Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

31
Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal Referat “ASPEK MEDIKOLEGAL SERTIFIKAT KEMATIAN” Disusun Oleh : Nama : NILAWATI Stambuk : N 111 12 018 Pembimbing Klinik : dr. Anissa M., S.H., M.Kes., Sp.F 0

description

aspek medikolegal sertifikat kematian

Transcript of Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

Page 1: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal Referat

“ASPEK MEDIKOLEGAL SERTIFIKAT KEMATIAN”

Disusun Oleh :

Nama : NILAWATI

Stambuk : N 111 12 018

Pembimbing Klinik : dr. Anissa M., S.H., M.Kes., Sp.F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKOPALU

0

Page 2: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

2014BAB I

PENDAHULUAN

Kelahiran dan kematian merupakan dua kejadian yang paling penting dalam

kehidupan setiap individu dimana eksistensi seseorang dimulai saat kelahirannya dan

berhenti saat kematiannya. Setiap orang mempunyai eksistensi yang legal diantara waktu

kelahiran dan kematiannya. Selain daripada kepentingan legal ini, pencatatan kelahiran dan

kematian memberikan data dasar penting untuk suatu kelompok populasi.1

Registrasi tidak hanya untuk kejadian kematian, tetapi juga penyebab dari kematian

tersebut sama pentingnya. Analisis statistik penyebab kematian membentuk statistik

penting morbiditas dan mortalitas yang merupakan tulang punggung Kebijakan dan Rencana

Kesehatan Nasional.1

Sertifikat kematian merupakan salah satu dokumen pemerintah yang mencatat

perubahan status kewarganegaraan penduduk. Sertifikat kematian berbeda dari sertifikat

kelahiran dan pernikahan dalam tiga hal penting. Sertifikat kematian mencatat penyebab

perubahan status penduduk, cara kematian dan selalu ditempatkan pada penggunaan non

arsip langsung. Fungsi dari non arsip sertifikat kematian ialah berfungsi secara langsung

sebagai surat izin pemakaman.2

Prosedur medikolegal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai

aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar

prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika

1

Page 3: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

kedokteran dimana salah satu ruang lingkupnya ialah tentang penerbitan surat keterangan

kematian.2

Informasi penyebab kematian yang valid dan reliable di masyarakat penting untuk

memberikan data dasar dan informasi untuk formulasi kebijakan dan pengembangan

program, menetapkan prioritas kesehatan, evaluasi efektivitas program dan untuk riset.3

Metode yang tepat untuk memberi informasi adalah dengan membentuk/

mengembangkan sistem registrasi vital yang valid, termasuk registrasi kematian dan

sertifikasi medis pada kematian di masyarakat. Di Indonesia sistem ini sayangnya belum

memadai dan merupakan satu perhatian utama yang harusnya segera dilaksanakan.3

Adanya undang-undang No. 23 tahun 2006 tentang kependudukan (Direktorat

Jenderal Administrasi Kependudukan, Departemen Dalam Negeri 2006) bahwa setiap

kejadian kematian harus dilaporkan dalam 30 hari, yang ditetapkan oleh Dirjen Adminduk,

Departemen Dalam Negeri membuka peluang tersedianya data kematian di masyarakat

yang dapat ditindaklanjuti penyebab kematiannya oleh Kementerian Kesehatan. Oleh

karena itu pada tahun 2010 telah ditetapkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan

Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2010 Nomor 162/Menkes/PB/I/2010 Tentang

Pelaporan Kematian dan Penyebab Kematian. Dengan penguatan sistem registrasi kematian

dan kerjasama yang baik antara Depdagri dan Depkes, peluang mengembangkan sistem

pelaporan sebab kematian dapat dilakukan.3

Sistem pelaporan sebab kematian melalui pemantapan sistem registrasi kematian

akan menyediakan informasi berbagai indikator kematian dan penyebab kematian.3

2

Page 4: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan utama registrasi sipil/registrasi penduduk adalah pembentukan dokumen legal

sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang. Data yang dihasilkan bersumber dari vital

statistik kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian dll. Sistem registrasi penduduk melalui

data kematian dimungkinkan digandengkan dengan sertifikasi medis penyebab kematian

berdasarkan standar internasional International Statistical Classification of Diseases and

Related Health Problems (ICD) untuk mendapatkan data yang akurat.3

Dari perspektif demografi dan epidemiologi, keuntungan paling penting dari registrasi

penduduk adalah dapat memastikan registrasi dari kejadian-kejadian penting (vital) secara

universal dan terus-menerus dan memungkinkan tersedianya data atau informasi rutin vital

statistik yang esensial dalam meningkatkan program-program dalam bidang kesehatan pada

tingkat nasional maupun kabupaten/kota.3

Statistik vital adalah input kunci/utama untuk pembuatan kebijakan dan perencanaan

pembangunan manusia. Data lahir hidup yang tepat waktu berdasarkan berbagai

karakteristik ibu, merupakan dasar untuk menganalisa dinamika reproduksi. Data kematian,

diklasifikasikan oleh berbagai karakteristik dari almarhum/humah, terutama usia dan jenis

kelamin, diperlukan untuk perhitungan life table (table hidup) dan estimasi probability of

dying serta diperolehnya cause specific death rate berdasarkan kaidah atau standar

internasional. Informasi tersebut tidak terhingga nilainya untuk menaksir dan memonitor

3

Page 5: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

status kesehatan dari kependudukan dan epidemilogi dan intervensi perencanaan dalam

bidang kesehatan.3

Dalam pelaksanaan sistem registrasi penduduk dibutuhkan keakuratan dan registrasi

terus-menerus dari kejadian vital kependudukan dari kelahiran sampai kematian, dicatat

tepat waktu berdasarkan standar yang ketat. Pada Negara-negara berkembang, registrasi

sipil masih lemah bahkan belum tersedia dan tidak dapat dipakai sebagai sumber statistik

vital.3,4

Secara medis dan secara hukum pasien dikatakan meninggal saat terjadi kematian

otak. Pada waktu yang sama pada sertifikat kematian. Kematian otak perlu disertifikasi oleh

dewan dokter yang terdiri dari:5

a. Tenaga Medis Terdaftar (RMP-Registered Medical Practitioner) yang bekerja di rumah

sakit di mana telah terjadi kematian otak.

b. Independen RMP – Spesialis

c. Neurologist/ahli bedah saraf yang dicalonkan oleh panel.

d. RMP yang mengobati pasien.

Pasien harus diperiksa oleh tim dokter setidaknya sekejap mata dengan renggang

waktu yang wajar di antaranya (setidaknya 6 jam), dan tak satu pun dari dokter yang

berpartisipasi dalam diagnosis kematian otak harus memiliki minat dalam transplantasi atau

pengangkatan organ dari kadaver.5

Kematian otak adalah penghentian lengkap dan ireversibel semua fungsi otak

termasuk batang otak yang dapat ditentukan dengan beberapa cara :5

a. Tidak ada aktivitas listrik di otak (ditentukan oleh EEG)

b. Tidak ada aliran darah ke otak (ditentukan oleh studi aliran darah)

4

Page 6: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

c. Tidak adanya fungsi semua bagian otak - yang ditentukan oleh penilaian klinis (tidak

ada gerakan, tidak ada respon terhadap rangsangan, tidak bernapas, tidak ada refleks

otak).

Ketika dihadapkan dengan kematian seseorang, petugas medis memiliki dua tugas di

tangannya. Yang pertama adalah untuk mendiagnosis terjadinya kematian dan menyatakan

kematian tersebut. Yang kedua adalah untuk menentukan penyebab kematian dan

sertifikasi. Tugas pertama harus dilakukan di semua situasi yaitu pada kematian akibat

penyakit, usia tua, bunuh diri, pembunuhan, kecelakaan dan lain-lain.1

Setelah memutuskan kematian seseorang, dilanjutkan dengan mengisi "Laporan

Kematian" dengan kapasitas sebagai informan. Kedua format laporan kematian yaitu

Informasi Hukum dan Informasi Statistik, harus diisi untuk setiap kematian. Kedua format ini

harus dikirim ke pihak yang berwenang atas register kematian bersama dengan sertifikat

medis penyebab kematian.1

Tugas kedua yaitu menerbitkan Sertifikat Medis Penyebab Kematian, yang dilakukan

segera setelah memutuskan kematian seseorang, oleh petugas medis yang sama yang telah

menyatakan kematian orang tersebut, asalkan petugas medis benar-benar yakin penyebab

kematian dan jika itu adalah kematian alami. Kematian akibat usia tua dan kematian

karena setiap penyakit yang terjadi secara alami atau komplikasinya adalah Kematian

Alami.1

Pengetahuan yang benar tentang penyebab kematian sangat penting karena tindakan

selanjutnya akan berbeda jika kematian selain dari kematian alami atau penyebab kematian

tidak diketahui/diragukan.1

5

Page 7: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

Jika kematian tidak jelas dari kategori kematian alami yaitu diluar dari kematian alami

atau penyebab tidak diketahui/diragukan, setelah petugas medis melakukan tugas

pertamanya yaitu mendeklarasikan kematian, kemudian ia menginformasikan pada polisi

bahwa untuk menentukan penyebab terjadinya kematian diperlukan tindakan lebih lanjut

untuk mengeluarkan sertifikat medis penyebab kematian.1

Setelah mengambil alih hak atas mayat, penyidik melanjutkan pemriksaan dan

penyebab kematian diputuskan setelah medikolegal post mortem dilakukan sebagai bagian

dari pemeriksaan tersebut.1

Sistem ini memastikan bahwa tubuh tidak diperiksa untuk investigasi yang tidak

diperlukan oleh polisi dalam penyebab dan keadaan kematian, saat kematian disebabkan

selain sebab-sebab kematian alamiah. Sertifikat medis penyebab kematian diisi baik oleh

petugas medis yang melakukan otopsi medikolegal atau oleh petugas administratif rumah

sakit yang berwenang segera pada kesimpulan otopsi.1

Karena otopsi medikolegal post mortem dilakukan atas perintah dari investigasi

polisi/koroner/hakim, sertifikat medis penyebab kematian diteruskan ke otoritas ini saja,

oleh lembaga sertifikasi, dan tidak langsung diserahkan kepada kerabat almarhum.1

Polisi sebagai pihak berwenang akan melakukan serah terima yang relevan

(memberikan potongan bagian bawah) dari sertifikat kepada kerabat sambil menyerahkan

mayat pada mereka, yang dilakukan ketika penyidik memutuskan bahwa mayat tidak lagi

diperlukan untuk investigasi. Salinan sertifikat medis diteruskan sampai pada petugas

register kematian oleh polisi bersama dengan format laporan kematian.1

Selain itu, poin-poin tertentu lainnya yang harus diingat oleh petugas medis mengenai

penerbitan sertifikat medis penyebab kematian, adalah :1

6

Page 8: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

a. Petugas medis seharusnya tidak menunda, untuk alasan apapun, mengeluarkan

sertifikat medis penyebab kematian, setelah yakin dengan penyebab kematian.

b. Petugas medis tidak bisa mengenakan biaya apapun untuk mengeluarkan

sertifikat ini.

c. Petugas medis seharusnya tidak menahan penerbitan sertifikat medis penyebab

kematian bahkan jika pembayaran belum diselesaikan oleh kerabat mayat.

d. Tidak ada petugas medis yang harus menandatangani sertifikat medis penyebab

kematian di muka (yaitu sebelum individu meninggal) atau tanpa melihat dan

memeriksa mayat secara pribadi.

Sertifikasi kematian yang benar dimulai dengan pemahaman dasar terhadap penyebab

dan cara kematian. Selama proses sertifikasi medis penyebab kematian, tidak benar untuk

menuliskan "gagal jantung," "cardiopulmonary arrest", "respiratory arrest " dan "kematian

otak" tanpa menyebutkan penyebab patologis yang mendasari. Perlu diingat bahwa setiap

kematian yang terjadi akibat satu atau penyebab lainnya antara cardio-respiratory failure,

gagal jantung, gagal napas berarti hanya penghentian sirkulasi dan respirasi yang

menyebabkan kematian somatik dan seluler.6

Data tentang penyebab kematian yang terdapat dalam sertifikat melayani berbagai

tujuan, seperti menilai efektivitas program kesehatan masyarakat, menyediakan umpan

balik untuk kebijakan masa depan dan implementasi, perencanaan dan manajemen

kesehatan yang lebih baik, dan menentukan prioritas kesehatan dan program penelitian

medis.6

Sertifikasi medis penyebab kematian oleh seorang praktisi medis yang terdaftar sangat

penting dan merupakan bagian penting dari profesinya. Praktisi medis harus memiliki

7

Page 9: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

pengetahuan tentang penyebab kematian pasiennya yang memprakarsai rentetan kejadian

morbiditas yang mengarah langsung pada kematian; dan sertifikasi penyebab kematian.

Penyebab kematian harus ditentukan dengan baik sebelum mayat diselesaikan secara sah

oleh hukum.6

Dalam kasus di mana penyebab kematian tidak diketahui, harus dilakukan

medikoloegal atau otopsi patologis (klinis) pada tubuh mayat untuk memastikan penyebab

kematian yang tergantung pada temuan. Hal ini akan memenuhi persyaratan International

Classification of Diseases (ICD) yang dikembangkan oleh WHO (revisi 10) ketika sertifikat

kematian dikeluarkan.6

Penyebab kematian adalah penyakit, abnormalitas, cedera atau keracunan yang

memberikan kontribusi langsung atau secara tidak langsung pada kematian. Kematian sering

terjadi karena efek gabungan dari dua atau lebih kondisi tersebut. Kondisi ini mungkin sama

sekali tidak berhubungan, yang timbul secara independen satu sama lain; atau saling

berhubungan satu sama lain.6

Penyebab yang mendasari misalnya penyakit atau cedera yang telah memulai urutan

kejadian akan dipilih untuk tujuan tabulasi/pengolahan. Kondisi morbid atau cedera

konsekuen untuk penyebab yang terkait dengan kematian disebut sebagai anteseden dan

penyebab langsung. Menurut ketentuan hukum yang dibuat dalam Pendaftaran Kelahiran

dan Kematian Act, 1969 (18 dari 1969), diperlukan sertifikasi penyebab kematian oleh

seorang praktisi medis yang telah merawat almarhum selama keadaan sakit terakhirnya.6

Sebuah sertifikat mengenai penyebab kematian akan diperoleh pada kejadian

kematian dari setiap orang yang, selama sakitnya ditangani oleh praktisi medis, praktisi

medis tersebut harus, setelah kematian orang itu, seterusnya dengan, memberikan tanpa

8

Page 10: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

dikenakan biaya, kepada orang yang dipersyaratkan dalam Undang-undang ini untuk

memberikan informasi mengenai kematian, sertifikat dalam bentuk yang ditentukan

menyatakan yang terbaik dari pengetahuan dan keyakinannya tentang penyebab kematian;

dan sertifikat akan diterima dan disampaikan oleh orang tersebut ke register pada saat

memberikan informasi mengenai kematian seperti yang dipersyaratkan oleh Undang-

Undang ini.6

Bagian medis pada sertifikat kematian dirancang oleh WHO untuk memfasilitasi

pelaporan penyebab kematian dan memperoleh informasi dari urutan sederhana dan

patologis peristiwa yang menyebabkan kematian. Bagian medis ini terdiri dari dua bagian,

yang pertama berkaitan dengan urutan kejadian yang menyebabkan kematian, dan yang

kedua untuk kondisi penting lainnya yang berkontribusi terhadap kematian. Bagian ini harus

ditulis oleh praktisi medis yang hadir dan memiliki pengetahuan personal tentang riwayat

kasus.6

Nama penyakit ini harus ditulis secara lengkap dan terbaca untuk menghindari risiko

kesalahan dalam pembacaan. Singkatan dan bentuk pendek dari kondisi penyakit tidak

boleh digunakan. Hanya salah satu penyebab yang akan dimasukkan pada setiap baris

Bagian I. Penyebab yang mendasari kematian (kondisi yang memulai urutan kejadian antara

kesehatan normal dan penyebab langsung atau dekat kematian) harus dimasukkan pada

baris terendah yang digunakan dalam bagian ini. Berikut adalah beberapa contoh penyebab

langsung dan anteseden dari kematian:6

a. Penyebab klinis :

1. Kematian disebabkan infark miokard akibat oklusi arteri koroner sebagai akibat dari

aterosklerosis.

9

Page 11: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

2. Kematian disebabkan peritonitis akibat perforasi sebagai konsekuensi dari ulkus

duodenum.

3. Kematian disebabkan gagal ginjal kronis sebagai akibat dari hipertensi akibat

penyakit ginjal polikistik.

4. Kematian disebabkan uremia akibat retensi urin sebagai akibat hiperplasia prostat.

5. Kematian disebabkan kekurusan sebagai akibat dari metastasis ke kelenjar getah

bening dan hati sebagai konsekuensi dari karsinoma bronkogenik dari paru-paru

kanan.

b. Penyebab medikolegal :

1. Kematian disebabkan asfiksia akibat konstriksi leher akibat gantung atau

strangulasi.

2. Kematian disebabkan iskemia otak sebagai akibat dari oklusi arteri karotis sebagai

konsekuensi dari pencekikan.

3. Kematian disebabkan asfiksia akibat aspirasi cairan pada saluran napas sebagai

akibat tenggelam basah.

4. Kematian disebabkan syok dan perdarahan akibat ruptur limpa sebagai akibat

trauma tumpul ke regio hipokondrium kiri.

5. Kematian disebabkan syok dan perdarahan akibat fraktur fossa kranial media

sebagai akibat dari trauma kepala.

Adapun dasar hukum untuk pelaporan kematian di Indonesia tercantum dalam :3

a. UU No. 23 Tahun 2006, tentang Administrasi Kependudukan;

b. PP No. 37 Tahun 2007, tentang Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006;

10

Page 12: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

c. Perpres No. 25 Tahun 2008, tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk

dan Pencatatan Sipil

d. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan No.15 Tahun 2010,

tentang Pelaporan Kematian dan Penyebab Kematian

Adapun contoh format surat keterangan kematian dari WHO dan beberapa Rumah

Sakit di Sulawesi Tengah serta tatacara pengisiannya ialah sebagai berikut :

11

Page 13: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

a. Contoh surat keterangan kematian RSUD Undata Palu

12

Page 14: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

b. Contoh surat keterangan kematian RSU Anutapura Palu

13

Page 15: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

c. Format standar sertifikat kematian oleh WHO

Sumber : http://whqlibdoc.who.int/publications/9241560622.pdf

14

Page 16: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

DEPARTEMEN KESEHATAN RIRSUD UNDATA

INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIKSekretariat Bersama : Jl. Suharso No. 14 Telp. (0451) 421270 – 421370 Fax 0451-421370

SURAT KETERANGAN KEMATIANNo. / /2006/SKM/RSDS

Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :Nama : No. VR Umur : Tahun. Jenis kelamin : Laki-laki/perempuanAgama : .................................... Warga Negara / Bangsa :........................Alamat : ............................................................................................. ............

........................................................................................... ............

Telah meninggal dunia pada :

Hari : Tanggal :

Jam : Di RSUD Undata Palu

Mengingat penyakit yang diderita Almarhum/almarhumah :

BOLEH/TIDAK BOLEH Dimandikan/dirukti di rumah.

Palu, .......................................Instalasi

A.n. Tim Medis

dr. .....................................

15

Page 17: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

Tembusan :1. Untuk keluarga2. Untuk dikirim ke TPP3. Untuk instalasi Kamar Jenazah4. Untuk ditempel di Rekam Medik

RSUD UNDATA UNIT : NO.RM.

SURAT KETERANGAN KEDOKTERANTENTANG SEBAB KEMATIAN

Tanggal Kematian : ______________________ Bulan : ______________20___Tempat Kematian : ______________________ Tempat tinggal si mati : ___________________Rumah Sakit : ______________________ Kabupaten/Kota*) : ___________________Di (kota) : ______________________ Pekerjaan : ___________________Kabupaten : ______________________ Bangsa : ___________________No.Register Pasien : ______________________ Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*)Nama : ______________________ Umur dalam : ____________tahun:_______________bulan:______________hari:____________jam/menit**)

SEBAB KEMATIANa. Penyakit atau keadaan yang

langsung mengakibatkan kematianb.c Penyakit-penyakit (bila ada) yang

menjadi lantaran timbulnya sebab kematian tersebut pada a. dengan menyebut penyakit yang menjadi pokok pangkal terakhir

a. ______________________________Penyakit tersebut dalam ruang a disebabkan oleh (atau akibat dari)

b. ______________________________Penyakit tersebut dalam ruang b disebabkan oleh (atau akibat dari)

c. ______________________________

Lamanya (kira-kira) mulai sakit hingga meninggal dunia

Penyakit-penyakit lain yang berarti dan mempengaruhi pula kematian itu, tetapi tidak ada hubungannya dengan penyakit-penyakit tersebut I.a,b,c

Disamping penyakit-penyakit tersebut di atas terdapat pula penyakit:

Keterangan-keterangan khusus untuk :a. Macam-macam rudapaksab. Cara kejadian rudapaksac. Sifat jejas (kerusakan tubuh)

MATI KARENA RUDAPAKSA (violent/death)a. Bunuh diri – Pembunuhan – kecelakaan *)b. _____________________________________c. _____________________________________

KELAHIRAN MATI (Stillbirth)

Apakah ini janin lahir-mati? _________________________________ ya/tidak*)Sebab kelahiran mati : _____________________________________________

________________________________20____

16

1. Isi dan jawablah pertanyaan dengan lengkap2. Bacalah catatan di belakang

Page 18: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

*) Coret yang tidak dikehendaki Yang memberi keterangan sebab kematian**) Umur kurang dari 1 tahun sebutkan dalam jumlah Tanda Tangan : bulan; kurang dari 1 bulan dalam jumlah hari; kurang dari 1 hari dalam jumlah jam atau menit

Nama : ______________________________Fungsi : Dokter / Perawat / Bidan *)

CATATAN1. Formulir ini dipakai di rumah–rumah sakit untuk tiap–tiap peristiwa kematian dan kelahiran mati

disitu. Formulir–formulir yang telah diisi dikirimkan kepada Departemen Kesehatan Bagian Statistik sebulan sekali memakai surat pengantar yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Bagian Statistik. Duplikat dari surat pengantar tanpa lampiran dikirimkan kepada Inspektur Kesehatan.

Beberapa petunjuk dalam mengisi formulir1. Untuk mengisi sebab–sebab kematian janganlah disebutkan “caranya” mati (made of dying)

seperti Paralysis Cordis, Cachexia, Deblitas, Astherinia dsb. Tetapi agar disebut nama penyakit, jelas atau komplikasi yang mengakibatkan kematian itu, seperti Occlusioartcria Coronaria, Malnutrition dls.

2. Sedapat mungkin diagnosa diisi selengkap–lengkapnya umpamanya: Pneumonia lobaris, Malaria tertiana, Disentri basili, Neoplasma maligna coli, dls dan janganlah ditulis nomor Klasifikasi saja.

3. Untuk mengisi ketarangan kematian karena rudapaksa.a. Jelaskan macam rudapaksa tersebut, apakah itu peristiwa Bunuh diri, Pembunuhan atau

Kecelakaan.b. Mengenai bunuh diri dan pembunuhan jelaskanlah alat apa yang dipakai dan cara bagaimana

dilakukannya.Contoh : membunuh diri dengan menerjunkan diri di sungai; dipukul kepalanya dengan besi; dan sebagainya.

c. Mengenai kecelakaan : jelaskanlah kendaraan apa atau benda-benda apakah yang tersangkut, siapakah penderita kecelakaan tersebut (penumpang mobil, petugas kereta api, orang jalan kaki dan sebagainya dan dalam hal kecelakaan alat pengangkutan, pula dimanakah terjadinya, jalan umum, lingkungan rumah, perusahaan dan sebagainya). Contoh : orang berjalan ditubruk mobil di jalan umum.

d. Setelah disebutkan cara terjadinya kecelakaan, masih perlu ditulis sifat jejas (kerusakan tubuh) sebagai akibat dari kecelakaan tersebut umpamanya : fraktur cranial, fraktur-fraktur pada tibia kanan dan calcaneus kanan dan sebagainya.

4. Yang dimaksud dengan kelahiran mati ialah janin yang sekurang–kurangnya telah berumur 28 minggu dalam kandungan dan sudah mati sebelum sempurna dikeluarkan dari badan ibu : yang diartikan mati disini ialah tidak menunjukkan salah satu tanda–tanda hidup seperti bernafas, denyut jantung atau tali pusat, atau gerakan yang nyata dari otot–otot sadar.

5. Dalam pengisisan umur janin lahir mati janganlah ditulis “baru lahir” tetapi tulislah “lahir mati” karena perkataan “baru lahir” pada ruang umur dapat diartikan adanya kelahiran hidup.

6. Pada umumnya surat keterangan ini; harus ditandatangani oleh Dokter, hanya pada rumah-rumah sakit yang dipimpin oleh seorang Perawat/Juru rawat/bidan mereka tersebut terakhir ini dapat menandatanganinya.

Ruang ini hanya khusus untuk keperluan Bagian Statistik Departemen Kesehatan.

Nomor urutTempat

Urban SumberTgl

WN

Tempat Kematian Kematian Tinggal

17

Page 19: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

Dati I Dati II Sex Pekerjaan: Tahun Golongan umur Detailed List A. List Dift.

Umur Sebab Kematian oleh

BAB III

KESIMPULAN

1. Sertifikat kematian merupakan salah satu dokumen pemerintah yang mencatat

perubahan status kewarganegaraan penduduk. Sertifikat kematian berbeda dari

sertifikat kelahiran dan pernikahan dalam tiga hal penting. Sertifikat kematian mencatat

penyebab perubahan status penduduk, cara kematian dan selalu ditempatkan pada

penggunaan non arsip langsung. Fungsi dari non arsip sertifikat kematian ialah berfungsi

secara langsung sebagai surat izin pemakaman.

2. Prosedur medikolegal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai

aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis

besar prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang

berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter

dan etika kedokteran dimana salah satu ruang lingkupnya ialah tentang penerbitan

surat keterangan kematian.

3. Secara medis dan secara hukum pasien dikatakan meninggal saat terjadi kematian otak.

Pada waktu yang sama pada sertifikat kematian. Kematian otak perlu disertifikasi oleh

dewan dokter yang terdiri dari:

18

Page 20: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

a. Tenaga Medis Terdaftar (RMP-Registered Medical Practitioner) yang bekerja di

rumah sakit di mana telah terjadi kematian otak.

b. Independen RMP – Spesialis

c. Neurologist/ahli bedah saraf yang dicalonkan oleh panel.

d. RMP yang mengobati pasien.

4. Kematian otak adalah penghentian lengkap dan ireversibel semua fungsi otak termasuk

batang otak yang dapat ditentukan dengan beberapa cara :

a. Tidak ada aktivitas listrik di otak (ditentukan oleh EEG)

b. Tidak ada aliran darah ke otak (ditentukan oleh studi aliran darah)

c. Tidak adanya fungsi semua bagian otak - yang ditentukan oleh penilaian klinis

(tidak ada gerakan, tidak ada respon terhadap rangsangan, tidak bernapas, tidak

ada refleks otak).

19

Page 21: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kotabagi Lt Col RB, Chaturvedi Col RK, Banerjee Lt Col A. Medical Certification of Cause

of Death. MJAFI Vol.60. No.3. India: 2004; 261-72.

2. Spitz WU. Medicolegal Investigation of Death Guidelines for the Application of

Pathology to Crime Investigation. 4th ed. Charles C Thomas Publisher, Ltd. United States:

2006.

3. Lolong DB. Pengembangan Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian di

Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.9 No.4. Jakarta: 2010; 1311-9.

4. Isotalo A. Medico-legal Aspect of Medical Sertification of Cause of Death.

Bull.Org.mond.sante. Finland: 1960; 811-4.

5. Kumar Pathak Manoj, Tripathi S K, Prashant Agrawal, Rajesh Chaturvedi, Sudhir Yadav.

Medico-Legal Update Clinical Criteria for Diagnosis of Brain Death and its Medico-Legal

Applications (A Review Study). IndMedica Vol.6 No.2. Varanasi: 2006. Di akses dari :

http://www.indmedica.com/journals.php?

journalid=9&issueid=78&articleid=1015&action=article. pada tanggal 5 September

2014.

20

Page 22: Nilawati (Aspek Medikolegal Sertifikat Kematian)

6. Srivastava PC, Saxena Shikha, Sahai MKB. Medical Sertification of Cause of Death. IJMU

Vol.4 No.1. India: 2009. Di akses dari : http://www.akspublication.com/letter01_jan

2009.htm. pada tanggal 5 September 2014.

21