NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM HAJI...
Transcript of NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM HAJI...
NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM
HAJI BACKPACKER
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh
MUHAMAD MUHLAS
111 11 126
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO
“Ajaklah kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik pula”
( Qs An-Nahl : 125)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap
mempunyai peran penting dalam hidupnya
1. Teruntuk Ayahanda dan Ibunda tercinta Asmuni dan Sholikah tersayang yang
telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kesabaran serta
ikhlas-tulus memberikan dukungan dan doa restunya kepada penulis.
2. Nenek ku tercinta yang telah merawatku sejak kecil.
3. Kakakku Zainal Arifin, terima kasih atas dukungan, nasehat dan segala
macam bantuan baik material / spirital.
4. Keluarga Joko Indriyanto yang juga telah memberikan memberikan motivasi
kepada penulis untuk terus melanjutkan studinya di IAIN Salatiga.
5. Teman-teman TEATER GETAR yang selalu memberikan semangat.
6. Masyarakat desa Ketapang khususnya Dsn. Ketapang RT 002/001 terimakasih
atas bantuannya baik material maupun sepiritual.
7. Serta seluruh keluarga dan teman-temanku yang tidak bisa disebutkan
namanya satu per satu, terimakasih atas doa-doanya.
ix
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke
jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini
adalah “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM HAJI
BACKPACKER”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga
4. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan
pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat
berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya
skripsi ini.
x
xi
ABSTRAK
Muhlas, Muhamad. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Sosial dalam Ibadah Haji (Study
atas Film Haji Backpacker). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dr. Mukti Ali, M. Hum.
Kata Kunci: Nilai-nilai, Pendidikan Sosial, Film Haji Backpacker..
Pendidikan merupakan isntitusi sosial yang menggarap manusia melalui
proses tertentu dengan tujuan tertentu. Untuk mengembangkan potensi yang
ada, serta keterampilan-keterampilan sosial dibutuhkan suatu pendidikan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Nilai merupukan esensi
yang melekat pada suatu kenyataan. Jika dikaitkan dengan istilah pendidikan
maka nilai merupakan sesuatu yang ditanamkan oleh pendidik kepada peserta
didik. Sedangkan pendidikan sosial adalah suatu usaha untuk membimbing dan
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat
berperan serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat lingkungannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : nilai-nilai pendidikan sosial
dalam ibadah haji yang didasarkan atas analisis terhadap film Haji Backpacker
karya Danial Rifki. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Yaitu, prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Sedangkan Metode yang
digunakan adalah metode conten analysis, yaitu penelitian yang dilakukan
untuk menganalisis data yang terdokumentasi dalam rekaman suara, gambar,
atau tulisan. Secara tehnik, conten analysis meliputi upaya-upaya klasifikasi
lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi. Peneliti mengfokuskan
penelitian ini pada nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang terdapat
didalam film Haji Backpacker.
Nilai-nilai pendidikan sosial yang ada dalam film haji backpacker terbagi
menjadi dua sub tema yaitu: 1. Interaksi simbolis adalah segala hal yang
berhubungan dengan pembentukan makna dari proses saling mempengaruhi
yang terjadi baik antara inividu dengan individu, individu dengan kelompok
ataupun kelompok dengan kelompok. Interak simbolik ini mencakup sikap
toleransi, tolong menolong dan kasih sayang. 2. Kedewasaan spiritual adalah
masa dimana seseorang telah mencapai perkembangannya secara spiritual.
Spiritual sendiri merupakan bagian dari perkembangan kedewasaan seseorang.
Kedewasaan Spiritual ini dibagi menjadi pengalaman agama dan kematangan
agama.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii
HALAMAN DEKLARASI ....................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vi
MOTTO .................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Fokus Penelitian ............................................................ 9
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 10
E. Penegasan Istilah ........................................................... 10
F. Metode Penelitian ........................................................ 13
G. Kajian Pustaka ............................................................... 15
H. Sistematika Penulisan ................................................... 18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Nilai-nilai Pendidikan Sosial ...................................... 19
1. Pengertian Nilai dan Pendidikan Sosial ................. 19
xiii
a. Nilai .................................................................. 19
b. Pendidikan Sosial .............................................. 20
2. Metode Pendidikan Sosial .................................... 21
3. Tujuan Pendidikan Sosial ..................................... 24
B. Urgensi Pendidikan Sosial ........................................... 26
C. Gambaran Umum Mengenai Film ................................ 27
1. Pengertian dan Sejarah Film .................................. 27
a. Pengertian Film ................................................. 27
b. Sejarah Film ...................................................... 29
2. Unsur-unsur dan Jenis-jenis Film .......................... 31
a. Usnsur-unsur dalam Film .................................. 31
b. Jenis-jenis Film ................................................. 31
D. Film Sebagai Media Pembelajaran .............................. 33
BAB III GAMBARAN UMUM FILM HAJI BACKPACKER
A. Biografi Sutradara ......................................................... 36
B. Karya dan Penghargaan Sutradara ................................ 38
C. Tentang Film Haji Backpacker ..................................... 39
1. Profil ..................................................................... 39
2. Genre ..................................................................... 40
3. Plot/ Alur ............................................................... 41
4. Latar/ Setting ........................................................ 43
5. Penokohan dan Karakter Tokoh Utama ................ 46
6. Sinopsis ................................................................. 48
7. Amanat .................................................................. 50
BAB IV ANALISIS FILM DAN PEMBAHASAN
xiv
A. Interaksi Simbolis ......................................................... 52
1. Toleransi ............................................................... 54
2. Kasih Sayang ........................................................ 57
3. Tolong-menolog ................................................... 60
B. Kedewasaan Spiritual .................................................. 62
1. Pengalaman Spiritual ............................................ 64
2. Kematangan Beragama ......................................... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 73
B. Saran ............................................................................. 75
C. Penutup ......................................................................... 75
xv
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang universal. Ajaran-ajaran yang terkandung di
dalamnya menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Baik dari segi moral,
sosial, ekonomi, maupun politik. Oleh karenanya, Islam mudah diterima oleh
masyarakat. Kehidupan dunia dalam Islam, di atur dalam hukum mu’amalah
(fiqih mu’amalah). Sementara dalam kehidupan akhirat, Islam mengatur dalam
hukum ibadah (fiqih ibadah).
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan nilai-nilai sosial.
Seluruh ibadah dalam Islam, tak terkecuali ibadah haji, mempunyai korelasi
dan kontribusi dalam perubahan sikap dan perilaku masyarakat (Majid: 2000:
253). Setiap perubahan yang terjadi, di harapkan mampu menciptakan
hubungan yang harmonis di dalam masyarakat.
Ibadah haji menjadi rukun Islam yang kelima. Dalam ibadah haji terdapat
simbol-simbol yang kaya akan nilai-nilai pendidikan sosial. Sebagai contoh, di
wajibkannya memakai pakain Ihrom yang serba putih. Hal ini melambangkan
kesamaan derajat umat manusia di hadapan Allah. Baik yang miskin atau kaya,
semua berpakaian sama. Haji adalah gambaran yang jelas tentang solidaritas
umat Islam yang berkumpul dalam rapat tahunan (Boizard: 1979: 65).
Melihat fenomena haji saat ini, seharusnya dapat menjadi kabar gembira
bagi masyarakat muslim. Mengingat nilai-nilai pendidikan sosial yang
terkandung dalamnya. Salah satu tujuan dari ibadah haji adalah untuk
17
menciptakan masyarakat yang egaliter. Yaitu, masyarakat yang memandang
semua manusia itu sama.
Orang-orang yang sudah melaksanakan ibadah haji, tentunya tingkat
keimanan, ketaqwaan dan jiwa sosial mereka lebih tinggi dibanding orang-
orang yang belum menunaikan ibadah haji. Dalam ibadah haji terdapat tiga
tahapan penting yaitu, tahap pengetahuan, tahap kesadaran dan tahap cinta.
Seseorang yang sudah mengetahui kebesaran Allah, maka akan timbul
kesadarannya sebagai manusia. Seiring dengan itu, rasa cinta kepada Allah dan
sesama akan tumbuh pula. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, semakin
banyak jumlah orang yang naik haji, maka masyarakat akan semakin sejahtera.
Saat ini, banyak masyarakat khususnya di Indonesia sudah melaksanakan
haji. Setiap tahunnya pemerintah Indonesia memberangkatkan lebih dari 1500
jamaah haji. Pada tahun ini saja, sebanyak 155.200 jamaah haji di
berangkatkan. Hal ini menunjukan betapa haji menjadi dambaan bagi setiap
muslim.
Akan tetapi, melihat realita yang ada di dalam masyarakat, orang-orang
yang sudah naik haji ini tidak menunjukan perubahan-perubahan sikap yang
signifikan. Sikap dan perilaku mereka tidak jauh beda dengan saat mereka
belum naik haji. Bahkan mereka cenderung menunjukan sikap riya’ atas
kehajian mereka. Sebagai contoh, keharusan penambahan kata haji di depan
nama. Hal in sepertinya sudah lazim terjadi di masyarakat, khususnya
Indonesia.
18
Banyak orang yang beranggapan bahwa haji adalah sebuah gelar.
Kehajian mereka di gunakan untuk meningkatkan status sosial. Kekeliruan ini
kemudian di manfaatkan oleh sebagaian orang untuk pencitraan diri. Misalnya,
pada musim kampanye para calon-calon legislatif menuliskan gelar haji di
depan namanya. Kemudian para pejabat pemerintahan yang muslim, juga
melakukan hal yang sama. Sebutan haji sesungguhnya hanya ada dalam
masyrakat Indonesia saja. Penulis belum pernah mendengar ulama’ dari Arab
menggunakan gelar haji.
Uraian diatas menunjukan bahwa ada pemahaman yang keliru mengenai
makna dan tujuan ibadah haji. Selain ibadah mahdloh, haji merupakan ibadah
ghoiru mahdloh. Ibadah mahdloh adalah ibadah yang berhubungan langsung
dengan Allah atau bersifat vertikal. Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah
ibadah yang berhubungan antara manusia dengan manusia lainnya atau bersifat
horizontal. Akan tetapi kebanyakan orang hanya memahami haji merupakan
ibadah yang bersifat vertikal. Makna sosial yang ada didalamnya seringkali
terlupakan. Allah berfiman:
Artinya: (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji,
Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di
dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa
kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (QS. Al-Baqoroh: 197)
19
Dari pengertian ayat Al-Qur’an di atas, dapat dipahami bahwa ibadah
haji memiliki hubungan yang erat terhadap nilai-nilai sosial. Seperti,
persaudaraan, kesamaan derajat, dan pesatuan. Hal ini ditunjukan dengan
dilarangnya berbuat rafats (perkataan buruk), berbuat fasik (kerusakan), dan
beradu argument yang dapat menimbulkan perkelahian. Karena, ketiga
perbuatan itu dapat merusak keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena permasalah tersebut, penulis merasa perlu untuk meneliti
nilai-nilai pendidikan sosial yang ada di dalam ibadah haji. Akan tetapi,
penelitian ini akan di dasarkan pada study atas film Haji backpacker. Karena
menurut penulis, film ini memiliki hubungan dengan permasalahan diatas.
Haji Back Packer merupakan film religi yang di sutradarai oleh Daniel
Rifky. Tidak hanya memberikan sebuah hiburan saja, akan tetapi pelajaran
mengenai nilai-nilai sosial sangat kental sekali. Dalam kaitannya terhadap
pendidikan sosial, film ini memberikan pemahaman kepada para pembaca
tentang arti persaudaraan, kesamaan derajat, dan persatuan.
Kisah ini dimulai dari kisah seorang tokoh yang bernama Mada, yang
jatuh cinta kepada Sophia. Mada diperankan oleh Abimana arya satya.
Sementara Sophia, diperankan oleh Dewi sandra. Pada awalanya, Mada adalah
orang yang sangat ta’at pada agama. Disisi lain, ia juga memiliki sifat keras
kepala dan childish.
Suatu hari Mada datang kepada Shopia untuk menyatakan cinta. Akan
tetapi Shopia tidak memberikan jawaban apapun. Sebenarnya jauh didalam hati
Sophi, hanya menganggap Mada sebagai seorang sahabat. Sophi tidak tega
20
menolak Mada, karena takut menghancurkan keyakinan si Mada. Adegan ini
terjadi dalam menit ke-13. Selanjutnya dalam penolakan Shopi terlihat dalam
beberapa adegan selanjutnya.
Sebelum melamar Shopia, Mada berdoa kepada Allah untuk merestui
hhubungannya dengan Shopia. Menurut pemahamannya, Allah merestui
hubungannya dengan sang pujaan hati. Hingga akhirnya ia datang kepada Soffi
untuk melamarnya.
Akan tetapi, di hari pernikahan mereka, Shopi pergi meninggalkan Mada.
Padahal, dari kedua pihak keluarga, penghulu dan tamu undangan sudah berada
di masjid untuk melangsungkan ijab-qobul. Mada sangat terpukul atas kejadian
itu. Ia marah kepada keluarganya, kakaknya, bahkan kepada Tuhannya.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang backpacker.
Mada pergi ke Thailand untuk melupakan kejadian pahit yang menimpa
dirinya. Di Thailand, ia melampiaskan kemarahan dan kekecewaanya dengan
mabuk-mabukan dan pergi ke tempat hiburan.
Suatu malam Mada terlibat perkelahian dengan kelompok preman.
Dalam perkelahian itu, Mada menewaskan salah satu dari anggota preman
dengan mematahkan lehernya. Melihat temannya tewas, anggota preman yang
lain hendak menuntut balas kepada Mada. Akan tetapi, Mada dan temannya
dapat melarkan diri dengan menodongkan pisau. Aksi kejar-kejaran pun
terjadi. Mulai saat itu Mada menjadi buronan anggota preman tersebut. Adegan
ini menggambarkan watak si Mada yang childish. Adegan ini ditempatkan
sutradara dalam menit ke- 4.
21
Kabar pembunuhan itupun segera menyebar luas. Kakak Mada dan
Kedutaan Besar Indonesia yang berada di Thailand segera mengetahui kejadian
itu. Kakak Mada menyarankannya untuk pulang ke Indonesia, akan tetapi
Mada menolak. Akhirnya Mada pergi ke Vietnam atas saran dari salah seorang
staff kedubes tersebut.
Di Vietnam, Mada seperti gelandangan. Ia tidur di terminal, taman kota,
dan emperan toko. Untuk menyambung hidupnya ia bekerja sebagai kulli.
Kesehatan Mada semakin memburuk. Ia tidak punya cukup uang untuk berobat
dan mencari penginapan yang layak. Akhirnya ia tidur di dalam kardus. Ia
tidak tahu kalau kardus itu akan dikirim ke China.
Saat didalam kardus, ia merasa seperti tidur. Ia bermipi melihat dirinya
mati. Hingga akhirnya ia terbangun dan sudah berada di keluarga Shuchun.
Shuchun adalah anak seorang tabib dan sekaligus imam masjid di
kampungnya.
Keluarga Shuchun merupakan keluarga yang bijaksana. Hal ini tercermin
saat Mada diajak untuk sholat berjamaah di masjid oleh ayah Shuchun. Akan
tetapi Mada menolak. Kemudian ayah Shuchun bertanya tentang agamanya.
Mada tetap menjawab seorang muslim akan tetapi sudah lama tidak
bersembahyang. Ayah Shuchupun tidak memaksa dan malah meminta maaf
karena sudah menanyakan privasinya. Ia tetap berpikiran baik kepada Mada
bahwa yang dilakukan Mada pasti mempunyai alasan yang kuat. Dalam adegan
ini, mengandung pelajaran untuk saling menghormati privasi seseorang. adegan
ini terlihat saat durasi waktu menujukan menit ke -42.
22
Setelah itu, Mada pergi bersama Shuchun ke suatu tempat yang indah.
Disitu terlihat pegunungan dan aliran sungai yang jernih. Pemandangan di desa
Shuchun memang sangat indah. Kemduian mereka saling bertukar pikiran.
Shuchun menanyakan alasan Mada tidak mau bersembahyang lagi. Dan
akhirnya Madapun menceritakannya.
Dalam adegan ini, terjadi dialog yang menarik untuk disimak. Shuchun
mengomentari cerita Mada, bahwa rencana Allah sangat sempurna, dan
kekecewaan Mada hanya mencerminkan dirinya yang tidak mau menurut
kepada Allah. Kata-kata dari Shuchun kemudian menggetarkan kekerasan
hatinya. Kemudian ia pergi merenungi kebenaran kata-kata Shuchun.
Setelah merenungi kata-kata Shuchun, ke esokan harinya, Mada
memutuskan untuk pergi. Sebelum dia pergi, ayah Shuchun memberikan
sebuah kitab kepadanya. Yaitu, kitab Al-hikam.
Akhirnya ia pergi bersama paman Shuchun yang kebetulan sedang
mencari pengganti pekerjanya yang kabur. Di kota Lijiang, ia membantu
paman Shuchun berjualan. Suatu hari saat toko sedang sepi, Mada tertidur. Ia
bermimpi menaiki sebuah balon udara, kemudian balon udara itu jatuh karena
tertabrak kubah masjid. Mimpi itu dialaminya berulang kali.
Kemudian Mada berencana untuk ke India atas saran dari pemilik toko
sebelah. Di India dia disuruh menemui Syed Saman Chindy. Dia adalah
seorang ulama’ dan ahli tafsir mimpi.
Setelah pamit dengan pemilik toko, Mada di beri upah kerja dan
melanjutkan perjalanannya ke India. Dalam perjalanan Mada menuju India, dia
23
melewati negri Nepal dan Tibet. Ciri khas negeri tersebut di gambarkan
melalui tayangan penduduk yang sedang melakukan ritual keagamaan. Selain
itu, letak tempat ibadah tersebut berada di atas bukit.
Akhirnya sampailah Mada di India dan bertemu dengan Syed Salman
Childy. Sebelum Mada menceritakan keresahan hatinya, Syed Salman sudah
mengetahui maksud dan tujuannya. Bahkan, juga sudah mengetahui mimpi
yang dialaminya. Mada pun takjub melihat Syed Salam Chindy.
Dalam suatu adegan yang, saat film sudah menjukan durasi 1 jam lebih
18 menit, Mada melihat temanya menggedong seorang kakek yang lumpuh
untuk pergi ke Masjid. Kejadian ini mengingatkan Mada kepada ayahnya.
Kemdian ia berencana untuk ke Arab Saudi untuk mencari makam ayahnya.
Ayahnya meninggal di Arab Saudi saat menunaikan ibadah haji.
Akhirnya Mada melanjutkan perjalanannya ke Arab Saudi. Ditengah-
tengah perjalanan ia dihadang oleh suatu kelompok bersenjata. Mada dituduh
sebgai agen Mossad dan sempat di intimidasi. Kejadian ini terjadi saat di Iran.
Akhirnya Mada bisa lolos saat komandan pasukan menuruhnya membaca Al-
qur’an. Karena mengetahui Mada seorang muslim akhirnya ia ditolong dengan
mencarikan pekerjaan untuk Mada. Ia bekerja di suatu kapal yang menuju Arab
Saudi sebagai tukang bersih-bersih.
Sampailah Mada di Arab Saudi. Mada berhenti di tempat pemakaman
dan meratapi segala kesalahannya. Dia teringat sosok ayahnya yang selama ini
ditinggkalnnya. Dia juga menyesal karena tidak tahu makam ayahnya.
24
Akhirnya Mada bertobat dan sekaligus menunaikan ibadah haji pada saat
musim hajji datang.
Pada saat pengembaraan si Mada, peristiwa-peristiwa yang di alamiya
merupakan makna dari simbol-simbol dalam ritual haji. Banyak pesan-pesan
sosial yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka
penulis tertarik untuk meniliti kandungan nilai-nilai pendidikan sosial dalam
film yang berjudul “Haji Back Packer” karya Daniel Rifky.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan beberapa
masalah antara lain:
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam film
Haji Backpacker?.
2. Apa pengertian Interaksi Simbolik?
3. Apa pengertian kedewasaan spiritual?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nilai-nilai
pendidikan sosial dalam ibadah haji study atas film “Haji Back Packer” karya
Danial Rifky.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, di harapkan dapat memberikan manfaat kepada
pembaca baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah khazanah keilmuwan terutama pada karya seni film.
25
b. Sebagai landasan pemikiran dalam menerapkan teori-teori yang sudah
ada dengan realitas kehidupan di masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai sarana transformasi nilai-nilai pendidikan yang ada dalam
masyarakat.
b. Dapat memberikan kontribusi kepada pembaca dalam pendidikan terutam
dalam memahami makna atau hikmah yang terkandung dalam sebuah
film.
E. Penegasan Isltilah
Untuk menghindari kesalahpahaman bagi pembaca, maka penulis merasa
perlu meguraikan judul skripsi ini, yaitu “ Nilai-Nilai Pendidikan Sosial
dalam Ibadah Haji (Study atas Film Haji Back Packer)”. Penegasan ini
juga di maksudkan agar pembaca dapat dengan mudah memahi isi skripsi ini.
Adapun rincian pejelasan mengenai judul skripsi ini sebagai berikut:
1. Nilai
Nilai (Value) dalam Kamus Besar Bahas Indonesia berarti “harga atau
mutu sesuatu”. Setiap barang atau peristiwa tidak bisa lepas dari nilai. Nilai
inilah yang menyifati segala hal yang ada di dunia baik peristiwa maupun
barang. Selanjutnya Aziz (2009: 120) menjelaskan bahwa nilai merupakan
suatu otoritas ukuran dari subjek yang menilai, dalam artian koridor
keumuman dan kelaziman dalam batas-batas tertentu yang pantas bagi
pandangan individu dan sekelilingnya.
26
Menurut Horton dan Hunt dalam Narwoko dan Syanto (2006: 55) nilai
adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak.
Nilai juga dapat diartikan sebagai tolok ukur mengenai suatu makna yang
terkandung dalam suatu peristiwa. Tolok ukur ini digunakan sebagai standar
pertimbangan baik-buruk atau benar-salah terhadap suatu masalah.
2. Pendidikan Islam
Pendidikan berasal dari kata “didik”. Mendapat imbuhan “pe-an”
menjadi “pendidikan”. Secara etimologi, didik berarti “memelihara dan
memberi latihan”. Imbuhan “pe-an” memberi pengertian suatu proses atau
usaha. Jadi pendidikan adalah suatu proses atau usaha untuk mendidik dan
memelihara sesuatu.
Rifai dan Murni dalam Syukur (2014: 20) berpandangan bahwa
pendidikan adalah proses secara sistematis untuk mengubah tingkah laku
seseorang kearah yang lebih baik
Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu “socius” yang berarti
“kawan” (Narwoko dan Suyanto: 2006: 2). Pengertian sosial secara
etimologi ini merujuk pada hubungan manusia secara individu atau
kelompok. Oleh karena itu, manusia juga disebut dengan makhluk sosial.
Artinya, manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan
dari orang lain.
Jadi, pendidikan sosial adalah usaha yang di lakukan secara sadar oleh
seorang pendidik untuk mengarahkan sikap dan perilaku peserta didik
kepada nilai-nilai atau norma-norma kemasyarakatan.
27
3. Film Haji Back Packer.
Haji Back Packer pada mulanya adalah sebuah novel karya Aguk
Irawan MN. Kemudian, novel ini diangkat menjadi karya film oleh Daniel
Rifki. Mada, tokoh utama dalam film ini diperankan oleh Abimana Arya
Satya.
Dalam film Haji Back Packer, Mada digambarkan sebagai seorang
yang sangat patuh dalam keluarga. Akan tetapi, karena suatu masalah ia
merasa kecewa dan marah. Kemudian si Mada pergi meninggalkan
keluarganya dan juga agamannya. Oleh karena suatu peristiwa
juga,kemudian dia sadar dan kembali kejalan yang benar.
Jadi, Film Haji Back Packer ini tidak menceritakan teknis-teknis
dalam ibadah haji. Akan tetapi lebih terfokus pada perjalanan spiritual si
Mada yang kembali menemukan Tuhannya setelah ia tinggalkan.
Selain nilai-nilai spiritual, film ini juga mengandung nilai-nilai
pendidikan sosial yang tergambar dalam beberapa peristiwa yang di alami
oleh Mada selama mengembara. Hal inilah, yang menarik perhatian penulis
untuk mengangkat nilai-nilai sosial dalam film ini. Lebih lanjut, penulis
menjelaskan bahwa film Haji Backpacker sesungguhnya menggambarkan
perjalanan dalam ibadah haji yang penuh dengan nilai-nilai spiritual dan
sosial.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
28
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Yaitu, prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif (Bogdan dan Taylor: 1992: 21). Jenis
penelitian ini sangat cocok digunakan dalam skripsi ini. Penulis
menganalisa setiap kejadian yang terdapat didalam film Haji Backpecker,
kemudian mendeskripsikannya atau menggambarkannya melalui tulisan.
Tentunya penulis hanya membatasi pada kejadian yang mengandung unsur
nilai pendidikan sosial. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan dalam
skripsi ini sesuai dengan judulnya.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan
sosial dalam ibadah haji yang terdapat dalam film Haji Back Packer.
3. Sumber Data
Data yang diambil dari penelitian ini adalah adegan dan dialog yang
ada dalam file film “Haji BackPacker”.
Adapun sumber data dari penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang di peroleh langsung dari subyek
penelitian. Dalam penelitian ini, File film Haji Back Packer merupakan
data primer, yang kemudian di terjemahkan dalam bentuk skenario.
b. Data skunder
Data skunder adalah data tambahan yang sifatnya melengkapi
data yang sudah ada. Buku, dokument, internet, dan sumber data
29
lainnya yang dapat di jadikan sebagai data tambahan atau data
pelengkap.
4. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan penulis adalah Content Analysis (Analisis
Isi) yaitu, penelitian yang dilakukan untuk menganalisis data yang
terdokumentasi dalam rekaman suara, gambar, atau tulisan. Conten analysis
berangkat dari anggapan dasar dari ilmu-ilmu sosial bahwa studi tentang
proses dan komunikasi adalah dasar-dasar ilmu sosial. Dalam hal ini,
penulis melihat dan memahami adegan-adegan dalam film yang
berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan sosial dalam film Haji
Backpacker. .
Secara teknik, Content Analysis mencakup upaya-upaya klasifikasi
lambang-lambang yang di pakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria
dalam klasifikasi dan teknik analisis tertentu dalam membuat prediksi (
Bungin: 2010: 84). Dalam hal ini Krispendoff dalam Subrayogo (2001: 71)
juga berpendapat bahwa analisis isi bukan sekedar menjadikan isi pesan
sebagai obyeknya, melainkan lebih dari itu, terkait dengan konsepsi-
konsepsi yang lebih baru tentang gejala-gejala simbolik dalam dunia
komunikasi. Oleh karena itu, analisis isi berhubungan erat dengan
komunikasi atau isi komunikasi itu sendiri. Lebih lanjut, Krispendoff (1993:
15) menambahkan sebagai suatu tehnik peneliytian, analisis isi mencakup
prosedur-prosedur khusus untuk memproses data dengan tujuan
memberikakn pengetahuan, membuka wawasan baru dan menyajikan fakta.
30
G. Kajian Pustaka
Sebagaiamana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini
difokuskan pada nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang
didasarkan pada study atas film Haji Backpacker. Untuk menunjukan bahwa
topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam kontek yang
sama, maka penulis akan menuliskan beberapa judul skripsi terdahulu yang
berkaitan dengan tema pembasan penelitian ini. Diantara skripsi tersebut
adalah:
Skripsi Syahdara Anisa Ma’ruf (2011) mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam film Sang
Pencerah. Dalam skripsi ini menjelaskan tentang film Sang Pencerah
sebagai alat bantu atau media dalam pendidikan Islam. Film sang pencerah
berbicara tentang Islam yang progresif, aktualis dan yang tidak hanya
membahas masalah syari’at, melainkan juga kemslahatan umat untuk
menegakkan agama Allah.
Skripsi Rosyid Rohman Nur Hakim (2012) mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta dengan judul “ Representasi Ikhlas dalam Film Emak
Ingin Naik Haji” yang didasarkan atas analisis semiotik terhadap tokoh
emak. Sementara metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif. Skripsi ini menjelaskan bagaimana ikhlas dipresentasikan
melalui tokoh emak yaitu, 1) pantang menyerah, 2) orang yang ikhlas dan
lebmbut hatinya, 3) istiqomah, 4) berusaha membantu orang lain yang
31
membutuhkannya, 5) selalu memaafkan kesalahan orang lain, 6) tidak
membeda-bedakan dalam pergaulan, 7) tawakal, dan 8) bersyukur.
Skripsi Ahmad Dairowi (2002) mahasiswa jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mengangkat
judul “Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Surat At- Taubat Ayat 71
Analisis Ilmu Pendidikan Agama Islam”. Skripsi ini membahas mengenai
nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam surat AT-Taubah ayat
71. Penelitian ini tergolong penelitian yang bertumpu pada study
kepustakaan (libarary reaserc). Sebab data yang dikumpulkan lebih banyak
mengambil dari buku, kitab atau dokument. Untuk mengolah data salah satu
metode yang digunakan penulis adalah metode analisis konsep. Yaitu, suatu
metode yang digunakan untuk menganalis ide atau pengertian dari para ahli
teori. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa nilai pendidikan sosial yang
terkandung dalam surat At-Taubat ayat 71 adalah tolong menolong sesama
manusia. Selain itu, skripsi ini juga membahas implikasi nilai pendidikan
sosial dalam dunia pendidikan.
Skripsi Siti Muniroh Ahmad (2004) mahasiswa IAIN Walisongo
Semarang dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Sosial dalam Ibadah Zakat”.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode library reaserc. Dalam
mengolah data penulis menggunakan metode analisis isi dan tematik.
Melalui metode tersebut, penulis menganasilis nilai-nilai pendidikan sosial
yang terkandung dalam ibadah zakat. Adapun nilai-nilai pendidikan sosial
yang terkandung didalamnya adalah taqwa, persaudaraan, solidaritas sosial.
32
Skripsi Panji Dwi Laksmana (2015) mahasiswa Pendidikan Sastra
dan Bahasa Indonesia dari Universitas Muhammadyah Surakarta (UMS)
yang mengangkat judul “Aspek Motivasi Tokoh Utama dalam Novel Haji
Backpacker karya Aguk Irawan: Tinjauan Psikologi Sastra dan
Implementasinya Sebagai Bahan Ajar di SMA”. Dalam pembahasan skripsi
ini lebih menekankan pada struktur dalam novel dan aspek motivasi tokoh
utama. Adapun struktur tema yang terdapat dalam novel ini adalah tentang
perjuangan, cinta, dan kehidupan. Sementara aspek motivasi dalam novel ini
adalah motivasi internal vs motivasi eksternal,motivasi mengajar
kesenangan vs motivasi menjauhi rasa sakit, motivasi positif vs negatif,
motivasi dini vs terlambat, motivasi pribadi vs orang lain, dan motivasi
statis vs motivasi dinamis. Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian
kualitatif deskriptif. Sementara tehnik yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah tehnik pustaka.
Dari beberapa penelitian diatas, penulis belum menemukan judul
yang sama dengan skripsi ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya terletak pada objek kajiannya. Dengan demikian, penelitian ini
dapat dipertanggung jawabkan keasliaanya.
H. Sistematika Penulisan
BAB I berisi tentang Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah dan sistematika penulisan.
33
BAB II menjelaskan gambaran secara umum mengenai nilai-nilai
pendidikan sosial. Seperti, penegertian pendidikan sosial, ruang lingkup,
urgennya pendidikan sosial. Selain itu, mengenai film sebagai media
pembelajaran, pengertian sampai kekuarangan dan kelebihan film sebagai
media pembelajaran juga dibahas dalam bab ini.
BAB III berisi tentang paparan data penelitian yang menggambarkan film
Haji Backpacker seperti tema, profil film, penokohan, lattar/ setting serta
biografi singkat sutradara.
BAB IV dalam bab ini menjelaskan tentang analisis film yang berisi
tentang Interaksi Simbolis dan Kedewasaan spiritual. Interaksi Simbolis ini
meliputi, sikap tolerasi, kasih sayang antar sesama dan tolong menolong.
Sementara dalam Kedewasaan Spiritual, mencakup pengalaman spiritual dan
kematangan beragama.
BAB V berisi tentang Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
Bagian akhir berisi tentang daftar pustaka dan riwayat hidup penulis.
34
BAB II
LANDASAN TEORI
A. NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL
1. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Sosial
a. Pengertian Nilai
Nilai adalah suatu bagian yang pentiang dalam kehidupan
masyarakat. Suatu tindakan dianggap benar atau salah dan pantas atau
tidak jika sesuai dengan nilai-nilai yang telah disepakati bersama oleh
masyarakat dimana tindakan itu dilakukan. Hal ini seseuai dengan
pendapat Thaha (1996: 61) bahwa nilai menunjukan esensi yang melekat
pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.
Menurut Kattsoff (1992: 333) nilai sebagai esensi adalah hasil
ciptaan yang tahu, nilai sudah ada sejak semula, terdapat dalam setiap
kenyataan namun tidak bereksitensi, nilai itu bersifat obyektif dan tetap.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang
mendasari segala hal yang ada di dunia ini. Sebab, nilai itu sendiri selalu
melakat pada setiap kenyataan. Sebagai contoh, mencuri merupakan
perbuatan yang buruk. Tindakan mencuri adalah kenyataan dan
pandangan masyarakat mengenai keburukan merupakan nilai yang
melekat pada tindakan itu.
Jadi, nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat
berarti dan berguna sebagai pertimbangan baik-buruk atau benar salah
35
mengenai suatu kenyataan. Dengan kata lain, esensi tersebut dapat
dijadikan suatu petimbangan dalam suatu hal.
Jika dikaitkan dengan istilah pendidikan, nilai merupakan suatu hal
yang ditanamkan kepada peserta didik oleh pendidik secara sadar untuk
mengembangkan potensi yang ada didalam diri peserta didik. Menurut
Sastrapratedja dalam Kaswardi (1993: 3) dalam hubungannya dengan
pendidikan, nilai dapat diartikan sebagai penanaman dan pengembangan
nilai-nilai dalam diri seseorang. Hakikat dari nilai-nilai yang dimaksud
adalah ajaran-ajaran luhur untuk mengarahkan sikap dan perilaku
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Pengertian Pendidikan Sosial
Pendidikan sosial adalah usaha untuk membimbing dan
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat
berperan serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat lingkungannya
(Jalaludin: 2003: 95). Berbeda dengan Purwanto (1998: 171) yang
menyatakan bahwa pendidikan sosial adalah pengaruh yang disengaja
yang datang dari pendidik-pendidik terhadap anak. Pengaruh-pengaruh
tersebut dimaksudkan untuk mengarahkan anak untuk menjadi anggota
yang baik dalam golongannya.
Pendapat Purwanto tersebut sejalan dengan pemikiran Ulwan (1981:
391) bahwa yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah pendidikan
anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan
dasar-dasar psikhis yang mulia dan bersumber pada akidah islamiyyah
36
yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam, agar di dalam
masyarakat nanti bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik,
keseimbangan akal yang matang dan tindakan bijaksana. Jadi, pendidikan
sosial ini merupakan manifestasi dari perilaku dan watak yang mendidik
anak untuk menjalankan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Selain itu juga dapat menjadi kontrol sosial terhadap perilaku anak
Jadi nilai-nilai pendidikan sosial yang dimakasud penulis adalah
suatu esensi yang melekat pada setiap kenyataan yang ditanamkan oleh
pendidik kepada peserta didik sebagi bekal pertimbangan moral hidup di
masyarakat.
2. Metode Pendidikan Sosial
Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Greek “meta” yang berarti
melalui dan “hodos” yang berarti jalan (Arifin: 2000: 97). Sedangkan dalam
pengertian yang umum “metode” diartikan cara mengerjakan sesuatu. Dalam
proses pendidikan, metode mempunyai peranan untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan yang telah ditentukan.
Secara istiliah metode juga dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai
tujuan. Efektivitas dan efisiensi suatu metode sangat bergantung pada situasi
dan kondisi pemakai. Selain itu pemakain metode harus disesuaikan dengan
situasi lingkungan sekitar.
Pemahaman mengenai metode ini menjadi sangat penting, sebab dapat
mempengaruhi arah dan tujuan suatu pendidikan. Dampak yang sering
37
muncul adalah penyelewengan dan kurang maksimalnya suatu proses
pembelajaran.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, metode dapat diartikan
dengan cara untuk mencapai tujuan pendidikan. Penggunaan metode dalam
proses pendidikan pada dasarnya adalah bentuk sikap selektif terhadap
pelaksanaan pengajaran.
Mainhaim dalam Joesosf (1992: 115-117) berpendapat bahwa ada dua
metode yang dapat digunakan yaitu:
a. Metode langsung, adalah mengadakan hubungan langsung secara pribadi
dan kekeluargaan dengan individu-individu yang bersangkutan, yaitu
dengan cara langsung mendatangi dan memberikan arahan serta bimbingan
agar orang tersebut mempunyai keinginan untuk berbuat kebaikan.
b. Metode tidak langsung, maksudnya mengadakan hubungan secara tidak
langsung kepada individu/masyarakat yang menjadi sasaran. Cara ini juga
bisa dimanfaatkan walaupun tidak secara langsung menghadapi orang,
karena dengan cara ini bisa memberikan nasehat pada orang lain setelah
itu dia akan menyampaikannya pada orang tersebut.
Sedangkan metode pendidikan sosial menurut Ulwan(1981: 392)
adalah:
a. Penanaman dasar-dasar psikhis yang mulia, seperti: takwa, persaudaraan,
kasih sayang, mengutamakan orang lain, dan suka memberi maaf.
b. Pemeliharaan hak-hak orang lain, baik terhadap orang tua, saudarasaudara,
tetangga, teman maupun terhadap orang yang lebih tua.
38
c. Pelaksanaan tata kesopanan sosial, seperti adab makan dan minum, adab
memberi salam, adab minta ijin, dan adab di dalam majlis.
d. Pengawasan dan kritik sosial, misalnya memelihara pendapat umum.
Selain itu, Khatib (2001: 95-96) menyatakan bahwa ada cara-cara yang
harus ditempuh dalam pendidikan sosial antara lain:
a. Memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam tingkah laku
sosial yang sehat berdasar prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama.
b. Menjadikan rumah itu sebagai tempat di mana tersedia hubungan-
hubungan sosial yang berhasil.
c. Menggalakkan mereka mendapatkan kerja yang menolong mereka
berdedikasi dari segi ekonomi.
d. Membiasakan mereka hidup sederhana supaya lebih bersedia menghadapi
kesulitan hidup sebelum terjadi.
e. Bersifat adil di antara mereka.
f. Membiasakan mereka cara-cara Islam dalam makan,minum, duduk, tidur,
memberi salam, berziarah, masuk rumah yang telah di diami orang dan
lain-lain lagi kegiatan hidup.
g. Membiasakan anak-anaknya secara berangsur-angsur berdikari dan
memikul tanggungjawab dan membimbingnya, jika mereka bersalah
dengan lemah lembut.
h. Menjauhkan mereka dari sikap manja dan berfoya-foya, jangan menghina
dan merendahkan mereka dengan kasar sebab sifat memanjakan dan
kekasaran itu merusak kepribadian anak.
39
i. Memperlakukan mereka dengan lemah lembut dengan menghormatinya di
depan kawan-kawannya tetapi jangan melepaskan kekuasaan kebapaan
mereka terhadap anak-anaknya.
Dari pemapaparan berbagai pendapat para ahli tersebut, maka dapat
dipahami bahwa seorang anak harus harus diajarkan dan dibiasakan untuk
melakukan hal-hal yang baik. Dengan kata lain, metode pendidikan sosial
merupakan cara yang aplikatif penanaman nilai-nilai sosial dalam kehidupan
sehari-hri.
3. Tujuan Pendidikan Sosial
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
suatu tujuan, harus mempunyai landasan berpijak yang baik dan kuat
(Darodjat: 1996: 19). Tujuan itu sendiri adalah sesuatu yang diinginkan
tercapai setelah usaha atau kegiatan tersebut selesai. Dalam suatu pendidikan
tujuan yang hendak dicapai pada hakikatnya adalah aplikasi dari nilai-nilai
yang melekat pada pribadi seseorang. Nilai-nilai tersebut dapat
mempengaruhi watak dan perilaku seseorang yang menjelma melalui tingkah
laku. Dalam pendidikan sosial diharapkan terciptanya manusia yang tanggap
akan masalah-masalah sosial, sehingga dapat berperan aktif dalam
membangun masyarakat yang lebih baik (Humaid: 2011).
Abdullah (1994: 150) berpandangan bahwa tujuan pendidikan sosial
adalah peserta didik diharapkan mampu menguasai keterampilan-
keterampilan sosial yang dibutuhkan agar mampu berkomunikasi dengan
yang lain. Keterampilan-keterampilan sosial yang dimaksud adalah
40
kemampuan untuk berinteraksi dengan baik kepada orang lain, mampu
memberikan solusi terhadap suatu permasalahan, mempunyai kepekaan sosial
serta dapat bersikap dengan tepat saat ketika menghadapi suatu permasalahan
yang rumit.
Sementara menurut Jalaludin (2003: 95) Tujuan pendidikan sosial
adalah membentuk manusia yang memiliki kesadaran akan kewajiban, hak
dan tanggungjawab sosial serta sikap toleran, agar keharmonisan antar
sesama manusia dapat berjalan dengan harmonis. Dalam hubungannya
dengan kehidupan bermasyarakat, maka tujuan pendidikan diarahkan kepada
pembentukan manusia sosial yang memiliki sifat toleran, tolong menolong,
cinta kasih serta ketaqwaan sebagai dasar sikap dan tingkah laku.
Syaibani dalam Langgulung (1979: 426-427) berpendapat bahwa
perubahan yang diinginkan melalui proses dan usaha pendidikan baik dalam
tingkah laku, kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat, dan alam sekitar
dimana individu itu hidup. Proses pengajaaran tersebut merupakan suatu
aktivitas asasi dalam masyarakat.
Dari berbagai pendapat para ahli diatas maka penulis merumuskan
tujuan pendidikan sosial adalah membentuk manusia yang memiliki
keterampilan-keterampilan sosial, kesadaran akan hak dan kewajiban serta
tanggung jawab sosial sebagai bekal hidup ditengah-tengah masyarakat.
Lebih lanjut penulis menjelaskan, dengan adanya pendidikan sosial
diharapkan mampu menciptakan masyarakat yang lebih baik.
41
B. Urgensi Pendidikan Sosial
Di era globalisasi ini, tuntutan kebutuhan semakin meningkat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu faktor
pendorongnya. Hal inilah yang memicu timbulnya persaingan bebas
dikalangan masyarakat. Masyarakat yang tidak mampu bersaing menjadi
kelompok yang termarjinalkan atau tertindas.
Persaingan yang terjadi, menyebabkan masyarakat kehilangan kepedulian
sosial. Masyarakat cenderung memikirkan diri sendiri atau kelompoknya
dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, pendidikan sosial menjadi
sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang sosialis. Melalui
pendidikan sosial, seseorang akan lebih peka terhadap situasi yang terjadi di
lingkungan sekitarnya.
Pendidikan merupakan institusi sosial yang menggarap manusia melalui
proses tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Manusia merupakan kesatuan
antara jiwa dan raga. Maka dari itu, untuk mengembangkan potensi yang ada,
serta keterampilan-keterampilan sosial dibutuhkan suatu pendidikan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai sosial kemasyarakatan.
Berkaitan dengan hal ini, Fakhrudin (2014: 94) menyatakan bahwa suatu
pendidikan harus memberikan prioritas untuk membangkitkan nilai-nilai
kehidupan, serta menjelaskan implikasinya terhadap kualitas hidup
masyarakat. Sementara nilai-nilai kehidupan dalam pembahasan ini adalah
nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sebab, tujuan pendidikan sosial
bagi seseorang pada hakikatnya adalah untuk membangun masyarakat yang
42
humanis melalui keterampilan-keterampilan sosial yang didapatnya melalui
proses pendidikan.
Mulyana dalam Fakhrudin (21014: 95) menyatakan kaitannya dengan
dinamika kehidupan bahwa pendidikan sosial secara praktis untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya dehumanisasi yang disebabkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sementara humanisasi sendiri adalah merupakan
suatu proses membangun karakter kemanusiaan dalam diri manusia, yang
menghargai harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang memiliki
hak-hak sosial. Dengan demikian, pendidikan sosial menjadi penting sebab
pendidikan sosial bermaksud membentuk insan manusia yang memiliki
komitmen humaniter sejati, yaitu insan yang memiliki kebebasan, kesadaran
dan tanggung jawab sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial
(Sulistyorini: 2011: 33).
C. Gambaran Umum Mengenai Film
1. Pengertian dan Sejarah Film Indonesia.
a. Pengertian Film
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di
mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara
mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak
dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang continue
(Arsyad: 2011: 48). Selain itu juga ada penambahan efek audio yang
semakin memberikan kesan nyata dalam setiap gambar. Oleh karena itu,
film termasuk dalam media audio visual.
43
Film sering juga disebut gambar hidup (moving picture).
Sementara yang dimaksud dengan gambar hidup adalah kombinasi antara
gerakan, kata-kata, musik dan warna (Hamalik: 1977: 102). Lebih lanjut
penulis menjelaskan film itu diproyeksikan melalui lensa proyektor secara
mekanis. Kemudian pada layar muncul gambar yang berkesan hidup atau
nyata.
Dalam UU perfilman No. 8 tahun 1992 karya cipta budaya yang
merupakan media komunikasi massa dipandang, didengar yang dibuat atas
dasar asas sinematografi direkam pada pita selluloid, pita video, piringan
video dan bahan-bahan hasil temuan teknologi lainnya dalam segala
bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi elektronik dan proses
lainnya.
Film pada dasarnya hanyalah sebuah gambar yang bergerak.
Gerakan yang muncul merupakan disebabkan karena keterbatasan
kemampuan mata dan otak manusia dalam menangkap pergantian
sejumlah gambar dalam hitungan detik. Film menjadi media yang sangat
berpengaruh, karena efek audio dan visualnya dapat berkolaborasi dengan
baik sehingga membuat para penontonnya tidak merasa bosan dan lebih
mudah mengingatnya.
Dalam hal mengembangkan pesan, film memiliki kelebihan
dibandingkan dengan media lain. Film dapat menjangkau orang banyak
dalam waktu yang cepat dan serentak. Selain itu, film mampu
44
memanipulasi kenyataan yang nampak dengan pesan fotografis tanpa
kehilangan kredibilitasnya (Quail: 1991: 15)
b. Sejarah Film
Pertunjukan film di Indonesia mulai dikenal orang pada tahun
1990. Sebab, pada waktu itu iklan pemutaran film di bioskop sudah
termuat dalam koran-koran. Sedangkan untuk pembuatan film di Indonesia
sesungguhnya sudah dikenal orang sejak tahun 1910. Itupun hanya sebatas
film dokumenter, berita atau laporan. Pada tahun 1926, barulah mulai
pembuatan film cerita pertama kali di Bandung.
Assegaf dalam Rousydiy(1989: 188) mengemukakan bahwa dalam
catatan Armijn Pane, inisiatif pembuatan film di Indonesia pada mulainya
dipegang oleh dua orang tokoh dari Eropa yaitu, F. Charli dan G. Kruger.
Lebih lanjut Efendy (2003: 211) menjelaskan film yang pertama kali di
Indonesia adalah “Lely dan Java” yang diproduksi di Bandung oleh David.
Sementara untuk film yang pertama kali dimuat dalam surat kabar adalah
Loetoeng Kasarung oleh Haeuveldrop. Film ini juga merupakan film cerita
pertama kali di Indonesia. Film ini diputar dibioskop Elita dan Oriental di
kota Bandung. Kemudian Eulis Atjih, Bung Amat Tangkap Kodok, dan
Lari Arab. Eulis Atjih ini, selanjutnya menyebabkan munculnya film Nyai
Desima yang menggambarkan kehidupan Indonesia dan Belanda.
Selain orang-orang dari Eropa, selanjutnya adalah orang dari
Tionghoa yang ikut memperluas khasanah perfilman di Indonesia pada
waktu. Oleh orang Tionghoa, film juga dijadikan barang komersil yang
45
menguntungkan. Mereka mendirikan Jacarta Film Co dan Tan, yang
dikenal dengan Wong Bersaudara. Perusahaan ini sangat populer di
massanya.
Perusahaan film Wong Bersaudara berkembang sangat pesat
hingga menghasilkan berbagai film seperti, Pareh (Manus Franken),
Terang Bulan (1937), Fatimah (1938) dan sebagaianya. Selanjutnya
perusahaan ini kemudian diambil alih oleh Jepang ketika perang Asia
Timur Raya Pecah. Tidak hanya Wong Besaudara, perusahaan film seperti
South Pacific dan Multi Film juga menjadi korban dari perang antara
Jepang dan Belanda ini.
Pada waktu itu, Jepang menggunakan film sebagai alat
propaganda. Pemerintah Jepang kemudian mendirikan pusat kebudayaan
Keiin Bunka Shidoso yang bergerak dalam bidang kesenian. Dan pada
akhirnya berdirilah organisasi yang mengatur tentang film yaitu Jawa Eiga
Kosha (Perusahaan Film Jawa) pada bulan Oktober 1942.
Berbeda dengan beberapa tahun yang lalu, dunia perfilman
Indonesia saat ini sudah mengalami beberapa kemajuan. Dalam hal
teknologi, kualitas gambar yang sudah berwarna. Berbeda dengan zaman
dahulu, gambar pada film masih hitam putih. Selain itu, kemajuan yang
lain adalah munculnya beberapa televisi swasta seperti, SCTV, RCTI, TPI,
ANTV, TRANS TV dan sebagainya.
46
2. Unsur dan Jenis-jenis Film
a. Unsur-unsur dalam Film.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah fil antara lain:
1) Judul
2) Crident title yang meliputi produser, karyawan, artis dan sebagainya.
3) Tema
4) Intrik yaitu, usaha pemeranan film untuk mencapai tujuan.
5) Klimaks adalah benturan antara kepentingan
6) Plot atau alur cerita.
7) Suspend atau keterangan mengenai masalah.
8) Setting, berkaitan dengan latar belakang terjadinya peristiwa, waktu,
dan tempat.
9) Sinopsis adalah gambaran secara umum mengenai cerita.
10) Trailer yaitu, bagian yang paling menarik dalam film.
11) Karakter atau watak yang diperankan oleh tokoh.
b. Jenis-jenis Film.
Ditinjau dari segi sifatnya, film dibedakan menjadi beberap jenis, antara
lain:
1) Film cerita (story)
Film cerita adalah jenis film yang menyajikan kepada publik
sebuah cerita. Film jenis ini lazim dipertontonkan di bioskop dengan
pemain para bintang film terkenal. Film cerita disitribusikan
47
layaknya barang dagangan, untuk semua kalangan masyarakat,
dimanapun ia berada.
2) Film berita (news)
Film berita adalah film mengenai peristiwa yang benar-benar
terjadi. karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada
public harus mengandung niali berita.
3) Film dokumenter (documentary film)
Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya
adalah penyajian hubungan manusia yang didramatisir dengan
kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial maupun
politik, dan jika dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang
kurang penting dibanding isinya.
4) Film kartun (cartoon film)
Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis. Satu perstau
gambar dilukis dengan seksama umtuk kemudian dipotret satu per
satu pula. Dan apabila rangkaian lukisan sebanyak 16 buah, setiap
detiknya diputar dalam proyektor film, sehingga lukisan tersebut
menjadi terlihat hidup.
Film Haji Backpacker ini termasuk dalam jenis film cerita. Sebab
dalam film ini berisi tentang cerita perjalanan spiritual seorang tokoh
melalui serangkaian peristiwa yang dialaminya.
4. Film Sebagai Media Pembelajaran
48
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah
menyebabkan perubahan-perubahan yang signifikan dalam kehidupan
manusia. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian dalam rangka mengikuti
perkembangan zaman. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh lembaga
pendidikan atau yang lainnya adalah dengan penggunaan media dalam setiap
proses pembelajaran.
Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses
pembelajaran. Tidak hanya sebagai alat bantu, akan tetapi media juga menjadi
bagian penting dalam pendidikan atau pembelajaran. Media dapat
mempermudah seorang pendidik dalam menyampaikan materi-materi
pelajaran. Lebih lanjut Hamalik dalam Arsyad (2011: 15) mengemukakan
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motovasi
dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengauh
psikologis terhadap siswa.
Media sangat berpengaruh terhadap penerimaan materi seorang siswa.
Seorang siswa akan lebih mudah memahami suatu pelajaran, jika media yang
dipakai seorang pendidik menyenangkan atau tidak membosankan. Dengan
kata lain, media yang baik adalah media yang mampu menumbuhkan minat
belajar siswa terhadap suatu materti pelajaran.
Salah satu media yang menarik dalam proses pembelajaran adalah film.
Sebagai media pembelajaran, film merupakan media audio visual yang paling
populer dan banyak digemari oleh kalangan anak-anak maupun dewasa. Sebab
49
media film sangat dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Penggunaan alat audio visual tersebut ditunjukan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar, sehingga anak-anak
diharapkan mampu mengembangkan daya nalar serta daya rekanya
(Darwanto: 2007: 101).
Film merupakan suatu media yang digunakan untuk merekam keadaan
atau mengungkapkan sesuatu. Selain itu, film juga dapat dipakai untuk
memenuhi kebutuhan umum yaitu, mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan,
atau kenyataan. Ada banyak keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan
film sebagai media pembelajaran. Menurut Asnawir dan Usman (2002: 94-95)
beberapa keuntungan tersebut adalah:
1. Film dapat menggambarkan suatu proses, misalnnya proses pembuatan
suatu keterampilan tangan dan sebagainya.
2. Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu.
3. Pengambarannya bersifat 3 dimensional.
4. Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam
bentuk ekspresi murni.
5. Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat penampilannya.
6. Kalau film tersebut berwarna, dapat menambah realita objek yang
diperagakannya.
7. Dapat menggambarkan teori sain dan animasi.
Selain dari kelebihan atau keunnggulan film sebagai media pembelajaran,
film juga memiliki kelemahan-kelemahan. Menurut Behrens dan Evens dalam
50
Surprijanto (2009: 176-177) adapun kelemahan dalam penggunaan media film
antara lain:
1. Mahal
2. Jika digunakan kurang tepat berdampak kurang baik.
3. Kurang efektif untuk pengajaran yang sesungguhnya.
4. Baru bermanfaat jika digunakan sebagai pelengkap dari metode
pengajaran yang lain.
Dari beberapa pemaparan diatas dapat ditari kesimpulan bahwa
penggunaan film sebagai media pendidikan atau pembelajran dapat
meningkatkan kemampuan belajar, bukan hanya untuk untuk anak-anak
melainkan juga untuk semua tingkatan usia. Selain itu juga dapat merangsang
motivasi belajar seseorang. Sebab unsur-unsur dalam film mampu mengikat
emosi seseorang yang menontonnya. Penelitian Patricia dalam Darwanto
(2007: 129) menyatakan bahwa:
Satu kelompok menonton film kartun dengan suara, sedang kelompok
lain menonton film gambar bersuara yang gambarnya tidak bergerak.
Ternyata hasilinya menunjukan bahwa anak-anak yang menonton film
kartun lebih banyak menyerap informasi dibandingkan dengan
kelompok lain.
Akan tetapi perlu diingat juga, bahwa film sebagai media, pada hakikatnya
hanyalah sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Sebab, penggunaanya
harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi pembelajajran saat itu.
51
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM
HAJI BACK PACKER
A. Biografi Sutradara
Danial Rifki lahir di Jakarta pada 3 Desember 1989. Ayahnya, H.
Achmad Husni sehari-sehari menjadi guru ngaji di kampungnya. Sementara
ibunya yang bernama Hj. Luchah Djanah selain menjadi ibu rumah tangga,
beliau juga ikut membantu suaminya dalam mengajarkan ilmu agama kepada
anak-anak dikampungnya. Dengan latar belakang dari keluarga yang religius,
Danial diharapkan mampu meneruskan perjuangan ayahnya dalam bersyi’ar
ilmu agama melalui majlis ta’lim dirumahnya. Akan tetapi, ia memiliki
pandangan lain mengenai cara berdakwah. Menurutnya dalam wawancara
penulis via email mengatakan bahwa film adalah media penyuara kebaikan
dan sebuah film bisa memberi pencerahan kepada setiap orang yang menonton
(Rifki: 2015).
Pria yang menikah pada awal tahun lalu ini, sejak kecil senang sekali
menonton film. Ketika berada di depan televisi atau didalam gedung bioskop
dia begitu khusuk menonton dan larut dalam dunia yang diciptakan oleh film
itu. Awalnya dia bercita-cita untuk menjadi seorang aktor. Oleh karena itu,
saat duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas
(SMA) dia juga masuk dalam sanggar seni Teater. Akan tetapi, dikemudian
hari cita-citanya berubah. Dia berfikiran bahwa yang membuat pemain tampak
52
hebat dalam sebuah film adalah orang-orang yang berada dibalik layar. Sejak
saat itulah dia berkeinginan untuk menjadi seorang sutradara dan penulis.
Selain hobby nonton film, Danial juga gemar sekali berpetualang naik
sepeda ke kampung-kampung sebelah bahkan sampai bikin geng sepeda
bersama teman-temannya. Kegemarannya naik sepeda keliling kampung
membuatnya tangggap akan permasalahan-permasalahan yang ada
dilingkungannya. Oleh karena itu, karya-karyanya sering sekali mengangkat
tema sosial.
Meski tergolong baru, sineas muda Danial Rifki ini bisa dikatakan sukses
dalam karirnya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa karyanya yang mendapat
penghargaan salah satunya adalah film berjudul “Tanah Surga” yang
mendapat penghargaan sebagai “Best Screen Play” dalam Bandung Film
Festival pada tahun 2013. Sebelumnya, naskah pertamanya ini sudah
mengejutkan publik yang mendapat penghargaan piala Citra dalam Festival
Film Indonesia 2012 di Bandung.
Kesuksesan seorang Daniel Rifki ini tidak lepas dari ketekunannya dalam
menggeluti bidang yang dipelajarinya. Tidak hanya didalam kampus, Danial
Rifki juga berguru langsung kepada 2 mentornya, senior di dunia perfilman
Indonesia ; Garin Nugroho dan Slamet Rahardjo Djarot. Alasan Danial
mengidolakannya dalam wawancara penulis vis email adalah tokoh tersebut
memiliki bahasa sinema yang berbeda. Slamet Rahardjo memiliki sudut
pandang masyarakat bawah. Sementara Garin Nugroho mampu melihat segala
sesuatu secara puitis (Rifki: 2015). Jadi, tidak heran jika dia mewarisi
53
pandangan dari kedua mentornya yang memiliki kepedulian terhadap tema-
tema sosial.
Berbicara sutaradara luar negeri, semasa kuliah film di IKJ, Danial
sangat mengagumi para sineas dari Iran seperti, Bahman Ghobadi, Abbas
Kiarostami, dan Mokhsen Makhmalbaf. Menurutnya dalam majalah Sufi
(2014),film yang mereka buat memiliki nilai sufistik. Hal inilah yang
kemudian menyebabkan seorang Danial dalam membuat film memiliki spirit
religi.
Namanya semakin melecit melalui film garapannya “La Tahzan” pada
tahun 2013 meledak dipasaran. Kemudian barulah disusul dengan film
terbarunya berjudul “Haji Backpacker” yang rilis pada tanggal 23 Oktober
2014.
B. Karya dan Penghargaan Sutradara
1. Director
- Melborne (rewind 2016)
- Haji Backpacker (2014)
- La Tahzan (2013)
- Anak-anak Lumpur (2010)
- Karena Aku Sayang Markus (2007)
2. Writer
- Haji Backpacker (2014)
- My Idiot Brother (2014)
- Air Mata Terakhir Bunda (2013)
54
- Tanah Surga Katanya (2012)
3. Awards
- Tanah Surga Katanya- Best Screen Play dalam Bandung Film Festival
2013.
- Tanah Surga Katanya- Best Original Story dalam Indonesian Film
Festival 2012.
- Anak- anak Lumpur- Pemenang dalam ajang Kyoto International
Student Film and Video Festival 2010.
- Karena Aku Sayang Markus- Best Short Film dalam Indonesian Film
Festival 2007.
C. Tentang Film Haji Back Packer
1. Profil
a. Diproduksi oleh: Falcon Picture
b. Produser : Frederica
c. Sutradara : Danial Rifky
d. Pemain : Abimana Aryasatya
Laudya Cintya Bella
Ray Sahetapy
Dewi Sandra
Laura Basuki
Dion Wiyokko
Kenes Andari
Pipik Dian Irawati
55
Dimas Argobie
e. Penulis : Jujur prananto
f. Editor : Andi Mamo
g. Fotografi : yoyok Budi Santoso
h. Musik : Indra Q
i. Tahun : 2014
j. Durasi : 01: 42: 13
2. Genre
Genre berasal dari bahasa Perancis yang artinya “makna atau
bentuk”. Dalam dunia film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau
klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang
sama (khas). Pengklasifikasian tersebut menghasilkan genre-genre
populer seperti aksi, petualangan, drama, komedi, horor, dan sebagainya
(Pratista: 2008: 10).
Oleh karena itu, fungsi utama genre adalah untuk mempermudah
dalam pengklasifikasian film. Selain itu, dalam sebuah industri film juga
sering menggunakan genre sebagai strategi marketing. Genre yang saat ini
menjadi tren, digunakan sebagai tolok ukur film yang akan diprodusi.
Selain untu klasifikasi, genre juga dapat berfungsi sebagai antisipasi
penonton terhadap film yang ditonton. Jika seseorang telah memutuskan
untuk melihat sebuah film dengan genre tertentu, maka sebelumnya ia
telah mendapatkan gambaran umum mengenai film yang akan ia tonton.
Dengan kata lain, film mampu mengeksploitasi pengharapan-
56
pengharapanyang membawa penonton kepada suasana hati yang
diharapkan dengan cepat.
Film Haji Backpacker merupakan salah satu film yang
bergenredrama.Film- film drama pada umumnya berhubungan erat
dengan tema, cerita, setting, karakter, serta suasananya yang memotret
kehidupan nyata. Kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatik, dan
mampu menguras air mata penontonya. Tema umumnya mengangkat isu
sosial baik skala besar (masyarakat) maupun skala kecil seperti ketidak
adilan, ketidak adilan, diskriminasi, kekerasan, politik dan sebagainya.
Sementara drama religi merupakan pengembangan lansung dari
genre drama. Dalam drama religi lebih menekankan pada isu-isu yang
berhubungan dengan sosial agama. Seperti film Haji Backpacker yang
bercerta tentang kisah perjalanan spiritual seorang pemuda yang kembali
menemukan jalan Tuhannya. Di dalamnya terdapat isu-isu yang lazim
beredar di masyarakat seperti percintaan, ketidak adilan, kekerasan,
penderitaan dan kesadaran. Meskipun film ini bertema religi akan tetapi
banyak adegan-adegan dalam film yang memberi pelajaran sosial kepada
penonton.
3. Plot/ Alur
Plot atau alur adalah rangkaian pola-pola atau peristiwa yang
membangun kejadian atau situasi. Menurut Foster dalam Pradopo (2002:
79) plot adalah rangkain peristiwa yang berdasarkan hubungan sebab-
akibat. Peristiwa-peristiwa dalam cerita dimanifestasikan lewat perbuatan,
57
tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh.Oleh karenanya alur sangat berkaitan
erat dengan penokohan dalam menonjolkan tema cerita.
Pratista (2008: 34) menambahkan bahwa plot/ alur adalah rangkaian
peristiwa yang disajikan secara visual maupun audio dalam film. Sineas
dapat memilih serta melepas bagian cerita tertentu yang dianggap tidak
perlu tanpa meninggalkan inti alur cerita. Urutan waktu cerita secara
umum dibagi menjadi dua pola yakni:
1. Pola linier.
Plot linier adalah dimana waktu berjalan sesuai urutan aksi peristiwa
tanpa adanya interupsi waktu yang signifikan. Penuturan cerita secara
linier memudahkan penonton untuk memahami hubungan kausalitas
jalinan satu peristiwa dengan peristiwa yang lain.
2. Pola non linier.
Non Linier adalah pola urutan waktu plot yang jarang digunakan
dalam film cerita. Pola ini memanipulasi urutan waktu kejadian
dengan mengubah urutan plotnya. Sehingga membuat hubungan
kausalitasnya tidak jelas. Akan tetapi keunggulan pola ini adalah
dapat menimbulkan kesan penasran kepada penonton. Sehingga,
penonton tidak cepat merasa bosan.
Dalam film ini, Danial Rifki menggunakan pola urutan waktu non
linier untuk mengkonstruksi kejadian-kejadian, konflik serta klimaks
dalam film ini. Sebagai contoh pola linier dalam film Haji Backpacker
adalah ketika Mada berdialog dengan Suchun. Mada menceritakan alasan
58
mengapa dia tidak mau lagi sembahyang. Pada bagian itulah sutradara
mencoba me-revewcerita sejak awal ketika alur sudah memasuki tahap
inti atau setengah perjalanan. Penggunaan pola non linier ini sudah lazim
digunakan oleh para sutradara untuk memberi rasa penasaran terhadap
cerita film.
4. Latar/ setting.
Latar/ setting adalah kapan atau dimana adegan tersebut terjadi
(Santosa: 2008: 73).Jadi, dapat dikatakan bahwa lattar atau setting dibagi
menjadi dua yaitu, lattar tempat dan lattar waktu. Lattar tempat berkaitan
dengan dimana peristiwa itu terjadi dan lattar waktu berkitan dengan
kapan peristiwa atau adegan itu terjadi. Adapun lattar/ setting yang ada
dalam film Haji Backpacker penulis uraikan secara rinci dibawah ini.
a. Lattar Tempat.
Lattar Tempat adalah tempat yang menjadi lattar peristiwa suatu
adegan itu terjadi. Latar/ setting dalam film ini berada di 9 negara
temasuk Indonesia. Negara lainnya adalah Thaliand, Vietnam, China,
Nepal, Tibet, India, Iran dan Mekkah. Dalam setiap negara tentunya
memberikan kesannya masing-masing.
Indonesia merupakan tempat dimana Mada lahir. Disinipula awal
mula rasa kekecawaan Mada timbul. Kegagalan prosesi
pernikahannya dengan Sopia menjadi sebab dia pergi meninggalkan
tanah kelahira, keluarga bakan Tuhannya.
59
Thailand merupakan negara kedua dalam film Haji Backpacker.
Suasana klub malam sangat cocok di jadikan tempat pelampiasan
kekecewaan Mada. Untuk melupakan kegagalan dalam masa lalunya
Mada sering pergi ke tempat hbuaran malam dan mabuk-mabukan.
Negara selanjutnya adalah Vietnam. Disini, Mada menjadi
buronan preman Bangkok karena telah membunuh salah satu anggota
mereka. Kemudian salah seorang yang bekerja di Kedutaan Besar
Republik Indonesia menyaranan agar dia pergi ke Vietnam. Di
Vietnam oleh sutradara dijadikan tempat penyambung kepergian
Mada ke China.
Di China banyak dilukiskan pemandangan alam dan suasana
pedesaan. Tepatnya di desa Lijian. Suasana pedesaan dan
pemandangan alam ini dimaksudkan untuk memasukan adegan
perenungan Mada atas kekhilafannya. Lebih lanjut penulis
menjelaskan dari sinilah kemudian Mada memutuskan untuk menjadi
Backpacker.
Setelah dari China Mada berniat pergi ke India untuk menemui
seorang ulama besar disana. Akan tetapi sebelum sampai di India,
Mada harus melewati dua negara yaitu Nepal dan Tibet. Dua negera
tersebut terkenal dengan pemandangan pegunungan yang indah serta
masyarakat non muslim.
Kemudian di India. Disinilah Mada bertemu dengan seorang
ulama’ besar yaitu Syed Salman Chisthy. Dia mendapatkan beberapa
60
pencerahan yang membuatnya berniat pergi ke Mekkah untuk mencari
makam ayahnya. Lebih lanjut penulis juga menjelaskan bahwa saat di
India menjadi saat dimana puncak kesadaran Mada atau kesadaran
spiritualnya.
Sebelum sampai di Mekkah Mada harus melintasi negara yang
rawan konflik yaitu Iran. Disana Mada disandra dan dituduh sebagai
mata-mata orang Yahudi. Mada di intimidasi dan semapat dipukul
oleh ketua kelompok tersebut. Akan tetapi, akhirnya Mada dilepaskan
saat disuruh membaca Al-quran dengan khusuk. Dalam adegan ini
seakan-akan sutrada ingin menggambarkan ujian yang dialami Mada
untuk kembali kejalan yang benar.
Dan akhirnya sampailah Mada di Mekah atas bantuan ketua
kelompok yang menculiknya saat di Nepal. Disini menjadi adegan
ending atau penutup. Segala penyesalan Mada akan kesalahannya
ditumpahkan disini, sekaligus Mada menunaikan ibadah Haji saat
musim haji datang.
b. Lattar waktu.
Lattar waktu adalah waktu yang menjadi lattar belakang suatu
peristiwa. Lattar waktu dalam sebuah film bisa menunjukan arti yang
sebenarnya (pagi, siang, sore dan malam), waktu yang menunjukan
suatu musim atau waktu yang menunjukan suatu zaman (Santosa:
2008: 74). Tugas sutradara dan tokoh ketika menghadapi suatu adegan
adalah menginterpretasikan lattar waktu dalam adegan tersebut.
61
Mengetahui lattar waktu menjadi penting untuk mempermudah tugas-
tugas kru ataupun tokoh itu sendiri dalam mempersiapkan segala
kebutuhan dalam proses pembuatan film.
Dalam film Haji Backpacker menggunakan lattar waktu pagi,
siang, sore dan malam. Hal ini terlihat dari beberapa adegan misalnya
waktu malam ditunjukan ketika Mada pergi ketempat hiburan malam
di Thailand. Sedangkan untuk untuk lattar musim, film ini lebih
banyak menggunakan lattar waktu musim musim kemarau. Musim
kemarau atau musim panas ditunjukan ketika Mada berada di Iran dan
Arab Saudi. Kedua negara ini memang terkenal dengan negara yang
memiliki musim kemarau panjang. Sementara waktu yang
menunjukan zaman, Haji Backpacker menggunakan lattar waktu
zaman kekinian atau modern. Terbukti alat-alat yang digunakan
merupakan teknologi zaman sekarang.
5. Penokohan dan Karakter Tokoh Utama
Dalam sebuah sebuah karya cerita baik yang tertulis maupun visual,
peran seorang tokoh sangat dominan. Karakter tokoh yang kuat dan jelas
akan sangat membantu pencapaian kesan dari tema yang dsajikan dalam
sebuah karya. Menurut Nurgiyantoro (2005: 165), istilah tokoh merujuk
pada orangnya dan pelaku cerita. Sementara watak atau karakter
menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh. Lebih lanjut penulis
menjelaskan bahwa watak atau karakter adalah sifat atau sikap yang
menunjukan kualitas pribadi seorang tokoh.
62
Abrambs dalam Nurgiyantoro (2005: 165), mengungkapkan bahwa
tokoh cerita (karakter) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif atau drama yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas
moral dan kecenderungan tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan
apa yang dilakukan dalam tindakan.
Sementara istilah penokohan sering disamakan dengan karakter dan
perwatakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jone dalam Nurgiyantoro
(2005: 165), mengungkapkan bahwa penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita.
Dalam sebuah film terdapat beberapa tokoh yang berbeda karakter.
Akan tetapi dalam sekripsi ini penulis hanya menjelaskan si tokoh utama
saja. Sebab, Haji Backpacker merupakan film yang isi ceritanya bertumpu
peran tokoh utama. Adapun tokoh-tokoh yang lain hanya bersifat
membantu peran tokoh utama.
Tokoh utama dalam film Haji Backpacker adalah Abimana Aryastya
yang berperan sebagai Mada. Mada digambarakan sebagai seorang
pemuda yang kecewa kepada Tuhan karena merasa doanya tidak
dikabulkan. Akhirnya dia tidak mau mengamalkan ajarannya dan
memutuskan untuk menjadi seorang back packer. Karakter yang
diperankan Mada adalah keras kepala, merasa paling benar dan tidak mau
menerima kegagalan.
63
Sifat buruk yang dimiliki Mada lambat laun menimbulkan keresahan
didalam dirinya. Akan tetapi, keresahan yang bersemayam dalam dirinya
justru mampu merubah sikap dan pandangan Mada selama ini. setelah
terketuk pintu hatinya melalui berbagai peristiwa yang dialami, ia berubah
menjadi seorang yang kuat, sabat, dan pemberani. Ia menjadi lebih perduli
kepada sesama, dan taat menjalankan ajaran agamanya.
6. Sinopsis
Sinopsis berasal dari kata “synopsis” yang berati ringkas
(Nurmansyah: 2013: 1). Berdasarkan asal kata tersebut, sinopsi dapat
diartikan sebagai ringkasan suatu materi atau tulisan baik fiksi atau non-
fiksi. Dalam sebuah film, sinopsi dapat diartikan sebagai ringkasan cerita
yang ada di dalam film.
Menurut Keraaf dalam Nurmansyah (2013: 1) sinopsis adalah
ringkasan atau sumarry atau precis yang paling efektif dalam menyajikan
suatu karangan yang panjang menjadi pendek. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia sinopsis merupakan karangan ilmiah yang
biasanya dimunculkan bersamaan dengan karangan asli yang menjadi
dasar sinopsis tersebut.
Cintanya yang kandas membuat Mada (Abimana Aryasatya), pria
berusia 27 tahun itu, meluapkan kemarahannya kepada Tuhan. Mada
90marah karena merasa Tuhan mengabaikan doa dan harapannya bersatu
dengan Shopi (Sandra Dewi) dalam ikatan pernikahan.
64
Hatinya hancur, karena pernikahannya yang sudah di depan mata
terpaksa dibatalkan. Dia tidak sanggup menanggung malu dihadapan
penghulu dan tamu undangan, setelah mengetahui Sophia kabur
menjelang acara ijab-qobul. Dia merasa Tuhan telah mempermainkannya.
Iman dan keyakinannya goyah.
Mada kemudian memutuskan pergi jauh dari kampung halamannya.
Dia berkelana ke negeri orang tanpa tujuan yang jelas. Sejak saat itu
pula, dia berhenti menjalankan solat. Bahkan, ketika mendengar ayahnya
meninggal di tanah suci saat menunaikan ibadah haji, dia menolak untuk
menjalankan sholat ghoib.
Dalam menjalankan dunia luar yang bebas, Mada menemukan
kebahagiaan ragawa, akan tetapi secara rohani dia merasa kosong. Disaat
yang penuh kerapuhan inilah, Tuhan mengajaknya kembali melalui
serangkaian peristiwa. Berkelana dari satu negara ke negara lainnya,
menyingkap kesadaran demi kesadaran.
Peristiwa demi peristiwa telah dia lalui. Akhirnya Mada sadar bahwa
ternyata selama ini Tuhan selalu mencintai dan menjaganya dengan aturan
yang sempurna. Kekecewaanya ternyata hanya membuat dia semakin
menderita.
Film Haji Backpacker merupakan film yang bercerita tentang
perjalanan spiritual sang tokoh utama melintasi sembilan negara melalui
jalur darat untuk menuju Mekkah.
65
7. Amanat
Dalam sebuah film, tentunya terdapat suatu hal yang ingin
disampaikan kepada penonton, baik secara tersurat maupun tersirat.
Adapun amanat yang terkandung dalam film Haji Backpacker adalah
mengajak para penonton untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah
dalam keadaan apapun. Karena sesuangguhnya hanya Allah yang dapat
menolog manusia dari segala keterpurukan dan kesesatan. Hal ini dapat
dilihat dalam adegan ketika Mada berguru dengan Syed Salman Chishty
di India. Saat Mada di landa kecemasan dan kebingungan dalam
menghadapi kenyataan.
Kutipan dalam film:
“Dalam keadaan seperti ini (ketika di landa cobaan dan ujian) kita
harus tahu bahwa Allah bersama kita, dan segala ujian yang datang
adalah berasal dari-Nya”.
Selain itu, penonton juga dapat belajar dari karakter yang diperankan
oleh tokoh utama. Meskipun Mada memiliki sifat keras kepala namun
disisi lain dia memiliki keteguhan dan keyakinan yang luar biasa. Sabar
dalam menghadapi segala ujian yang datang kepadanya. Karakter ini
diperlihatkan tokoh utama saat adegan dia disandra oleh pasukan militan
Iran. Saat itu, dia diintimidasibahkan sampai dipukul. Akan tetapi dia
tidak gentar dan tetap jujur dengan keyakinannya.
Amanat lain dari film Haji Backpacker adalah mengajak kita untuk
pasrah terhadap takdir Tuhan. Manusia hanya berhak untuk berusaha dan
Tuhanlah yang menentukan.
66
Kutipan dalam film:
Mada :disitulah awal mula kekecewaan saya kepada Tuhan
(Mada menceritakan kegagalan hubungannya dengan
shopia).
Suchun : kenapa? Ada apa?
Mada : sebab saya yakin Tuhan pasti menjawab doa-doa saya.
Suchun : aturan Tuhan sudah sempurna Mata (Mada). Tidak ada
yang kebetulan. Kekecewaanmu hanya mencerminkan
dirimu yang tidak mau menurut perintah Tuhan.
Manusia tidak berhak memaksakan kehendaknya kepada Tuhan.
Sebagai makhluk Tuhan, manusia hanya berhak untuk berusaha dan
hasilnya Tuhan yang menentukan. Dalam film ini, mengajarkan kepada
penonton untuk selalu bertaqwa kepada Tuhan. Selain itu, film Haji
Backpacker juga menggambarkan pentingnya menjaga hubungan baik
antar sesama manusia. Hal ini digambarkan sutradara ketika Mada dia di
Tibet. Dia membantu seseorang yang belum di kenal dan bahkan
beragama lain.
Secara garis besar, amanat dalam film ini dapat dikategorikan
menjadi dua sub tema yaitu bagaimana seseorang menjaga hubungan baik
kepada Tuhan dan kepada sesama manusia. Ajaran dalam menjaga
hubungan baik kepada Tuhan ditunjukan dengan sikap Mada yang mulai
menyadari bahwa semua kehidupan manusia sudah ditentukan oleh Yang
Maha Kuasa. Sementara ajaran dalam menjaga hubungan baik kepada
sesama manusia digambarkan melalui interaksi Mada dengan beberapa
tokoh lainnya.
67
BAB IV
ANALISIS FILM DAN PEMBAHASAN
Film merupakan sebuah alat komunikasi yang dapat dijadikan sebagai sarana
efektif untuk menyampaikan pesan. Seperti dalam bab-bab sebelumnya telah
diuraikan mengenai teori-teori, gambaran umum tentang film Haji Backpacker
dan riwayat sutradara. Dalam bab ini, penulis akan membahas nilai-nilai
pendidikan sosial yang terdapat dalam film Haji Backpacker. seperti yang telah
dibahas dalam bab I, penulis hanya membahas tentang Interaksi Simbolis dan
Kedewasaam spiritual. Sebab, kedua tema tersebut mempunyai relevansi terhadap
nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji.
A. INTERAKSI SIMBOLIS
Interkasi simbolis berasal dari dua kata yaitu “interaksi” dan “simbol”.
Maka untuk memahaminya perlu didefinisikan dari perkata. Menurut Effendi
(1989: 184) interaksi adalah proses saling mempengaruhi dalam bentuk
perilaku atau kegiatan antara anggota-anggota masyarakat. Narwoko dan
Susanto (2006: 16) menjelaskan bahwa syarat terjadinya interaksi sosial adalah
terjadinya kontak sosial dan komunikasi. Terjadinya suatu kontak sosial tidak
semata-mata tergantung dari tindakan, melainkan juga tergantung kepada
adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan aspek terpenting
dalam komunikasi adalah apabila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu
atau perilaku orang lain.
68
Sementara simbol diartikan sebagai melambangkan sesuatu (Effendy:
1989: 352). Kemudian Mead dalam Alimandan (1992: 64) menjelaskan bahwa
simbol adalah sesuatu yang mengandung makna dan hanya bisa dipahami
melalui proses berfikir. Dan seperti yang dikatakan Langer dalam Mulyna
(2008: 92) bahwa salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan
simbolisasi atau penggunaan lambang. Lebih lanjut penulis menjelaskan,
perbedaan manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam setiap
komunikasinya, manusia selalu menggunakan simbol-simbol baik secara verbal
ataupun non verbal. Jadi, dapat dikatakan bahwa kehidupan bermasyarakat
dapat terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar individu dan
antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahamai
maknanya melalui proses belajar (Alimandan: 1992: 69).
Menurut Effendy (1989: 352) interaksi simbolik adalah suatu faham yang
menyatakan bahwa hakekat terjadinya interaksi sosial antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok dalam
masyarakat ialah karena komunikasi. Sedangkan Blumer dalam Alimandan
(1992: 61) mengartikan interaksi simbolik adalah segala hal yang berhubungan
dengan pembentukan makna dari proses saling mempengaruhi yang terjadi
baik antara inividu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun
kelompok dengan kelompok.
Untuk lebih memahami makna teori interaksi simbolik maka, penulis
cantumkan beberapa asumsi karya Blumer dalam Craib (1986: 112) sebagai
berikut:
69
1. Manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna-makna yang dimiliki
benda itu bagi mereka.
2. Makna-makna itu merupakan hasil dari interaksi sosial dalam masyarakat
manusia.
3. Makna-makna dimodifikasi dan ditangani melalui suatu proses penafsiran
yang digunakan oleh setiap individu dalam keterlibatannya dengan tanda-
tanda yang dihadapinya.
Asumsi-asumsi Blumer diatas sangat berkaitan erat dengan Mead
mengenai Mind, Self, dan Society. Pemikiran Mead ini mendiskusikan ciri-ciri
terpenting yang membedakan antara manusia dan binatang dalam hal
komunikasinya. Dalam hal ini Craib (1986: 113) juga menjelaskan bahwa
bahasa yang merupakan simbol signifikan memberikan perbedaan antara
manusia dengan binatang. Yang dimaksud dengan simbol signifikan disini
adalah suatu makna yang dimengerti bersama (Craib: 1986: 113).
Berkaitan dengan penulisanskripsi ini, penulis akan menganalisis dan
menterjemahkan proses-proses interaksi yang dialami oleh tokoh utama. Akan
tetapi penulis hanya mengfokuskan pada interaksi yang mengandung nilai-nilai
pendidikan sosial seperti sikap toleransi, kasih sayang dan tolong menolong
antar sesama.
1. Sikap toleransi
Secara etimologi, toleransi berasal dari bahasa latin “tolerantia” yang
berarti kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran (Misrawi:
70
2007: 161). Sedangkan dalam bahasa Inggris, tolerance diartikan sebagai
sikap kesabaran dan kelapangan dada (Echolis dan Shadily: 2005: 595).
Menurut Wazler dalam Dinata (2012: 87) menyatakan bahwa toleransi
sebagai keniscayaan dalam ruang individu dan ruang publik karena salah
satu tujuan toleransi adalah membangun hidup damai antar berbagai
kelompok masyarakat. Sementara itu, Heller dalam Djam’anuri (1998: 27)
menjelaskan bahwa toleransi yang diwujudkan dalam kata dan perbuatan
harus dijadikan sikap mengahadapi pluralitas agama yang dilandasi dengan
kesadaran ilmiah dan harus dilakukan dalam hubungan kerjasama antar
pemeluk agama. Berkaitan dengan hal ini, Efendi dalam Sumantrana (1994:
50) berpendapat secara sederhana toleransi atau sikap toleransi dapat
diartikan sebagai sikap menghargai terhadap kemajemukan. Dengan
demikian toleransi dalam konteks ini dapat diartikan sebagai kesadaran
untuk hidup berdampingan dan bekerja sama antar kelompok masyarakat
yang berbeda-beda latar belakang.
Seperti yang ditunjukan dalam film Haji Backpacker, ketika Mada
menolak ajakan ayah Shuchun untuk melaksanakan ibadah sholat.
Ayah Shuchun : memberikan isyarat ajakan untuk melakukan
sholat.
Mada : silahkan
Ayah Shuchun : Shuchun ajak dia untuk sembahyang ke masjid
dengan kita.
Shuchun : ayah mengajakmu (Mada) untuk sembahyang di
masjid.
Mada : saya tidak sembahyang.
Ayah Shuchun : apakah kamu Kristian
Shuchun : apakan kamu Kristian?
Mada : tidak
Ayah shuchun : apakah kamu beragama katolik?
71
Shuchun : apakah kamu katolik?
Mada : tidak
Ayah shuchun : budha?
Shuchun : budha?
Mada : tidak
Ayah Shuchun : hindhu?
Shuchun : Hindu ?
Mada : saya seorang Islam, tetapi sudah lama saya tidak
bersembahyang.
Shuchun : dia seorang Islam, akan tetapi dia sudah lama tidak
sembahyang.
Ayah Shuchun : kenapa? (Melihat Mada tidak bisa menjawab ayah
shuchun melanjutkan dialognya).
Ayah Shuchun : maafkan saya karena terlalu banyak bertanya. Saya
yakin kamu mempunyai alasan yang kuat kenapa
kamu tidak sembahyang lagi. Saya tak mau kamu
terpaksa menjawab pertanyaan saya.
Shuchun : maafkan saya karena terlalu banyak bertanya. Saya
yakin kamu mempunyai alasan yang kuat kenapa
kamu tidak sembahyang lagi. Saya tak mau kamu
terpaksa menjawab pertanyaan saya.
Mada : tidak apa-apa.
Dalam pandangan teori interaksi simbolik, proses interaksi dalam
dialog diatas melibatkan tiga aktor yaitu Mada, Shuchun dan Ayah Schun.
Sementara penggunaan simbol dalam dialog tersebut dikomunikasikan
secara verbal dan perilaku non verbal. kata-kata yang keluar dari ke tiga
aktor tersebut merupakan simbol yang dikomunikasikan secara verbal. dan,
selain itu, gerakan mengangkat tangan ayah Shuchun merupakan simbol
yang dikomunikasikan melalui perilaku non verbal.
Proses interaksi ini, diawali ketika ayah Shuchun memberikan
stimulus (rangsangan) kepada Mada dalam bentuk gerakan kedua tangan
samping kedua telinga. Gerakan ini merupakan salah satu gerakan yang ada
didalam ibadah sholat. Dalam kontek ini, gerakan tersebut merupakan
72
ajakan sholat kepada Mada. Kemudian, Mada menanggapi rangsangan
tersebut dengan kata-kata dan ekspresi kebingungan dan keragu-raguan.
Peran Shuchun dalam dialog ini adalah sebagai penerjemah, sebab ayah
Shuchun menggunakan bahasa China dan Mada menggunakan bahasa
Inggris.
Sikap toleransi merupakan perwujudan makna yang dihasilkan dari
proses interaksi antara Mada, Shuchun dan ayah Shuchun. Hal ini terlihat
ketika ayah Shuchun mengatakan :
Ayah Shuchun: maafkan saya karena telah banyak bertanya. Saya
yakin kamu mempunyai alasan yang kuat kenapa
kamu tidak mau sembahyang lagi. Saya tidak mau
kamu merasa terpaksa menjawab pertanyaan saya.
Sifat menghormati privasi orang lain dan tidak memaksakan kehendak
merupakan bagian dari sikap toleransi. Seperti yang telah dikatakan oleh
Effendi dalam Sumantrana (1994: 50) bahwa sikap toleransi adalah sikap
menghargai kemajemukan. Permohonan maaf ayah Shuchun merupakan
bentuk tanggapan dari penafsirannya terhadap stimulus yang dikeluarkan
Mada melaui ekspresi kebingungan dan keragu-raguan. Ekspresi tersebut
menandakan bahwa Mada merasa keberatan atau terpaksa dalam menjawab
pertanyaan ayah Shuchun.
2. Kasih Sayang
Kasih sayang adalah dua suku kata yang saling berkaitan dan masing-
masing mempunyai makna dan arti yang berbeda. Akan tetapi, keduanya
selalu dipasangkan dan selalu berdampingan. Ditinjau dari segi bahasa
“kasih sayang” berasal dari dua kata yaitu “kasih dan sayang”. Menurut
73
Suharso dan Retnoningsih (2005: 227-459) kata “kasih” diartikan sebagai
merasa atau perasaan sayang, cinta, suka dan sebagainya. Sementara
“sayang” diartikan sebagai mengasihi, mencintai, dan menyayangi. Lebih
lanjut penulis menjelaskan bahwa pada dasarnya kasih sayang sama halnya
dengan perasaan cinta. Dalam hal ini, Ulwan (1996: 11) juga berpendapat,
bahwa kasih sayang adalah kelembutan hati dan kepekaan perasaan sayang
terhadap orang lain.
Dalam pandangan teori interaksi simbolik, perasaan kasih sayang ini
merupakan produk dari sebuah proses interaksi. Dimana perasaan cinta atau
kasih sayang diungkapkan melalui simbol-simbol baik dalam bentuk
bahasa atau tindakan. Hal ini seperti yang tercermin dalam adegan film
Haji Backpacker menit ke-01: 42: 13. Ketika itu Mada berada di Iran, dia
disandra oleh sekelompok orang yang anti Yahudi. Mada dituduh sebagai
agen Mossad, yaitu agen khusus Yahudi untuk memata-matai orang Islam.
Mada dipukul dan intimidasi oleh kepala kelompok tersebut. Untuk
membuktikan bahwa Mada adalah orang Islam, dia disuruh untuk membaca
Al-Qur’an. Saat membaca ayat Al-Qur’an, Mada membayangkan masa
kecilnya saat bersama ibunya. Dalam adegan tersebut, terlihat bagaimana
seorang ibu mengkomunikasikan perasaan kasih sayang kepada anaknya
melalui tindakan seperti merapikan pakaian anaknya (Mada kecil) dan
mengajari membaca ayat Al-Qur’an.
Perasaan kasih sayang muncul karena naluri alamiah seorang
manusia. Seperti yang telah dijelaskan Freud dalamRahmat (2005: 20) yang
74
mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai instinklibido yaitu, instink
reproduktif yang menyediakan energi-energi dasar untuk kegiatan-kegiatan
manusia yang konstruktif. Instink ini kemudian oleh Rahmat (2005: 20)
disebut sebagai instink kehidupan yang dalam konsep Freud bukan hanya
meliputi dorongan seksual, tetapi juga segala hal yang mendatangkan
kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan terhadap Tuhan, dan cinta diri
(narcisism). Kaitannya dengan teori interaksi simbolik adalah naluri
alamiah ini merupakan unsur dasar yang mendorong proses interaksi
manusia.
Perasaan kasih sayang atau cinta terjadi tidak hanya dalam interaksi
seorang ibu kepada anaknya, melainkan anatara individu satu dengan yang
lainnya. Seperti perasaan cinta Marbel kepada Mada dalam adegan film
Haji Backpacker menit ke-08: 07. Dalam adegan ini, digambarkan sikap
dan perilaku Marbel yang tengah mengobati luka Mada setelah berkelahi
dengan salah satu anggota preman di Bangkok. Simbol-simbol yang
digunakan dalam adegan ini adalah perilaku Marbel dan luka yang diderita
Mada. Luka tusukan, kondisi badan yang kurang sehat diterjemahkan
Marbel sebagai tanda bahwa Mada sedang sakit atau menderita. Hal ini
merangsang instink kehidupan (emosi) Marbel mengobati dan merawat
luka Mada. Memang dalam film ini, Marbel digambarkan sebagai wanita
yang sangat mencintai Mada. Perasaan cinta inilah yang kemudian
menyebabkan keduanya berinteraksi.
75
3. Tolong menolong
Salah satu nilai yang ada didalam masyarakat adalah tolong
menolong. Secara bahasa tolong menolong diartikan sebagai proses saling
memberikan bantuan satu sama lain, dengan maksud untuk meringankan
beban orang yang ditolong (Suharso dan Retnoningtyas: 2005: 579).
Sebagai kehidupan kolektif, setiap kelompok masyarakat
mengembangkan kebudayaan yang sesuai dengan kondisi dan kompleksitas
masyarakatnya. Pada masing-masing kelonpok masyarakat, hal tersebut
dikonstruksi menjadi sebuah pranata. Koentjaraningrat (1983: 166-167)
mendefinisikan pranata sebagai suatu sistem norma khusus yang menata
suatu rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu kebutuhan
khusus dari manusia dalam kehidupan bermasyarakat.Dengan adanya
pranata, terdapat berbagai keteraturan dalam tindakan-tindakan masyarakat
guna memenuhi kebutuhan hidup bermasyarakat. Dengan demikian, sebuah
pranata yang timbul dalam masyarakat, dikarenakan pranata tersebut
memiliki fungsi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup seseorang
sebagai anggota masyarakat.
Tolong menolong merupakan salah satu pranata yang terdapat dalam
masyarakat. Lebih lanjut Koentjaraningrat (1983: 169) menjelaskan bahwa
tolong menolong termasuk dalam klasifikasi pranata domestik (domestic
institution) yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kehidupan
kekerabatan.
76
Sementara dalam pandangan psikologi sosial, tolong menolong ini
merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Dalam hal ini, Alimandan (1992: 69) menjelaskan bahwa
tindakan seseorang dalam proses interaksi itu tidak hanya merupakan suatu
tanggapan yang bersifat langsung terhadap stimulus yang datang dari luar,
melainkan merupakan hasil dari proses interpretasi terhadap stimulus.
Yaitu, proses berfikir dalam arti memahami simbol-simbol dan saling
menyesuaikan makna dari simbol-simbol itu.
Dalam film Haji Backpacker tindakan tolong menolong dalam rangka
memenuhi hubungan kekerabatan digambarkan saat Mada berada di
Vietnam. Saat itu, Mada sakit demam. Karena tidak memiliki tempat
tinggal di Vietnam, kemudian dia tidur di Taman kota. Badannya menggil
dan batuk-batuk. Hingga akhirnya dia diberikan obat oleh nenek yang juga
bermalam di sekitar Taman Kota. Badan yang menggil, batuk-batuk
merupakan sebuah simbol yang menandakan kalau dia sedang sakit.
Melihat hal itu, nenek yang berada disitu berfikir kalau Mada sakit dan
membutuhkan pertolongan. Akhirnya, nenek tersebut mengambil peran
sebagai penolong dengan memberikan obat untuk meringankan kesusahan
Mada. Pengambilan peran si nenek ini, kemudian oleh Mead dalam
Narwoko dan Susanto (2006: 22) disebut “roll-taking”. Yaitu kemampuan
untuk menyesuaikan perilaku seseorang sebagai tanggapan terhadap
situasi-situasi tertentu.
77
Contoh lain dari prosesi tolong menolong dalam rangka memenuhi
kebutuhan hubungan kekerabatan yang digambarkan dalam film Haji
Backpacker adalah ketika Mada berada di India. Saat adegan menit ke- 01:
42: 13. Didalam film itu digambarkan bagaimana seorang pemuda yang
sedang menggendong ayahnya. Kondisi ayah pemuda tersebut adalah
sudah usia lanjut, dan tidak bisa berjalan sehingga harus duduk dikursi
roda. Kemudian pemuda tersebut menggendong ayahnya masuk kedalam
masjid untuk melaksanakan sholat. Pengambilan peran oleh pemuda
sebagai anak yang berbakti ini merupakan suatu proses interpretasi
terhadap simbol-simbol yang melekat pada ayahnya. Duduk dikursi roda
dan usia yang sudah lanjut, ditafsirkan si anak sebagai ketidak mampuan
ayahnya untuk berjalan sendiri. Hingga kemudian dia menentukan
tidakannya untuk menggendong ayahnya.
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa dalam prosesi
tolong menolong diperlukan suatu kemampuan untuk berempati kepada
orang lain. Mead dalam Narwoko dan Suyanto (2006: 20) juga menjelaskan
bahwa agar interaksi sosial berjalan dengan tertib dan normal, maka tidak
hanya diperlukan kemampuan bertindak sesuai dengan konteks sosialnya,
akan tetapi kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku seseorang
dari sudut pandang orang lain.
B. KEDEWASAAN SPRITUAL
Istilah adult atau dewasa dalam kamus bahasa Inggris diartikan sebagai
“telah tumbuh menjadi kekuatan, dan ukuran yang sempurna, atau telah
78
menjadi dewasa” (Echol dan Shadily: 2005: 13). Sementara dalam pandangan
psikologi, dewasa diartikan sebagai keadaan yang matur (Islamiyah: 2013: 70).
Yaitu suatu kondisi dimana proses-proses perkembangan psikologi seseorang
telah sempurna.
Untuk merumuskan sebuah definisi tentang kedewasaan memang tidak
mudah. Hal ini dikarenakan perbedaan kebudayaan dalam menentuan kapan
seseorang itu dianggap dewasa secara formal. Berkaitan dengan hal ini, para
psikolog sepakat masa dewasa dimulai dari umur 20 tahun sampai 65 tahun
(Desmita: 2010: 234). Dalam pandangan psikologi perkembangan, kedewasaan
juga dianggap sebagai sudah mencapai perkembangan yang penuh, sudah
selesai perkembanggannya (Monk et all: 1992: 284). Wijngardeen dalam Monk
et all (1992: 284) juga menambahkan tugas perkembangan bagi orang dewasa
adalah sebagai suatu sikap menerima kehidupan. Kemudian Monk et all juga
menambahkan dari segi sosiologis seseorang dikatakan sudah dewasa apabila
dia telah mampu memikul tanggung jawab bagi dirinya sendiri dan orang-
orang lain yang dipercayakan kepadanya.
Sedangkan spritual berasal dari bahasa Inggris “spirit” yang mempunyai
arti roh, jiwa dan semangat (Echol dan Shadily: 2005: 546). Spiritualitas
merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan
makna hidup. Purwaningsih (2010: 59) menjelaskan spiritualitas merupakan
bagian esensial dari keseluruhan dan kesejahteraan seseorang. Kemudian
Muray dan Zetner dalam Purwaningsih (2010: 59) menambahkan pada
prinsipnya, dimensi spiritual manusia selalu berusaha melakukan penyelarasan
79
dengan alam semesta dan menjawab pertanyaan tentang yang tak terbatas.
Disamping itu, spiritualitas juga mencakup kemampuan untuk memusatkan diri
kepada satu pemahaman totalitas ketika berhadapan dengan stress emosional,
penyakit fisik dan kematian.
Faran et al dalam Fachri (2015) menjelaskan bahwa spiritual merupakan
konsep yang unik pada masing-masing individu. Setiap individu mempunyai
definisi yang berbeda mengenai spiritual. Hal ini diperngaruhi oleh perbedaan
kebudayaan, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide tentang kehidupan
pada setiap individu.
Kemudian jika dikaitkan dengan istilah kedewasaan, maka spiritualitas
merupakan bagaian dari masa perkembangan tersebut. Jadi kedewasaan
spiritual merupakan masa dimana seseorang telah mencapai perkembangannya
secara spiritual.
Dalam skripsi ini, penulis akan menganalis peristiwa-peristiwa yang ada
dalam film Haji Backpacker yang berkaitan dengan kedewasaan spiritual.
Untuk lebih mengfokuskan penelitian ini, penulis membagi kedewasaan
spiritual ini menjadi dua sub tema yaitu, pengalaman spiritual dan kematangan
beragama.
1. Pengalaman Spiritual
Spiritualitas bukan sesuatu yang berdiri sendiri, akan tetapi
merupakan sesuatu yang dialami oleh seseorang. Pengalaman inilah yang
kemudian disebut sebagai pengalaman spiritual. Strickland dalam
Islamiyah (2013: 101) menjelaskan bahwa pengalaman adalah segala yang
80
dialami oleh manusia secara sadar dalam kehidupannya. Sementara seperti
yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa spiritual
merupakan sesuatu yang berhubungan dengan jiwa atau perasaan manusia.
Dengan demikian pengalaman spritual dapat dikatakan sebagai seluruh
aktivitas manusia secara sadar yang menimbulkan efek psikologis.
Dalam pandangan masyarakat umum, pengalaman spiritual banyak
dihubungkan dengan hal-hal yang gaib. Menurut maslow dalam Cahyono
(2011: 34) pengalaman spiritual adalah puncak tertinggi yang dapat
dicapai oleh manusia serta merupakan peneguhan dari keberadaannya
sebagai makhluk spiritual.
Respon manusia terhadap lingkungan sekitanya memungkinkan dia
dapat mengalami berbagai macam pengalaman spiritual. Misalnya adalah
pengalaman dalam konteks beragama. Yang dimaksud dengan pengalaman
agama disini menurut Donovan dalam Islamiyah (2013: 102) adalah
apabila pengalaman itu adalah satu jenis pengalaman dimana agama
interes di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari sikap atau perilaku
seseorang yang diarahkan sebagai suatu dzat yang dipandang sebagai
Tuhan. Sebagaimana yang terlihat dalam film Haji Backpacker dalam
adegan menit ke- 15.Ketika Mada bertemu dengan kakaknya di Thailand.
dalam percakapannya mengutarakan kekecewaannya terhadap ajaran-
ajaran ayahnya (ajaran agama Islam) dan juga kepada Allah.
“kutipan Film:
Mada : kenapa gak telfon aja sih mbak, repot-repot harus datang
kesini. Mbak kan tahu, saya gak mungkin pulang.
81
Kakak Mada : tapi kali ini kamu harus pulang.
Mada : kenapa?
Kakak Mada : ayah nungguin kamu.
Mada : apa’an kakak ini. mau ngasih nasihat lagi. Gara-gara nasihat
dia aku jadi begini.
Kakak Mada : begitu marahnya ya, kamu sama ayah.
Mada : iya.
Kakak Mada : padahal selama 27 tahun dia tidak pernah berhenti
menyayangi kamu.
Mada : mbak, selama 27 tahun saya sholat, puasa gak pernah putus.
Berdoalah kamu maka do’amu akan dikabulkan. Mana?
Kakak Mada : kamu gak perlu nyalah-nyalahin orang lain. Apalagi
nyalahin Tuhan.
Dari percakapan diatas dapat dilihat bagaimana kekecewaan Mada
menjadi sebuah pengalaman yang dihubungkan dengan agamanya. Mada
memandang kegagalan hubungannya dengan Shopia disebabkan oleh
ajaran-ajaran ayahnya yaitu ajaran agama Islam. Selain itu dia juga merasa
kecewa karena Allah tidak mengabulkan doanya untuk menikahi Shopia.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan Mada meninggalkan ayahnya dan
ajaran-ajaran Allah.
Tanggapan Mada terhadap peristiwa yang dialaminya merupakan
bagian dari pengalaman agamanya. Sebab sikap dan perilakunya diarahkan
kepada ajaran-ajaran yang ada didalam agama Islam. Hal ini sesuai dengan
penjelasan Islamiyah (2013: 101) bahwa inti pokok dari pengalaman
agama dapat ditemukan dari sikap atau perilaku seserang yang diarahkan
kepada suatu dzat yang dipandang sebagai Tuhan.
Sebagai manusia yang beragama, hendaknya kita harus selalu percaya
bahwa semua yang ada di dunia ini sudah diatur sedemikian rupa oleh
Allah. Manusia hanya berhak untuk berusaha dan hasil dari sebuah usaha
82
adalah kuasa Allah. Hal ini juga sesuai dengan pengalaman Mada ketika
dia bertemu dengan Shuchun dan menceritakan alasan kenapa dia tidak
mau bersembahyang.
“kutipan Film:
Mada : Disitiulah awal rasa kecewa saya terhadap Tuhan.
Shuchun : Kenapa?
Mada : Apa?
Shuchun : Kenapa?
Mada : Sebab sayakin dengan doa-doa saya. Saya yakin Tuhan akan
mengabulkannya.
Shuchun :Aturan Tuhan Sudah sempurna Mada. Tak pernah ada
kebetulan. Kekecewaanmu itu hanya mencerminkan kamu
yang tidak mahu menurut kepada perintah Tuhan.
Mada : apakah kamu Yakin?
Shuchun : Ya. Apakah kamu tidak?
Alasan Mada tidak mau menjalankan sembahyang lagi dikarenakan
dia merasa bahwa Allah tidak megabulkan doa-doanya. Padahal dia sangat
yakin doanya pasti akan terkabul. Keyakinan Mada ini didasarkan atas
firman Allah yang artinya “berdoalah kepada-Ku, maka Aku akan
mengabulkannya”.Kemudian dalam dialog tersebut Shuchun juga
mengomentari keyakinan Mada. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini.
peristiwa yang dialami oleh Mada merupakan sesuatu yang sudah
ditentukan oleh Allah.
Percakapan antara Mada dan Shuchun seakan-akan memberikan
pelajaran kepada penonton untuk selalu berserah diri kepada Allah. Selain
itu juga, adegan tersebut ingin mengingatkan kepada penonton bahwa
sebagai manusia yang beragama hendaknya ia patuh dan bertaqwa
kepada-Nya. Segala ujian yang datang merupakan bagian dari rencana-
83
Nya. Hal ini ditegaskan oleh Syed Salman Chisthy dalam percakapannya
dengan Mada saat film sudah berdurasi 01: 09.
“kutipan Film:
Syed Salman: jadi kamu datang kesini karena sebuah mimpi yang
mengganggumu?
Mada: saya menaiki sebuah balon dan ...
Syed Salman: dan balon itu bocor terkena ujung kubah dan kamu takut
kalau balon itu bocor.
Mada: bagaiamana anda bisa tahu?
Syed Salman: itu semua cara Allah. Kadang Allah gunakan cara itu untuk
bertanya. Kadang dia membuat kita merasa kesakitan. Dan,
kadang dia memberi kita pengalaman. Pada saat seperti ini,
kita harus kuatkan iman kita, kepercayaan kita, dan selalu
bersabar atas kehendak Allah swt.
Syed Salman: kita harus selalu berdiri kukuh dan tahu bahwa Allah swt
selalu bersama kita setiap saat, dan semua ujian ini datang
dari-Nya. Bila kita bisa melalui ujian dan pahit getir itu,
maka kita akan mendapat ampunan dan rahmat dari Allah
swt. Itu yang akan membuat hidup kita bahagia.
Dari beberapa adegan atau dialog yang dikutip dari film Haji
Backpacker diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui pengalaman
agama tokoh utama, film ini ingin mengajak penonton untuk selalu
bertaqwa dan berserah diri kepada Allah. Selain itu, film ini juga ingin
mengajak penonton untuk meningkatkan ke imanannya serta bersabar atas
semua ujian yang datang kepadanya.
2. Kematangan Beragama.
Dalam study psikologi, kematagan dalam beragama sering disebut dengan
maturitas agama. Kata maturitas menurut Islamiyah (2013: 76) di artikan
sebagai proses datangnya kedewasaan. Jalaludin (2000: 107)
menambahkan kematangan atau maturity merupakan pencapaian tingkat
kemampuan (abilitas) tertentu dalam perkembangan rohani seseorang. Jika
84
dikaitkan dengan istilah agama, maka yang dimaksud maturitas disini
adalah suatu kondisi dimana badan dan jiwa seseorang telah sempurna dan
terkonsolidasi dengan baik, sehingga ketika menghadapi ujijan hidup telah
merasa siap. Allpart dalam Islamiyah (2013: 77) menggambarkan kondisi
keagamaan yang matur sebagai satu pembawaan yang terbentuk melalui
pengalaman merespon prinsip-prinsip dan obyek-obyek konseptual yang
dipandang individu sebagai maha penting dan sebagai yang permanen atau
sentral di dalam kehidupan dan dalam hakekat segala sesuatu. Jadi, secara
singkat maturitas agama dapat dipahami sebagai kondisi yang ideal dari
perkebangan keagamaan seseorang sebagai hasil dan proses penghayatan
terhadap agamanya.
Berkaitan dengan penelitian dalam skripsi ini, penulis akan
menggambarkan kondisi seseorang yang matang agamanya melalui tokoh-
tokoh yang ada dalam film Haji Backpacker.
a. Mada
Dalam film haji Backpacker, kondisi kematangan beragama Mada
diperlihatkan ketika dia menyadari bahwa semua yang terjadi padanya
adalah bagian dari rencana Allah. Hal ini terlihat saat Mada merenungi
apa yang diperbuatnya dalam adegan menit ke (data).
“kutipan film:
“kalau aku bisa melihat Kamu, mungkin aku langsung percaya. Kalau
aku bisa mendengarr suara-Mu, mungkin aku bisa mengikuti kehendak-
Mu. Aku sadar. Aku sadar, aku tidak bisa membuat-Mu seperti yang ku
inginkan. Mungkin ini cara-Mu menguji seberapa tebal imanku.
Bagaimana aku bisa menjadi hamba-Mu. Tunjukan sama aku. Beritahu
aku”.
85
Dari dialog Mada diatas dapat dipahami bahwa saat itu dia
mengalami puncak kematangan dalam keberagamaannya. Seseorang
yang matang agamanya akan mengarahkan semua pikiran dan
perasaanya hanya kepada Tuhan. Allpart dalam Islamiyah (2013: 80)
menjelaskan bahwa salah satu kriteria orang yang matang dalam
agamanya adalah memiliki sentiment keagamaan yang tertuju pada
suatu dzat yang disebut sebagai Tuhan.Dalam dialog diatas, Mada
menyadari bahwa apa yang terjadi pada dirinya merupakan sebuah
ujian dari Allah untuk mempertebal imannya.
Perasaan seperti ini kemudian membuat Mada kembali
menjalankan amalan-amalan dalam agamanya. Bahkan saat
menjalankan ritual keagamaan dia terlihat lebih khusuk. Perubahan
sikap Mada ini menunjukan bahwa ajaran-ajaran agamanya sudah
terintegrasidalam setiap kehidupannya. sesuai dengan penjelasan
Allpart dalam Islamiyah (2013: 81-82) bahwa menyatunya ajaran
agama dalam setiap kehidupan seseorang menjadi salah satu ciri orang
yang matang agamanya. Lebih lanjut penulis menjelaskan menyatunya
ajaran agama dengan setiap kehidupan seseorang ditandai dengan
kemauan dalam menjalankan ajaran-ajaran agama.
b. Ayah Shuchun
Salah satu kriteria orang yang sudah matang dalam beragama
adalah memiliki sikap komprehensif. Allpart dalam Islamiyah (2013:
81) menjelaskan bahwa agama itu seperti filsafat, harus mampu
86
menjawab masalah-masalah yang ilmu pengetahuan tidak mampu
menjelaskan. Oleh karena itu, orang yang memiliki sifat sentimen
keagamaan yang komprehensif akan memiliki sikap toleran. Lebih
lanjut Jalaludin juga menambahkan bahwa salah satu ciri dari sikap
keberagamaan orang dewasa adalah bersikap terbuka dan memiliki
wawasan yang luas. Sikap toleran dan keterbukaan yang ditunjukan
oleh ayah Shuchun terlihat dari kata-katanya kepada Mada.
Kutipan film:
“maafkan saya karena telah banyak bertanya. Saya yakin kamu
mempunyai alasan yang kuat kenapa kamu tidak mau sembahyang lagi.
Saya tidak mau kamu merasa terpaksa menjawab pertanyaan saya.
Kalau kamu mau bercerita, saya akan senang mendengarkannya”.
Sikap tidak mau memaksakan kehendak dan menghormati privasi orang
lain (Mada), merupakan bentuk sikap toleransi yang dimiliki ayah
Shuchun. Kemudian dalam adegan itu juga menunjukan status ayah
Shuchun sebagai imam masjid di kampungnya. Hal ini juga
menunjukan bahwa ayah Shuchun merupakan orang yang sudah matang
agamanya. sesuai penjelasan Jalaludin (2000: 95) bahwa sikap
keberagamaan orang yang dewasa adalah terlihat memiliki hubungan
antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial.
c. Syed Salman Chisthy.
Dalam film Haji Backpacker Syed Salman Chisthy adalah seorang
ulama’ besar di India. Dia juga memiliki beberapa murid di
pesantrennya. Kematangan beragamanya dapat dilihat dari kata-katanya
kepada Mada.
87
“kutipan film:
“kita harus selalu berdiri kukuh dan tahu bahwa Allah swt selalu
bersama kita setiap saat, dan semua ujian ini datang dari-Nya. Bila kita
bisa melalui ujian dan pahit getir itu, maka kita akan mendapat
ampunan dan rahmat dari Allah swt. Itu yang akan membuat hidup kita
bahagia.
Dari kata-kata syed Salman diatas dapat dipahami bahwa yang
membuat bahagia hidup seseorang adalah ketika mendapat ampunan
dan rahmat dari Allah. dengan kata lain pikiran dan perasaanya selalu
dihubungkan kepada Allah. kondisi batin seperti ini, sesuai dengan
kriteria kematangan beragama yang diajukan oleh Allpart dalam
Islamiyah (2013: 81-82) bahwa salah satu tipe orang yang memiliki
kematangan beragama adalah filsafat yang menyatu atau terintegrasi
dengan kehidupannya.
Selain itu, syed Salman Chisthy juga yakin bahwa Allah selalu
bersamanya kapanpun dan dimanapun dia berada. Hal ini menandakan
bahwa dia juga memiliki perasaan yang begitu dekat dengan Allah.
James dalam Islamiyah (2013: 83) juga menyebutkan salah satu kriteria
dari orang yang matang agamanya adalah memiliki perasaan yang
terhubung antara Tuhan dengan kehidupannya.
88
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah mejelaskan dan menganalisa hasil temuan data pada bab
terdahulu, maka dalam bab ini penulis akan memberi kesimpulan bahwa
nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang terdapat dalam film
Haji Backpacker dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu:
1. Interaksi Simbolis
Interaksi simbolis adalah segala hal yang berhubungan dengan
pembentukan makna dari proses saling mempengaruhi yang terjadi
baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok
ataupun kelompok dengan kelompok. Dalam pandangan interaksi
simbolis, nilai-nilai pendidikan sosial dalam ibadah haji yang terdapat
dalam film Haji Backpacker antara lain:
a. Sikap Toleransi
b. Kasih sayang
c. Tolong menolong
2. Kedewasaan Spiritual
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab terdahulu bahwa kedewasaan
spiritual adalah masa dimana seseorang telah mencapai
perkembangannya secara spiritual. Spiritual sendiri merupakan bagian
dari perkembangan kedewasaan seseorang. Kemudian kedewasaan
spiritual ini dibagi menjadi dua sub tema yaitu:
1. Pengalaman spiritual
89
Pengalaman spritual adalah segala akitivitas manusia secara
sadar yang menimbulkan efek psikologis. Jadi, pengalaman
spiritual merupakan sesuatu yang berhubungan dengan jiwa dan
perasaan manusia. Oleh karena itu, pengalaman spiritual disebut
sebagai puncak tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia serta
merupakan pengetahuan dari keberadaannya sebagai makhluk
spiritual.
Salah satu bentuk dari pengalaman spiritual adalah pengalaman
agama, yaitu suatu pengalaman dimana agama interes di dalamnya.
Hal ini dapat dilihat dari sikap dan perilaku seseorang yang
diarahkan kepada suatu dzat yang disebut sebagai Tuhan.
2. Kematangan beragama
Kematangan beragama adalah kondisi yang ideal dari
perkembangan keagamaan seseorang sebagai hasil dan proses
penghayatan terhadap agamanya. Ciri-ciri orang yang sudah
matang atau matur agamanya antara lain :
a. Menyatunya ajaran agama dalam setiap kehidupan seseorang.
b. Memiliki sikap yang komprehensif.
c. Filsafat yang menyatu atau terintegrasi dengan kehidupannya.
d. Memiliki perasaan yang terhubung antara Tuhan dengan
kehidupannya.
90
B. SARAN
1. Pendidikan sosial dalam agama Islam sangat penting diajarkan kepada
seluruh umat Islam guna membangun hubungan harmonis dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Sebagai makhluk sosial, kita harus peka terhadap realita sosial serta
tanggap akan masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat,
sehingga kita mampu berkontribusi dalam setiap permasalahan yang
ada.
3. Film merupakan salah satu media yang efektif dalam proses
pembelajaran. oleh karena itu, bagi para stack holder atau produser-
produser film selain memberikan karya yang menghibur hendaknya
juga menyajikan tayangan mendidik bagi para penonton.
C. PENUTUP
Pada Akhirnya, penulis merasa bahwa hasil analisis Film Haji
Backpacker karya Danial Rifki ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Kritik dan saran dari pembaca merupakan sebuah masukan yang berarti
serta membangun bagi penulis. Demikian, semoga skripsi ini bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya serta penulis khususnya.
91
Daftar Pustaka
Abdullah, Abdurrahman Shaleh. 1994. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-
Qur’an. Jakarta: Renika Cipta.
Ahmad, Siti Muniroh. 2004. Nilai-nilai Pendidikan Sosial Dalam Ibadah Zakat.
Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Jurusan Tarbiyah IAIN Walisongo.
Alimandan. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:
Rajawali Pers.
Arifin, Muzayin. 2000. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Dalam Asfah Rahman (Ed). Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Asnawir dan Usman, Basyirudin M. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat
Pers.
Aziz, A. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras
Boizard, Marcel A. 1980. Humanisme dalam Islam Jakarta: Bulan Bintang. 1980
Bogdan, Robert dan Taylor, Steven J. 1992. Pengantar Metoda Penelitian
Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.
Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data Penelitian Kualitataif. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Cahyono, Rudi. 2011. Dinamika Emosi dan Pengalaman Spiritual Beragama.
Jurnal Insan, (Online), Vol. 13 No. 1, (http://journal.unair.ac.id)
Craib, Ian. 1986. Teori-Teori Sosial Modern: Dari Parsons Sampai Habermas.
Jakarta: CV. Rajawali.
Dairowi, Ahmad. 2002. Nilai-nilai Pendidikan Sosial dalam Surat At-Taubat ayat
71 Analisis Ilmu Pendidikan Agama Islam. Skripsi tidak diterbitkan.
Yogyakarta: Jurusan Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Darodjat, Zakiyah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Darwanto. 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
92
Dinata, Muhammad Ridlo. 2012. Konsep Toleransi Beragama Dalam Tafsir Al-
Qur’an Tematik. Jurnal Esensia. (Online), Vol. 12, No. 1 (http://journal.
uin-suka.ac.id)
Djam’anuri. 1998. Ilmu Perbandingan Agama: Pengertian dan Objek Kajian.
Yogyakarta: PT. Karunia Kalam Semesta.
Echolis, John M dan Shadily, Hasan. 2005. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia.
Effendy, Onong Uchjono. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Cipta Aditya Bakti.
. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar MAJU.
Fachri, Ricki. 2015. Kesehatan Spiritual, (Online),
(https://www.academia.edu/4438179/KESEHATAN_SPIRITUAL, diakses
22 Desember 2015).
Fakhrudin, Agus. 2014. Urgensi Pendidikan Nilai Untuk Memecahkan
Problematika Nilai Dalam Konteks Pendidikan Persekolahan. Jurnal
Pendidikan Agam Islam – Ta’lim, (Online), Vol. 12, No. 1,
(http://jurnal.upi.edu/file/07, diakses 28 Oktober 2015).
Hakim, Rosyid Rohman. 2012. Representasi Ikhlas Dalam Film Emak Ingin Naik
Haji. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Dakwah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Hamalik, Oemar. 1977. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.
Humaid. 2011, Makna Sosial dalam Ibadah Haji, (Online),
(http://krapyak.org/2011/11/07/makna-sosial-ibadah-haji/, 23 Oktober
2015).
Islamiyah, Djami’tul. 2013. Psikologi Agama: Beberapa Materi Pilihan. Salatiga:
STAIN Salatiga Pers.
Jalaludin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
. .2000. Psikologi Agama. PT. Raja Grafindo Persada
Joesoef, Soelaiman. 1992. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kattsoff, Louis O. 1992. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana
Khatib, Ramayulis Tuanku. 2001. Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga.
Jakarta: Kalam Mulia.
93
Koentjaraningrat. 1983. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Akasara Biru.
Krispendoff, Klaus. 1993. Analisis Isi Pengantar dan Teori Metodologi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo.
Laksmana, Panji Dwi. 2015. Aspek Motivasi Tokoh Utama dalam Novel Haji
Backpacker karya Aguk Irawan: Tinjauan Psikologi Sastra dan
Implementasinya Sebagai Bahan Ajar di SMA. Skripsi tidak diterbitkan.
Surakarta: Jurusan Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia Universitas
Muhamdiyah Surakarta.
Majid, Abd. 2000. Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi.
Bandung: Pustaka Setia.
Ma’ruf, Syahdara Anisa. 2011. Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Film Sang
Pencerah. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Tarbiyah UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Misrawi, Zuhairi. 2007. Al-Qur’an Kitab Toleransi: inklusifisme,Pluralisme dan
Multikulturalisme. Jakarta: Fitrah.
Monks, F.J, Knoers A.M.P, & Siti Rahayu H. 1992. Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Uneversitas Gadjah
Mada Pers
Muhlas, Muhamad. 2015. ([email protected]). 23 November
2015. Biografi Sutradara Danial Rifki. E-mail kepada Danial Rifki
Mulyana, Dedy. 2008. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Narwoko, Dwi dan Suyanto, Bagong. 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Pernada Media Group.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University.
Pradopo, Djoko Rachmat. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta:
Gama Media.
Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.
Purwaningsih, Sri. 2010. Hati Nurani Adi Personal dalam Al-Qur’an:
Pengembangan Psikologi Sufistik. Semarang: PUSLIT IAIN Walisongo.
Purwanto, Ngalim M. 1998. Ilmu Pendidikan: Teoritis dan Praktis. Bandung:
Remaja Karya.
94
Quail, Denis Mc. 1991. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta:
Erlangga.
Rahmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Rousydiy, Lathief. 1989. Dasar-dasar Rhetorica Komunikasi dan Informasi.
Medan: Firma Rimbow
Sanotsa, Eko. 2008. Seni Teater Jilid 1. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Sastrapratedja, M. 1993. Pendidikan Nilai. Dalam EM. K. Kaswardi (Ed.),
Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (hlm. 3). Jakarta: PT. Grasindo.
Subrayogo, Imam. 2001. Metodologi Penelitian Sosial- Agama. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Suharso dan Retnoningsih. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:
Widya Karya.
Sulistyorini. 2011. Pentingnya Pendidikan Humanistik di Era Globalisasi. Jurnal
Pendidikan Sosiologi dan Humaniora, (Online) Vol. 2, No. 1,
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=33609&val=2346,
diakses 28 Oktober 2015).
Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sumantrana (Ed). 1994. Kritik dan Indentitas Agama. Yogyakarta: Dian-
Interfidel.
Syaibani, Oemar-At-Taumi. Filsasat At-Tarbiyah- Al-Islamiyah. Dalam Hasan
Langgulung (Ed). Jakarta: Bulan Bintang.
Syukur, Abdul. 2014. Profesi Pendidik. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Thaha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Ulwan, Nasikh Abdullah. 1981. Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam.
Semarang: Asy-Syifa.
Vembriarto, St. 1975. Pendidikan Sosial. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan
Paramita
95
96
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Muhamad Muhlas Jurusan/Progdi: Tarbiyah/ PAI
NIM : 111 11 126 Dosen P.A.: Eva Palupi, S.Psi
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
1. Piagam Penghargaan “OPAK” oleh
DEMA STAIN SALATIGA 2011
20-22
Agustus 2011 Peserta 3
2. Piagam Penghargaan “AMT”
OlehSTAIN Salatiga
23 Agustus
2011 Peserta 2
3.
Piagam Penghargaan “Seminar
Nasional Berkontribusi Untuk Negeri
Melalui Televisi/ TV” Oleh KPI
STAIN SALATIGA
5 November
2014 Peserta 8
4.
Piagam Penghargaan “In recognition of
valuable contribution to
INTERNATIONAL SEMINAR on the
Inauguration of IAIN SALATIGA”
oleh IAIN Salatiga
28 Februari
2015 Peserta 2
5. Piagam Penghargaan “Lomba Menulis
Artikel Islami” oleh LKMAI Sarawak
10 Januari
2013 Peserta 2
6.
Piagam Penghargaan “Sarasehan
Keagamaan” Oleh DEMA STAIN
Salatiga
6 Juni 2011 Peserta 2
7.
Piagam Penghargaan “Seminar
Keperempuanan” olehSEMA STAIN
Salatiga
17 Mei 2011 Peserta 2
8.
Piagam penghargaan “Workshop
Nasional” olehHE Institute dan K-Rima
Institute
13 Oktober
2011 Peserta 8
97
9.
Piagam Penghargaan “Seminar
Nasional Ekonomi Syari’ah” oleh
KSEI STAIN Salatiga
2 Juni 2012 Peserta 8
10.
Piagam Penghargaan
“Seminar Nasional Pendidikan
Multikultural sebagai Pilar Karakter
Bangsa” olehHMJTarbiyah STAIN
Salatiga
6 Juni 2012 Peserta 8
11.
Piagam Penghargaan “Bedah Buku
Dari Minder Menjadi Super”Oleh
LDKSTAIN Salatiga
17 Mei 2011 Peserta 2
12. Pengurus TEATER GETAR 2014
sebagai devisi keilmuan 2014 Pengurus 4
13.
Piagam Penghargaan “Pentas Produksi
ke-34” oleh Teater Getar STAIN
SALATIGA
24November2
01 2012 Panitia 3
14.
Piagam Penghargaan “Study Pentas
dengan Judul Biadab”oleh Teater
Getar STAIN Salatiga
10 April 2013 Panitia 3
15.
Piagam Penghargaan “ Sosialisasi dan
Silaturohim Nasional” oleh HMJ
Tarbiyah STAIN Salatiga
30 September
2013 Peserta 8
16.
Piagam Penghargaan “Musabaqoh
Tilawatil Qur’an (MTQ) Mahasiswa
V ” oleh JQH STAIN SALATIGA
23 Oktober
2013 Peserta 2
17.
Piagam Penghargaan “LATSAR ke
XXII” oleh Teater Getar STAIN
Salatiga
2-5 Desember
2013 Panitia 3
18. Piagam Penghargaan “Workshop
Sosiodrama Pekan Budaya” oleh 12 Juli 2012 Peserta 2
98
Teater Getar STAIN Salatiga
19.
Piagam Penghargaan “Seminar
Nasional Pendidikan Realisasi
Penndidikan Karakter Bangsa dalam
Kurrikulum Pendidikan Nasional”
oleh HMJ Tarbiyah STAIN SALATIGA
20 Juni 2011 Peserta 8
20.
Piagam penghargaan “Seminar
Nasional Pilar-pilar Penanggulangan
Korupsi dalam Pespektif Agama,
Budaya dan Negara” olehHMJ Syariah
STAIN SALATIGA
27 Desember
2012 Peserta 8
21.
Piagam Penghargaan “Beda Buku
Ijinkan Aku Menikah Tanpa
Pacaran” oleh LDK STAIN
SALATIGA
13 Mei 2013 Peserta 2
22.
Piagam Penghargaan “Workshop
Keaktoran dalam Pekan Budaya”oleh
Teater Getar STAIN SALATIGA
11 Juli 2012 Peserta 2
23.
Piagam Penghargaan ”Seminar
Regional Peran Mahasiswa dalam
Mengawal BLSM (BLT) Tepat
Sasaran” oleh DEMA STAIN Salatiga
3 MEI 2012 Peserta 4
24.
Piagam Penghargaan “Seminar
Nasional Peran Lembaga Perbankan
Syariah dengan adanya Otoritas Jasa
Keuangan” olehHMJ Syariah
29 November
2012 Peserta 8
25. Piagam Penghargaan “Lomba Curhat
Jalanan” oleh LEUTIKA 20 Mei 2010 Peserta 2
26. Piagam Penghargaan “Tablig Akbar 1 Desember Peserta 2
99
Tafsir Tematik dalam Upaya
Menjawab Persoalan Palestina dan
Israel” oleh JQH STAIN SALATIGA
2012
Total 108
100
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhamad Muhlas
Tempat/Tgl Lahir : Kab. Semarang, 14 Juli 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Dusun Ketapang, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan,
Kab. Semarang
Pendidikan :
1. SD Negeri Ketapang 3 Lulus tahun 2002
2. MTs N Susukan Lulus Tahun 2005
3. SMA Bina Insani Lulus Tahun 2009
4. IAIN Salatiga Lulus tahun 2016
Ketapang, 20 Januari 2016
Penulis
Muhamad Muhlas
101
102
103
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : MUHAMAD MUHLAS
NIM : 111 11 126
Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya tuli sini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat temuan orang lain yang
terdapat dalam Tugas Akhir ini dikutip / dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Tugas
Akhir ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN Salatiga
Salatiga, September 2015
Penulis
Siti Aniroh
NIM. 111 12 005
1