NKP 5
description
Transcript of NKP 5
MARKAS BESARKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP TUGAS POKOK POLRI
JUDUL
STRATEGI MEMANTAPKAN TUGAS POLRI
BIDANG PENEGAKKAN HUKUM GUNA MENGHADAPI
DAMPAK GLOBALISASI DALAM RANGKA MEWUJUDKAN
KAMDAGRI YANG MANTAP
1. Latar belakang
Keamanan dalam negeri pada dasarnya adalah suatu kondisi yang dibutuhkan bangsa
untuk dapat melaksanakan pembangunan nasional yang ditandai dengan terjaminnya
keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan
masyarakat dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran
hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
Berbagai bentuk gangguan Kamdagri dapat muncul sebagai dampak dari perkembangan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat Indonesia sedang bergerak
memasuki era globalisasi, yaitu kondisi dunia yang berada pada satu kehidupan global
yang tidak terhalang oleh batas-batas wilayah sebagai akibat perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Globalisasi berpengaruh kepada seluruh aspek kehidupan
manusia, baik idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, maupun keamanan.
Sebagian dari dampak perkembangan global adalah ketimpangan
ekonomi antara negara maju dan berkembang, peningkatan angka
kemiskinan di negara berkembang, melemahnya kedaulatan dan
1
kapasitas control negara, ketidakpastian dan kerawanan global,
meningkatnya kejahatan antar Negara, dan potensi terhapusnya
budaya-budaya local. Dampak negatif globalisasi dalam tugas
penegakan hukum berupa munculnya beragam kejahatan yang bukan
hanya baru, tetapi juga bersifat antar negara, seperti cyber crime,
pornografi, lalu lintas narkoba, HAKI, dan pencucian uang hingga
kejahatan perbankan. Untuk menghadapi dampak negatif tersebut,
tugas Polri sebagai penegak hukum perlu dimantapkan seiring dengan
berkembangnya pengaruh global terhadap masyarakat. Oleh karena
itu, NKP ini akan membahas kesiapan Polri dalam menghadapi dampak
globalisasi terhadap penegakan hukum.
2. Pokok permasalahan
Kesiapan Polri dalam menghadapi dampak pengaruh globalisasi
terhadap penegakan hukum dalam rangka mewujudkan Kamdagri
belum mantap.
3. Persoalan
a. Globalisasi membawa pengaruh negatif terhadap Polri
b. SDM penegakan hukum belum profesional
c. Koordinasi antar CJS belum berjalan dengan baik
d. Perlu formulasi penegakan hukum yang mantap dalam menghadapi
dampak globalisasi.
4. Ruang lingkup
Globalisasi menyangkut berbagai aspek kehidupan baik kenegaraan
maupun kemasyarakatan. Dalam NKP ini dampak globalisasi akan
dibatasi ruang lingkupnya pada pengaruhnya terhadap Kamdagri yang
dipecahkan melalui pelaksanaan tugas pokok Polri sebagai penegak
hukum.
5. Tata urut
2
Bab I Pendahuluan berisi latar belakang, pokok permasalahan dan
persoalan, ruang lingkup dan tata urut penulisan.
Bab II Kajian kepustakaan, berisi teori dan pandangan ahli mengenai
konsep globalisasi, penegakan hukum, dan EFAS-IFAS
Bab III Kondisi faktual, berisi kondisi kondisi penegakan hukum saat ini.
Bab IV Faktor-faktor yang mempengaruhi, terdiri atas faktor eksternal meliputi Peluang
dan Kendala dan Faktor Internal yang terdiri atas Kekuatan dan Kelemahan
Bab V Kondisi Ideal, yakni penegakan hukum yang diharapkan
Bab VI Upaya pemecahan masalah yang meliputi penyusunan visi, misi, tujuan, sasaran,
kebijakan, dan strategi yang dikaji melalui analisis EFAS-IFAS.
Bab VII Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Rekomendasi.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6. Konsep Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Achmad Suparman1 menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi
oleh wilayah. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah,
atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin
terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-
eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Globalisasi memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Perkembangan kemajuan teknologi, terutama komunikasi dan informasi (cyberworld)
serta transportasi
b. Peningkatan tajam dalam perdagangan internasional
c. Kebebasan pergerakan barang, jasa, investasi, modal, dan manusia
d. Kapitalisme global
e. Proliferasi aktor-aktor non Negara (MNC, NGO, dan individu)
f. Gelombang demokratisasi global
g. Meningkatnya peran institusi-institusi multilateral
h. Erosi kedaulatan Negara dan longgarnya batas-batas Negara (borderless world)
Pengaruh positif globalisasi terhadap masyarakat Indonesia.
a. Dilihat dari aspek globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis,
karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara. Jika pemerintahan dijalankan secara
1 Suparman dalam Azra, 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Kompas ha.15
4
jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan
positif tersebut berupa jati diri terhadap negara menjadi meningkat dan kepercayaan
masyarakat akan mendukung yang dilakukan oleh pemerintahan.
b. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan
kerja yang banyak dan meningkatkan devisa suatu negara. Dengan adanya hal tersebut akan
meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang dapat menunjang kehidupan nasional dan
akan mengurangi kehidupan miskin.
c. Dari aspek globalisasi sosial budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos
kerja yang tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain yang sudah maju untuk
meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa serta akan
mempertebal jati diri kita terhadap bangsa. Serta kita juga dapat bertukar ilmu pengetahuan
tentang budaya suatu bangsa.
Pengaruh negatif globalisasi terhadap masyarakat Indonesia.
a. Aspek politik, Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat
membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah
dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya jati diri
bangsa akan luntur dan tidak mungkin lagi bangsa kita akan terpecah belah.
b. Aspek Globalisasi ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena
banyaknya produk luar negeri (mainan, minuman, makanan, pakaian, dll) membanjiri
Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya jati diri bangsa kita. Maka hal ini akan menghilangkan beberapa perusahaan
kecil yang memang khusus memproduksi produk dalam negeri.
c. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa
Indonesia dimana dilihat dari sopan santun mereka yang mulai berani kepada orang tua, hidup
metal, hidup bebas, dll. Justru anak muda sekarang sangat mengagungkan gaya barat yang
sudah masuk ke bangsa kita dan semakin banyak yang cenderung meniru budaya barat yang
oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
d. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena
adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Serta menambah angka
pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu bangsa.
7. Konsep Analisis EFAS-IFAS
5
Teori analisis IFAS-EFAS adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistimatis untuk merumuskan strategi perusahaan analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan
peluang, namun bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan
ancaman2.
Teori ini sangat relevan untuk digunakan dalam menganalisa kekuatan
dan kelemahan organisasi dalam upaya mengetahui hakekat ancaman
dan peluang dalam upaya pimpinan menentukan langkah pengambilan
keputusan.
Adapun penggunaan teori ini pada penulisan NKP ini adalah dititik
beratkan pada kondisi Polair dari berbagai aspek sehingga setiap
pimpinan akan dapat dengan mudah melaksanakan Audit Kesehatan
Organisasinya atau OHA untuk mengetahui kelemahan kelemahan
yang ada di dalam kesatuannya sehingga memudahkan dalam mencari
solusinya dan membuat suatu kebijakan tentang hal tersebut, metode
analisa SWOT adalah analisis kekuatan (Strengths), analisis kelemahan
(Weaknesses), analisis peluang (Opportunities), dan analisis ancaman
(Threats).
2 Freddy, R , 2000, Analisis SWOT: Tenik Membedah Kasus Bisnis, Jakara: Gramedia, hal. 18
6
BAB III
KONDISI FAKTUAL
8. Pengaruh Globalisasi terhadap pelaksanaan tugas Polri.
Sesuai amanah UUD 1945, Polri mengemban tiga tugas utama. "Kesemuanya ini berkaitan
dengan sendi-sendi kehidupan masyarakat yang paling hakiki. Yaitu, keadilan,
ketenteraman, dan rasa aman yang amat didambakan oleh rakyat kita," kata Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan upacara Peringatan Hari Bhayangkara ke-
62, di Silang Monas Selatan, Jakarta, Selasa (1/7) pagi. Ketiga tiga tugas utama Polri
tersebut adalah, pertama, menegakkan hukum. Kedua, memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat. Dan ketiga, melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat. Di
dalam penegakan hukum, Presiden SBY berpendapat bahwa ragam dan kualitas kejahatan
di dunia semakin meningkat karena pengaruh derasnya mobilitas manusia, informasi, dan
kecanggihan teknologi yang hadir dalam era globalisasi. “Oleh karena itu, jajaran Polri
dengan kemampuan yang makin handal, saya minta terus secara intensif dan gigih
melawan dan memberantas kejahatan-kejahatan itu, mulai dari illegal logging, korupsi,
sampai pada kejahatan transnasional, termasuk terorisme dan narkotika,”SBY
menegaskan. Sementara itu, di dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
Presiden berharap bahwa kondisi kehidupan masyarakat menjadi aman, tertib, dan patuh
hukum agar roda pemerintahan serta kegiatan ekonomi dan dunia usaha dapat dijalankan
dengan baik. “Oleh karena itu, kepada segenap jajaran Polri saya minta terus memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, mencegah terjadinya benturan fisik antar komunitas
serta mencegah terjadinya huru-hara, kerusuhan dan unjuk rasa yang anarkis,” ujar SBY.
7
Sedangkan dalam upaya melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat, Presiden SBY
berharap Polri terus memberikan pelayanan yang tsemakin meningkat. “Berikan pelayanan
pada lalu lintas umum, pengurusan berbagai perizinan termasuk kartu identitas,
penyelamatan warga masyarakat yang mengalami kecelakaan atau musibah bencana dan
perlndungan penduduk dari berbagai aksi kejahatan, kerusuhan dan tindakan-tindakan
yang anarkis,” kata SBY. Presiden SBY menyadari bahwa tantangan Polri untuk
melaksanakan tugas-tugasnya sebagaimana amanah UUD 1945 tidaklah ringan. Tugas-
tugas itu pun harus dilakukan penuh tanggung jawab, kehormatan, dan ketegaran. ”Sering
pengorbanan dan kerja keras saudara kurang mendapatkan pengakuan dan apresiasi. Hal
itu tidak perlu dirisaukan. Kritik yang fair dan membangun dari masyarakat, terimalah
dengan baik untuk kepentingan koreksi dan penyempurnaan diri. Selebihnya, jalankan
tugas dengan sebaik-baiknya. Bertindaklah secara profesional dan proporsional dan tetap
dalam koridor hukum,” Presiden SBY menjelaskan. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh
perkembangan globalisasi bukan saja berdampak pada kehidupan masyarakat, namun juga tidak
menutup kemungkinan hal tersebut akan terjadi pada sikap dan perilaku anggota Polri diantaranya
adalah:
1) Pesatnya perkembangan globalisasi di bidang teknologi yang tidak seutuhnya mampu
diimbangi oleh seluruh jajaran anggota kepolisian, sehingga berakibat pada pelayanan
publik yang tidak memuaskan bahkan tidak mampu menanggulangi kejahatan yang
sebabkan oleh pemanfaatan teknologi.
2) Terdapat kecenderungan akan terjadinya penyalahgunaan wewenang bahkan
pelanggaran hukum yang bermuara pada perubahan gaya hidup modern dan pola hidup
konsumtif.
3) Kebudayaan Indonesia yang pluralistik menuntut wawasan yang lebih luas dalam
memahami kebudayaan lokal, oleh karenanya apabila ha tersebut tidak mampu
diwujudkan maka akan berdampak pada terhambatnya implementasi Polmas melalui
pendekatan budaya.
4) Meningkatnya pengetahuan masyarakat terkait penegakan hukum menuntut Polri
melakukan perubahan budaya pola kerja kepolisian ke arah pelayanan yang cepat, mudah
dan murah masyarakat terhadap, maka apabila hal ini tidak mampu dipenuhi akan
berakibat pada menurunnya profesionalisme Polri yang tengah gencar digalakkan.
8
5) Perkembangan globalisasi di bidang budaya berpengaruh pula terhadap budaya
pelayanan prima di dalam tubuh Polri, dimana selama ini Polri belum sepenuhnya mampu
menunjukan prinsip ketanggapsegeraan (responsiveness), keterbukaan (openness), dan
akuntabilitas (accountability).
Dikaitkan pengaruh globalisasi dengan penegakkan hukum saat ini
belum mantap yang ditandai dengan:
a. SDM penegakan hukum belum profesional
SDM penegakan hukum saat ini masih belum menunjukkan
tingkat profesional. Hal tersebut dibuktikan dengan masih
rendahnya kompetensi Polri, sebagaimana yang terungkap dalam
penelitian yang dilakukan Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi UI
adalah terdapat kesenjangan antara kondisi aktual dengan kondisi
ideal dalam kompetensi SDM dan institusi Polri sebagaimana dapat
dilihat pada tabel berikut3:
Aspek Kesenjangan
Kompetensi SDM Polri:
o Aspek Mahir
o Aspek Terpuji
o Aspek Patuh Hukum
38%
35%
36%
Kompetensi Institusi Polri:
o Aspek Mandiri
o Aspek Akuntabel
31%
34%
Melihat data di atas tampak bahwa kompetensi SDM Polri saat ini
masih jauh dari ideal. Kesenjangan terjadi di semua aspek hampir
50%. Dalam penelitian tersebut terungkap pula bahwa kelemahan
terbesar terdapat pada kurangnya pengawasan dari proses
3 LM Universitas Indonesia, 2006, hal 26
9
rekrutmen dan seleksi Penyidik dan penyidik pembantu. Sistem
pendidikan dan pelatihan, dirasakan bahwa diklat belum
memberikan manfaat yang optimal dalam membentuk anggota Polri
dan meningkatkan keterampilan mereka sesuai dengan kebutuhan.
Hal ini disebabkan karena kurikulum yang kurang tepat, tenaga
pendidik dan metode diklat yang kurang efektif.
b. Koordinasi antar CJS belum berjalan dengan baik
Penegakan hukum di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh Polri
saja, tetapi juga Kejaksaan, Pengadilan, Pemasyarakatan dan
Advokat. yang dikenal dengan Criminal Justise Sytem (CJS).
Koordinasi antar CJS saat ini masih menunjukkan tingkat yang
rendah sehingga seringkali terjadi perbedaan persepsi antara
Penyidik dengan Penuntut sehingga terjadi bolak balik berkas antara
penyidik dan penuntut. Kasus pembatalan SKPP Bibit-Chandra4
yang dibatalkan oleh Pengadilan Jakarta Selatan merupakan contoh
nyata dari lemahnya koordinasi antar CJS.
c. Hubungan antar negara dalam bidang Kepolisian masih terbatas
Globalisasi menimbulkan kejahatan yang bersifat antar negara
(transnational crime) yang dalam penanganannya memerlukan
kerja sama Kepolisian antar negara. Penegakan hukum di era
globalisasi saat ini tidak hanya di dalam negeri oleh Polri saja tetapi
perlu melibatkan pihak-pihak lain di luar negeri. Hubungan antar
negara di bidang Kepolisian masih lemah yang mengakibatkan
rendahnya efektifitas penegakan hukum oleh Polri karena
terbatasnya kemampuan dan daya jangkau Polri, misalnya karena
tersangka yang lari ke luar negeri sehingga kasusnya tidak bisa
dilanjutkan. Kompas5 melaporkan bahwa para pelaku korupsi
berkeliaran bebas di Singapura tanpa tersentuh hukum.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa pengaruh globalisasi membawa
dampak yang sangat besar dalam penegakan hokum, yang apabila
4 Harian Pikiran Rakyat, 20 Januari 20105 Harian Kompas, 5 Desember 2009
10
tidak mampu menyesuaikan diri menyebabkan Polri tidak mampu
memenuhi tuntutan reformasi Birokrasi Polri menuju Polri yang
Profesional, bermoral dan modern.
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH
9. Faktor Internal.
e. Kekuatan
1)SDM Polri dibidang penegakan hukum secara kuantitif hampir
mencapai jumlah yang ideal yang dapat diolah dan dikembangkan
kemampuan profesinya.
2)Polri sebagai institusi negara memiliki anggaran tetap melalui
APBN yang dapat mendukung peningkatan kualitas penegakan
hukum.
3)Polri telah memiliki Piknas dan cyber crime.
4)Dalam tugas penegakan hukum, Polri telah memiliki juklak dan
juknis penegakan hukum yang sesuai dengan KUHAP
11
f. Kelemahan
1)Kemampuan SDM Polri di bidang penegakan hukum masih kurang
terutama dalam menangani kejahatan non-konvensional sebagai
akibat negatif globalisasi.
2)Anggota Polri kurang menguasai teknologi computer dibidang
internet, email dan bank data.
3)Perubahan gaya hidup anggota Polri yang modern dan konsumtif
merangsang terjadinya penyimpangan.
4)Koordinasi antar aparat penegak hukum terkesan saling
mencurigai..
10. Faktor Eksternal
a. Peluang
1) Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan peluang berupa
berbagai kemudahan dalam mengakses data informasi
2) Hubungan luar negeri terjalin melalui hubungan diplomatik dengan negara
sahabat maupun melalui organisasi internasional
3) Meningkatnya tuntutan masyarakat terkait penegakan hukum menuntut Polri melakukan
perubahan budaya pola kerja kepolisian ke arah pelayanan yang cepat, mudah dan murah
masyarakat .
4) Dukungan masyarakat terhadap penegakan hukum sangat besar
karena harapannya untuk menciptakan keadilan dan supremasi
hokum.
b. Kendala
1) Perkembangan teknologi melahirkan berbagai jenis pelanggaran
hukum dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi
2) Tidak semua negara di dunia memiliki hubungan diplomatik
yang menjadi kendala dalam penegakan hukum
3) Masyarakat ingin segala keluhan tuntutan dan harapannya
sesegera mungkin dipenuhi oleh Polri.
4) Tumbuh suburnya budaya jalan pintas ditengah masyarakat..
12
BAB V
KONDISI YANG DIHARAPKAN
11. Penegakan hukum yang diharapkan.
Sesuai dengan arahan Kapolri bahwa peningkatan kemampuan penegakkan hukum
sangat perlu ditingkatkan sebagai upaya untuk mengantisipasi dampak perkembangan
budaya baik secara global, regional, maupun nasional sebagai mana berikut ini :
13
a. Meningkatkan kemampuan di bidang teknologi guna meningkatkan pelayanan prima
kepada masyarakat dalam rangka menanggulangi kejahatan yang memanfaatkan
kemajuan teknologi, sehingga mampu mengantisipasi dampak perkembangan budaya di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Melakukan pengawasan terhadap perilaku anggota Polri guna menghindari terjadinya
penyalahgunaan wewenang ataupun pelanggaran hukum terkait perubahan gaya hidup
modern.
c. Meningkatkan dan memperluas wawasan kebangsaan guna memahami karakteristik
budaya lokal sebagai implementasi Polmas melalui pendekatan budaya dalam rangka
menciptakan situasi keamanan dan ketertiban yang kondusif.
d. Melakukan terobosan ataupun inovasi di bidang pola kinerja kepolisian sehingga
tercipta pelayanan prima yang cepat, mudah dan murah dalam rangka mewujudkan postur
Polri yang profesional, bermoral dan modern.
d. Memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat sebagai perwujudan
pelayanan prima Polri dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip ketanggapsegeraan
(responsiveness), keterbukaan (openness), dan akuntabilitas (accountability).
Oleh karena itu Penegakan hukum yang diharapkan adalah tegaknya
hukum yang ditandai dengan :
a. SDM penegakan hukum yang profesional
1) Mampu atau menguasai teknologi untuk keperluan
mempermudah dalam melaksanakan tugas tugas pokok Polri.
2) Tidak bergaya hidup modern dan konsumtif yang akirnya
melakukan tindakan KKN.
3) Mahir Mahir, yakni pesonil Polri sebagai penegak hukum yang
menguasai, mengerti, memahami tugas penyidikan, baik
pengetahuan teknis maupun manajerial.
4) Terpuji yaitu perilaku penyidik yang mencerminkan ketakwaan,
kesusilaan, yang tumbuh dari hati nurani, dan menghayati nilai-
nilai Pancasila, Tri Brata, dan hukum yang berlaku.
14
5) Patuh hukum yakni penyidik yang memiliki kesanggupan untuk
berkorban dalam pelaksanaan tugasnya untuk mengabdi pada
masyarakat, bangsa dan negara, dengan kemauan keras untuk
mengerti, menghayati, serta mengamalkan semua peraturan
perundang-undangan dan adat istiadat masyarakat setempat.
6) Memiliki kemampuan di bidang teknologi guna meningkatkan pelayanan prima
kepada masyarakat dalam rangka menanggulangi kejahatan yang memanfaatkan
kemajuan teknologi, sehingga mampu mengantisipasi dampak perkembangan
budaya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
7) Melakukan terobosan ataupun inovasi di bidang pola kinerja kepolisian sehingga
tercipta pelayanan prima yang cepat, mudah dan murah dalam rangka
mewujudkan postur Polri yang profesional, bermoral dan modern.
8) Memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat sebagai perwujudan
pelayanan prima Polri dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip
ketanggapsegeraan (responsiveness), keterbukaan (openness), dan akuntabilitas
(accountability).
Dilihat dari aspek-aspek profesionalisme, maka anggota Polri
sebagai penegak hukum yang diharapkan adalah mereka yang
memiliki:
1) Pengetahuan tentang tugas-tugas penegakan hukum dilandasi
dengan pola berpikir atau paradigma baru Polri pasca reformasi,
yakni sebagai polisi sipil yang melayani masyarakat. Sebagai
penyidik, personel Polri harus menguasai Hukum Acara Pidana
dan Hukum Pidana sehingga memahami persis perbuatan apa
saja yang bisa dikatagorikan perbuatan pidana serta bukti-bukti
awal yang bisa membuktikan seseorang berbuat tindak pidana.
Di sini personel Polri dituntut untuk menguasai hukum pasal
demi pasal sehingga tidak salah dalam melakukan penyidikan
atau mendakwa seseorang atau kelompok yang diduga berbuat
tindak pidana. Dalam perkembangan masyarakat yang semakin
modern sekarang ini pengetahuan personel Polri dituntut untuk
15
memahami berbagai jenis pengetahuan, seperti perbankan,
perpajakan, farmasi, dan sebagainya yang berkaitan dengan
kejahatan yang terjadi pada bidang tersebut.
2) Keterampilan, kemampuan, dan kemahiran penyidikan yang
dilakukan memiliki tingkat kualitas yang tinggi yang ditandai
dengan proses penyidikan yang sesuai dengan ketentuan serta
hasilnya yang akurat.
3) Sikap personel Polri
Penyidik melaksanakan tugas secara jujur dan tidak
menggunakan kewenangannya dengan melakukan pelanggaran
etika, moral, maupun hukum. Sikap ini merupakan penghayatan
dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia sebagai jati diri dan
kepribadian Polri.
4) Minat
Minat adalah hasrat dan keinginan yang tak pernah berhenti
untuk mendalami dan memperluas cakrawala pengetahuan
tentang penegakan hukum melalui belajar sendiri, mengikuti
perkembangan iptek yang terkait dengan Kepolisian, dan
mengembangkan wawasan.
b. Koordinasi antar CJS berjalan dengan baik dan sinergis
Koordinasi antar CJS dilaksanakan dengan baik dan berjalan secara
harmonis dan sinergis sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing sehingga penegakan hukum dapat berlangsung
secara benar dan adil.
c. Hubungan antar negara dalam bidang Kepolisian terjalin
Mengingat banyaknya kasus-kasus kejahatan antar negara, maka
hubungan Kepolisian antar negara, baik secara bilateral, trilateral,
maupun multilateral melalui organisasi kepolisian internasional
seperti ASEANAPOL dan INTERPOL dapat berjalan dengan baik dan
sinergis sehingga kasus-kasus kejahatan yang melibatkan pihak-
pihak di luar negeri dapat diselesaikan secara tuntas.
16
BAB VI
STRATEGI DAN IMPLEMENTASI
Perkembangan budaya yang terjadi secara global, regional dan nasional tidak lepas dari
peradaban manusia lebih banyak diwarnai dengan adanya perbedaan dan egosentris manusia.
Dan era globalisasi telah memunculkan issu global berupa demokratisasi, hak asasi manusia
dan lingkungan hidup. Dampak perkembangan budaya terhadap keamanan dan ketertiban
masyarakat lebih dominan terkait dengan perkembangan budaya itu sendiri diantaranya,
yaitu; terancamnya kebudayaan budaya lokal, meningkatnya tuntutan masyarakat akan
kesejahteraan, pemanpaatan kemajuan teknologi untuk menciptakan berbagai motif
kejahatan, kurangnya kepedulian masyarakat terhadap Kamtibmas, pegeseran pola dan gaya
hidup, pudarnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa serta nasionalisme, terkikisnya moral
dan mental bangsa. Adapun dampak yang mungkin terjadi terhadap sikap dan perilaku
anggota Polri diantaranya; kurangnya kualitas pelayanan terhadap masyarakat terkait
penanggulangan kejahatan yang memanfaatkan teknologi, terjadinya penyalahgunaan
wewenang dan pelanggaran hukum karena perubahan gaya hidup modern, kurangnya
wawasan dalam memahami karakteristik budaya lokal, meningkatnya tuntutan masyarakat
terhadap kinerja pelayanan Polri, dan belum adanya prinsip-prinsip pelayanan prima dalam
pelayanan Polri. Akselerasi transformasi kultur Polri dalam mengantisipasi dampak
perkembangan budaya dalam rangka pencapaian program Grand Strategi Polri 2025 dengan
tahapan; Tahap I (2005-2010): Membangun kepercayaan (trust building), Tahap II (2011-
2015): Membangun kemitraan (partnership building), Tahap III (2016-2025): Menuju
kesempurnaan (strive for excellence).Langkah-langkah Polri dalam mengantisipasi
perkembangan budaya melalui; perkuatan ketahanan budaya lokal sebagai identitas bangsa,
meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap dampak perkembangan budaya di bidang
politik, melakukan kerjasama dengan masyarakat untuk mengantisipasi berbagai motif
kejahatan dengan memanfaatkan teknologi, mengajak masyarakat untuk ikut peduli terhadap
Kamtibmas, menghimbau masyarakat untuk mempertahankan pola hidup sederhana,
melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa
17
serta rasa nasionalisme, dan melaksanakan program Polmas melalui pemanfaatan FKPM
dalam meningkatkan moral dan mental bangsa.
Antisiapsi dampak perkembangan budaya terhadap perilaku Polri diantaranya; meningkatkan
kemampuan di bidang teknologi, melakukan pengawasan terhadap perilaku meyimpang,
memperluas wawasan kebangsaan, melakukan terobosan dan inovasi dalam meningkatkan
pelayanan prima Polri yang cepat, murah dan murah, menjunjung tinggi prinsip-prinsip
ketanggapsegeraan, keterbukaan dan akuntabilitas dengan membangun strategi sebagai
berikut :
12. Visi
Mantapnya tugas Polri dalam penegakan hukum guna menghadapi
dampak globalisasi dalam rangka mewujudkan kamdagri.
13. Misi
a. Melaksanakan pendidikan dan latihan bagi Personil polri yang
mampu menguasai Teknologi komputer, minimal internet.
b. Membangun pola hidup anggota Polri yang sederhana dan tidak
konsumtif.
c. Membangun penegak hukum yang memiliki sikap sebagai penegak
hukum yang professional.
d. Memberdayakan unit Cyber Crime di setiap Polda agar mampu
menangani dan memberantas kejahatan dengan memanfaatkan
teknologi tinggi.
e. Menyelenggarakan koordinasi dengan CJS secara intensif sampai
ketingkat Polsek Polsek.
14. Tujuan
a. Melahirkan penegak hukum yang memiliki kompetensi tinggi
dalam penegakan hukum di era globalisasi
b. Melahirkan penegak hukum yang mampu mengantisipasi dampak
globalisasi
c. Melahirkan penegakan hukum yang mampu menanggulangi
dampak globalisasi
18
d. Melahirkan penegakan hukum yang cepat, transparan, dan
menghormati HAM.
15. Sasaran.
a. Anggota Polri melek teknologi
b. Kejahatan dengan memanfaatkan teknologi tinggi dapat
diantisipasi.
c. Mewujudkan partnership dengan ahli ahli Ilmu Teknologi.
d. Terwujudnya penegakan hukum yang berkeadilan.
16. Kebijakan
a. Menyiapkan personil penegak hukum yang kompeten
b. Menyiapkan anggaran penegakan hukum yang memadai
c. Menyiapkan sarana prasarana penegakan hukum yang modern
d. Menyiapkan metode pencegahan dan penanggulangan kejahatan
dampak globalisasi.
17. Strategi
a. Analisis IFAS
Tabel 1
INTERNAL STRATEGIC FACTORS ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
NO FAKTOR STRATEGI
INTERNAL
BOBOT
0,0-1,0
RATIN
G
1-9
BOBOT
X
RATING
KET
KEKUATAN
1. SDM Polri dibidang
penegakan hukum secara
kuantitif hampir mencapai
jumlah yang ideal yang
dapat diolah dan
dikembangkan
kemampuan profesinya.
0,15 4 0,60
19
2. Polri sebagai institusi
negara memiliki anggaran
tetap melalui APBN yang
dapat mendukung
peningkatan kualitas
penegakan hukum.
0,10 5 0,50
3. Polri telah miliki Piknas
dan Cyber crime.
0,15 6 0,90
4 Dalam tugas penegakan
hukum, Polri telah
memiliki juklak dan juknis
penegakan hukum yang
sesuai dengan KUHAP
0,10 3 0,30
KELEMAHAN
1 Kemampuan SDM Polri di
bidang penegakan hukum
masih kurang terutama
dalam menangani
kejahatan non-
konvensional sebagai
akibat negatif globalisasi.
0,15 4 0,60
2. Anggota polri kurang
menguasai teknologi
komputer, internet dan
email.
0,15 2 0,30
3. Perubahan gaya hidup
yang modern dan
konsumtif.
0,05 4 0,20
20
4 Koordinasi antar aparat
penegak hukum (CJS)
lemah
0,15 2 0,30
TOTAL 1,00 4,60
b. Analisis EFAS
Tabel 2
EXTERNAL STRATEGIC FACTORS ANALYSIS SUMMARY (EFAS)
NO.FAKTOR STRATEGI
EKSTERNAL
BOBOT
0,0-1,0
RATING
1-9
BOBOT X
RATINGKET
PELUANG
1. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi
memberikan peluang
berupa berbagai
kemudahan dalam
mengakses data informasi
0,15 7 1,05
2. Hubungan luar negeri
terjalin melalui hubungan
diplomatik dengan negara
sahabat maupun melalui
organisasi internasional
0,10 3 0,30
3. Meningkatnya tuntutan
masyarakat terkait
penegakkan hukum
dengan pelayanan cepat
mudah dan murah.
0,10 4 0,40
21
4. Dukungan masyarakat
terhadap penegakan
hukum sangat besar
karena harapannya untuk
menciptakan keadilan dan
supremasi hukum
0,15 7 1,05
KENDALA
1. Perkembangan teknologi
melahirkan berbagai jenis
pelanggaran hukum
dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan
komunikasi
0,10 7 0,70
2. Tidak semua negara di
dunia memiliki hubungan
diplomatik yang menjadi
kendala dalam
penegakan hukum
0,10 5 0,50
3. Masyarakat membuat
opini yang menurunkan
citra Polri bila tidak
mampu memenuhi
tuntutan dan harapan
masyarakat.
0,15 4 0,60
4. Suburnya budaya pintas
ditengah masyarakat.
0,15 3 0,45
TOTAL 1,00 5,00
c. Posisi Polri
22
d. Analisis SFAS
Tabel 3
STRATEGIS FACTORS ANALYSIS SUMMARY (SFAS)
NO
FAKTOR STRATEGI KUNCI
BOBOT
RATING
SKOR
JANGKA WAKTU
JP JM JP
1 Meningkatkan
kemampuan SDM Polri
dalam menangani
kejahatan memanfaatkan
teknologi tinggi.
0,15 4 0,60 X X
2 Meningkatkan
kemampuan penguasaan
teknologi komputer,
internet dan email.
0,15 2 0,30 X
23
9 6
GrowthKonsentrasi
melalui Integrasi Vertikal
GrowthKonsentrasi
melalui Integrasi Horizontal
GrowthKonsentrasi melalui Integrasi Horizontal
GrowthDiversifikasi
Konglomerasi
GrowthDiversifikasiKonsentrik
CarefullyBerhati-hati Retrenchment
Captive (Keterikatan)
RetrenchmentPenghematan (Berbenah Diri)
RetrenchmentLikuidasi
SEL 3
SEL 4
SEL 7 SEL 8
SEL 6
SEL 9
SEL 5a
4,60
5,00
KUAT
TINGGI
SEL 5bStability
Organisasi Tidak Melakukan Perubahan
SEL 1 SEL 23 0
SUMBER DAYA INTERNALSEDANG LEMAH
EKSTERNAL
RENDAH
SEDANG
6
3
0
3 Perubahan gaya hidup
yang modern dan
konsumtif
0,05 4 0,20 X
4 Koordinasi yang inten
dengan CJS
0,15 2 0,30 X
5 Mengembangkan dan
meningkatkan hubungan
luar negeri
0,10 3 0,30 X
6 Harapan masyarakat
tegaknya supremasi
hukum
0,15 7 1,05 X X X
7 Komputerisasi diseluruh
jajaran
0,10 7 0,70 X X X
8 Menghilangkan budaya
pintas ditengah tengah
masyarakat
0,15 3 0,45 X X
TOTAL 1,00
e. Strategi
1) Strategi Jangka Pendek
a) Meningkatkan kemampuan penguasaan komputer, internet
dan email
b) Merubah gaya hidup modern dan konsumtif
c) Koordinasi yang inten dengan unsur CJS
d) Meningkatkan kerjasama denga Luar Negeri.
2) Strategi Jangka Sedang
a) Meningkatkan kemampuan SDM Polri dalam menangani
kejahatan memanfaatkan teknologi tinggi.
b) Menghilangkan budaya pintas ditengah tengah masyarakat
24
3) Strategi Jangka Panjang
a) Menghilangkan budaya pintas ditengah tengah masyarakat
b) Komputerisasi diseluruh jajaran
18. Implementasi
a. Strategi Jangka Pendek
1). Meningkatkan kemampuan penguasaan komputer, internet dan
email.
a). Setiap Polda melaksanakan pelatihan computer dengan
memanfaatkan bid telematika dan unit cyber crime.
b). Membangun kemitraan dengan lembaga lembaga pemerintah
dan non pemerintah dibidang pelatihan komputer dengan
berbagai program programnya.
c). Melatih instruktur komputer dari masing masing Polres, dilatih
di masing masing Polda atau satuan yang setingkat.
d). Menyelenggarakan pelatihan komputer sampai ditingkat
polsek.
2). Merubah gaya hidup modern dan konsumtif.
a). Melaksanakan sosialisasi hidup sederhana yang tidak
konsumtif secara intensip melalui jam pimpinan.
b). Memberikan penyegaran bimbingan rohaniah dengan
mengedepankan moral dan etika hidup sederhana bebas dari
penyimpangan.
c). Mengkampanyekan pergi kekantor hari hari tertentu dengan
naik sepeda.
25
d). Melaksanakan penertiban dan pengawasan dikantor tidak
boleh memakai perhiasan yang mencolok.
e). Melaksanakan pengawasan terhadap prilaku menyimpang dan
memberikan hukuman dengan segera dan tuntas.
3). Koordinasi yang inten dengan unsur CJS.
a). Setiap KOD wajib menyelenggarakan pertemuan setiap
bulan dengan unsur CJS dikantornya dan membuat laporan
ke satuan yang lebih tinggi.
b). Melaksanakan pelatihan gabungan berupa latihan posko
penyelesaian kasus dengan unsur CJS secara Berkala.
c). Menyelenggarakan gelar perkara terutama kasus kasus yang
pelik yang menggunakan teknologi tinggi tinggi agar cepat
dapat diselesaikan.
d). Bersama sama unsur CJS menyusun konsep akselerasi
penegakkan supremasi hukum.
4). Meningkatkan kerjasama denga Luar Negeri.
a) Menyelenggarakan peningkatan hubungan Kepolisian dengan
negara sahabat
b) Menyelenggarakan peningkatan peran ASEANAPOL dan
INTERPOL.
b. Strategi Jangka Sedang
1). Meningkatkan kemampuan SDM Polri dalam menangani
kejahatan memanfaatkan teknologi tinggi.
a). Melaksanakan Pendidikan kejuruan Khusus menangani
kejahatan dengan memanfaatkan teknologi tinggi.
26
b). Memberikan beasiswa kepada anggota Polri yang memiliki
kempetensi dibidang informatika, untuk meningkatkan
keahliannya.
c). Mengadakan kuching klinik ke daerah daerah secara
terstruktur dan terncana tentang penegakkan hukum
khususnya berkaitan dengan cyber crime.
2). Menghilangkan budaya pintas ditengah tengah masyarakat.
a). Menyelenggarakan pertemuan dan bimbingan kepada
masyarakat secara terus menerus dan penyadaran sosial
kesadaran hukum, mampu bertanggung jawab dan
meninggalkan jalan pintas dengan menyuap petugas.
b). Mengefektifkan perencanaan Polmas untuk memberikan
penyadaran kepada masyarakat dengan program yang
didukung Dipa untuk mewujudkan masyarakat yang sadar dan
patuh hukum.
c). Melaksanakan kerjasama lintas sektoral dengan instansi
terkait memberikan bimbingan dan penyadaran hukum
kepada masyarakat.
c. Strategi Jangka Panjang.
1). Mewujudkan Supremasi Hukum, hukum sebagai Panglima.
a). Meningkatkan kemampuan di bidang teknologi, dengan memberikan pelatihan
dan pendidikan Para Perwira dan Bintara untuk ikut program beasiswa D 3, S
1 dan S 2 Informatika.
b. Memperluas wawasan kebangsaan, melakukan terobosan dan inovasi dalam
meningkatkan pelayanan prima Polri yang cepat, murah dan murah,
menjunjung tinggi prinsip-prinsip ketanggapsegeraan, keterbukaan dan
akuntabilitas.
27
c). Menyusun Program Dipa Polri semua kegiatan / program didukung oleh dana
yang cukup, sehingga tidak ada inovasi yang salah dalam mencari dana
operasi.
d). Membudayakan Semua anggota Polri mulai dari pangkat terendah sampai
tertinggi, semua prilakunya tunduk pada hukum yang berlaku, anggota berani
melaporkan atasan yang salah.
c). Melaksanakan reward and funisment terhadap anggota yang berprestasi dan
yang melaksnakan pelanggaran atau penyimpangan kewenangan tanpa
pandang bulu.
2). Komputerisasi diseluruh jajaran.
a). Melengkapi sarana komputer untuk seluruh jajaran sampai ke
tingkat Pospol diseluruh wilayah Indonesia melalui usulan
Dipa.
b). Menyiapkan tenaga terampil pemanfaatan komputerisai
dengan melaksanakan pendidikan kejuruan komputer secara
berkala dan terus menerus.
c). Tenaga terdidik dibidang teknologi yang bermental baik di
promosikan untuk ditempatkan di Reskrim untuk menjawab
tantangan era globalisasi.
BAB VII
PENUTUP
19. Kesimpulan
28
a. Pengaruh Globalisasi dalam penegakan hukum, mengakibatkan ragam dan kualitas
kejahatan di dunia semakin meningkat karena pengaruh derasnya mobilitas manusia,
informasi, dan kecanggihan teknologi yang hadir dalam era globalisasi, Pesatnya
perkembangan globalisasi di bidang teknologi yang tidak seutuhnya mampu
diimbangi oleh seluruh jajaran anggota kepolisian, sehingga berakibat pada pelayanan
publik yang tidak memuaskan bahkan tidak mampu menanggulangi kejahatan yang
sebabkan oleh pemanfaatan teknologi, Terdapat kecenderungan akan terjadinya
penyalahgunaan wewenang bahkan pelanggaran hukum yang bermuara pada
perubahan gaya hidup modern dan pola hidup konsumtif.
b. Kondisi penegakan hukum saat ini belum mantap yang ditandai
dengan SDM penegakan hukum yang belum profesional, koordinasi
antar CJS yang belum berjalan dengan baik, hubungan antar negara
dalam bidang Kepolisian yang masih terbatas, dan belum adanya
formulasi penegakan hukum yang mantap dalam menghadapi
dampak globalisasi.Kondisi penegakan hukum yang diharapkan
adalah adanya SDM penegakan hukum yang profesional, koordinasi
antar CJS yang berjalan dengan baik, hubungan antar negara dalam
bidang Kepolisian yang sinergis, dan adanya formulasi penegakan
hukum yang mantap dalam menghadapi dampak globalisasi.
c. Penegakan hukum di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh Polri
saja, tetapi juga Kejaksaan, Pengadilan, Pemasyarakatan dan
Advokat. yang dikenal dengan Criminal Justise Sytem (CJS).
Koordinasi antar CJS saat ini masih menunjukkan tingkat yang
rendah sehingga seringkali terjadi perbedaan persepsi antara
Penyidik dengan Penuntut sehingga terjadi bolak balik berkas antara
penyidik dan penuntut. Kasus pembatalan SKPP Bibit-Chandra6
yang dibatalkan oleh Pengadilan Jakarta Selatan merupakan contoh
nyata dari lemahnya koordinasi antar CJS. Perlu di dilaksanakan
koordinasi secara inten dengan melaksanakan rapat koordinasi
dimasing masing kesatuan setiap bulan dan membuat laporan ke
kesatuan yang lebih tinggi.
6 Harian Pikiran Rakyat, 20 Januari 2010
29
d. Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan penegakan hukum yang
mantap dalam menghadapi dampak gobalisasi dilakukan dengan
mengembangkan strategi jangka pendek, berupa: peningkatan
kemampuan teknologi komputer, gaya hidup sederhana tidak
konsumtif, koordinasi yang inten dengan unsur CJS. Strategi Jangka
Sedang meliputi: meningkatkan kemampuan SDM Polri dalam
menangani kejahatan yang memanfaatkan teknologi tinggi, dan
menghilangkan budaya pintas ditengah tengah masyarakat. Strategi
Jangka Panjang berupa: meningkatkan kemampuan SDM Polri yang
mampu mewujudkan supremasi hukum dan melaksanakan
komputerisasi diseluruh jajaran Kepolisian Negara Republik
Indonesia sampai ketingkat Pos Pol melalui usulan Dipa.
20. Rekomendasi
a. Mengingat arus globalisasi terus berlangsung, maka Kapolri
seyogyanya dapat terus memantapkan paradigma baru Polri sesuai
dengan ciri globalisasi yaitu keterbukaan dan demokratisasi, serta
meningkatkan profesionalisme Polri sesuai dengan tantangan
global yang terus berubah.
b. Pejabat Tinggi Polri memberikan contoh hidup sederhana yang
tidak konsumtif.
c. Polri melaui usulan Dipa menyiapkan beasiswa untuk mengikuti D
3, S 1 maupun S 2 bidang Informatika sebagai kader atau instruktur
untuk mendidik anggota Polri di tanah air.
d. Setiap SPN dimanfaatkan untuk melatih dan mendidik SDM Polri
yang mampu menghadapi pengaruh globalisasi.
30
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Kompas.
Bello, Walden. 2004. De-globalisasi: Gagasan-gagasan Ekonomi Dunia Baru. Yogyakarta: Pondok Edukasi.
Buchori, Mochtar. 2001. Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Kanisius.
Fakih, Mansour. 2003. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi.. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Freddy, R, 2000, Analisis SWOT: Tenik Membedah Kasus Bisnis, Jakara: Gramedia
Giddens, Anthony, 2001. Runaway World: Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan Kita. Jakarta: Grasindo.
Maufur, 2005, Pendidikan Nilai, Semarang: FIP UNS
Ohmae, Kenichi. 2002. Hancurnya Negara-bangsa: Bangkitnya Negara Kawasan dan Geliat Ekonomi Regional di Dunia Tak Terbatas.
UU No. 2 Tahun 2002 Pasal 2
31