NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG...

115
NILAI-NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG WETAN SERPONG TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Sebagai salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh: Ilham Fauzi NIM. 1112022000045 PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M./ 1439 H.

Transcript of NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG...

Page 1: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

NILAI-NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI

DI LENGKONG WETAN SERPONG TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Sebagai salah satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh:

Ilham Fauzi

NIM. 1112022000045

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M./ 1439 H.

Page 2: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

LEⅣIBAR PERSETUJUAN PEⅣIBI1/1BING

NILAI―NILAIISLAⅣIPADA BUDAYA BETAWI DI

LENGKONG WETAN SERPONG TANGERANG SELATAN

SkHpsi

Dittukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Sdah satu

Syartt Mendapttkan Celar Sttana Humaniora(S.Hum)

Oleh:

Ilham FauziNIPl.1112022000045

Pembil■ bing

Dr.H.Abdo ChairNIP。 195412311983031030

PROGAⅣISTUDISEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUⅣ lANIORA

UNIVERSITASISLAM NEGRISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439H/2018 Ⅳl

Page 3: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca
Page 4: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

LEMBAR PERi\YATAAN

Saya yangbertandatangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa

NIMProgram Studi

1.

: Ilham Fauzi

:1112022000045

: Sejarah dan Peradaban Islam

つ乙

う0

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri

yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri

serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau

hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi

dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk men)rusun

skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul

dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

IV

Jakarta,l3 Maret 2018

Page 5: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

v

ABSTRAK

Skripsi ini meneliti tentang Nilai-Nilai Islam Pada Budaya Betawi di

Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan. Dalam merekonstruksi skripsi ini,

penulis menggunakan metode analisys hystoris, berupa kajian pustaka,

wawancara dan observasi secara langsung.

Temuan penelitian ini adalah masyarakat Lengkong Wetan secara umum

merupakan masyarakat beretnis Betawi yang mempertahankan kebudayaan

Betawi seperti Pencak Silat, Kesenian Lenong, dan Buka Palang Pintu. Akan

tetapi kebudayaan Betawi yang dilestarikan oleh masyarakat Lengkong Wetan

kaya akan nilai-nilai Islamnya. Sebagaimana dalam Silat terdapat tawasul dan

tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca al-Qur’an) serta pada

Lenong terdapat cerita mengenai perjuangan Islam melawan penjajah.

Keberadaan nilai-nilai Islam pada budaya Betawi di masyarakat Lengkong

Wetan, Serpong menjadi kontribusi tersendiri bagi budaya maupun Islam. Oleh

karena itu penulis ingin mengetahui apa saja nilai-nilai Islam yang terdapat pada

budaya Betawi di Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan.

Keyword: Nilai-nilai Islam, Budaya Betawi, Lengkong Wetan.

Page 6: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah tiada kata yang paling indah yang dapat penulis ungkapkan

selain rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah Melimpahkan rahmat dan

karunia Nya serta kekuatan dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW berserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Rasa syukur

serta tekad yang kuat akhirnya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Nilai-Nilai Islam Pada Budaya Betawi di Lengkong Wetan,

Serpong, Tangerang Selatan”. Semoga karya ini dapat menjadi sumbangsih bagi

siapa saja yang ingin bergelut pada dunia penelitian, khususnya bagi yang

memfokuskan kajian pada budaya Betawi lainnya.

Page 7: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa semua ini

tidaklah semata berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri, namun banyak pihak

yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, baik yang

bersifat moril maupun materil, maka dengan ini sepatutnya penulis

menyampaikan banyak terima kasih atas kerjasama dan dorongannya. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Jakarta, berikut pula semua wakil Dekan, I, II, dan III

seluruh staf dan pegawai Fakultas Adab dan Humaniora.

2. Bapak H. Nurhasan, M.A selaku Ketua Jurusan dan ibu Shalikatus

Sa’adiyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dab Peradaban Islam

yang telah membantu administrasi procedural akademik mulai dari

perkuliahan hingga selesainya jejang S-1 penulis.

3. Bapak Dr. H. Abd. Chair selaku pembimbing skripsi yang dengan ikhlas

memberikan ilmu dan waktunya untuk penulis hingga selesainya penulis

skripsi ini.

4. Ibu Dr. Amelia Fauzia selaku pembimbing akademik yang telah

membimbing penulis dalam menghadapi masa-masa perkuliahan dari awal

masuk sampai akhir perkuliahan.

5. Bapak Dr. Saidun Derani, M.A selaku penguji 1 dan Bapak Drs. H. Azhar

Shaleh, M.A selaku penguji 2 yang telah meluangkan waktunya untuk

pengujian skripsi.

6. Seluruh dosen Progam Studi Sejarah dan Peradaban Islam yang telah

banyak berjasa terhadap penulis dalam memberikan motivasi dan

bimbingan keilmuannya.

7. Kedua orang tua tercinta ibunda Hj. Yenih Maryanih dan Ayah H. Sukria.

Yang telah mendidik, mengasuh, membimbing dengan kasih sayang yang

tulus sehingga anakmu ini bisa menyelesaikan studinya sampai perguruan

tinggi.

Page 8: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

viii

8. Kepada Imam Mukorobin S.Hum (selaku asisten dosen) terima kasih

banyak telah membimbing, memberikan masukan, dan meminjamkan

buku sekaligus mengoreksi revisian penulis sampai selesai.

9. Kepada Maratun Nafisah, terima kasih karena telah mensuport dan selalu

mendukung penulis dan menemani penulis untuk mencari buku-buku serta

dokumentasi dalam penulisan skripsi ini.

10. Kakak-kakak tercinta Aries, Fahmi, David, dan Adik tercinta Imam yang

selalu menyemangati penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

11. Kepada Teman-teman SKI angkatan 2012, dan teman-teman lainnya yang

ikut memberikan partisipasinya khususnya kepada Juansyah, Azhar,

Miftah, Azami, Sohiman, Setyo, Mustaqim, Fathzry dan semua orang yang

telah membantu penulis hingga selesainya skripsi ini.

Demikian ucapan terimakasih penulis, semoga amal baik semua pihak yang telah

berkenan memberikan informasi yang penulis butuhkan untuk penulisan skripsi

ini, mendapatkan imbalan dan pahala sebesar-besarnya dari Allah SWT. Jika ada

kesalahan dan kekurangan, penulis mohon masukan yang kontruktif, sehingga

skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.

Jakarta, 13 Maret 2018

Penulis

Page 9: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vi

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 5

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 6

E. Kerangka Teoritik .................................................................................. 8

1. Perubahan Sosial ............................................................................. 8

2. Fungsionalis ..................................................................................... 9

3. Islamisasi .......................................................................................... 9

F. Metodologi Penelitian ......................................................................... 11

1. Metode Penelitian .......................................................................... 11

2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 11

3. Teknik Pengolahan Data .............................................................. 14

4. Teknik Penulisan ........................................................................... 14

5. Pedoman Penulisan ....................................................................... 14

G. Sistematika Penulisan.......................................................................... 14

BAB II SEKILAS TENTANG LENGKONG WETAN, SERPONG,

TANGERANG SELATAN

A. Kondisi Geografis Lengkong Wetan ................................................. 16

B. Sejarah Lengkong ................................................................................ 18

Page 10: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

x

C. Kondisi Keagamaan dan Kebudayaan di Lengkong Wetan ........... 22

1. Kondisi Keagamaan ...................................................................... 23

2. Kondisi Sosial Kebudayaan ......................................................... 25

D. Aktifitas Keseharian Masyarakat Lengkong .................................... 27

BAB III ISLAM DAN BUDAYA BETAWI

A. Masuknya Islam di Betawi ................................................................. 30

B. Bentuk Islamisasi di Betawi ............................................................... 32

1. Pondok Pesantren .......................................................................... 33

2. Madrasah ........................................................................................ 33

3. Majlis Taklim ................................................................................. 34

C. Budaya Betawi ..................................................................................... 35

1. Asal Usul Betawi ........................................................................... 35

2. Macam-macam Budaya Betawi................................................... 37

BAB IV NILAI-NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI

LENGKONG WETAN

A. Perkembangan Islam di Lengkong Wetan ........................................ 41

B. Budaya Betawi di Lengkong Wetan.................................................. 48

C. Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Betawi di Lengkong Wetan ...... 55

D. Kiat-Kiat Masyarakat Lengkong dalam Melestarikan Budaya

Betawi.................................................................................................... 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 63

B. Kritik dan Saran ................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 65

LAMPIRAN......................................................................................................................... 70

Page 11: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua hal yang tidak bisa

dipisahkan. Akan tetapi eksistensinya lama kelamaan mengalami perubahan,

bahkan beberapa di antaranya bisa saja hilang dari peradaban manusia. Selain

persoalan eksistensi, beberapa kebudayaan juga ditemukan mengalami

penambahan nilai-nilai1, seperti masuknya nilai-nilai agama dalam sebuah

kebudayaan. Peneliti Devita Roswita mengemukakan bahwa budaya Betawi

mengalami rekacipta tradisi sebagai strategi adaptasi menghadapi keragaman

dan keseragaman. Seperti Buka Palang Pintu pada mulanya merupakan tradisi

upacara, namun saat ini bertransformasi sebagai komoditas. Tujuan utama

rekacipta tradisi adalah pelestarian budaya, karena di dalamnya bukan hanya

terdapat nilai budaya saja, melainkan agama, sosial, sejarah, dan ekonomi.2

Masyarakat Betawi merupakan sebuah komunitas penduduk asli Jakarta

yang lahir dan terbentuk relatif baru, yaitu pada sekitar abad ke19. Etnis

Betawi yang terbentuk merupakan hasil percampuran antara bebagai unsur

suku bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar wilayah

Nusantara.3

Penggunaan istilah Betawi merujuk kepada Batavia, kelompok etnis

Betawi lahir dan berkembang menjadi sebuah komunitas yang memiliki

identitas tersendiri. Berawal dari perlakuan yang tidak adil oleh penjajah

Belanda terhadap struktur sosial di kota Batavia terhadap masyarakat pribumi,

serta penguasaan wilayah yang mulai mencampur adukkan kebudayaan,

1 Nilai adalah alat yang menunjukan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan atau

keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan

akhir yang berlawan, nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang

individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Lihat juga Robbins, Stephen P.

Perilaku Organisasi Buku 1. Jakarta: Salemba Empat, 2007. Hlm. 146-156. 2Devi Roswita, “Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Menuju Komoditas”

dalam Jurnal FISIP UI, 2013, h. 21. 3 Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2002)

h. 2.

Page 12: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

2

terutama setelah Batavia mulai dijadikan pusat pemerintahan kolonial, saat itu

terbentuklah sebuah komunitas yang menentang kebijakan tersebut, komunitas

ini berusaha untuk menjaga kebudayaan masyarakat pribumi, mempertahankan

keberadaannya, serta melestarikannya. Komunitas inilah yang sekarang kita

kenal dengan istilah etnis Betawi.

Pembentukan komunitas etnis secara umum dipengaruhi beberapa

faktor yang membedakan dengan etnis lain. Faktor tersebut berupa persamaan

geografis, kepercayaan, adat istiadat, mitos, maupun sejarah yang unik. Adat

istiadat tersebut kemudian membentuk sebuah kebudayaan yang merupakan

ukuran serta pedoman kehidupan manusia. Budaya menjadikan manusia

memiliki nilai yang menjadi dasar setiap langkah yang akan dilakukannya.4

Seluruh rangka kebudayaan dan etnis Betawi, ada beberapa wilayah

yang mengembangkan budaya tersebut dan berusaha melestarikannya yang di

antaranya; Setu Babakan, Rawa Belong, Lebak Bulus, Lengkong Wetan, dan

Lain-lainnya. Kebudayaan yang berkembang dalam suatu masyarakat biasanya

merupakan sumber acuan bagi mereka dalam merespon berbagai perubahan.

Sistem kebudayaan tersebut akan menyeleksi perubahan ditolak atau diterima

oleh masyarakat.

Selain kebudayaan, agama berperan penting di masyarakat dalam

menanggapi perubahan sosial. Agama dalam pendekatan sejarah merupakan

artikulasi dalam perkembangan sejarah. Perubahan yang dimaksud meliputi

hingga meluas pada penyebaran dan perkembangan agama.5 Dengan demikian,

suatu agama yang masuk pada masyarakat tidak pernah bisa ditemukan dalam

bentuk aslinya secara utuh, selalu ada pelenturan nilai-nilai (fluiditas).6

4 Budiono, Herusatoto, Simbolisme dalam Budaya Jawa, (Yogyakarta: Hindita Graha

Widia, 2000), h. 7. 5 M. Ridwan Lubis, Agama dalam Perbincangan Sosiologi, (Bandung: Citapustaka,

2010), h. 9. 6 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama; Potret Agama dalam Dinamika Konflik,

(Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 15. Lihat juga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) Fluiditas memiliki satu arti. Fluiditas memiliki arti dalam kelas adjektiva atau kata sifat

sehingga fluiditas dapat mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya dengan

menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik.

Page 13: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

3

Pentingnya nilai-nilai juga termuat dalam pandangan masyarakat

Betawi terhadap kepemimpinan. Ridwan Saidi menjelaskan bahwa

penghormatan masyarakat Betawi kepada Guru7 dan Mualim (ulama).

8 Secara

umum masyarakat Betawi menghargai jawara9 dan ulama yang merupakan

bukan bentuk konfrontasi10

, melainkan hubungan fungsional11

yang saling

terikat.12

Lengkong merupakan sebuah daerah yang kental akan keagamaan dan

budayanya. Hal ini dibuktikan banyaknya pesantren yang berdiri dan bertahan

di sana. Kondisi tersebut juga menyebabkan Lengkong dikenal dengan istilah

Lengkong Ulama.13

Dalam perkembangannya Lengkong mengalami perluasan

wilayah sehingga muncul berbagai nama Lengkong lainnya, yaitu: Lengkong

Ulama, Lengkong Karya, Lengkong Gudang, Lengkong Wetan, dan

sebagainya. Diantara sekian banyak Lengkong, Lengkong Wetan, Kecamatan

Serpong, Tangerang Selatan adalah wilayah yang dikenal sebagai tempat

berkembangannya komunitas Betawi yang masih sangat mepertahankan

kebudayaannya.

Beberapa kebudayaan yang masih bertahan di Lengkong Wetan

diantaranya; Pencak Silat14

, Buka Palang Pintu15

, dan Kesenian Lenong16

.

7 Pengertian Guru yang penulis maksud merupakan orang yang berpendidikan serta

mengajar pendidikan, seperti pada sekolah-sekolah lainnya. Secara umum tidak ada perbedaan

guru yang dipahami oleh masyarakat Betawi dan masyarakat lainnya. 8 Pengertian Ulama yang penulis maksud merupakan orang yang ahli dalam ilmu-ilmu

keislaman. Lihat dalam buku Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, Asal-Usul, Kebudayaan, dan

Adat Isitadatnya, (Jakarta: PT Gunara Kata, 2001), h. 88. 9 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Arti kata Jawara ialah Pendekar

atau jagoan. Wawancara dengan Rahmat Hidayat di Lengkong Wetan tanggal 26 januari 2018.

Istilah jawara bagi masyarakat natif Betawi yaitu Juware atau Juara yang tidak terkalahkan

dalam hal bela diri “maen pukulan” atau pencak silat.

10 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Konfrontasi yang berarti

permusuhan atau pertentangan. 11

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Fungsional berarti dilihat dari segi fungsi:

kedua kata itu secara fungsional sepadan. 12

Rakhmad Zailani Kiki dkk, Geneologi Intelektual Ulam Betawi, (Jakarta: Jakarta

Islamic Center, 2011), 23. 13

Firman Firdaus, “Persepsi Masyarakat Pribumi Terhadap Pendatang di Kampung

Lengkong Ulama Tangerang Banten” dalam Skripsi Fakultas Psikologi, Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2008, h. 8. 14

Silat secara umum dipahami sebagai bentuk bela diri dalam rangka menghindari

atau menyelamatkan diri dalam sebuah perkelahian. Silat merupakan inti dari pembelaan dari

Page 14: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

4

Meskipun di wilayah lengkong wetan dan sekitarnya mengalami proses

modernisasi, masyakat masih sangat antusias dalam melestarikan warisan

budaya itu. salah satunya upaya para sesepuh dan masyarakat lengkong wetan

yaitu dengan mengenalkan dan mengajarkan budaya Betawi itu sendiri kepada

anak, cucu mereka secara langsung. Sehingga eksistensi keberadaan tradisi itu

diharapkan terus berlanjut.

Agama dan budaya yang melekat pada masyarakat Betawi Lengkong

Wetan merupakan salah satu contoh atau bukti eksistensi17

sejarah. Bahkan

pada zaman modern dengan kemajuan teknologi yang signifikan seperti saat ini

masyarakat Betawi Lengkong Wetan masih mempertahankan budayanya yang

kental dengan nilai-nilai Islam di dalamnya. Hal ini menjadikan penulis tertarik

untuk meneliti “Nilai-Nilai Islam Pada Budaya Betawi di Lengkong Wetan,

Serpong, Tangerang Selatan” dan apa saja kiat-kiat masyarakatnya dalam

melestarikan tradisi leluhur.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis membatasi penelitian

agar lebih fokus dan terarah pada masalah apa saja nilai-nilai Islam yang terdapat

tanpa mengenal tempat dan keadaan. Lihat juga Keluarga Pencak SIlat Nusantara (KPSN),

Buku Pelajaran Pencak Silat Nusantara (Jakarta:KPSN, 2011), Hlm. 2 15

Buka Palang Pintu merupakan tradisi yang memiliki nilai kebudayaan bagi

masyarakat Betawi dan kerap dijumpai dalam acara pernikahan. Secara etimologi palang

berarti balok atau melintang, sedangkan pintu adalah lubang atau jalan untuk masuk dan keluar.

Terminology palang pintu diambil dari kiasan pada Betawi zaman dulu. Lihat juga Devi

Roswita, “Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara Menuju Komoditas”

dalam Jurnal Fisip UI, tahun 2013. Hlm. 7. 16

Kesenian Lenong merupakan seni peran yang menggabungkan berbagai macam

kegiatan seni seperti, musik, tari, nyanyi dan peran. Secara umum, pertunjukan Lenong tanpa

scenario, pemainnya melakukan adegan-adegan sesuai dengan arahan pemimpin. Lihat dalam

buku Abdul Chaer, Foklor Betawi Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi, (Jakarta: Masup

Jakarta, 2012). Hlm 204, pemikiran dan pendapat serupa juga dikemukakan Adbul Qodir,

selaku Ketua IRMAS, Remaja Seni di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong

Wetam. 13November 2017. 17

Eksistensi berasal dari kata bahasa latin existere yang artinya muncul, ada timbul

memiliki keberadaan aktual. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: balai pustaka. 1997. hal.

253. Menurut buku Lorens Bagus (1996). Kamus filsafat. Jakarta: gramedia. Hlm. 183-185.

Terdapat beberapa pengertian tentang exsistensi yang dijelaskan menjadi 4 pengertian.

Pertama, esistensi adalah apa yang ada. Kedua, exsistensi adalah apa yang memiliki aktualitas.

Ketiga, exsistensi adalah segala sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu ada.

Keempat, exsistensi adalah kesempurnaan.

Page 15: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

5

pada budaya Betawi di Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan? Adapaun

rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi agama dan budaya di Lengkong Wetan, Tangerang

Selatan?

2. Apa saja nilai-nilai Islam yang terkandung dalam budaya Betawi di

Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan?

3. Bagaimana masyarakat Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan

dalam mempertahankan serta melestarikan budaya Betawi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi keagamaan dan kondisi kebudayaan di

Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan.

2. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai Islam yang terkandung dalam

budaya Betawi di Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan

3. Untuk mengetahui peran dan kontribusi tokoh masyarakat dan alim

ulama dalam penerapan tradisi pada masyaraat di Lengkong Wetan,

Serpong, Tangerang Selatan.

Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Kampus sebagai sumbangan hasil karya penelitian untuk

Fakultas Adab dan Humaniora khususnya di Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam dan umumnya untuk UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bagi masyarakat sebagai tambahan informasi mengenai kajian

tentang nilai-nilai islam yang terdapat pada tradisi kebudayaan

Betawi di masyarakat Lengkong Wetan kecamatan serpong

tangerang selatan.

3. Penelitian ini secara kelembagaan akademik untuk pengembangan

ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan, terutama ilmu sejarah.

Page 16: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

6

D. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa penelitian terkait tema agama dan budaya di

Lengkong Wetan. Berikut rinciannya.

Pertama skripsi yang berjudul “Penerimaan Masyarakat Betawi Muslim

Terhadap Kesenian Musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek di

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan” yang ditulis oleh Siti Uswatun

Chasanah, Mahasiswa Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta,

Jurusan Sejarah dan kebudayaan Islam, pada tahun 2014. Yang isinya

membahas mengenai penerimaan masyarakat muslim betawi di Setu Babakan

terhadap kesenian musik gambang kromong dan tari ronggeng. Persamaan

dengan penelitian yang akan dilakukan adalah kebudayaan Betawi yang

menjadi objek material penelitiannya. Adapun perbedaannya dengan penelitian

yang akan dilakukan adalah jenis budaya Betawi serta daerah yang ditelitinya.

Penulis meneliti daerah Lengkong Wetan, sedangkan Siti Uswatun meneliti di

daerah Setu Babakan.

Kedua skripsi yang berjudul “Peran Perkampungan Betawi Setu

Babakan dalam Melestarikan dan Mengembangkan Budaya Betawi (2004 –

2007)” ditulis oleh Yulia Kartika pada Jurusan Sejarah Kebudayan Islam,

Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2009.

Skripsi tersebut terfokus pada sejauh mana upaya masyarakat Setu Babakan

dalam mempertahankan serta melestarikan budaya Betawi. Perbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan adalah perbedaan daerah serta persoalan nilai-

nilai Islami dalam kebudayaan Betawi. Penulis mengambil daerah Lengkong

Wetan sebagai objek penelitian. Sedangkan penelitian Yulia Kartika

mengambil daerah Setu Babakan dan hanya menjelaskan persoalan pelestarian

kebudayaan Betawi.

Ketiga penelitian Saidun Derani berjudul “Ulama Betawi Perspektif

Sejarah” dalam Jurnal Turats Vol. XIX No. 2 Tahun 2013, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian tersebut menjelaskan islamisasi atau

penyebaran Islam serta kontribusi keilmuan Muslim di Betawi. Hasilnya ulama

Page 17: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

7

Betawi cukup signifikan dalam pembangunan bangsa dalam transmisi

keilmuan. Penelitian ini menjadi rujukan penulis sebagai landasan teori

Islamisasi di Betawi.

Selain skripsi dan penelitian dalam jurnal, terdapat beberapa buku yang

membahas budaya maupun keislaman Betawi. Di antaranya adalah buku yang

ditulis oleh Abdul Aziz berjudul Islam dan Masyarakat Betawi. Buku tersebut

menjelaskan tentang perkembangan masyarakat Betawi dalam menghadapi

perubahan zaman. Kemudian buku yang ditulis oleh Abdul Chaer, pada tahun

2012 berjudul Foklor Betawi Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi,

pembahasannya sangat tertuju pada masyarakat Betawi, dari budaya

masyarakatnya, kesenian, tradisi masyarakat, sampai busana dan arsitektur

bangunannya pun dibahas, namun secara detail pembahasan mengenai nilai-

nilai Islam dalam Betawi itu sendiri belum dijelaskan secara menyeluruh.

Selain itu juga terdapat buku Geneologi Intelektual Ulama Betawi yang

diterbitkan oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta, Jakarta

Islamic Centre pada tahun 2011. Buku tersebut merupakan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Rakhmad Zailani Kiki dkk, serta dibimbing oleh

Azyumardi Azra dan Ridwan Saidi.

Dari tinjaun pustaka di atas terdapat beberapa persamaan dan

perbedaan. Persamaannya secara umum terletak pada kebudayaan Betawi yang

diteliti. Selain itu teori yang digunakan mengacu pada buku-buku memiliki

kesamaan yaitu teori Islamisasi serta penyebaran jaringan ulama di Betawi.

Adapun perbedaannya adalah penulis lebih spesifik di daerah Lengkong

Wetan, Serpong, Tangerang Selatan. Sejauh ini belum ada penelitian mengenai

kebudayaan dalam perspektif sejarah di Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang

Selatan. Oleh karena itu penelitian ini bersifat baru dan original.

E. Kerangka Teori

Teori yang digunakan penulis untuk meneliti nilai-nilai Islam pada

budaya Betawi ini adalah teori perubahan sosial, fungsionalisme dan teori

Islamisasi. Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu persatu di bawah ini. Teori

perubahan sosial yang digunakan merupakan teori dalam perspektif sejarah.

Page 18: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

8

Sebagaimana pendapat Kartodirjo bahwa perubahan sosial merupakan gejala

sejarah atas proses terjadinya perubahan dalam konteks sosial.18

Berikut

penjelasan detail mengenai teori-teori yang digunakan.

1. Perubahan Sosial

Perubahan merupakan suatu kondisi yang berbeda dari sebelumnya

dengan kondisi yang terjadi saat ini. Adanya perubahan merupakan hasil

perbandingan waktu tertentu yang terjadi pada satu masyarakat. Dalam

perubahan tentunya memuat proses terbentuknya perubahan itu sendiri. Proses

tersebut menunjukkan sebuah gejala sejarah. Gejala sejarah juga memuat

persoalan hubungan kausal sekaligus proses yang terjadi dari sebelum hingga

sesudah adanya perubahan.19

Dalam perubahan sosial setidaknya memuat dua unsur:

a. Dinamika masyarakat memajukan tingkat perubahan ke arah yang

lebih maju dengan melihat berbagai faktor yang melatarbelakangi

perubahan tersebut.

b. Arah perubahan sosial menuju dari sederhana ke bentuk yang lebih

kompleks, dengan kata lain menuju pada arah yang lebih baik.20

Dalam teori perubahan sosial, Talcot Parson berpendapat bahwa asumsi

terjadinya perubahan sosial berasal dari hubungan antar lembaga atau

komunitas dalam masyarakat yang berakibat pada perubahan sistem sosial

(seperti bahasa maupun budaya) maupun struktur sosial (peran dan fungsi).

Adapun sumber perubahan sosialnya berasal dari faktor endogen mencakup

sistem masyarakat itu sendiri dan eksogen berupa masyarakat pendatang atau

dari luar.21

18

Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 4 19

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), h. 78. 20

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metode Sejarah (Jakarta:

Gramedia, 1992), h. 99. 21

Syamsir Alam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta, 2008), h. 126.

Page 19: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

9

2. Fungsionalis

Selain teori perubahan sosial, penulis juga menggunakan teori

fungsionalis tentang kebudayaan yang dikemukakan Bronislow Malinowski

(1884-1942). Menurut Malinowski, bahwasannya semua unsur kebudayaan

akan bermanfaat bagi masyarakat atau dengan kata lain bahwa fungsionalisme

berpandangan bahwa kebudayaan mempertahankan setiap pola kelakuan yang

sudah menjadi kebiasaan, yang sudah merupakan bagian kebudayaan dalam

suatu masyarakat. 22

Inti teori fungsionalisme adalah bahwa segala aktifitas kebudayaan

yang di lakukan oleh masyarakat sebenarnya mempunyai maksud untuk

memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri manusia yang

berhubungan dengan seluruh kehidupannya (pemenuhan kebutuhan). Teori

tersebut di gunakan untuk menjelaskan nilai-nilai yang terdapat dan terkandung

di budaya Betawi, untuk mengukuhkan keberadaan nilai-nilai islam dalam

masyarakat, serta memahami dan memaknai simbol-simbol sebagai satu

kesatuan yang mutlak di sadari, agar dapat menjelaskan permasalahan yang di

teliti. Dengan menggunakan teori ini, di harapkan dapat membantu peneliti

untuk mengetahui internalisasi nilai-nilai islam dalam budaya tersebut.

3. Islamisasi

Masyarakat Betawi yang kental akan nilai-nilai religusnya

mengharuskan penelitian ini mengkaji lebih mendalam mengenai agama serta

teori masuknya Islam ke lengkong. Sebagaimana agama dalam perspektif

sejarah merupakan respon terhadap perubahan sosial. Peranan sejarah dalam

konteks agama adalah menggambarkan perubahan sosial yang terpengaruh

agama.23

Hal tersebut dipertegas oleh Max Weber bahwa agama

mempengaruhi pandangan hidup manusia terhadap perubahan yang terjadi di

masyarakat.24

Adapun teori untuk mengupas masuknya agama Islam disebut

22

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I, (Jakarta: UI Press, 1980), h. 167. 23

M. Ridwan Lubis, Agama dalam Perbincangan Sosiologi, (Bandung: Citapustaka,

2010), h. 9. 24

Syamsuddin Abdillah, Agama dan Masyarakat Pendekatan Sosiologi Agama,

(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 91.

Page 20: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

10

dengan teori Islamisasi. Islamisasi adalah teori yang menjelaskan proses dan

berkembangnya Islam, khususnya di Indonesia.

Adapun teori Islamisasi yang digunakan penulis adalah teori Syekh

Quro. Teori ini juga dibahas oleh Saidun Derani dalam Jurnal Turats. Teori

tersebut merupakan teori yang jelas dan tegas dalam menjelaskan sejarah

masuknya Islam di Betawi.

1) Teori Syaikh Quro

Menurut Ridwan Saidi, Islam pertama kali masuk ke tanah Betawi

dibawakan oleh Syaikh Hasanuddin yang kemudian dikenal dengan Syekh

Quro. Syekh Quro merupakan ulama berasal Kamboja yang menyebarkan

Islam ke Betawi pada tahun 1409.25

Selain itu didukung dengan para

pedagang Muslim sudah berlalu lalang pada adab ke 7 masehi ke pelabuhan

Nusantara, berniaga ke Cina. Teori ini menegaskan mengapa komunitas

Muslim di Nusantara pada umumnya seperti Petani, Malaka, Sumatera,

Champa.26

Penerimaan Islam di Betawi yang dibawakan oleh Syekh Quro tidak

terlepas dari metode dakwah persuasif. Cara-cara dakwah yang bersifat

persuasif inilah yang menyebabkan Islam bisa diterima pada masa Hindu

Budha. Hal ini dikarenakan ulama atau mubaligh yang menyebarkan Islam

memiliki ilmu keislaman serta memahami jiwa masyarakat yang menjadi

sasaran dakwah.27

Syekh Quro adalah putra dari salah seorang ulama besar di Makkah,

yaitu Syekh Yusuf Siddik yang menyebarkan agama Islam di Campa. Syekh

Yusuf Siddik masih keturunan Sayidina Husain bin Sayyidina Ali

Karamallaahu wajhah. Tidak diketahui dengan pasti tentang riwayat masa

kecil dari Syekh Quro. Sumber tertulis hanya menjelaskan bahwa pada

tahun 1409 masehi, setelah berdakwah di Campa dan Malaka, Syekh Quro

25

Rakhmad Zaili Kiki Dkk, Geneologi, h. 31. 26

Saidun Derani, “Ulama Betawi Perspektif Sejarah” dalam Jurnal At-Turats Vol.

XIX No.1 Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012, h. 114-

115. 27

Saidun Derani, “Ulama Betawi Perspektif Sejarah” dalam Jurnal At-Turats Vol.

XIX No.1 Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012, h. 118.

Page 21: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

11

mengadakan kunjungan ke daerah Martasinga Pasambangan dan Japura

hingga akhirnya sampai ke pelabuhan Muara Jati, Cirebon. Beberapa tahun

kemudian, Syekh Quro kembali ke wilayah Pajajaran. Ia kembali bersama

pengiringnya menumpang kapal yang dipimpin Laksamana Cheng Ho

dalam perjalanannya menuju Majapahit. Dalam pelayarannya itu, armada

Cheng Ho tiba di Pura Karawang, Syekh Hasanuddin beserta para

penggiringnya turun di Karawang.28

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian pada kajian sejarah perlu menggunakan

pemahaman metode sejarah. Metode sejarah adalah suatu proses menguji dan

menganalisis secara kritis terhadap rekaman dan peninggalan masa lampau

berdasarkan data-data yang telah diperoleh.29

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan dua teknik, library research

(pencarian data kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan).30

a. Library Research merupakan studi kepustakaan. Teknik ini merupakan

pencarian data dari sumber-sumber tertulis yang ada dalam kepustakaan.

Penulis mencari dan mengumpulkan data dari perpustakaan meliputi buku

terkait Nilai-nilai Islam dan budaya Betawi maupun skripsi yang berkaitan

dengan penelitian ini. Pencarian dilakukan di Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah dan perpustakaan fakultas Adab dan Humaniora.

Adapun data yang dikumpulkan melalui kepustakaan di antaranya adalah:

Sejarah Kampung Lengkong, ditulis oleh Mukri Mian, Profil Orang

Betawi, Asal-Usul, Kebudayaan, dan Adat Isitadatnya ditulis oleh Ridwan

Saidi, Geneologi Intelektual Ulam Betawi ditulis oleh Rakhmad Zailani

28

Rakhmad Zailani Kiki Dkk, Geneologi, h. 32-34. 29

Louis Gottshalck, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Susanto (Jakarta: Universitas

Indonesia, Press, 2008), h. 39 30

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logoso Wacana Ilmu,

1999), h. 107.

Page 22: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

12

Kiki dkk. Arkeologi Islam Nusantara ditulis oleh Uka Tjandrasasmita,

Foklor Betawi: Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi ditulis oleh

Abdul Chaer, Islam dan Masyarakat Betawi ditulis oleh Abdul Aziz. serta

jurnal terkait Betawi, Islam dan Kebudayaannya di antaranya: “Ulama

Betawi Perspektif Sejarah” ditulis oleh Saidun Derani dalam Jurnal

Turats, Fakultas Adab, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Kajian Pola

Pemukiman Kampung Lengkong Ulama, Serpong” ditulis oleh Muammar

Khamdevi dalam Jurnal Dimensi, dan “Indahnya Betawi” ditulis oleh Mita

Purbasari dalam Jurn al HUMANIORA Universitas Bina Nusantara.

b. Field Research merupakan teknik pengumpulan data yang diambil dari

lapangan penelitian. Dalam mengambil data dari lapangan, penulis

menggunakan tiga teknik. Berikut uraian detailnya:

a) Observasi (Pengamatan)31

: Merupakan pengamatan secara langsung di

daerah Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan serta fenomena

yang berkaitan dengan nilai-nilai Islam pada budaya Betawi.

Selanjutnya penulis menyimpulkan mengenai nilai-nilai Islam dalam

budaya Betawi di Lengkong Wetang, Serpong, Tangerang Selatan.

b) Wawancara32

: merupakan teknik pengambilan data menggunakan

tanya jawab kepada narasumber yang dipilih. Adapun narasumbernya

diambil dari orang-orang yang mengetahui secara langsung mengenai

kebudayaan maupun keislaman yang ada di Lengkong Wetan, Serpong

Tangerang Selatan. Sedangkan teknik wawancaranya menggunakan

pendekekatan semistrukur, yakni campuran antara wawancara

terstruktur dan tidak terstruktur. Hal ini dilakukan dalam rangka

memberikan keleluasaan terhadap penulis serta narasumber agar

mendapatkan informasi tepat.

Penulis memilih 8 (delapan) narasumber yang diwawancarai. Berikut

uraian detailnya:

1. Amil Husein; selaku orang yang bertanggung jawab dalam

persoalan keagamaan Islam di Lengkong Wetan.

31

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktek H. 143 32

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktek H. 160-161

Page 23: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

13

2. Ibrahim bin Mulud; selaku pengasuh dan pengajar Rumah Seni

Budaya Betawi di Lengkong Wetan.

3. Rahmat Hidayat; selaku pengasuh dan pengajar Rumah Seni

Budaya Betawi di Lengkong Wetan.

4. Wasri Susanto; selaku ketua RW di Lengkong Wetan

5. Sardadi; selalu sesepuh dan tokoh masyarakat di Lengkong Wetan.

6. Junaedi; selaku anggota Persatuan Pendekar Persilatan dan Seni

Budaya Betawi Indonesia (P3SBBI).

7. Reni; merupakan tokoh masyarakat dan selaku ketua Posyandu di

Lengkong Wetan.

8. Abdul Qadir; pengurus Ikatan Remaja Masjid.

c) Dokumentasi33

: merupakan mengumpulkan data dengan cara

mengambil pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan

dengan mengakses beberapa sumber-sumber tertulis berupa Buku,

Jurnal serta situs Internet. Dalam tahap dokumentasi harus diuji

melalui kritik yang bersifat internal dan eksternal.34

Kritik internal

peneliti untuk dapat menilai kelayakan dan keaslian sember atau

menguji lebih jauh dokumen tersebut, artinya peneliti ingin menguji

seberapa jauh dapat dipercaya kebenaran dari informasi yang

diberikan. Dalam kritik intern ditunjukan untuk dapat memahami

sebuah teks. Tahap selanjutnya kritik ekternal dilakukan untuk

mengetahui atau menguji keaslihan suatu sumber. Usaha dalam

mendapatkan bukti sumber otentik dengan melakukan penelitian

terhadap sebuah sumber. Dalam kritik ekternal berfungsi sebagai

berikut: 1). Apakah sumber tersebut merupakan salah satu sumber

yang kita butuhkan. 2). Apakah itu merupakan sumber salah satu yang

asli. 3). Apakah sumber tersebut masih ada atau sudah mengalami

suatu perubahan.

33

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktek H. 175 34

M. Dien Madjid, Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar, (Jakarta:

Kencana, 2014). Cet 1. H.223-224.

Page 24: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

14

3. Teknik Pengolahan Data

Penulis menggunakan teknik analisis hystoris dan analisis deskriptif.

Analisis hystoris atau analisis sejarah merupakan pemahaman terhadap

hubungan antara masalah dengan data35

yang ditemukan yang dikaji dengan

teori.36

Adapun descriptive-analisys atau analisis deskripsi merupakan

mengolah data dengan menggambarkan secara runtut dan menuliskannya

dalam laporan penelitian.

4. Teknik Penulisan

Teknik penulisannya menggunakan historiografi yang merupakan fase

terakhir dalam penelitian sejarah, di mana pada fase ini akan didapatkan hasil

tulisan sejarah yang tentunya berbeda dengan sosiologi ataupun disiplin ilmu

sosial lainnya. Hal ini dikarenakan dalam penulisan sejarah, kronologi

merupakan sebuah faktor penting yang membedakannya dengan tulisan

lainnya.

5. Pedoman Penulisan

Panduan penulisan skripsi ini berdasarkan pada Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2017 yang diterbitkan oleh Lembaga Penjamin Mutu (LPM) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Sebuah peristiwa sejarah yang diteliti dengan metodologi dan

pembagian babakan, harus dibagi sesuai sistematika serta kaidah dalam

penelitian sejarah. Pembabakan tahapan pembahasan cerita peristiwa sejarah,

dapat dibagi dalam beberapa bab dan sub-bab, yang sifatnya tidak mengikat

35

Data sebagai bahan memerlukan pengolahan, penyeleksian, pengkatagorian, dengan

merujuk kreteria tertentu. Dan kreteria ini sangat bergantung kepada subjek yang melakukan

pengkajian. Misalnya, kuesioner hasil survey pedesaan memuat banyak data masyarakat

pendesaan. Lihat juga Kartodirdjo. Pendekatan Ilmu Sosial dam Metodologi Sejarah. Hlm. 17. 36

Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, h. 144.

Page 25: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

15

dan tidak dibatasi jumlahnya. Pada penelitian sejarah, sebuah peristiwa sejarah

selalu didasarkan pada kaidah dasar, yaitu awal, saat, dan akhir peristiwa.37

Secara keseluruhan skripsi ini terbagi ke dalam lima bab, adapun

berikut rinciannya:

Bab I adalah pendahuluan, diantaranya latar belakang masalah, batasan

dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka teoritik, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II adalah membahas mengenai seputar daerah Lengkong Wetan,

secara geografis dan demografis, dilanjutkan dengan pembahasan sejarah

Lengkong, mengenai kondisi sosial keagamaan dan kondisi sosial kebudayaan

masyarakat Lengkong Wetan, dan di akhir pembahasan, penulis menyisipkan

pembahasan mengenai keseharian masyarakat Lengkong Wetan, pada

pembahasan ini penulis lebih tertuju pada kesenian dan kebudayaan

masyarakat.

Bab III adalah Islam dan Budaya di Betawi, pada bagian ini terbagi

dalam tiga Sub, yaitu masuknya Islam di Betawi, bentuknya Islamisasi di

Betawi dan budaya Betawi.

Bab IV merupakan kelanjutan dari bab sebelumnya, yang membahas

tentang nilai-nilai Islam pada budaya Betawi di Lengkong Wetan. Adapun

pembahasannya terbagi menjadi empat Sub, yaitu perkembangan Islam di

Lengkong Wetan, Budaya Betawi di Lengkong Wetan dan yang terakhir nilai-

nilai Islam dalam Budaya Betawi di Lengkong Wetan.

Bab V adalah akhir dari seluruh proses penelitian ini, didalamnya berisi

tentang analisa dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan proses penelitian

ini. bagian inilah yang menjadi akhir dari seluruh rangkaian penelitian, tentang

pembahasan suatu tema dari sebuah peristiwa suatu sejarah.

37

Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, hlm. 69.

Page 26: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

16

BAB II

GAMBARAN UMUM LENGKONG WETAN

A. Kondisi Geografis Lengkong Wetan

Lengkong Wetan38

merupakan salah satu kelurahan yang ada di

Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Kelurahan Lengkong wetan memiliki luas wilayah 250,50 km, dengan jarak

dari kelurahan Lengkong Wetan sampai pusat Pemerintahan Kecamatan yaitu

7,5 km, jarak dari kelurahan Lengkong Wetan sampai pusat Pemerintahan Kota

yaitu 16,6 km, jarak dari kelurahan Lengkong Wetan sampai Kota/Ibu Kota

Kabupaten yaitu 16,6 km, dan jarak dari kelurahan Lengkong Wetan sampai

Ibu Kota Provinsi yaitu 72 km.39

Kelurahan Lengkong wetan terdiri dari 12 Rw, yang di dalamnya

terdapat 36 Rt. 12 Rw ini tersebar di seluruh wilayah Barat, timur, Utara, dan

Selatan. Sama halnya dengan kelurahan-kelurahan di Indonesia pada umunya,

di Lengkong Wetan juga mempunyai Visi dan Misi yang dijadikan pedoman

38

Menurut sejarah Lengkong Wetan, bahwa Lengkong Wetan itu berasal dari ata

LINKON atau LENCKONG (menurut Bahasa Belanda) wilayah Lengkong dulunya adalah

bagian dari Kesultanan Banten. Yang berkuasa dari tahun 1651-1672. Sultan Banten di perintah

oleh Sultan Abdul Fath atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam

pemerintahannya Banten mengalami masa kejayaan, abik dibidang perdagangan dalam dan luar

negri dan pada waktu itu Sultan Ageng Tirtayasa tidak menyukai VOC dengan alasan pertama

VOC merebut wilayah kekuasaannya, alasan yang kedua pihak sering terjadi didaerah Banten

dan Batavia disekitar Angke, Pesing dan Tangerang. Salah satu penyerangan pasukan Sultan

Ageng Tirtayasa adalah ke Lengkong.

Wetan adalah suatu wilayah yang letaknya disebelah timur Lengkong Kiai, sedangkan

sebelah Selatan adalah Lengkong Gudang, Lengkong yang dahulunya terbilang luas sehingga

nama Linkon yang menurut bahasa Belanda menjadi Lengkong sedangkan sebelah timur

disebut Wetan, maka di gabungkan nama tersebut menjadi satu yaitu Lengkong Wetan.

Kepimpinan Desa/Dusun pada Tahun: 1). Pada Tahun 1943-1945 di Pimpin oleh Isa

Ingking. 2). Pada Tahun 1945-1946 di Pimpin olleh Kinan. 3). Pada Tahun 1947-1979 di

Pimpin oleh H. M. Sirin Bin Encin. 4). Pada Tahun 1980-1988 di Pimpin oleh H.M. Amin. 5).

Pada Tahun 1989-1998 di Pimpin oleh H. M. Siran.

Perubahan status Desa menjadi Kelurahan berdasarkan Perbup Tanggal 19 September

2005 bersama dengan 76 Desa lainnya di Kabupaten Tangerang berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Tangerang No. 3 Tahun 2005. Kelurahan Lengkong Wetan bagian dari Wilayah

Kabupaten Tangerang. Berdasarkan Undang-Undang No. 51 Tahun 2008 tentang pembentukan

Kota Tangerang Selatan, maka Kelurahan Lengkong Wetan bagian dari Wilayah Kota

Tangerang Selatan. Di lihat dari Profil Kelurahan Lengkong Wetan. 39

Bersumber dari buku Monografi kelurahan Lengkong Wetan mengenai monografi

kelurahan Lengkong wetan.

Page 27: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

17

demi membangun dan mengembangkan wilayahnya. Adapun Visi dan Misi

kelurahan lengkong Wetan yaitu:

Visi

“Terciptanya Masyarakat Lengkong Wetan yang Mandiri, Partisipatif,

Demokrasi Dan Berwawasan Luas.”40

Misi

Meningkatkan Profesionalisme para Aparatur di tingkat Kelurahan

Lengkong wetan dalam rangka pelayanan.

Mewujudkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan perekonomian

dan daya beli.41

Adapun batas wilayah kelurahan Lengkong Wetan yaitu; sebelah Utara

Kelurahan berbatasan dengan kecamatan Serpong Utara, sebelah Selatan

kelurahan berbatasan dengan kelurahan Lengkong Gudang/Lengkong Gudang

Timur, sebelah Barat kelurahan berbatasan dengan kecamatan Pagedangan, dan

sebelah Timur kelurahan berbatasan dengan kecamatan Pondok Aren.42

Dikutip dari buku laporan tahunan pemerintahan kelurahan Lengkong

Wetan mengenai data monografi kelurahan, pada bulan September 2017

jumlah penduduk kelurahan Lengkong Wetan tercatat sebanyak 8810 jiwa,

dengan rincian 4498 laki - laki, dan 4312 perempuan, dalam golongan usia 0-

15 tahun sebanyak 1724, usia 15-65 tahun sebanyak 6260, dan usia 65 ke atas

sebanyak 826, sedangkan jumlah kepala keluarga (KK) yang terdapat di

Lengkong wetan berjumlah 3478 KK.43

40

Bersumber dari data arsip kelurahan Lengkong Wetan mengenai profil Kelurahan

Lengkong Wetan, sumber serupa dapat dilihat di pamplet/ banner di kelurahan Lengkong

Wetan. 41

Bersumber dari data arsip kelurahan Lengkong Wetan mengenai profil Kelurahan

Lengkong Wetan, sumber serupa dapat dilihat di pamplet/ banner di kelurahan Lengkong

Wetan. 42

Bersumber dari buku Monografi kelurahan Lengkong Wetan mengenai monografi

kelurahan Lengkong wetan. 43

Bersumber dari Profil Kelurahan Lengkong Wetan

Page 28: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

18

Dilansir dari data yang tersimpan di buku tahunan kelurahan Lengkong

Wetan mengenai monografi daerah pada tahun 2017, Mata

pencaharian/pekerjaan penduduk Lengkong Wetan dapat dilihat pada rincian

berikut :

1. Karyawan:

a) Pegawai Negeri Sipil berjumlah 80 orang

b) ABRI berjumlah 7 orang

2. Wiraswasta/Pedagang berjumlah 1851 orang

3. Petani berjumlah 7 orang

4. Pertukangan berjumlah 38 orang

5. Buruh Tani berjumlah 15 orang

6. Pensiunan berjumlah 11 orang

7. Pemulung berjumlah 8 orang

8. Jasa berjumlah 1642 orang.44

B. Sejarah Lengkong

Lengkong merupakan daerah yang secara geografis berada di

Tangerang dengan beretnis Sunda, Jawa, Betawi, dan Arab. Lengkong juga

kerap disebut dengan Lengkong Ulama, Lengkong Alit, maupun Lengkong

Sumedang. Penamaan Lengkong sendiri tidak lepas dari aspek sejarah

munculnya kampung lengkong. Seperti Lengkong Ulama dinisbahkan karena

Lengkong merupakan daerah dengan kondisi religius yang sangat tinggi.

Lengkong dicetuskan oleh Raden45

Aria Wangsakara46

atau yang

dikenal dengan Haji Wangsakara atau Kyai Lenyep47

. Pada tahun 1628 Raden

44

Bersumber dari buku Monografi kelurahan Lengkong Wetan mengenai monografi

kelurahan Lengkong wetan. 45

Raden adalah gelar putra dan putri raja atau sapaan kepada keturunan raja atau

bangsawan (keturunan raja). Mahmud bin Bakyr, Kamus Bahasa Melayu Nusantara (Bandar

Seri Begawan: Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, 2003), hal. 2190. Lihat juga Tim Penyusun

Kamus Pusat Pembinaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Pengembangan Bahasa, hal. 718. 46

Raden Aria Wangsakara salah satu ulama yang berperan dalam pengembangan

Islam di Tangerang, yang berpusat di Kampung Lengkong Ulama, Desa Lengkong Kulon,

Kecamatan Pagedangan, Tangerang, Banten. Selain sebagai seorang mubaligh Islam, dia juga

dikenal sebagai tokoh pejuang melawan penjajahan kompeni Belanda. Lihat juga skripsi imam

mukorobin yang berjudul Raden Aria Wangsaraka dan Peranannya Dalam Perkembangan

Islam di Lengkong Ulama Tangerang. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, hal, 2

Page 29: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

19

Aria Wangsakara berpindah dari Sumedang menuju Karawang. Pada tahun

1633 Raden Aria Wangsakara direstui oleh Sultan Banten untuk menguasai

daerah bekas kekuasaan Pucuk Umum yang kalah dari Sultan Banten.

Kemudian di daerah tersebut Wangsakara mulai membangun daerah tersebut

dengan mengambil tempat petilasan atau lokasinya di tepian Cisadane dan kali

Cipicung kemudian dinamakan “Lengkong”.48

Istilah Lengkong Ulama49

atau Sumedang merupakan istilah yang

mengandung arti sejarah. Disebut Lengkong Ulama atau Sumedang karena

sejarah kampung tersebut dimunculkan oleh kyai atau ulama. Sedangkan

Sumedang adalah orang ulama tersebut yang berasal dari Sumedang.50

Sejarah

berkembangnya daerah Lengkong yang dibawakan oleh ulama atau kyai yang

berasal dari Sumedang, yakni Raden Aria Wangsakara.51

Selain itu juga

dikarenakan Lengkong merupakan simbol daerah dengan nilai religius yang

sangat kuat. Terdapat juga masjid tertua yang dibangun Raden Aria

Wangsakara pada tahun 1640. Bahkan dalam penelitian Firman disebutkan

bahwa Lengkong adalah “dapurnya Mekkah”52

sebagai pebanding dari Aceh

yang memiliki gelar “serambi Mekkah”.53

47

Kyai Lenyep adalah julukan yang diberikan masyarakat dan para tokoh lainnya

karena beliau ahli dalam ilmu agama, salah satunya ilmu falaq dan paririmbon. Sebagai contoh,

penggunaan sistem penanggalan Windu. Selain itu juga beliau membuat sistem Tarikh Jawa,

yaitu kombinasi penanggalan Hindu (Saka) dengan Hijriyah. Lihat dalam Mian Mukri, Sejarah

Kampung Lengkong, hal. 4. 48

Mukri Mian, Sejarah Kampung Lenkong, h. 7. 49

Kampung Lengkong Ulama adalah salah satu pusat penyebaran dan pengembangan

agama islam, serta basis perlawanan rakyat Tangerang melawan penjajah. Lihat juga skripsi

imam mukorobin yang berjudul Raden Aria Wangsaraka dan Peranannya Dalam

Perkembangan Islam di Lengkong Ulama Tangerang. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013,

hal, 2. 50

Tubagus Nadjib, Potret Lengkong Ulama: Rekonstruksi Sejarah dan Arkeologi,

(Tangerang: Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata, 2011), h. 26. 51

Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, (Jakarta: Gramdeia, 2009), h. 122. 52

Dilihat juga dalam Skripsi Firman Firdaus, “Persepsi Masyarakat Pribumi Terhadap

Pendatang di Kampung Lengkong Ulama Tangerang” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: tahun

2008, h. 8. Istilan Tadju Sobirin (Mantan Bupati Tangerang) mengatakan “kalau Aceh

mempunyai julukan serambi Mekkah maka Lengkong dijuluki olehnya sebagai dapurnya

Mekkah”. Disamping dijadikan tempat penyebaran agama Islam Lengkong Ulama dijadikan

sebagai tempat perjuangan oleh para pejuang melawan penjajah Belanda. Seiring

perkembangan zaman, Lengkong menjadi kampung yang cukup disegani dan dihormati oleh

masyarakat sekitar lengkong. Itu disebabkan karena Lengkong Ulama mempunyai prestasi-

prestasi yang cukup membanggakan, seperti masjid tertua (yang dibangun oleh Raden Aria

Wangsakara tahun 1640) di Kabupaten Tangerang. Disamping itu juga, banyak keturunan Arab

Page 30: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

20

Raden Arya Wangsakara adalah seorang ulama yang merupakan

Pangeran Arya Wiraraja II yang berasal dari Sumedang, yang pindah ke Banten

untuk menghindari dari tekanan Kerajaan Mataram dan dari Pemberontakan

Dipati Ukur.54

Selain itu kata Lengkong ini juga menunjukkan bahwa lokasi

kampung ini berada pada sebuah lingkung air dan sungai.

Lengkong merupakan daerah yang sangat strategis. Hal ini dibuktikan

dengan adanya peninggalan prasasti media pada abad ke 5 M dari kerajaan

Tarumanegara. Pada masa Padjajaran, kali Cisadane merupakan tempat lalu

lintas menuju pelabuhan Tangerang. Selanjutnya pada masa kesultanan Banten,

kali Cisadane menjadi penghubung perairan dalam melawan penjajah

Belanda.55

Keberadaan kali Cisadane sebagai daerah yang difungsikan sebagai

jalur transportasi menjadi bukti bahwa Cisadane berperan sangat penting dari

masa ke masa. Hal tersebut berdampak pada daerah aliran sungai (DAS) yang

tak kalah pentingnya. Sebagaimana dengan adanya bukti makam Raden Aria

Wangsakara berdekatan dengan selokan atau kali kecil yang menuju kali

Cisadane. Atas kondisi tersebut dapat dikatakan Lengkong tidak hanya berada

di pinggiran kali Cisadane, tetapi juga menjadi persinggahan menuju kali

Cisadane.

Dalam penjelasan islamisasi di Lengkong terdapat beberapa

penyesuaian antara peninggalan arkeolog maupun cerita serta naskah yang

masih ada sebagai peninggalan sejarah. Uka Tjandrasasmita menyimpulkan

tiga hal. pertama pendiri kampung Lengkong adalah Pangeran Aria

Wangsakara yang masih memiliki garis keturunan dengan Raden Syarif

Hidayatullah (Sunan Gunung Djati). Garis keturunan ini memiliki kedekatan

bukti bahwa terjadi penyebaran Islam di wilayah Lengkong oleh Pangeran Aria

yang bermukim di Lengkong (menurut Ust. Baiquni Selaku ketua RW atau Jaro Lengkong

Ulama). Komunitas Arab dapat dijumpai salah satunya di daerah selatan, Tangerang, Yaitu

Desa Lengkong Ulama. 53

Firman Firdaus, “Persepsi Masyarakat Pribumi Terhadap Pendatang di Kampung

Lengkong Ulama Tangerang” dalam Skripsi Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta: tahun 2008, h. 8. 54

Tjandrasasmita, Arkeologi Islam, h. 123. 55

Tubagus Nadjib, Potret Lengkong Ulama, h. 22-23.

Page 31: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

21

Wangsakara. Selain itu daerah Banten dikuasai oleh Sultan Abul Mafakhir

Mahmud Abdul Kadir yang notabenenya sudah beragama Islam.56

Kedua perjuangan Wangsakara sebagai ulama juga mendirikan masjid

sebagai tempat dan media menyebarkan Islam di Lengkong. Selain itu

Wangsakara bersama masyarakat turut aktif mengadakan perlawanan terhadap

VOC sejak tahun 1651. Ketiga kampung Lengkong merupakan daerah yang

bernilai sejarah sebab terdapat dalam lokasi strategis dari masa kerajaan

Taruma (abad ke 5 M) hingga masa kedatangan Pangeran Aria Wangsakara

(Abad ke 16).57

Lengkong secara umum merupakan perkampungan yang berada di

jantung kota Serpong berdampingan dengan pengembangan kota Bumi

Serpong Damai (BSD).58

Masyarakat mengenal Lengkong dengan nama

Lengkong Kyai, Lengkong Ulama, Lengkong Santri maupun Lengkong

Sumedang. Baru pada tahun 2005 pemerintah kabupaten Tangerang

mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) tentang pembentukan 77 kelurahan di

Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. Hasilnya dalam Perda

tersebut mengangkat Desa Lengkong menjadi empat kelurahan, yaitu

Lengkong Gudang, Lengkong Wetan, Lengkong Gudang Timur, dan Lengkong

Karya.59

Dengan demikian penamaan Lengkong berarti mencakup kepada

empat kelurahan tersebut.

Lengkong Wetan secara umum dapat disimpulkan sebagai daerah yang

beretnis Betawi. Hal ini dapat dibuktikan dengan dua hal, yaitu hubungan

Betawi dengan geografis dan Betawi dengan Keturunan atau orang-orang di

dalamnya. Dalam teorinya, Betawi secara geografis berada di kawasan Nusa

Kalapa. Adapun yang dimaksud Nusa Kalapa adalah daerah Tangerang dan

56

Tjandrasasmita, Arkeologi Islam, h. 125. 57

Tjandrasasmita, Arkeologi Islam, h. 136. 58

Muammar Khamdevi, “Kajian Pola Permukiman Khas Kampung Lengkong Ulama,

Serpong, Banten” dalam Jurnal Dimensi, Vol. 39, No. 1, tahun 2012, h. 31. 59

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No. 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan 77

Kelurahan Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang pasal 2 ayat 3 poin 29,

30, 33 dan 38.

Page 32: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

22

Jakarta. Selanjutnya suku Betawi juga merupakan perpaduan dari berbagai

etnis maupun budaya lain yang menjadi satu, seperti Cina, Sunda dan lainnya.

Lengkong Wetan merupakan salah satu daerah yang menjadi bagian

dari Lengkong. Secara umum bentuk keagamaan di Lengkong Wetan memiliki

kesamaan dengan yang ada di Lengkong. Sebagaimana Lengkong dikenal

dengan sebutan Lengkong Ulama, Lengkong Sumedang, maupun Lengkong

Kyai. Dengan demikian, Lengkong Wetan memiliki identifikasi yang serupa

dengan Lengkong secara umum.

Selanjutnya mengenai Betawi juga merupakan etnis campuran juga

terjadi di Lengkong Wetan. Sebagaimana kondisi geografis Lengkong Wetan

menjadikannya daerah yang sering ditempati oleh orang-orang dari luar, seperi

Cina, Sunda, Kalimantan dan sebagainya. Hal ini dibuktikan bahwa Lengkong

merupakan daerah yang strategis sebagai pusat perdagangan. Lengkong berada

di kawasan Sungai Cisadane sebagai pusat perdagangan untuk mengangkut

kopi ke Jawa.60

Kampung tersebut sangat strategis sehingga banyak masyarakat

lain berdatangan, seperti dari Cina dan sebagainya.61

Dengan demikian

masyarakat di Lengkong Wetan merupakan campuran dari berbagai etnis.

C. Kondisi Keagamaan dan Kebudayaan di Lengkong Wetan

1. Kondisi Keagamaan

Agama memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan

masyarakat dari masa ke masa. Fungsi dari agama itu sendiri sangatlah besar,

bahkan jika kita telaah lebih jauh ke belakang dari segi etnografik, tidak ada

satu kelompok manusia di dunia ini yang tidak memiliki kepercayaan atau

agama.62

Begitu pun dengan masyarakat di Lengkong Wetan, keyakinan

masyarakat Lengkong Wetan serupa dengan masyarakat Indonesia pada

umumnya yaitu mendasarkan agama dalam kehidupan masyarakatnya.

Mengenai keagamaan di Lengkong Wetan khususnya di RW 10, yang terdiri

60

Uka Tjandrasasmita Arkeologi Islam Nusantara, (Jakarta: Gramdeia, 2009), h. 123. 61

Mukri Mian, Sejarah Kampung Lengkong Ulama, (Jakarta, tt, 1983), h. 7. 62

Irfanul Hidayah, “Agama dan Budaya Lokal: Peran Agama Dalam Proses

Marginalisasi Budaya Lokal”, dalam jurnal religi, vol 2, no 2, juli 2003, h. 136.

Page 33: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

23

dari 4 RT, masyarakatnya mayoritas beragama islam, dan hanya sebagian kecil

penduduknya beragama Kristen dan Budha.63

Masyarakat sangat menyadari pentingnya ilmu agama bagi kehidupan

mereka. Hal ini dibuktikan dengan adanya tempat-tempat ibadah di lengkong

wetan seperti mushola, masjid, dan rumah seni dan ibadah, yang mana

beberapa tempat tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu mengajarkan

generasi muda untuk mengenal ilmu agama Islam, dan memberi kesadaran

kepada orang tua pentingnya mengarahkan anak untuk menimba ilmu agama

yang nantinya akan menjadi bekal dalam kehidupannya.64

Kebiasaan mengaji sejak kecil sudah mulai diterapkan oleh para orang

tua kepada anaknya. Hal ini dibuktikan dari banyaknya remaja dan anak yang

masih berusia dini ikut serta memenuhi tempat-tempat pengajian di Lengkong

Wetan. Hal ini diharapkan nantinya dapat menumbuhkan generasi-generasi

baru yang memahami agama Islam, yang siap menjadi pemimpin bangsa

kedepannya.65

Masyarakat Lengkong Wetan dikenal sangat toleransi. Meskipun

berbeda keyakinan, namun mereka hidup rukun dan saling menghormati.

Bahkan diketahui salah satu non muslim yang masuk agama Islam, disebabkan

adanya keramahan masyarakat muslim yang tidak memandang perbedaan

tersebut. baik dalam kegiatan sehari-hari maupun peringatan hari besar islam

(PHBI), masyarakat non muslim turut ikut serta dan terkesan tertarik akan

ajaran islam. Mungkin hal ini juga yang menyebabkan banyaknya mualaf di

daerah itu.66

63

Husein, selaku amil di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23

september 2017.

64 Ibrahim bin mulud, selaku pengajar dan pengurus rumah seni budaya (pelaku seni

budaya Betawi) di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23 september

2017. 65

Ibrahim bin mulud, selaku pengajar dan pengurus rumah seni budaya (pelaku seni

budaya Betawi) di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23 september

2017. 66

Husein, selaku amil di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23

september 2017.

Page 34: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

24

Kondisi sosial keagamaan di Lengkong Wetan sangatlah maju. Hal ini

dapat dilihat dari sarana prasarana dan kegiatan sosial keagamaan yang selalu

terlaksana.

a) Tempat Ibadah

Lengkong Wetan terdapat tempat-tempat yang dijadikan sebagai tempat

ibadah yaitu berupa mesjid, gereja dan mushola. Prasarana tersebut terdiri

dari; 3 Masjid, 10 Mushola dan 3 Gereja.

b) Aktifitas Keagamaan

Mengenai kegiatan kemasyarakat yang bersangkutan dengan aktivitas

keagamaan di lengkong wetan. ada beberapa pengajian yang

diselenggarakan di Lengkong Wetan ini. Pengajian tersebut terbagi

menjadi beberapa bagian, yaitu: Pengajian khusus ibu-ibu, pengajian untuk

bapak-bapak dan pengajian khusus remaja.

Semua pengajian tersebut diselenggarakan di masjid-masjid dan

mushola-mushola di Lengkong Wetan. Waktu pengajian pun disesuaikan

dengan kegiatan dan rutinitas masyarakat setempat, sehingga sama sekali tidak

menggangu rutinitas harian mereka. Harinya pun dari setiap golongan berbeda

beda, ada yang diselenggarakan pada hari senin, kamis, dan sabtu. Namun

semuanya biasanya dipusatkan di masjid “Nurul Iman” yang berada di

pesantren Al Husaeni, kemudian setiap hari kamis di mushola Al Ikhlas, di hari

sabtu di mushola Al Furqon, untuk waktu biasanya masyarakat merutinkan

kegiatan positif tersebut. Jika ibu-ibu diselenggarakan setiap minggu, bapak-

bapak biasanya dua minggu sekali, dan remaja sebulan sekali. Lokasinya pun

bergilir dari mushola yang satu ke mushola yang lain. Untuk

pengordinasiannya berasal dari masyarakat dan pengurus-pengurusnya.

Kebetulan guru atau ustad yang mengajarkan pengajian pun masih berdomisili

di Lengkong Wetan, sehingga memudahkan masyarakat menerima wejangan

dan pengajaran guru tersebut. Disamping menghemat biaya transportasi dan

Page 35: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

25

bayaran ustad, memungkinkan juga masyarakat lebih mudah menerima

pengajaran yang diberikan karena sudah mengenal ustad atau guru tersebut.67

2. Kondisi Sosial Kebudayaan

Kondisi masyarakat Lengkong Wetan, jika dilihat dari sistem sosial

kebudayaan, dalam kurun waktu akhir-akhir ini menurun, dikarenakan generasi

muda mulai terpengaruh dengan perkembangan zaman yang cenderung bebas

mengikuti kebudayaan luar negeri. Namun, para budayawan dan seniman di

lengkong wetan tidak bosan-bosan mencoba dan berusaha untuk melestarikan

budaya Betawi agar tidak hilang digerus zaman dengan berbagai cara. Semua

itu merupakan perjuangan yang berat, bukan hanya di Lengkong Wetan saja,

bahkan di beberapa tempat pun agak sedikit kesulitan melestarikan budayanya

saat modernisasi sudah mulai hadir di tengah-tengah masyarakat. Mengenai hal

ini, para seniman dan para budayawan tidak pantang menyerah karena meraka

berprinsip “kalo bukan kita siapa lagi, kalo bukan sekarang kapan lagi”.

Modernisasi yang berkiblat ke barat (luar negeri) sudah mengubah pola fikir

masyarakat yang tadinya suka dan cinta pada budaya, dan sekarang sudah

mulai terfokus pada media sosial yang sudah menjadi tren di masa sekarang.68

Munculnya rumah seni budaya adalah wujud nyata para pelaku budaya

yang mencoba melestarikan budaya Betawi di Lengkong Wetan. Dan kegiatan-

kegiatan di dalamnya pun tidak keluar dari koridor agama Islam yang ada.69

Di

rumah seni budaya ini, kebudayaan Betawi yang diajarkan tujuannya adalah

mengajak generasi muda dalam mengenal seni dan agama Islam. Kegiatan di

dalamnya juga terdiri dari kesenian-kesenian yang sudah ada di masyarakat

muslim Betawi, seperti silat, hadroh, lenong, marawis, dan kesenian-kesenian

lain yang diminati oleh masyarakat Lengkong Wetan. Penerapannya pun

variatif, ada waktunya bercanda dan ada waktunya serius agar masyarakat yang

67

Husein, selaku amil di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23

september 2017. 68

Ibrahim bin mulud, selaku pengajar dan pengurus rumah seni budaya (pelaku seni

budaya Betawi) di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23 september

2017. 69

Husein, selaku amil di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23

september 2017.

Page 36: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

26

ikut serta dalam kegiatan rumah seni budaya ini tidak gampang bosan dengan

kegiatan yang itu saja. Meskipun cara penerapannya demikian, kedisiplinan

tetap menjadi nomer satu, karena dimanapun tempatnya, jika sudah tidak

disiplin maka akan membuat rugi diri sendiri ataupun orang lain nantinya.70

.

Kegiatan masyarakat yang bersinggungan dengan adat Betawi, biasanya

dilangsungkan juga secara meriah oleh masyarakat Lengkong Wetan, seperti

hajatan, nikahan, festival Betawi, dan lain-lain. Antusias masyarakatnya pun

tidak kalah dengan saat perayaan hari besar Islam berlangsung, semua warga

ikut terjun dan mencoba mengabadikan kegiatan-kegiatan tersebut dengan

dokumentasi dan foto-foto. Selain bertujuan memperkenalkan budaya Betawi

kepada masyarakat sekitar, tujuan dari perayaan ini pun agar bisa melestarikan

budaya Betawi itu sendiri di Lengkong Wetan.71

Cara lain yang diterapkan pelaku budaya untuk mengenalkan budaya

Betawi dan melestarikannya adalah dengan mengadakan festival. Festival ini

biasa disebut dengan “Lebaran Betawi”72

. Di dalam festival tersebut biasanya

dikenalkan kepada masyarakat luas mengenai kebudayaan Betawi secara

menyeluruh, dari segi seni, pakaian adat, makanan khas, sofenir, dan lain-lain.

Tujuan diselenggarakan kegiatan budaya ini yaitu agar terangkatnya kembali

budaya Betawi yang perlahan-lahan hilang digerus oleh perkembangan zaman

yang semakin moderen. Disamping menyesuaikan dengan perkembangan

70

Ibrahim bin mulud, selaku pengajar dan pengurus rumah seni budaya (pelaku seni

budaya Betawi) di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23 september

2017. 71

Husein, selaku amil di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23

september 2017. 72

Masyarakat Betawi selalu memiliki tradisi Lebaran Betawi untuk berkumpul pasca

Lebaran selang waktu 3 pekan hingga satu bulan setelah Lebaran. “Biasanya masih dekat-dekat

bulan syawal. Agar saudara dan kerabat yang tak bertemu saat Lebaran Syawal, bisa berjumpa

saat lebaran Betawi. Tujuan Lebaran Betawi lebih tepatnnya untuk mempererat silaturahmi.

Ditambah lagi, agar masyarakat Betawi dapat lebih mengenal tradisi Betawi yang Unik.

Wawancara pribadi dengan Ibrahim bin Mulud, selaku pengurus dan pengajar rumah seni

Budaya di Lengkong Wetan, 23 september 2017.

Page 37: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

27

zaman kegiatan dalam festival ini juga diatur sedemikian rupa agar menarik

minat masyarakat untuk ikut serta dan turut serta dalam menyaksikannya.73

D. Aktifitas Keseharian Masyarakat Lengkong

Tak ubahnya seperti masyarakat Indonesia pada umunya, keseharian

masyarakat Lengkong Wetan pun sama saja sesuai dengan profesinya masing-

masing, kegiatan mereka setiap pagi bekerja dan sepulangnya berkumpul

bersama keluarga di rumah. Namun ada kegiatan lain yang mengikat

masyarakat yang satu dengan yang lain agar bisa saling berkomunikasi, yaitu

dengan pengajian dan bergotong-royong dalam pembangunan sarana dan

prasana masyarakat di Lengkong Wetan. Selain itu antusias masyarakat

terhadap sesuatu yang berbau positif pun sangat bagus, hal ini dibuktikan saat

adanya perayaaan hari-hari besar, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW,

tahun baru Islam, Festival Betawi, dan lain-lain. Masyarakat berdatangan dan

ikut serta memeriahkan kegiatan tersebut, bahkan tempat yang disediakan oleh

panitia terkadang sampai penuh oleh masyarakat yang berdatangan.

Pelaksanaan perayaan hari-hari besar itu pun disesuaikan dengan adat

keagamaan masyarakat setempat.74

Jika dilihat dari pekerjaan dan mata pencaharian masyarakat Lengkong

Wetan yang sangat variable, dapat di definisikan bahwa keseharian masyarakat

setiap harinya sangat berbeda-beda dalam menjalankan aktivitasnya. Namun

itu semua tidak menutup keaktifan masyarakat dalam membangun

kelembagaan sosial kemasyarakat di dalamnya. Hal ini terwujud dari

banyaknya kegiatan masyarakat yang terkait dalam ruang lingkup sosial,

diantaranya adalah:

73

Ibrahim bin mulud, selaku pengajar dan pengurus rumah seni budaya (pelaku seni

budaya Betawi) di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23 september

2017. 74

Husein, selaku amil di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23

september 2017.

Page 38: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

28

1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Jumlah pengurus dan anggotanya mencapai 20 orang. Lembaga

pemberdayaan masyarakatnya ini setiap bulannya terdapat beberapa kegiatan

yaitu berjumlah 12, yang tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk membantu

masyarakat pada umumnya untuk bergotong royong dalam membangun sarana

dan prasarana di Lengkong Wetan, salah satunya adalah pembangunan rumah

bersubsidi, jalan konblok, saluran air, spiteng dan lain-lain. Semua kegiatan

tersebut bertujuan sama, yaitu dari warga untuk warga.75

2. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

Gerakan PKK bertujuan memperdayakan keluarga untuk meningkatkan

kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa

kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat

sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran

hukum dan lingkungannya di Lengkong Wetan.

Tim Penggerak PKK berperan sebagai motivator, fasilitator, perencana,

pelaksana, pengendali dan penggerak. Pembinaan tehnis kepada keluarga dan

masyarakat Lengkong Wetan dilaksanakan dalam kerja sama dengan unsur

dinas instansi pemerintah terkait. Jumlah pengurus dan anggota berjumlah 50

orang, dan terdiri dari 12 kegiatan yang aktif tiap bulannya.76

3. Karang Taruna

Jumlah karang taruna di Lengkong Wetan yaitu hanya satu. Tujuan

dibentuknya karang taruna ini adalah untuk mengajak generasi muda untuk

lebih aktif dalam membangun lingkungan dan masyarakat di wilayahnya,

selain itu juga karang taruna di fungsikan untuk mengatur serta mengkordinir

jika ada kegiatan-kegiatan yang sifatnya umum di Lengkong Wetan, seperti

kesenian, festival budaya, 17 Agustusan, dan kegiatan-kegiatan lain yang

berdampak positif bagi masyarakat Lengkong Wetan.

75

Bersumber dari buku Monografi kelurahan Lengkong Wetan mengenai monografi

kelurahan Lengkong wetan, seputar kelembagaan. 76

Bersumber dari buku Monografi kelurahan Lengkong Wetan mengenai monografi

kelurahan Lengkong wetan, seputar kelembagaan.

Page 39: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

29

4. Ikatan Remaja Masjid (IRMAS)

Tidak berbeda dengan karang taruna, tujuan dibentuknya IRMAS di

Lengkong Wetan yaitu untuk mengajak generasi muda untuk lebih aktif di

masyarakat wilayahnya. Namun yang membedakan keduanya adalah fokus

kegiatannya, jika karang taruna tertuju kegiatannya pada kegiatan umum pada

masyarakat, sedangkan IRMAS fokus kegiatannya tertuju pada kegiatan yang

bersangkutan dengan agama Islam, seperti PHBI (Perayaan Hari Besar Islam),

Maulid Nabi Muhammad, Tahun baru Islam, dan kegiatan keagamaan lainnya.

Meskipun dengan banyaknya kegiatan yang sudah ada di Lengkong

Wetan, tetap saja perilaku keseharian masyarakat di lengkong wetan khususnya

pada remaja, mereka lebih suka berkumpul dan mengobrol dari pada ikut serta

dalam kegiatan-kegiatan yang di selenggarakan oleh pelaku budaya dalam

bentuk tradisi kebudayaan Betawi, dan kegiatan manfaat lainnya. Namun tidak

keseluruhannya seperti itu ada juga sebagian yang suka bahkan aktif pada

kegiatan di masyarakat dan kesenian Betawi. Bahkan ada yang mencoba untuk

ikut serta dalam kegiatan-kegiatan berbau seni betawi tersebut. Dalam hal ini

dapat di simpulkan bahwa peran orang tua sangatlah penting, di samping untuk

mengajak anaknya untuk lebih menyukai kegiatan-kegiatan dan kesenian

dimasyarakat, supaya generasi berikutnya bisa melestarikan kegiatan-kegiatan

positif yang sudah dibangun. Maka dari itulah peran penting dalam

melestarikan kebudayaan bukan hanya tugas golongan tertentu, melainkan

orang tua, pelaku budaya, tokoh kampung dan masyarakat umum.77

77

Ibrahim bin mulud, selaku pengajar dan pengurus rumah seni budaya (pelaku seni

budaya Betawi) di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23 september

2017.

Page 40: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

30

BAB III

ISLAM DAN BUDAYA DI BETAWI

A. Masuknya Islam di Betawi

Sejarah masuknya Islam di Betawi pada dasarnya mengikuti dua teori

yang dijelaskan oleh Saidun Derani. Menurutnya masuknya Islam di Betawi

terbagi menjadi dua teori, teori Fatahillah dan Teori Syekh Quro. Pendapat

tersebut juga dinyatakan oleh Ridwan Saidi.

Teori masuknya Islam dari Syekh Quro berdasarkan pada catatan

sebagaimana penyebaran Islam di Nusantara secara umum. Masuknya Islam di

Nusantara diwarnai dengan perdagangan maupun hubungan politik antar

kerajaan dengan Nusantara. Menurut Saidun Derani, Syekh Quro datang ke

Nusantara pada tahun 1412 dan alasannya adalah politik dan agama.78

Diterimanya Islam di Betawi dengan teori Syekh Quro terdapat

beberapa alasan. Pertama Syekh Quro merupakan orang Campa, dimana orang

Campa merupakan orang Melayu yang memiliki kedekatan dengan orang Jawa

di bagian barat. Baik orang Campa maupun Betawi telah memiliki kedekatan

dan keakraban. Kedua Syekh Quro adalah nama atau gelar yang lebih dikenal

daripada nama aslinya. Penamaan Syekh Quro dikarenakan Ia sangat rajin

mengaji dan sangat merdu suaranya, sehingga seperti seorang qori’ kemudian

dipanggillah Syekh Quro.79

Syekh Quro atau nama aslinya adalah Syekh Hasanuddin Bin Yusuf

Shidiq merupakan ulama besar agama Islam di Campa. Syekh Quro putra

Yusuf Shidiq yang garis keturunannya nyambung sampai ke Ali Ibn Abu

78

Saidun Derani, “Ulama Betawi Perspektif Sejarah” dalam Jurnal At-Turats, Vol.

XIX No. 2, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarih Hidayatullah Jakarta tahun 2013, h.

115. 79

Khamad Zailani Kiki, Dkk, Geneologi Intelektual Ulama Betawi, (Jakarta: Jakarta

Islamic Centre, 2011), h. 31-33.

Page 41: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

31

Thalib bersama Fatimah yang tentunya bersambung dengan Nabi

Muhammad.80

Dengan kata lain secara biologis masih keturunan Nabi.81

Mengenai Islamisasi dan diterimanya Islam melalui Syekh Quro

terdapat beberapa penjelasan. Pertama Ridwan Saidi menegaskan bahwa sikap,

sifat serta ajaran yang dibawakannya dengan cara yang lembut sehingga

banyak masyarakat yang tertarik mengikuti agama Islam. Kedua metode

dakwah yang disampaikan menggunakan pendekatan persuasif sehingga

mengenai langsung di dalam diri masyarakat. Dakwah yang persuasif ini

dilandasi dengan pengetahuan Islam yang mendalam serta menguasai jiwa

masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.82

Adapun teori masuknya Islam dari Fatahillah sebagaimana diungkapkan

oleh Abdul Aziz bahwa Islam masuk Betawi pada saat Fatahillah masuk ke

Sunda Kelapa untuk menyerbu Portugis pada tahun 1527.83

Kejadian tersebut

berawal adanya perjanjian antara Portugis dengan Padjajaran. Salah satu poin

perjanjiannya adalah Padjajaran harus membantu Portugis untuk menyerang

Demak atau lainnya. Pada tahun yang sama, sedang berkembang kerajaan

Islam yang berpusat di Demak. Atau secara umum Islam sedang tumbuh dalam

fase perpolitikan.84

Atas dasar inilah Raden Fatahillah memimpin serangan

kepada Portugis di Bandar Calapa (Sunda Kelapa).85

Pasca penyerbuan

terhadap Portugis inilah kemudian Fatahillah mulai menyebarkan Islam di

daerah Sunda Kelapa atau yang sekarang dikenal dengan Betawi.

80

Khamad Zailani Kiki, dkk, Geneologi Intelektual, h. 32. 81

Saidun Derani, “Ulama Betawi Perspektif Sejarah” dalam Jurnal At-Turats, Vol.

XIX No. 2, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarih Hidayatullah Jakarta tahun 2013, h.

156. 82

Saidun Derani, “Ulama Betawi Perspektif Sejarah” dalam Jurnal At-Turats, Vol.

XIX No. 2, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarih Hidayatullah Jakarta tahun 2013, h.

118. 83

Abdul Aziz, Islam dan Masyarakt Betawi, (Jakarta: Logos, 2002), h. 41. 84

Saidun Derani, “Ulama Betawi Perspektif Sejarah” dalam Jurnal At-Turats, Vol.

XIX No. 2, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarih Hidayatullah Jakarta tahun 2013, h.

118. 85

Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, (Jakarta: KPG, 2009), h. 142.

Page 42: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

32

Jatuhnya Sunda Kelapa di bawah kekuasaan Islam berdapampak pada

penyebaran agama Islam yang pesat di Betawi. Di bawah kekuasaan Islam

pula, Sunda Kelapa berganti nama menjadi Jayakarta.

Jika dibandingkan ke dua teori masuknya Islam di betawi akan

menghasilkan sebagai berikut: pertama ditinjau dari segi tahun kedatangannya

maka Syekh Quro masuk dan menyebarkan Islam terlebih dahulu. Kedua

ditinjau dari segi wilayahnya, Fatahillah langsung masuk di Bandar Calapa

yang notabenenya adalah daerah Betawi. Oleh karena itu kedua teori ini

memiliki tingkat kebenaran yang sama, sehingga kedua teori ini dapat

digunakan.

B. Bentuk Islamisasi di Betawi

Dalam menyebarkan agama Islam, para mubaligh tentu melakukannya

dengan dakwah. Adapun dakwah yang dimaksud adalah berupa ajakan dan

suruan agar masuk ke dalam agama Islam. Akan tetapi dalam praktiknya, para

mubaligh tidak sebatas berdakwah dengan menyampaikan ajaran Islam,

melainkan menggunakan prinsip serta metode yang berdampak pada

penerimaan Islam secara besar-besaran.

Hal yang utama dalam melakukan dakwah para mubaligh setidaknya

memiliki keilmuan Islam yang mendalam serta memahami kondisi masyarakat.

Pengetahuan Islam yang mendalam dan pemahaman terhadap masyarakat ini

kemudian diterapkan untuk melayani kebutuhan spiritual masyarakat, sehingga

masyarakat mudah menerima apa yang dijelaskan oleh penyebar agama Islam.

Selain itu para mubaligh melakukan pendekatan persuasif dalam menjalankan

dakwahnya. Metode ini yang diakui sebagai alasan penerimaan Islam secara

besar-besaran di Nusantara.86

Akan tetapi selain menggunakan metode berdakwah, para penyebar

Islam juga menggunakan sarana dan prasarana sebagai penyebaran Islam.

86

Saidun Derani, “Ulama Betawi Perspektif Sejarah” dalam Jurnal At-Turats, Vol.

XIX No. 2, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarih Hidayatullah Jakarta tahun 2013, h.

117.

Page 43: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

33

Sarana yang dimaksud adalah bentuk bangunan berupa masjid atau surau

sebagai tempat beribadah sekaligus tempat menimba ilmu Islam.87

Dalam buku

geneologi Intelektual Ulama di Betawi terdapat tiga hal pokok yang menjadi

tempat atau media penyebaran Islam di Betawi. Ketiganya adalah pondok

pesantren, madrasah dan majlis taklim. Berikut rinciannya:

1. Pondok Pesantren

Pondok Pesantren merupakan institusi pendidikan agama Islam tertua di

Betawi. Hal ini dibuktikan dengan adanya pesantren Syekh Quro yang beridiri

pada abad ke 14 M. Secara umum pondok pesantren yang ada di Betawi

bercorak salafi. Akan tetapi pasca kemerdekaan, pesantren di Betawi pun

sebagian bertransformasi menjadi pesantren modern.88

Salah satu pondok pesantren salafi yang terkenal adalah yang didirikan

dan dipimpin oleh Guru Marzuki89

, Cipinang Muara. Hampir semua orang tua

Betawi pada zaman itu yang ingin anaknya menjadi ulama memasukan

anaknya ke Pondok Pesantren Guru Marzuki, Cipinang Muara.90

2. Madrasah

Madrasah di Indonesia dipandang sebagai perkembangan lebih lanjut

atau pembaruan dari lembaga pendidikan pesantren atau surau. 25 Khusus di

Betawi, madrasah yang pertama kali berdiri adalah Madrasah “Jam`iyatul

Khair” yang didirikan oleh Ali dan Idrus yang berasal dari keluarga Shahab.

87

Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam, h. 125. 88

Rakhmad Zailani Kiki dkk, Geneologi, h. 37. 89

Nama lengkap beliau adalah Ahmad Marzuki dilahirkan pada malam ahad tanggal

16 Ramadhan 1293 H. (1876 M) di Rawa Bangke (sekarang Rawa Bunga) didaerah jatinegara

(mester) Jakarta Timur. Guru Marzuki adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya

adalah seorang wanita yang bernama Mardiyah. Ayahnya bernama Ahmad Mirshod bin

Hasnum bin Khatib Saad bin Sulthan yang diberi gelar Laksana Malayang salah seorang

pangerang dari kesultanan Fattoni di Muangthai Selatan atau Srilanka. Ibudanya adalah

seorang wanita yang sholihah tekun beribadah serta membimbing Guru Marzuki hingga

menjadi seorang yang sangat harum namanya. Nama ibundanya adalah H.j. Fatimah binti H.

Syihabuddin bi Maghrib Almadury berasal dari tanah Madura keturunan dari Maulana Ishaq

yang kuburannya di kota Gresik Jawa Timur. Lihat juga dalam

http://roudhotutolibin.blogspot.co.id/2013/12/biografi-guru-marzuki-muara_12.html?m=1

Penulis H. Abdullah Ahmad Muara. diakses pada hari rabu 16 mei 2018, jam 20:22 90

Rakhmad Zailani Kiki dkk, Geneologi, h. 38.

Page 44: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

34

Ulama Betawi yang pernah didik di madrasah ini di antaranya adalah Syekh

Dr. Nahrawi Abdussalam Al-Indunisi. Menyusul kemudian Madrasah

“Unwanul Falah”, Kwitang yang didirikan oleh Habib Ali Al-Habsyi91

(Habib

Ali Kwitang) pada tahun 1911. Murid-murid yang didik di madrasah ini

kemudian menjadi ulama Betawi terkemuka, seperti KH. Abdullah Syafi`i,

KH. Thohir Rohili, KH. Zayadi Muhadjir, KH. Ismailo Pendurenan, KH.

Muhammad Naim Cipete, KH. Fathullah Harun dan Mu`allim KH. M. Syafi`i

Hadzami. Lalu berdiri pula Madrasah Al-Ihsaniyah, di Salemba Tegalan, yang

salah satu muridnya adalah KH. Fathullah Harun.92

Madrasah di tanah Betawi berkembang pesat setelah kemerdekaan yang

kebanyakan didirikan dan dipimpin oleh ulama Betawi terkemuka. Seperti

Madrasah Asy-Syafi`iyyah yang didirikan oleh KH. Abdullah Syafi`i,

Madrasah Ath-Thohiriyyah yang didirikan oleh KH. Thohir Rohili, Madrasah

AlWathoniyyah yang didirikan oleh KH. Hasbiyallah dan kini memiliki lebih

dari 60 cabang, Madrasah AlKhalidiyah yang didirikan oleh KH. Khalid

Damat, Madrasah Manhalun Nasyi`in yang didirikan oleh KH. Abdul Hanan

Said, dan lain-lain. Dari madrasah ini lahirlah ulama Betawi, seperti KH.

Saifuddin Amsir yang merupakan alumni dari Madrasah Asy-Syafi`iyyah.93

3. Majlis Taklim

Majelis taklim merupakan instusi pendidikan yang memiliki fungsi

strategis dalam memaksimalkan masjid sebagai tempat pendidikan umat. Hal

ini dikarenakan, sebagian besar majelis taklim dari dahulu sampai sekarang,

khususnya di Betawi, menjadikan masjid sebagai tempat aktifitasnya dan

sangat berperan penting dalam melahirkan ulama Betawi yang mumpuni di

91

Beliau adalah Habib „Ali bin „Abdur Rahman bin „Abdullah bin Muhammad al-

Habsyi. Lahir di Kwitang, Jakarta, pada 20 Jamadil Awwal 1286H/20 April 1870 M. Ayahanda

beliau adalah Habib „Abdur Rahman al-Habsyi seorang Ulama yang hidup zuhud, manakala

bunda beliau seorang wanita yang sholeha bernama Nyai Hajjah Salmah puteri seorang Ulama

Betawi dari Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Lihat juga

http://www.santrionline.net/2016/04/manakib-biografi-al-habib-ali-bin.html&hl=id-ID Diakses

pada hari rabu 16 Mei 2018. Jam 20:46. 92

Rakhmad Zailani Kiki dkk, Geneologi, h. 40. 93

Rakhmad Zailani Kiki dkk, Geneologi, h. 41.

Page 45: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

35

bidangnya94

. Salah satu contohnya adalah mu`allim KH. Syafi`i Hadzami,

`allamah di bidang fiqih asy-syafi`i yang pengaruhnya sangat luas bahkan

sampai hari ini, baik di masyarakat Betawi atau di luar Betawi.95

Majelis Taklim Habib Ali Kwitang (Habib Ali al-Habsyi) yang pertama

kali beraktivitas pada tanggal 20 April 1870 merupakan yang tertua di Betawi.

Setelah Habib Ali Kwitang wafat, majelisnya diteruskan oleh anaknya, Habib

Muhammad alHabsyi, dan kemudian dilanjutkan oleh cucunya Habib

Abdurrahman al-Habsyi. Dari Majelis Taklim Habib Ali Kwitang inilah

muncul ulama-ulama besar Betawi.96

C. Budaya Betawi

1. Asal Usul Betawi

Mengenai asal usul kelompok etnis Betawi yang muncul dari

percampuran berbagai ras ini, menimbulkan beberapa keraguan di beberapa

pihak dengan beberapa alasan yang logis, seperi beberapa pendapat yang

menyatakan bahwa nenek moyang orang Betawi sudah ada sejak daerah itu

dikenal dengan nama Sunda Kelapa, yang pada tahun 1522 dikontrakan kepada

Portugis oleh kerajaan Pakuan, dan akhirnya dimerdekakan oleh fatahillah.97

Namun keraguan yang bersifat logis saja tidaklah cukup memberikan

penjelasan ilmiah tanpa didukung oleh data-data kesejarahan dan rekontruksi

yang juga logis berdasarkan data-data yang tersedia.98

Pro dan kontra mengenai terbentuknya etnis Betawi selalu menjadi

bahan yang sangat menarik untuk dikaji. Namun sebagai suatu komunitas etnis,

penduduk asli Jakarta yang identik dengan istilah Betawi, hal ini

94

Wawancara dengan Husein di Lengkong Wetan pada 12 November 2017. Husein

atau akrab dengan Bapak Husen merupakan Amil atau ulama yang berkontribusi pada

keagamaan Islam, seperti mengajar pendidikan agama Islam 95

Rakhmad Zailani Kiki dkk, Geneologi, h. 43. 96

Rakhmad Zailani Kiki dkk, Geneologi, h. 44. 97

Lihat Ridwan Saidi (1994), Orang betawi dan Modernisasi Jakarta, LSIP Jakarta.

Dalam hal ini mengajukan pertanyaan: …” apakah kota Sunda Kelapa yang sudah memiliki

pelabuhan samudra tidak memiliki penduduk? Apakah penghuni Betawi lama cuma tonggeret,

tumbila, kadal buduk, dan bekatul? 98

Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,

2002), hal 19-20.

Page 46: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

36

memperlihatkan kecenderungan pemikiran mengenai pembentukan etnis

Betawi itu sendiri. Etnis Betawi yang terbentuk relatif baru, yaitu pada sekitar

permulaan abad ke 19 merupakan hasil percampuran antar berbagai unsur suku

bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar wilayah Nusantara. Hal

ini dapat dibuktikan dari penggunaan kata Betawi yang berasal dari Batavia,

yaitu nama yang digunakan oleh Belanda untuk kota Jakarta zaman dulu.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Panduan Peserta Abang None

Jakarta bahwa menurut bahasa, kata BETAWI berasal dari kata BATAVIA

yang dinisbahkan dengan gaya bahasa Arab yang artinya “berasal dari

Batavia”. Seperti JAWI, BANJARI, BANTANI, dst. yang dinisbahkan dari

kata JAVA, BANJAR (MASIN), BANTEN, dst. Yang berarti berasal dari

tanah Jawa, Banjarmasin, Banten, dst. Batavia sendiri adalah nama sebuah kota

baru, yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Belanda, Jan Pieterzon Coen pada

tahun 1619 M, setelah membumi-hanguskan kota lama sebelumnya yaitu kota

Jayakarta milik keturunan kerajaan Cirebon dan Banten.99

Tekanan Belanda yang meletakkan kaum pribumi sebagai lapisan

bawah di susunan sosial masyarakatnya, menjadikan kelompok etnis Betawi

lahir dan berkembang menjadi komunitas yang memiliki identitas tersendiri.

Tekanan tersebut bukan hanya berasal dari perlakuan sosial melainkan juga

kekuasaan wilayah dan sumber-sumber dan penetrasi kebudayaan terutama saat

Batavia tumbuh menjadi kota metropolitan dan ditetapkan sebagai pusat

pemerintahan kolonial bagi seluruh wilayah Hindia Belanda. Namun demikian,

etnis Betawi tetap tumbuh dan mempertahankan keberadaannya melalui

pemerataan.100

99

Ikatan Abang None Jakarta Selatan 2017, Buku Panduan Peserta Abang None

Jakarta Tahun 2018, Jakarta: tt. 2017, h.10. 100

Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,

2002), hal 2 – 3.

Page 47: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

37

2. Macam-Macam Budaya Betawi

Terdapat beberapa kebudayaan yang ada di Betawi. Akan tetapi penulis

hanya menuliskan tiga bentuk budaya Betawi. Ketiganya adalah Lenong,

Pencak Silat, dan Buka Palang Pintu. Berikut penjelasan detailnya.

a) Kesenian Lenong

Kesenian Lenong merupakan seni peran yang menggabungkan

berbagai macam kegiatan seni seperti, musik, tari, nyanyi dan peran. Secara

umum, pertunjukan lenong tanpa skenario, pemainnya melakukan adegan-

adegan sesuai dengan arahan pemimpin. Misalnya, pemimpin menyatakan

“malam ini kita akan memainkan cerita tuan tanah dari kedaung”, maka para

pemain biasanya sudah tahu bagiannya dan perannya masing-masing.

Meskipun demikian latihan dalam menyatukan peran terkadang dibutuhkan

sebelum pentas dilaksanakan.101

Kesenian Lenong biasa dipertunjukan disaat pagelaran hajatan-hajatan

di Lengkong Wetan, Karena pada dasarnya masyarakat Lengkong Wetan

sendiri lebih memilih menonton pertunjukan ini karena mencerminkan

masyarakat Betawi yang mencintai karya seninya sendiri. Selain sifatnya

yang menghibur, kebanyakan pertunjukan yang dibawakan oleh para

pemain lenong biasanya temanya berbeda-beda, hal inilah yang menjadi

daya tarik masyarakat untuk selalu ingin menonton pertunjukannya. Lenong

biasanya dilombakan dalam pagelaran festival Betawi, karena kebiasaan

para pemain lenong di Lengkong Wetan yang sering tampil di hajatan-

hajatan masyarakat, maka tidak jarang jika setelah festival pemain lenong

dari Lengkong Wetan sering mendapatkan juara dalam pagelaran seni

budaya tersebut.102

101

Abdul Chaer, Foklor Betawi Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi, (Jakarta:

Masup Jakarta, 2012), hal 204, pemikiran dan pendapat yang serupa juga dikemukakan Abdul

Qodir, selaku ketua IRMAS, Remaja Seni di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong

Wetan, 13 november 2017. 102

Husein, selaku amil di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23

september 2017, pendapat serupa juga dikemukakan oleh Junaedi, selaku sesepuh masyarakat

di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 12 november 2017.

Page 48: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

38

b) Pencak Silat

Silat secara umum dipahami sebagai bentuk bela diri dalam rangka

menghindar atau menyelamatkan diri dalam sebuah perkelahian. Silat

merupakan inti dari pembelaan diri tanpa mengenal tempat dan keadaan.103

Secara khusus pencak silat merupakan salah satu ilmu bela diri yang sering

sekali digunakan oleh sebagian komunitas khususnya bagi masyarakat

Betawi. Fungsi dari silat itu sendiri untuk membentengi diri dari serangan

seorang musuh, dan untuk melindungi diri dari kekerasan.104

Seni bela diri

bukan hanya mengajarkan tentang bela diri yang identik dengan kekerasan,

selain itu juga untuk dapat membentuk mental bagi setiap orang dan dapat

diterapkan dikehidupan sehari-hari. Silat beksi merupakan suatu seni bela

diri tradisional yang berasal dari Indonesia. silat beksi sebagai bagian dari

kebudayaan Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah perkembangan

masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Betawi.105

Terdapat istilah berbeda yang digunakan untuk menuliskan pencak

silat, yakni “maen pukulan”. Maen pukulan pada dasarnya memiliki makna

yang sama dengan pencak silat. Hanya saja Maen Pukulan merupakan

istilah yang disadur dari bahasa asli Betawi, sehingga istilah yang lebih

dikenal adalah “maen pukulan” dibandingkan pencak silat. Maen pukulan di

Betawi masih terbagi menjadi beberapa aliran. Beksi adalah salah satu di

antara “maen pukulan” tersebut.106

Pencak silat bisa juga masuk ke dalam seni tari karena menggunakan

gerakan-gerakan tubuh sebagai alat penyampainnya, selain itu pencak silat

juga merupakan kesenian bela diri yang merupakan salah satu tuntutan anak

Betawi yang selain bisa ngaji dan bisa pergi haji, juga harus bisa bela diri.

103

Keluarga Pencak Silat Nusantara (KPSN), Buku Pelajaran Pencak Silat Nusantara

(Jakarta: KPSN, 2011), h. 2. 104

http://silatbeksi.blogspot.co.id/2006/06/visi-misi-pps-beksi.html diakses pada

tanggal 22 April 2018, jam 9:14. 105

M. Saleh, Pencak Silat (Sejarah perkembangan, empat aspek,pembentukan sikap

dan gerak), (Bandung, IKIP. 1991). H. 1. 106

G.J. Nawi, Maen Pukulan: Pencak Silat Betawi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2016), h. 12.

Page 49: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

39

Silat sendiri merupakan alat beladiri, sedangkan tari pencak silat adalah

sebuah pertunjukan bukan penggunaan silat yang sebenarnya. Bisa

dikategorikan silat merupakan sarana bagi masyarakat Betawi dulu yang

berkeinginan kuat untuk mengusir penjajah dengan membela diri.107

c) Buka Palang Pintu

Buka Palang Pintu merupakan tradisi yang memiliki nilai kebudayaan

bagi masyarakat Betawi dan kerap dijumpai dalam acara pernikahan. Secara

etimologi palang berarti balok yang melintang, sedangkan pintu adalah

lubang atau jalan untuk masuk dan keluar. Terminologi palang pintu diambil

dari kiasan pada Betawi zaman dulu.108

Dalam palang pintu yang dimaksud adalah persyaratan pengantin pria

sebelum menemui pengantin perempuan. Persyaratan tersebut diajukan oleh

keluarga pengantin perempuan kepada pengantin pria ketika pengantin pria

sudah sampai di depan rumahnya. Jika pengantin pria ingin masuk, maka

harus memenuhi persyaratannya. Adapun persyaratannya adalah keluarga

penganten perempuan menantang penganten pria untuk berduel

menggunakan jawara dan ditantang untuk adu sike.109

Jika kedua syarat ini

dimenangkan oleh pihak penganten pria, maka penganten pria dan

rombongan diperbolehkan masuk ke dalam rumah penganten perempuan.

Makna dari palang pintu sendiri dimaksudkan bahwa perempuan

adalah calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus. Oleh karena itu

perempuan musti mendapatkan pendamping (imam) yang ideal, yakni

mampu bertahan secara fisik dan punya ilmu agama. Dalam kebudayaan

107

Abdul Chaer, Foklor Betawi Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi, (Jakarta:

Masup Jakarta, 2012), hal 203. 108

Devi Roswita, “Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara Menuju

Komoditas” dalam Jurnal Fisip UI, tahun 2013, h. 7. 109

Dalam tradisi buka palang pintu masing-masing keluarga penganten membawa

Jagoan. Jagoan merupakan orang yang jago atau ahli pencak silat. Praktiknya kelurga

penganten perempuan akan menantang keluarga laki-laki untuk berduel (beradu pencak silat)

melalui jagoan yang masing-masing sudah disiapkan. Selain menantang duel, keluarga

perempuan juga menantang sike. Sike merupakan tantangan membaca al-Qur‟an dengan suara

merdu (sebagaimana qiroah dalam lomba). Lihat Abdul Chaer, Foklor Betawi Kebudayaan dan

Kehidupan Orang Betawi, (Jakarta: Masup Jakarta, 2012), h. 176.

Page 50: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

40

masyarakat Betawi, laki-laki ideal adalah orang yang mampu bermain silat

dan pandai mengaji. Sehingga secara lahir dan batin laki-laki bisa

melindungi dan menjaga keluarganya.110

110

Devi Roswita, “Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara Menuju

Komoditas” dalam Jurnal Fisip UI, tahun 2013, h. 8.

Page 51: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

41

BAB IV

NILAI-NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI

DI LENGKONG WETAN

A. Perkembangan Islam di Lengkong Wetan

Masuknya agama Islam di Lengkong Wetan, tidak ubahnya dengan

teori masuknya Islam di beberapa wilayah yang ada di Indonesia. Bermula dari

beberapa tokoh agama Islam seperti wali songo yang menyiarkan agama Islam

ke satu wilayah lalu berlanjut menuju ke wilayah lainnya secara bertahap.

Setelah itu, ajaran yang diajarkan oleh alim ulama tersebut mulai dilestarikan

oleh masyarakat di wilayah tersebut dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Alhasil, maka muncullah peradaban Islam yang terbangun secara merata di

suatu wilayah.111

Agama Islam yang dikenalkan oleh para alim ulama terdahulu tidak

serta merta langsung menerapkan pada inti agama Islam yang berupa syariat-

syariat agama. Karena dulu keyakinan masyarakat masih bersifat Animisme112

dan Dinamisme.113

Maka awalnya, pengenalan agama Islam yaitu melalui

ketauhidan terlebih dahulu, keyakinan yang ditanamkan kepada masyarakat

111

Wawancara dengan Rahmat Hidayat di Lengkong Wetan pada 12 November 2017.

Rahmat Hidayat atau dikenal akrab bang Rahmat merupakan pengajar dan pengasuh rumah

seni budaya (pelaku seni budaya Betawi). Kontribusinya terhadap pelestariaan budaya Betawi

dapat dilihat dari kepeduliaanya terhadap generasi-generasi muda yang ingin belajar kesenian

Betawi, beliau membangun sanggar seni Betawi yang betujuan untuk mengajarkan mereka 112

Animisme berasal dari kata kata anima, anime; dari bahasa latin Animus, dan

bahasa Yunani Avepos, dalam bahasa Sanskerta disebut Prana, dalam bahasa Ibrani disebut

Ruah, yang artinya napas atau jiwa. Lihat Buku Dr. Zakiah Darajat, dkk. Perbandingan

Agama, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996). Hlm. 24. Kuncoroningrat dalam bukunya yang berjudul

Sejarah Kebudayaan Indonesia juga menjelaskan bahwa animism adalah kepercayaan yang

menganggap bahwa semua yang bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan ghaib atau

memiliki roh yang berwatak baik maupun buruk. Dilihat dalam buku Kuncoroningrat, Sejarah

Kebudayaan Indonesia, (Yogyakarta: Jambatan, 1954). Hlm. 103. 113

Perkataan dinamisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu dunamos atau dalam bahas

Inggris disebut dynamic yang artinya kekuatan, kekuasaan dan daya.

Dapat disimpulkan bahwa dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda di

sekitar manusia yang diyakini mempunyai kekuatan ghaib. Maksud dari kekuatan tersebut

adalah kekuatan yang berada dalam suatu benda (bisa berasal dari api, air, batu-batuan, benda

ciptaan, pepohonan, hewan atau bahkan manusia sendiri) dan diyakini mampu memberikan

manfaat atau memberikan bahaya. Dilihat dari buku Dr. Zakiah Darajat, dkk. Perbandingan

Agama, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996). Hlm. 98-109.

Page 52: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

42

lebih tertuju pada keesaan tuhan semesta alam yaitu Allah SWT sebagai tuhan

yang menciptakan mereka, lalu saat masyarakat sudah memantapkan hati

kepada Allah SWT dengan keyakinan dan kepercayaan yang sempurna, maka,

setelahnya baru ditanamkan oleh alim ulama akan ajaran-ajaran agama Islam

yang berupa syariat-syariat agama.114

Untuk menjelaskan masuknya islamisasi di Lengkong Wetan dapat

dipahami melalui teori Islamisasi dari Betawi. Islam terlebih dahulu masuk ke

Kalapa sebagaimana teori Syekh Quro maupun teori Fatahillah. Secara umum

kedua teori tersebut menegaskan bahwa Islam masuk ke Kalapa pada abad ke

14 M. Dalam teori Fatahillah lebih dijelaskan bahwa kedatangan Fatahillah

sekaligus meruntuhkan Kerajaan Padjajaran yang bekerja sama dengan

Portugis. Setelah kedatangan Islam di Kalapa, kemudian menyebarluas. Hingga

pada abad ke 16 M Islam masuk dan menyebar di Lengkong melalui Raden

Aria Wangsakara. Salah satu daerah di dalam Lengkong tersebut adalah

Lengkong Wetan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke

Lengkong Wetan terjadi pada adab ke 16 M. Dua abad setelah Islam masuk di

Sunda Kelapa.

Adapun perkembangan islam di Lengkong Wetan saat ini secara umum

dilakukan oleh para Amil.115

Tidak hanya berperan menyebarkan Islam saja,

akan tetapi amil juga bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan keagamaan

yang bersifat tradisi atau kebiasaan seperti pengajian, lalu tahlil, dan hajatan.

Selain itu amil juga berperan dalam membimbing masyarakat di lingkungan

yang dibina, dari segi kerukunan dalam beragama, ketaatan dalam ibadah,

penanaman ahlakul karimah dan penerapan pengajian rutinan bagi semua

114

Wawancara dengan Husein di Lengkong Wetan pada 12 November 2017. Husein

atau akrab dengan Bapak Husen merupakan Amil atau ulama yang berkontribusi pada

keagamaan Islam, seperti mengajar pendidikan agama Islam. Pendapat serupa juga

dikemukakan oleh Reni, selaku sesepuh di masyarakat yang menjabat sebagai Ketua posyandu

di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 15 oktober 2017. 115

Di masyarakat lengkong wetan, Amil adalah julukan atau gelar setingkat dengan

kyai, haji atau pun ulama yang ahli agama dan mempunyai peran penting dalam

mengembangkan ajaran agama islam. Berbeda dengan masyarakat pada umumnya, amil hanya

dikenal sebagai orang yang menikahkan pasangan calon suami istri atau penghulu.

Page 53: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

43

kalangan, yang diikuti oleh para ibu, bapak, remaja dan anak-anak yang masih

berusia dini.116

Menurut Sadardadi117

atau yang biasa di panggil engkong Dadi,

Islamisasi di Lengkong Wetan dilakukan oleh Sakim, seorang Amil paska

kemerdekaan dengan metode dakwah berupa pengajian rutin dan Tablig Akbar.

Sakim juga merupakan murid dari Kyai Mustaqiem118

dan Kyai Syafi‟I

sesepuh Kampung Lengkong Ulama Desa Lengkong Kulon Tangerang,

Banten.119

Selain Sakim, menurut enyak Reni120

orang yang berperan dalam

Islamisasi di Lengkong Wetan pasca kemerdekaan adalah H. M. Sirin Bin

Encin. Beliau merupakan tokoh masyarakat yang berasal dari Lengkong Kyai

atau Lengkong Ulama. H. M. Sirin mengajarkan ilmu agama ke Lengkong

Wetan melalui pengajian yang diadakan di rumahnya. Masyarakat sangat

antusiat untuk mempelajari agama islam. Salah satu kendala pada masa itu

adalah tidak ada kendaran, sehingga masyarakat dapat mengikuti pengajian

hanya dengan berjalan kaki. Hal ini pula yang menyebabkan keyakinan dan

keimanan masyakat pada masa itu sangat matang karena kesungguhan dalam

belajar ilmu agama.121

Dari dua narasumber di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang

berperan dalam islamisasi di Lengkong Wetan pasca kemerdekaan adalah

116

Wawancara dengan Husein di Lengkong Wetan pada 12 November 2017. 117

Sardadi akrab dengan panggilan engkong Dadi merupakan salah satu tokoh

masyarakat di Lengkong Wetan. Beliau sangat dihormati oleh masyarakat Lengkong Wetan

karena jasa-jasanya dalam membangun karakter masyarakat Betawi di daerah Lengkong wetan.

Dulu beliau merupakan seorang pejuang yang memerangi penjajah dan selaku pelaku seni

budaya Betawi. Wawancara dengan Sadardadi di Lengkong Wetan tanggal 23 September 2017. 118

Nama lengkap K.H. Mustaqim adalah Sayid habib Mustaqim bin Darda bin Sayid

Abi Khairuddin bin Alwi bin Sayid al-husain dan menurut sejarawan Halwany Michrob, Sayid

Abi Khairuddin adalah Sayid Ali utusan mekah yang ikut berjuang melawan penjajah Belanda

bersama pasukan Banten tahun 1659. Tubagus Najib, Potret Lengkong Ulama: Rekontruksi

Sejarah dan Arkeologi (Tangerang: DISPORABUDPAR, 2011), hal. 11. 119

Wawancara dengan Sadardadi di Lengkong Wetan tanggal 23 September 2017. 120 Reni atau biasa di panggil Enyak Reni merupakan tokoh masyarakat di Lengkong

Wetan yang memiliki kontribusi besar pada bidang pelayanan kesehatan. Di Lengkong Wetan

enyak Reni di tunjuk menjadi ketua posyandu oleh masyarakat. Karena peran besarnya di

bidang kesehatan dan pelayanan masyarakatlah yang membuat masyarakat percaya kepada

beliau. 121

Wawancara dengan Reni di Lengkong Wetan pada tanggal 25 September 2017.

Page 54: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

44

Sakim dan H. M. Sirin. Sakim adalah murid dari Kyai Mustaqim dan Kyai

Syafi‟i. Sedangkan H. M. Sirin merupakan Amil yang berasal dari Lengkong

Kyai. Dengan kata lain H. M. Sirin merupakan orang yang berasal dari daerah

pusat Islam di Lengkong. Yang membedakan peran Islamisasi antara Sakim

dan H. M. Sirin adalah lokasinya. Sakim mengajarkan Islam dengan membuat

kegiatan langsung di Lengkong Wetan, sedangkan H. M. Sirin membuat

kegiatannya di Lengkong Kyai. Akan tetapi keduanya tetap memiliki pengaruh

dalam Islamisasi di Lengkong Wetan.

Adapun bentuk islamisasi yang berkembang di daerah Lengkong dapat

dilihat dengan adanya Pondok Pesantren Modern Al-Husainy. Pondok Modern

Al-Husainy bertempat di Lengkong Wetan, RT 2/RW 10. Pondok tersebut

berdiri pada tahun 1991 dan mulai menerima santri pada tahun 1993.122

Didirikan oleh Habib Ali bin Alwi bin Husein bin Ali bin Thohir123

atau akrab

dengan sebutan Habib Ali Al-Husainy. Keberadaan Pondok Pesantren Modern

122

Pada tanggal 9 September 1991, Habib Ali Alwi menggagas ide untuk mendirikan

sebuah pondok pesantren di atas tanah wakaf seluas 1 hektar dari keluarga H. Sano di kampung

Perigi, Desa Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan. Pesantren mulai dibangun pada

bulan Oktober 1991. Pada awalnya, pesantren tersebut bernama Pondok Pesantren Nur As-

Sholihat sesuai nama yayasan yang didirikan oleh Syarifah Alawiyah binti Thohir (kakak

perempuan Habib Ali) di Kota Bambu, Palmerah, Jakarta Barat. Namun beberapa tahun

kemudian, nama pesantren diubah menjadi Pondok Pesantren Modern Al-Husainy. Pada awal

berdiri, di pesantren juga dibangun Taman kanak-kanak dan madrasah diniyah. Kemudian

sepanjang tahun 1993-1994, barulah didirikan asrama santri, madrasah tsanawiyah, hingga

madrasah aliyah. Wawancara dengan Husein di Lengkong Wetan pada 12 November 2017.

Husein atau akrab dengan Bapak Husen merupakan Amil atau ulama yang berkontribusi pada

keagamaan Islam, seperti mengajar pendidikan agama Islam. 123

KH. Habib Ali Alwi bin Thoir lahir di desa Kabupaten Maluku Tengah Kecamatan

Leihitu pada tanggal 2 September 1966. Beliau merupakan putra ke 6 dari 7 bersaudara

pasangan dari Habib Alwi bin Husein bin Thohir dan Anawiyah binti Ustman, ayahnya seorang

pengusaha swasta yang sukses saat itu, dan yang lebih istimewa adalah KH. Habib Ali Alwi

bin Thohir adalah keturunan ke-6 dari seorang ulama besar di Hadramaut Yaman, al-Iman al-

Qutubul Irsyad Al-Habib Abdullah Bin Husein bin Thohir, yang bergelar “Dua Pemilik Lautan

Ilmu Lahir maupun Batin” dan juga pengarang kitab salaf, Sulam at-Taufik yang menjadi

rujukan di Pondok-pondok Pesantren di Indonesia termasuk di Pondok Pesantren Modern al-

Husainy yang dipimpinnya saat ini. sebagai keturunan dari seorang ulama besar dan da‟I di

Maluku, Habib Husen bin Ali bin Thohir, sejak kecil beliau memiliki cita-cita tinggi untuk

mengembangkan dan memajukan Islam. Pendidikan yang diterima dari orang tuanya,

menjadikan beliau seorang yang selalu perihatin pada keadaan di sekelilingnya. Sejak kecil

beliau terkenal dengan jiwa sosialnya dan inilah yang membuat beliau kokoh untuk

mengembangkan dakwah Islam. Di lihat dari Syarifah Sa, Diyah. “Retorika Dakwah KH.

Habib Ali Alwi Bin Thohir” dalam Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

Page 55: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

45

Al-Husainy mendukung bentuk Islamisasi yang ada di Lengkong Wetan. Hal

tersebut berdampak perkembangan Islam semakin pesat di Lengkong Wetan.

Secara umum terdapat dua faktor yang menyebabkan diterima dan

berkembangnya Islam di Lengkong Wetan. Pertama, metode dakwah. Menurut

Husein, pola ajaran agama Islam yang diterapkan oleh alim ulama dalam

pengajian yaitu dengan menyesuaikan dengan objeknya. Jika objek atau

jama‟ah yang mengaji adalah orang tua, maka pembahasan agamanya lebih ke

pelajaran fiqih dengan metode menjelaskan lalu dilanjutkan dengan sesi tanya

jawab. Namun jika objeknya adalah remaja maka alim ulama akan lebih

menerapkan metode bahsul masail atau diskusi. Berbeda lagi jika pengajian

yang dilakukan objeknya adalah anak-anak maka arah dari pengajiaanya lebih

ke pembelajaran syariat-syariat agama Islam secara mendasar. Jadi pengajian

dan pengajaran agama Islam yang diterapkan oleh alim ulama di Lengkong

Wetan lebih disesuaikan dengan objeknya.124

Sebagaimana ditegaskan juga oleh Junaidi bahwa Islam diterima di

Lengkong Wetan melalui kegiatan-kegiatan di masyarakat. Kegiatan tersebut

menyangkup pada pengajian-pengajian rutinan yang diselenggarakan oleh

tokoh agama di Lengkong Wetan, selain pengajian perayaan hari besar Islam

juga menarik masyarakat untuk mengenal serta melestarikan hari-hari penting

dalam Islam melalui sebuah perayaan. Dengan adanya kegiatan tersebut secara

tidak langsung tokoh masyarakat sudah mengenalkan dan mengajarkan agama

Islam kepada masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut memiliki daya tarik

tersendiri bagi masyarakat luas untuk mau mengenal agama Islam.125

Adapun dakwah yang diterapkan untuk menarik dan mau mengenal

agama Islam dengan cara mengajak masyarakat muslim di Lengkong Wetan

untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dengan tanpa paksaan,

124

Wawancara dengan Husein, selaku amil di Lengkong Wetan, tanggal 23 september

2017. 125

Wawancara dengan Junaidi di Lengkong Wetan tanggal 27 September 2017.

Junaedi atau dikenal Bang Juned merupakan anggota dari Persatuan Pendekar Persilatan dan

Seni Budaya Banten Indonesia (PPPSBBI). Kontribusinya pada masyarakat ditunjukan dengan

melestarikan kebudayaan dan tradisi masyarakat.

Page 56: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

46

seperti pengajian, perayaan hari besar Islam, dzikir, tahlil, dan lain-lain. Dari

kegiatan tersebut memiliki daya tarik bagi masyarakat untuk mau dan

mengenal agama Islam. Setelah sudah ada keinginan, maka masyarakat akan

mulai belajar agama Islam lebih dalam dan memahami pengetahuan

keagamaan secara lebih spesifik.126

Hal tersebut senada dengan teori Islamisasi bahwa dakwah para

mubaligh menggunakan pendekatan persuasif serta memiliki pemahaman

mendalam agama Islam.127

Para pendakwah menyesuaikan dakwah dengan

target sasaran, inilah yang kemudian Islam bisa tersebar luas di Lengkong

Wetan.

Kedua, faktor ajaran agama Islam. Agama Islam yang disebarkan di

Lengkong Wetan menekankan sikap toleransinya. Sebagaimana menurut Wasri

Susanto selaku ketua RW di Lengkong Wetan berpendapat bahwa masuknya

Islam di Lengkong Wetan diterima dengan mudah dikarenakan toleransinya.

Karena sifatnya yang toleransi maka masyarakat di Lengkong Wetan mudah

dalam menerimanya. Ketertarikan masyarakat pribumi sendiri terhadap agama

Islam karena sifatnya yang lebih mengajarkan manusia untuk saling

menghargai, dan menghormati bukan sebaliknya menindas dan memperbudak.

Setelah itu, Islam mulai mendominasi keyakinan mayoritas masyarakat

pribumi.128

Selain itu Abdul Qodir juga berpendapat megnenai ajaran Islam yang

bersifat toleransi membuat masyarakat mudah menerimanya. Selain itu juga

penyebaran agama Islam mulai merata di lingkungan masyarakat Lengkong

126

Ibrahim bin mulud, selaku pengajar dan pengurus rumah seni budaya (pelaku seni

budaya Betawi) di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23 september

2017. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Rahmat Hidayat (bang Rahmat), selaku

pengajar dan pengasuh rumah seni budaya (pelaku seni budaya Betawi) di Lengkong Wetan,

wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 12 november 2017. 127

Saidun Derani, “Ulama Betawi Perspektif Sejarah” dalam Jurnal At-Turats Vol.

XIX No.1 Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012, h. 118. 128

Wawancara dengan Wasri Susanto diLengkong Wetan pada tanggal 23 September

2017. Wasri Susanto merupakan Ketua RW di Kelurahan Lengkong Wetan dan cukup banyak

pengetahuan mengenai budaya, tradisi dan kondisi keberagamaan di Lengkong Wetan.

Page 57: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

47

didasari oleh dukungan tokoh-tokoh masyarakat yang mendukung terwujudnya

kegiatan-kegiatan yang sifatnya keagamaan.129

Dari kedua faktor diterimanya Islam di Lengkong Wetan yang

dijelaskan diatas, penulis menemukan satu hal yang menarik yang menjadi inti

dari penyebaran Islam, yaitu berkembang melalui kegiatan peringatan hari-hari

besar Islam. Dari berbagai narasumber menyatakan bahwa kegiatan tersebut

menunjukkan besarnya ketertarikan masyarakat terhadap agama Islam. Hal

tersebut menunjukkan bahwa Amil menggunakan pendekatan yang lebih

mengena pada masyarakat.

Melalui proses yang sangat panjang dan memakan waktu yang tidak

sebentar, dengan berjalannya waktu keagamaan yang sudah dikenalkan lambat

laun mulai berkembang dan ditingkatkan oleh mayoritas masyarakat di

Lengkong Wetan. Ini terbukti dari munculnya kegiatan-kegiatan keagamaan

seperti pengajian-pengajian rutinan di ruang lingkup masyarakat Lengkong

Wetan. Selain itu, antusias masyarakat menyambut hal ini juga sangat bagus,

hal ini dapat dilihat dari ramainya masyarakat yang menghadiri pengajian dan

meriahnya perayaan hari-hari besar Islam.130

Perkembangan di Lengkong Wetan dalam hal keagamaan sudah mulai

terlihat dari kegiatan-kegiatan keagamaan yang sudah mulai dilestarikan oleh

mayoritas masyarakatnya. Terbukti bahwa di Lengkong Wetan terdapat

beberapa pengajian-pengajian yang melibatkan masyarakat di dalamnya.

Pengajian tersebut bertujuan untuk mengenalkan ajaran agama Islam secara

menyeluruh dan lebih merata. Dalam pengajian itu juga bukan hanya

melibatkan bapak-bapak atau ibu-ibu saja melainkan semua golongan, dimulai

dari anak-anak berusia dini, sampai remajanya pun di ikut sertakan, bahkan

waktu pelaksanaannya pun sudah dirangkai sedemikian rupa agar seluruh

129

Wawancara dengan Abdul Qadir di Lengkong Wetan tanggal 13 November 2017.

Abdul Qodir merupakan ketua Ikatan Remaja Masjid (IRMAS) di Lengkong Wetan. Informasi

dibutuhkan dalam menjelaskan perkembangan Islam di Lengkong Wetan. 130

Wawancara dengan Abdul Qodir di Lengkong Wetan pada tanggal 13 november

2017.

Page 58: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

48

golongan masyarakat bisa mengenal dan memahami agama secara merata

melalui pelajaran dan pengajian di majelis ilmu.131

Adanya proses serta perkembangan yang menjadi lebih baik

menunjukkan kesesuaian dengan teori perubahan sosial dalam penelitian

sejarah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya arah perubahan yang lebih maju

berupa berkembang pesatnya Islam di Lengkong Wetan. Kemudian juga

didukung dengan adanya proses penyampaian yang sederhana menjadi lebih

kompleks. Adanya kegiatan-kegiatan seperti pengajian, majlis taklim, serta

peringatan hari besar Islam merupakan proses Islamisasi yang mengarah pada

sesuatu yang lebih baik.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kondisi agama Islam di

Lengkong Wetan terbagi menjadi beberapa fase. Fase pertama merupakan fase

hubungan antara Islamisasi di Betawi sampai ke Lengkong Ulama. Fase kedua

adalah penerimaan Islam di Lengkong Wetan secara bertahap dan berkembang

luas. Pada fase ini merupakan awal masuknya Islam di Lengkong Wetan. Fase

ketiga adalah perkembangan Islam di Lengkong yang signifikan dan masih

bertahan hingga saat ini.

B. Budaya Betawi di Lengkong Wetan

Sebelum membahas budaya Betawi, penulis terlebih dahulu akan

menjelaskan hubungan antara Lengkong Wetan dengan Betawi. Lengkong

secara umum merupakan perkampungan yang berada di jantung kota Serpong

berdampingan dengan pengembangan kota Bumi Serpong Damai (BSD).132

Masyarakat mengenal Lengkong dengan nama Lengkong Kyai, Lengkong

Ulama, Lengkong Santri maupun Lengkong Sumedang. Penamaan tersebut

merupakan penisbahan atas kondisi religius masyarakatnya yang sangat tinggi.

Kecuali nama Lengkong Sumedang, istilah tersebut dinisbahkan pada asal-usul

kampung Lengkong yang dibentuk oleh Raden Aria Wangsakara yang berasal

131

Wawancara dengan Husein di Lengkong Wetan tanggal 23 September 2017. 132

Muammar Khamdevi, “Kajian Pola Permukiman Khas Kampung Lengkong

Ulama, Serpong, Banten” dalam Jurnal Dimensi, Vol. 39, No. 1, tahun 2012, h. 31.

Page 59: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

49

dari Sumedang. Baru pada tahun 2005 pemerintah kabupaten Tangerang

mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) tentang pembentukan 77 kelurahan di

Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. Hasilnya dalam Perda

tersebut mengangkat Desa Lengkong menjadi tiga kelurahan, yaitu Lengkong

Gudang, Lengkong Wetan, Lengkong Gudang Timur, dan Lengkong Karya.133

Dengan demikian penamaan Lengkong berarti mencakup kepada empat

kelurahan tersebut.

Lengkong Wetan secara umum dapat disimpulkan sebagai daerah yang

beretnis Betawi. Hal ini dapat dibuktikan dengan dua hal, yaitu hubungan

Betawi dengan geografis dan Betawi dengan Keturunan atau orang-orang di

dalamnya. Dalam teorinya, Betawi secara geografis berada di kawasan Nusa

Kalapa. Adapun yang dimaksud Nusa Kalapa adalah daerah Tangerang dan

Jakarta. Selanjutnya suku Betawi juga merupakan perpaduan dari berbagai

etnis maupun budaya lain yang menjadi satu, seperti Cina, Sunda dan lainnya.

Suku Betawi merupakan orang-orang keturunan dari Nusa Kalapa.134

Nusa Kalapa adalah daerah yang kemudian disebut dengan Sunda Kelapa.

Wilayah Sunda Kelapa yaitu meliputi Tangerang dan Jakarta. Pada masa

Kerajaan Tarumanegara maupun Padjajaran, Kalapa merupakan daerah yang

cukup sentral sebagai perdagangan. Hal ini dikarenakan di Kalapa terdapat

pelabuhan sebagai sarana perhubungan antar kerajaan untuk menunjang

hubungan dagang maupun politik.135

Hubungannya dengan Lengkong Wetan

adalah bahwa Lengkong Wetan secara administrasi berada di Tangerang.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Lengkong Wetan secara etnis dihuni

oleh suku Betawi.

Selanjutnya mengenai Betawi juga merupakan etnis campuran juga

terjadi di Lengkong Wetan. Sebagaimana kondisi geografis Lengkong Wetan

133

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No. 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan

77 Kelurahan Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang pasal 2 ayat 3 poin 29,

30, 33 dan 38. 134

Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, h. 6. 135

Ahmad Yanua Samantho, Pakuan Padjajaran dan Bogor dalam Pusaran Sejarah

Dunia, (Bogor: Bayt al-Hikmah, .tth), h. 26.

Page 60: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

50

menjadikannya daerah yang sering ditempati oleh orang-orang dari luar, seperi

Cina, Sunda, Kalimantan dan sebagainya. Hal ini dibuktikan bahwa Lengkong

merupakan daerah yang strategis sebagai pusat perdadangan. Lengkong berada

di kawasan Sungai Cisadane sebagai pusat perdagangan untuk mengangkut

kopi ke Jawa.136

Kampung tersebut sangat strategis sehingga banyak

masyarakat lain berdatangan, seperti dari Cina dan sebagainya.137

Dengan

demikian masyarakat di Lengkong Wetan merupakan campuran dari berbagai

etnis.

Adapun dalam tinjauan Budaya, Betawi secara umum terbagi menjadi

dua, Betawi Tengah dan Betawi Pinggiran. Betawi Tengah merupakan etnis

Betawi yang menetap di di bagian kota Jakarta yang dahulu dinamakan

keresidenan Batavia (Jakarta Pusat - urban). Betawi Tengah menganut gaya

hidup tempo lama, misalnya perayaan upacara perkawinan, khitanan, tradisi

lebaran, dan memegang teguh agama serta adat istiadat (mengaji). Adapun

Betawi Pinggiran juga disebut dengan Betawi Udik / Betawi Ora terdiri atas

dua kelompok, yaitu pertama, kelompok dari bagian Utara dan Barat Jakarta

serta Tangerang, yang dipengaruhi oleh kebudayaan Cina; kedua, kelompok

dari bagian Timur dan Selatan Jakarta, Bekasi, dan Bogor, yang dipengaruhi

oleh kebudayaan dan adat istiadat Sunda.138

Ditinjau dari segi kebudayaan Lengkong Wetan masuk dalam golongan

Betawi Pinggiran. Hal ini dikarenakan beberapa faktor. Pertama Betawi

Pinggiran secara geografis berada Tangerang. Kedua kondisi masyaraka

Lengkong Wetan banyak campuran dengan etnis lain seperti Cina dan

sebagainya. Hal ini dibuktikan dengan pendapat Mukri Mian bahwa Kampung

Lengkong banyak imigran yang berasal dari Cina.

Dari pendapat di atas maka dapat dipahami bahwa kampung Lengkong

merupakan daerah yang secara administrasi masuk ke Tangerang tetapi

136

Uka Tjandrasasmita Arkeologi Islam Nusantar, (Jakarta: Gramdeia, 2009), h. 123. 137

Mukri Mian, Sejarah Kampung Lengkong Ulama, (Jakarta, tt, 1983), h. 7. 138

Mita Purbasari, “Indahnya Betawi” dalam Jurnal HUMANIORA Vol.1, No. 1,

Universitas Bina Nusantara tahun 2010, h. 3.

Page 61: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

51

masyarakatnya bersuku Betawi. Baik dari segi sejarahnya maupun dari segi

masyarakat serta kebudayaannya. Sedangkan Lengkong Wetan sebagai bagian

dari Lengkong maka dapat dipahami bahwa Lengkong Wetan merupakan

daerah beretnis Betawi sebagaimana kampung Lengkong secara umum.

Perbedaanya adalah Lengkong Wetan sudah menjadi daerah administrasi

berupa kelurahan yang memisahkan dengan Lengkong Gudang, Lengkong

Gudang Timur dan Lengkong Karya.

Masyarakat Lengkong Wetan mengakui bahwa mereka adalah orang

Betawi yang perlu melestarikan kebudayaannya. Dari hasil wawancara yang

didapatkan terdapat dua pendapat mengenai keberadaan budaya Betawi di

Lengkong Wetan. Pendapat pertama disampaikan oleh Sardadi. Menurutnya

budaya Betawi yang ada di Lengkong Wetan merupakan percampuran

masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang sehingga menghasilkan

sebuah budaya yang baru.139

Dengan kata lain budaya Betawi yang ada di

Lengkong Wetan telah mengalami modifikasi.

Pendapat ke dua disampaikan oleh Junaidi selaku anggota Persatuan

Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia (PPPSBBI).

Menurutnya bahwa budaya Betawi merupakan budaya asli Betawi yang

diwariskan secara turun temurun kepada anak cucunya. Selain itu diwariskan

secara langsung biasanya memerintahkan anaknya untuk belajar di sanggar-

sanggar seni budaya.140

Pendapat Junaidi diperkuat oleh Susanto selaku ketua RW di Lengkong

Wetan. Menurutnya budaya Betawi sendiri sudah mengakar secara turun

temurun sejak dulu. Budaya Betawi terus diperbarui dengan berkembangnya

zaman, agar tidak terkesan kuno dan membosankan. Dilain sisi, pelestarian

selalu dimunculkan di setiap generasinya, agar identitas masyarakat Betawi di

Lengkong Wetan ini tidak hilang.141

Adanya pembaharuan pada budaya Betawi

139

Wawancara dengan Sadardadi di Lengkong Wetan tanggal 23 September 2017. 140

Wawancara dengan Junaidi di Lengkong Wetan tanggal 27 September 2017. 141

Wawancara dengan Wasri Susanto diLengkong Wetan pada tanggal 23 September

2017

Page 62: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

52

menurut Reni justru mendongkrak kelestarian budaya Betawi di Lengkong

Wetan.142

Husain juga berpendapat bahwa budaya Betawi di Lengkong Wetan

bukan seperti pandangan masyarakat pada umumnya, yang mengatakan bahwa

budaya Betawi muncul karena campuran budaya masyarakat pendatang yang

menjadi satu. Beliau mengungkapkan kemunculan budaya Betawi di Lengkong

Wetan berdasarkan turun temurun dari leluhur-leluhur Betawi dulu, dan asal

muasal budaya Betawi itu sendiri di Lengkong Wetan yaitu berasal dari

masyarakat Betawi yang tinggal di daerah lain, yang mencoba mencari

lingkungan baru, kemudian datang ke daerah di Lengkong Wetan dan menetap

di Lengkong Wetan.143

Sebaimana budaya Betawi pada umumnya, maka masyarakat Lengkong

Wetan ikut melestarikan budaya Betawi. Hal tersebut dipertegas oleh Ibrahim

bin Mulud selaku pengurus Rumah Seni Budaya Betawi di Lengkong Wetan.

Menurutnya membudidayakan dan melestarikan kebudayaan leluhur sudah

mengakar dari nenek moyang. Di Lengkong Wetan, pelaku seni memiliki

tanggung jawab melestarikan atas tradisi masyarakat Betawi dari festival

budaya Betawi, kesenian-kesenian Betawi, tradisi adat Betawi, sampai

kebiasaan baik masyarakat Betawi. Semua dilakukan dengan tujuan

kebudayaan asli mereka selalu ada dan dikenal.144

Dari dua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa budaya

Betawi yang ada di Lengkong Wetan merupakan budaya asli orang-orang

Betawi. Adapun bentuk campuran yang dimaksud lebih mengarah pada sisi

nilai-nilai yang ada dalam rangka tujuan melestarikan budaya Betawi.

142

Wawancara dengan Reni di Lengkong Wetan pada tanggal 25 September 2017. 143

Wawancara dengan Husein di Lengkong Wetan pada 12 November 2017. 144

Ibrahim bin mulud, selaku pengajar dan pengurus rumah seni budaya (pelaku seni

budaya Betawi) di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23 september

2017, pendapat serupa juga dikemukakan oleh Rahmat Hidayat (bang Rahmat), selaku

pengajar dan pengasuh rumah seni budaya (pelaku seni budaya Betawi) di Lengkong Wetan,

wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 12 november 2017.

Page 63: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

53

Selain memperkenalkan budaya Betawi kepada masyarakat luas melalui

festival-festival dan lomba-lomba yang bernuansa Betawi, para pelaku seni di

Lengkong Wetan juga menggunakan tempat untuk mengenalkan budaya

tersebut dengan membangun rumah seni (sanggar). Karena mereka yakin

pembelajaran mengenai budaya Betawi sangatlah diperlukan bagi generasi-

generasi di zaman sekarang ini, selain melestarikan dan mengajarkan kepada

generasi penerus di era sekarang, tujuan dari rumah seni (sanggar) ini juga

mengupayakan agar budaya Betawi tidak hilang dan dilupakan oleh

masyarakat. Oleh sebab itu, mereka (para pelaku seni) memperkenalkan

kepada generasi-generasi muda sekarang agar budaya Betawi bisa

berkelanjutan nantinya.145

Adapun budaya Betawi yang dilestarikan di Lengkong Wetan adalah:

a. Silat cingkrik

Silat Cingkrik merupakan salah satu aliran dalam silat Betawi yang

berasal dari Betawi Tengah (Midland). Silat Cingkrik berasal dari Rawa

Belong, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Cingkrik berarti jingkrak-jingkrak atau

dalam logat Betawinya cingkrak-cingkrik yang bermakna lincah.146

Adi Windoro “Batavia 1740: Menyisir Jejak Betawi” menjelaskan

Sejarah Silat Cingkrik merupakan aliran ini diciptakan oleh Ki Maing sekitar

tahun 1920-an. Ki Maing disebutkan sebelumnya pernah berguru silat di Kulon

(wilayah barat, bisa jadi Meruya atau Banten), namun ia mendapat inspirasi

untuk menciptakan aliran silatnya sendiri setelah memperhatikan gerak-gerik

seekor kera.147

Diceritakan bahwa ada seekor kera yang berupaya mengambil

145

Ibrahim bin mulud, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23 september 2017. 146

G.J. Nawi, Maen Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi, h. 99 – 104. 147

Adi, Windoro “Batavia 1740: Menyisir Jejak Betawi” (PT. Gramedia Pustaka

Utama 2010). Hlm 35. Lihat juga buku G.J. Nawi “Maen Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi”

(Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2016). Hlm 101-102.

Page 64: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

54

tongkat Ki Maing, yang menghindar saat iserang serta menyerang balik dengan

cepat.148

Namun demikian, secara umum Silat Cingkrik memiliki 12 jurus dasar

seperti:149

1). Keset Bacot. 2). Keset Gedor. 3). Cingkrik. 4). Langkah Tiga. 5).

Langkah Empat. 6). Buka Satu. 7). Saup. 8). Macan. 9). Tiktuk. 10). Singa.

11). Lokbe. 12). Longok. Serta ada bagian dari gerakan gabungan kedua belas

jurus tersebut yang dinamakan Bongbang, yang kerap jurus gabungan ini

dipertontonkan dalam pagelaran beladiri. Arti Sambut adalah latihan

perkelahian berpasangan, yaitu terdapat 3 jurus sambut seperti:150

1). Sambut

Tujuh Muka. 2). Sambut Gulung. 3). Sambut Habis, atau Sambut Detik.

Sambut bertujuan melatih reflek untuk menghadapi serangan yang bertubi-tubi.

Silat Cingkrik yang diajarkan di Lengkong Wetan memfokuskan pada

gerakan tangan dan kaki. Diawali pemanasan sebagai metode yang bertujuan

agar urat-urat dan persendian dalam tubuh terbiasa (tidak kaget). dalam prosesi

pembelajarannya biasanya dipandu oleh para pelaku silat yang lebih senior.

Setelah semua gerakan silat terselesaikan maka latihannya akan di tutup

dengan doa dan salam-salaman.151

b. Lenong

Lenong adalah pentas seni berbentuk drama sejarah atau legenda, aksi

dan komedi yang menjadi kekhasan suku Betawi. Lenong di Lengkong Wetan

sering dilaksanakan pada hari-hari penting seperti pada acara festival Betawi,

nikahan, sunatan, dan lain sebagainya.

148

Prabowo, Erik R. Antonius Fran Setiawan, ed. “Silat Nusantara” (Litera 2016).

Hlm. 22. 149

G.J. Nawi, Maen Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi, hlm 104. Lihat juga

Prabowo, Erik R. Antonius Fran Setiawan, ed. “Silat Nusantara” (Litera 2016). Hlm. 22. Lihat

juga dalam buku Adi, Windoro “Batavia 1740: Menyisir Jejak Betawi” (PT. Gramedia Pustaka

Utama 2010). Hlm 22-23. 150 Prabowo, Erik R. Antonius Fran Setiawan, ed. “Silat Nusantara” (Litera 2016).

Hlm. 22. Lihat juga dalam buku Adi, Windoro “Batavia 1740: Menyisir Jejak Betawi” (PT.

Gramedia Pustaka Utama 2010). Hlm 22-23. Lihat juga G.J. Nawi, Maen Pukulan: Pencak

Silat Khas Betawi, hlm 104. 151

Rahmat Hidayat (bang Rahmat), selaku pengajar dan pengasuh rumah seni budaya

(pelaku seni budaya Betawi) di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 26

januari 2018.

Page 65: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

55

Tradisi kesenian lenong sendiri dalam pelaksanaannya yaitu diawali

dengan pembuatan skenario cerita yang disusun oleh para pelaku seni dan alur

ceritanya diadaptasi dari kisah tokoh-tokoh Betawi. Dalam akhir cerita

dibumbui dengan pesan moral bagi masyarakat yang tujuannya adalah

mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya melestarikan budaya leluhur

yang telah susah payah di perjuangkan oleh para tokoh-tokoh Betawi zaman

dulu.152

c. Buka Palang pintu

Tradisi buka palang pintu dalam pernikahan Betawi, merupakan tradisi

yang sering diadakan oleh masyarakat Betawi saat menerima tamu sebelum

prosesi akad dalam pernikahan dimulai. Dalam prosesinya, dari kedua belah

pihak antara rombongan pengantin pria dan wanita saling berhadapan dengan

didampingi beberapa pesilat. Palang pintu merupakan simbol awal bersatunya

kedua belah pihak.

Palang pintu adalah tradisi simbolik yang menyatakan pihak mempelai

pria pantas untuk meminang pihak mempelai wanita. Di dalamnya terdiri dari

adu pantun, silat, dan mengaji (membaca al-quran). ketiga syarat ini

merupakan simbol bahwa orang Betawi bukan hanya bisa berpantun, tapi harus

bisa main pukul (membela diri) dan mengaji.153

C. Nilai-Nilai Islam pada Budaya Betawi di Lengkong Wetan

Ketiga jenis budaya Betawi yang dilestarikan oleh masyarakat

Lengkong Wetan terdapat beberapa modifikasi di dalamnya. Salah satu unsur

yang mendominasi dalam modifikasi budaya Betawi tersebut adalah nilai-nilai

Islam. Hal ini dapat dibuktikan melalui adanya perbedaan antara budaya asli

silat, lenong, maupun palang pintu yang berkembang di Lengkong Wetan kaya

152

Rahmat Hidayat (bang Rahmat), selaku pengajar dan pengasuh rumah seni budaya

(pelaku seni budaya Betawi) di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 26

januari 2018. 153

Husein, selaku amil di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23

september 2017.

Page 66: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

56

akan nilai-nilai Islam seperti pembacaan shalawat kepada Nabi Muhammad,

pembacaan do‟a, maupun praktik-praktik Islam lainnya.

Silat yang dikembangkan di Lengkong Wetan adalah silat Cingkrik.

Pada awalnya silat cingkrik merupakan salah satu aliran pencak silat khas

Betawi yang menekankan pada kelincahan gerakan. Akan tetapi silat cingkrik

yang ada di Lengkong Wetan memiliki ketentuan-ketentuan lain yang bernilai

Islami.

Nilai-nilai Islam pada budaya Betawi di Lengkong Wetan terwujud

pada tradisi palang pintu, silat dan tradisi masyarakat Betawi lainnya. Tradisi

tersebut sudah ada sejak dahulu dan masyarakat sekarang hanya tinggal

melestarikannya saja. Budaya Betawi di Lengkong Wetan sama sekali tidak

berseberangan dengan ajaran agama Islam, justru yang dilakukan tokoh-tokoh

Islam di Lengkong Wetan dalam mengajarkan agama Islam ke masyarakatnya

mengadaptasikan dengan kebudayaan dan kesenian Betawi di lingkungan

tersebut. Memang dari dasarnya budaya Betawi sudah tidak berseberangan

dengan agama Islam, jadi tidak menyulitkan tokoh-tokoh Islam untuk

menanamkan ajaran agama Islam dan menggabungkannya dengan budaya

masyarakat setempat.154

Rahmat Hidayat selaku pengajar dan pengasuh Rumah Seni Budaya

Betawi (RSBB) menuturkan ada adab yang harus dilakukan yaitu dengan

mengawali kegiatan dengan membaca surat yasin dan membaca tahlil. Setelah

itu membacakan al fatihah yang tujuannya untuk mengirimkan bacaan tersebut

kepada para tokoh-tokoh Betawi yang menciptakan gerakan-gerakan silat

Cingkrik. Setelah semua gerakan silat terselesaikan maka latihannya akan di

tutup dengan doa dan salam-salaman.155

Pembacaan tahlil, surat Yasin, dan pembacaan al-Fatikhah pada

dasarnya ritual yang ada dalam agama Islam. Silat Cingkrik sebagaimana yang

154

Husein, selaku amil di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23

september 2017. 155

Rahmat Hidayat (bang Rahmat), selaku pengajar dan pengasuh rumah seni budaya

(pelaku seni budaya Betawi) di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 26

januari 2018.

Page 67: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

57

dijelaskan oleh Nawi dalam buku Maen Pukulan tidak mensyaratkan adanya

ritual Islami di atas. Dengan demikian terdapat nilai-nilai Islam dalam silat

cingkrik yang dilestarikan oleh masyarakat Lenong Wetan.

Pengadaan nilai-nilai Islami dalam silat cingkrik secara umum

disebabkan kemunculan budaya Betawi yaitu berasal dari tokoh agama yang

cinta dengan budaya. Pendiri rumah budaya juga merupakan tokoh yang

beragama Islam. karena tokohnya adalah orang Islam, maka secara otomatis

ajaran yang diajarkan ke masyarakat mengenai kebudayaan dan kesenian

Betawi kepada masyakat pun akan berlandaskan atas ajaran Islam yang di anut

oleh tokoh tersebut.156

Selain terdapat pada silat, nilai-nilai Islam juga terdapat pada budaya

palang pintu. Budaya palang pintu pada prinsipnya sarat akan nilai agama

Islam. Palang pintu secara umum terdiri dari dua unsur, silat dan ngaji.157

Dari

awal kemunculannya saja palang pintu sudah memiliki nilai-nilai Islam, maka

dalam pelestarian budaya palang pintu bisa dipastikan terdapat nilai-nilai

Islam.

Palang pintu yang dilestarikan oleh masyarakat Lengkong Wetan

meliputi prosesi sebagaiaman biasa dilakukan oleh masyarakat Betawi saat

menerima tamu sebelum prosesi akad dalam pernikahan dimulai. Palang pintu

merupakan simbol pembuka antara dua belah pihak, dari mempelai wanita atau

mempelai pria. Untuk prosesinya saat pihak mempelai pria datang dengan

diiringi oleh musik marawis, pihak mempelai wanita menyambutnya dengan

palang pintu.

Dalam palang pintu tersebut pun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi

oleh pihak mempelai pria sebagai simbol bahwa pihak mempelai pria pantas

untuk meminang pihak mempelai wanita. Syarat-syaratnya yaitu adu pantun,

156

Junaedi, selaku sesepuh di masyarakat di Lengkong Wetan, wawancara pribadi,

Lengkong Wetan, 15 oktober 2017. 157

Devi Roswita, “Indahnya Betawi”, h. 6.

Page 68: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

58

silat, dan mengaji, ketiga syarat ini merupakan simbol bahwa orang Betawi

bukan hanya bisa berpantun, tapi harus bisa main pukul dan mengaji.158

Pada dasarnya tradisi palang pintu dalam pernikahan Betawi merupakan

tradisi Betawi yang ada unsur-unsur keagamaanya, karena dalam prosesinya

terdapat kegiatan yang bersangkutan dengan agama seperti mengaji,

pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran dan bacaan sholawat nabi yang diiringi

dengan musik marawis.159

Hal ini kemudian yang dilestarikan oleh masyarakat

Lengkong Wetan.

Adapun nilai-nilai Islam pada budaya Lenong dapat dilihat dari kisah

tokoh Betawi yang berjuang membela agama Islam. Sebelum melakukan

pementasan juga terdapat do‟a sebagaimana doa dalam Islam. Cerita yang

dipertunjukkan merupakan hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam.

Dengan kata lain Lenong merupakan pementasan dalam menceritakan

perkembangan Islam. Dengan demikian Lenong juga bagian dari dakwah

Islam. Dan di akhir pementasan ditutup dengan salam dan doa sebagaimana

doa dalam Islam.160

Nilai-nilai Islam yang terkandung dalam budaya silat, palang pintu dan

lenong merupakan model pelestarian budaya yang tidak melepaskan aspek

keagamaan. Hal ini disebabkan budaya Betawi yang ada di Lengkong Wetan

kemunculannya adalah setelah agama Islam, maka secara tidak langsung

tradisi-tradisi Betawi yang dilaksanakan di masyarakat semuanya masih

berlandaskan dengan ajaran agama Islam. Tradisi tersebut seperti tradisi

nikahan yang di dalamnya terdapat palang pintunya, pelaksanaannya pun

mengadopsi ajaran agama Islam dengan menyuarakan solawatan kepada

kanjeng nabi Muhammad SAW yang diselipkan pada prosesinya. Tradisi lain

seperti kesenian silat, dalam pelaksanaannya setiap masyarakat yang belajar

158

Husein, selaku amil di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23

september 2017. 159

Husein, selaku amil di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23

september 2017. 160

Rahmat Hidayat (bang Rahmat), selaku pengajar dan pengasuh rumah seni budaya

(pelaku seni budaya Betawi) di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 26

januari 2018.

Page 69: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

59

silat, pertama tama ditanamkan ilmu mengaji terlebih dahulu, setelahnya baru

belajar silat, waktu pelaksanaannya pun dimalam hari setelah ibadah sholat

dilaksanakan. Tradisi lainnya yaitu tradisi lenong, dalam pelaksanaanya para

pelaku lenong menanamkan ajaran-ajaran Islam dan dongeng-dongeng agama

Islam di dalam alur ceritanya.161

D. Kiat-Kiat Masyarakat Lengkong dalam Melestarikan Budaya Betawi

Keberadaan budaya Betawi di Lengkong Wetan merupakan bukti

bahwa masyarakat Lengkong Wetan masih melestarikan kebudayaan Betawi.

Budaya Betawi sudah mengakar turun temurun sejak dulu. Akan tetapi dalam

pelestariannya, budaya Betawi terus diperbaharui sesuai dengan perkembangan

zaman dan tidak terkesan kuno atau membosankan.162

Pada dasarnya pelestarian budaya erat kaitannya dengan ketertarikan

masyarakat terhadap budaya tersebut. Sebagaimana budaya Betawi

diperkenalkan kepada para penduduk lokal, dan para pendatang. Karena

budaya Betawi tersebut terlihat unik, menimbulkan ketertarikan masyarakat

untuk mengenal dan belajar budaya baru tersebut. Dari sinilah budaya tersebut

mulai berkembang dan dilestarikan sampai sekarang ini.163

Dalam melestarikan budaya Betawi, secara khusus di Lengkong Wetan

terdapat pelaku seni yang bertanggungjawab dalam persoalan mengajar hingga

mengadakan kegiatan berbau kebudayaan Betawi. Pelaku seni merupakan

seorang yang memiliki kontribusi besar terhadap kebudayaan Betawi.

Terbilang penting karena perannya dalam membudidayakan dan melestarikan

kebudayaan leluhur sangat signifikan, bahkan terbilang sudah mengakar dari

nenek moyang mereka. Di Lengkong Wetan, pelaku seni memiliki tanggung

jawab melestarikan atas tradisi masyarakat Betawi dari festival budaya Betawi,

kesenian-kesenian Betawi, tradisi adat Betawi, sampai kebiasaan baik

161

Junaedi, selaku sesepuh di masyarakat di Lengkong Wetan, wawancara pribadi,

Lengkong Wetan, 15 oktober 2017.

162

Wawancara dengan Wasri Susanto diLengkong Wetan pada tanggal 23 September

2017 163

Wawancara dengan Reni di Lengkong Wetan pada tanggal 25 September 2017.

Page 70: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

60

masyarakat Betawi. Semua tanggung jawab itu bukan karena paksaan,

melainkan dari kesadaran para pelaku seni sendiri yang mengharapkan

kebudayaan asli mereka selalu ada dan dikenal. Oleh sebab itu, mereka

mencoba melestarikan kebudayaan tersebut agar tidak hilang dengan

bergantinya era.164

Selain orang yang berperan dalam melestarikan budaya Betawi,

terdapat beberapa cara yang dilakukan oleh masyarakat Lengkon Wetan dalam

melestarikan kebudayaannya. Berikut penjelasan detailnya:

Pertama mewariskan budaya secara langsung. Pelestarian model ini

biasanya dilakukan dengan cara mengajarkan kebudayaan Betawi secara

langsung kepada keturunannya. Sebagaimana banyak jawara-jawara, orang

tuanya menginginkan anak dan keturunannya tetap mempertahankan

kedudukannya sebagai jawara. Oleh karena itu kedudukan jawara akan tetap

terjaga sekaligus melestarikan kebudayaan Betawi.165

Kedua melestarikan melalui sanggar. Bentuk pelestarian ini dilakukan

dengan cara mendidik generasi selanjutnya melalui rumah seni atau padepokan

tempat belajar budaya Betawi. Sebagaimana adanya Rumah Seni dan Budaya

Betawi. Masyarakat Lengkong selain orang yang berpengaruh biasanya

menyuruh anak-anaknya untuk belajar di di sanggar-sanggar seni budaya.166

Pembelajaran mengenai budaya Betawi sangatlah diperlukan bagi generasi-

generasi di zaman sekarang ini, selain melestarikan dan mengajarkan kepada

generasi penerus di era sekarang, tujuan dari rumah seni (sanggar) ini juga

mengupayakan agar budaya Betawi tidak hilang dan dilupakan oleh

masyarakat. Oleh sebab itu, mereka (para pelaku seni) memperkenalkan

164

Ibrahim bin mulud, selaku pengajar dan pengurus rumah seni budaya (pelaku seni

budaya Betawi) di Lengkong Wetan, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23 september

2017, pendapat serupa juga dikemukakan oleh Rahmat Hidayat (bang Rahmat), selaku

pengajar dan pengasuh rumah seni budaya (pelaku seni budaya Betawi) di Lengkong Wetan,

wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 12 november 2017. 165

Wawancara dengan Junaidi di Lengkong Wetan tanggal 27 September 2017. 166

Wawancara dengan Junaidi di Lengkong Wetan tanggal 27 September 2017.

Page 71: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

61

kepada generasi-generasi muda sekarang agar budaya Betawi bisa

berkelanjutan nantinya.167

Ketiga melestarikan melalui kegiatan. Salah satu bentuk kegiatan dalam

rangka memperkenalkan sekaligus melestarikan budaya Betawi adalah

“Lebaran Betawi”. Di dalam festival tersebut biasanya dikenalkan kepada

masyarakat luas mengenai kebudayaan Betawi secara menyeluruh, dari segi

seni, pakaian adat, makanan khas, sofenir, dan lain lain. Tujuan

diselenggarakan kegiatan budaya ini yaitu agar terangkatnya kembali budaya

Betawi yang perlahan-lahan hilang digerus oleh perkembangan zaman yang

semakin modern. Disamping menyesuaikan dengan perkembangan zaman

kegiatan dalam festival ini juga diatur sedemikian rupa agar menarik minat

masyarakat untuk ikut serta dan turut serta dalam menyaksikannya. Selain

lebaran Betawi, pelestarian budaya Betawi juga dilakukan melalui kegiatan

hajatan seperti sunatan, nikahan dan hajatan lainnya.168

Ketiga penjelasan di atas merupakan gambaran umum mengenai

metode atau cara yang dilakukan masyarakat Lengkong Wetan dalam rangka

melestarikan budaya Betawi. Baik dilakukan secara langsung, melalui sanggar

atau rumah seni, dan melalui kegiatan, baik dalam festival maupun dalam

hajatan. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk kesadaran masyarakat

Lengkong akan pentingnya sebuah budaya.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa budaya Betawi dapat

dilestarikan melalui adanya pelaku seni dan kegiatan pertunjukkan kesenian.

Pelaku seni secara khusus berperan mengajarkan dan melestarikan budaya

Betawi, sedangkan kegiatan pertunjukkan kesenian merupakan bagian dari

pengenalan budaya Betawi kepada masyarakat yang lebih luas. Dengan

demikian kedua aspek tersebut tidak bisa dipisahkan. Pelaku seni menciptakan

masyarakat yang mengetahui serta menguasai kebudayaannya. Pertunjukkan

adalah momentuk sosialisasi untuk menarik masyarakat agar tetap

167

Ibrahim bin mulud, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23 september 2017. 168

Ibrahim bin mulud, wawancara pribadi, Lengkong Wetan, 23 september 2017.

Page 72: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

62

mempertahankan budayanya. Jika salah satunya tidak ada, maka pelestarian

budaya tidak bisa dilakukan.

Atas dasar hal tersebut bisa menjelaskan bahwa budaya Betawi yang

berkembang tidak sebatas hiburan semata, sebab ada pendidikan khusus

melalui sanggar atau rumah seni. Sehingga dapat dikatakan bahwa pelaku seni

atau orang yang belajar budaya Betawi menguasi betul aspek kebudayaan

Betawi.169

Adapun kegiatan atau festival berkaitan pertunjukkan seni budaya

Betawi merupakan kreatifitas atau rekacipta masyarakat dalam menginovasi

kebudayaan agar tidak membosankan. Adanya pembaharuan pada budaya

Betawi justru mendongkrak kelestarian budaya Betawi di Lengkong Wetan.170

169

Wawancara dengan Junaidi di Lengkong Wetan tanggal 27 September 2017. 170

Wawancara dengan Reni di Lengkong Wetan pada tanggal 25 September 2017.

Page 73: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini menjawab rumusan masalah yang telah dibuat. Adapun

hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Kondisi agama Islam di Lengkong Wetan. Islam yang berada di

Lengkong Wetan secara khusus dikembangkan oleh Amil. Amil

merupakan orang yang menguasai ilmu agama Islam serta

bertanggung jawab pada kegiatan-kegiatan keagamaan Islam. Adapun

orang yang berperan adalah Sakim merupakan murid Kyai Mustaqim

dan Kyai Syafi‟i serta H.M. Sirin bin Encin. Adapun bentuk

pengembangan Islamnya dilakukan dengan cara mengadakan kegiatan

keagamaan berupa pengajian, maupun peringatan hari besar Islam.

Terdapat Pondok Pesantren Modern Al-Husainy yang dipimpin oleh

Habib Ali bin Alwi bin Husein bin Ali bin Thohir atau akrab dengan

sebutan Habib Ali Al-Husainy dan bertempat di Lengkong Wetan, RT

2/RW 10.

2. Nilai-nilai Islami yang terkandung dalam budaya Betawi di antaranya

pembacaan tahlil, dan membaca surat yasin serta berdoa sebelum

melakukan Pencak Silat Cingkrik. Dalam Kesenian Lenong, alur

cerita yang disampaikan berupa perjuangan tokoh Betawi dalam

menyebarkan Islam serta melawan penjajah Belanda. Adapun dalam

Buka Palang Pintu terdapat persyaratan membaca al-Qur‟an.

3. Pelestarian budaya Betawi di Lengkong Wetan dilakukan secara

langsung maupun tidak secara langsung. secara langsung berarti orang

tua mengajarkan budaya kepada anak-anaknya. Adapun yang secara

tidak langsung berupa pembelajaran budaya di rumah seni atau tempat

pendidikan Pencak Silat maupun sanggar seni. Selain itu bentuk

pelestarian budaya Betawi di Lengkong Wetan juga dilakukan dengan

Page 74: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

64

cara mengadakan festival-festival seni. Keseluruhannya memiliki

tujuan dalam rangka tetap mempertahankan budaya Betawi.

A. Kritik dan Saran

Terdapat beberapa kekurangan dalam penelitian ini. Di antaranya

adalah rujukan khusus mengenai Lengkong Wetan yang sedikit serta sulit

didapatkan. Lebih banyak buku atau referensi Lengkong secara umum, seperti

Lengkong Ulama, atau Lengkong Kyai. Selanjutnya secara geografis

Lengkong Wetan kerap digeneralisasi dengan Lengkong Ulama atau

Lengkong Kyai, padahal Lengkong Wetan merupakan wilayah administrasi

berupa kelurahan yang berbeda dengan Lengkong Lengkong Gudang,

Lengkong Gudang Timur, dan Lengkong Karya.

Adapun saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengupas

lebih khusus pada aspek kebudayaan Betawi yang ada di Lengkong Wetan.

Sebab dalam penelitian ini penulis terfokus pada budaya Silat, Lenong dan

Palang Pintu, sedangkan budaya Betawi masih banyak yang perlu dikaji lebih

mendalam serta perlu dilestarikan. Hal tersebut dalam rangka menjaga

warisan sejarah berupa kebudayaan Betawi.

Page 75: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

65

DAFTAR PUSTAKA

Babad:

Mian, Mukri. Sejarah Kampung Lenkong Ulama Tangerang, tt.tt. 1983.

Jurnal:

Derani, Saidun. “Ulama Betawi Perspektif Sejarah” dalam Jurnal At-Turats,

Vol. XIX No. 2, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarih

Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

Devi, Roswita. “Tradisi Buka Palang Pintu: Transformasi Tradisi Upacara

Menuju Komoditas” dalam Jurnal Fisip UI, tahun 2013.

Hidayah, Irfanul. “Agama dan Budaya Lokal: Peran Agama Dalam Proses

Marginalisasi Budaya Lokal”, dalam Jurnal Religi, vol 2, no 2, juli

2003.

Purbasari, Mita. “Indahnya Betawi” dalam Jurnal HUMANIORA Vol.1, No. 1,

Universitas Bina Nusantara tahun 2010.

Khamdevi, Muammar. “Kajian Pola Permukiman Khas Kampung Lengkong

Ulama, Serpong, Banten” dalam Jurnal Dimensi, Vol. 39, No. 1,

tahun 2012.

Skripsi:

Firdaus, Firman. “Persepsi Masyarakat Pribumi Terhadap Pendatang di

Kampung Lengkong Ulama Tangerang” dalam Skripsi Fakultas

Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008.

Imam, Mukorobin. “Raden Aria Wangsakara dan Peranannya Dalam

Perkembangan Islam di Lengkong Ulama Tangerang” dalam Skripsi

Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2013.

Page 76: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

66

Syarifah Sa, Diyah. “Retorika Dakwah KH. Habib Ali Alwi Bin Thohir” dalam

Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2007.

Wawancara Pribadi:

Wawancara dengan Abdul Qadir di Lengkong Wetan tanggal 13 November

2017.

Wawancara dengan Husein di Lengkong Wetan pada 12 November 2017.

Wawancara dengan Junaidi di Lengkong Wetan tanggal 27 September 2017.

Wawancara dengan Rahmat Hidayat di Lengkong Wetan tanggal 26 januari

2018.

Wawancara dengan Reni di Lengkong Wetan pada tanggal 25 September 2017.

Wawancara dengan Sadardadi di Lengkong Wetan tanggal 23 September 2017.

Wawancara dengan Wasri Susanto diLengkong Wetan pada tanggal 23

September 2017.

Wawancara Ibrahim bin Mulud di Lengkong Wetan tanggal 23 september

2017.

Sumber Data Kelurahan Lengkong Wetan:

Data Arsip Kelurahan Lengkong Wetan mengenai Monografi Kelurahan

Lengkong Wetan, seputar sarana dan prasarana.

Data Arsip Kelurahan Lengkong Wetan mengenai Profil Kelurahan Lengkong

Wetan tahun 2016.

Buku:

Abdillah, Syamsuddin. Agama dan Masyarakat Pendekatan Sosiologi Agama.

Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Page 77: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

67

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logoso Wacana

Ilmu, 1999.

Alam, Syamsir. dan Fadhilah, Amir. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta, 2008.

Azis, Abdul. Islam dan Masyarakat Betawi. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.

2002.

Adi, Windoro “Batavia 1740: Menyisir Jejak Betawi” (PT. Gramedia Pustaka

Utama 2010). H

Budiono, Herusatoto. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hindita

Graha Widia, 2000.

Chaer, Abdul. Foklor Betawi Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi.

Jakarta: Masup Jakarta, 2012.

Erik R, Prabowo. Antonius, Fran Setiawan, ed. “Silat Nusantara” (Litera

2016).

Zakiah, Darajat, dkk. Perbandingan Agama, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).

Gottshalck, Louis. Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Susanto. Jakarta:

Universitas Indonesia, Press, 2008.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktek, Jakarta: Bumi

Aksara, 2013.

Ikatan Abang None Jakarta Selatan 2017. Buku Panduan Peserta Abang None

Jakarta Tahun 2018, Jakarta: tt. 2017.

Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama; Potret Agama dalam Dinamika Konflik.

Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metode Sejarah. Jakarta:

Gramedia, 1992.

Page 78: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

68

Keluarga Pencak Silat Nusantara (KPSN). Buku Pelajaran Pencak Silat

Nusantara. Jakarta: KPSN, 2011.

Kiki, Rakhmad Zailani. dkk. Geneologi Intelektual Ulam Betawi. Jakarta:

Jakarta Islamic Center, 2011.

Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press, 1980.

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013.

Lubis, M. Ridwan. Agama dalam Perbincangan Sosiologi. Bandung:

Citapustaka, 2010.

Najib, Tubagus. Potret Lengkong Ulama; Rekonstruksi Sejarah dan Arkeologi.

Tangerang: Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata.

2011.

M. Dien Madjid, Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar, (Jakarta:

Kencana, 2014

Nawi, G.J. Maen Pukulan: Pencak Silat Betawi. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2016.

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No. 3 Tahun 2005 tentang

Pembentukan 77 Kelurahan Di Lingkungan Pemerintah Daerah

Kabupaten Tangerang.

Pusat Data. Monografi kelurahan Lengkong Wetan tahun 2017.

Saidi, Ridwan. Profil Orang Betawi, Asal-Usul, Kebudayaan, dan Adat

Isitadatnya. Jakarta: PT Gunara Kata, 2001.

Saleh, M. Pencak Silat: (Sejarah Perkembangan, Empat Aspek,Pembentukan

Sikap dan Gerak. Bandung, IKIP. 1991.

Samantho, Ahmad Yanua. Pakuan Padjajaran dan Bogor dalam Pusaran

Sejarah Dunia. Bogor: Bayt al-Hikmah, .tth.

Page 79: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

69

Tjandrasasmita, Uka. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: KPG, 2009.

Web:

http://silatbeksi.blogspot.co.id/2006/06/visi-misi-pps-beksi.html diakses pada

tanggal 22 April 2018, jam 9:14.

http://roudhotutolibin.blogspot.co.id/2013/12/biografi-guru-marzuki-

muara_12.html?m=1 Penulis H. Abdullah Ahmad Muara. diakses 16

Mei 2018, jam 20:22

http://www.santrionline.net/2016/04/manakib-biografi-al-habib-ali-

bin.html&hl=id-ID Diakses pada hari rabu 16 Mei 2018. Jam 20:46.

Http://herraoctaviany.blogspot.com/2015/09/palang-pintu-lengkong-

wetan.html?m=1 Jual Perlengkapan Budaya Betawi (diakses jam

21:22, tanggal 10 Janurai 2018).

Page 80: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

70

LAMPIRAN

Lampiran Wawancara

Berikut ini merupakan daftar pertanyaan sekaligus jawaban hasil wawancara

antara peneliti dengan pihak internal (masyarakat).

Wawancara pertama.

Nama : Bpk. Amil Husein, selaku Amil di Lengkong Wetan.

Tanggal wawancara : 23 september 2017.

Tempat : Kediaman Bpk. Amil Husein di Lengkong Wetan.

Berikut adalah lampiran hasil wawancara peneliti dengan narasumber secara

langsung.

T: Bagaimana kondisi sosial keagamaan di Lengkong Wetan.?

J: Di Lengkong Wetan, keyakinan masyarakat Lengkong Wetan serupa dengan

masyarakat Indonesia pada umumnya yaitu mendasarkan agama dalam kehidupan

masyarakatnya. Mengenai keagamaan di lengkong wetan khususnya di rw 10,

yang tergolong dari 4 rt, itu sangat variatif keagamaannya, ada yang memeluk

agama Islam, dan ada juga yang non muslim, bahkan di salah satu rt di rw 10 ini

ada yang mayoritasnya masyarakatnya beragama non muslim, yaitu beragama

Budha, dan Kristen. termasuk ketua rtnya juga beragam budha, dan sisanya

mayoritas muslim.

T: Bagaimana pendapat bapak mengenai agama di Lengkong Wetan khususnya

agama Islam,?

J: Mengenai agama, meskipun adanya perbedaan keagamaan di ruang lingkup

masyarakatnya, masyarakat Lengkong Wetan sangat bertoleransi dan saling

menghargai antara agama yang satu dengan agama yang lain dalam beragama.

Bahkan ada sebagian masyarakat yang non muslim yang masuk ke agama Islam

karena keramahan masyarakat muslim itu sendiri kepada agama-agama lain yang

diwujudkan dengan saling menghargai dan sikap sopan dan santun yang

masyarakat muslim berikan ke masyarakat lain. Meskipun kedudukan mereka non

muslim. Kebanyakan dari mereka sering bergaul dengan masyarakat muslim dan

Page 81: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

71

ikut serta kepada kegiatan-kegiatan keagamaan, sehingga mereka tertarik dan

mulai mengenal dan akhirnya masuklah ke agama Islam.

T: Menurut bapak bagaimana proses Islam masuk di Lengkong Wetan,?

J: pengenalan agama Islamnya yaitu melalui ketauhidan terlebih dahulu,

keyakinan yang ditanamkan kepada masyarakat lebih tertuju pada keesaan tuhan

semesta alam yaitu Allah SWT sebagai tuhan yang menciptakan mereka, lalu saat

masyarakat sudah memantapkan hati kepada Allah SWT dengan keyakinan dan

kepercayaan yang sempurna, maka, setelahnya baru ditanamkan oleh alim ulama

akan ajaran-ajaran agama Islam yang berupa syariat-syariat agama.

T: Lalu bagaimana proses islamisasi tersebut berlangsung,?

J: penerapan atau pengenalan agama Islam yang tidak secara langsung

mengajarkan kepada syariat dan rukun-rukun Islam yang sifatnya harus

dilaksanakan, tapi pengenalan agama Islam itu melalui ketauhidan terlebih dahulu.

karena tujuan awalnya agar masyarakat memiliki keyakinan dan kepercayaan

terlebih dahulu terhadap keesaan dan keagungan Allah SWT. Setelah masyakarat

sudah yakin, baru ditanamkan ajaran-ajaran agama Islam yang sifatnya syariat,

yang menuntut mereka untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh agama

Islam. Karena jika pengajarannya langsung diterapkan syariat Islam, maka akan

muncul penolakan dan pemberontakan dari masyarakat, karena dulunya

masyarakat di Lengkong Wetan masih berkeyakinan terdapat sesuatu yang

sifatnya Animisme dan Dinamisme.

T: Saat agama Islam sudah hadir di tengah-tengah masyarakat Lengkong Wetan,

lalu bagaimana prosesi atau kegiatan keagamaan tersebut di Lengkong Wetan,?

J: Mengenai kegiatan kemasyarakat yang bersangkutan dengan aktivitas

keagamaan di lengkong wetan yaitu ada beberapa pengajian yang diselenggarakan

di Lengkong Wetan ini. Pengajian tersebut tersebut terbagi menjadi beberapa

bagian, yaitu: Pengajian khusus ibu-ibu, Pengajian untuk bapak-bapak, dan

Pengajian khusus remaja. Semua pengajian tersebut diselenggarakan di masjid-

masjid dan mushola-mushola di Lengkong Wetan.

T: Mengenai waktu atau jadwal pengajian tersebut, bagaimana bapak sebagai amil

mengaturnya agar tidak bentrok dengan rutinitas masyarakat,?

Page 82: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

72

J: Mengenai waktu pengajian disesuaikan dengan kegiatan dan rutinitas

masyarakat setempat, sehingga sama sekali tidak menggangu rutinitas harian

mereka. Harinya pun dari setiap golongan berbeda beda, ada yang

diselenggarakan pada hari senin, kamis, dan sabtu. Namun semuanya biasanya

dipusatkan di masjid “Nurul Iman” yang berada di pesantren Al Husaeni,

kemudian setiap hari kamis di mushola Al Ikhlas, di hari sabtu di mushola Al

Furqon, untuk waktu biasanya masyarakat merutinkan kegiatan positif tersebut.

Jika ibu-ibu diselenggarakan setiap minggu, bapak-bapak biasanya dua minggu

sekali, dan remaja sebulan sekali. Lokasinya pun bergilir dari mushola yang satu

ke mushola yang lain. Untuk pengordinasiannya berasal dari masyarakat dan

pengurus-pengurusnya. Kebetulan guru atau ust yang mengajarkan pengajian pun

masih berdomisili di Lengkong Wetan, sehingga memudahkan masyarakat

menerima wejangan dan pengajaran guru tersebut. Disamping menghemat biaya

transportasi dan bayaran ust, memungkinkan juga masyarakat lebih mudah

menerima pengajaran yang diberikan karena sudah mengenal ust atau guru

tersebut.

T: Apakah kegiatan keagamaan yang diusung tersebut mengalami

perkembangan,?

J: Perkembangan di Lengkong Wetan dalam hal keagamaan sudah mulai terlihat

dari kegiatan-kegiatan keagamaan yang sudah mulai dilestarikan oleh mayoritas

masyarakatnya. Terbukti bahwa di Lengkong Wetan terdapat beberapa pengajian-

pengajian yang melibatkan masyarakat di dalamnya. Dan dari pengajian tersebut

bertujuan untuk mengenalkan ajaran agama Islam secara menyeluruh dan lebih

merata. Dalam pengajian tersebut juga bukan hanya melibatkan bapak-bapak atau

ibu-ibu saja melainkan semua golongan, dari anak-anak usia dini, sampai

remajanya pun di ikut sertakan, bahkan waktu pelaksanaannya pun sudah

dirangkai sedemikian rupa agar seluruh golongan masyarakat bisa mengenal dan

memahami agama secara merata melalui pelajaran dan pengajian di majelis ilmu.

T: Menurut bapak, apa tugas seorang amil, dan apa bagaimana pendapat bapak

mengenai amil,?

J: Alim ulama atau biasa dipanggil amil oleh mayoritas masyarakat Lengkong

Wetan, merupakan seorang yang mengerti akan agama Islam, dari segi pengajaran

Page 83: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

73

agama Islam sampai penerapan tradisi perayaan hari besarnya seperti Isra wal

Miraj, Maulid Nabi, Nisfu Sya‟ban, dan lain lain. Maka tak heran jika di

Lengkong Wetan yang notabenenya memiliki beberapa RW ada beberapa amil

yang dijadikan panutan oleh warganya. Tanggung jawab amil sendiri sangatlah

berkaitan dengan keseluruhan kegiatan keagamaan yang bersifat tradisi atau

kebiasaan seperti pengajian, lalu tahlil, dan hajatan. Selain itu amil juga memiliki

tanggung jawab dalam membimbing masyarakat di lingkungannya, dari segi

kerukunan dalam beragama, ketaatan dalam ibadah, penanaman ahlakul karimah

dan penerapan pengajian rutinan bagi semua kalangan, dimulai dari ibu-ibu,

bapak-bapak, sampai anak-anak usia muda dan kecil, yang berguna untuk

menambah wawasan keilmuan agama masyarakat.

T: Bagaimana tanggapan bapak mengenai budaya Betawi,?

J: Munculnya seni budaya dan wadah budaya tersebut seperti rumah seni,

merupakan wujud nyata para pelaku budaya yang mencoba melestarikan budaya

Betawi di Lengkong Wetan. Dan kegiatan-kegiatan di dalamnya pun tidak keluar

dari koridor agama Islam yang ada.

T: Adakah kegiatan yang dilakukan masyarakat yang berkaitan dengan budaya

Betawi di Lengkong Wetan,?

J: Seputar kegiatan masyarakat yang bersinggungan dengan adat Betawi, biasanya

dilangsungkan juga secara meriah oleh masyarakat Lengkong Wetan, seperti

hajatan, nikahan, festival Betawi, dan lain lain. Antusias masyarakatnya pun tidak

kalah dengan saat perayaan hari besar Islam berlangsung, semua warga ikut terjun

dan mencoba mengabadikan kegiatan-kegiatan tersebut dengan dokumentasi dan

foto-foto. Selain bertujuan memperkenalkan budaya Betawi kepada masyarakat

sekitar, tujuan dari perayaan ini pun agar bisa melestarikan budaya Betawi itu

sendiri di Lengkong Wetan

T: Lalu bagaimana keseharian masyarakat Lengkong Wetan menurut bapak,?

J: keseharian masyarakat Lengkong Wetan pun sama saja sesuai dengan

profesinya masing-masing, kegiatan mereka setiap pagi bekerja dan sepulangnya

berkumpul bersama keluarga di rumah. Namun ada kegiatan lain yang mengikat

masyarakat yang satu dengan yang lain bisa agar bisa saling berkomunikasi, yaitu

dengan pengajian dan bergotong-royong dalam pembangunan sarana dan prasana

Page 84: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

74

masyarakat di Lengkong Wetan. Selain itu antusias masyarakat terhadap sesuatu

yang berbau positif pun sangat bagus, hal ini dibuktikan saat adanya perayaaan

hari-hari besar, seperti Maulid Nabi Muhammad saw, tahun baru Islam, Festival

Betawi, dan lain lain. Masyarakat berdatangan dan ikut serta memeriahkan

kegiatan tersebut, bahkan tempat yang disediakan oleh panitia terkadang sampai

penuh oleh masyarakat yang berdatangan. Pelaksanaan perayaan hari-hari besar

itu pun disesuaikan dengan adat keagamaan masyarakat setempat.

T: Secara garis besar, bisakah bapak jelaskan kemunculan budaya betawi di

Lengkong Wetan,?

J: kemunculan budaya Betawi di Lengkong Wetan bukan seperti pandangan

masyarakat pada umumnya, yang mengatakan bahwa budaya Betawi muncul

karena campuran budaya masyarakat pendatang yang menjadi satu. Beliau

mengungkapkan kemunculan budaya Betawi di Lengkong Wetan berdasarkan

turun temurun dari leluhur-leluhur Betawi dulu, dan asal muasal budaya Betawi

itu sendiri di Lengkong Wetan yaitu berasal dari masyarakat Betawi yang tinggal

di daerah lain, yang mencoba mencari lingkungan baru, kemudian datang ke

daerah di Lengkong Wetan dan menetap disana. Jadi pada intinya kemunculan

budaya Betawi di Lengkong Wetan bukan berasal dari keragaman budaya

masyarakat rantau, tapi berasal dari masyarakat Betawi rantau yang singgah di

Lengkong dan kemudian menetap disana dan beranak pinak hingga sekarang ini.

T: Bisakah bapak berikan contoh salah satu tradisi Betawi di Lengkong wetan.?

J: Tradisi palang pintu dalam pernikahan Betawi, merupakan tradisi yang biasa

dilakukan oleh masyarakat Betawi saat menerima tamu sebelum prosesi akad

dalam pernikahan dimulai. Biasanya tamu yang datang adalah mempelai pria yang

mendatangi mempelai wanita, dan palang pintu disini merupakan simbol pembuka

antara dua belah pihak, dari mempelai wanita atau mempelai pria. Untuk

prosesinya saat pihak mempelai pria datang dengan diiringi oleh musik marawis,

pihak mempelai wanita menyambutnya dengan palang pintu. Dalam palang pintu

tersebut pun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pihak mempelai pria

sebagai simbol bahwa pihak mempelai pria pantas untuk meminang pihak

mempelai wanita. Syarat-syaratnya yaitu adu pantun, silat, dan mengaji, ketiga

syarat ini merupakan simbol bahwa orang Betawi bukan hanya bisa berpantun,

Page 85: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

75

tapi harus bisa main pukul dan mengaji. Saat beradu biasanya pihak tuan rumah

atau mempelai wanita akan mengalah, karena tradisi ini merupakan tes sebelum

akad pernikahan dimulai atau biasa dikenal dengan penyambutan tamu pihak

mempelai. Setelah itu biasanya pihak tamu dipersilahkan masuk oleh pihak tuan

rumah, saat pihak tamu masuk biasanya di barengi oleh penyerahan barang

bawaan yang akan di berikan kepada pihak tuan rumah. Jika di Lengkong wetan

seserahan yang sering dibawa yaitu berupa bahan-bahan pokok, baik mateng

ataupun mentah, artinya bahan mentah seperti sayuran, ikan, telur, dan lain

sebagainya, dan ada juga bahan yang mateng seperti kue-kue tradisional, jika di

Lengkong Wetan yang menjadi ciri khas kue bawaannya yaitu ada dodol, uli,

cucur, dan sebagainya, lalu ada juga seserahan yang biasa disebut penyalin seperti

pakaian untuk pihak tuan rumah baik mempelai ataupun keluarganya, lalu ada

juga seserahan yang berbentuk perhiasan dan uang, dan ada juga yang

memberikan alat-alat perabotan rumah tangga. Pada dasarnya tradisi palang pintu

dalam pernikahan Betawi merupakan tradisi Betawi yang ada unsur-unsur

keagamaanya, karena dalam prosesinya terdapat kegiatan yang bersangkutan

dengan agama seperti mengaji, pembacaan ayat-ayat suci al quran dan bacaan

solawat nabi yang diiringi dengan musik marawis.

T: Adakah nilai nilai Islam pada budaya Betawi di Lengkong Wetan,?

J: Nilai-nilai Islam pada budaya Betawi di Lengkong Wetan terwujud pada tradisi

masyarakat, seperti tradisi palang pintu, silat dan tradisi masyarakat Betawi

lainnya. Tradisi tersebut sudah ada sejak dahulu dan masyarakat sekarang hanya

tinggal melestarikannya saja. Budaya Betawi di Lengkong Wetan sama sekali

tidak berseberangan dengan ajaran agama Islam, justru yang dilakukan tokoh-

tokoh Islam di Lengkong Wetan dalam mengajarkan agama Islam ke

masyarakatnya mengadaptsikan dengan kebudayaan dan kesenian Betawi di

lingkungan tersebut. Memang dari dasarnya budaya Betawi sudah tidak

berseberangan dengan agama Islam, jadi tidak menyulitkan tokoh-tokoh Islam

untuk menanamkan ajaran agama Islam dan menggabungkannya dengan budaya

masyarakat setempat.

Page 86: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

76

Wawancara Kedua

Nama : Ibrahim bin mulud (Bang Baim), selaku pengajar dan

pengurus rumah seni budaya (pelaku seni budaya Betawi) di

Lengkong Wetan.

Tanggal Wawancara : 23 september 2017.

Tempat : Kediaman Bang Baim di Lengkong Wetan.

Berikut adalah lampiran hasil wawancara peneliti dengan narasumber secara

langsung.

T: bagaimana proses agama Islam itu mulai dikenalkan pada masyarakat

Lengkong Wetan,?

J: Pendekatan secara sosial mulai diterapkan oleh alim ulama untuk menarik dan

mau mengenal agama Islam dengan cara mengajak masyarakat muslim di

Lengkong Wetan untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dengan

tanpa paksaan, seperti pengajian, perayaan hari besar Islam, dzikir dan tahlil, dan

lain-lain. Yang dari kegiatan tersebut memiliki daya tarik bagi masyarakat untuk

mau dan mengenal agama Islam. Setelah sudah ada keinginan, maka masyarakat

akan mulai belajar agama Islam lebih dalam dan memahami pengetahuan

keagamaan secara lebih spesifik.

T: Menurut abang, apakah penting adanya wadah bagi masyarakat untuk menimba

ilmu agama atau ilmu budaya,?

J: Kesadaran masyarakat akan pentingnya ilmu agama bagi kehidupan mereka.

Hal ini dibuktikan dengan adanya tempat-tempat ibadah di lengkong wetan seperti

mushola, masjid, dan rumah seni dan ibadah, yang mana beberapa tempat tersebut

memiliki tujuan yang sama yaitu mengajarkan generasi muda untuk mengenal

ilmu agama Islam, dan menyadarkan pada orang tua pentingnya menyuruh

anaknya untuk menimba ilmu agama yang nantinya akan menjadi bekal, serta

dengan ilmu tersebut akan bermanfaat nantinya di kemudian hari.

T: Lalu bagaimana caranya,?

J: Kebiasaan mengaji sejak kecil sudah mulai diterapkan oleh para orang tua

kepada anaknya, hal ini dibuktikan dari banyaknya anak-anak seusia dini, anak-

Page 87: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

77

anak kecil, bahkan remaja yang ikut serta memenuhi tempat-tempat pengajian di

Lengkong Wetan. Hal ini nantinya bisa melahirkan generasi-generasi baru yang

memahami agama Islam, yang nantinya bisa menjadi pemimpin-pemimpin bangsa

kedepannya.

T: Bagaimana kondisi sosial budaya masyarakat di Lengkong Wetan,?

J: Kondisi masyarakat Lengkong Wetan, jika dilihat dari sistem sosial

kebudayaan, dalam kurun waktu akhir-akhir ini menurun, dikarenakan generasi

muda mulai terpengaruh dengan perkembangan zaman yang mulai berkiblat ke

luar negeri. Namun semua pelaku budaya dan seniman di lengkong wetan tidak

bosan-bosan mencoba dan berusaha untuk melestarikan budaya Betawi agar tidak

hilang digerus zaman dengan berbagai cara. Semua itu merupakan perjuangan

yang berat, bukan hanya di Lengkong Wetan saja, bahkan di beberapa tempat pun

agak sedikit kesulitan melestarikan budayanya saat modernisasi sudah mulai hadir

di tengah-tengah masyarakat.

T: Apa yang abang ketahui mengenai pelaku seni,?

J: Pelaku seni merupakan seorang yang memiliki kontribusi besar terhadap

kebudayaan Betawi. Terbilang penting karena perannya dalam membudidayakan

dan melestarikan kebudayaan leluhur, pelaku seni memiliki tanggung jawab

melestarikan atas tradisi masyarakat Betawi dari festival budaya Betawi,

kesenian-kesenian Betawi, tradisi adat Betawi, sampai kebiasaan baik masyarakat

Betawi. Semua tanggung jawab itu bukan karena paksaan, melainkan dari

kesadaran para pelaku seni sendiri yang mengharapkan kebudayaan asli mereka

selalu ada dan dikenal, oleh sebab itu mereka mencoba melestarikan kebudayaan

tersebut agar tidak hilang dengan bergantinya era. Selain memperkenalkan budaya

Betawi kepada masyarakat luas melalui festival-festival dan lomba-lomba yang

bernuansa Betawi, para pelaku seni di Lengkong Wetan juga menggunakan

tempat untuk mengenalkan budaya tersebut dengan membangun rumah seni

(sanggar).

T: Bagaimana abang selaku pelaku seni budaya Betawi melestarikan budaya

Betawi,?

J: Munculnya rumah seni budaya adalah wujud nyata para pelaku budaya

mencoba melestarikan budaya Betawi di Lengkong Wetan. Di rumah seni budaya

Page 88: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

78

ini, kebudayaan Betawi yang diajarkan tujuannya adalah mengajak generasi muda

dalam mengenal seni dan agama Islam. Kegiatan di dalamnya juga terdiri dari

kesenian-kesenian yang sudah ada di masyarakat muslim Betawi, seperti silat,

hadroh, lenong, marawis, dan kesenian-kesenian lain yang diminati oleh

masyarakat Lengkong Wetan. Penerapannya pun variatif, ada waktunya bercanda

dan ada waktunya serius agar masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan rumah

seni budaya ini tidak gampang bosen dengan kegiatan yang itu-itu saja. Meskipun

cara penerapannya demikian, kedisiplinan tetap menjadi nomer satu, karena

dimanapun tempatnya, jika sudah tidak disiplin maka akan membuat rugi diri

sendiri ataupun orang lain nantinya.

T: Adakah cara lain yang diterapkan untuk mengajak dan mengenalkan budaya

Betawi di masyarakat,?

J: Cara lain yang diterapkan pelaku budaya untuk mengenalkan budaya Betawi

dan melestarikannya adalah dengan mengadakan festival. Festival ini biasa

disebut dengan “Lebaran Betawi”. Di dalam festival tersebut biasanya dikenalkan

kepada masyarakat luas mengenai kebudayaan Betawi secara menyeluruh, dari

segi seni, pakaian adat, makanan khas, sofenir, dan lain lain. Tujuan

diselenggarakan kegiatan budaya ini yaitu agar terangkatnya kembali budaya

Betawi yang perlahan-lahan hilang digerus oleh perkembangan zaman yang

semakin modern. Disamping menyesuaikan dengan perkembangan zaman

kegiatan dalam festival ini juga diatur sedemikian rupa agar menarik minat

masyarakat untuk ikut serta dan turut serta dalam menyaksikannya.

T: Lalu bagaimana tanggapan dan perilaku masyarakat saat para pelaku seni mulai

mengajak dan memperkenalkan budaya Betawi di lingkungan mereka,?

J: Meskipun dengan banyaknya kegiatan yang sudah ada di Lengkong Wetan,

tetap saja perilaku keseharian masyarakat di lengkong wetan khususnya pada

remaja, mereka lebih suka berkumpul dan mengobrol ketimbang ikut serta dalam

kegiatan-kegiatan yang di selenggarakan oleh pelaku budaya dalam bentuk tradisi

kebudayaan Betawi, dan kegiatan-kegiatan lain. Namun tidak keseluruhannya

seperti itu ada juga sebagian yang suka bahkan aktif pada kegiatan di masyarakat

dan kesenian Betawi. Bahkan ada yang mencoba untuk ikut serta dalam kegiatan-

kegiatan berbau seni betawi tersebut. Dapat di definisikan disini, peran orang tua

Page 89: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

79

sangatlah penting, di samping untuk mengajak anaknya untuk lebih menyukai

kegiatan-kegiatan dan kesenian dimasyarakat, supaya generasi berikutnya bisa

melestarikan kegiatan-kegiatan positif yang sudah dibangun. Karena jika hanya

pelaku budaya, tokoh-tokoh kampong dan masyarakat saja yang berperan aktif

dalam mengajak untuk mencintai kebudayaan dan melestarikannya, sangatlah sulit

karena nantinya jatuhnya akan menjadi pemaksaan kepada generasi muda.

T: Mengenai budaya Betawi adakah kesenian musik disana,?

J: Ada, salah satu contohnya adalah kesenian musik tanjidor, Kesenian ini biasa

dimanfaatkan untuk masyarakat Lengkong Wetan untuk mencari dana untuk

pagelaran hari – hari besar seperti 17 agustusan atau festival Betawi. Selain

mengenalkan ke masyarakat luas saat berkeliling, musik tanjidor sendiri memiliki

daya tarik bagi masyarakat luas karena musiknya yang terbilang unik dan bersifat

klasik.

Page 90: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

80

Wawancara Ketiga

Nama : Rahmat Hidayat (bang Rahmat), selaku pengasuh rumah

seni budaya (pelaku seni budaya Betawi) di Lengkong

Wetan.

Tanggal Wawancara : 12 september 2017.

Tempat : Kediaman Bang Rahmat di Lengkong Wetan.

Berikut adalah lampiran hasil wawancara peneliti dengan narasumber secara

langsung.

T: Apa yang abang ketahui mengenai masuknya Islam di Lengkong Wetan,?

J: Teori mengenai masuknya agama Islam di Lengkong Wetan, yaitu bermula dari

beberapa tokoh agama Islam seperti wali songo yang menyiarkan agama Islam ke

satu wilayah lalu berlanjut menuju ke wilayah lainnya secara bertahap. Setelah itu,

ajaran yang diajarkan oleh alim ulama tersebut mulai dilestarikan oleh masyarakat

di wilayah tersebut dari satu generasi ke generasi berikutnya. Alhasil, maka

muncullah peradaban Islam yang terbangun secara merata di suatu wilayah. Jika

ditelusuri, Islam sudah ada dan ajarannya sudah berlangsung sejak dulu di

Lengkong Wetan, maka tidaklah heran jika penanaman aqidah dan ajaran-ajaran

Islam di Lengkong Wetan masih berlangsung secara merata sampai detik ini.

T: Adakah kendala yang dialami oleh para penyiar agama Islam pada masa itu,?

J: kendalanya ya dakwah dan penyiaran agama Islam yang dilakukan oleh alim

ulama di Lengkong Wetan tidak serta merta mendapatkan respon yang baik di

kalangan masyarakat, karena pada dasarnya masyarakat yang berdomisili di

Lengkong Wetan tidak keseluruhannya merupakan para penduduk pribumi,

melainkan pendatang yang merantau lalu menetap dan kebanyakan dari mereka

sudah memegang keyakinannya masing-masing yang dibawa dari daerah asal

mereka.

T: Lalu bagaimana dengan budaya Betawi,?

J: Pada awal pengenalannya, budaya Betawi justru lebih disambut baik oleh

orang-orang pendatang, dan orang pribumi sendiri justru sangat sedikit yang

tertarik. Alasan mereka (pendatang) sangat tertarik, karena mereka beranggapan

Page 91: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

81

bahwa budaya Betawi ini sangat unik dan tidak begitu rumit dalam

pembelajarannya, selain itu, dalam penerapan budayanya, budaya Betawi tidak

keluar dari koridor agama Islam justru dasar penanaman agama pada budaya ini

sangatlah kuat. Sebaliknya masyarakat pribumi justru beranggapan bahwa karena

mereka sudah bisa maka mereka tidak mau belajar.

T: Adakah kesenian yang sering dimainkan oleh masyarakat Lengkong wetan,?

J: Mengenai kesenian banyak macamnya salah satu contohnya adalah rebana dan

marawis. Di Lengkong Wetan kesenian Rebana bukan hanya digunakan saat

acara-acara besar Islam dan acara pernikahan saja, tapi kesenian tersebut juga

digunakan saat barjanji, dan hajatan-hajatan di masyarakat. Selain itu, kesenian

rebana di Lengkong Wetan bukan hanya sering digunakan saja, melainkan juga

dilestarikan dengan cara mengajarkan kepada anak-anak usia dini ataupun anak-

anak muda untuk belajar kesenian tersebut di rumah seni, tujuannya adalah agar

ada regenerasi ,yang melanjutkan dan melestarikan kesenian tersebut di kemudian

hari.

T: Untuk saat ini bagaimana abang sebagai pelaku seni memberikan pendidikan

dan pengajaran terhadap masyarakat Lengkong wetan,?

J: Dalam hal pendidikan kebudayaan di masyarakat Lengkong Wetan, penerapan

yang dilakukan adalah dengan memfasilitasi masyarakat yang ingin belajar

budaya betawi di rumah seni. Selain belajar budaya, di rumah seni juga mereka

diajarkan mengenai pengetahuan agama Islam, karena pada dasarnya kebudayaan

Betawi itu tidak terlepas dari ajaran agama Islam. Setelah mereka belajar dan

memahami budaya Betawi dan agama Islam barulah mereka diikut sertakan dalam

kegiatan-kegiatan adat di Lengkong Wetan, seperti hajatan dengan menampilkan

silat, hadroh, marawis, dan lenong, lalu di festival perlombaan Betawi mereka pun

di ikut sertakan membawa nama besar kampung mereka. Dari sinilah secara tidak

langsung para remaja tau anak-anak muda ini mengenalkan budaya Betawi kepada

masyarakat luas.

T: Berbicara mengenai tradisi masyarakat di Lengkong wetan, apa sajakah tradisi

yang abang ketahui dan masih berlangsung sampai sekarang,?

J: mengenai tradisi di kampong ini banyak macamnya, salah satunya adalah tradisi

silat. Tradisi silat Betawi sendiri terdiri menjadi berbagai macam nama, namun di

Page 92: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

82

Lengkong Wetan tradisi silatnya biasa disebut dengan silat Cingkrik. Tradisi ini

biasa dilaksanakan pada malam jumat dan malam minggu, dan dalam prosesi

adatnya ada adab yang harus dilakukan yaitu dengan mengawali kegiatan dengan

membaca surat yasin dan membaca tahlil. Setelah itu membacakan surat al fatihah

yang tujuannya untuk mengirimkan bacaan tersebut kepada para tokoh-tokoh

Betawi yang menciptakan gerakan-gerakan silat Cingkrik. Setelahnya disambung

dengan pemanasan, karena pada dasarnya kesenian silat merupakan kesenian

Betawi yang prosesinya terfokus pada gerakan, maka pemanasan adalah salah satu

metode yang tepat agar urat-urat dan persendian dalam tubuh tidak merasa kaget

atau terjadi kesalahan saat melakukan gerakannya. setelah pemanasan, lalu

dilanjutkan dengan latihan silat itu sendiri, dalam prosesi pembelajarannya

biasanya dipandu oleh para pelaku silat yang lebih senior. Setelah semua gerakan

silat terselesaikan maka latihannya akan di tutup dengan doa dan salam-salaman.

T: Adakah tradisi lain selain tradisi silat,?

J: ada, seperti Tradisi kesenian marawis. di Lengkong Wetan tradisi ini tak begitu

berbeda dengan kesenian-kesenian musik Betawi pada umumnya. Pada dasarnya

kesenian marawis di Lengkong Wetan ini hanya ingin mengubah kebiasaan

masyarakat yang lebih sering mengadakan layar tancep dan dangdutan pada hari-

hari penting mereka dari pada mengadakan pementasan budaya Betawi, kebiasaan

tersebut pun ingin diubah oleh para pelaku seni Betawi, oleh sebab itulah

dimunculkan kesenian marawis yang diusung oleh rumah seni Betawi di

Lengkong Wetan untuk menanamkan budaya Betawi dan agama Islam pada

masyarakat. Prosesi pelaksanaannya yaitu diawali dengan salam, dan dilanjutkan

dengan menyanyikan sholat kepada kanjeng nabi Muhammad SAW dengan

diiringi dengan tabuhan musik marawis, dan ditutup dengan salam dan ucapan

terima kasih. Untuk pelaksanaannya yaitu di hari-hari penting seperti acara

nikahan, sunatan, maulidan, tahun baru Islam dan acara-acara lainnya.

T: Saya sering mendengar istilah Lenong, apa yang abang ketahui mengenai

Lenong Betawi,?

J: Tradisi kesenian Lenong di Lengkong Wetan, merupakan tradisi yang sering

dilaksanakan pada hari-hari penting seperti pada acara festival Betawi, dan acara-

acara lain yang sering dilakukan oleh masyarakat seperti nikahan, sunatan, dan

Page 93: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

83

lain lainnya. Tradisi kesenian lenong sendiri dalam pelaksanaannya yaitu diawali

dengan pembuatan skenario cerita yang dibuat oleh para pelaku seni dan alur

ceritanya diadaptasi dari kisah tokoh-tokoh Betawi yang membela agama dan

budaya dari para penjajah. Lalu sebelum pementasan para pelaku lenong berdoa

terlebih dahulu untuk kelancaran pementasan yang akan ditampilkan. Dalam

pementasannya, para peserta memerankan dan menggambarkan salah satu tokoh

Betawi yang beragama Islam yang berjuang melawan penjajah. Lalu, sebelum

pementasan diakhiri, di ujung cerita biasanya ditanamkan beberapa pesan-pesan

moral bagi masyarakat, yang tujuannya adalah mengingatkan masyarakat

mengenai agama Islam dan pentingnya melestarikan budaya leluhur yang telah

susah payah di perjuangkan oleh para tokoh-tokoh Betawi zaman dulu. Dan di

akhir pementasan ditutup dengan salam dan doa.

Page 94: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

84

Wawancara Keempat

Nama : Reni, selaku sesepuh di masyarakat yang menjabat sebagai

Ketua posyandu di Lengkong Wetan.

Tanggal Wawancara : 15 oktober 2017.

Tempat : Kediaman enyak Reni di Lengkong Wetan.

Berikut adalah lampiran hasil wawancara peneliti dengan narasumber secara

langsung.

T: Apa yang enyak ketahui mengenai agama Islam,?

J: Pada awalnya, agama Islam yang dikenalkan oleh para alim ulama terdahulu

tidak serta merta langsung menerapkan pada inti agama Islam yang berupa

syariat-syariat agama. Karena dulu keyakinan masyarakat masih bersifat

Animisme dan Dinamisme. Maka awalnya, pengenalan agama Islam yaitu melalui

ketauhidan terlebih dahulu, keyakinan yang ditanamkan kepada masyarakat lebih

tertuju pada keesaan tuhan semesta alam yaitu Allah SWT sebagai tuhan yang

menciptakan mereka, lalu saat masyarakat sudah memantapkan hati kepada Allah

SWT dengan keyakinan dan kepercayaan yang sempurna, maka, setelahnya baru

ditanamkan oleh alim ulama akan ajaran-ajaran agama Islam yang berupa syariat -

syariat agama.

T: Asal muasal agama Islam di Lengkong Wetan itu dari mana ya enyak?

J: Asal muasalah agama Islam di Lengkong Wetan yaitu berawal dari seorang

guru ngaji yang bernama H. M. Sirin Bin Encin di Lengkong Kiai. Beliau

mengajarkan ngaji kepada masyarakat. Tempatnya pun cukup jauh, dan dimasa itu

dikarenakan masyarakatnya yang memiliki tekad dan niatan kuat untuk mengenal

agama Islam, maka sejauh apapun tempat pengajiannya masyarakat pun tetap

berbondong bondong datang kesana. Ditambah lagi jarak yang jauh yang harus

ditempuh tanpa kendaraan transportasi, jadi masyarakat Lengkong yang ingin

belajar mengaji lebih sering berjalan kaki, maka tak heran jika keyakinan dan

keimanan masyakat pada masa itu sangat matang karena kesungguhan dalam

belajar ilmu agama.

T: Bagaimana kondisi agama Islam di Lengkong Wetan,?

Page 95: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

85

J: Agama Islam di Lengkong Wetan untuk sekarang kondisinya mengalami

peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari perubahannya, terlihat dari saran dan

prasarananya. Jika dulu, untuk belajar ngaji saja harus pergi jauh meninggalkan

kampung untuk menemui gurunya, karena di Lengkong Wetan sendiri belum ada

tempat untuk ngaji. Namun berbeda dengan sekarang yang sudah ada sarana dan

prasarannya, tinggal kemauan masyarakatnya saja untuk ikut serta atau tidak.

Sebenarnya ajakan sering diutarakan oleh tokoh-tokoh masyarakat kepada

mayoritas masyrakat untuk ikut serta dalam hal-hal yang berkaitan dengan

keagamaan. Tapi ada sebagian yang mau dan ada juga sebagian yang tidak karena

beberapa hal, contohnya ada yang memiliki kesibukan lain seperti bekerja,

mengurus sesuatu, dan lain-lain. Sehingga tak jarang diantara mereka yang tidak

bisa ikut, tetapi berbeda saat masyarakat tidak ada kegiatan lain, masyarakat akan

ikut serta untuk mengaji atau belajar agama Islam. Untuk sekarang agama Islam

lebih berkembang, karena perbandingannya sangat mencolok dengan zaman dulu.

Jika dulu, tempat yang dipergunakan untuk pengajian masih belum ada lampu,

dan letaknya pun jauh. Dilain sisi belum ada majelis-majelis pengajian yang

menampung, sekalipun ada letaknya sangat jauh.

T: Lalu mengenai budaya Betawi, apakah enyak mengetahui asal muasal budaya

Betawi di Lengkong wetan,?

J: Asal muasal budaya betawi sendiri bermula dari para jawara-jawara yang

datang yang dari Batavia menuju wilayah tangerang. Setelah itu, para jawara

betawi tersebut memperkenalkanbudaya betawi kepada para penduduk lokal, dan

para pendatang yang menghuni daerah tersebut. Karena terlihat unik budaya

betawi tersebut, sehingga menimbulkan ketertarikan masyarakat untuk mengenal

dan belajar budaya baru tersebut. Dari sinilah budaya tersebut mulai berkembang

dan dilestarikan sampai sekarang ini.

T: Adakah perkembangan sampai sekarang ini,?

J: Ada, budaya Betawi waktu itu masih terbilang pasif, berbeda dengan sekarang

yang mulai berkembang. Generasi-generasi mudalah yang sekarang mulai

membuat sarana dan prasarana untuk membangun kembali budaya Betawi di

Lengkong Wetan. Seperti rumah seni dan sanggar. Tempat tersebut bertujuan

untuk mengajak anak-anak usia muda dan usia dini untuk mengenal budaya nenek

Page 96: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

86

moyang mereka dalam hal kesenian, pertunjukan, makanan dan pakaian yang

berkaitan dengan Betawi.

Page 97: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

87

Wawancara Kelima.

Nama : Abdul Qodir, selaku ketua IRMAS (Ikatan Remaja Masjid)

di Lengkong Wetan.

Tanggal Wawancara : 13 november 2017.

Tempat : Kediaman Abdul Qodir di Lengkong Wetan.

Berikut adalah lampiran hasil wawancara peneliti dengan narasumber secara

langsung.

T: Mengenai agama Islam, apa yang abang ketahui,?

J: Agama Islam pada awalnya dimulai dari para pendakwah yang berdakwah di

berbagai tempat di Indonesia dan berujung di daerah Lengkong Wetan. Karena

metode dan ajaran-ajarannya yang bersifat toleransi, maka tak heran jika

masyarakat mudah dalam menerimanya. Dengan berjalannya waktu, penyebaran

agama Islam mulai merata di lingkungan masyarakat Lengkong, hal ini didasari

oleh dukungan tokoh-tokoh masyarakat yang mendukung terwujudnya kegiatan-

kegiatan yang sifatnya keagamaan.

T: Abang kan selaku ketua IRMAS, bagaimana keadaan social keagamaan di

Lengkong Wetan,?

J: Setelah melalui proses yang sangat panjang dan memakan waktu yang tidak

sebentar, dengan berjalannya waktu keagamaan yang sudah dikenalkan lambat

laun mulai berkembang dan ditingkatkan oleh mayoritas masyarakat di Lengkong

Wetan. Ini terbukti dari munculnya kegiatan-kegiatan keagamaan seperti

pengajian-pengajian rutinan di ruang lingkup masyarakat Lengkong Wetan. Selain

itu, antusias masyarakat menyambut hal ini juga sangat bagus, hal ini dapat dilihat

dari ramainya masyarakat yang menghadiri pengajian dan meriahnya perayaan

hari hari besar Islam.

T: Sebagaimana kita ketahui bahwasannya di Lengkong wetan bukan hanya warga

pribumi yang tinggal, melainkan ada para pendatang yang menetap, apakah

terdapat kendala saat ada perbedaan budaya dalam satu daerah,?

J: Banyaknya pendatang yang datang ke beberapa wilayah yang di dominasi oleh

masyarakat Betawi terkadang membuat masyarakat Betawi itu sendiri merasa

Page 98: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

88

adanya perbedaan budaya masyarakat pribumi dengan pendatang. Menyikapi

perbedaan budaya tersebut khususnya di Lengkong Wetan masih terbilang wajar,

karena meskipun mayoritas masyarakatnya adalah Betawi, tapi masih ada

masyarakat pendatang yang tinggal di Lengkong Wetan, jadi perlu ditanamkan

kepada masyarakat untuk toleransi antar suku budaya. Karena jika sudah tertanam

sikap toleransi perbedayaan budaya di suata daerah akan menjadi pembelajaran

baru untuk saling mengenal satu sama lain, contoh masyarakat Betawi pribumi

dengan pendatang dari Jawa, Sunda, dan lain lain. Saat mereka berkomunikasi dan

bertoleran maka satu sama lain akan menemukan hal baru dari segi pertukaran

budaya karena mereka akan saling mengenal budaya satu sama lain.

T: Lalu apa yang abang ketahui mengenai budaya Betawi, khususnya di Lengkong

Wetan,?

J: di Lengkong Wetan tergolong kepada budaya Betawi pinggiran. Penerapan

budayanya pun mengikuti budaya terdahulunya. Meskipun pada dasarnya budaya

Betawi itu bersifat sama antara satu dengan yang lain, namun yang membedakan

budaya Betawi yang satu dengan yang lain terlihat dari bahasa, dialog, sampai ke

tradisi keseniannya. Jika diamati dengan seksama maka akan terlihat perbedaan

dari setiap wilayah meskipun dari berbagai wilayah tersebut memiliki budaya

yang sama yaitu Betawi.

T: Berikan sedikit gambaran mengenai kesenian Betawi yang sering berlangsung

di Lengkong Wetan,?

J: Salah satu contohnya adalah kesenian Lenogn. Lenong biasa dipertunjukan

disaat pagelaran hajatan-hajatan di Lengkong Wetan, Karena pada dasarnya

masyarakat Lengkong Wetan sendiri lebih memilih menonton pertunjukan ini

karena mencerminkan masyarakat Betawi yang mencintai karya seninya sendiri.

Selain sifatnya yang menghibur, kebanyakan pertunjukan yang dibawakan oleh

para pemain lenong biasanya temanya berbeda-beda, hal inilah yang menjadi daya

tarik masyarakat untuk selalu ingin menonton pertunjukannya. Lenong biasanya

dilombakan dalam pagelaran festival Betawi, karena kebiasaan para pemain

lenong di Lengkong Wetan yang sering tampil di hajatan-hajatn masyarakat, maka

tidak jarang jika setelah festival pemain lenong dari Lengkong Wetan sering

mendapatkan juara dalam pagelaran seni budaya tersebut.

Page 99: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

89

Wawancara Keenam.

Nama : Junaedi, selaku sesepuh masyarakat di Lengkong Wetan.

Tanggal Wawancara : 12 november 2017.

Tempat : Kediaman Bang Juned di Lengkong Wetan.

Berikut adalah lampiran hasil wawancara peneliti dengan narasumber secara

langsung.

T: Apa yang abang ketahui mengenai agama Islam di Lengkong Wetan,?

J: Ajaran agama Islam sudah dimulai sejak usia dini di Lengkong Wetan yaitu

melalui kegiatan-kegiatan di masyarakat. Kegiatan tersebut menyangkup pada

pengajian-pengajian rutinan yang diselenggarakan oleh tokoh agama di Lengkong

Wetan, selain pengajian perayaan hari besar Islam juga menarik masyarakat untuk

mengenal serta melestarikan hari-hari penting dalam Islam melalui sebuah

perayaan. Dengan adanya kegiatan tersebut secara tidak langsung tokoh

masyarakat sudah mengenalkan dan mengajarkan agama Islam kepada

masyarakat. Karena dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut, akan memiliki

daya tarik tersendiri bagi masyarakat luas untuk mau mengenal agama Islam lebih

dalam lagi.

T: Kegiatan tersebut apakah hanya untuk anak-anak saja,?

J: Kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya tertuju kepada anak-anak dalam proses

belajarnya, melainkan tertuju pula kepada para remaja, dan orang tua yang merasa

ilmu agamanya masih kurang dan perlu untuk mengetahui ilmu agama lagi.

T: Adakah seorang pemimpin di Lengkong Wetan,? Jika ada siapakah mereka,?

J: di Lengkong Wetan ada pemimpinnya, yaitu orang-orang yang menjadi panutan

masyarakat. pertama seorang amil atau orang yang mengerti agama dan kedua

seorang pelaku seni atau orang yang memahami adat istiadat di daerah ini

(Betawi).

T: Bagaimana masyarakat menanggapi adanya dua pemimpin dalam satu wilayah

seperti di Lengkong Wetan,?

J: menghadapi perbedaan yang demikian, masyarakat lebih mengambil jalan

tengah yaitu dengan menempatkan tugas atau tanggung jawab masing-masing

pemimpin pada rutenya sendiri-sendiri. Karena pada dasarnya masyarakat

Page 100: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

90

Lengkong Wetan lebih menanamkan sikap toleransi dan saling menghargai dan

menghormati antara satu sama lain, sehingga jika ada problema yang melanda

masyarakat perihal perbedaan dari segi agama dan budaya, mereka lebih

mengambil jalur diskusi dalam memecahkan masalah tersebut.

T: Menurut engkong awal muasal kedatangan budaya Betawi itu dari mana,?

J: Awal mulanya budaya Betawi di Lengkong Wetan adanya karena tutun

temurun, karena pada awalnya orang tuanya merupakan pemain dalam kesenian

Betawi, maka diturunkanlah kebiasaan tersebut kepada anak-anaknya. Selain

pengenalan secara langsung orang tua yang mengerti budaya Betawi, biasanya

memerintahkan anaknya untuk belajar di sanggar-sanggar seni budaya, tujuannnya

adalah agar ada generasi penerus yang meneruskan dan melestarikan kebudayaan

Betawi di masa mendatang.

T: Dalam budaya Betawi Sendiri adakah nilai-nilai agama Islamnya,?

J: ada, karena memang kemunculan budaya Betawi yaitu berasal dari tokoh agama

yang cinta dengan budaya, kecintaan mereka tersebut diwujudkan dengan

membuat suatu sanggar kesenian Betawi. Tokoh atau pendiri sanggar tersebut

merupakan orang Islam, dan dari sanggar tersebut dikenalkanlah kesenian Betawi

kepada masyarakat, karena tokohnya adalah orang Islam, maka secara otomatis

ajaran yang diajarkan ke masyarakat mengenai kebudayaan dan kesenian Betawi

kepada masyakat pun akan berlandaskan atas ajaran Islam yang di anut oleh tokoh

tersebut

T: Dalam budaya Betawi ada kesenian yang di sebut Lenong, Apa yang engkong

ketahui mengenai kesenian Lenong Betawi,?

J: Lenong biasa dipertunjukan disaat pagelaran hajatan-hajatan di Lengkong

Wetan. kebanyakan pertunjukan yang dibawakan oleh para pemain lenong

biasanya temanya berbeda-beda, hal inilah yang menjadi daya tarik masyarakat

untuk selalu ingin menonton pertunjukannya.

T: Lalu mengenai perayaan dan tradisi Betawi, dari kesenian sampai prosesi adat

adakah yang bertentangan dengan agama Islam,?

J: Dari sekian banyak perayaan-perayaan kebudayaan Betawi di Lengkong Wetan,

tak ada satupun kegiatan yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Karena

pada dasarnya budaya Betawi yang ada di Lengkong Wetan kemunculannya

Page 101: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

91

adalah setelah agama Islam, maka secara tidak langsung tradisi-tradisi Betawi

yang dilaksanakan di masyarakat semuanya masih berlandaskan dengan ajaran

agama Islam.

T: Tolong sebutkan contoh tradisinya,?

J: Tradisi tersebut seperti tradisi nikahan yang di dalamnya terdapat palang

pintunya, pelaksanaannya pun mengadopsi ajaran agama Islam dengan

menyuarakan solawatan kepada kanjeng nabi Muhammad SAW yang diselipkan

pada prosesinya. Tradisi lain seperti kesenian silat, dalam pelaksanaannya setiap

masyarakat yang belajar silat, pertama tama ditanamkan ilmu mengaji terlebih

dahulu, setelahnya baru belajar silat, waktu pelaksanaannya pun dimalam hari

setelah ibadah sholat dilaksanakan. Tradisi lainnya yaitu tradisi lenong, dalam

pelaksanaanya para pelaku lenong menanamkan ajaran-ajaran Islam dan dongeng-

dongeng agama Islam di dalam alur ceritanya.

Page 102: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

92

Wawancara Ketujuh.

Nama : Wasri Susanto, selaku ketua RW di Lengkong Wetan.

Tanggal Wawancara : 12 november 2017.

Tempat : Kediaman Wasri Susanto di Lengkong Wetan.

Berikut adalah lampiran hasil wawancara peneliti dengan narasumber secara

langsung.

T: Bagaimana keadaan agama Islam di Lengkong Wetan,? Dan tolong jelaskan

asal muasal kemunculannya,?

J: Agama Islam di Lengkong Wetan pada awalnya merupakan agama para

pendatang. Karena sifatnya yang toleransi maka masyarakat di Lengkong Wetan

mudah dalam menerimanya. Karena pada mulanya masyarakat yang tinggal di

Lengkong Wetan merupakan orang-orang yang beragama Hindu dan Budha, dan

kebanyakan dari masyarakatnya adalah anak buah orang-orang Cina. Orang

pribumi sendiri lebih dikendalikan oleh para pendatang yang awalnya hanya

singgah dan kemudian menetap (orang-orang Cina).

T: Lalu bagaimana agama baru tersebut (Islam) diterima oleh masyarakat di

Lengkong Wetan,?

J: Ketertarikan masyarakat pribumi sendiri terhadap agama Islam karena sifatnya

yang lebih mengajarkan manusia untuk saling menghargai, dan menghormati

bukan sebaliknya menindas dan memperbudak. Setelah itu, Islam mulai

mendominasi keyakinan mayoritas masyarakat pribumi. Sejak masuknya agama

Islam terwujudlah sikap saling menghormati dan menghargai terhadap orang lain.

T: Mengenai budaya Betawi, apa yang bapak ketahui mengenai asal usul budaya

tersebut,?

J: Asal usul kemunculan budaya Betawi di Lengkong Wetan, beliau menuturkan

bahwasannya budaya Betawi sendiri sudah mengakar secara turun temurun sejak

dulu. budaya Betawi terus diperbarui dengan berkembangnya zaman, agar tidak

terkesan kuno dan membosankan. Dilain sisi, pelestarian selalu dimunculkan di

setiap generasinya, agar identitas masyarakat Betawi di Lengkong Wetan ini tidak

hilang. Caranya dengan mengadakan festival atau acara-acara yang berkaitan

dengan budaya Betawi. Acara tersebut bertujuan untuk memikat dan menarik

Page 103: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

93

minat masyarakat untuk mau dan mengenal budaya Betawi. Sampai sekarang pun

festival dan acara-acara yang bernuansa Betawi masih sering dilaksanakan.

T: Adakah tradisi yang dilestarikan oleh masyarakat lengkong wetan,?

J: Ada, di Lengkong Wetan terdapat beberapa tradisi yang dilestarikan oleh

masyarakatnya. Tradisi tersebut bukan hanya menyangkut perihal budaya saja,

melainkan ada juga tradisi yang berkaitan dengan agama. Perubahan dan renofasi

pun selalu terlihat pada penerapan dan prosesi tradisi ini, karena pada hakekatnya

perubahan yang terjadi pada penerapan dan prosesi tradisi tersebut masih

bersangkutan dengan tokoh-tokoh masyarakat dan alim ulama pada setiap

dekadenya.

Page 104: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

94

Wawancara Kedelapan.

Nama : Sadardadi (engkong Dadi) salah tokoh masyarakat sekaligus

sesepuh di Lengkong Wetan.

Tanggal Wawancara : 12 november 2017.

Tempat : Kediaman engkong Dadi di Lengkong Wetan.

Berikut adalah lampiran hasil wawancara peneliti dengan narasumber secara

langsung.

T: Menurut engkong, Bagaimana awal mula kemunculan agama Islam di

Lengkong Wetan,?

J: Asal muasalnya adanya agama Islam di daerah Serpong ini, dimulai dari daerah

Lengkong Kiai, dulu namanya Lengkong Sumedang. Nama tokohnya adalah

pangerang R. A. Wangsakara , yaitu perang Fatahilah, dan pahlawannya bernama

Daan Mogot, orang Sulawesi, agamanya Kristen tapi kerabat kerabatnya Islam

semua seperti pamannya Prabowo, yaitu Sugianto, dan Letnan Suroto. Di

Lengkong Wetan ini struktur keagamaan masyarakatnya sangat tertinggal, bahkan

nyaris dilupakan. Tetapi saat Indonesia merdeka, di Lengkong Wetan mampu

mencetak generasi-generasi baru yang mau memajukan agama. Pada awalnya

perjuangan para pahlawan tak berharga dan dilupakan begitu saja, karena pada

dasarnya mayoritas masyarakat zaman itu tidak ada yang mengenyam pendidikan,

entah itu pendidikan yang bersifat formal ataupun pendidikan yang sifatnya

keagamaan.

T: Lalu siapa kong tokoh-tokohnya,?

J: Di Lengkong Wetan sendiri, pada awalnya Islam disebarkan oleh pak Sakim

salah seorang amil pasca kemerdekaan. Caranya yaitu dengan mengadakan Tablig

Akbar dan pengajian-pengajian rutinan, dan gurunya adalah Kiai Mustaqiem, dan

Kiai Syafii. Pada awalnya Serpong itu dikuasai oleh orang Cina, namun karena

ada tiga tokoh agama tersebut kemunculan Islam mulai dipertimbangkan dan

disambut oleh masyarakat yang ada di Lengkong Wetan, sehingga masyarakatnya

pun sekarang banyak yang memeluk agama Islam, bahkan sudah mencapai skala

Page 105: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

95

mayoritas di Lengkong Wetan. Disini peran seorang tokoh agama memang sangat

penting bagi pemerataan dari ajaran Islam itu sendiri.

T: Mengenai budaya Betawi, menurut engkong, bagaimana asal muasal budaya

Betawi di Lengkong Wetan,?

J: Asal muasal budaya Betawi di Lengkong |Wetan dimulai dari percampuran

masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang. Budaya Betawi sendiri

muncul setelah agama Islam. Pada awalnya di Lengkong Wetan budayanya adalah

budaya cina (songkek), namun saat Islam masuk, pasca kemerdekaan munculah

budaya baru yang dikenal dengan budaya Betawi. Teori ini membuktikan

bahwasannya budaya Betawi yang sekarang dikenal oleh banyak masyarakat di

Indonesia, pada pembentukan kebudayaannya masih melandaskan agama Islam.

T: Lalu siapakah tokoh-tokoh Betawi di Lengkong Wetan,?

J: Tokoh-tokoh Betawi yang mengenalkan dan menyebarkan budaya Betawi pasca

kemerdekaan di Lengkong Wetan yaitu Benyamin dan istrinya, mereka

mengenalkan budaya Betawi dengan memberikan bantuan dari segi sosial dan

sarana-sarana. Setelah itu munculah regenerasi baru yang menggantikan perannya

dalam mengenalkan budaya Betawi di masyarakat, seperti Ibrahim, Rahmat, Awi,

dan lain-lain. Pengenalannya pun dengan berbagai macam cara, ada yang

membangun rumah seni Betawi (sanggar) yang bertujuan untuk mengajak

generasi muda dalam mengenal budaya Betawi, dan yang lainnya yaitu melalui

pementasan-pementasan seni dan festival-festival adat.

Page 106: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

96

Lampiran Fhoto:

Lampiran 1: Gambar/Fhoto Kantor Kelurahan Lengkong Wetan

Sumber:

Dokumentasi Pribadi Tanggal 10 Januari 2018

Lampiran 2: Gambar/Fhoto Sekretaris Kelurahan Lengkong Wetan Matalih S.

Sos.

Sumber:

Dokumentasi Pribadi Tanggal 10 Januari 2018

Page 107: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

97

Lampiran 3: Gambar/Fhoto Pentas Kesenian Silat Betawi

Sumber:

Dokumentasi Pribadi Tanggal 9 Novomber 2017

Lampiran 4: Gambar/Fhoto Tradisi Buka Palang Pintu

Sumber:

Http://herraoctaviany.blogspot.com/2015/09/palang-pintu-lengkong-

wetan.html?m=1 Jual Perlengkapan Budaya Betawi (diakses jam 21:22, tanggal

10 Janurai 2018)

Page 108: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

98

Lampiran 5: Gambar/Fhoto Tradisi Buka Palang Pintu

Sumber:

Http://herraoctaviany.blogspot.com/2015/09/palang-pintu-lengkong-

wetan.html?m=1 Jual Perlengkapan Budaya Betawi (diakses jam 21:40 tanggal 10

Janurai 2018)

Lampiran 6: Gambar/Fhoto Kesenian Silat Cingkrik

Sumber:

Http://herraoctaviany.blogspot.com/2015/09/palang-pintu-lengkong-

wetan.html?m=1 Jual Perlengkapan Budaya Betawi (diakses jam 21:53 tanggal 10

Janurai 2018)

Page 109: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

99

Lampiran 7: Gambar/Fhoto Ibrahim Bin Mulud (Pengasuh Rumah Seni Budaya

di Lengkong Wetan)

Sumber:

Dokumentasi Pribadi Tanggal 10 Januari 2018

Lampiran 8: Rahmat Hidayat (Pengasuh Rumah Seni Budaya di Lengkong

Wetan)

Sumber:

Dokumentasi Pribadi Tanggal 10 Januari 2018

Page 110: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

100

Lampiran 8: Husein (Selaku Amil di Lengkong Wetan)

Sumber:

Dokumentasi Pribadi Tanggal 10 Januari 2018

Lampiran 8: Engkong Sadardadi (Sesepuh Lengkong Wetan)

Sumber:

Dokumentasi Pribadi Tanggal 10 Januari 2018

Page 111: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

101

Lampiran 9: Bapak Wasri Susanto (Selaku RW/Jaro)

Sumber:

Dokumentasi Pribadi Tanggal 10 Januari 2018

Lampiran 9: Bang Junaedi (Anggota PPPSBBI)

Sumber:

Dokumentasi Pribadi Tanggal 10 Januari 2018

Page 112: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

102

Lampiran 10: Enyak Reni (Ketua Posyandu di Lengkong Wetan)

Sumber:

Dokumentasi Pribadi Tanggal 10 Januari 2018

Lampiran 10: Abdul Qodir (Ketua IRMAS di Lengkong Wetan)

Sumber:

Dokumentasi Pribadi Tanggal 10 Januari 2018

Page 113: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca

103

Page 114: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca
Page 115: NILAI NILAI ISLAM PADA BUDAYA BETAWI DI LENGKONG …repository.uinjkt.ac.id/.../bitstream/123456789/42405/1/Fulltext.pdf · tahlil, dalam Buka Palang Pintu terdapat sike (membaca