NILAI-NILAI PENDIDIKAN JASMANI (Kajian Tafsir Surat Al ...

77
NILAI-NILAI PENDIDIKAN JASMANI (Kajian Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 247) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh SITI MAESAROH NIM : 1110011000055 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Transcript of NILAI-NILAI PENDIDIKAN JASMANI (Kajian Tafsir Surat Al ...

NILAI-NILAI PENDIDIKAN JASMANI

(Kajian Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 247)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

SITI MAESAROH

NIM : 1110011000055

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

LEⅣIBAR PERSETUJUAN DOSEN PEⅣ IBIルIBING

NILAI-NILAI PENDIDIKAN JASMANI

(Kajian Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat247)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

Siti ⅣIaesaroh

ll10011000055

Dosen Pembilllbillg

Dr.Khalimin M.Ag

NIP:196505151994031006

JURUSAN PENDIDIKAN AGAⅣ 質A ISLANII

FAKULTASILMU TARBIYAⅡ DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAⅣ質NEGERI(UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438H/2017Ⅳ質

LEMBAR PENGESAⅡ AN

Skripsi beゴ udul Nilai…n■ai Pendidikan Jasmani(Kttian Tafsir Surat Al… Baqarah

Ayat 247)disuStll1 01eh Siti Macs額 Oh ll100H000055,diatllcall kcpada Falrultas IImu

Tal‐biyah dala Keglll■lal■ UIN Syarif Hidayan11lah Jalcarta dalll tcl乏■l dinyatakan lulus dalal■

Чian Munaqasah pada tal■ ggd 22 Juni 2017 di hadapal■ dewan pcntti.Karcna itu,pcl■ulis

bcrllalc memperolell gel征 Sttal■a PCndidikan(S.Pd)dalallll bidallg Pcndidikan Agalna lslal■ ■.

Jttkaia,22J■lni 2017

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Kctlla Pallitia(Kctua Jul‐ usaゴPrograll■ Studi)

Dro Abdul ⅣIalid Kl■on.ⅣIo Ag

NIP:195807071987031005

Sckretaris(SchetdS Jul‐usal■/Prodi)

Marhamah Saleh.Lc,MANIP:197203132008012010

Pengu〕 lI

Drso Achmad Gholibo M.AgNIP:195410151979021001

Pengu」 l II

Dro Abdul Mttid Khon、 M.AgNIP:195807071987031005

恥「

.%=。あ17

N4er-rgctal-iui :

わ.三 Q6...わ17

LEルlBAR PERNYATAAN KARYA ILⅣIIAH

Yang berlanda tangan dibawah ini

Nama

NIM

Jurusan

Nanra

NIP

Dernikian

menenma

serrcliri .

:Sitiヽ4acsaroh

:1110011000055

:Pendidikan Agalllla lslam

ⅣIENYATAKAN DENGAN SESUNGGUⅡ NYA

Bahwa skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Jasmani (Kajian Tafsir

Surat Al-Baqarah Ayat 247) adalah benar hasil karya sendiri di bawah

bimbingan dosen

:Dr.01alimi,M Ag

: 19650515199403 1 006

sutat per-nyataan ini sa1,a br-rat dengan sesungguhnya dan saya siap

segala konsekuensi apabila teibukti skripsi ini bukan hasil karya

Jakarla. 13 Juni 2017

Mahasislva

NINI:1110011000055

Siti Maesaroh

i

ABSTRAK

Nama : Siti Maesaroh

NIM : 1110011000055

Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Jasmani (Kajian Tafsir Surat Al

Baqarah Ayat 247)

Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan, di dalamnya menjelaskan

berbagai aspek-aspek kehidupan termasuk mengenai pendidikan. Setiap ayat yang

disebutkan di dalam al-Qur’an mempunyai makna dan nilai-nilai yang berarti, dan

nilai-nilai yang terkandung adalah sebagai pembelajaran dan pendidikan bagi

umat manusia. Sebagai pedoman dan tuntunan hidup, al-Qur’an diturunkan oleh

Allah bukan sekedar untuk dibaca tekstual melainkan dipahami dan diamalkan.

Penelitian skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif melalui penelusuran

data-data kepustakaan atau library research. Library research yaitu serangkaian

kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca

dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Adapun metode yang digunakan

dalam pembahasan ayat adalah metode tafsir lili yaitu metode tafsir yang

digunakan oleh para mufassir dalam menjelaskan kandungan ayat al-Qur’an dari

berbagai seginya dengan memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana yang

tercantum dalam mushaf. Dimulai dengan menyebutkan ayat-ayat yang akan

ditafsirkan, menjelaskan makna lafaz yang terdapat di dalamnya, dan menjelaskan

isi kandungan ayat. Sedangkan metode pembahasannya menggunakan metode

deskriptif-analisis dengan cara mengumpukan data, analisis data kemudian

menarik kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa dalam al-Qur’an surat al-

Baqarah ayat 247 terdapat nilai-nilai pendidikan jasmani. Meliputi: 1. Pendidikan

Olahraga 2. Pendidikan Kebersihan yaitu kebersihan badan, kebersihan pakaian,

dan kebersihan lingkungan 3. Pendidikan Kesehatan yaitu olahraga fisik yang

proporsional, pola makan, dan pola tidur atau istirahat.

Kata Kunci : Nilai, Pendidikan, Jasmani.

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulill ir bbil’âlamin, tidak ada ungkapan yang lebih indah untuk

diungkapkan selain rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT, sang

pemilik takdir. Yang memberikan nikmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar

sarjana program strata satu (S1) jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

All umm S lli ‘ l Mu mm d, shalawat beriring salam selalu tercurah

kepada junjungan mulia Nabi Muhammad SAW. Seorang inspirator, kreator,

proklamator panji-panji Islam, sang pemimpin, sang pencerah bagi umat Islam.

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa

penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, dukungan, motivasi

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-

besarnya khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sekaligus Dosen Pembimbing Akademik.

3. Marhamah Saleh, Lc. MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Khalimi, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing, mendidik, memberikan saran dan motivasi, serta mengarahkan

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama

di bangku perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan

mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

iii

6. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas segala

kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang

mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Teristimewa untuk kedua Orang Tua penulis yaitu Ayahanda Kasiman dan

Ibunda Rukayah yang memberikan kasih sayang, nasehat, semangat, do’a,

dan terus mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kakakku Abdul Fallah (Alvi Jamaludin) serta keluarga besar penulis yang

telah banyak membantu dan memberikan motivasi selama penulisan skripsi

ini.

9. Sahabat seperjuangan Muhannimah, Nur Fitriyani, Albert Ferdinand, Ali

Baidurus dan seluruh keluarga besar P20AI, terimakasih atas dukungan,

bantuan dan motivasinya kepada penulis.

10. Keluarga besar Bimbel Rangking khususnya Ka Ade dan Ka Neneng yang

telah berbaik hati memberikan dukungan, semangat, dan motivasi kepada

penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan dan

pahala dari Allah SWT. Penulis menyatakan sebagai manusia yang tidak

sempurna, dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga apa yang telah ditulis dalam

skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Jakarta, Juni 2017

Siti Maesaroh

1110011000055

iv

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 3

C. Pembatasan Masalah .............................................................. 4

D. Rumusan Masalah ................................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ................................................................... 4

F. Manfaat Penelitian .................................................................. 5

BAB II KAJIAN TEORI

A. Nilai-Nilai Pendidikan Jasmani .............................................. 6

B. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan ........................................ 11

C. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian .................................................... 20

B. Metode Penulisan .................................................................... 20

C. Fokus Penelitian ...................................................................... 20

D. Prosedur Penelitian .................................................................. 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Surat Al-Baqarah ayat 247 ...................................... 25

1. Teks dan Terjemah Surat Al-Baqarah ayat 247 ................ 25

2. Tafsir Mufradat Surat Al-Baqarah ayat 247 ...................... 26

3. Pendapat Para Mufassir Tentang Surat Al-Baqarah ayat 247

............................................................................................ 28

v

B. Nilai-Nilai Pendidikan Jasmani Yang Terkandung Dalam Surat Al-

Baqarah ayat 247 ..................................................................... 34

1. Pendidikan Olahraga ........................................................... 34

a. Memanah ..................................................................... 34

b. Pacuan Kuda ................................................................ 35

c. Renang ......................................................................... 36

2. Pendidikan Kebersihan ....................................................... 37

a. Kebersihan Badan ........................................................ 38

b. Kebersihan Pakaian ..................................................... 42

c. Kebersihan Lingkungan ............................................... 43

3. Pendidikan Kesehatan ......................................................... 44

a. Olahraga Fisik Yang Proporsional ............................... 46

b. Pola Makan .................................................................. 47

c. Pola Tidur Atau Istirahat ............................................. 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 56

B. Saran ........................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 58

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam menghendaki umatnya tumbuh menjadi sosok yang kuat, yaitu kuat

secara fisik dan mental. Kekuatan ini cakupannya sangat luas. Yakni dalam

bidang kesehatan serta kebugaran jasmani dan kebersihan serta kesucian.

Apalagi Allah SWT telah mengingatkan kita untuk tidak menjadi generasi

muslim yang lemah jasmani dan rohani baik individu maupun dalam

kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam

kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan

jasmani memperlakukan individu sebagai sebuah kesatuan utuh tidak hanya

sebagai seseorang yang terpisah antara jasmani dan rohaninya. Pada

kenyataannya. Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang luas.

Titik perhatiannya adalah aspek fisiologis dan berbagai aktivitasnya. Lebih

khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak

manusia dan wilayah pendidikan lainnya; hubungan antara perkembangan

tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh

perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek

lain pada diri manusia.

Permasalahan tentang jasmani, Islam menegaskan pentingnya olahraga

untuk menciptakan generasi Rabbani yang kuat dan sehat. Oleh karenanya,

Islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-anaknya

bagaimana cara memanah, berenang, berkuda, dll jenis olahraga yang

bermanfaat untuk kesehatan individu. 1

Olahraga merupakan kebutuhan hidup manusia, apabila seseorang

melakukan dengan teratur akan membawa pengaruh yang baik terhadap

1 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),

hal. 219

2

perkembangan jasmaninya. Selain dari berguna bagi pertumbuhan kepada

perkembangan jasmani manusia, juga memberi pengaruh kepada

perkembangan rohaninya, pengaruh tersebut dapat memberikan efisiensi kerja

terhadap alat-alat tubuh, sehingga peredaran darah, pernapasan dan

pencernaan menjadi teratur.2

Rasulullah SAW bersabda:

“Orang mukmin yang kuat lebih disukai oleh Allah SWT dari pada mukmin

yang lemah. Namun begitu, kedua-duanya sama-sama mempunyai kelebihan.

Jagalah agar kamu dalam keadaan (situasi) yang bermanfaat bagi dirimu

dan mohonlah selalu pertolongan kepada Allah Ta’ala dan jangan bosan.

Jika engkau mendapat cobaan, jangan berkata : “Seandainya (tadi) aku

perbuat begini dan begitu (tentu tidak akan begini jadinya).” Tetapi

ucapkanlah : “Allah Maha Kuasa berbuat sekehendakNya.” Karena kata-

kata “law” (seandainya) memberi peluang bagi setan.”3

Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa orang mukmin yang jasmani

dan rohaninya kuat akan lebih cinta kepada Allah dari pada orang mukmin

yang lemah.

Kesehatan juga merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia demikian

sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi

manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia.

Kesehatan dalam Islam sangatlah penting, ayat al-Qur’an dan hadis

menunjukan pentingnya masalah kesehatan. Sedemikian pentingnya masalah

memelihara kesehatan dijadikan bahan pokok penelitian yaitu teori olah

tubuh atau yang dikenal mampu memberikan efek positif akan perubahan

2 John Huocks, (terj), Teori Olah Tubuh dan Efektifitasnya, (Jakarta: Media Pustaka, 1999),

Cet 2, hal. 55 3 Ma’mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim, (Malaysia: Klang Book Centre, 1995),

Cet 2, hal. 244

3

yang signifikan khususnya dalam mengeluarkan toksin-toksin jahat dalam

tubuh yang dikeluarkan oleh keringat juga air seni, dan kotoran manusia.4

Banyak cara yang ditempuh manusia untuk menjaga kesehatan dan

terhindar dari penyakit dalam hidup sehari-hari antara lain: menjaga pola

makan yang sehat juga baik. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surat

al-Maidah ayat 88 berikut:

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah

rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman

kepada-Nya.”

Cara lain untuk menuju jasmani yang sehat adalah makan dan minum

yang halal dan bergizi, pola makan dan minum yang seimbang tidak

berlebihan, istirahat yang cukup, berpakaian yang bersih, serta berperilaku

sehat dan bersih agar terhindar dari berbagai penyakit, baik penyakit lahir

maupun batin.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penulis mengangkat

permasalahan tersebut dan dituangkannya dalam skripsi dengan judul “

Nilai-Nilai Pendidikan Jasmani (Kajian Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat

247)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi

beberapa masalah yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas dalam

tulisan ini yaitu:

a. Banyak masyarakat muslim yang belum paham akan nilai-nilai pendidikan

jasmani yang terkandung dalam al-Qur’an.

b. Sedikit pengetahuan masyarakat muslim tentang nilai-nilai pendidikan

jasmani dalam al-Qur’an.

4 John Huocks, (terj), Teori Olah Tubuh dan Efektifitasnya, (Jakarta: Media Pustaka, 1999),

Cet 2, hal. 54

4

c. Sedikit masyarakat muslim dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan

jasmani dalam kehidupan sehari-hari.

d. Sedikit pengetahuan masyarakat muslim untuk menjaga kesehatan jasmani

dalam kehidupan sehari-hari.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, untuk memperjelas dan memberi

arah yang tepat dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis membatasi

pembahasannya pada masalah tentang banyak masyarakat muslim yang

belum paham akan nilai-nilai pendidikan jasmani yang terkandung dalam

al-Qur’an, yang dibatasi pada :

a. Ayat al-Qur’an yang hanya pada Q.S. Al-Baqarah ayat 247 yang

membahas nilai-nilai pendidikan jasmani.

b. Pengertian pendidikan jasmani disini adalah bagaimana cara menjaga

kesehatan jasmani dalam kehidupan sehari-hari.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan

masalah yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas dalam tulisan

ini, yaitu : Apa sajakah nilai-nilai pendidikan jasmani yang terkandung di

dalam surat al-Baqarah ayat 247?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan jasmani yang terdapat pada

Q.S. Al-Baqarah ayat 247.

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi

penulis.

5

b. Dapat mempelajari dan memahami al-Qur’an sebagai petunjuk dan

pedoman hidup manusia agar ajarannya dapat direalisasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Dapat memberikan konstribusi dalam penulisan khususnya dalam

dunia pendidikan Islam.

d. Sebagai upaya pengembangan pengetahuan untuk diri penulis maupun

bagi orang lain yang memerlukannya.

e. Penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat ditindaklanjuti oleh

penulis berikutnya.

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Nilai-Nilai Pendidikan Jasmani

1. Pengertian Nilai

Nilai dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan dengan harga dalam

arti taksiran harga, harga sesuatu, angka kepandaian, kadar, mutu atau

banyak sedikitnya isi.1

Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang

diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus

kepada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun perilaku.2

Menurut Hoffmeister, nilai adalah hubungan yang diadakan manusia

yang sedang memberi nilai antara suatu benda dengan satu ukuran. Nilai

merupakan realitas abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-

masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi

penting dalam kehidupan, sampai pada suatu tingkat, dimana sementara

orang-orang lebih siap untuk mengorbankan hidup mereka daripada

pengorbanan nilai.3

Secara filosofis, nilai sangat terkait dengan masalah etika. Etika juga

sering disebut dengan filsafat nilai yang mengkaji nilai-nilai moral

sebagai tolak ukur tindakan dan perilaku manusia dalam berbagai aspek

kehidupannya. Sumber-sumber etika dan moral bisa merupakan hasil

pemikiran hasil pemikiran, adat istiadat atau tradisi, ideologi bahkan dari

agama. Dalam konteks etika pendidikan Islam, maka sumber etika dan

nilai-nilai yang paling shahih adalah al-Qur’an dan as-Sunnah Nabi SAW

yang kemudian dikembangkan menjadi hasil ijtihad para ulama. Nilai-

nilai yang bersumber dari adat istiadat atau tradisi dan ideologi sangat

1 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani,

2001), hal. 269 2 Zakiah Darajat, dkk, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1996), hal. 260 3 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 114-115

7

rentan dan situasional. Sedangkan nilai-nilai Qur’ani yaitu nilai yang

bersumber kepada al-Qur’an dan as-Sunnah adalah kuat, karena ajaran

al-Qur’an bersifat mutlak dan universal.4

Jadi, dari beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa

nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupan

manusia sebagai acuan tingkah laku dalam kehidupan.

2. Pengertian Pendidikan

Menurut M. Ngalim Purwanto, istilah pendidikan semula berasal

dari bahasa Yunani yaitu Paedagogie yang berarti bimbingan yang

diberikan kepada anak.5 Dalam Kamus Bahasa Inggris istilah ini

diterjemahkan dengan Education yang berarti pendidikan.6 Dalam

Kamus Bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah

yang berarti pendidikan.7

Pendidikan berasal dari kata didik, lalu kata ini mendapat awalan

“men-” sehingga menjadi mendidik, artinya memelihara dan memberi

latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya

ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk

mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan

norma yang dimilikinya kepada orang lain dalam dasar masyarakat.

Proses pemindahan nilai dan norma itu dapat dilakukan dengan berbagai

cara, diantaranya melalui:

4 Said Agil Husin al-Munawar, Aktualitas Nilai-Nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan

Islam, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), hal. 3 5 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1994), Cet. 3, hal. 3 6 Andreas Halim, Kamus Lengkap 10 Milyar, (Surabaya: Sulita Jaya, 1999), hal. 99

7 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa Dzuriyyah),

hal. 137

8

a. Pengajaran

Proses pemindahan nilai dan norma berupa (ilmu) pengetahuan dari

seorang guru kepada murid atau murid-muridnya dari suatu generasi

ke generasi berikutnya.

b. Pelatihan

Dilaksanakan dengan jalan membiasakan seseorang melakukan

pekerjaan tertentu untuk memperoleh keterampilan mengerjakan

suatu pekerjaan.8

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1, dinyatakan bahwa “Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”9

Dalam pengertian dasar, pendidikan adalah proses menjadi yakni

menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan

dengan bakat, watak, kemampuan dan hati nuraninya secara utuh.

Pendidikan tidak dimaksudkan untuk mencetak karakter dan kemampuan

peserta didik sama seperti gurunya. Proses pendidikan diarahkan pada

proses berfungsinya semua potensi peserta didik secara manusiawi agar

mereka menjadi dirinya sendiri yang mempunyai kemampuan dan

kepribadian unggul.

Oleh karena itu pendidikan tidak boleh menjadikan manusia asing

terhadap dirinya dan asing terhadap hati nuraninya. Pendidikan tidak

boleh melahirkan sikap, pemikiran dan perilaku semu. Pendidikan tidak

8 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005), hal. 179-180 9 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI, Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional;Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2009), hal. 3

9

boleh menjadikan manusia berada diluar dirinya. Pendidikan harus

mampu menyatukan sikap, pemikiran, perilaku, hati nurani, dan

keimanan menjadi satu kesatuan yang utuh.10

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pendidikan diatas. Jadi,

menurut penulis arti pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh

seseorang kepada orang lain untuk mengembang potensi yang

dimilikinya, agar tercipta kepribadian yang diharapkan dan proses

pendidikan ini dilakukan terus menerus sepanjang masa, agar yang

diharapkan tercapai dengan sempurna.

3. Pengertian Pendidikan Jasmani

Obyek dari pendidikan yang dimaksud disini adalah jasmani

manusia, yang kemudian diharapkan dari hasil usaha yang bersifat

bimbingan dan pemeliharaan itu dapat mencapai tujuan yaitu tubuh yang

sehat dan kuat (basthah fii al-jismi).11

Sedangkan, pendidikan jasmani adalah pendidikan yang

mengutamakan jasmani kita, kekuatan tubuh dan juga kekuatan mental

kita dalam menghadapi dunia luar.

Pendidikan jasmani adalah pendidikan tingkat lanjut yang tidak bisa

sembarangan dilakukan. Pendidikan ini bertujuan untuk membentuk fisik

dan mental yang kuat supaya kita bisa menjadi manusia “tahan banting”

dan manusia yang bermental kuat.

Pendidikan jasmani dapat dicapai dengan cara melatih gerak badan

(olahraga, bela diri, dll), pola makan dan minum yang teratur dan bergizi

dan juga istirahat yang cukup agar sehat dan berkembang fisik kita.

Pendidikan fisik (jasmani) saling terkait dengan pendidikan rohani

(spiritual), karena keadaan jasmani tidak terlepas tetapi bahkan saling

mempengaruhi dengan keadaan rohani manusia, dan pendidikan itu

10

Dedi Mulyasa, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), hal. 2 11

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

hal. 286

10

sebenarnya merupakan pendidikan keseluruhan atau pendidikan

kepribadian, maka tidak mengherankan jika pendidikan jasmani juga

besar sekali gunanya bagi pembentukan kerohanian.12

a. Pengembangan Kualitas Fisik (Jasmani)

Pengembangan kualitas fisik bagi generasi muda antara lain

dengan cukupnya asupan makanan dan minuman yang mengandung

gizi, aktif berolah raga dan hal terkait lainnya. Dalam Islam semua

makanan dan minuman harus yang halal dan baik (halalan tayyiban).

Makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia

sangat mempengaruhi kesehatan dan kebugaran fisiknya, bahkan

dalam Islam M. Quraish Shihab mengatakan makanan halal adalah

makanan yang tidak haram, yakni yang tidak dilarang oleh agama

memakannya. Makanan haram ada dua macam yaitu: yang haram

karena zatnya, seperti babi, bangkai, darah, dan yang haram karena

sesuatu yang bukan zatnya, seperti makanan yang tidak diizinkan

oleh pemiliknya untuk dimakan atau digunakan. Sementara itu yang

dimaksud dengan tayyiban menurut Abdurrahman bin Nasir as-Sa’di

adalah makanan yang khabis, yakni makanan yang tidak busuk,

kadaluarsa atau mengandung bakteri-bakteri yang membahayakan

kesehatan bila dikonsumsi.

Al-Qur’an sangat menekankan bahwa kualitas makanan yang

dikonsumsi manusia itu adalah kualitas makanan yang halal dan baik

yang dapat mendatangkan dan menjamin kesehatan. Namun menurut

M. Quraish Shihab tidak semua makanan yang halal otomatis tayyib

bagi kesehatan setiap orang. Jadi kualitas makanan yang halalan

tayyiban yang dipesankan oleh al-Qur’an itu mengharuskan kaum

12

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), Cet 20, hal. 151

11

muslim memahami ilmu gizi dan menjaga kualitas makanan

tayyiban dengan cara-cara yang tepat.13

b. Pengembangan Kualitas Spiritual (Rohani)

Pengembangan kualitas spiritual anak muda harus selalu terus

ditingkatkan, bahkan hal ini merupakan yang terpenting dalam

kehidupan anak muda. Seseorang yang keimanannya mengakar

semenjak muda tentunya ia akan lebih mudah dalam menjalani

kehidupan yang penuh dengan tantangan. Oleh karena itu, Islam

amat sangat memperhatikan pendidikan spiritual atau pendidikan

agama semenjak usia dini hingga mencapai usia dewasa.14

B. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

1. Pendidikan Jasmani

a. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai

individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar

dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh

kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan,

dan pembentukan watak.

Pendidikan jasmani adalah salah satu tahap dari keseluruhan

proses pendidikan yang berkenaan dengan perkembangan dan

penggunaan gerak individu yang dilakukan atas kemauan sendiri

serta bermanfaat, dan dengan reaksi atau respon yang terkait

langsung dengan mental, emosional dan sosial.15

Pendidikan jasmani adalah salah satu segi pendidikan yang

sungguh penting, yang tidak dapat terlepas dari segi-segi pendidikan

13

Muchlis M. Hanafi, Pendidikan, Pembangunan Karakter, dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), hal. 355 14

Muchlis M. Hanafi, Pendidikan, Pembangunan Karakter, dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), hal. 357 15

Mahmud, dkk, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga, (Jakarta: Akademia, 2013),

hal. 197

12

yang lain. Bahkan, dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani itu

merupakan salah satu alat yang utama bagi pendidikan rohani.

Pendidikan jasmani yang diutarakan disini bukanlah mata

pelajaran gerak badan, melainkan pendidikan yang erat besangkut-

paut dengan pertumbuhan dan kesehatan jasmani.16

b. Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan jasmani dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Untuk menjaga dan memelihara kesehatan badan, seperti alat-

alat pernapasan, peredaran darah, pencernaan makanan, melatih

otot-otot dan urat-urat saraf, melatih kecekatan dan ketangkasan.

2) Membentuk budi pekerti anak-anak, seperti melatih kesabaran,

keberanian, kejujuran, sportivitas, taat kepada peraturan-

peraturan, kesukaan dan kerajinan bekerja.

3) Memupuk perasaan kesosialan, seperti tolong-menolong,

bekerja sama, setia kawan (solidaritas), dan yang umumnya

dapat dicapai dengan permainan-permainan rombongan, dan

bekerja kelompok.

4) Memupuk perkembangan fungsi-fungsi jiwa, seperti kecerdasan,

ingatan, perasaan, dan kemauan.17

2. Kesehatan

a. Pengertian Kesehatan

Organisasi kesehatan dunia (WHO), sebagaimana disebutkan

M.K Tadjudin mendefinisikan kesehatan sebagai berikut: Kesehatan

adalah sebuah pernyataan tentang keadaan fisik, mental dan sosial

yang baik (sejahtera) secara lengkap, tidak hanya semata-mata

berkenaan dengan tidak adanya penyakit atau kelemahan. Oleh sebab

16

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), hal. 151 17

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), hal. 152

13

itu secara lebih operasional, kesehatan dirumuskan sebagai berikut:

Kesehatan adalah keadaan atau kualitas organisme manusia yang

mampu menjalankan fungsinya dengan baik karena faktor genetika

atau lingkungan. Dengan demikian, kesehatan adalah totalitas yang

menunjukkan tidak adanya penyakit dan organ-organ tubuh

berfungsi secara normal.18

Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk

memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan.

Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan

kesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kaya

dengan tuntunan kesehatan.

Paling tidak, ada dua istilah literatur keagamaan yang

digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalam

pandangan Islam, sehat dan afiat.

Keduanya dalam bahasa Indonesia sering menjadi kata

majemuk sehat afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata

afiat dipersamakan dengan sehat. Afiat diartikan sehat dan kuat,

sedangkan sehat sendiri antara lain diartikan sebagai keadaan baik

segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).

Tentu pengertian kebahasaan ini berbeda dengan pengertian

dalam tinjauan ilmu kesehatan yang memperkenalkan istilah-istilah

kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan masyarakat.

Walaupun Islam mengenal hal-hal tersebut, namun sejak dini

perlu digarisbawahi satu hal pokok berkaitan dengan kesehatan,

yaitu melalui pengertian yang dikandung oleh kata afiat.

Istilah sehat dan afiat masing-masing digunakan untuk makna

yang berbeda, kendati diakui tidak jarang hanya disebut salah

satunya (secara berdiri sendiri), karena masing-masing kata tersebut

dapat mewakili makna yang terkandung oleh kata yang tidak disebut.

18

Muchlis M. Hanafi, Kesehatan dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Lajnah Pentashihan

Mushaf Al-Qur’an, 2010), hal. 371

14

Pakar bahasa al-Qur’an dapat memahami dari ungkapan sehat

wal afiat bahwa kata sehat berbeda dengan kata afiat, karena kata wa

yang berarti “dan” adalah kata penghubung yang sekaligus

menunjukkan adanya perbedaan antara yang disebut pertama (sehat)

dan yang disebut kedua (afiat). Atas dasar itu dipahami adanya

perbedaan makna di antara keduanya.

Dalam Kamus Bahasa Arab, kata afiat diartikan sebagai

perlindungan Allah untuk hambaNya dari segala macam bencana

dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak dapat diperoleh secara

sempurna kecuali bagi mereka yang menjalankan petunjuk-

petunjukNya. Maka kata afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya

anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap

anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang

sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa

menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat

melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta

mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena

itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata.19

Dalam pandangan agama, kesehatan merupakan kemaslahatan

duniawi yang harus dijaga selagi tidak bertentangan dengan

kemaslahatan ukhrawi atau kemaslahatan yang lebih besar.

Kesehatan, kedokteran dan semacamnya telah menyangkut

kepentingan umum yang dalam pandangan Islam merupakan

kewajiban (fardhu kifayah) bagi kaum muslimin.

Pada dasarnya, agama sangat menganjurkan kesehatan, sebab

apa yang dapat dilakukan oleh seseorang dalam keadaan sehat lebih

banyak daripada yang dapat dilakukannya dalam keadaan sakit.

Manusia dapat beribadah, berjihad, berdakwah, dan membangun

19

Muhammad Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai

Persoalan Umat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005), hal. 181-182

15

peradaban dengan baik, jika faktor fisik berada dalam kondisi yang

kondusif. Jadi, kesehatan fisik secara tidak langsung merupakan

faktor yang cukup menentukan bagi tegaknya kebenaran dan

terwujudnya kebaikan.

Dengan demikian, maka jelas bahwa agama mengajarkan

hidup sehat dan menggunakan kesehatannya itu untuk sesuatu yang

baik. Kondisi terbaik yang paling diimpikan oleh agama bagi

kehidupan masyarakat adalah kebaikan dalam kesehatan.20

b. Macam-macam Kesehatan

1) Kesehatan Fisik

Identitas seorang muslim yang disebut oleh al-Qur’an

adalah “al qawiyyul amin” (yang kuat dan sejahtera). Dalam hal

ini Rasulullah SAW bersabda:

“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai

oleh Allah daripada seorang mukmin yang lemah”. (HR.

Muslim)21

Telah disinggung bahwa dalam tinjauan ilmu kesehatan

dikenal berbagai jenis kesehatan, yang diakui pula oleh pakar-

pakar Islam.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Musyawarah

Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai

“ketahanan jasmaniah, ruhaniah, dan sosial yang dimiliki

manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan

mengamalkan (tuntunanNya) dan memelihara serta

mengembangkannya”.

Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda

Nabi Muhammad SAW yang artinya “Sesungguhnya badanmu

mempunyai hak atas dirimu”. (HR. Bukhari)

20

Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 302-303 21

Ahmad Syauqi Al Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

1996), hal. 81

16

Demikian Nabi SAW menegur beberapa sahabatnya yang

bermaksud melampaui batas beribadah, sehingga kebutuhan

jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu.

Pembahasan keagamaan tentang kesehatan fisik dimulai

dengan meletakkan prinsip “Pencegahan lebih baik daripada

pengobatan”.22

Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian

banyak petunjuk al-Qur’an dan Sunah Nabi SAW yang pada

dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.

Perintah menutup hidangan, mencuci tangan sebelum

makan, bersikat gigi, larangan bernafas sambil minum, tidak

kencing atau buang air di tempat yang tidak mengalir atau di

bawah pohon, adalah contoh-contoh praktis dari sekian banyak

tuntunan Islam dalam konteks menjaga kesehatan. Bahkan

sebelum dunia mengenal karantina, Nabi Muhammad SAW

telah menetapkan dalam satu sabda yang artinya “Apabila kalian

mendengar adanya wabah di suatu daerah, janganlah

mengunjungi daerah itu, tetapi apabila kalian berada di daerah

itu, janganlah meninggalkannya”. (HR. Muttafaq Alaihi)

Ditemukan juga peringatan bahwa perut merupakan sumber

utama penyakit, “Al-ma’idat bait adda”. Dan karena itu,

ditemukan banyak sekali tuntunan baik dari al-Qur’an maupun

hadis Nabi SAW yang berkaitan dengan makanan, jenis maupun

kadarnya.

Al-Qur’an juga mengingatkan, “Makan dan minumlah, dan

jangan berlebih-lebihan. Allah tidak senang kepada orang yang

berlebih-lebihan”. (QS. Al-A’raf: 31)

Perlu pula digarisbawahi bahwa sebagian pakar, baik

agamawan maupun ilmuwan berpendapat bahwa jenis makanan

22

Muhammad Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai

Persoalan Umat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005), hal. 183

17

dapat mempengaruhi mental manusia. Al-Harali menyimpulkan

hal tersebut setelah membaca firman Allah yang mengharamkan

makanan dan minuman tertentu karena makanan dan minuman

tersebut rijs.

“Kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir

atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor”. (QS.

Al-An’am: 145)

Kata rijs diartikan sebagai keburukan budi pekerti atau

kebobrokan mental. Pendapat serupa dikemukakan antara lain

oleh seorang ulama kontemporer Syaikh Taqi Falsafi yang

mengutip pendapat Alexis Carrel dalam bukunya Man the

Unknown. Peraih nobel bidang kedokteran ini menulis bahwa

pengaruh campuran kimiawi yang dikandung oleh makanan

terhadap aktivitas jiwa dan pikiran manusia belum diketahui

secara sempurna, karena belum diadakan eksperimen dalam

waktu yang memadai. Namun tidak dapat diragukan bahwa

perasaan manusia dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas

makanan.23

2) Kesehatan Mental

Nabi SAW juga mengisyaratkan bahwa ada keluhan fisik

yang terjadi karena gangguan mental. Seseorang datang

mengeluhkan penyakit perut yang diderita saudaranya setelah

diberi obat berkali-kali tetapi tidak kunjung sembuh, dinyatakan

oleh Nabi SAW bahwa “Perut saudaramu berbohong”

(HR.Bukhari).

23

Muhammad Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai

Persoalan Umat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005), hal. 184

18

Al-Qur’an memang banyak berbicara tentang penyakit jiwa.

Mereka yang lemah iman dinilai oleh al-Qur’an sebagai orang

yang memiliki penyakit di dalam dadanya.

Dalam al-Qur’an tidak kurang sebelas kali disebut istilah fi

qulubihim maradh.

Kata qalb atau qulub dipahami dalam dua makna, yaitu akal

dan hati. Sedang kata maradh biasa diartikan sebagai penyakit.

Secara rinci pakar bahasa Ibnu Faris mendefinisikan kata

tersebut sebagai “segala sesuatu yang mengakibatkan manusia

melampaui batas keseimbangan atau kewajaran dan mengantar

kepada terganggunya fisik, mental, bahkan kepada tidak

sempurnanya amal seseorang”.

Dari sini dapat dikatakan bahwa al-Qur’an memperkenalkan

adanya penyakit-penyakit yang menimpa hati dan yang

menimpa akal.

Penyakit-penyakit akal yang disebabkan bentuk berlebihan

adalah semacam kelicikan, sedangkan yang bentuknya karena

kekurangan adalah ketidaktahuan akibat kurangnya pendidikan.

Seseorang yang tidak tahu serta tidak menyadari

ketidaktahuannya pada hakikatnya menderita penyakit akal

berganda.

Penyakit akal berupa ketidaktahuan mengantarkan

penderitanya pada keraguan dan kebimbangan.

Penyakit-penyakit kejiwaanpun beraneka ragam dan

bertingkat-tingkat. Sikap angkuh, benci, dendam, fanatisme,

loba dan kikir yang antara lain disebabkan karena bentuk

berlebihan seseorang. Sedangkan rasa takut, cemas, pesimisme,

rendah diri dan lain-lain adalah karena kekurangannya.

Karena itu Islam mendorong manusia agar memiliki kalbu

yang sehat dari segala macam penyakit dengan jalan bertobat,

dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena:

19

“Sesungguhnya dengan mengingat Allah, jiwa akan

memperoleh ketenangan”. (QS. Al-Ra’d: 28)24

Adapun ciri-ciri orang yang sehat mental adalah:

a) Memiliki iman yang menjadi landasan semua sikap dan

tingkah lakunya.

b) Mampu membebaskan dirinya dari penyakit-penyakit hati.

c) Mampu beradaptasi terhadap kenyataan (kesuksesan dan

kegagalan).

d) Mampu memperoleh kepuasan dari upaya perjuangan

hidupnya.

e) Lebih senang memberi daripada menerima.

f) Mampu menjalin hubungan dengan orang lain dan saling

menguntungkan.

g) Bebas dari kecemasan atau ketegangan.

h) Memiliki rasa setia kawan terhadap sesama.25

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang terkait dengan pembahasan nilai-nilai pendidikan

jasmani dalam surat al-Baqarah ayat 247 masih belum ditemukan. Setidaknya

di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak ditemukan skripsi yang

membahas mengenai nilai-nilai pendidikan jasmani, sehingga tidak ada hasil

penelitian yang dapat dijadikan perbandingan bagi penelitian ini.

24

Muhammad Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai

Persoalan Umat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005), hal. 188-190 25

Muchlis M. Hanafi, Kesehatan dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Lajnah Pentashihan

Mushaf Al-Qur’an, 2010), hal. 343

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Objek yang dibahas dalam penelitian ini ialah nilai-nilai pendidikan

jasmani (kajian tafsir surat al-Baqarah ayat 247). Sedangkan waktu penelitian

terhitung dari bulan Januari 2017

B. Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku pedoman penulisan

skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

C. Fokus Penelitian

Menurut Sugiyono, “batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut

fokus yang berisi pokok masalah yang bersifat umum”.1 Dengan melihat

pendapat Sugiyono maka penulis mencantumkan apa yang terdapat dalam

batasan masalah menjadi fokus penelitian dalam penulisan ini.

Adapun fokus penelitian tersebut maka penulis memfokuskan pada nilai-

nilai pendidikan fisik yang terkandung dalam surat al-Baqarah ayat 247 yang

sifatnya mendeskripsikan dan menganalisa tentang nilai-nilai pendidikan

jasmani yang terkandung dalam surat al-Baqarah ayat 247.

D. Prosedur Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian

kualitatif yaitu penelitian di mana peneliti dalam melakukan

penelitiannya menggunakan teknik-teknik observasi, wawancara atau

interview, analisis isi, dan metode pengumpulan data lainnya untuk

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2008), Cet 4, hal. 285-286

21

menyajikan respons-respons dan perilaku subjek,2 dengan menelusuri

data-data kepustakaan atau library research. Menurut Mestika Zed, studi

kepustakaan atau library research yaitu serangkaian kegiatan yang

berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan

mencatat serta mengolah bahan penelitian.3 Sementara menurut M. Iqbal

Hasan studi kepustakaan atau library research yaitu kegiatan mendalami,

mencermati, menelaah dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada

dalam kepustakaan (sumber bacaan, buku-buku referensi atau hasil

penelitian lain) untuk menunjang penelitiannya.4

2. Sumber data

Data adalah keterangan yang benar dan nyata yang dapat

dipertanggung jawabkan. Dengan kata lain adalah keterangan atau bahan

nyata yang dapat dijadikan dasar kajian, analisis atau kesimpulan.

Dengan demikian data merupakan bahan mentah yang perlu diolah

sehingga menghasilkan informasi atau keterangan tentang fenomena

yang terjadi.5 Menurut Lofland sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J.

Moleong dalam bukunya metodologi penelitian kualitatif mengatakan

bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.

Berkaitan dengan hal itu, pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam

kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.6

Adapun sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah sumber data tertulis dengan menggunakan data informasi yang

bersifat literatur kepustakaan, karena metode penelitian yang dipilih

2 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2012), Cet. 2, hal. 40 3 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004),

hal. 3 4 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2002), Cet. 1, hal. 45 5 Sri Yuliawati, Bahan Ajar Proposal Penelitian, (Jakarta: STKIP Purnama, 2009), hal. 19

6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2013), hal. 157

22

adalah library research yang sumber datanya bersumber dari buku-buku

tafsir seperti tafsir al-Misbah, Tafsir al-Qurthubi, Tafsir Ath-Thabari,

Tafsir al-Qur’an al-Aisar, Tafsir Sya’rawi dan buku-buku pendidikan

khususnya yang berhubungan dengan pembahasan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.

Teknik ini termasuk penelitian kepustakaan atau library research.

Oleh karena itu teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

study literature (book survey) yaitu bahan-bahan pustaka yang koheren

dengan objek pembahasan yang dimaksud,7 yakni mengumpulkan kitab-

kitab tafsir yang pembahasannya berkaitan dengan masalah yang akan

dikaji, kemudian mengumpulkan bahan-bahan yang terkait dengan

masalah nilai-nilai pendidikan fisik.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik pengumpulan

data ini adalah :

a. Mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan masalah yang akan

diteliti, dengan mengambil dari beberapa sumber buku yang saling

berhubungan.

b. Mengklasifikasi data-data dari sumber tersebut, yakni dengan cara

mengelompokkan data-data berdasarkan jenisnya, yaitu:

1) Sumber Data Primer

a) Al-Qur’an dan Terjemahnya.

b) Lima buku tafsir al-Qur’an: Pertama, Tafsir al-Misbah karya

Quraish Shihab. Kedua, Tafsir al-Qurthubi karya Imam al-

Qurtubi. Ketiga, Tafsir ath-Thabari karya Abu Ja’far

Muhammad bin Jarir Ath-Thabari. Keempat, Tafsir al-Qur’an

7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

cipta, 1990), hal. 24

23

al-Aisar karya Abu Bakar Jabir al-Jazairi. Kelima, Tafsir

Sya’rawi karya Muhammad Mutawally Sya’rawi.

2) Sumber Data Sekunder

a) Buku-buku yang membahas tentang pengetahuan al-Qur’an.

b) Kamus-kamus yang berisikan tentang kosa-kata al-Qur’an yang

mana isinya berupa petunjuk praktis untuk mengetahui makna

pada setiap kosa-kata al-Qur’an.

c) Buku-buku pendidikan yang khususnya membahas tentang

masalah yang akan dikaji.

d) Buku-buku tentang nilai-nilai pendidikan jasmani yang

menunjang dalam penulisan ini.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam analisis data

kualitatif, metode yang digunakan untuk membahas sekaligus sebagai

kerangka berpikir pada penelitian ini adalah analisis konteks, yaitu suatu

usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian diusahakan

pula dengan analisa dan interpretasi atau penafsiran terhadap data-data

tersebut.8

Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah

analisis data (content analysis) yaitu suatu usaha metode tafsir yang

digunakan oleh para mufasir dalam menjelaskan kandungan ayat al-

Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an

sebagaimana yang tercantum di dalam mushaf. Dimulai dengan

menyebutkan ayat-ayat yang akan ditafsirkan, menjelaskan makna lafadz

yang terdapat di dalamnya. Kemudian ayat-ayat itu dideskripsikan dan

dianalisa secara jelas, sehingga dapat diambil kesimpulan.

Adapun metode tafsir yang digunakan dalam pembahasan ayat

adalah metode tafsir tahlili (analisis), menurut Hamka Hasan metode

8 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Taristo, 2006), hal. 139

24

tafsir tahlili yaitu suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan

kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari seluruh aspeknya. Penafsir memulai

uraiannya dengan menyebutkan arti kata-kata diikuti dengan penjelasan

mengenai arti ayat. Ia juga mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-

ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama

lain. 9

Menurut Quraish Shihab munasabah yaitu adanya keserupaan dan

kedekatan di antara berbagai ayat, surah dan kalimat yang

mengakibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut dapat berbentuk

keterkaitan makna antar ayat dan macam-macam hubungan atau

kemestian dalam pikiran (nalar).10 Penafsir juga membahas mengenai

asbabun nuzul, yaitu sesuatu yang melatar belakangi turunnya satu ayat

atau lebih, sebagai jawaban terhadap suatu peristiwa atau menceritakan

sesuatu peristiwa, atau menjelaskan hukum yang terdapat dalam

peristiwa tersebut.11

Dilihat dari segi pendekatannya, metode tafsir tahlili ini ada yang

menggunakan sandaran pada hadis-hadis Rasulullah SAW, yang

selanjutnya disebut tafsir bi al-ma’tsur dan ada yang menggunakan

sandaran pada penalaran atau pendapat akal yang disebut dengan tafsir bi

al-ra’yi.12

9 Hamka Hasan, Metodologi Penelitian Tafsir Hadist, (Jakarta: Lembaga Penelitian Uin

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 4 10

Abu Anwar, Ulumul Qur’an; Sebuah Pengantar, (Jakarta: Amzah, 2009), Cet. 3, hal. 61 11

Dawud Al-Aţţar, Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1994), Cet. 1, hal. 127 12

Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), Cet. 1,

hal. 169

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Surat Al-Baqarah Ayat 247

1. Teks dan Terjemah Surat al-Baqarah Ayat 247

“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah

mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana

Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan

pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang

cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah

memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang

perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang

dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha

mengetahui.”1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya Juz 1-30, (Surabaya: Mekar

Surabaya, 2004), hal. 33

26

2. Tafsir Mufradat Surat al-Baqarah Ayat 247

Kata Nabiy berasal dari naba‟a-yanba‟u-nab‟an. Kata ini jika

berdiri sendiri mempunyai banyak pengertian antara lain, berarti

„bersuara pelan‟, „naik‟ atau „tinggi‟, dan juga berarti „menghindar dan

menjauh‟. Dari kata ini muncul bentukan yang lain, seperti anba‟a-

yunbi‟u-inba‟an yang berarti „memberitakan‟, „memberitahukan‟, serta

„mengusir dan mengasingkan‟ dan nabba‟a-yunabbi‟u-tanbi‟an yang

berarti „memberitakan dan memberitahukan‟. Kata an-naba‟ merupakan

bentuk dasar dari kata itu yang mengandung pengertian „kabar, berita,

dan keterangan‟.

Kata Malik terdiri dari huruf-huruf mim,lam dan kaf yang

rangkaiannya mengandung makna kekuatan dan keshahihan. Kata itu

pada mulanya berarti ikatan dan penguatan. Malik mengandung arti

penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengendalian dan

keshahihannya. Malik yang biasa diterjemahkan dengan raja adalah yang

menguasai dan menangani perintah dan larangan, anugerah dan

pencabutan, dan karena itu biasanya kerajaan terarah kepada manusia dan

tidak kepada barang yang sifatnya tidak dapat menerima perintah dan

larangan.

Kata „Ilm adalah bentuk mashdar dari „alima-ya‟lamu-„ilman.

Menurut Ibnu Faris, penulis buku Mu‟jam Maqayisil-Lughah, kata „ilm

mempunyai arti denotatif „bekas sesuatu yang dengannya dapat

dibedakan sesuatu dengan sesuatu lain‟. Menurut Ibnu manzhur, ilmu

adalah antonim dari „tidak tahu‟, sedangkan menurut al-Ashfahani dan

al-Anbari, „ilm adalah idrakusy-syai‟bi haqiqatih = mengetahui hakikat

sesuatu.

27

Kata Jism berarti „badan, tubuh, substansi, dan semua yang

mempunyai panjang, lebar dan kedalaman‟. Kata ini mempunyai akar

kata jim, sin, dan mim yang makna dasarnya adalah „berkumpulnya

sesuatu‟. Dari akar kata ini dibentuk kata jasim dan jusam yang berarti

„yang besar tubuhnya‟. Dan jusman yang semakna dengan jism.

Kata al-Wasi terambil dari akar kata yang menggunakan huruf-

huruf waw, sin, dan ain, yang maknanya berkisar pada antonim

kesempitan dan kesulitan. Dari sini lahir makna-makna seperti kaya,

mampu, luas, meliputi, langkah panjang dan sebagainya. Allah wasi‟

dalam arti ilmuNya mencakup segala sesuatu dan rahmatNya pun wasi‟

dengan keanekaragamannya.

Kata Alim terambil dari kata „ilm yang menurut pakar-pakar bahasa

berarti „Menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaannya yang

sebenarnya‟. Bahasa Arab menggunakan semua kata yang tersusun dari

huruf-huruf „ain, lam, dan ,mim dalam berbagai bentuknya untuk

menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga tidak

menimbulkan keraguan. Allah SWT dinamai Alim karena

pengetahuanNya yang amat jelas sehingga terungkap bagiNya hal-hal

yang sekecil apapun.2

2 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur‟an: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati,

2007), hal. 676

28

3. Pendapat Para Mufassir Tentang Surat al-Baqarah Ayat 247

“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah

mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana

Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan

pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang

cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah

memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang

perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang

dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha

mengetahui.”

Surat al-Baqarah (sapi betina) adalah surat kedua dalam al-Qur‟an.

Surat ini terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata dan 25.500 huruf dan tergolong

pada surat Madaniyah. Sebagian besar ayat dalam surat ini diturunkan

pada permulaan hijrah, kecuali ayat 281 yang diturunkan di Mina saat

peristiwa haji wada. Surat ini merupakan surat terpanjang dalam al-

Qur‟an. Surat ini dinamai al-Baqarah yang artinya sapi betina karena di

dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang

diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74). Surat ini juga

dinamai Fustatul Qur‟an (puncak al-Qur‟an) karena memuat beberapa

hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain. Dinamai juga surat

Alif Lam Mim karena surat ini dimulai dengan huruf Arab Alif Lam dan

Mim.

29

Kandungan dalam isi surat ini meliputi tiga golongan manusia

(mukmin, kafir, munafik) dalam al-Qur‟an (ayat 1-20), keesaan dan

kekuasaan Allah (ayat 21-39), peringatan Allah kepada Bani Israil (ayat

40-141), Ka‟bah adalah kiblat bagi kaum muslimin (ayat 142-214),

beberapa hukum syariat (ayat 215-252), tentang Rasul-rasul dan

kekuasaan Allah (ayat 253-260) dan lain sebagainya.

Ayat ini menerangkan mengenai kisah pengangkatan Thalut

sebagai raja Bani Israil. Allah menceritakan kisah ini dengan sangat

indah, dimana orang yang berpendidikan dan mempunyai fisik kuatlah

yang pantas menjadi pemimpin dan melaksanakan titah sebagai khalifah

fil ardl.3

Ayat 247 ini mencakup penolakan para pemuka bani Israel atas

terpilihnya Thalut sebagai pemimpin mereka dengan alasan bahwa dia itu

seorang yang miskin, berasal dari keluarga yang tidak terpandang,

sementara mereka lebih berhak atas posisi itu, Nabi mereka menjawab

pernyataan itu dengan firman Allah:

"Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu

yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan

kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-

Nya lagi Maha mengetahui.4

Bani Israel meminta kepada Nabi mereka untuk mengutus seorang

raja. Sebenarnya Nabi dengan mudah memilih salah satu dari mereka

untuk menjadi raja, tapi Nabi ingin menanamkan rasa hormat mereka

kepada raja mereka dengan ungkapan,

3 Ahmad Izzan, Tafsir Pendidikan, (Banten: Pustaka Aufa Media), hal. 196-197

4 Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur‟an Al-Aisar, (Jakarta: Darus Sunnah,

2006), hal. 413

30

“Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.”

Ungkapan ini sekaligus mengindikasikan bahwa memilih Thalut

sebagai raja bukan berasal dari Nabi karena ia manusia seperti mereka

yang bisa salah dalam memilih, tapi yang memilihnya adalah Allah,

Tuhan yang maha mengetahui. Tapi apa jawaban mereka?

"Bagaimana Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak

mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi

kekayaan yang cukup banyak?"

Bagaimana ia bisa menjadi raja kami sedangkan kami lebih pantas

bila dibandingkan dengan dirinya yang miskin. Pertanyaan ini sangat

arogan dan mengalihkan permasalahan dari topik sebenarnya, walaupun

tidak sesuai dengan keinginan dan kemaslahatan mereka.5

Muncul kebiasaan mereka dalam pembangkangan terhadap para

Nabi dan terhadap perintah Allah SWT. Mereka berkata maksudnya

dari segi apa? Dengan demikian berada pada posisi nashab sebagai

zharf (menunjukkan tempat), padahal kami dari keturunan raja-raja,

sedangkan dia bukan dari keturunan raja-raja dan dia orang yang fakir.6

Mereka menginginkan pemimpin yang kaya sedangkan mereka

menghadapi perang yang membutuhkan pemimpin yang arif dan

bijaksana serta tidak perlu kaya raya. Allah telah memilihkan seorang

raja untuk memenuhi kemaslahatan mereka, tapi mengapa mereka

menolak. Selain karena faktor miskin, dari ungkapan:

5 Syekh Muhammad Mutawally Sya‟rawi, Tafsir Sya‟rawi, (Jakarta: Duta Azhar, 2004),

hal. 772-773 6 Syaikh Imam al-Qurtubi, Tafsir al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hal. 530

31

“Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan

daripadanya” dapat dipahami bahwa Thalut bukan tokoh masyarakat.

Biasanya pemimpin dipilih dari tokoh masyarakat terkenal,

makanya mereka menduga bahwa satu diantara mereka pasti akan dipilih.

Tapi, ternyata sesuatu terjadi diluar dugaan, Thalut yang berasal dari

golongan biasa bukan keturunan raja dan bukan pula tokoh masyarakat

terpilih sebagai pemimpin.

Tokoh masyarakat pada saat itu berasal dari 2 keturunan: Nabi dari

keturunan Bunyamin dan raja dari keturunan Lawi bin Yakub. Ketika

Allah memilih Thalut, mereka menelusuri 2 nasab ini dan ternyata Thalut

bukan keturunan Bunyamin dan Lawi bin Yakub.

Hal ini mengindikasikan bahwa bani Israel ketika menempatkan

seseorang didasarkan pada keturunan walaupun orang itu tidak cakap dan

pantas pada posisi tersebut.

“Allah telah memilih rajamu” Yakni: telah memilihnya dan pilihan

Allah itu adalah keputusan yang pasti berlaku. Kemudian Allah

menjelaskan kepada mereka tentang alasan pemilihan itu, yaitu bahwa

Allah telah memberikan kelebihan padanya dalam hal ilmu yang

merupakan kekayaan manusia dan modal kemuliaannya serta merupakan

alasan utama pengunggulannya.

Apakah raja itu diutus untuk bersikap arogan dan sombong? Pada

saat terpilihnya Thalut yang berasal dari rakyat biasa tersirat pesan Allah

kepada mukmin agar ketika memilih pemimpin menjauhkan faktor

kekayaan, keturunan, dan pangkat, tapi hendaklah dipilih orang yang

paling pantas dari orang-orang yang berpengalaman.

32

Dari ayat ini

“Menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.”

Maksudnya: Sesungguhnya Allah menganugerahinya ilmu yang

luas dan tubuh yang perkasa, dan memberinya ilmu lebih dari orang-

orang yang Dia ajak bicara waktu itu. Hal ini karena Allah memberikan

wahyu kepadanya. Sedangkan dari sisi tubuh, sesungguhnya Allah

melebihkan tingginya dibandingkan yang lain.7

Bani Israel lupa bahwa mereka butuh raja yang memiliki 2 sifat,

yaitu gagah dan berwawasan luas. Pilihan Allah atas Thalut sesuai

dengan dua sifat itu.

Dari redaksi ayat ini terlihat pertama kali Allah mengatakan

Yang artinya Allah mengutus untuk kamu sekalian agar kamu tidak

merasa tersinggung bahwa Thalut lebih baik dari mereka.

“Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”

mengindikasikan, jangan kamu menduga bahwa kamu berhak menjadi

calon raja, karena permintaanmu kepada Allah menyebabkan pemilihan

mutlak berada di tangan Allah, dan Ia memutuskannya sesuka hati.

Maksud ditutupnya ayat dengan

“Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.”

Adalah Allah maha mengetahui orang yang pantas menduduki

suatu posisi sesuai dengan kemampuannya. Namun tatkala mereka masih

7 Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2008), hal. 333

33

tidak bisa menerima keberadaan Thalut, Allah memberikan mukjizat

kepadanya.8

Dari ayat ini dipahami, bahwa wewenang memerintah bukanlah

atas dasar keturunan, tetapi atas dasar pengetahuan dan kesehatan

jasmani, bahkan disini diisyaratkan bahwa kekuasaan yang direstuiNya

adalah yang bersumber dariNya, dalam arti adanya hubungan yang baik

antara penguasa dan Allah SWT. Di sisi lain, ayat ini mengisyaratkan

bahwa bila anda ingin memilih, janganlah terpedaya oleh keturunan,

kedudukan sosial, atau popularitas, tetapi hendaknya atas dasar

kepemilikan sifat-sifat dan kualifikasi yang dapat menunjang tugas yang

akan dibebankan kepada yang anda pilih itu.9 Raja ataupun pemimpin itu

hendaklah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Kekuatan fisik sehingga mampu untuk melaksanakan tugasnya

sebagai kepala negara.

2. Ilmu pengetahuan yang luas, mengetahui dimana letaknya kekuatan

umat dan kelemahannya, sehingga dapat memimpinnya dengan penuh

kebijaksanaan.

3. Kesehatan jasmani dan kecerdasan pikiran.

4. Bertakwa kepada Allah supaya mendapat taufik dariNya untuk

mengatasi segala kesulitan yang tidak mungkin diatasinya sendiri

kecuali dengan taufik dan hidayahNya.

Manusia sebagai khalifah di bumi bisa melaksanakan amanah

memakmurkan bumi jika manusia tersebut mempunyai 4 karakter di atas.

Karakter-karakter tersebut hanya bisa diperoleh dengan pendidikan yang

baik dan usaha yang terus menerus. Pendidikan jasmani akan

menghasilkan raga yang sehat, kuat dan tangguh. Pendidikan rohani akan

menghasilkan pengetahuan yang luas, akhlak yang baik dan ketakwaan

8 Syekh Muhammad Mutawally Sya‟rawi, Tafsir Sya‟rawi, (Jakarta: Duta Azhar, 2004),

hal. 772-773 9 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2000), Cet I, hal. 364

34

kepada sang Khalik. Kedua jenis pendidikan ini saling terkait dan sama

pentingnya untuk menghasilkan manusia-manusia paripurna yang bisa

mengemban amanat sebagai khalifah. Adapun harta kekayaan tidak

dimasukkan menjadi syarat untuk menjadi raja (pemimpin) karena bila

syarat-syarat yang 4 tersebut telah dipenuhi, maka mudahlah baginya

untuk mendapatkan harta yang diperlukan sebab Allah Maha Luas

pemberianNya lagi Maha Mengetahui.10

B. Nilai-Nilai Pendidikan Jasmani yang Terkandung dalam Surat al-

Baqarah Ayat 247

1. Pendidikan Olahraga

Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang agar tetap

bugar dan sehat. Olahraga dalam Islam sangat dianjurkan. Nabi

Muhammad SAW memerintahkan kepada kaum muslimin untuk tidak

mengabaikan aktivitas olahraga.11

Nabi Muhammad SAW sendiri adalah sosok yang senang

berolahraga. Beliau menganjurkan para sahabat berlatih memanah, dan

beliau sendiri adalah pemanah ulung. Beliau menganjurkan mereka

berlatih menunggang kuda, dan beliau sendiri penunggang kuda yang

lihai. Beliau menganjurkan mereka berenang, dan beliau perenang yang

mahir.12

Ada beberapa jenis olahraga yang disukai oleh Nabi Muhammad

SAW sebagaimana disebut berikut ini:

a. Memanah

Panahan atau memanah adalah suatu kegiatan menggunakan

busur panah untuk menembakkan anak panah. Bukti-bukti

10

Ahmad Izzan, Tafsir Pendidikan, (Banten: Pustaka Aufa Media), hal. 197-198

11 Ichwan Fauzi, dkk, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW dalam Ragam Gaya Hidup 1,

(Jakarta: PT Lentera Abadi, 2011), hal. 207

12 Ibnu Abdul Khakam Syukry, (terj), Sehat Jasmani Cerdas Ruhani, (Jakarta: Hikmah,

2004), Cet 1, hal. 81

35

menunjukkan bahwa sejarah panahan telah dimulai 5.000 tahun yang

lalu yang awalnya digunakan untuk berburu, lalu berkembang

sebagai senjata dalam pertempuran dan kemudian sebagai olahraga

ketepatan. Seseorang yang gemar atau merupakan ahli dalam

memanah disebut juga sebagai pemanah.

Olahraga memanah dalam Islam sangat dianjurkan. Sebab

olahraga yang satu ini menjadi salah satu cabang olahraga

kebanggaan Nabi SAW. Menurut Nabi SAW, kekuatan kaum

muslimin selain ditentukan oleh kekuatan iman dan Islam, juga

ditentukan dari kekuatan pasukan pemanah. Beberapa riwayat

berikut menjelaskan urgensitas olahraga memanah.

Uqbah Ibnu Amir ra berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW

diatas mimbar membaca ayat, “Dan siapkanlah kekuatan dan

pasukan berkuda untuk menghadapi mereka sekuat tenagamu,

ingatlah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ingat bahwa

kekuatan itu adalah memanah.” (HR. Muslim).

“Ajarkan putera-puteramu berenang dan memanah.” (HR. Ath-

Thahawi).13

b. Pacuan Kuda

Pacuan kuda adalah olahraga berkuda yang sudah ada sejak

berabad-abad yang lalu. Kuda dilatih untuk berpacu menuju garis

akhir (finish) melawan peserta lain. Contohnya adalah balap kereta

kuda yang populer di masa Romawi kuno.

Nabi SAW sangat menekankan kaum muslimin menekuni

olahraga berkuda sebagai simbol kekuatan Islam. Uqbah Ibnu Amir

ra berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW diatas mimbar membaca

ayat, “Dan siapkanlah kekuatan dan pasukan berkuda untuk

menghadapi mereka sekuat tenagamu, ingatlah bahwa kekuatan itu

13

Ichwan Fauzi, dkk, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW dalam Ragam Gaya Hidup 1,

(Jakarta: PT Lentera Abadi, 2011), hal. 210

36

adalah memanah, ingat bahwa kekuatan itu adalah memanah.” (HR.

Muslim).

Ibnu Umar ra mengatakan bahwa Nabi SAW pernah mengikuti

lomba kuda yang dikempiskan. Perlombaan dimulai dari garis

Hafaya dan berakhir di garis Tsaniyyatul Wada. Nabi juga pernah

mengikuti lomba kuda yang tidak dikempiskan perutnya, dan Ibnu

Umar adalah termasuk orang yang ikut berlomba. (HR.

Mutaffaq‟alaihi, Bukhari menambahkan bahwa Abu Sufyan berkata,

“Jarak antara Hafaya dan Tsaniyyatul Wada sekitar lima atau enam

mil dan dari Tsaniyyah hingga masjid Bani Zuraiq sepanjang satu

mil.”).

Dikatakan bahwa Rasulullah SAW pernah berlomba dengan

kuda yang sudah dipersiapkan dari daerah Hafaya dan berakhir di

lembah Wada dan pernah juga berlomba dengan kuda yang belum

dipersiapkan dari lembah Wada sampai masjid Bani Zuraiq (HR.

Muslim).14

c. Renang

Berenang adalah gerakan sewaktu bergerak di air, dan biasanya

tanpa perlengkapan buatan. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk

rekreasi dan olahraga. Berenang dipakai sewaktu bergerak dari satu

tempat ke tempat lainnya di air, mencari ikan, mandi, atau

melakukan olahraga air.

Berenang juga sangat bermanfaat untuk keperluan rekreasi dan

kompetisi. Manusia juga berenang di sungai, di danau, dan di laut

sebagai bentuk rekreasi. Olahraga renang membuat tubuh sehat

karena hampir semua otot tubuh dipakai sewaktu berenang.

Dalam sejarah disebutkan bahwa manusia sudah dapat berenang

sejak zaman prasejarah, bukti tertua mengenai berenang adalah

lukisan-lukisan tentang perenang dari zaman batu telah ditemukan di

14

Ichwan Fauzi, dkk, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW dalam Ragam Gaya Hidup 1,

(Jakarta: PT Lentera Abadi, 2011), hal. 208

37

“gua perenang” yang berdekatan dengan Wadi Sora di Gili kebir,

Mesir barat daya.

Nabi Muhammad SAW menekankan kepada kaum muslimin

untuk menekuni olahraga renang dan mengajarkannya kepada

segenap putera-puteri mereka dalam rangka melatih ketahanan

tubuh. Nabi SAW bersabda, “Ajarkan putera-puteramu berenang

dan memanah.” (HR. Ath- Thahawi).15

Poin ini sangat penting karena olahraga dapat menjaga

kesehatan tubuh dan melatih tubuh untuk mempertahankan kekuatan

dan vitalitasnya. Di sisi lain olahraga juga dapat membiasakan tubuh

untuk tetap dapat bertahan menghadapi aktifitas yang berat dan

keletihan yang kerap menghadap laju hidupnya. Olahraga juga dapat

memberi kekuatan dan kemampuan pada tubuh untuk bisa

menikmati tugas-tugas baik yang dihalalkan Allah dalam

kehidupannya, karena biasanya tubuh yang lemah tidak dapat

melakukan hal tersebut.16

2. Pendidikan Kebersihan

Al-Ghazali memandang kebersihan sebagai salah satu faktor dalam

kesehatan, bahkan ilmu kesehatan modernpun masih tetap berpendirian

bahwa kebersihan merupakan pangkal dari kesehatan.17

Kebersihan merupakan syarat utama yang harus terpenuhi dalam

setiap bentuk ibadah dalam syariat Islam. Seperti diwajibkannya anak

untuk berwudhu sebelum melaksanakan shalat. Juga perintah untuk

15

Ichwan Fauzi, dkk, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW dalam Ragam Gaya Hidup 1,

(Jakarta: PT Lentera Abadi, 2011), hal. 209

16 Aan Wahyudin, Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja, (Jakarta: Amzah, 2007),

hal. 76 17

Zainuddin, Seluk-Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal.

128

38

memakai pakaian yang bersih dan juga tempat shalat yang suci dari najis

dan kotoran yang dapat membatalkan sahnya shalat.18

Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan

lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam rangka

mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman.

Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat

adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan.

Sebaliknya, kotor tidak hanya merusak keindahan tetapi juga dapat

menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, dan sakit merupakan salah

satu faktor yang mengakibatkan penderitaan.

Memelihara kesehatan memerlukan pengetahuan tentang hakekat

hidup sehat dan menanamkan kebiasaan yang sehat serta membentuk

dasar-dasar psikologis dan semangat untuk hidup sehat. Pendidikan

dituntut untuk menumbuhkan manusia diatas prinsip kebersihan jasmani

dan bekerja dalam lingkungan yang bersih. Secara garis besar Islam

membagi kebersihan menjadi tiga macam yaitu kebersihan badan,

kebersihan pakaian dan kebersihan lingkungan19

a. Kebersihan Badan

Dalam posisinya sebagai hamba, manusia berkewajiban untuk

tunduk dan beribadah kepada Allah, seperti shalat, thawaf, membaca

al-Qur‟an dan lain-lain. Untuk melaksanakan itu semua manusia

harus suci dari hadas, baik hadas besar maupun kecil. Hadas kecil

disucikan dengan wudhu dan hadas besar dengan mandi. Kalau

dianalisa secara medis kedua-duanya adalah sebagai media

membersihkan badan. Posisi bersih (suci) dalam Islam menempati

hal yang sangat vital. Rasulullah SAW bersabda:

18

Kuswandani, dkk, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), hal.

247 19

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

hal. 291

39

Artinya : “Kebersihan itu sebagian dari iman”. (HR. Ahmad)

Adapun jika ditelusuri, hal-hal yang perlu dibersihkan dari

wudhu itu adalah sebagai berikut:

1) Kebersihan gigi, gusi dan mulut

Artinya : “Dari Aisyah r.a bahwa Nabi SAW bersabda: siwak itu

membersihkan mulut dan meredakan Tuhan”. (Diriwayatkan

oleh Nasai dan Abu Huzaimah dengan sanad yang shahih).

Bersiwak atau membersihkan gigi dengan bahan kayu siwak

merupakan salah satu bentuk perhatian khusus Nabi SAW dalam

rangka meningkatkan kualitas fisik dan kesehatan umatnya.20

Keutamaan siwak pada tiap-tiap shalat fardhu dan sunnah,

merupakan anjuran sunnah dengan memakai tangkai kayu arak

yang harum baunya, sebagaimana yang dipakai Rasulullah

harum baunya, halus seratnya dan membersihkan serat-serat

gigi. Siwak juga dapat menghilangkan bau busuk dari mulut.

Dengan mulut yang segar maka akan leluasa bergaul

dimasyarakat. Manfaat yang nyata secara medis adalah dapat

membersihkan sisa-sisa makanan yang ada dalam mulut yang

membahayakan kesehatan. Secara medis tak hanya dengan kayu

arak tetapi juga dengan pasta gigi, setiap habis makan atau satu

hari tiga kali, untuk menjaga kesehatan gigi, gusi dan mulut.21

20

Kuswandani, dkk, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), hal.

246 21

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

hal. 294

40

2) Kebersihan hidung

Artinya : “Jika seseorang diantara kamu berwudhu, hendaklah

ia membasahi hidungnya...” (HR. Bukhari)

Memasukan air kedalam hidung merupakan sunnah wudhu,

hal ini mempunyai nilai medis karena penyakit-penyakit seperti

influensa, polymiclitis, dan lain-lain, adalah disebabkan oleh

bakteri atau virus. Dengan dibasuh berkali-kali akan menarik

bakteri keluar dan membebaskan seseorang dari penyakit.

3) Kebersihan wajah

Dalam wudhu membasahi muka termasuk rukun wudhu.

Dengan wudhu wajah orang Islam berseri-seri, bercahaya,

berbeda dengan orang kafir, wajahnya kusut dan seram, karena

tensi membasuh mukanya jauh lebih jarang dibanding dengan

orang Islam.22

4) Kebersihan tangan

Tangan adalah organ tubuh yang paling mudah memindahkan

penyakit. Diantara penyakit yang mudah pindah melalui tangan

adalah desentri, gastritis, dan lain-lain. Rasulullah SAW

bersabda:

Artinya : “Dari Abi Hurairah r.a dari Nabi SAW, beliau

bersabda: lima perkara dari fitrah (kelakuan yang tetap dari

kelakuan para Nabi), yaitu khitan, mencukur rambut kemaluan,

22

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

hal. 295

41

memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan memotong kumis”.

(HR. Bukhari Muslim)

Kaitannya dengan tangan ini, Islam memberikan petunjuk

untuk mencuci tangan sebanyak tiga kali sewaktu berwudhu,

membasuh kedua tangan sebelum dan sesudah makan,

membersihkan tangan sebelum tidur, mencuci tangan setelah

tidur, mencuci tangan sebelum masuk dan keluar menjenguk

orang sakit.

5) Kebersihan rambut

Jika menengok teori Darwin bahwa manusia adalah hasil

evolusi dari binatang yang namanya kera. Maka manusia

termasuk makhluk yang berambut. Karena manusia makhluk

yang berakal maka rambut yang dimilikinya harus diatur.

Perintah tersebut dapat kita temukan dalam hadis riwayat Abu

Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang memiliki rambut, maka sebaiknya ia

memuliakannya”. (HR. Abu Daud)23

6) Kebersihan telinga

Membasuh telinga termasuk sunnah wudhu, dengan demikian

setiap orang Islam berwudhu diharapkan dibasuh telinga bagian

luar dan dalam. Karena tanpa teknis demikian maka

dimungkinkan telinga mudah terkena kotoran dan sulit untuk

dibersihkannya, tetapi dengan wudhu maka telinga bagian dalam

senantiasa terjaga kebersihannya.

7) Kebersihan kaki

Membasuh kaki dalam wudhu termasuk rukun, sedang

menyela-nyela jarinya adalah sunnah. Rasulullah SAW

bersabda:

23

Aan Wahyudin, Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja, (Jakarta: Amzah, 2007),

hal. 83

42

Artinya : “Jika kamu berwudhu, maka basuhlah sela-sela jari

kedua tangan dan kakimu”. (HR. Muslim)24

Disamping media wudhu juga ada instrumen lain yaitu mandi

yang merupakan salah satu instrumen untuk membersihkan badan

atau jasmani manusia, mandi digunakan Nabi SAW sebagai

perumpamaan ketika manusia menjalankan shalat lima waktu.

Dengan usaha wudhu dan mandi yang menghasilkan kebersihan,

implikasi dari ini semua adalah sehat, rapi dan indah. Maka kiat

selanjutnya adalah Rasulullah menyukai pakaian yang indah, dan

Allah sendiri menyukai keindahan serta membenci kesombongan.25

b. Kebersihan Pakaian

Bersih itu sehat. Artinya jika kita selalu bersih maka badan akan

sehat. Kebersihan yang harus kita jaga tidak hanya kebersihan

lingkungan kita. Tetapi yang terpenting adalah menjaga kebersihan

diri.

Begitu pentingnya kebersihan menurut islam, sehingga orang

yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan

dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana firmannya dalam surah Al-

Baqarah ayat 222 yang berbunyi :

…..

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan

menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”

Salah satu kebersihan diri yang harus diperhatikan adalah

menjaga kebersihan pakaian. Allah juga berfirman dalam surat Al-

Muddassir ayat 4 yang berbunyi:

24

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

hal. 296

25 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

hal. 297

43

“Dan pakaianmu bersihkanlah”

Pakaian harus bersih karena jika kotor akan menjadi tempat

berkembangnya kuman. Kuman-kuman dapat menimbulkan

penyakit. Pakaian yang bersih juga akan membuat badan terasa

segar.

Pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia yang mempunyai

fungsi sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh dari panas dan

dinginnya udara. Karena pakaian itu selalu melekat pada tubuh kita

maka kebersihan pakaian harus kita jaga baik dari najis maupun

kotoran lainnya dengan cara dicuci dengan air yang suci dan

mensucikan. Apalagi pakaian yang dipakai untuk beribadah kepada

Allah SWT harus suci dari najis.26

c. Kebersihan Lingkungan

Islam sangat memperhatikan kebersihan dan keindahan

lingkungan, tempat tinggal, sekitar, dan lingkungan luas secara

umum. Rasulullah melarang membuang kotoran atau mengotori

lingkungan dengan membuang air kecil atau besar disembarang

tempat, dan begitu pula membuang kotoran sejenisnya. Islam

memberikan petunjuk yang berhubungan dengan hal ini, yaitu:

1) Kebersihan rumah dan pekarangan

2) Menyingkirkan kotoran dan hambatan dari jalan

3) Kebersihan sumber mata air: sungai, sumur dan air laut yang

merupakan sumber air.

4) Larangan buang air (kotoran) di tempat umum

5) Larangan meludah disembarang tempat27

26

Wagino, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, (Depok: Arya Duta, 2010), hal.

44 27

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

hal. 302

44

Al-Ghazali berkata: Thaharah (bersuci) secara lahiriyah itu

terbagi menjadi tiga macam, yaitu thaharah dari kotoran (benda-

benda najis), thaharah dari hadas, thaharah dari kelebihan-kelebihan

anggota tubuh. Teknis membersihkannya dapat dengan wudhu dan

mandi. Lebih lanjut al-Ghazali membagi kebersihan menjadi dua:

pertama, kotoran-kotoran atau benda basah yang menempel. Kedua,

apa-apa yang tumbuh di badan yang berupa kelebihan bagian.28

Dengan demikian al-Ghazali memandang kebersihan sebagai

salah satu faktor dalam kesehatan, bahkan kesehatan modernpun

masih tetap berpendirian bahwa kebersihan merupakan pangkal

kesehatan. Oleh karena itu seharusnya pendidikan jasmani juga

menaruh perhatian besar terhadap kebersihan badan, pakaian dan

tempat tinggal serta lingkungan sekitar. Oleh karena itu jumhur

ulama sepakat bahwa kesehatan yang merupakan implikasi dari

kebiasaan, masuk dalam kategori lima pokok, yaitu agama, jiwa,

akal, kehormatan (keturunan) dan kesehatan.29

3. Pendidikan Kesehatan

Secara filosofis “sehat adalah hidup dan hidup adalah sehat” (Health

is life and life is health). Itu sebabnya kesehatan adalah dambaan seluruh

manusia. Sakit adalah kejadian yang tidak diinginkan dalam kehidupan

manusia. Pengobatan agar orang menjadi sembuh dan untuk menghindari

kematian sebagai konsekuensi terakhir dari adanya penyakit merupakan

upaya yang selalu dan akan terus menerus dilakukan oleh manusia.30

Secara ilmiah, penyakit (disease) bisa diartikan sebagai gangguan

fungsi fisiologis suatu organisme karena infeksi atau tekanan dari

lingkungan. Dengan kata lain penyakit bersifat obyektif. Adapun sakit

28

Zainuddin, Seluk-Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal.

128 29

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

hal. 304 30

Rusmin Tumanggor, dkk, Wanita dan Kesehatan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2005) hal. 1

45

(illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu

penyakit dan bersifat subyektif. Gejala subyektif ditandai dengan

perasaan yang tidak enak. Konsep “Kesehatan untuk Semua” dapat

diartikan sebagai kesehatan merupakan kebutuhan setiap individu, baik

orang yang sakit maupun yang sehat atau kebutuhan setiap manusia

apapun status dan kedudukannya. Orang sakit membutuhkan

penyembuhan (kuratif) dan orang sehat membutuhkan upaya promotif

(peningkatan), preventif (pencegahan), rehabilitatif (perbaikan), serta

konservatif (pemeliharaan). Seluruh aktifitas manusia dari bangun pagi,

beraktifitas, tidur, hingga bangun kembali di waktu berikutnya terkait dan

berpengaruh terhadap kesehatan.31

Dari segi keseimbangan, kesehatan juga dapat diartikan sebagai

keadaan seimbang yang dinamis, dipengaruhi faktor genetik, lingkungan,

pola hidup sehari-hari seperti makan, minum, kerja, istirahat dan

emosional. Apabila keadaan keseimbangan terganggu, maka akan

menyebabkan munculnya gangguan kesehatan atau status kesehatan

terganggu.32

Ajaran Islam sangat memperhatikan tentang kesehatan. Banyak

tuntunan dan petunjuk Rasulullah SAW terkait kesehatan yang

merupakan penjelasan dan sekaligus merupakan pengamalan pokok-

pokok ajaran yang ada dalam Al-Qur‟an serta tecermin dalam kehidupan

dalam hubungannya dengan keluarga, sahabat, praktek pendidikan dan

pengajaran, kehidupan pribadi dan kelompok yang dilakukan Rasulullah.

Pendidikan Rasulullah SAW tentang perilaku hidup sehat,

diantaranya adalah agar dibiasakan hidup bersih dan sehat, upaya

mencegah penyakit, memelihara kesehatan pribadi (kebersihan kulit,

31

Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2003), hal. 3-4 32

Ade Hashman, Rahasia Kesehatan Rasulullah, (Jakarta: Noura Books, 2012), hal. 46-47

46

kuku, rambut, mata, pakaian), pengaturan makan dan minum, rumah dan

lingkungan, udara, gerak dan istirahat.33

Ada beberapa jenis perilaku hidup sehat yang penulis cantumkan

sebagaimana disebut berikut ini:

a. Olahraga Fisik Yang Proporsional

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Allah sangat mencintai

kepada umat muslim/mukmin yang kuat ketimbang yang lemah.

Karena hal inilah Islam menganjurkan kepada umatnya untuk

membiasakan diri berolahraga. Dengan secara rutin berolahraga

maka akan menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh kita.34

Salah satu bukti perhatian Islam terhadap olahraga ialah

keikutsertaan Rasulullah SAW dalam perlombaan lari dengan

Aisyah ra, terkadang Aisyah menang dan terkadang beliau yang

menang.

Ibadah sendiri, shalat misalnya, juga termasuk olahraga ringan

dan enak yang dapat mengaktifkan organ tubuh, dan memperlancar

peredaran darah. Tubuh akan kembali bugar dan bersemangat

dengan melakukan latihan rutin harian yang ringan dan enak.

Ibadah puasa juga sangat berguna untuk menjaga kesehatan

badan dan melatih badan sekaligus rohani yang tidak pernah

diberikan oleh akal sehat sekalipun. Demikian pula haji dengan

segala manasiknya, bekerja memenuhi kebutuhan, mengunjungi

saudara, memenuhi hak-hak mereka, menengok orang sakit,

gerakan-gerakan wudhu, mandi, semua sangat bermanfaat untuk

menjaga kesehatan tubuh.

Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah mengatakan: gerak tubuh dapat

mengaktifkan organ-organ tubuh dan mengalirkan sisa-sisa lemak

33

Mukti Bisri, Pendidikan Agama Bernuansa Kesehatan, (Jakarta: Pilar Media, 2007), hal.

47 34

Mahmud, dkk, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga, (Jakarta: Akademia, 2013),

hal. 200

47

sehingga tidak mendiamkan dalam waktu yang lama. Gerak tubuh

juga dapat melatih badan untuk tetap bugar dan enerjik, menambah

nafsu makan, memperkuat persendian, dan menetralisir semua jenis

penyakit fisik, dan sebagian besar penyakit mental jika dilakukan

dengan ukuran yang pas dan dalam waktu yang tepat.

Adapun waktu yang tepat untuk melakukan olahraga adalah

setelah makanan turun ke lambung dan dicerna dengan sempurna.

Olahraga yang sedang adalah olahraga yang sebatas memerahkan

kulit dan membuat semua organ tubuh basah (mengembun).

Sedangkan olahraga yang sampai mencucurkan keringat sudah

termasuk olahraga berat. Jika memperhatikan contoh olahraga yang

dilakukan Rasulullah SAW, kita akan dapat menemukan bahwa

perilaku beliau merupakan model yang paling baik untuk menjaga

kesehatan dan kekuatan tubuh serta bermanfaat bagi kehidupan

dunia dan akhirat.35

b. Pola Makan

Agama Islam adalah agama yang sangat sempurna, ia tidak

hanya memperhatikan dalam masalah-masalah ibadah, tetapi juga

masalah-masalah lainnya termasuk kesehatan. Maka makan dan

minumlah hanya yang halal lagi sehat dan bergizi (thayyiban).

Makan dan minum berdasarkan aturan yang sehat, sebagaimana telah

banyak ditunjukkan dalam al-Qur‟an dan sunah.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 88 yang

berbunyi:

35

Aan Wahyudin, Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja, (Jakarta: Amzah, 2007),

hal. 77-78

48

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah

telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang

kamu beriman kepada-Nya.”

Rasulullah SAW telah bersabda “Tidak ada suatu tempat yang

dipenuhi oleh anak Adam yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah

bagi anak Adam beberapa suap saja, asal dapat menegakkan tulang

rusuknya. Tetapi apabila ia terpaksa melakukannya, maka

hendaklah sepertiga dari perutnya itu diisi dengan makanan,

sepertiganya dengan minuman, dan sepertiganya lagi dengan

napasnya.” (HR. Imam Ahmad dan Tirmidzi).

Selain itu, Rasulullah juga telah memberikan bimbingan tentang

cara minum yang baik, seperti minum dua tiga kali teguk, serta

larangan untuk bernapas dalam bejana ketika sedang minum.

Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian minum dengan sekali

teguk seperti minumnya unta, tetapi minumlah dengan dua atau tiga

kali teguk. Dan ucapkanlah Bismillah jika kalian minum dan

ucapkanlah Alhamdulillah jika kalian selesai minum.” (HR. Tirmidzi

dari Ibn Abbas).

Dalam hadis yang lain yang diriwayatkan oleh Tirmidzi

dikatakan bahwa Nabi SAW melarang bernapas dalam bejana atau

meniupnya (ketika hendak makan dan minum). Kemudian Nabi

bersabda “Janganlah seorang diantara kamu minum sambil berdiri,

dan barang siapa yang lupa maka hendaknya dia

memuntahkannya.” (HR. Abu Hurairah).36

Dalam Islam makanan secara garis besar dibagi menjadi dua,

yaitu makanan yang halal karena zatnya, seperti tahu, tempe, kacang,

sayur mayur, buah-buahan dan lain-lain, yang termasuk jenis

makanan dari tumbuh-tumbuhan. Dan telur, daging, ikan, susu, dan

lain-lain yang termasuk jenis makanan dari hewan.

36

Mahmud, dkk, Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga, (Jakarta: Akademia, 2013),

hal. 198

49

Kemudian yang haram juga dibagi dua, yaitu pertama haram

karena jenis (zatnya) makanan itu seperti daging babi, daging

binatang buas yang bertaring, termasuk juga minuman keras. Dan

yang kedua adalah diharamkan karena cara memperoleh makanan

itu, yaitu dengan cara yang bathil seperti harta riba, harta curian, dan

lain-lain.

Disamping zat makanan yang menjadi halal dan haram, Islam

juga menjelaskan cara memperoleh makanan itu. Allah SWT

berfirman:

.....

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”

(QS. Al-Baqarah : 275)

Untuk mendapatkan fisik yang sehat, maka tubuh tidak hanya

diberi makanan secara Islam tetapi juga Thayib yaitu makanan yang

bergizi tinggi.37

Berdasarkan konsep kesehatan yang ada, pola hidup sehat ada

tiga macam. Pertama, melakukan hal-hal yang berguna untuk

kesehatan. Kedua, menghindari hal-hal yang membahayakan

kesehatan. Ketiga, melakukan hal-hal yang dapat menghilangkan

penyakit yang diderita. Semua pola ini dapat ditemukan dalilnya

dalam agama, baik secara jelas atau tersirat, secara khusus atau

umum, secara medis maupun nonmedis (rohani). Hal ini dapat dilihat

dari firman Allah SWT:

37

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

hal. 306

50

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap

(memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-

lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berlebih-lebihan.” (QS. Al-A‟raf : 31)

Menurut mufasir kontemporer, seperti al-Sa‟di, ayat tersebut

mencakup perintah menjalani pola hidup sehat, seperti mengonsumsi

makanan yang bermanfaat untuk tubuh, serta meninggalkan pola

makan yang membahayakan. Makan dan minum sangat diperlukan

untuk kesehatan, sedangkan berlebih-lebihan harus ditinggalkan

untuk menjaga kesehatan.38

Allah SWT telah memberitahukan melalui Nabi kita

Muhammad SAW tentang perlunya membatasi makan, jangan rakus.

Orang tidak akan dapat menjaga atau melindungi diri dari kelemahan

serta kelumpuhan serta berbagai penyakit tanpa menyedikitkan

makan, membatasi makan dapat memberikan waktu istirahat bagi

tubuh dan akal serta memelihara keduanya dari bahaya penyakit.

Penyakit yang paling dikhawatirkan Rasulullah SAW adalah

perut besar, yang dimaksud adalah banyak makan. Dan pada

realitasnya sudah terjadi pada masa sekarang ini, dikalangan pejabat

pemerintah, para pengusaha atau orang-orang kaya, penyakitnya

sudah cukup membahayakan seperti jantung, diabetes, kanker,

stroke, dan lain-lain.39

Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah menjelaskan: penyakit itu ada dua

macam: penyakit-penyakit fisik (amradh madiyah) yang terjadi

karena kelebhan materi yang masuk kedalam tubuh sehingga dengan

sendirinya merusak kesehatan tubuh, dan inilah penyakit yang

banyak diderita. Penyakit jenis tersebut disebabkan oleh masuknya

makanan sebelum dicerna (dikunyah) terlebih dahulu, bisa juga

38

Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 301

39 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

hal. 308

51

disebabkan porsi makanan yang melebihi kebutuhan tubuh, makanan

yang kurang kandungan gizi dan vitamin, sulit dicerna, atau terlalu

banyak makan dengan berbagai jenis makanan. Apabila manusia

memenuhi perutnya dengan menu makanan ini dan terbiasa dengan

pola makan seperti itu, maka ia akan menderita berbagai macam

penyakit, seperti susah buang air besar atau terlalu cepat buang air

besar. Akan tetapi sebaliknya, jika manusia makan dengan porsi dan

menu yang benar serta memiliki kandungan gizi dan vitamin yang

seimbang, maka tubuh justru akan lebih bisa mengolahnya dengan

baik daripada makanan yang berlebihan.

Para pakar kedokteran dan gizi telah memberikan batasan yang

harus dipenuhi dalam makanan yang sehat sempurna, yaitu:

1) Mengandung semua unsur pokok yang dibutuhkan tubuh, yaitu

karbohidrat, protein, lemak, dan zat besi.

2) Mengandung semua jenis vitamin yang berguna untuk

pertumbuhan dan menjaga tubuh.

3) Porsi yang diberikan harus sesuai dengan tingkatan usia dan

pekerjaannya.

4) Steril, tidak boleh terjangkiti kuman dan bakteri.40

Jelaslah bahwa Islam menganjurkan pada umatnya supaya

mengatur makan dengan hati-hati, jangn sampai terlalu kenyang

karena hal itu adalah seperti hewan dan sangat banyak madharatnya.

Perlu diingat nasehat Luqman terhadap anaknya: wahai anakku,

apabila perutmu penuh tidurlah pikiranmu, bungkamlah

kebijaksanaan, dan lemah lunglai seluruh anggota badan sehingga

malaslah beribadah. Adapun orang yang suka menyedikitkan makan

dan minum hatinya akan jernih, bening, pikirannya terang,

40

Aan Wahyudin, Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja, (Jakarta: Amzah, 2007),

hal. 75

52

pandangannya tajam, syahwat nafsunya dapat dikalahkan dan

jiwanya tertuntun serta terbimbing.41

c. Pola Tidur atau Istirahat

Dalam perkembangan jasmani seseorang, kelelahan tidak bisa

dipisahkan, karena jasmani seseorang setiap harinya difungsikan dan

dipergunakan dalam hidup dan kehidupan sehari-hari. Secara garis

besar terdapat tiga kelelahan seseorang, yaitu: pertama, kelelahan

bagian atau kelelahan salah satu bagian fisik seseorang, kedua,

kelelahan seluruh atau kelelahan seluruh fisik seseorang, dan ketiga,

kelelahan tambahan, yaitu kelelahan yang diakibatkan dari luar yang

mengakibatkan sakit.

Salah satu cara dalam memelihara kesehatan fisik manusia,

manusia memerlukan istirahat yang cukup. Istirahat merupakan

kegiatan yang penting dan sangat berfaedah bagi kesehatan

seseorang. Oleh karenanya dianjurkan kepada setiap orang agar

istirahat yang cukup. Salah satu istirahat yang baik adalah tidur,

karena dengan tidur kita bisa melupakan segalanya dalam kehidupan

kita, sehingga fisik kita benar-benar istirahat.

Tidur adalah cara istirahat yang paling baik karena dengan tidur

akan mengalami perubahan sebagai berikut.

1) Otak dan saraf berkurang kegiatannya.

2) Pancaindra berkurang kegiatannya.

3) Otak yang tadinya tegang menjadi kendur.

4) Organ tubuh akan segar kembali karena telah beristirahat

bekerja.

Orang yang kurang tidur akan menjadi lemas, mengantuk, dan

tidak semangat. Kurang tidur juga menyebabkan daya tahan tubuh

menurun, pada akhirnya menyebabkan orang akan sakit. Sebaliknya

41

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

hal. 309

53

orang yang cukup tidur wajahnya ceria dan semangatnya tinggi.

Tetapi ingat, tidak boleh terlalu banyak tidur.

Lama tidur setiap orang berbeda-beda, biasanya sesuai tingkatan

umur. Lama tidur orang dewasa biasanya 6 sampai 8 jam. Adapun

lama tidur anak-anak biasanya 8 sampai 10 jam. Anak-anak

dianjurkan untuk tidur siang setiap hari. Lamanya tidur siang 1-2

jam.42

Sejak kecil anak mesti dibiasakan untuk selalu shalat shubuh

tepat pada waktunya. Karena pada waktu ini terdapat banyak sekali

keuntungan yang didapatkan. Baik dari sisi kesehatan tubuh maupun

sisi lainnya. Dilihat dari nilai kesehatannya, dengan bangun di pagi

buta, udara yang terhisap saat itu merupakan udara yang paling

bersih dibandingkan dengan waktu yang lainnya. Lapisan ozon yang

berfungsi baik pada kesehatan dan kekuatan tubuh banyak tersebar

pada waktu pagi hari. Udara yang saat itu mampu memberikan

kekuatan pada tubuh dari serangan penyakit.

Fungsi yang kedua dari bangun paginya seseorang dari tidurnya

adalah sebagai penambah rezeki. Sebagaimana diriwayatkan oleh

Ibnu Abbas ketika melihat anaknya tidur kembali setelah shalat

shubuh, lalu berkata “Bangunlah wahai anakku, apakah engkau tidur

pada waktu yang di dalamnya Allah sedang membagi rezeki”.

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi yang menceritakan bahwa suatu

hari Rasulullah SAW pernah memasuki rumah Fatimah pada pagi

hari yang saat itu masih gelap. Ketika melihat bahwa Fatimah tengah

tidur, Nabi SAW membangunkannya seraya berkata, “Bangunlah

wahai anakku, dan saksikanlah rezeki Tuhanmu yang tersebar di

pagi hari”. (HR. Baihaqi)43

42

Wagino, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, (Depok: Arya Duta, 2010), hal.

46-47 43

Kuswandani, dkk, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), hal.

249

54

Terkait dengan tidur yang sehat, Rasulullah SAW juga telah

memberikan petunjuk. Beliau selalu menganjurkan agar tidur di atas

sisi badan sebelah kanan, karena dibalik posisi ini terdapat khasiat

untuk menyehatkan badan. Dan posisi ini memang yang terbaik dari

segi kesehatan. Nabi SAW menasehati para sahabat beliau, “Apabila

engkau hendak tidur, berwudhulah terlebih dahulu sebagaimana

wudhu sebelum shalat. Lalu tidurlah dengan posisi berbaring ke

kanan, lalu berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku menyerahkan

diriku padaMu. Aku hadapkan wajahku padaMu, dan aku titipkan

segala urusanku kepadaMu. Aku pasrahkan diriku, aku berharap

akan karuniaMu dan cemas akan siksaMu. Tidak ada daya dan

upaya selain kekuatan Engkau. Aku beriman kepada kitabMu yang

telah Engkau turunkan, dan kepada Nabi yang telah Engkau utus.

Jadikanlah kalimat-kalimat ini sebagai ucapan terakhir dalam

hidupku ini”.44

Ada sebuah riwayat yang menegaskan bahwa tubuh mempunyai

hak dari tuannya. Marilah kita perhatikan sabda Rasulullah SAW

kepada Abdullah bin Amru bin al-Ash berikut:

“Wahai Abdullah bin Amru, benarkah apa yang diinformasikan

kepadaku bahwa kamu selalu berpuasa di siang hari dan beribadah

di malam hari? Saya (Abdullah bin Amru) jawab, benar, wahai

Rasulullah. Beliau menukas, jangan kau lakukan lagi. Berpuasalah

dan berbukalah. Beribadah dan juga tidurlah. Sesungguhnya

badanmu memiliki hak atas dirimu, kedua matamu memilik hak atas

44

Kuswandani, dkk, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), hal.

248

55

dirimu, dan istrimu memiliki hak atas dirimu”. (HR. Muttafaq

Alaihi)

Orangtua perlu mengingatkan anak-anaknya bahwa hadis

tersebut menegaskan betapa pentingnya manusia menjaga kesehatan

dan vitalitas tubuhnya. Manusia juga harus memberikan porsi yang

cukup bagi tubuh untuk diam dan beristirahat.45

45

Aan Wahyudin, Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja, (Jakarta: Amzah, 2007),

hal. 76

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Nilai-nilai pendidikan jasmani yang terkandung dalam surat al-Baqarah ayat

247 adalah :

1. Pendidikan Olahraga, Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh

seseorang agar tetap bugar dan sehat. Olahraga dalam Islam sangat

dianjurkan. Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada kaum muslimin

untuk tidak mengabaikan aktivitas olahraga. Ada beberapa jenis olahraga

yang disukai oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana disebut berikut ini:

a. Memanah b. Pacuan kuda c. Renang

2. Pendidikan Kebersihan, Kebersihan adalah upaya manusia untuk

memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam

rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman.

Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah

salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya, kotor

tidak hanya merusak keindahan tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya

berbagai penyakit, dan sakit merupakan salah satu faktor yang

mengakibatkan penderitaan. Secara garis besar Islam membagi kebersihan

menjadi tiga macam yaitu kebersihan badan, kebersihan pakaian dan

kebersihan lingkungan.

3. Pendidikan Kesehatan, Ajaran Islam sangat memperhatikan tentang

kesehatan. Banyak tuntunan dan petunjuk Rasulullah SAW terkait kesehatan

yang merupakan penjelasan dan sekaligus merupakan pengamalan pokok-

pokok ajaran yang ada dalam Al-Qur’an serta tecermin dalam kehidupan

dalam hubungannya dengan keluarga, sahabat, praktek pendidikan dan

pengajaran, kehidupan pribadi dan kelompok yang dilakukan Rasulullah.

Ada beberapa jenis perilaku hidup sehat yang penulis cantumkan

sebagaimana disebut berikut ini: a. Olahraga fisik yang proporsional b. Pola

makan c. Pola tidur atau istirahat.

57

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka

penulis memberikan saran-saran berikut:

1. Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam harus dijadikan landasan dan

pandangan hidup dalam semua aspek kehidupan tidak hanya aspek

pendidikan Islam saja, namun seluruh aspek termasuk aspek sosial,

ekonomi, budaya serta yang lainnya.

2. Orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga serta pendidik pada

umumnya berkewajiban menanamkan nilai-nilai pendidikan agama yang

bersumber pada Al-Quran dan Hadis, sebagai upaya untuk membentuk

kepribadian muslim yang diharapkan.

3. Orang tua disarankan hendaknya mengajarkan pendidikan kesehatan

jasmani bagi dirinya dan anak-anaknya agar terhindar dari penyakit yang

berbahaya dan selalu menanamkan pola hidup sehat didalam kehidupan

sehari-harinya.

4. Bagi para pembaca, hendaklah menjaga kesehatan jasmaninya agar dapat

menjalani kehidupan dengan penuh gairah dan semangat dan tentunya

sehat jauh dari berbagai macam penyakit yang akan mengganggu aktifitas

hidupnya.

58

DAFTAR PUSTAKA

Al Attar, Dawud. Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Hidayah, Cet. 1, 1994.

Al Fanjari, Ahmad Syauqi. Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam. Jakarta: Bumi

Aksara, 1996.

Al Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar. Jakarta: Darus

Sunnah, 2006.

Al Munawar, Said Agil Husin. Aktualitas Nilai-Nilai Qur’ani Dalam Sistem

Pendidikan Islam. Ciputat: PT Ciputat Press, 2005.

Al Qurtubi, Syaikh Imam. Tafsir al-Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

Ath Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir ath-Thabari. Jakarta:

Pustaka Azzam, 2008

Ali, Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2005.

Ali, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka

Amani, 2001.

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011.

Anshari, Endang Saifuddin. Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu, 1987.

Anwar, Abu. Ulumul Qur’an: Sebuah Pengantar. Jakarta: Amzah, Cet. 3, 2009.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka cipta, 1990.

Bisri, Mukti. Pendidikan Agama Bernuansa Kesehatan. Jakarta: Pilar Media,

2007.

Darajat, Zakiah dkk. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum.

Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

Daud, Ma’mur. Terjemah Hadis Shahih Muslim. Malaysia: Klang Book Centre,

1995.

Fauzi, Ichwan dkk. Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW dalam Ragam Gaya

Hidup 1. Jakarta: PT Lentera Abadi, 2011.

Halim, Andreas. Kamus Lengkap 10 Milyar. Surabaya: Sulita Jaya, 1999.

Hanafi, Muchlis M. Kesehatan dalam Perspektif al-Qur’an. Jakarta: Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010.

59

____________. Pendidikan, Pembangunan Karakter, dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010.

Hasan, Hamka. Metodologi Penelitian Tafsir Hadist. Jakarta: Lembaga Penelitian

Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Hasan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor:

Ghalia Indonesia, 2002.

Hashman, Ade. Rahasia Kesehatan Rasulullah. Jakarta: Noura Books, 2012.

Huocks, John (terj). Teori Olah Tubuh dan Efektifitasnya. Jakarta: Media Pustaka,

Cet 2, 1999.

Izzan, Ahmad. Tafsir Pendidikan. Banten: Pustaka Aufa Media.

Kuswandani, dkk. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Bandung: Al-Bayan,

1997.

Mahmud, dkk. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga. Jakarta: Akademia,

2013.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013.

Mulyasa, Dedi. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011.

Nasional RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional;Undang-Undang RI No.20

Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Nata, Abuddin. Pendidikan dalam Perspektif Hadits. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005.

___________. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Prenada Media Group, Cet. 1,

2011.

Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2003.

Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, Cet 20, 2011.

RI, Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30. Surabaya: Mekar

Surabaya, 2004.

Rosyadi, Khoiron. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, Cet. 2, 2012.

60

Shihab, M. Quraish. Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata. Jakarta: Lentera

Hati, 2007.

_______________. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an.

Jakarta: Lentera Hati, 2000.

_______________. Wawasan al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai

Persoalan Umat. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005.

Siregar, Marasudin. Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldur, Suatu Analisa

Fenomenologi. Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1999.

Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Taristo, 2006.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta, Cet 4, 2008.

Sumantri, Arif. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana, 2010.

Suriasumarti, Jujun S. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2001.

Suyitno, Amin dkk. Ilmu Alamiah Dasar. Semarang: Wicaksana, 2002.

Sya’rawi, Syekh Muhammad Mutawally. Tafsir Sya’rawi. Jakarta: Duta Azhar,

2004.

Syukry, Ibnu Abdul Khakam (terj). Sehat Jasmani Cerdas Ruhani. Jakarta:

Hikmah, Cet 1, 2004.

Thabari Ath, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir ath-Thabari. Jakarta:

Pustaka Azzam, 2008.

Tumanggor, Rusmin dkk. Wanita dan Kesehatan. Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN Jakarta, 2005.

Wagino. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Depok: Arya Duta, 2010.

Wahyudin, Aan. Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja. Jakarta: Amzah,

2007.

Yuliawati, Sri. Bahan Ajar Proposal Penelitian. Jakarta: STKIP Purnama, 2009.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa

Dzuriyyah.

Zainuddin, dkk. Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara,

1991.

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004.

LEPIIBAR UJI REFEttNSI

Nama : Siti Maesaroh

NIM : 1110011000055

Jurusan/Fakultas : Pendidikan Agama Islam/Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Nilai-Nilai Pendidikan Jasmani (Kajian Tafsir Surat

Al Baqarah Lyat247)

No Nanra Buku dan Halaman ParafDosen

BABI1

04

うD

4

Muhamtrad Alirn, Perttliclilicut ,,1gantu Islcnn,(Banclur.ig: PT Rcrnaja Rosdakarya. 201 I ). hal. 219

Jolrr.i Huocks. (terL), Teori Olcrh Tubuh clanElbl;ti/irusnln. (Jakarla: N'{eclia Pustaka. 1999), Cet 2.

hal. 55

Ma'inur Daucl. 'l-crf ernoh Hudis Shahih MLslint,(Malaysia: I(lang Book Centre. 199,5). Cet 2. l'ta|.244

John Huocks, (terj), Teori Olah TLbuh clan

Efel;tifitasnya, (Jakarta: Meclia Pustaka. 1999), Cet 2,

hal. 54

1

つ4

つ4

う0

ιツ

BAB II1

つ4

J

4

Muhammad Ali, Komus Lengl;op Bohaso Indonesictltlocle rn. (Jakarla: Pustaka Amani. 2001). hal. 269

Zakialr Darajat. clkk. Penditlilton Aganto lslctnt Potlct-['ergrn'trcut Tinggi Ltrnunt, (Jakarla: Bulan Bintang.1 996). hal. 260

Klroiron Rosyadi, Pendid ikart Profbtilc, (Yogyakarla:Pustaka Pelajar, 2004), hal. I 14-l l5

Said Agil Husin al-Munar.var. Altttrcrlitrts l,liloi-NiloiQur cmi Dulun Sistctn Panclitlil;ort [slctn. (Cirutat:PT Ciputat Press, 2005), 1ial. 3

6

6

6

7

5 1 Mo Ngalim Punvanto,ルηッル ηグJグJ肋刀ルθr′″Jsゐ41 7Prol;tis. (Bandung: PT Rernaja Rosdakarya, 199,+),Cet. 3. hal. 3

6 Anclrcas Halim. KomLLs Lerryl;crp I0 l,liltur'. I I(Surabaya: Sulita J aya, 7999), hal. 99

7 Malrnrucl Yunus, Konurs ttrctb Inclonesitl, (Jakarla: 7PT Mahmud Yunus Wa Dzuriyyah), hal. 137

8 MLrharnrnacl Daud Ali, Pcnditlikcut Agcrntct I.slcutt. 8

(J akal‐ ta:PT Rtta Graindo Persada,2005),ha1 179-180

9 | Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen | 8

Pencliclikan Nasior-ral RI, Llndang-[-t'nclang SistentPettdicliliort Nasiortcrl;Lrndang-Lintlcrng RI iYo.)0foltrLrt 2003, (Jakarla: Sinar Crafrka, 2009). hai. 3

10 Dedi MIr-rlyasa, I'enclidikcur lJerrrrttltL tlcrn Berclcnct 9Saing. (Banclr-rng: PT Rcmaja Rosclakarya. 201 1), hal.)

ll l Abuddin Nata,Pθ刀″′〃′物 ″あ ′α切 ′θ科 ,θ加ブ・肋

`′

お ,1 9(Jakarta: UIN Jakarla Press, 2005), hal. 286

12 ]Ngalirn Punvanto, Ilnnt Pencliclil;cut T'eorctis clctn

Prcrli.tis, (Bandung: PT Rernaja Rosdakarya, 2011), | 10

I Cet20,hal.151

6 Mtt M hmt翻 偽 4励 綱ν 翻

Kcu"akter, clcm Pengembangon Sttntber . ?r!: ] ,,Mantsio, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, 2010), hal. 355

l,+ N1uchlis M. Hanafi, Pencliclilcort, PerubrulgtLnanKctrctl;ter, clcrn Pengembcutgcut Strnrbcr Dal a | 1 IコИα4ν sJα ,(」akarta Lttnah Pelltashihan Mushaf Al―

Qur'an,2010),hal.357

15 ] Mahmud. dkk, Pendidikctn Agcmtct Islctm clcilcLnr

篤L:葛,ご蔦Hi:I正面話ia,スうる1`菫 hi「1あ……

I H

ha1 151

%ML淋群柵 r1/貿鑑I鶴撫籍呪竃 柁

17

00

19

20

つ乙

つ4

う0

24

M. Ngalim Purlvanto, Ilmu Pendidikan Teoretis clcLn

Proktis, (Bandung: PT Rernaja Rosdakarya. 20l l),hal. 152

Muchlis M. Hanafi, Kesehotcut dolttm I'erspektif-al-Our'on, (Jakarla: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, 2010), hal. 371

MLLhammad Quraish Shihab, lf/ay'ctson ol-Qtn.'an;Tc4/sir tlatdhrL'i cLtas Pelbagcti Persoctlcm LImti,(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005), hal. i 81- 1 82

Aril Surnantri, Kesehatcut LingkLrngcu.t. (Jakarla:I(cncana. 2010), hal. 302-303

Airmad Syauqi A[ Fanjari. Nilai Kesehcian clctlttnt

S.t;ctrictt Islant, (Jakarta: Burni Aksara. 1996), hal. 81

Muhatrmad Quraish Sliihab, L[/ott'crscut ci-Ottr'crrt;Ta,fsir MuLrclhLt'i ctttts Pelbogcti PersoctlcLn L.lrnctt,

(Bandung: PT Mizan Pustaka. 2005), hal. 1 82-i 84

Muhammacl Quraish Sliihab, Wott'ctscLn al-Om-'crn;Tafsir Matrclhu'i cttcts PelbogcLi Persoctlcm L[rncLt,

(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005), hal. 188-190

MLrclrlis M. Hanafi, Kesehcrtctn clalam Perspekti.f'ctl-

Qur'an, (Jakarla: Lajnah Pentashihan Mushaf A1-

Qur'an, 2010), hal. 343

つ乙

うD

14

15

17

19

19

BAB III1

つ4

J

Sugiyono, Metode Perrcl it ian Pendidikan Kuantitctti.f,KtLcLlitatif, dort R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cetzl, hal. 285-286

Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidilrcut danPengembcntgan. (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2012), Cet. 2, hal. ,10

Mestika Zecl, Metode Penelitian Kepustc,trctan,(Jakarla: Yayasan Obor Indonesia, 2004), hal. 3

20

つ4

つ乙

4

5

6

7

8

9

10

つ乙

M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok A,letodologi Penelitianclan Aplikasinyo, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002),Cet. 1. hal. zl5

Sri Yulia.,vati, Bohatt Ajar l'ropos'crl Pcncliticut.(Jakarla: STKIP Purnarna,2009), hal. l9

Lexy .I. Moleong, Metoclologi Pcncliticut KLrciitotif,(Banclung: Remaja Rosdakarya,2013), hal. 157

Suharsimi Arikur"rto. Prosedttr Pcnclitiuu SrnntPetttlckatart Prol;tek, (Jakarla: Rineka cipta. 1990).hal. 24

Sudjana, lrlctode Stotistilca, (Banciung: Taristo.2006). hal. 139

Hamka Hasan. Metotlologi Pcnaliticut ktf.iir' Huclist,(Jakarta: Len.rbaga Penelitian Uin Svaril Hiclavatr-rllahJakafta, 2008), ha1. 4

Abu Anr,var, Lllumti Qur'on; Scbrtcrh Pcngctntcrt',(Jakarta: Amzah, 2009), Cet. 3, hal. 6l

Danud Al-A11ar, Ilmtt tll-Our'an, (Jakarla: Pr-rstaka

Hidayah, 1991), Cet. I ,hal. 127

Abuddin Nata, Srrdi lslam Kontprehens/, (Jakarla:Prenada Media Gloup, 2011), Cet. l, hal. 169

つ4

つ4

22

うD

つ乙

24

24

24

24_ノノノ

BAB IV1

つ4

う0

4

5

Deparlernen Agama P.I, Al-QLu''an don TerjentahrwaJtc l-30, (Surabaya: Mekar Surabaya, 2004). hal. 33

M. Quraish Shil-rab, Ensiklopedia al-QLr'ctn: KrtficutKosakata, (Jakarla: Lentera Hati, 2007) .hal. 676

Ahmad lzzan, Tafsir Pendidikon, (Banten: PustakaAufa Media), hal. 196-191

Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazatri, Tct/sir Al-Qtu"cutAl-Aisar, (Jakarla: Darus Srlnnah. 2006), hal. 413

Syekh Muhammad Mutarvally Sya'ratvi. TqfsirSya'rarvi, (Jakarla: Duta Azhar, 2004), hal.112-l13

25

27

29

29

30ノ

6

7

00

9

10

つ4

う0

14

15

16

17

18

Syaikh lrnam al-Qurtubi, Tcllsir ul-Qu'thtrbi.(Jakarla: Pustaka Azzan, 2008), lial. 530

Abu Ja'trLr N'h-rhan'imad bin Jaril Ath-Thabari. Tc4flsir'

ctth-7-haburi. (.lakarta: Pustaka Atzlrn. 2008). hal.]JJ

Syekh Nluhaulnad Mutau,'ally Sya'rar,vi, 'l c(sirSycL'rcnri. (Jakarla: Durta Azhar'. 2004), hal.ll2-113

NI. QLrrrrish Shihab, T-t/sir al-tVi.shbtit:I{csurt. tlutt Kcsercrsicut ctl-OtLr''an. (.1 akarta:Hati. 2000). Cet I. hal. 364

Ahrnacl lzzuo.. I'a/iir Pcntlidil;urt, (Banten:Aufa Nleclia), hal. 197-198

I'es cut,

Lentera

P ustaka

Iclrrvan Fauzi, clkk, Ensililopctlia Nabi L,luhamnrcrclSAltr' dolant llctgttttt Ga1,o gir1r,, l. (Jakarla: PTLentera Abacli. 201 I ), hal. 2Ol

Ibnu Abdul Khakam Syukry, (ter-j), Sc/ra t .lrtsntctniCerdos Ruhoni, (Jakarta: Hikn-rah. 2004). Cet l,hal.Sl

Ichr'van Fauzj, dkk, Eirsiklopedia lVabi MuhantmaclSALI/ dolont Ragom GaycL Hicltry l, (Jakarla: PTLentera Abadi, 2011), hal. 210

Ichwarr Fauzi, dkk, Ensilrlopedia Nabi illLthammodSALL' tlalant Raplam Gayo HidLtp 1. (Jakarla: PTLentem Abadi, 201 1), hal. 208

Ichwan Fauzi, clkk, Ensilrlopedia iVobi NhrhonmtadSALV clcLlom Rctgcr,tt Gaya Hitlup l, (Jakarla: PTLentera Abadi, 2011), hal. 209

Aan Wahyu,cliq Mendidilr Analc Perentpttclt cli N[ttsct

Rentaja, (Jakarla: Amzah, 2001), hat. 76

Zainuddin, Selttk-BelLLk Pendidikan dari .11-(il-azali.(Jakafta: Burni Aksara, 1991), hal. 128

I(usrvandani, dkk, Mendidik Analt IJersomct

30

つ乙

う0

OD

うD

うD

うD

34

34

34

″DうD

45

46

46

46

ヽ―――‐―――――――――‐

ケヽ

Ras ul L r I I a lt (Bandung: Al-Bayan, 1997 ). hal. 247

I(usrvanc'lani. dkk, Menclidik Anak Bersantctl?usri tLllalt. (Banclung: Al-Bayan, 1991), hal. 246

Abucldir"r Nata. Pcrrrlidikan dalont Pcrspektif ilctclits.(Jakarta: LtlN Jakarta Press. 2005), hal. 291

Abr,rclclin Nata. Pcrditlikrn clalant Perspekti.l' Hctclits,(.lakarla: LIIN Jakarta Press. 2005). hal. 2c).1

Abr-rclclirr Nata. Pcrrrlidilian tlalum Pcr.spcltti/ I Icttlits,(Jakarta: LIIN Jakarta Press. 200,5), hal. 29-5

Wagir-ro. ['cntlidil;an Jctsrnani Olohro,qo clcnt

IicscltcLtan, (Dcpok: Arya Duta, 2010). hal. 4.1

Abudclirr Nata. 1'crrlidikcLn clolont Pcrspcl;tif Ilcrclits -

(Jakarta: UIN Jakarla Press, 2005). hal. 302

Zairrr-Lciclin. Sel Lii-BelLrk Pendidilitn clnri Al-()ha.a/i.(Jakarla: Br-uni Aksara. 1991). hal. 128

Abuclclin Nata, Penrliclikan dolcun Pcrspektif Haclits.(Jakarla: UIN Jakarla Press, 2005). hal. 30,1

Rusrnirr Tumanggor, dkk, Ifanitct clan Kesehutcut,(Jakarla: Lembaga Penelitian UN Jakarla, 2005)hal 1

Soekidjo Notoatmodjc, Pendiclikan clan PerilakLtKeseharcm. (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003). hal. 3-.1

Ade Hashuan, Rahasia Kesehutan RcLsululluh,(J akarta: Noura Books, 2012). ha1. 4(t-41

Mukti Bisri, Pendidikan Aganta BeruttonscrKesehatan, (Jakarla: Pilar Media, 2007 ), hal. 47

Mahmud, clkk, I)enclidikcut Agontct Islant dolantKel Lrurga- (Jakarla: Akaclemia. 2013). hal. 200

Aan Wal-ryucltn, Nlenclidik Anak Perunpuan di MosctRemcLf ct, (Jakarla: Amzah, 2001),hal. 71-78

19

うDつ

20

つ4

24

25

26

27

28

29

30

うD

つ4

つD

うD

うD

36

37

00

う♪

42

46

47

39

40

41

43

43

44

45

45

46

へ‐′ノメー‐

ιノ

34

D́うD

36

7′

うD

00

う0

39

40

41

42

43

Mahmud, dkk, Pendidikan Agcmta Islcm daluttKeluorgo, (Jakarla: Akadernia. 201 3), hal. I 98

Abudclirr Nata. Paidiclikon dalam Pcrspektif' HcLdits,(Jakarla: UIN Jakarla Press, 2005), hal. 306

Arif Surnantri. I{cschctttut [-irtglitntgcul. (Jakafia:I(encana, 20 I 0). hal. 30 I

Abr-rcldin Nata, Pr:rdidikm tlcrlarn Perspel;ti/' Hctclits,(Jakafia: UIN Jakarla Press. 2005), hal. 308

Aar-r Wirlryuchrt. lluttlitlik ,,htoJt Perentpucut cli MctsuRcntaja. (Jakarta: Anrzah. 2007). hal. 75

Abucldin Nata. Pendidil;crn clalcutt Perspelitif- ttaclits.(Jakarla: UIN Jakafia Prcss. 2005). hal. 309

Wagirro, Penclidilnrt Jasntani Olcfirogct clonKcsehctton. (Depok: Arya Duta. 2010). hal. 46-47

Kusrvanclani. dkk, l,tendiclik ilnol; BersontcLRosulriIcth, (BanCuutg: A[-Bayan, I99]), hal. 249

Kusrvanclani. dkk, Mendid ik AncLk BersctntallasLLltiloh, (Bandung: Al-Bayan, 1997), hal. 24,t

Aan Wahyudin, Atlendidik Anuk Perempttun cli McLsa

Rentctj ct. (Jakarla: Amzah, 2001), hal. 7 6

48

49

50

50

51

52

うDD́

う0

くリ

54

55

Jakalta,13 Juni 2017

Pembilnbing

Dro Khalillli,M.Ag

NIP:19650515199403 1006

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAF:TKυたlr H」υanda No 95 Clpυ ra`′ 5`′ 2′ηdonesla

FORM(FR)

No Dokumen t FITK‐ FR‐AKD-081

Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

No.Revisi: : 01

Hal

SURAT BIMBINGAN SKRIPSl

Nomor : Un.01/T. 1/I(M .01.3 1........1201 6Larnp. :-Hal : Bimbingan Skripsi

Naua

NIIVI

Jurusar-r

Serrester

Judul Skripsi

Siti N{aesaroh

1 1 r001 1000055

Penclidikan Agama Islaur

Empat Belas (XIV)

Nilai-nilai Pendidikan .Iasmani (Kajian Tafsir Surat Al-Baqarah

Jakarta,20 Januari 2016

Kepada Yth.

Dr. Khalimi, M.AgPembimbilg SkripsiFak-ultas Ilmu Tarbiyah clar.r Kegumar.rUN Syarif HidayatullahJakarta.

As s ul a mtL' ol oi kL un t rr.v,b

Dengan ini diharapkar-r kesediaan Sar.rdara uutr-rk rr-ienjadi pembimbing l/II(nrateri/tekni s) penuli san skripsi mahasisu,a :

Ayat 247)

Juclul tersebut telah clisetujui oleh Jurusan yang bersanek-utan pada tanggal 20 Januari 2016,abstraksi/oulline terlampir. Sauclara dapat nrelal<lkan pen-rbahan redaksional pada jr-rclul

tersebut. Apabila pembahan substansial dianggap perlu, mol-ron pernbimbing nrenghubungiJurusan terl ebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapatdiperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpan;angan.

Atas perhatiarr dan kerja sanla Sandara. karni r-tcapkan terinra kasih.

Ifas s ct I con t' q I a ikun t t,r.t vb.

Kajur Pendidikan Agama Islam

Tern busan:I . Dekan FITI(2 Nlahasisrva i,bs

19580707198703 1 005