NILAI PENDIDIKAN KEJURUAN dan PENDIDIKAN NILAI...

8
1 | Page NILAI PENDIDIKAN KEJURUAN dan PENDIDIKAN NILAI BERKARAKTER INDUSTRI Di SMK Putu Sudira Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY Email: [email protected] Abstrak Penulisan paper ini bertujuan membahas nilai-nilai pendidikan kejuruan yang yang tepat dikembangkan di SMK agar SMK memiliki karakter inovatif, kreatif, produktif, kompetetif, dan tumbuh berkelanjutan dimasa depan serta prinsip-prinsip, kebijakan, strategi dan tantangan pengembangan pendidikan nilai di SMK. Pengembangan pendidikan nilai di SMK dituntut dapat membangun nilai-nilai profesional pendidikan kejuruan yang berkelanjutan dimasa depan. Pendidikan nilai kejuruan membangun kemandirian peserta didik yang rasional. Untuk menemukan manfaat yang maksimal maka SMK dapat belajar dari nilai-nilai global untuk mengembangkan nilai-nilai lokal dan mendukung perkembangan lokal dalam konteks globalisasi. Dalam melakukan serapan nilai global SMK disarankan menggunakan tiga teori yaitu: (1) teori pohon, (2) Teori Kristal, (3) Teori sangkar burung. A. Pendahuluan Pembudayaan nilai-nilai kejuruan dalam membentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berkarakter inovatif, kreatif, kompetitif dan berkelanjutan memerlukan dukungan sosiokultural dan struktural. Transformasi global menuju ekonomi berbasis pengetahuan, mendorong terjadinya peningkatan tuntutan kualitas pengembangan manusia sebagai sumber daya, kompetisi internasional dan regional di berbagai belahan dunia (Cheng, 2005). Dalam masyarakat industri berbasis pengetahuan telah terjadi peningkatan keterbukaan, fleksibilitas, kompleksitas, dan ketidakpastian (Tessaring, 2009; Heinz, 2009; Billet, 2009; Wagner, 2008). Sehingga SMK membutuhkan pendidikan dengan nilai-nilai baru yang relevan dengan kebutuhan individu, lokal, nasional, regional, dan berkarakter global. Secara sosiokultural pola pembudayaan nilai-nilai kejuruan di SMK diharapkan memenuhi kebutuhan untuk: (1) mengembangkan keterampilan kognitif dan psikomotorik individu peserta didik (Emmerik, Bekker, & Euwema, 2009; Kellet, Humphrey, & Sleeth, 2009); (2) mengembangkan attitude (Stumpf, 2009); (3) mengembangkan apresiasi positif terhadap pekerjaan, membangun budaya kerja (Heinz, 2009), membangun budaya belajar, budaya inovatif, kreatif dan produktif (Thompson,1973; Gill, Dar, & Fluitman, 2000); (4) mempersiapkan peserta didik

Transcript of NILAI PENDIDIKAN KEJURUAN dan PENDIDIKAN NILAI...

Page 1: NILAI PENDIDIKAN KEJURUAN dan PENDIDIKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/657/1/023-Makalah-Nilai_Pendidikan_Kejuruan.pdf · fisik, moral, dan juga kebutuhan masa depan untuk hidup nyaman,

1 | P a g e

NILAI PENDIDIKAN KEJURUAN dan PENDIDIKAN NILAI BERKARAKTER INDUSTRI Di SMK

Putu Sudira Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY

Email: [email protected] Abstrak

Penulisan paper ini bertujuan membahas nilai-nilai pendidikan kejuruan yang yang tepat dikembangkan di SMK agar SMK memiliki karakter inovatif, kreatif, produktif, kompetetif, dan tumbuh berkelanjutan dimasa depan serta prinsip-prinsip, kebijakan, strategi dan tantangan pengembangan pendidikan nilai di SMK. Pengembangan pendidikan nilai di SMK dituntut dapat membangun nilai-nilai profesional pendidikan kejuruan yang berkelanjutan dimasa depan. Pendidikan nilai kejuruan membangun kemandirian peserta didik yang rasional. Untuk menemukan manfaat yang maksimal maka SMK dapat belajar dari nilai-nilai global untuk mengembangkan nilai-nilai lokal dan mendukung perkembangan lokal dalam konteks globalisasi. Dalam melakukan serapan nilai global SMK disarankan menggunakan tiga teori yaitu: (1) teori pohon, (2) Teori Kristal, (3) Teori sangkar burung.

A. Pendahuluan

Pembudayaan nilai-nilai kejuruan dalam membentuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) berkarakter inovatif, kreatif, kompetitif dan berkelanjutan

memerlukan dukungan sosiokultural dan struktural. Transformasi global menuju

ekonomi berbasis pengetahuan, mendorong terjadinya peningkatan tuntutan kualitas

pengembangan manusia sebagai sumber daya, kompetisi internasional dan regional

di berbagai belahan dunia (Cheng, 2005). Dalam masyarakat industri berbasis

pengetahuan telah terjadi peningkatan keterbukaan, fleksibilitas, kompleksitas, dan

ketidakpastian (Tessaring, 2009; Heinz, 2009; Billet, 2009; Wagner, 2008).

Sehingga SMK membutuhkan pendidikan dengan nilai-nilai baru yang relevan

dengan kebutuhan individu, lokal, nasional, regional, dan berkarakter global.

Secara sosiokultural pola pembudayaan nilai-nilai kejuruan di SMK

diharapkan memenuhi kebutuhan untuk: (1) mengembangkan keterampilan kognitif

dan psikomotorik individu peserta didik (Emmerik, Bekker, & Euwema, 2009;

Kellet, Humphrey, & Sleeth, 2009); (2) mengembangkan attitude (Stumpf, 2009);

(3) mengembangkan apresiasi positif terhadap pekerjaan, membangun budaya kerja

(Heinz, 2009), membangun budaya belajar, budaya inovatif, kreatif dan produktif

(Thompson,1973; Gill, Dar, & Fluitman, 2000); (4) mempersiapkan peserta didik

Page 2: NILAI PENDIDIKAN KEJURUAN dan PENDIDIKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/657/1/023-Makalah-Nilai_Pendidikan_Kejuruan.pdf · fisik, moral, dan juga kebutuhan masa depan untuk hidup nyaman,

2 | P a g e

untuk bekerja, berwirausaha, atau meneruskan (Wardiman,1998); (5)

memberdayakan peserta didik untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang

layak (Gill, Dar, & Fluitman, 2000); (6) mengembangkan karier sesuai dengan

kompetensi keahlian yang dipilih (Kellet, Humphrey, Sleeth, 2009); (7)

memfasilitasi pemenuhan seluruh kebutuhan peserta didik baik fisik maupun non

fisik, moral, dan juga kebutuhan masa depan untuk hidup nyaman, aman dan

bahagia dalam masyarakat (Rojewski, 2009); (8) melibatkan masyarakat pemangku

kepentingan secara luas, utuh, benar, dan bertanggungjawab (McGrath S., 2009).

Secara struktural SMK adalah sistem persekolahan yang dirancang dan

diselenggarakan oleh pemerintah bukan pendidikan yang diselenggarakan oleh

masyarakat dunia usaha dan dunia industri (Dedi Supriadi, 2002) sehingga

memerlukan pola pembudayaan nilai-nilai kejuruan dengan konteks khusus

“Indonesia” (Herschbach, 2009). Paper ini membahas nilai-nilai kejuruan yang

seperti apakah yang tepat dikembangkan di SMK agar SMK memiliki karakter

inovatif, kreatif, produktif, kompetetif, dan tumbuh berkelanjutan dimasa depan

serta bagaimanakah prinsip-prinsip, strategi dan tantangan pengembangan

pendidikan nilai di SMK.

B. Nilai-Nilai Pendidikan Kejuruan SMK

Menurut Rojewski (2009) pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan

memerlukan kerangka konseptual (conceptual framework) yang jelas dalam

memenuhi tujuan secara efektif, efisien, dan bermakna. Kerangka koseptual pola

pembudayaan nilai-nilai kejuruan di SMK di masing-masing daerah berbeda satu

sama lain karena setiap wilayah di Indonesia memiliki karakteristik sosio-kultural

yang unik, potensi wilayah yang berbeda, keunggulan lokal yang berbeda, kebijakan

politik dan ekonomi yang berbeda pula. Pendidikan kejuruan di SMK memiliki

nilai-nilai strategis dalam hal: (1) pembangunan sumber daya manusia pendidikan

kejuruan di daerah (Herschbach, 2009); (2) pengembangan, penataan, pelestarian

potensi wilayah; (3) penguatan wawasan keunggulan lokal; (4) peningkatan

wawasan masa depan; (5) penguatan wawasan mutu; (6) peningkatan wawasan nilai

tambah; (7) pengembangan profesionalisme; dan (8) pemenuhan kebutuhan layanan

pendidikan kejuruan bagi pemilih atau pengguna pendidikan di SMK.

Restrukturisasi dan rekulturisasi pola pembudayaan nilai-nilai kejuruan

Page 3: NILAI PENDIDIKAN KEJURUAN dan PENDIDIKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/657/1/023-Makalah-Nilai_Pendidikan_Kejuruan.pdf · fisik, moral, dan juga kebutuhan masa depan untuk hidup nyaman,

3 | P a g e

kedepan diharapkan mampu mendidik seseorang tidak hanya sekedar sebagai

pekerja (Hollander & Mar, 2009), melainkan sebuah pendidikan kejuruan dengan

pendekatan holistik yang mengakomudasi seluruh kebutuhan peserta didik baik fisik

maupun non fisik, moral, dan juga kebutuhan masa depan untuk hidup nyaman,

aman dan bahagia dalam masyarakat (Rojewski, 2009). Sebagaimana keyakinan

Dewey bahwa tujuan pokok dari pendidikan publik adalah mempertemukan

kebutuhan individu peserta didik untuk pemenuhan diri pribadinya dan persiapan

menghadapi dan menjalani hidup (Rojewski, 2009). Pola pembudayaan nilai-nilai

kejuruan yang diharapkan adalah pola yang mampu menginterlanisasikan

keunggulan lokal, potensi wilayah diantara kebutuhan nasional, dan tantangan

global.

C. Pembudayaan Nilai-nilai Kejuruan

Pola pembudayaan nilai-nilai kejuruan diharapkan mampu mendudukkan arti

penting pendidikan kejuruan, fungsi pendidikan kejuruan, tujuan pendidikan,

manfaat pendidikan kejuruan, karakteristik pendidikan kejuruan, prinsip-prinsip

pendidikan kejuruan, dan landasan pendidikan kejuruan kedalam konsepsi

pembangunan pendidikan menengah kejuruan di SMK. Pola pembudayaan nilai-nilai

kejuruan di SMK harus lahir dan tumbuh dari budaya masyarakat setempat dan

menjadi bagian yang utuh dari keseluruhan budaya masyarakatnya.

Secara pragmatis pendidikan kejuruan di abad 21 dituntut membangun

manusia yang memiliki kecerdasan belajar, kecerdasan ekonomi, kecerdasan sosial,

kecerdasan budaya, kecerdasan teknologi, dan juga kecerdasan politik (Cheng,

2005). Pendidikan kejuruan akan berhasil jika mampu menumbuhkembangkan

eksistensi manusia pendidikan kejuruan yang memasyarakat, berbudaya kompetensi

dalam tatanan kehidupan berdimensi lokal, nasional, regional, dan global. Sebagai

produk masyarakat, pendidikan kejuruan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat

dimana pendidikan kejuruan dikembangkan. Pendidikan kejuruan tumbuh dari

masyarakat, berkembang bersama budaya masyarakat setempat, memperhatikan

keunggulan lokal, potensi wilayah, dukungan masyarakat, partisipasi dan kerjasama

masyarakat, ada konsensus yang kuat diantara masyarakat dengan lembaga

pendidikan kejuruan. Visi pendidikan kejuruan seharusnya kongruen dengan visi

masyarakat dimana pendidikan kejuruan dikembangkan (Tilaar, 1999).

Page 4: NILAI PENDIDIKAN KEJURUAN dan PENDIDIKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/657/1/023-Makalah-Nilai_Pendidikan_Kejuruan.pdf · fisik, moral, dan juga kebutuhan masa depan untuk hidup nyaman,

4 | P a g e

D. Pendidikan Nilai di SMK

Dalam membangun fokus pendidikan nilai-nilai kejuruan Aspin (2007)

menyatakan bahwa sekolah (SMK) harus memberikan akses dan kesempatan kepada

peserta didik untuk mempraktekkan dan menerapkan jenis pengetahuan, kompetensi,

dan sikap dalam proses mempersiapkan mereka untuk hidup di masyarakat yang

kompleks saat ini. Sekolah harus memiliki kepedulian dan mempromosikan nilai-

nilai pendidikan kejuruan, keunggulan dan standar yang tinggi sebagai aspirasi

individu dan kelembagaan, berprestasi dan melakukan dalam semua aspek

kegiatannya. Sekolah harus humanis dan memberi kesempatan yang luas kepada

peserta didik untuk mendapatkan nilai-nilai yang akan sangat penting dalam

pengembangan pribadi dan sosial. Sekolah harus mengembangkan rasa kemerdekaan

dan harga diri peserta didik sebagai manusia, memiliki kepercayaan diri untuk

berkontribusi pada masyarakat, menjadi bagian dari masyarakat dalam tatanan

kehidupan sosial politik yang berbudaya dan bermoral.

Selanjutnya sekolah harus mempersiapkan masa depan peserta didik sebagai

anggota masyarakat dan warga negara untuk melakukan hubungan interpersonal satu

sama lain, dengan cara yang tidak bertentangan dengan kesehatan dan stabilitas

masyarakat atau individu. Sekolah harus menyiapkan peserta didik untuk memiliki

kepedulian kepada vitalitas nilai-nilai budaya, serta pengayaan ekonomi dalam

masyarakat di mana mereka akhirnya akan berperan, mempromosikan dirinya serta

menikmati pengalaman artistik dan ekspresif di samping akuisisi pengetahuan dan

kerja. Sekolah harus menggabungkan pendidikan untuk otonomi pribadi yang

rasional, pengembangan masyarakat dan berkontribusi sosial untuk kebahagiaan,

kesejahteraan, dan kedamaian sehingga setiap peserta didik dapat memperkaya

masyarakat dimana dia menjadi bagian dari masyarakat, sebagai pemberi, pemimpin

dan inovator, serta sebagai seorang pewaris dan penerima budaya adiluhung.

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa SMK harus mencari dan

menemukan sebuah pendekatan untuk membangun dan menawarkan kurikulum,

kegiatan belajar dan mengajar yang akan berkonsentrasi tidak hanya pada

kompetensi kejuruan, kapasitas ekonomi dan keterampilan manajemen tetapi juga

pada nilai-nilai manusiawi. Untuk itu semua sivitas di SMK perlu: (1) memahami

dan menghargai sejarah masyarakatnya, warisan budaya dan tradisi masyarakat; (2)

Page 5: NILAI PENDIDIKAN KEJURUAN dan PENDIDIKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/657/1/023-Makalah-Nilai_Pendidikan_Kejuruan.pdf · fisik, moral, dan juga kebutuhan masa depan untuk hidup nyaman,

5 | P a g e

mengembangkan toleransi dan simpati untuk memiliki dan kemauan untuk bekerja

dan hidup dengan orang-orang lain dari berbagai latar belakang, kepentingan dan

gaya hidup; (3) mengembangkan rasa menghormati orang lain, mempertimbangkan

kepentingan mereka dan peka dalam melakukan hubungan interpersonal,

berkomunikasi dan menjada etika kesopanan; (4) mengambil peran dalam aktivitas

seni dan budaya, dan kesempatan yang mereka tawarkan untuk imajinasi dan

kreativitas; (5) menghargai pentingnya etika dalam bisnis, berkarya, melakukan

penciptaan, olahraga dan hubungan pribadi; (6) mandiri dan rasional; (7) menerima

pencarian makna yang ditawarkan oleh agama, budaya, adat-istiadat, humanisme,

dan lainnya yang dihargai sebagai sikap hidup bersama.

E. Tantangan dan Strategi Pengembangan Pendidikan Nilai di SMK

Dalam tatanan masyarakat industri global yang terbuka (global village),

penuh persaingan, dan berubah secara cepat karena pengaruh teknologi informasi

dan komunikasi maka pengembangan pendidikan nilai di SMK akan dihadapkan

kepada permasalahan penataan pengaruh konteks individualisasi, lokalisasi, dan

globalisasi (Pascoe, 2007; Cheng, 2005). Pengembangan pendidikan nilai kejuruan

berkarakter industri di SMK perlu memperhatikan aspek kecerdasan teknologi,

ekonomi, sosial, politik, dan lingkungan budaya sebagai perspektif dasar.

Menurut Cheng (2000), dalam millennium baru ada beberapa globalisasi

yaitu: globalisasi teknologi, globalisasi ekonomi, globalisasi sosial, globalisasi

politik, globalisasi budaya, dan globalisasi belajar. Bagaimana pendidikan harus

responsif terhadap tren dan tantangan globalisasi telah menjadi perhatian utama

dalam kebijakan di tahun-tahun (Cheng,2005). Globalisasi mengacu pada transfer,

adaptasi, dan pengembangan nilai-nilai, pengetahuan, teknologi, dan norma-norma

perilaku di seluruh negara dan masyarakat di berbagai belahan dunia. Fenomena

khas dan karakteristik yang terkait dengan globalisasi termasuk pertumbuhan

jaringan global (misalnya internet, dunia ecommunication luas, dan transportasi),

transfer global dan bersatu dalam teknologi, aliansi ekonomi, sosial, politik, budaya,

kompetisi, kerjasama internasional dan pertukaran pelajar, desa global, integrasi

multi-budaya, dan penggunaan standar internasional.

Lokalisasi mengacu pada transfer, adaptasi, dan pengembangan nilai-nilai

terkait, pengetahuan, teknologi, dan norma-norma perilaku dari/ke konteks lokal.

Page 6: NILAI PENDIDIKAN KEJURUAN dan PENDIDIKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/657/1/023-Makalah-Nilai_Pendidikan_Kejuruan.pdf · fisik, moral, dan juga kebutuhan masa depan untuk hidup nyaman,

6 | P a g e

Implikasi dari lokalisasi pendidikan nilai adalah untuk memaksimalkan relevansi

pendidikan nilai untuk pembangunan daerah dan membawa dukungan masyarakat

dan sumber daya, kemitraan lokal, dan kolaborasi dalam belajar, mengajar, dan

sekolah. Individualisasi mengacu pada transfer, adaptasi, dan pengembangan nilai-

nilai eksternal yang terkait, pengetahuan, teknologi, dan norma-norma perilaku

untuk memenuhi kebutuhan individu..

Kendati globalisasi menciptakan banyak kesempatan untuk berbagi

pengetahuan, teknologi, nilai-nilai sosial, dan norma perilaku yang mempromosikan

perkembangan individu, organisasi, dan masyarakat, nilai-nilai lokal tetap harus

menjadi basis penyaring. Penciptaan nilai yang dapat meningkatkan efisiensi dan

produktivitas melalui pengaruh global dan saling mendukung untuk melayani

kebutuhan lokal dan pembangunan manusia perlu dicari dan dibudayakan.

Nilai-nilai pengetahuan lokal adalah pengetahuan yang telah diuji berlaku

dalam konteks lokal dan merupakan akumulasi dari masyarakat setempat. Untuk

menemukan manfaat yang maksimal maka SMK dapat belajar dari nilai-nilai global

untuk mengembangkan nilai-nilai lokal dan mendukung perkembangan lokal dalam

konteks globalisasi. Dalam melakukan serapan nilai global disarankan menggunakan

tiga teori yaitu: (1) teori pohon, (2) Teori Kristal, (3) Teori sangkar burung.

Teori pohon mengasumsikan seperti pertumbuhan pohon. Proses pembinaan

pengetahuan lokal seharusnya berakar pada nilai-nilai lokal dan tradisi lokal tetapi

menyerap sumber daya bermanfaat dan relevan dari sistem pengetahuan dan nilai-

nilai eksternal atau global untuk menumbuhkan seluruh nilai-nilai lokal ke dalam

sistem pengetahuan. Oleh karena itu, mengembangkan nilai-nilai lokal melalui

kebutuhan pendidikan global yang beridentitas lokal dan berakar budaya lokal

membutuhkan desain kurikulum yang didasarkan pada nilai-nilai lokal dan aset

budaya lokal tetapi menyerap pengetahuan global yang cocok dan teknologi untuk

mendukung pengembangan masyarakat lokal dan individu-individu sebagai warga

negara setempat. Teori kristal berpegang kepada kunci dari proses pembinaan yaitu

dimilikinya "bibit lokal" untuk mengkristalisasikan dan menumpuk pengetahuan

global. Pembinaan nilai-nilai diarahkan untuk mengakumulasikan pengetahuan

global disekitar beberapa "bibit lokal". Teori sangkar burung berpendapat bahwa

fungsi seperti sangkar burung, proses pembinaan pengetahuan dan nilai lokal dapat

Page 7: NILAI PENDIDIKAN KEJURUAN dan PENDIDIKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/657/1/023-Makalah-Nilai_Pendidikan_Kejuruan.pdf · fisik, moral, dan juga kebutuhan masa depan untuk hidup nyaman,

7 | P a g e

terbuka untuk pengetahuan dan nilai global masuk tetapi ada upaya harus dilakukan

untuk membatasi atau konvergen perkembangan lokal dan interaksi yang

berhubungan dengan dunia luar dalam kerangka kerja tetap (yaitu dalam sangkar

burung tersebut). Ini berarti bahwa pembinaan pengetahuan lokal dalam pendidikan

global memerlukan kerangka kerja lokal (seperti sangkar burung) untuk penyaringan

pengetahuan eksternal yang masuk dan melindungi perkembangan lokal dari

pengaruh negatif global.

F. Kesimpulan

Pendidikan nilai di SMK sangat diperlukan sebagai upaya

menumbuhkembangkan eksistensi manusia pendidikan kejuruan yang

memasyarakat, berbudaya kompetensi dalam tatanan kehidupan berdimensi lokal,

nasional, regional, dan global. Dalam rangka peningkatan posisi tawar maka SMK

kedepan harus mencari dan menemukan sebuah pendekatan untuk membangun dan

menawarkan kurikulum, kegiatan belajar dan mengajar yang berkonsentrasi tidak

hanya pada kompetensi kejuruan, kapasitas ekonomi dan keterampilan manajemen

tetapi juga pada nilai-nilai manusiawi. Nilai-nilai pengetahuan lokal adalah

pengetahuan yang telah diuji berlaku dalam konteks lokal dan merupakan akumulasi

dari masyarakat setempat. Untuk menemukan manfaat yang maksimal maka

masyarakat lokal dapat belajar dari nilai-nilai global untuk mengembangkan nilai-

nilai lokal dan mendukung perkembangan lokal dalam konteks globalisasi. Dalam

melakukan serapan nilai global disarankan menggunakan tiga teori yaitu: (1) teori

pohon, (2) Teori Kristal, (3) Teori sangkar burung.

G. Referensi

Aspin, D.N., (2007). The Ontology of Values and Values Educatio;in Aspin D.N & Chapman J.D.; Values Education And Lifelong Learning Principles, Policies, and Programs:Netherlans: Springer

Billet S.,(2009), Changing Work, Work Practice: The Consequences for Vocational Education; in Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Cheng, Y.C. (2005). New Paradigm for Re-engineering Education, Globalization, Localization and Individualization. Netherland: Springer

Emmerik I.J. H. V., Bakker A.B, Euwema M.C.. (2009). Explaining employees’ evaluations of organizational change with the job-demands resources model; Career Development International Journal Vol. 14 No. 6, 2009 pp. 594-613

Page 8: NILAI PENDIDIKAN KEJURUAN dan PENDIDIKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/657/1/023-Makalah-Nilai_Pendidikan_Kejuruan.pdf · fisik, moral, dan juga kebutuhan masa depan untuk hidup nyaman,

8 | P a g e

Gill,I.S.,Fluitman.F.,& Dar.A. (2000). Vocational Education and Training Reform, Matching Skills to Markets and Budgets.Washington: Oxford University Press

Heinz .W.R (2009). Redefining the Status of Occupations; in Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Herschbach D.R. (2009) Overview: Navigating the Policy Landscape: Education, Training and Work, 869–890: Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Hiniker L.A. and Putnam,R.A. (2009). Partnering to Meet the Needs of a Changing Workplace; in Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Hollander A. & Mar N.Y (2009) Towards Achieving TVET for All: The Roleof the UNESCO-UNEVOC International Centre for Tehcnical and VocationalEducation and Training, 41–57: in Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Kellett J.B, Humphrey R.H. and Sleeth R.G.(2009) Career development, collective efficacy, and individual task performance, Career Development International Vol. 14 No. 6, 2009 pp. 534-546 q Emerald Group Publishing Limited 1362-0436

McGrath S. (2009) Reforming Skills Development, Transforming the Nation: South African Vocational Education and Training Reforms, 1994–2005: Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Rojewski. J.W (2009). A Conceptual Framework for Technical and Vocational Education and Training; in Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media.

Stumpf. S.A (2009). Promotion to partnerThe importance of relationship competencies and interpersonal style. Career Development International Vol. 14 No. 5, 2009 pp. 428-440 q Emerald Group Publishing Limited 1362-0436

Tessaring M.,(2009). Anticipation of Skill Requierements: European Activities and Approaches; In Rupert Maclean, David Wilson, Chris Chinien; International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning: Germany: Springer Science+Business Media

Thompson, John F, (1973). Foundation of Vocational Education Social and Philosophical Concepts. Prentice-Hall: New Jersey

Tilaar, H.A.R., (2002). Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia

Wagner T. (2008). The Global Achievement Gap. New York: Basic Books.