NO TITLE
-
Upload
citra-dewi -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
description
Transcript of NO TITLE
A. Latar Belakang
Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract), dan Latin
(Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia diartikan dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh (Ilyas, 2006) katarak adalah penurunan
progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman
penglihatan berkurang (Corwin, 2001). Katarak dapat terjadi pada semua usia, akan tetapi
kebanyakan katarak terjadi pada orang berusia lebih dari 40 tahun dan dianggap sebagai age-
related eye disease (Hildreth, et al., 2009).
Katarak merupakan penyebab utama terjadinya kebutaan dan gangguan penglihatan di
dunia. Sesuai dengan data WHO (2002), 17 juta (47,8%) dari 37 juta orang yang di seluruh
dunia disebabkan karena katarak. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat hingga 40 juta
pada tahun 2020. Indonesia merupakan negara urutan ketiga dengan angka kebutaan
terbanyak di dunia dan urutan pertama terbanyak di Asia Tenggara.(Depkes RI, 2003)
Survey Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996
menunjukkan bahwa angka kebutaan sebesar 1,5%. Penyebab kebutaan adalah katarak
sebesar 0,78%, glaukoma sebesar 0,2%, kelainan refraksi sebesar 0,14%, dan penyakit lain
yang berhubungan dengan lanjut usia sebesar 0,38%. Terdapat 16% kasus buta katarak pada
usia produktif (Depkes RI, 2003).
Pengobatan katarak adalah operasi. Insidensi katarak 0,1% (210.000 orang) per tahun,
sedangkan yang baru dioperasi sekitar 80.000 per tahun, sehingga terjadi penumpukan
penderita katarak yang tinggi. Penumpukan ini antara lain disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan masyarakat, daya jangkau pelayanan operasi yang rendah,, tingginya biaya
operasi, serta ketersediaan tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan mata yang masih terbatas
(Tana, et al., 2006). Itu mengapa kebanyakan kasus katarak yang di temukan pada unit-unit
pelayanan kesehatan sebagian besar merupakan stadium lanjut.
B. TUJUAN
Kegiata Outpatient Encounter ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam hal melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik mata terhadap real
patient, sampai dengan melakukan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) serta
konseling secara komprehensif dan holistic kepada patient
C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan skills yang diperoleh di kampus kepada
real patient di lapangan.
2. Bagi Puskesmas
a. Penemuan kasus-kasus katarak sejak dini (tidak menutup kemungkinan ditemukan
penyakit mata lain), dapat mengurangi tingginya angka kebutaan.
b. Diharapkan mampu menimbulkan upaya-upaya lain yang mendukung ke arah
menurunnya angka kebutaan di Indonesia.
Dafpus
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Survei Kesehatan Indera Penglihatan 1993-
1996. Jakarta: D e p a r te m e n Ke s e h ata n Re p u b l i k I n d o n e s i a ;1998.
Hildreth, Carolyn J., Alison E. Burke, Richard M. Glass. 2009. Cataracts. The Journal of
American Medical Association. Vol. 301 (19) : 2060
Ilyas S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. pp : 205-8
Tana, Lusianawaty, Delima, Enny Hastuti, Tjahjono Gondhowiardjo. 2006. Katarak pada
Petani dan Keluarganya di Kecamatan Teluk Jambe Barat. Media Litbang Kesehatan.
Vol. 16 (4) : 43-51.
World Health Organization. 2013. Prevention of Blindness and Visual Impairment : Priority
eye disease. Available at :
http://www.who.int/blindness/causes/priority/en/index1.html#. Diakses pada tanggal 18
April 2013.