghadap Allah yang suci. Semua itu bisa dilakukan dengan berwudhu

atau mandi sehingga suci setiap akan shalat . Perintah untuk melakukan

wudhu’ sebelum mengerjakan shalat dengan membasuh anggota-anggota

tubuh yang sudah ditentukan. Berdasarkan hal ini maka dapat diungkap

bahwa kebersihan memiliki kaitan yang erat dengan ibadah. Dan bahkan

status hukum dari suatu ibadah (sah dan tidak sah) sangat ditentukan oleh

faktor-faktor kebersihan. Menurut syariat Islam pengertian bersih tidak

sama dengan pengertian suci. Sesuatu yang bersih adalah sesuatu yang

tidak dikotori oleh sesuatu yang dianggap kotor. Baik yang mengotori itu

sesuatu yang suci maupun yang najis/tidak suci. Sesuatu yang suci adalah

yang tidak terkena najis/yang telah disucikan dengan cara yang telah

Page 58: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

47

ditentukan dalam syariat Islam, sekalipun di situ terdapat kotoran yang

suci.

2. Kejujuran

Jujur adalah berlaku benar dan baik dalam perkataan maupun

dalam perbuatan. Kejujuran yang harus diterapkan bukanlah suatu hal

yang mudah. Diperlukan kesadaran dan latihan agar sifat tersebut benar-

benar menjadi prinsip hidup. Kesadaran bermula dari pengetahuan,

seseorang harus diberi pengetahuan mengenai pentingnya jujur dan apa

akibat tidak jujur. Sementara latihan jujur itu sendiri bisa dilakukan secara

personal.

Kesadaran akan pentingnya jujur dalam hidup harus ditumbuhkan

sejak kecil. Pendidikan dari keluarga dan sekolah harus mementingkan

kejujuran seorang anak. Sebisa mungkin diupayakan agar anak senantiasa

senang berbuat jujur. Sistem pemberian reward dan punishment harus

senantiasa diterapkan. Ketika si anak berani berbuat jujur maka diberikan

hadiah dan jika berbohong diberi hukuman

3. Kesabaran

Mendidik diri untuk bersabar, dimulai dari pemahaman bahwa

seluruh cobaan yang diberikan Allah kepada hambanya, pasti mempunyai

hikmah yang sangat dalam, bisa bermaksud menegur hamba yang sudah

lupa terhadapnya, bisa bermaksud menguji dan sebagainya, dan diberi

pahala bagi orang yang sanggup menerimanya dengan ketabahan.

Kemudian manusia tidak boleh terlalu mencintai sesuatu melebihi dari

kecintaan kepada Allah. Karena seseorang tidak bisa bersabar kalau

sesuatu yang dicintainya dicabut kembali oleh Allah. Semakin sering

ditimpa cobaan, semakin kuat menerimanya. Maka cobaan yang sering

menimpa manusia, dapat dijadikan sebagai latihan kerohaniahan atau

pendidikan hati untuk semakin memperkuat kesabaran yang ada dalam

diri kita.

Page 59: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

48

4. Kedisiplinan

Sesungguhnya Allah mengatur waktu shalat sedemikian rupa

sehingga manusia bisa melaksanakan sesuai jadwal yang telah

disyariatkan. Tidak boleh dengan sengaja seenaknya shalat di luar waktu

yang telah ditentukan. Kecuali ada ketentuan khusus yang

membolehkannya, seperti ketika sedang bepergian (safar) ada yang

disebut dengan rukhsah (keringanan) untuk jama’ (mengumpulkan dua

waktu shalat) dan qashar (meringkas rakaat).

Shalat lima waktu merupakan latihan bagi pembiasaan disiplin

pribadi. Ketaatan melaksanakan shalat pada waktunya, menumbuhkan

kebiasaan untuk secara teratur dan terus-menerus melaksanakannya pada

waktu yang ditentukan. Begitu waktu shalat tiba, orang yang taat

beribadah, akan segera tergugah hatinya untuk melakukan kewajiban

shalat, biasanya ia melaksanakannya pada awal waktu, karena takut akan

terlalaikan atau terjadi halangan yang tidak disangka.

5. Keikhlasan

Ikhlas adalah mengerjakan ibadat semata-mata karena hendak

mendekatkan diri kepada Allah semata alam. Orang-orang yang bertakwa

ketika beramal tidak akan begitu memperhatikan balasan akan amal

perbuatannya dan juga tidak memperhatikan apakah amalnya itu akan

diterima atau tidak, karena orang-orang yang bertakwa yakin akan

keadilan Tuhannya, jika suatu amal dikerjakan dengan ikhlas, sepenuh

hati dan dengan jiwa yang bersih. Orang-orang yang bertakwa ketika

beramal tidak akan begitu memperhatikan balasan akan amal

perbuatannya dan juga tidak memperhatikan apakah amalnya itu akan

diterima atau tidak, karena orang-orang yang bertakwa yakin akan

keadilan Tuhannya, jika suatu amal dikerjakan dengan ikhlas, sepenuh

hati dan dengan jiwa yang bersih.

Page 60: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

49

B. Saran-saran

Lembaga pendidikan pada umumnya dan lembaga pendidikan Islam

pada khususnya, ketika melakukan kegiatannya hendaknya jangan hanya

bersifat transfer of value saja, tetapi lebih menekankan penanaman nilai-nilai

terhadap peserta didiknya. Karena dengan nilai yang ia yakini, seseorang akan

bersikap positif, maka positif itu pula tindakan yang ia lakukan, tetapi

sebaliknya bila negatif nilai yang ia yakini, maka negatif pula sikap dan

tindakan yang akan ia realisasikan.

Sumber nilai yang dapat digali dalam kehidupan salah satunya adalah

melalui cerita ataupun novel-novel religius, karena sifatnya estetis, maka akan

lebih mudah dicerna dan diterima anak didik. Oleh karena itu sudah saatnya

guru melakukan inovasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

novel-novel religius sebagai media pendidikan.

C. Penutup

Puji syukur kembali penulis panjatkan ke Hadirat Allah, Tuhan yang

telah menciptakan langit, bumi, beserta isinya diperuntukkan bagi

kesejahteraan dan kemakmuran umat manusia bahwa penulisan skripsi ini

telah selesai.

Sebagai penutup penulis sadar bahwa skripsi ini hanya sebuah kajian

Islam yang terkecil dan sederhana dari bahasan Islam yang sangat

komprehensif. Oleh karena itu kritik konstruktif untuk kesempurnaan di masa

yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis

sendiri maupun bagi pembaca. Amin.

Page 61: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

50

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar

Interpratama Offset, 2006.

Abdul Majid, Abdul Aziz, Mendidik Anak dengan Cerita, terj, Syarif Hade

Masyah, Jakarta: Mustabiin, 2003.

Al-Miskawih, Abu Ali Akhmad, Tahdzib al Akhlak, Pendidikan Akhlak, Terj.

Helmi Hidayat., Bandung: Mizan,1994.

An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah di Sekolah dan

Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Arsyad, Azhar, Media Pengajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, cet. II

Ash Shidieqy M. Hasbi, Pedoman Shalat, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Baridzabah, Imam Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu

Maghirah Ibnu, Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1992.

Burhanudin, Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar- Dasar Ilmu Mendidik, Jakarta:

Rineka Cipta, 2002.

Dagun, Save M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: LPKN.

Darajat Zakiah, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, Jakarta: CV. Ruhama, 1988.

Departemen Agama, Al-Quranul dan Terjemahnya, Kudus: Menara Kudus, 1997.Djamarah, Syaiful Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga,

Hawwa, Said, Tazkiyatun Nafs, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2005.

"http://mualaf.com/hikmah-dan-kajian/Hikmah" 8 Maret 2009.

Hubeas Umar, Betulkah Shalat Anda, Jakarta: Bulan Bintang,1974.Jakop Sumarja, Catatan Kecil tentang Penulis Cerpen, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1997.

Langgulung, Hasan, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, Jakarta: Radar

Jaya Offset, 1988.

Liye Tere, Hafalan Shalat Delisa, (Jakarta: Replubika, 2008), cet. VII.

Luthfi Attabiq, Sabar dan Shalat sebagai Penolong, 21 Desember 2006.

Page 62: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

51

Madjid, Nurcholis, Masyarakat Religius, Membumikan Nilai-nilai Islam dalam

Kehidupan Masyarakat, Jakarta: Paramedina, 2002, Cet.II.

Mahjuddin, Pendidikan Hati, Kajian Tasawuf Amali, Jakarta: Kalam Mulia, 2001.

Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta: Global Pustaka Utama,

2001.

Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Nisa, Arifatun, “Kandungan Nilai Pendidikan dalam Novel Menyemai Cinta di

Negeri Sakura”, http://organisasi.org.

Novel Sebagai Media Alternatif Pembentuk Karakter Para Remaja,

http://uniqlly.multiply.com/jurnal/item/2/novel sebagai media alternatif

pembentuk karakter para remaja.2908.

Nurdin Subhan, Keistimewaan Shalat Khusyuk, Jakarta: Qultum Media, 2006,

Keistimewaan Shalat Khusyuk, Jakarta: Qultum Media, 2006.

Ratna, Nyoman Kutha, Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra, Yogyakarta;

Pustaka Belajar, 2006.

Sadiman Arif, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya, Jakarta: Raja Grafindo, 2007.

Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam, Bandung: al Ma’arif, 1988.

Sanapiah dan Mulyadi Guntur, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya:

Usaha Nasional, 1982.

Sitanggang, dkk., Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Pusat, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Semiawan, Sonny dkk., Pengenalan dan Pengembangan Bakat Sejak Dini,

Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. 4.

Suharsimi Arikunto, Pendekatan Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta:

Rineka Cipta, 2002.

Suroto, Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia, Jakarta: Erlangga, 1989.

Page 63: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

52

Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Syarif Hade Masyah, Mahfud Lukman Hakim, Mendidik Anak Lewat Cerita, Terj.

Abdul Aziz Abdul Majid, Jakarta: Mustaqim, 2003.

Tafsir, Ahmad, Pendidikan Agama dalam Keluarga, Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2000.

Tim Penulis, Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jakarta: PT. Adipustaka, 1996.

Thoba, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1996.

Umar Hasyim Anak Sholeh, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, Surabaya: PT.

Bina Ilmu, 1980.

Yunahar, Ilyas, Kuliah Agama Islam, Yogyakarta: LPPI Universitas

Muhammadiyah, 1993.

Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004.

Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Page 64: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

53

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mundaroh

NIM : 053111121

Fak/Jurusan : Tarbiyah/ PAI

Tempat / Tanggal Lahir : Rembang, 25 Februari 1988

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Alamat : Jln. Gunung Mayit Telaga Biru, Suntri Gunem

Rembang.

Latar Belakang Pendidikan

1. SDN Suntri Lulus Tahun 1999

2. MTs Ma’arif 2 Blora Lulus Tahun 2002

3. MANU Lasem Lulus Tahun 2005

4. IAIN Walisongo Semarang Lulus Tahun 2010

Pendidikan Non-formal

1. Ponpes Al Hikmah

2. Ponpes Al Hamidiyyah

Semarang, 15 Juni 2010Penulis,

MundarohNIM. 053111121

Page 65: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

54

From:This sender is DomainKeys verified"Maibelopah" <[email protected]>Add sender to ContactsTo:"vina afiya" <[email protected]>waalaikumussalam;1. Pertama, niat untuk beribadah hanya kepada Allah (sesungguhya shalatku,ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah penguasa semesta alam) karenadengan demikian kita akan dengan mudah mencapai khusyuk dalam shalat.Kedua, mengukur sejauhmana kita mengerti makna shalat. Dimulai dari ritualberwudhu, sudahkah kita berwudhu' dengan benar, bacaan shalat sudahkah tahuartinya atau memahami maknanya, atau bahkan selama ini kita shalat hanyamembaca bacaan yang kita tidak tahu artinya (Na'udzubillah), begitu juga dengangerakan shalat apakah sudah sesuai dengan yang diajarkan Rasul..... (tanya padadiri sendiri). Dan yang ketiga, mengingatkanku akan janji Allah SWT tentangrewards dari sebuah keikhlasan.2. Ketika kita sholat, selain badan fisik kita ini sholat pula ruh kita. Ruh inilahyang benar-benar ingin sholat -kembali menemui Tuhannya- sementara badanfisik ini sarana kita mengantarnya dengan gerakan dan bacaan. Ruh kita inisesungguhnya ingin sholat dengan tenang, santai, tuma’ninah. Sayangnya badankita ‘ngebut’, jadilah ruh kita itu jengkel sejengkel-jengkelnya karena selaluketinggalan gerakan badan. Maka tips sederhana dari buku itu adalah jika ruku’,tunggu, tunggu hingga ruh ikut mantap dalam ruku’ itu. Saat I’tidal, tunggu,tunggu hingga ruh mu ikut mantap I’tidal. Demikian pula saat sujud, duduk antaradua sujud, juga duduk tasyahud. Tunggu, tunggu hingg ruh mu ikut sujud, ikutduduk, ikut tasyahud.

From: vina afiya <[email protected]>To: [email protected]: [email protected]: Wednesday, July 1, 2009 11:10:01 AMSubject:

Assalamualaikum1. point penting apa yang dapat diambil dalam novel ini tentang shalat?2. Bagaimana shalat khusyuk menurut Tere Liye?

From:This sender is DomainKeys verified"Maibelopah" <[email protected]>Add sender to ContactsTo:"vina afiya" <[email protected]>

lahir: lahat, 21 mei 1979

Page 66: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

55

SDN 1 Kikim Timur, SumselSMPN 1 Kikim Timur, SumselSMAN 9 BandarlampungJurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UI Depokpekerjaan: dosen

kalo masih butuh info2 lainnya, silahkan kirim email lain.

4. daftar buku2 tereliye

i. Hafalan Shalat Delisa (2005);j. Cintaku antara Jakarta dan Kuala Lumpur (2008);k. Mimpi-mimpi Sipatah Hati (2005);l. Moga Bunda Disayang Allah (2007);m. The Gogons Series 2 Incredible Incidents (2006);n. Sang Penandai (2007);o. Bidadari-bidadari Surga (2007);p. Rembulan Tenggelam di Wajahmu (2009).

From: vina afiya <[email protected]>To: [email protected]: [email protected]: Thursday, June 25, 2009 1:05:55 PMSubject: silatur rahmi

semarang, 25 juni 2009KepadaYth bapak tere liye

Perkenalkan nama saya mundaroh, saya mahasiswi IAIn Walisongo Semarang.Saat ini saya sudah semester 8 dan saya sedang mengerjakan tugas akhir (skripsi),judul yang saya angkat " nilai-nilai pendidikan dalam novel hafalan sholat delisa". yang nantinya novel ini akan di jabarkan dari bab per bab untuk dikatahui nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Disini saya berniat yang,1. silaturrahmi2. mohon ijin menggunakan novel hafalan sholat delisa sebagai judul skripsi Demi kelancaran skripsi yang sedang saya kerjakan maka saya sangatmembutuhkan bantuan dari bapak untuk menanyakan beberapa hal;1. Biografi lengkap,2. Karya-karya yang sudah diterbitkan Mungkin ini dulu yang bisa saya sampaikan. Dilain waktu saya ingin sharingkembali dengan bapak. Balasan dari bapak sangat saya nantikan demi kelancaranskipsi saya. kalau bisa secepatnya saya tunggu. Demikianlah apa yang dapat sayatulis apa bila ada kata- kata yang kurang sopan dan tidak berkenan di hati bapaksaya minta maaf, dan saya ucapkan terima kasih.

Page 67: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

56

mundaroh

From:This sender is DomainKeys verified"Maibelopah" <[email protected]>Add sender to ContactsTo:"vina afiya" <[email protected]>waalaikumussalam, baik sy jawab langsung saja ya:1. Adanaya kewajiban shalat lima waktu sehari merupakan jaminan terpeliharanyakebersihan badan, karena ibadah shalat itu baru sah kalau orang terlebih dahulumembersihkan diri dengan berwudhu. Demikian juga ibadah shalat baru sah jikapakaian dan tempat dimana kita melakukannya memang bersih. Jadi jelaslahbahwa ibadah shalat memberikan jaminan kebersihan2. Keikhlasan adalah sangat penting untuk menghayati suatu amalan. Apabilamemang diinginkan agar dapat terlaksana dengan baik dan sempurna, keikhlasanitulah yang menjiwainya agar dapat memperoleh hasil yang gilang gemilang,terpuji serta diridhai oleh Tuhan. Jika kita bersedekah, bershalat, berpuasa,menunaikan ibadah haji atau ibadah lainnya, biarlah hanya kita dan Allah SWTsaja yang tahu. Insya Allah karena keikhlasan kita, ibadah kita lebih bernilai dimata Allah SWT3. Pelaksanaan waktu shalat sudah ditentukan sehingga kita tidak boleh seenaknyamengganti, memajukan ataupun mengundurkan waktu pelaksanaannya, yang akanmengakibatkan batalnya kita. Hal ini melatih kita untuk berdisiplin dan sekaligusmenghargai waktu. Dengan senantiasa menjaga keteraturan ibadah dengansunguh-sungguh, manusia akan terlatih untuk berdisiplin terhadap waktu.Dari segibanyaknya aturan seperti syarat sahnya, tata cara pelaksanaannya maupun hal-halyang dilarang ketika kita shalat.

From: vina afiya <[email protected]>To: [email protected]: [email protected]: Sun, January 10, 2010 11:15:49 AMSubject: wawancara

Assalamualaikum,,1.Bagaimana kebersihan dalam shalat menurut Tere Liye?2 Bagaimana keikhlasan shalat Delisa didalam novel ini menurut Tere Liye?3. Bagaimana disiplin dalam shalat menurut Tere Liye?

Besar harapan saya untuk bisa membantu dalam penyelesaian skripsi ini,Wassalamu’alaikum

mundaroh

Page 68: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

57

HASIL WAWANCARA

1. Bagaimana biografi Tere Liye?

Nama : Tere Liye asli Darwis

Lahir : Lahat, 21 Mei 1979

Pendidikan : SDN 1 Kikim Timur, Sumsel

SMPN 1 Kikim Timur, Sumsel

SMAN 9 Bandarlampung

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UI Depok

Pekerjaan : Dosen

2. Apa saja karya-karya yang sudah diterbitkan?

a. Hafalan Shalat Delisa (2005);

b. Cintaku antara Jakarta dan Kuala Lumpur (2008);

c. Mimpi-mimpi Sipatah Hati (2005);

d. Moga Bunda Disayang Allah (2007);

e. The Gogons Series 2 Incredible Incidents (2006);

f. Sang Penandai (2007);

g. Bidadari-bidadari Surga (2007);

h. Rembulan Tenggelam di Wajahmu (2009

3. Point penting apa saja yang dapat diambil dalam novel Hafalan Shalat Delisa

tentang hafalan shalat?

Pertama, niat untuk beribadah hanya kepada Allah (sesungguhya

shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah penguasa semesta

alam) karena dengan demikian kita akan dengan mudah mencapai khusyuk

dalam shalat. Kedua, mengukur sejauhmana kita mengerti makna shalat.

Dimulai dari ritual berwudhu, sudahkah kita berwudhu dengan benar, bacaan

shalat sudahkah tahu artinya atau memahami maknanya, atau bahkan selama

ini kita shalat hanya membaca bacaan yang kita tidak tahu artinya

(Na'udzubillah), begitu juga dengan gerakan shalat apakah sudah sesuai

dengan yang diajarkan Rasul..... (tanya pada diri sendiri). Dan yang ketiga,

mengingatkan akan janji Allah SWT tentang rewards dari sebuah keikhlasan.

Page 69: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

58

4. Bagaimana shalat khusyuk menurut Tere Liye?

Ketika kita sholat, selain badan fisik kita ini sholat pula ruh kita. Ruh

inilah yang benar-benar ingin sholat -kembali menemui Tuhannya- sementara

badan fisik ini sarana kita mengantarnya dengan gerakan dan bacaan. Ruh kita

ini sesungguhnya ingin sholat dengan tenang, santai, tuma’ninah. Maka tips

sederhana ketika shalat adalah jika ruku’, tunggu hingga ruh ikut mantap

dalam ruku’ itu. Saat I’tidal, tunggu, tunggu hingga ruh mu ikut mantap

I’tidal. Demikian pula saat sujud, duduk antara dua sujud, juga duduk

tasyahud. Tunggu, tunggu hingga ruh mu ikut sujud, ikut duduk, ikut

tasyahud.

5. Bagaimana kebersihan dalam shalat menurut Tere Liye?

Adanaya kewajiban shalat lima waktu sehari merupakan jaminan

terpeliharanya kebersihan badan, karena ibadah shalat itu baru sah kalau orang

terlebih dahulu membersihkan diri dengan berwudhu. Demikian juga ibadah

shalat baru sah jika pakaian dan tempat dimana kita melakukannya memang

bersih. Jadi jelaslah bahwa ibadah shalat memberikan jaminan kebersihan.

6. Bagaimana keikhlasan dalam shalat menurut Tere Liye?

Keikhlasan adalah sangat penting untuk menghayati suatu amalan.

Apabila memang diinginkan agar dapat terlaksana dengan baik dan sempurna,

keikhlasan itulah yang menjiwainya agar dapat memperoleh hasil yang gilang

gemilang, terpuji serta diridhai oleh Tuhan. Jika kita bersedekah, bershalat,

berpuasa, menunaikan ibadah haji atau ibadah lainnya, biarlah hanya kita dan

Allah SWT saja yang tahu. Insya Allah karena keikhlasan kita, ibadah kita

lebih bernilai di mata Allah SWT

7. Bagaimana disiplin dalam shalat menurut Tere Liye?

Pelaksanaan waktu shalat sudah ditentukan sehingga kita tidak boleh

seenaknya mengganti, memajukan ataupun mengundurkan waktu

pelaksanaannya, yang akan mengakibatkan batalnya kita. Hal ini melatih kita

untuk berdisiplin dan sekaligus menghargai waktu. Dengan senantiasa

menjaga keteraturan ibadah dengan sunguh-sungguh, manusia akan terlatih

Page 70: NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN SHALAT DELISA” KARYA TERE LIYElibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “HAFALAN

59

untuk berdisiplin terhadap waktu.Dari segi banyaknya aturan seperti syarat

sahnya, tata cara pelaksanaannya maupun hal-hal yang dilarang ketika kita

shalat.