NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI...

34
i NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BERDASARKAN MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY (MPPA) ISMAIL DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Transcript of NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI...

Page 1: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

i

NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI FRIESIAN

HOLSTEIN BERDASARKAN MOST PROBABLE

PRODUCING ABILITY (MPPA)

ISMAIL

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

ii

ii

Page 3: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi

Produksi Susu Induk Sapi Friesian Holstein Berdasarkan Most Probable

Producing Ability (MPPA) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016

Ismail

NIM D14144006

Page 4: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

iv

iv

Page 5: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

v

ABSTRAK

ISMAIL. Nilai Ekonomi Produksi Susu Induk Sapi Friesian Holstein

Berdasarkan Most Probable Producing Ability (MPPA). Dibimbing oleh LUCIA

CYRILLA ENSD dan IYEP KOMALA.

Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan jenis sapi perah yang paling banyak

dikembangkan di Indonesia, akan tetapi rataan produksi susu yang rendah

merupakan masalah tersendiri bagi peternak terhadap pendapatan. MPPA (Most

Probable Producing Ability) merupakan salah satu metode seleksi untuk

mengetahui bibit unggul, yang diharapkan dapat meningkatkan produksi susu dan

meningkatkan pendapatan peternak. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung

nilai ekonomi produksi susu dengan menggunakan metode MPPA dari induk sapi

yang ada di CV Waluya Wijaya Farm. Data yang ada ditabulasikan untuk

distandardisasi dan dihitung nilai ripitabilitasnya untuk mendapatkan nilai MPPA.

Hasil pendugaan nilai MPPA dihitung berdasarkan biaya fariabel dan biaya tetap

untuk mengetahui harga pokok produk dan mengetahui pendapatan peternak.

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder

dari 18 ekor sapi FH dengan umur yang berbeda. Data yang digunakan meliputi

produksi susu harian dari sapi FH yang telah memiliki dua data laktasi, umur sapi,

dan lama lakatasi. Kemampuan produksi susu sapi dimasa mendatang berada pada

kategori rendah dengan nilai ripitabilitas sebesar 0.1. Rataan produksi susu harian

sebanyak 13.3 kg ekor-1

. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar Rp.

4 469, dengan harga jual Rp. 5 700 L-1

, maka keuntungan per bulan adalah

sebesar Rp. 8 823 764. Sapi yang memiliki keuntungan diatas rataan sebesar 50%,

sedangkan sisanya 50% dibawah rataan dari keseluruhan sampel.

Kata kunci: Most Probable Producing Ability (MPPA), nilai ekonomi, Sapi perah.

ABSTRACT

ISMAIL. Economic Value of Friesian Holstein Milk Production Cows Based on

Most Probable Producing Ability (MPPA) Supervised by LUCIA CYRILLA

ENSD and IYEP KOMALA.

Friesian Holstein cow is a kind dairy cow of the most developed in

Indonesia, but the average low milk production is a problem for farmers against

revenue. Most Probable Producing Ability (MPPA) is one of selection method to

determine the superior breeds, which is expected to increase milk production and

increase the income of farmers. This research aimed to quantify the economic

value of milk production by using MPPA method of cows in CV Waluya Wijaya

Farm. Existing data were tabulated for standardized and calculated repeatibility

value to get value MPPA. The results of MPPA estimation were calculated based

on the variable cost and fixed cost to determine the cost of the product and know

Page 6: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

vi

vi

the farmer’s income. Materials used in this reaserch is the primary data and

secondary data from 18 lactating cows. Data used include daily milk production

of cows FH who has two lactation data, aged cows, and time lactation. The ability

of the milk production in the future are in the low category with a value

repeatibility equal 0.1. The average daily milk production is 13.3 kg cow-1

. Cost

of production gained Rp. 4 469, with a selling price of Rp. 5 700 L-1

, then the

profit per month is Rp. 8 823 764. Cows that have adventage over the average of

50%, while below the average 50% of the overall sample.

Key words : dairy cattles, economic value, Most Probable Producing Ability

(MPPA).

Page 7: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

vii

NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI FRIESIAN

HOLSTEIN BERDASARKAN MOST PROBABLE

PRODUCING ABILITY (MPPA)

ISMAIL

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan

Pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 8: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

viii

viii

Page 9: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar
Page 10: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

ix

Judul Skripsi : : Nilai Ekonomi Produksi Susu Induk Sapi Friesian

Holstein Berdasarkan Most Probable Producing

Ability (MPPA)

Nama : : Ismail

NIM : : D14144006

Disetujui oleh

Dr Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi

Pembimbing I

Iyep Komala, SPt MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Irma Isnafia Arief, SPt MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Page 11: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

x

x

Page 12: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

xi

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat iman, Islam, kesempatan,

serta kekuatan yang telah diberikan Allah Subhanahuwata’ala sehingga Penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam untuk tuntunan dan suri

tauladan Rasulullah Shalallahu‘alaihiwasallam beserta keluarga dan sahabat

beliau yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang sampai saat ini

dapat dinikmati oleh seluruh manusia di penjuru dunia. Skripsi yang berjudul

Nilai Ekonomi Produksi Susu Induk Sapi Friesian Holstein Berdasarkan Most

Probable Producing Ability (MPPA) merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor.

Ucapan terima kasih penulis kepada Dr Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi selaku

dosen pembimbing I, dan Iyep Komala, SPt MSi selaku dosen pembimbing II.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada M. Sriduresta Soenarno, SPt MSc

dan Dr Despal, SPt MScAgr sebagai penguji sidang serta Windi Al Zahra, SPt

MSi sebagai dosen pembahas seminar atas komentar dan masukannya sehingga

penulis dapat membuat hasil penelitian ini menjadi lebih baik.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua bapak

Mahfud Ismail Sungkar dan Ibu Chaeriyah Ali Baktir atas kemudahan yang

didapatkan semata karena doa dari kedua orang tua, yang selalu memberikan

motivasi, nasehat, kasih sayang, dan perhatian yang tak akan pernah bisa

terbalaskan. Serta tak lupa penulis berterimakasih kepada saudara Septian Jasiah

Wijaya, AMd selaku pemilik CV Waluya Wijaya Farm beserta rekan kerja yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

Terima kasih untuk teman-teman seperjuangan di Alih Jenis Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan atas doa, semangat, kehangatan dalam kebersamaan yang

selalu diberikan. Semoga kesuksesan untuk kita semua.

Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat serta inspirasi untuk para

pembaca.

Bogor, Desember 2016

Ismail

Page 13: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

xii

xii

Page 14: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Tujuan 2 Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2 Waktu dan Tempat Penelitian 2 Materi 2 Prosedur 2 Analisis Data 3

Standardisasi Produksi Susu 3 Ripitabilitas 4 Most Probable Producing Ability (MPPA) 4 Pengelompokan Berdasarkan Grade MPPA 5 Perhitungan Harga Pokok Produk (Metode Full Costing) 5 Pendapatan 5 Satistik Deskriptif 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Keadaan Umum Lokasi Penelitian 6 Produksi Susu 7 Ripitabilitas 8 Most Probable Producing Ability 9 Biaya 10

Pendapatan 11

SIMPULAN DAN SARAN 12 DAFTAR PUSTAKA 13 LAMPIRAN 15

DAFTAR TABEL

1 Faktor koreksi penyesuaian ke arah umur dewasa 3 2 Faktor koreksi frekuensi pemerahan (setara dua kali pemerahan) 3 3 Faktor koreksi lama laktasi kurang dari 305 hari 3

4 Faktor koreksi lama laktasi lebih dari 305 hari 4 5 Komposisi ternak 6

6 Data produksi susu terstandar 7 7 Data pendugaan MPPA 9 8 Biaya tetap produksi susu 10

9 Biaya variabel produksi susu 11

Page 15: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

xiv

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1 Faktor koreksi lama laktasi kurang dari 305 hari 15 2 Faktor koreksi lama laktasi lebih dari 305 hari 15 3 Faktor koreksi umur 16 4 Faktor koreksi frekuensi pemerahan 17 5 Data pendapatan produksi susu 18

Page 16: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susu merupakan produk peternakan yang bernilai gizi tinggi, selain itu susu

juga merupakan sumber penghasilan utama bagi peternak sapi perah, oleh karena

itu produksi susu yang tinggi pada sapi akan meningkatkan keuntungan dari

peternak. Penampilan produksi susu dari seekor sapi dalam menghasilkan susu

dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, faktor tersebut menyebabkan

keragaman produksi susu dari setiap individu. Upaya untuk mendapatkan sapi

yang memiliki produksi susu tinggi harus dilakukan seleksi.

Bangsa sapi perah yang umum dikembangkan di Indonesia adalah bangsa

Friesian Holstein (FH). Sapi FH berasal dari provinsi Friesland, Belanda. Bangsa

sapi ini adalah bangsa sapi perah yang tertua, terkenal, dan tersebar hampir di

seluruh dunia (Sudono et al. 2003). Menurut Hardjosubroto (1994), rata-rata

produksi susu sapi FH di Indonesia berkisar antara 2500-3500 kg laktasi-1

. Jenis

sapi Friesian Holstein ini telah terbukti dapat menghasilkan susu yang cukup

banyak terbukti produksi susu sapi FH di Amerika serikat rata-rata 7 425 L-1

, akan

tetapi rataan produksi susu sapi FH di Indonesia lebih rendah dibandingkan

dengan negara asalnya. Produksi rataan sapi perah di Indonesia hanya mencapai

10.7 L ekor-1

hari-1

(3 264 L laktasi-1

) (Sudono et al. 2003). Rendahnya produksi

susu tersebut berpengaruh terhadap pendapatan peternak yang juga ikut turun

karena sumber penghasilan utama dari peternakan sapi perah adalah penjualan

susu. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi susu dan pendapatan

peternak adalah dengan melakukan seleksi.

Seleksi akan meningkatkan frekuensi gen-gen yang diinginkan dan

menurunkan frekuensi gen-gen yang tidak diinginkan (Noor 2010). Seleksi sapi

perah berdasarkan produksi susu dapat dilakukan dengan menghitung Most

Probable Producing Ability (MPPA). Lasley (1972) menyatakan bahwa MPPA

adalah regresi dari pencatatan masa yang akan datang terhadap pencatatan saat ini,

atau derajat dimana suatu catatan berulang akan menghasilkan seleksi yang lebih

efektif untuk produksi yang berikutnya. Most Probable Producing Ability

(MPPA) digunakan untuk mengestimasi kemampuan produksi pada masa yang

akan datang, sehingga berdasarkan nilai MPPA yang tertinggi akan dapat

ditentukan induk-induk yang produktivitasnya tinggi sehingga dapat dipilih induk-

induk yang akan dipertahankan untuk meningkatkan nilai ekonomi di peternakan

tersebut.

Penelitian MPPA pada sapi perah di Indonesia telah dilakukan, tetapi

penelitian tersebut belum mengkaji nilai ekonominya. Nilai ekonomi produksi

susu perlu dikaji berdasarkan produksi susu yang sudah terstandar yaitu

berdasarkan MPPA, sehingga diharapkan hasil kajian tersebut dapat memberikan

gambaran kondisi ekonomi peternakan sapi perah khususnya di wilayah

Kabupaten Bogor.

Page 17: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

2

2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi nilai ekonomi induk sapi perah

Frieshian Holstein berdasarkan metode MPPA di CV Waluya Wijaya Farm

(WWF) Sentul Kabupaten Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menghitung nilai MPPA dari 56 hanya diambil 18 ekor sapi

FH karena memiliki 2 data laktasi yang sudah distandardisasi dengan faktor

koreksi lama laktasi 305 hari, frekuensi pemerahan, dan umur dewasa induk.

Kemudian data tersebut digunakan untuk menghitung nilai ripitabilitas yang

digunakan sebagai dasar pendugaan nilai MPPA. Nilai pendugaan MPPA sapi

betina tersebut kemudian diurutkan berdasarkan nilai yang terbesar untuk

dilakukan seleksi induk. Data MPPA yang sudah diurutkan kemudian

dikelompokkan berdasarkan produksi yang telah ditetapkan grade A : diatas 6 000

kg laktasi-1

, grade B 5 000 kg laktasi-1

–6 000 kg, grade C 4 000 kg–5 000 kg

laktasi-1

, grade D < 4 000 kg laktasi-1

. Setelah dikelompokan berdasarkan

produksi nilai pendugaan MPPA, maka data tersebut kemudian dihitung biaya,

penerimaan, dan pendapatan untuk diketahui nilai ekonomi peternakan tersebut.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan mulai pada bulan Juni sampai bulan

September 2016. Lokasi penelitian bertempat di CV Waluya Wijaya Farm Sentul

Kabupaten Bogor.

Materi

Materi yang digunakan berupa data primer dan data sekunder produksi

susu harian dari bulan Januari 2015 sampai bulan September 2016, data tersebut

berasal dari 18 ekor sapi Friesian Holstein yang sedang laktasi dengan umur yang

berbeda. Data primer dan sekunder tersebut juga dilengkapi dengan tanggal

kelahiran, umur, tanggal beranak, dan tanggal kering.

Prosedur

Data sekunder diambil dari hasil pencatatan bulan Januari 2015 sampai

Mei 2016, sedangkan data primer diambil dari bulan Juni sampai September 2016.

Data yang diambil yaitu produksi susu harian, tanggal kelahiran, tanggal beranak,

dan tanggal kering dari individu yang telah memiliki data dua laktasi. Data

tersebut selanjutnya ditabulasi berdasarkan masing-masing informasi dari setiap

Page 18: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

3

individu seperti lama laktasi, produksi susu per laktasi, dan umur beranak yang

diketahui dari tanggal lahir dan tanggal beranak dari setiap individu tersebut.

Data produksi susu selanjutnya distandardisasi menggunakan faktor

koreksi terhadap lama laktasi 305 hari dan umur dewasa induk berdasarkan

DHIA-USDA. Setelah data produksi susu terstandarisasi, nilai ripitabilitas

dihitung. Nilai ripitabilitas ini kemudian digunakan sebagai dasar pendugaan nilai

MPPA, nilai MPPA pada setiap sapi betina yang sudah didapatkan nantinya

diurutkan berdasarkan nilai tertinggi hingga terendah untuk dilakukan

pengelompokan dan dihitung nilai ekonomi dari setiap ekor untuk mengetahui

pendapatan peternak.

Analisis Data

Standardisasi Produksi Susu

Data produksi susu selama dua kali laktasi ditabulasikan dan dilakukan

standardisasi berdasarkan faktor koreksi terhadap lama laktasi 305 hari, umur

dewasa induk, dan frekuensi pemerahan. Faktor koreksi yang digunakan disajikan

pada Tabel 1, 2 dan 3, Tabel selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1, 2 dan 3.

Tabel 1 Faktor koreksi penyesuaian ke arah umur dewasa

(Tahun-Bulan) FKU (Tahun-Bulan) FKU (Tahun-Bulan) FKU

2-0 1.31 4-11 1.03 10-0 1.04

2-1 1.30 4-12 1.03 10-1 1.04

2-2 1.29 5-1 1.02 10-2 1.04 Sumber : Hardjosubroto (1994)

Tabel 2 Faktor koreksi frekuensi pemerahan (setara dua kali pemerahan)

Jumlah

Hari

Diperah

3 X Diperah 4 X Diperah

2-3

(Tahun)

3-4

(Tahun)

4

(Tahun)

2-3

(Tahun)

3-4

(Tahun)

4

(Tahun)

105-115 0.93 0.94 0.95 0.88 0.88 0.91

116-125 0.92 0.93 0.94 0.87 0.87 0.90

126-135 0.92 0.93 0.94 0.87 0.87 0.90 Sumber : Hardjosubroto (1994)

Tabel 3 Faktor koreksi lama laktasi kurang dari 305 hari

Jumlah Hari Laktasi Umur ≤ 36 bulan Umur > 36 bulan

40 6.24 5.57

50 4.99 4.47

60 4.16 3.74 Sumber : Hardjosubroto (1994)

Page 19: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

4

4

Tabel 4 Faktor koreksi lama laktasi lebih dari 305 hari

Jumlah Hari Laktasi Faktor Koreksi

305 – 308 1.00

309 – 312 0.99

313 – 316 0.98 Sumber : Hardjosubroto (1994)

Persamaan regresi untuk panjang laktasi lebih dari 305 hari menjadi

panjang laktasi 305 hari. Hoerl Model (DHIA 2012):

= (0.00835972) (0.99381142X) (X

(1.1678976))

Keterangan:

x = lama laktasi

ŷ = faktor koreksi

Ripitabilitas

Data dari produksi susu yang telah terstandardisasi kemudian dihitung

nilai ripitabilitasnya menggunakan metode korelasi antarkelas (Warwick et al.

1990) dengan rumus:

∑ ∑

√{ ∑ ∑

} { ∑ ∑

}

Keterangan :

r = ripitabilitas

x = produksi susu laktasi I

y = produksi susu laktasi II

Most Probable Producing Ability (MPPA)

Pendugaan nilai Most Probable Producing Ability (MPPA) dapat

dilakukan berdasarkan pendekatan rumus sesuai rekomendasi Hardjosubroto

(1994):

MPPA =

( )

Keterangan :

MPPA : Most Probable Producing Ability

n : jumlah catatan produksi

r : ripitabilitas

: rerata produksi susu sapi yang diukur

P : rerata produksi susu sampel P

Page 20: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

5

Pengelompokan Berdasarkan Grade MPPA

Sapi yang telah memiliki nilai MPPA kemudian dikelompokkan

berdasarkan produksi susu sesuai dengan grade: yaitu grade A ( > 6 000 kg

laktasi-1

), grade B (5 000-6 000 kg laktasi-1

), grade C (4 000-5 000 kg laktasi-1

),

dan grade D (< 4 000 kg laktasi-1

) (BBPTU 2009). Sapi yang masuk dalam 50%

nilai tertinggi dari 18 ekor sapi FH yang ada yang nantinya akan dijadikan induk

pengganti dengan harapan bisa meningkatkan kemampuan produksi susu pada

keturunannya sesuai dengan grade tersebut.

Perhitungan Harga Pokok Produk (Metode Full Costing)

Metode full costing digunakan untuk menghitung semua unsur biaya

produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik yang berperilaku tetap maupun

variabel. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full

costing adalah sebagai berikut (Mulyadi 2005):

Biaya Bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx

Biaya Overhead Tetap xxx

Biaya Overhead Variabel xxx +

Harga Pokok Produksi xxx

Pendapatan

Setelah didapatkan biaya produksi, selanjutnya dihitung jumlah

penerimaan dan pendapatan peternak (Boediono 1993):

Pendapatan Total = TR = P x Q Keterangan :

TR = Total Revenue (pendapatan total (Rp))

P = Price (harga pokok per kg)

Q = Quantities (jumlah produk yang dihasilkan)

Pendapatan bersih diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

= TR – TC

TR = P x Q

TC = TFC + TVC Keterangan:

= Pendapatan bersih

TR = Total Revenue

TC = Total Cost

P = Price

Q = Quantities

TFC = Total Fix Cost

TVC = Total Variable Cost

Satistik Deskriptif

Penelitian ini juga menggunakan statistik deskriptif berupa rataan,

simpangan baku, presentase, dan koefisien keragaman menurut (Gaspersz 1992):

Page 21: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

6

6

Rata-rata :

= ∑

Keterangan :

= Rata-rata

∑ = Jumlah x ke i

N = jumlah data

Simpangan baku :

= √∑

Keterangan :

s = simpangan baku

∑ = Jumlah x ke i

= rata-rata

N = jumlah data

Koefisien variasi :

KV =

Keterangan :

KV = Koefisien Variasi

s = Standar deviasi

= Rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Waluya Wijaya Farm (WWF) terletak di Desa Pasir Ipis Kampung Bojong

Koneng RT 04/RW 01 Kecamatan Babakan Madang Sentul City, Kabupaten

Bogor, Jawa Barat. Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha

peternakan sapi perah yang berdiri pada tahun 2004 dan memiliki lahan seluas 10

Ha di daerah tersebut. Tempeatur rata-rata daerah ini adalah 22.7–31.6 oC dengan

kelembaban berkisar antara 70%-80%. Suhu udara di CV WWF ini tergolong

tinggi, untuk sapi perah sendiri Suhu lingkungan yang ideal adalah 15.5 oC karena

pada kondisi ini produksi susu sapi perah akan mencapai optimal. Sedangkan suhu

kritis untuk sapi FH adalah 27oC dan tingkat kelembaban yang tinggi akan

menyebabkan penurunan produksi susu pada ternak sapi perah (Hadisutanto

2008). Total jumlah ternak yang ada di CV WWF adalah sebanyak 56 ekor

dengan komposisi yang berbeda. Komposisi ternak yang ada dapat dilihat pada

Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Komposisi ternak Jenis Ternak Jumlah Satuan Ternak %

Pedet 2 0.5 1

Dara 23 11.5 27

Laktasi 31 31 72

Total 56 43 100

Page 22: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

7

Produksi Susu

Sapi betina yang diamati memiliki periode laktasi, umur, serta hari laktasi

yang berbeda-beda. Rataan produksi susu dan produksi susu yang telah

distandarisasi kedalam umur setara dewasa, dan lama laktasi 305 hari pada sapi

Friesian Holstein di CV WWF dapat dilihat pada Tabel 4.

Produksi susu dari setiap individu bervariasi dari 3 000 kg laktasi-1

hingga

5 700 kg laktasi-1

. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh lama laktasi dan umur

beranak dari setiap individu sapi perah yang ada, pada lama laktasi 460 hari

menghasilkan produksi susu sebesar 5 752.3 kg laktasi-1

, sedangkan pada lama

laktasi 46 hari menghasilkan produksi susu sebesar 748 kg. Data produksi ke-1

didapat rata-rata sebesar 4 277.7 ± 746.4 dan data produksi ke-2 memiliki rata-

rata 2 311.3 ± 1 038.4. Terkait dengan perbedaan yang sangat signifikan ini perlu

adanya penyeragaman data, hal ini diperkuat dengan pendapat Indrijani (2008),

bahwa pengaruh lingkungan terhadap produksi susu satu sama lain ternak tidak

sama, sehingga akan menimbulkan suatu ragam atau variasi lingkungan. Faktor

lingkungan sedapat mungkin dibuat seragam agar performans produksi susu sapi

yang diuji mencerminkan sebagian besar dari pengaruh genetik yang dimiliki.

Tabel 6 Data produksi susu terstandar

No Kode

ternak

Produksi

Laktasi

Data 1

hari

laktasi

Umur

beranak

Data

terstandar

Produksi

Laktasi

Data 2

hari

laktasi

Umur

beranak

Data

terstandar

1 3 3 461.6 300 2.4 4 434.3 3 879.0 240 3.4 5 041.2

2 4 4 564.7 450 2.4 3 898.3 1 716.5 90 3.8 4 877.6

3 83 4 361.4 305 3.7 4 884.8 1 254.5 115 4.7 2 752.3

4 109 4 436.1 355 3.8 4 235.5 2 098.0 140 5 3 738.4

5 1013 3 629.8 295 4.9 3 850.9 2 236.0 147 6 3 666.2

6 1014 4 217.9 315 5.8 4 174.9 1 437.5 120 6.8 3 105.0

7 1028 4 692.0 336 4.9 4 494.5 1 236.5 87 6 3 165.4

8 1098 3 746.7 303 3.7 4 238.3 2 786.0 182 4.9 4 046.1

9 1100 5 425.5 370 3.7 4 982.8 2 405.5 147 5 4 063.4

10 1927 3 832.9 303 4.7 3 987.4 3 131.5 202 5.8 4 111.7

11 1928 5 090.4 430 3.7 4 047.9 1 445.5 87 5.2 3 774.5

12 1929 3 012.0 308 3.7 3 373.4 2 636.0 242 4.7 3 095.2

13 1942 4 557.5 341 4.7 4 271.7 4 254.5 235 5.7 5 070.5

14 1947 3 827.5 316 4.7 3 863.5 3 330.0 230 5.7 3 968.7

15 1949 4 113.5 304 3.7 4 653.2 3 798.5 237 4.7 4 460.2

16 1969 3 268.3 347 3.8 3 265.0 1 285.0 90 5.1 3 355.4

17 4214 5 008.8 422 3.7 4 054.5 1 925.5 115 5 4 224.4

18 118831 5 752.3 460 3.7 4 271.7 748.0 46 5.3 4 249.7

Rata-rata 4 277.7 347.8 4.0 4 165.7 2 311.3 152,9 5.2 3 931.4

SB 746.4 55.6 0.8 446.8 1 038.4 64,5 0.8 676.4

KK 17.4 16.0 21.3 10.7 44.9 42,2 15.5 17.2

Page 23: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

8

8

Standardisasi merupakan salah satu cara untuk menyeragamkan faktor

lingkungan sehingga diharapkan tidak terjadi bias oleh faktor lingkungan.

Menurut Subandriyo (1994), bahwa untuk kondisi peternakan sapi perah di

Indonesia, koreksi minimum yang perlu dilakukan adalah terhadap umur induk

saat beranak, lama laktasi, serta frekuensi pemerahan dalam waktu satu hari.

Produksi susu yang ada pada data sekunder distandardisasi untuk

menghilangkan pengaruh non genetik. Laktasi data ke-1 yang telah distandarisasi

didapatkan nilai rata-rata sebesar 4 165.7 ± 446.8 kg laktasi-1

, dan pada laktasi

data ke-2 yang telah distandardisasi didapatkan nilai rata-rata sebesar 3 931.4 ±

676.4 kg laktasi-1

. Data laktasi sebelum distandardisasi menunjukan keragaman

sebesar 17.4% sedangkan data laktasi yang telah distandardisasi angka

keragamannya menjadi 10.7%. Pada laktasi data ke-2 keragaman data mencapai

44.9% dan setelah distandardisasi keragamannya menjadi 17.2%. Hal tersebut

menunjukan bahwa proses standardisasi terbukti mengurangi keragaman antar

individu.

Ripitabilitas

Data produksi susu yang telah terstandardisasi kemudian dihitung nilai

ripitabilitasnya, menurut Pallawaruka (1999), Ripitabilitas adalah sebuah ukuran

kekuatan hubungan antara ukuran yang berulang-ulang (nilai fenotipik yang

berulang) suatu sifat dalam populasi. Ripitabilitas yang didapatkan menurut data

sekunder yang ada sebesar 0.1, nilai tersebut tergolong kedalam kategori rendah

sesuai dengan yang dikatakan oleh Noor (2010), ripitabilitas digolongkan ke dalam

rendah jika nilainya kurang dari 0.2, sedang jika nilainya berkisar antara 0.2 dan 0.4,

dan tinggi jika nilainya lebih besar dari 0.4.

Nilai ripitabilitas ini lebih kecil jika dibandingkan dengan penelitian

Anitasari (2011), sebesar 0.1865 dan juga penelitian Alfiyani (2011), sebesar 0.3.

Nilai ripitabilitas yang tinggi menunjukan bahwa kemampuan suatu ternak untuk

mengulang sifat produksi susu pada laktasi berikutnya akan tinggi, sedangkan

nilai ripitabilitas yang rendah kemampuan berproduksi pada laktasi selanjutnya

akan rendah. Nilai ripitabilitas akan semakin kecil (mendekati 0.0) apabila ragam

lingkungan temporer meningkat, sebaliknya semakin besar (mendekati 1.0)

apabila ragam suatu sifat sebagian besar dikendalikan oleh faktor genetik dan

lingkungan permanen (Pirchner 1969).

Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik

di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara

individu-individu dalam satu populasi (Indrawan 2007). Keragaman lingkungan

permanen merupakan keragaman yang bukan disebabkan oleh genetik tetapi

berpengaruh terhadap keragaman kinerja individu selama hidupnya. Keragaman

lingkungan temporer berasal dari nutrisi, iklim, dan manajemen pemeliharaan

(Warwick 1990).

Page 24: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

9

Most Probable Producing Ability

MPPA adalah suatu pendugaan yang paling memungkinkan dari kemampuan

berproduksinya seekor hewan betina, yang dapat dihitung atau diduga atas dasar

performans yang telah ada. MPPA sangat erat kaitannya dengan nilai ripitabilitas,

rataan produksi susu, banyaknya catatan produksi dan rataan produksi populasi

(Lasley 1978). Untuk mengetahui lebih jelasnya semua data hasil perhitungan MPPA

dapat dilihat pada Tabel 5.

Rata-rata nilai MPPA yang didapatkan di CV WWF adalah sebesar 4 049

kg laktasi-1

, dari nilai rataan tersebut menunjukan bahwa sebesar 50% atau 9 ekor

sapi dari 18 ekor berada diatas rataan produksi sedangkan 50% sisanya berada

dibawah rataan. Sapi yang memiliki nilai MPPA tertinggi didapat oleh sapi

dengan nomor identitas 3 dengan nilai 4 510 kg laktasi-1

, sedangkan sapi dengan

nilai terendah adalah sapi dengan nomor identitas 1929 sebesar 3 503 kg laktasi-1

.

Besarnya nilai MPPA produksi susu diduga karena tingginya rata-rata produksi

susu populasi dan nilai ripitabilitas. Semakin tinggi produksi susu individu dan

populasi serta nilai ripitabilitas maka semakin tinggi nilai MPPA yang diperoleh.

Individu dengan nilai MPPA produksi susu yang tinggi diprediksi akan

menghasilkan keturunan dengan produksi susu yang tinggi pula (Warwick et al.

1990).

Tabel 7 Data pendugaan MPPA

No Kode

Ternak

Prod SD

Laktasi

data 1

Prod SD

Laktasi

data 2

Rata-

rata MPPA

Kg

hari-1

Grade

1 3 4 434 5 041 4 738 4 510 14.8 C

2 1942 4 272 5 071 4 671 4 466 14.6 C

3 1949 4 653 4 460 4 557 4 389 14.4 C

4 1100 4 983 4 063 4 523 4 367 14.3 C

5 4 3 898 4 878 4 388 4 276 14.0 C

6 118831 4 272 4 250 4 261 4 191 13.7 C

7 1098 4 238 4 046 4 142 4 111 13.5 C

8 4214 4 055 4 224 4 139 4 109 13.5 C

9 1927 3 987 4 112 4 050 4 049 13.3 C

10 109 4 236 3 738 3 987 4 007 13.1 C

11 1947 3 864 3 969 3 916 3 960 13.0 D

12 1928 4 048 3 775 3 911 3 957 13.0 D

13 1028 4 495 3 165 3 830 3 902 12.8 D

14 83 4 885 2 752 3 819 3 894 12.8 D

15 1013 3 851 3 666 3 759 3 854 12.6 D

16 1014 4 175 3 105 3 640 3 775 12.4 D

17 1969 3 265 3 355 3 310 3 554 11.7 D

18 1929 3 373 3095 3 234 3 503 11.5 D

Rata-rata

4 049 13.3

Page 25: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

10

10

Sapi dengan nilai MPPA yang telah didapatkan kemudian diseleksi untuk

dipertahankan di peternakan berdasarkan produksi yang tinggi. Umumnya ternak

yang dipertahankan adalah sekitar 50% peringkat terbaik dari populasi (Direktorat

Pembibitan 2012). Jika mengikuti standar dari direktorat pembibitan, maka sapi

dengan nomor urut 1-9 masuk kedalam sapi yang dipertahankan oleh peternak.

Sapi dengan identitas 3 dengan produksi sebesar 4 510 kg laktasi-1

berada pada

urutan 1, dan sapi dengan nomor identitas 1927 dengan produksi 4 049 kg laktasi-1

masuk kedalam urutan 9, atau dengan kata lain sapi tersebut merupakan sapi

dengan produksi terendah diantara sapi yang lain yang dipertahankan oleh

peternak.

Sapi di CV WWF sendiri tergolong memiliki produksi yang cukup baik

yaitu sebesar 13.3 kg ekor-1

hari-1

, meskipun tidak sebagus di negara asalnya, hasil

tersebut lebih baik dibandingkan dengan hasil penelitian Herminus et al. (2015)

yaitu 6.1 L hari-1

. Menurut Sudono (2003), Produksi rataan sapi perah di

Indonesia hanya mencapai 10.7 L ekor-1

hari-1

(3 264 L laktasi-1

). Rata-rata

produksi sapi di peternakan ini mencapai 4 049 kg laktasi-1

.

Biaya

Menurut Mulyadi (2005), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi,

yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan

terjadi untuk tujuan tertentu. Menurut Soekardono (2009), biaya produksi secara

teori terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya-biaya

dalam keadaan terbatas tidak berubah mengikuti perubahan aktivitas produksinya.

Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah kira-kira

sebanding dengan besarnya produksi. Sebelum mengetahui pendapatan peternak,

maka besarnya biaya produksi harus diketahui untuk kemudian dikurangi dengan

besarnya penerimaan. Total biaya variabel dan biaya tetap dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 8 Biaya tetap produksi susu

No Jenis Biaya Satuan Jumlah

(Rp)

Harga

liter1 (Rp)

Persentase

(%)

1 Penyusutan Peralatan Hari-1

131 767 550 12.3

2 Penyusutan Bangunan Hari-1

33 781 141 3.2

3 Penyusutan Kendaraan Hari-1

27 397 114 2.6

5 Biaya (listrik, telepon) Ekor-1

hari-1

2 083 157 3.5

6 Gaji Pegawai Ekor-1

hari-1

11 111 835 18.7

Total Biaya Tetap 1 798

Page 26: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

11

Tabel 9 Biaya variabel produksi susu

No Jenis Biaya Satuan Jumlah

(Rp)

harga liter-1

(Rp) Persentase (%)

1 Biaya Pakan Ekor-1

hari-1

33 700 2 534 56.7

2 Biaya Medis Ekor-1

hari-1

1 000 75 1.7

3 Biaya IB Ekor-1

hari-1

822 62 1.4

Total Biaya

Variabel

2 671

Total HPP 4 469 100.0

Data pada Tabel 6 menunjukkan biaya tetap dan Tabel 7 menunjukkan

biaya variabel, jumlah dari biaya tetap liter-1

adalah sebesar Rp 1 798 dan biaya

variabel sebesar Rp 2 671. lebih besarnya biaya variabel dipengaruhi oleh biaya

pakan sebesar 56.7% dari total biaya yang ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Yusdja et al. (1995) bahwa biaya pakan usaha sapi perah dapat mencapai 62.5%

dari total biaya produksi. Dari biaya tersebut selanjutnya dapat dihitung Harga

Pokok Produk (HPP). Samryn (2001), mengatakan bahwa HPP merupakan nilai

investasi yang dikorbankan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi

yang komponennya terdiri dari: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya

overhead pabrik. Salah satu tujuan penetuan HPP suatu produk adalah untuk

menentapkan harga jual pasar.

Harga Pokok Produk (HPP) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

HPP full costing yang merupakan salah satu metode yang memperhitungkan

semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, baik yang

berperilaku variabel maupun tetap (Mulyadi 2005). HPP yang didapatkan dari

hasil perhitungan sebesar Rp 4 469.

Pendapatan

Data MPPA yang didapatkan dari produksi susu yang telah distandardisasi

kemudian dihitung nilai ekonomisnya untuk mengetahui keuntungan dari setiap

ekor sapi selama satu laktasi. untuk mendapatkan keuntungan maka harus

diketahui HPP dari setiap liter susu, dan diketahui juga jumlah total penerimaan

yang didapatkan dari penjualan susu. Berdasarkan data MPPA yang didapat,

pendapatan per ekor sapi yang ada dapat dilihat pada Lampiran 5.

Rata-rata produksi susu di CV WWF adalah sebesar 4 049 kg laktasi-1

dengan rataan produksi per hari mencapai 13.3 kg ekor-1

hari-1

. Dengan HPP

sebesar Rp. 4 469 dan harga jual susu mencapai Rp. 5 700 L-1

, maka didapatkan

keuntungan rata-rata ekor-1

laktasi-1

sebesar Rp. 4 983 792 jika dikonversikan

pada keuntungan per hari maka didapatkan keuntungan sebesar Rp. 16 340 ekor-1

hari-1

. Angka keuntungan tersebut cukup baik mengingat arti dari pedapatan

sendiri merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Dan untuk

memperoleh laba atau keuntungan maka jumlah penerimaan harus lebih besar dari

total biaya.

Page 27: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

12

12

Sapi yang memiliki produksi tinggi juga akan mendapatkan keuntungan

yang tinggi, sapi dengan produksi tertinggi dengan rataan produksi harian

mencapai 14.8 kg ekor-1

hari-1

mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 18 204,

sedangkan sapi dengan produksi terendah dengan rataan produksi susu harian

sebesar 11.5 kg ekor-1

hari-1

mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 16 340.

Persentase sapi perah di CV WWF yang memiliki keuntungan diatas rata-rata

sebesar 50% atau 9 ekor dari 18 ekor, sedangkan 50% sisanya berada dibawah

rata-rata. Semua sapi yang ada di CV WWF mendapatkan keuntungan dengan

jumlah yang berbeda-beda, namun masih banyaknya sapi yang berada dibawah

nilai rata-rata perlu adanya peningkatan melalui manajemen yang lebih baik untuk

mendapatkan kulitas dan kuantitas yang lebih baik sehingga keuntungan yang bisa

didapat akan lebih besar.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Rataan produksi susu terstandar data ke-1 sebesar 4 165.7 kg Laktasi

-1

sedangkan rataan produksi susu terstandar data ke-2 sebesar 3 931.4 kg Laktasi-1

.

Kemampuan sapi perah di CV WWF untuk mengulang produksi susu pada

periode laktasi dimasa yang akan datang berada pada kategori rendah dengan nilai

ripitabilitas 0.1. Rataan nilai pendugaan MPPA di CV WWF sebesar 4 049 kg Laktasi

-1

dengan rataan produksi per hari mencapai 13.3 kg. Sapi yang dipertahankan untuk

dijadikan replacement stock adalah sapi dengan urutan 50% terbaik, dari populasi

18 ekor di perusahaan ini adalah sapi dengan nomor urut 1 sampai 9 dengan

rataan produksi urutan 1 kode ternak 3 sebesar 14.8 kg dan urutan 9 kode ternak

1927 dengan rataan produksi susu sebsesar 13.3 kg.

Rataan keuntungan harian yang didapatkan dari setiap ekor sebesar Rp. 16

340 dengan HPP yang didapat sebesar Rp. 4 469 Liter -1

dan rata-rata harga jual

Rp. 5 700 Liter-1

.

Saran

Sapi perah betina yang memiliki nilai MPPA yang tinggi dianjurkan untuk

dipertahankan sebagai ternak pengganti untuk meningkatkan produksi susu

dimasa mendatang yang dengan meningkatnya produksi susu maka perusahaan

akan menerima keuntungan yang lebih banyak.

Page 28: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

13

DAFTAR PUSTAKA

Agus PA. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Jawa Tengah

Tahun 2003-2009 [skripsi]. Semarang (ID): Univesitas Diponegoro.

Alfiyani I. 2011. Nilai Ripitabilitas Lama Laktasi Dan Produksi Susu Sapi Perah

Peternakan Fries Holland (PFH) di PT. Susu Sehat Alami Jember [skripsi].

Malang (ID): Universitas Brawijaya.

Anitasari S. 2011. Estimasi Nilai Ripitabilitas Produksi Susu Sapi Perah

Peranakan Fries Holland (PFH) di PT. Karunia-Kediri [skripsi]. Malang

(ID): Universitas Brawijaya.

Boediono. 1993. Ekonomi Makro Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi.

Yogyakarta (ID): Ed ke-2. BPFE

[DHIA] Australian Dairy Herd Improvement Report. 2012. National Herd

Recording Statistics 2012- 2013. Melbourne Victoria (AU): National

Improvement Association of Australia INC.

Gaspersz V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Bandung (ID):

Tarsito.

Hadisutanto. 2008. Studi Tentang Beberapa Performan Reproduksi pada Berbagai

Paritas Induk dalam Formulasi Masa Kosong (Days Open) Sapi FH.

[Disertasi]. Bandung (ID): Universitas Padjajaran.

Hardjosubroto W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Jakarta

(ID): Gramedia Widiasarana Indonesia.

Herminus Wu, Veronika YB, Agustinus AD. 2015. Estimasi nilai ripitabilitas dan

MPPA (Most Probable Producing Ability) produksi susu sapi FH di

peternakan Noviciat Claretian Benlutu kabupaten Timor Tengah Selatan. J

Anim Sci. 1(1):4-5.

Indrijani H, Anang A. 2009. Fixed regression test day model sebagai solusi pada

pendugaan nilai pemuliaan sapi perah. Ilmu Ternak & Veteriner (JITV). 4

(3) : 216-221.

Indrawan M, Richard BP, Jatna S. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta (ID):

Yayasan Obor Indonesia.

Lasley JF. 1972. Genetics of Livestock Improvement. New Delhi (IN): Ed ke-3

Printice-Hall of India Private Limited.

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Ed Ke-5. Yogyakarta (ID): Bagian Penerbitan

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Noor RR. 2010. Genetika Ternak. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Pallawaruka. 1999. Ilmu Pemuliaan Ternak Perah. Bogor (ID): Diktat Kuliah

Jurusan Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Pirchner F. 1969. Population Genetics in Animals Breeding. San Francisco (US):

WH Freeman and Co.

Subandriyo. 1994. Seleksi pada induk sapi perah berdasarkan nilai pemuliaan.

Wartazoa. 3 (2) : 9-12

Sudono A, Rosdiana RF, Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah Secara

Intensif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Samryn. 2001. Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar. Cetakan Pertama. Jakarta

(ID): Raja Grafindo Persada.

Page 29: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

14

14

Yusdja Y, Sayaka B, Reithmuller P. 1995. A study of cost structures of dairy

cooperatives and farmer incomes in East Java [Paper]. Australia (AU):

Research Institute for Animal Production and Departement of Economics.

The University of Quensland.

Page 30: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

15

Lampiran 1 Faktor koreksi lama laktasi kurang dari 305 hari

Lampiran 2 Faktor koreksi lama laktasi lebih dari 305 hari

Hari Faktor Hari Faktor

305 – 308 1.00 337 – 340 0.92

309 – 312 0.99 341 – 344 0.91

313 – 316 0.98 345 – 348 0.90

317 – 320 0.97 349 – 352 0.89

321 – 324 0.96 353 – 356 0.88

325 – 328 0.95 357 – 360 0.87

329 – 332 0.94 361 – 364 0.86

333 – 336 0.93 365 0.85

Jumlah Hari Laktasi Umur ≤ 36 bulan Umur > 36 bulan

30 8.32 7.42

40 6.24 5.57

50 4.99 4.47

60 4.16 3.74

70 3.58 3.23

80 3.15 2.85

90 2.82 2.56

100 2.55 2.32

110 2.34 2.13

120 2.16 1.98

130 2.01 1.85

140 1.88 1.73

150 1.77 1.64

160 1.67 1.55

170 1.58 1.48

180 1.51 1.41

190 1.44 1.35

200 1.38 1.30

210 1.32 1.26

220 1.27 1.22

230 1.23 1.18

240 1.19 1.14

250 1.15 1.11

260 1.12 1.09

270 1.08 1.06

280 1.06 1.04

290 1.03 1.03

300 1.01 1.01

Page 31: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

16

16

Lampiran 3 Faktor koreksi umur

Umur FKU

Umur FKU

Umur FKU

(tahun - bulan) (tahun - bulan) (tahun - bulan)

1 – 9 1.37 5 – 4 1.02 8 – 11 1.02

1 – 10 1.35 5 – 5 1.02 9 – 0 1.02

1 – 11 1.33 5 – 6 1.02 9 – 1 1.02

2 – 0 1.31 5 – 7 1.01 9 – 2 1.02

2 – 1 1.30 5 – 9 1.01 9 – 3 1.03

2 – 2 1.29 5 – 10 1.01 9 – 4 1.03

2 – 3 1.28 5 – 11 1.01 9 – 5 1.03

2 – 4 1.26 6 – 0 1 9 – 6 1.03

2 – 6 1.24 6 – 1 1 9 – 7 1.03

2 – 7 1.23 6 – 2 1 9 – 8 1.03

2 – 8 1.22 6 – 3 1 9 – 9 1.04

2 – 9 1.21 6 – 4 1 9 – 10 1.04

2 – 10 1.20 6 – 5 1 9 – 11 1.04

2 – 11 1.19 6 – 6 1 10 – 0 1.04

3 – 0 1.18 6 – 7 1 10 – 1 1.04

3 – 1 1.17 6 – 8 1 10 – 2 1.04

3 – 3 1.15 6 – 9 1 10 – 3 1.05

3 – 4 1.14 6 – 10 1 10 – 8 1.05

3 – 5 1.13 6 – 11 1 10 – 9 1.06

3 – 6 1.12 7 – 0 1 10 – 10 1.06

3 – 7 1.12 7 – 1 1 10 – 11 1.06

3 – 8 1.11 7 – 2 1 11 – 0 1.06

3 – 9 1.10 7 – 3 1 11 – 1 1.06

3 – 10 1.10 7 – 4 1 11 – 2 1.06

3 – 11 1.09 7 – 5 1 11 – 3 1.07

4 – 0 1.08 7 – 6 1 11 – 6 1.07

4 – 1 1.07 7 – 8 1 11 – 7 1.08

4 – 2 1.06 7 – 9 1 11 – 10 1.08

4 – 3 1.05 7 – 10 1 11 – 11 1.09

4 – 4 1.05 7 – 11 1 12 – 2 1.09

4 – 5 1.04 8 – 0 1 12 – 3 1.10

4 – 6 1.04 8 – 1 1 12 – 6 1.10

4 – 7 1.03 8 – 2 1 12 – 7 1.11

4 – 8 1.03 8 – 3 1 12 – 10 1.11

4 – 9 1.03 8 – 4 1 12 – 11 1.12

4 – 10 1.03 8 – 5 1 13 – 2 1.12

4 – 11 1.03 8 – 6 1.01 13 – 3 1.13

5 – 0 1.03 8 – 7 1.01 13 – 6 1.13

5 – 1 1.02 8 – 8 1.01 13 – 7 1.14

5 – 2 1.02 8 – 9 1.02 13 – 11 1.14

5 – 3 1.02 8 – 10 1.02 14 - 0 1.15

Page 32: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

17

Lampiran 4 Faktor koreksi frekuensi pemerahan

Jumlah hari

diperah

3x Diperah 4 X Diperah

Umur (tahun) Umur (tahun)

2-3 3-4 4 2-3 3-4 4

105 – 115 0.93 0.94 0.95 0.88 0.88 0.91

116 – 125 0.92 0.93 0.94 0.87 0.87 0.90

126 – 135 0.92 0.93 0.94 0.87 0.87 0.90

136 – 145 0.91 0.93 0.93 0.86 0.86 0.89

146 – 155 0.91 0.92 0.93 0.85 0.85 0.88

156 – 165 0.90 0.92 0.93 0.84 0.84 0.88

166 – 175 0.90 0.91 0.92 0.83 0.83 0.87

176 – 185 0.89 0.91 0.92 0.82 0.82 0.86

186 – 195 0.89 0.90 0.91 0.82 0.82 0.86

196 – 205 0.88 0.90 0.91 0.81 0.81 0.85

206 – 215 0.88 0.89 0.90 0.80 0.80 0.85

216 – 225 0.87 0.89 0.90 0.79 0.79 0.84

226 – 235 0.87 0.88 0.90 0.79 0.79 0.83

236 – 245 0.86 0.88 0.89 0.78 0.78 0.83

246 – 255 0.86 0.87 0.89 0.77 0.77 0.82

256 – 265 0.85 0.87 0.88 0.77 0.77 0.82

266 – 275 0.85 0.86 0.88 0.76 0.76 0.81

276 – 285 0.84 0.86 0.88 0.75 0.75 0.80

286 – 295 0.84 0.85 0.87 0.75 0.75 0.80

296 – 305 0.83 0.85 0.87 0.74 0.74 0.79

Page 33: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

18

1

8

Lampiran 5 Data pendapatan produksi susu

No Kode

Ternak

Prod SD

Laktasi data

1

Prod SD

Laktasi data

2

Rata-

rata MPPA

Kg

hari-1

Grade

HPP

(Rp)

Penerimaan

(Rp) Biaya (Rp)

Keuntungan

Laktasi-1

(Rp)

Keuntungan

Hari-1

(Rp)

1 3 4 434 5 041 4 738 4 510 14.8 C 4 469 25 708 641 20 156 476 5 552 164 18 204

2 1942 4 272 5 071 4 671 4 466 14.6 C 4 469 25 454 295 19 957 061 5 497 235 18 024

3 1949 4 653 4 460 4 557 4 389 14.4 C 4 469 25 017 402 19 614 521 5 402 881 17 714

4 1100 4 983 4 063 4 523 4 367 14.3 C 4 469 24 889 465 19 514 214 5 375 251 17 624

5 4 3 898 4 878 4 388 4 276 14.0 C 4 469 24 372 373 19 108 795 5 263 577 17 258

6 118831 4 272 4 250 4 261 4 191 13.7 C 4 469 23 886 978 18 728 229 5 158 749 16 914

7 1098 4 238 4 046 4 142 4 111 13.5 C 4 469 23 434 426 18 373 412 5 061 014 16 593

8 4214 4 055 4 224 4 139 4 109 13.5 C 4 469 23 423 924 18 365 178 5 058 746 16 586

9 1927 3 987 4 112 4 050 4 049 13.3 C 4 469 23 080 596 18 095 997 4 984 599 16 343

10 109 4 236 3 738 3 987 4 007 13.1 C 4 469 22 842 290 17 909 157 4 933 133 16 174

11 1947 3 864 3 969 3 916 3 960 13.0 D 4 469 22 570 950 17 696 417 4 874 533 15 982

12 1928 4 048 3 775 3 911 3 957 13.0 D 4 469 22 552 237 17 681 745 4 870 492 15 969

13 1028 4 495 3 165 3 830 3 902 12.8 D 4 469 22 241 943 17 438 464 4 803 479 15 749

14 83 4 885 2 752 3 819 3 894 12.8 D 4 469 22 198 216 17 404 180 4 794 036 15 718

15 1013 3 851 3 666 3 759 3 854 12.6 D 4 469 21 969 267 17 224 676 4 744 591 15 556

16 1014 4 175 3 105 3 640 3 775 12.4 D 4 469 21 516 333 16 869 560 4 646 773 15 235

17 1969 3 265 3 355 3 310 3 554 11.7 D 4 469 20 257 018 15 882 213 4 374 805 14 344

18 1929 3 373 3 095 3 234 3 503 11.5 D 4 469 19 967 156 15 654 951 4 312 205 14 138

Rata-rata

4 049 13.3

23 076 862 18 093 069 4 983 792 16 340

SB

287 1

KK(%)

7 7

Keuntungan Bulan -1 8 823 764

Page 34: NILAI EKONOMI PRODUKSI SUSU INDUK SAPI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83008/1/D16ism.pdf · sebanyak 13.3 kg ekor-1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh sebesar

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 10

Desember 1992 merupakan anak tunggal dari pasangan bapak Mahfud dan ibu

Chaeriyah. Pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Ciledug Kulon dan lulus pada

tahun 2005. Kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di

SMPN 1 Ciledug dan lulus pada tahun 2008 dan Tahun 2011 lulus dari MAN

Ciledug. Pendidikan penulis dilanjutkan di Program Keahlian Teknologi dan

Manajemen Ternak Program Diploma Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), dan lulus pada tahun 2014. Penulis

berkesempatan untuk melanjutkan ke program sarjana pada tahun 2014 di

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB.

Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi anggota Gabungan

Mahasiswa Pertanian (GAMAPERTA) dan Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan

Indonesia (ISMAPETI). Penulis pernah melaksanakan praktik kerja lapangan di

Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm, Bogor Jawa Barat dan PT Rejo

Sari Bumi Unit Tapos yang merupakan Peternakan Sapi Perah di wilayah Ciawi

Kabupaten Bogor Jawa Barat.