BAB I HPP KONVENSIONAL · Biaya Adm & Umum . V ... biaya produksi per unit dimana dalam metode full...
Transcript of BAB I HPP KONVENSIONAL · Biaya Adm & Umum . V ... biaya produksi per unit dimana dalam metode full...
BAB I
HPP KONVENSIONAL
Harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang dikumpulkan untuk periode tertentu yang
dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh unsur-unsur biaya produksi. Sedangkan harga pokok
produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut, dapat dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi dengan jumlah unit yang dihasilkan dalam periode yang
bersangkutan.
Unsur- unsur biaya produksi yaitu :
1. Biaya Bahan Baku
2. Biaya Tenaga Kerja langsung
3. Biaya Overhead Pabrik.
Terdapat dua pendekatan dalam metode penentuan Harga Pokok Produksi yaitu :
1. FULL COSTING
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik
yang bersifat variabel maupun tetap. Dengan demikian harga pokok produksi menurut
metode full costing terdiri dari unsur biaya berikut ini :
Biaya bahan baku Rp XXX
Biaya tenaga kerja langsung Rp XXX
Biaya overhead pabrik variabel Rp XXX
Biaya overhead pabrik tetap Rp XXX +
Harga Pokok Produksi Rp XXX
Laba besih yang dihitung dengan pendekatan full costing merupakan Penjualan
dikurangi Harga Pokok Produksi (Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung +
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 1
Biaya Overhead Pabrik Variabel + Biaya Overhead Pabrik Tetap) ditambahkan dengan
Total Biaya Nonproduksi (Biaya Administrasi & Umum + biaya pemasaran).
2. VARIABEL COSTING
Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel ke dalam harga pokokproduksi,
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
variabel. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode Variabel costing terdiri
dari unsur biaya produksi berikut ini :
Biaya bahan baku Rp XXX
Biaya tenaga kerja langsung Rp XXX
Biaya overhead pabrik variabel Rp XXX +
Harga pokok produksi Rp XXX
Laba bersih yang dihitung dengan pendekatan variable costing merupakan Penjualan
dikurangi Harga Pokok Produksi (Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung +
Biaya Overhead Pabrik Variabel + Biaya Administrasi & Umum Variable + biaya
pemasaran Variable) dikurangi dengan Total Biaya Tetap (Biaya Overhead Pabrik Tetap +
Biaya Administrasi & Umum Tetap + biaya pemasaran Tetap ). (akuntansi manajemen,
mulyadi edisi 3)
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 2
CONTOH KASUS
PENENTUAN HPP KONVENSIONAL
PT. HARAPANKU adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku
menjadi produk siap dijual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang dikumpulkan
pada akhir periode 2017.
1. Biaya Produksi
Biaya bahan baku (raw material) Rp 6.000 /unit
Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) Rp 4.000 /unit
Total biaya overhead pabrik (BOP) Rp 300.000.000/thn
(Variabel 60%, Tetap 40%)
Total biaya administrasi dan umum Rp 60.000.000 /thn
(Variabel 40%, Tetap 60%)
Total biaya pemasaran Rp 50.000.000/thn
(Variabel 80%, Tetap 20%)
2. Harga jual produk jadi sebesar Rp 50.000/unit
3. Data penjualan dan produksi
Persediaan awal 15.000 unit
Produksi 60.000 unit
Penjualan 70.000 unit
Persediaan akhir 5.000 unit
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 3
Diminta :
1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variabel costing !
2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing!
3. Buat analisis persediaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya !
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 4
JAWABAN
CONTOH KASUS
1. Biaya Produksi per Unit
BOP Tetap/unit = 40% x Rp 300.000.000 = Rp 2.000
60.000
BOP Variabel / unit = 60% x Rp 300.000.000 = Rp 3.000
60.000
BIAYA PRODUKSI /
UNIT
METODE FULL
COSTING
METODE
VARIABEL
COSTING
BBB 6.000 6.000
BTKL 4.000 4.000
BOP VARIABEL 3.000 3.000
BOP TETAP 2.000 -
TOTAL BIAYA
PRODUKSI 15.000 13.000
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 5
2. Laporan Laba Rugi
A. Full Costing
PT. HARAPANKU
INCOME STATEMENT
Penjualan ( 70.000 x Rp 50.000) Rp 3.500.000.000
HPP
Persediaan Awal (15.000 x Rp 15.000 Rp 225.000.000
BBB ( 60.000 x Rp 6.000 ) Rp 360.000.000
BTKL (60.000 x Rp 4.000) Rp 240.000.000
BOP Variabel (60.000 x Rp 3.000) Rp 180.000.000
BOP Tetap (60.000 x Rp 2.000) Rp 120.000.000 +
. Biaya produksi Rp 900.000.000 +
BTUD Rp 1.125.000.000
Persediaan akhir (5.000 x Rp 15.000) (Rp 75.000.000)
HPP (Rp 1.050.000.000 )
Laba kotor Rp 2.450.000.000
BiayaOperasi :
Biaya administrasi dan umum
- Variabel (40% x 60.000.000) = Rp 24.000.000
- Tetap (60% x 60.000.000) = Rp 36.000.000 +
Rp 60.000.000
Biaya Pemasaran
- Variabel (80% x 50.000.000) = Rp 40.000.000
- Tetap (20% x 50.000.000 = Rp 10.000.000 +
Rp 50.000.000 +
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 6
Total biaya operasi (Rp 110.000.000)
Laba Bersih Rp 2.340.000.000
B. Variabel Costing
PT. HARAPANKU
INCOME STATEMENT
Penjualan ( 70.000 x Rp 50.000) Rp 3.500.000.000
HPP
Persediaan Awal ( 15.000 x Rp. 13.000) Rp 195.000.000
BBB ( 60.000 x Rp 6.000 ) Rp 360.000.000
BTKL (60.000 x Rp 4.000) Rp 240.000.000
BOP Variabel (60.000 x Rp 3.00 Rp 180.000.000 +
. Biaya produksi Rp 780.000.000 +
BTUD Rp 975.000.000
Persediaan akhir (5.000 x Rp 13.000) (Rp 65.000.000)
HPP Rp 910.000.000
Biaya Adm & Umum V (40% x 60.000.000) Rp 24.000.000
Biaya Pemasaran V (80% x 50.000.000) Rp 40.000.000 +
Total Biaya Variabel (Rp 974.000.000)
Laba Kontribusi Rp 2.526.000.000
BiayaTetap :
- BOP Tetap (60.000 x Rp 2.000) Rp 120.000.000
- Biaya Adm & Umum T (60% x 60.000.000) Rp 36.000.000
- Biaya Pemasaran T (20% x 50.000.000) Rp 10.000.000 +
Total Biaya Tetap (Rp 166.000.000)
Laba Bersih Rp 2.360.000.000
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 7
3. Analisis :
Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa laba usaha dengan metode full costing sebesar
Rp 2.340.000.000, lebih kecil dari pada menggunakan metode variabel costing sebesar Rp
2.360.000.000. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan dalam penentuan
biaya produksi per unit dimana dalam metode full costing biaya produksi/unit sebesar
Rp15.000 dan pada metode variabel costing sebesarRp 13.000, sehingga berpengaruh pada nilai
persediaan awal dan persediaan akhir pada kedua metodetersebut, yang pada akhirnya
menyebabkan perbedaan pada besarnya laba usaha.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 8
KASUS 1
PENENTUAN HPP KONVENSIONAL
PT. MILIK KITA adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku
menjadi produk siap dijual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang dikumpulkan
pada akhir periode 2017.
1. Biaya Produksi
Biaya bahan baku (raw material) Rp10.000 /unit
Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) Rp8.000 /unit
Total biaya overhead pabrik (BOP) Rp300.000.000 /th
(Variabel 70%, Tetap 30%)
Total biaya administrasi dan umum Rp50.000.000 /th
(Variabel 40%, Tetap 60%)
Total biaya pemasaran Rp45.000.000/th
(Variabel 80%, Tetap 20%)
2. Hargajual produkjadisebesarRp50.000/unit
3. Data penjualan dan produksi
Persediaan awal 6.000 unit
Produksi 80.000 unit
Penjualan 60.000 unit
Persediaan akhir 15.000 unit
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 9
Diminta :
1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variabel costing !
2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing !
3. Buat analisis persediaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya !
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 10
KASUS 2
PENENTUAN HPP KONVENSIONAL
PT. NORIS adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku menjadi
produk siap dijual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang dikumpulkan pada
akhir periode 2017.
1. Biaya Produksi
Biaya bahan baku (raw material) Rp8.000 /unit
Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) Rp 6.000 /unit
Total biaya overhead pabrik (BOP) Rp400.000.000 /th
(Variabel 70%, Tetap 30%)
Total biaya administrasi dan umum Rp50.000.000 /th
(Variabel35%, Tetap 65%)
Total biaya pemasaran Rp60.000.000/th
(Variabel 80%, Tetap 20%)
2. Harga jual produk jadi sebesar Rp55.000/unit
3. Data penjualan dan produksi
Persediaan awal 6.000 unit
Produksi 80.000 unit
Penjualan 60.000 unit
Persediaan akhir 15.000 unit
Diminta :
1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variabel costing !
2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing !
3. Buat analisis persediaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya !
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 11
VISUAL BASIC
FORM 1
FORM 2
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 12
FORM 3
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 13
BAB II PENENTUAN HPP DENGAN METODE
ACTIVITY BASED COSTING
Metode ABC (Activity Based Costing) merupakan alternative lain terhadap metode
pembiayaan tradisional atas biaya overhead. Konsep ini muncul karena dianggap metode tradisional
kurang tepat dalam mengalokasikan biaya overhead keproduksi hanya dengan mengandalkan dasar
bahan langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja.
Metode ABC (Activity Based Cost) menurut Mulyadi (2003:25) merupakan sebuah sistem
informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan
personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas.
Tujuan Activity Based Costing adalah untuk mengalokasikan biaya ke transaksi dari
aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut
secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk. Full Costing dan Variable
Costing (konvensional) menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada fase produksi saja,
sedangkan untuk Activity Based Costing menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada
semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :
1. Fase design dan pengembanga nproduk
• Biaya design (design expenses)
• Biaya pengujian (testing expenses)
2. Fase produksi
• Unit level activity cost
• Batch level activity cost
• Product sustaining activity cost
• Facility sustaining activity cost
3. Fase dukungan logistik
• Biaya iklan (advertising expenses)
• Biaya distribusi (distribution expenses)
• Biaya garansi produk (product guarantee expenses) TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 14
Manfaat metode ABC :
1. Sebagai penentu harga pokok produk yang lebih akurat
2. Meningkatkan mutu pembuatan keputusan
3. Menyempurnakan perencanaan strategic
4. Meningkatkan kemampuan yang lebih baik dalam mengelola aktivitas yang melalui
penyempurnaan yang berkesinambungan.
Keunggulan dari ABC :
1. Dapat mengatasi diversitas (perbedaan) volume dan produk sehingga pelaporan biaya
produknya lebih akurat.
2. Mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut.
3. Dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasi aktivitas yang tidak bernilai
tambah.
4. Memberikan kemudahan kepada manajemen dalam melakukan pengambilan keputusan baik
mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas sehingga dapat menigkatkan
efisiensi dan efektivitas usaha.
Kelemahan dari ABC:
1. Mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara berfikir mereka mengenai
biaya, yang pada awalnya sulit bagi manajer untuk memahami ABC.
2. Memerlukan upaya ekstra dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam perhitungan
biaya.
3. Tidak menunjukkan biaya yang akan dihindari dengan menghentikan pembuatan lebih
sedikit produk.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 15
CONTOH KASUS
PENENTUAN HPP DENGAN METODE
ACTIVITY BASED COSTING
PT. KFC memproduksi 4 jenis produk yaitu : A, B, C, D dengan data sebagai berikut:
Biaya Tenaga Kerja : 1.250/jam
Biaya Overhead Pabrik
- Biaya Inspeksi Pabrik (Factory Inspection Expense) : Rp 175.000
- Biaya Listrik : Rp 150.000
- Biaya Perawatan Mesin (Mechine Maintenance Cost) : Rp 110.000
- Biaya Persiapan Produksi (Product Preparation Cost) : Rp 110.000
Rp 545.000
KETERANGAN A B C D Total
Unit Keluaran 1.500 unit 1.200 unit 600 unit 700 unit 4.000 unit
Biaya Material
( Material Cost) Rp 150.000 Rp130.000 Rp140.000 Rp200.000 Rp620.000
Jam Inspeksi
(Inspection Hours) 130 jam 220 jam 160 jam 140 jam 650 jam
Kilowatt
(Kilowatt Hours) 1.300 kwh 1.000 kwh 1. 400 kwh 1.800 kwh 5.500 kwh
Jam Mesin
(Machine Hours) 700 jam 650 jam 750 jam 770 jam 2.870 jam
Putaran Produksi
(Production Cycle) 75 65 45 60 245
Jam Kerja Langsung
(Direct Labour Hours) 70 jam 65 jam 60 jam 75 jam 270 jam
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 16
Hitunglah Harga Pokok Produk per unit :
a. Menggunakan metode konvensional dengan memakai tarif overhead jam mesin!
b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut :
- Biaya Inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi
- Biaya Listrik dialokasikan berdasarkan kilowatt jam.
- Biaya Perawatan Mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin.
- Biaya Persiapan Produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi.
c. Bandingkan hasil dari kedua etode tersebut!
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 17
JAWABAN CONTOH KASUS
a. Metode Konvesional :
Tariff BOP : Rp 545.000 / 2.870 JM = Rp 189,90 / Jam Mesin
KETERANGAN A B C D
Biaya Material Rp150.000 Rp130.000 Rp140.000 Rp200.000
BTKL Rp 87.500 Rp 81.250 Rp75.000 Rp 93.750
Biaya Utama Rp 237.500 Rp211.250 Rp215.000 Rp293.750
BOP
@Rp 189,90 Rp132.930 Rp123.435 Rp142.425 Rp146.223
HPP Rp370.430 Rp334.683 Rp357.425 Rp 439.973
Unit yg diproduksi 1500 unit 1200 unit 600 unit 700 unit
HPP/unit Rp 246,95 Rp 278,90 Rp 595,70 Rp 628,53
Perhitungan :
- BTKL = Jam Kerja Langsung X Biaya Tenaga Kerja
- Biaya Utama = Biaya Material + BTKL
- BOP = Jam Mesin X Tarif Bop
- HPP = Biaya Utama + BOP
- HPP/unit = HPP : Unit yang diproduksi
b. Metode ABC
Biaya Inspeksi Pabrik : Rp 175.000/ 650 jam = Rp 269,23/ jam inspeksi
Biaya Listrik : Rp 150.000/ 5.500 kwh = Rp 27,27/ kwh
Biaya Perawatan Mesin : Rp 110.000/ 2.870 = Rp 38,33/ jam mesin
Biaya Persiapan Produksi : Rp 110.000/ 270 = Rp 448,98/ putaran
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 18
KETERANGAN A B C D
Biaya Utama Rp237.500 Rp211.250 Rp215.000 Rp293.750
Biaya Inspeksi
@ Rp 269,23/ jam Rp 34.999,9 Rp59.230,6 Rp 43.076,8 Rp37.692,2
Biaya Listrik
@ Rp 27,27/ kwh Rp35.451 Rp 27.270 Rp38.178 Rp49.086
Biaya Perawatan
@ Rp 38,33/ jam mesin Rp26.831 Rp24.914,5 Rp28.747,5 Rp29.514,1
Baiaya Persiapan
@ Rp 448,98/ putaran Rp33.673,5 Rp 29.183,7 Rp20.204,1 Rp26.938,8
HPP Rp368.455,54 Rp351.848,8 Rp345.205,4 Rp436.981,1
Unit yg Diproduksi 1500 unit 1200 unit 600 unit 700 unit
HPP/unit Rp245,64 Rp293,21 Rp575,34 Rp624,26
c. Membandingkan Hasil Yang Diperoleh
KETERANGAN A B C D
HPP / Unit Konvesional Rp 246,95 Rp 278,90 Rp 595,70 Rp 628,53
HPP / Unit ABC Rp245,64 Rp293,21 Rp575,34 Rp624,26
% Perubahan Pemakaian
ABC -0,53% 4,88 % -3,54 % -0,68%
Rumus ;
% Perubahan Pemakaian ABC = HPP per unit ABC – HPP per unit konvensional x 100
HPP per unit ABC
Metode ABC membebankan BOP lebih besar terhadap produksi dengan volume lebih rendah
sehingga HPP / unit yang menjadi lebih mahal dan membebankan BOP lebih kecil terhadap
produksi dengan volume yang lebih tinggi sehingga HPP/unit lebih murah.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 19
KASUS 1
PENENTUAN HPP DENGAN METODE
ACTIVITY BASED COSTING
PT. HOPE memproduksi 4 jenis produk yaitu : O, P, Q, R dengan data sebagai berikut :
Biaya Tenaga Kerja : 1.500/jam
Biaya Overhead Pabrik
- Biaya Inspeksi Pabrik (Factory Inspection Expense) : Rp 180.000
- Biaya Listrik : Rp 170.000
- Biaya Perawatan Mesin (Mechine Maintenance Cost) : Rp 120.000
- Biaya Persiapan Produksi (Product Preparation Cost) : Rp 140.000
Rp 610.000
KETERANGAN O P Q R Total
Unit Keluaran 1800 unit 1600 unit 800 unit 600 unit 4800 unit
Biaya Material
( Material Cost) Rp160.000
Rp120.000 Rp170.000 Rp180.000 Rp630.000
Jam Inspeksi
(Inspection Hours) 120 jam 200 jam 170 jam 130 jam 620 jam
Kilowatt
(K]ilowatt Hours) 1500 kwh 1200 kwh 1500 kwh 1600 kwh 5800 kwh
Jam Mesin
(Machine Hours) 800 jam 750 jam 650 jam 750 jam 2950 jam
Putaran Produksi
(Production Cycle) 80 75 50 60 265
Jam Kerja Langsung
(Direct Labour Hours) 70 jam 80 jam 65 jam 90 jam 305 jam
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 20
Hitunglah Harga Pokok Produk per unit :
a. Menggunakan metode konvensional dengan memakai tarif overhead jam mesin!
b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut :
- Biaya Inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi
- Biaya Listrik dialokasikan berdasarkan kilowatt jam.
- Biaya Perawatan Mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin.
- Biaya Persiapan Produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi.
c. Bandingkan hasil dari kedua etode tersebut!
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 21
KASUS 2
PENENTUAN HPP DENGAN METODE
ACTIVITY BASED COSTING
PT. SEJAHTERA memproduksi empat jenis produk yaitu : J, K, L, M dan dengan data sebagai
berikut:
Keterangan J K L M Total
Unit Keluaran 1.000 unit 500 unit 1.200 unit 300 unit 3.000 unit
Biaya Material
(Material Cost) Rp 225.000 Rp300.000 Rp120.000 Rp200.000 Rp 845.000
Jam Inspeksi
(Inspection Hours) 120 jam 200 jam 215 jam 100 jam 635 jam
Kilowatt
(Kilowatt Hours) 1.250 jam 2.000 jam 850 jam 1.000 jam 5.100 jam
Jam Mesin
(Machine Hours) 900 jam 1.250 jam 725 jam 600 jam 3.475 jam
Putaran Produksi
(Production Cycle) 70 65 85 50 270
Jam kerja Langsung
(Direct Labour
Hours)
85 jam 60 jam 55 jam 65 jam 265 jam
Biaya tenaga kerja Rp1.200 / jam
Biaya Overhead Pabrik
• Biaya inspeksi pabrik (Factory inspection expense) Rp 165.000
• Biaya Listrik Rp 120.000
• Biaya perawatan mesin (machine maintenance cost) Rp130.000
• Biaya Persiapan produksi (product preparation cost) Rp125.000 +
Rp 540.000
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 22
Hitunglah harga pokok per unit :
a. Menggunakan metode konvensional dengan memakai tarif overhead jam tenaga kerja!
b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut :
• Biaya Inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi
• Biaya Listrik dialokasikan berdsarkan kilowatt jam
• Biaya perawatan mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin
• Biaya persiapan produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi
c. Bandingkan hasil dari kedua metode tersebut!
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 23
VISUAL BASIC :
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 24
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 25
BAB III
ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA
Menurut L.M. Samryn, S.E., Ak., M.M., Perilaku biaya (cost behaviour) dapat diartikan
sebagai kecenderungan perubahan biaya sebagai respons atas perubahan tingkat aktivitas dalam
bisnis (2012 : 46). Perilaku biaya merupakan pola perubahan biaya dalam kaitannya dengan
perubahan kegiatan perusahaan, seperti volume produksi, volume penjualan dan sebagainya. Pada
umumnya pola perilaku biaya diartikan sebagai hubungan antara total biaya dengan perubahan
volume kegiatan.
Estimasi tingkah laku biaya bertujuan untuk menguraikan berbagai macam sifat dan cara
penetapan pola perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Pengetahuan mengenai bagaimana suatu biaya akan berubah dibawah berbagai macam pengaruh
merupakan hal yang penting dalam pengambilan keputusan, estimasi biaya di masa yang akan
datang, dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan.
Berdasarkan perilaku dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat
dibagi menjadi tiga golongan :
Biaya Variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap) tidak mengalami perubahan dengan
adanya perubahan volume kegiatan.
Contoh : Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung
Biaya Tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar perubahan volume
kegiatan tertentu. Biaya tetap per unit berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan.
Contoh : Biaya gaji pimpinan, Gaji direktur produksi dsb.
Biaya semi variable merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya ini memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya.
Contoh : Biaya Listrik, Biaya pemeliharaan kendaraan.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 26
Pada umumnya, klasifikasi dan estimasi biaya yang lebih dapat diandalkan diperoleh dengan
menggunakan pendekatan analisis biaya masa lalu, dengan beberapa metode yaitu:
1. METODE TITIK TERTINGGI DAN TERENDAH (HIGH AND LOW POINT METHOD)
MAKSUD DARI TITIK TERTINGGI DAN TERENDAH DISINI ADALAH TITIK
TERTINGGI ADALAH SUATU TITIK DENGAN TINGKAT OUTPUT DAN AKTIVITAS
TERTINGGI, SEDANGKAN TITIK TERENDAH ADALAH TITIK DENGAN TINGKAT
OUTPUT DAN AKTIVITAS YANG TERENDAH. JADI DALAM METODE INI SUATU
BIAYA PADA TINGKAT AKTIVITAS TERTINGGI DIBANDINGKAN DENGAN BIAYA
TERSEBUT PADA TINGKAT AKTIVITAS TERENDAH DI MASA YANG LALU.
SELISIH BIAYA YANG DIHITUNG MERUPAKAN UNSUR BIAYA VARIABEL DALAM
BIAYA TERSEBUT.
Dimana:
Y = Total biaya b = Biaya variable satuan
a =Biayatetap x = Volume kegiatan
Rumusperhitungan a dan b tersebutadalahsebagaiberikut :
a = Y1 – bX1 atau a = Y2 – bX2, dan
Dimana :
a = Biayatetap
b = Biayavariabel
Y1 = Perubahanbiayaterendah
Y2 = Perubahanbiayatertinggi
X1 = Perubahanaktivitasterendah
X2 = Perubahanaktivitastertingg
Y = a + bx
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 27
2. METODE BIAYA BERJAGA (STAND BY COST METHOD)
Metode ini digunakan untuk menaksir biaya tetap dan biaya variabel bila sebuah
perusahaan menutup kegiatannya untuk sementara. (L.M. Samryn, S.E., Ak., M.M., 2012 :
51). Metode ini disebut biaya berjaga karena dimaksudkan untuk menghitung cadangan dana
yang harus disiapkan untuk berjaga-jaga selama tenggang waktu tanpa kegiatan normal.
Biaya ini merupakan unsur bagian yang berperilaku tetap. Perbedaan antara biaya
yang dikeluarkan selama kegiatan berjalan dengan biaya berjaga merupakan unsur biaya
yang berperilaku variabel.
Dimana :
Y = Total biaya b = Biaya variable satuan
a =Biayatetap x = Volume kegiatan
Rumus perhitungan b adalah sebagai berikut :
3. METODE KUADRAT TERKECIL (LEAST-SQUARE METHOD)
Metode ini merupakan pengukuran dari jumlah biaya yang ada untuk mengetahui
rata-rata biaya tetap dan rata-rata biaya variabel.
Dimana :
Y = Total biaya
a =Biayatetap
x = Volume kegiatan
b =Biayavariabelsatuan
Y = a + bx
Y = a + bx
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 28
Rumusperhitungan a dan b adalahsebagaiberikut :
Dimana :
a = Biayatetap
b = Biayavariabel
y = Biayasesungguhnya
x = Unit terjual
n = Jumlah data
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 29
CONTOH KASUS
ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA
PT. NYANILA adalah sebuah perusahaan yang memproduksi cimol dengan kualitas tinggi
akan mengamati biaya produksinya selama 4 bulan terakhir untuk merencanakan berapa biaya yang
akan dikeluarkan dimasa yang akan datang.
Berikut data biaya penjualan PT. NYANILA:
TABELDATA BIAYA PENJUALAN PT. NYANILA
BULAN UNIT YANG
TERJUAL BIAYA PENJUALAN
JANUARI 100 Rp 350.000
FEBRUARI 300 Rp 450.000
MARET 200 Rp 400.000
APRIL 400 Rp 500.000
Pertanyaan :
1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik terendah (high and
low point method) jika dalam anggaran PT. NYANILA merencanakan memproduksi sebesar
200 unit yang produksi. Berapakah jumlah biaya produksiyang harus dikeluarkan ?
2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby method), dengan
biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp. 400.000,- per bulan. Jika perusahaan
merencanakan memproduksi sebesar 200 unit yang produksi, berapakah jumlah biaya
produksiyang harus dikeluarkan oleh PT. NYANILA?
3. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode kuadrat terkecil (least-square method) jika
perusahaan merencanakan memproduksi sebesar 200 unit yang produksi. Berapakah jumlah
biaya produksi yang harus dikeluarkan?
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 30
JAWABAN
CONTOH KASUS
1. METODE HIGH AND LOW POINT
Titik tertinggi Titik terendah Selisih
Unit yang Terjual 400 100 300
Biaya Penjualan Rp 500.000 Rp 350.000 Rp 150.000
Biaya variable (b) = Rp150.000 / 300 = Rp 500
Tertinggi Terendah
By penjualan yg terjadi Rp 500.000 Rp 350.000
By penjualan variable :
Rp 500 x 400 Rp 200.000
Rp 500 x 200
Rp 50.000
By penjualan tetap Rp 300.000 Rp 300.000
Persamaan Linear :
Y = a + bx
Y = Rp 300.000 + Rp 500 x
Jika Perusahaan ingin memproduksi 200 unit maka :
Y = Rp 300.000 + Rp 500 (200)
Y = Rp 400.000
Jadi biaya produksi yang harus dikeluarkan jika perusahaan ingin memproduksi 200 unit
adalah sebesar Rp 400.000
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 31
2. METODE BERJAGA-JAGA
Biaya yang dikeluarkan pada tingkat 800 Rp 500.000
Biaya tetap (fixed cost) Rp 400.000 -
Selisih (variance) Rp 100.000
Biaya variabel = Rp 100.000 / 400 = Rp 250 per unit yang diproduksi
Persamaan garislinear :
Y = a + b X
Y = 400.000 + 250 X
Jika perusahaan ingin memproduksi sebesar 200 unit maka :
Y = 400.000 + 250 (200)
Y = Rp 450.000
Jadi biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi 200 unit adalah sebesar
Rp 450.000
3. METODE LEAST-SQUARE
BULAN UNIT YANG
TERJUAL (X)
BIAYA
PENJUALAN (Y) XY X2
JANUARI 100 Rp 350.000 Rp 35.000.000 10.000
FEBRUARI 300 Rp 450.000 Rp 135.000.000 90.000
MARET 200 Rp 400.000 Rp 80.000.000 40.000
APRIL 400 Rp 500.000 Rp 200.000.000 160.000
TOTAL 1000 Rp 1.700.000 Rp 450.000.000 300.000
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 32
b = 4 .450.000.000 – 1000 x 2.800.000
4 x 300.000 – (1.000)2
b = 1.800.000.000 – 1.700.000.000
1.200.000 – 4.000.000
b = 100.000.000
200.000
b = Rp 500
a = 1.700.000 – 500 (1.000)
4
a = 1.200.000
4
a = Rp 300.000
Jadi, persamaan garis linear:
Y = a + bx
Y = Rp 300.000 + Rp 500 X
Jika perusahaan ingin memproduksi sebesar 200 unit maka :
Y = Rp 300.000 + Rp 500 X
Y = Rp 300.000 + Rp 500 (200)
Y = Rp 400.000
Jadi biaya produksi yang harus dikeluarkan jika perusahaan ingin memproduksi 200 unit adalah
sebesar Rp 400.000 TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 33
KASUS 1
ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA
PT. Dahlia akan bekerja sama dengan PT. SAKURA. Sebelum memutuskan untuk
bekerja sama, PT. DAHLIA akan mengamati biaya penjualannya selama 4 bulan terakhir (tahun
2017). PT. DAHLIA adalah sebuah perusahaan yang memproduksi jam tangan dengan kualitas
tinggi. Data biaya penjualan sebagai berikut :
BULAN UNIT YANG TERJUAL BIAYA PENJUALAN
JANUARI 100 Rp 200.000
FEBRUARI 300 Rp 400.000
MARET 500 Rp 600.000
APRIL 700 Rp 800.000
Pertanyaan :
1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik terendah (high and
low point method) jika dalam anggaran akhir tahun 2017 PT. DAHLIA merencanakan
menaikkan penjualan sebesar 300 unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang
harus dikeluarkan ?
2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby method), dengan
biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp. 100.000,- per bulan. Jika perusahaan
menaikkan penjualan sebesar 300 unit yang terjual, berapakah jumlah biaya penjualan (total
sales expence) yang harus dikeluarkan oleh PT. DAHLIA?
3. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode kuadrat terkecil (least-square method) jika
perusahaan merencanakan menaikkan 300 unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan
yang harus dikeluarkan?
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 34
KASUS 2
ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA
PT. SONY adalah sebuah perusahaan yang memproduksi televisi berkualitas tinggi, akan
mengamati biaya penjualan selama 6 bulan terakhir (tahun 2016). Data biaya penjualan sebagai
berikut :
BULAN UNIT YANG TERJUAL BIAYA PENJUALAN
JULI 2.000 Rp 300.000
AGUSTUS 8.000 Rp 900.000
SEPTEMBER 4.000 Rp 500.000
OKTOBER 10.000 Rp 1.100.000
NOVEMBER 6.000 Rp 700.000
DESEMBER 12.000 Rp 1.300.000
Pertanyaan :
1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik terendah (high
and low point method) jika dalam anggaran akhir tahun 2016 PT. SONY merencanakan
menaikkan penjualan sebesar 5.000 unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan
yang harus dikeluarkan?
2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby method), dengan
biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp. 100.000,- per bulan. Jika perusahaan
menaikkan penjualan sebesar 6.000 unit yang terjual, berapakah jumlah biaya penjualan
(total sales expence) yang harus dikeluarkan oleh PT. SONY?
3. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode kuadrat terkecil (least-square method)
jika perusahaan merencanakan menaikkan 5.000 unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya
penjualan yang harus dikeluarkan?
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 35
VISUAL BASIC
FORM 1
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 36
FORM 2
FORM 3
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 37
FORM 4
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 38
BAB IV
LAPORAN SEGMENTASI
A. PELAPORAN YANG DISEGMEN
Dalam sebuah perusahaan, agar kegiatan didalamnya dapat beroperasi secara efektif,
manajer membutuhkan laporan yang memfokuskan pada segmen perusahaan. Segmen ini dapat
berupa bagian atau aktivitas dalam sebuah organisasi yang selanjutnya untuk segmen ini para
manajer kemudian mengumpulkan data biaya, pendapatan, dan laba.
Berdasarkan pendekatan manajemen, segmen yang digunakan untuk pelaporan eksternal
ditentukan melalui strktur internal bisnis. Jika pelaporan internal berdasar wilayah maka laporan
segmen harus berdasarkan geografis. Jika pelaporan internal berdasar lini produk industri, maka
laporan segmen harus memakai dasar yang sama. Hal ini dapat disimpulkan segmen adalah bukti
dari struktur suatu organisasi internal perusahaan, dan pembuat laporan keuangan harus bisa
menyediakan informasi yang diperlukan secara efektif dan tepat waktu.
B. KONSEP ALOKASI DASAR
Laporan yang disegmen untuk kegiatan intern disajikan secara khusus dalam bentuk
kontribusi. Pedoman penentuan harga pokok yang digunakan dalam penyajian laporan ini adalah
sama seperti pedoman penentuan harga pokok yang digunakan pada umumnya, kecuali satu hal
yang tidak sama yaitu terletak pada penanganan biaya tetap. Dimana biaya tetap dibagi ke dalam
dua bagian pada laporan yang disegmen yaitu Direct Fixed Cost dan Common Fixed Cost.
Direct Fixed Cost yaitu biaya tetap yang dapat dikaitkan langsung pada segmen tertentu dan
yang timbul karena adanya segmen sedangkan Common Fixed Cost yaitu biaya tetap yang tidak
dapat dikaitkan langsung pada setiap segmen tertentu, tetapi timbul karena aktivitas operasi
keseluruhan. Dua pedoman umum yang dapat diikuti dalam pembebanan biaya terhadap segmen
adalah bahwa biaya dapat dikelompokkan berdasarkan :
Pada perilaku biaya sehingga semua biaya dikelompokkan sebagai biaya variabel dan
biaya tetap. Penyajian biaya berdasarkan karakteristik ini digunakan untuk menghitung
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 39
marjin kontribusi. Informasi yang dihasilkannya bermanfaat dalam mengevaluasi
pentingnya keberadaan suatu produk sebagai segmen dalam menghasilkan laba.
Dapat atau tidaknya suatu biaya secara langsung ditelusuri hubungannya dengan segmen
dimana biaya tersebut terjadi. Penyajian biaya menurut karakteristik ini dimaksudkan
untuk melihat keterkaitan suatu biaya dengan segmen yang dihitung laba ruginya. Dalam
kenyataannya, terdapat biaya-biaya tetap yang terjadi karena adanya suatu segmen bisnis
sehngga penutupan suatu segmen misalnya dapat menyebabkan hilangnya sekelompok
biaya tertentu.
Terdapat beberapa alternatif untuk menetapkan segmen-segmen suatu perusahaan guna
menghasilkan informasi yang signifikan kepada investor. Tiga alternatif yang penting adalah:
• Divisi geografis (segmentasi yang didasarkan pada letak geografis mungkin sangat
informatif bagi perusahaan, terutama dalam membedakan operasi domestik dan luar negeri).
• Divisi Lini produk atau industrial (memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
perbedaan profitabilitas, tingkat risiko, dan peluang pertumbuhan)
• Divisi berdasarkan struktur intern pengendalian manajemen (mengumpulkan data akurat
yang diperlukan dengan biaya tambahan terkecil).
Penyajian dalam Pelaporan Segmen :
a. Perusahaan harus menggambarkan aktivitas masing-masing segmen industri dan
menunjukkan komposisi masing- masing segmen tersebut.
b. Untuk setiap segmen industri dan geografis yang dilaporkan, informasi keuangan berikut ini
harus di ungkapkan: “Penjualan atau pendapatan operasi lainnya, dibedakan antara
pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan di luar perusahaan dan pendapatan dari segmen
lain, hasil segmen, aktiva segmen yang digunakan, dinyatakan dalam jumlah uang atau
sebagai persentase dari jumlah yang dikonsolidasikan”.
c. Perusahaan harus menyajikan rekonsiliasi antara informasi segmen-segmen individual dan
informasi keseluruhan dalam laporan keuangan.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 40
C. TUJUAN PELAPORAN SEGMEN
Tujuan dari pelaporan segmen adalah untuk menetapkan prinsip-prinsip pelaporan informasi
keuangan berdasarkan segmen dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam :
• Memahami kinerja masa lalu perusahaan secara lebih baik
• Menilai risiko dan imbalan perusahaan secara lebih baik
• Menilai perusahaan secara keseluruhan secara lebih memadai
D. KEBIJAKAN AKUNTANSI SEGMEN
Informasi segmen harus disusun dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan konsolidasi atau perusahaan. Kebijakan akuntansi yang dipilih
manajemen untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi atau perusahaan dianggap sebagai
kebijakan akuntansi yang diyakini manajemen paling sesuai untuk pelaporan keuangan
eksternal. Karena tujuan informasi segmen ialah untuk membantu pengguna laporan keuangan
dalam memahami dan membuat penilaian yang lebih memadai mengenai perusahaan secara
keseluruhan.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 41
CONTOH KASUS
LAPORAN SEGMENTASI
Casual Shoes Company adalah perusahaan yang memproduksi sepatu modern berkualitas
yang ada di Indonesia. Salah satu produk andalan mereka yaitu Kuma dan Old Balance dimana
produk tersebut dijual di daerah Bogor dan Tangerang. Berikut adalah data biaya dan pendapatan
masing-masing produk dan daerah penjualan:
1. Harga jual,biaya variabel dan kontribusi margin :
Kuma Old Balance
Harga jual per unit Rp 1.500.000,00 Rp 850.000,00
Biaya variabel per satuan Rp 200.000,00 Rp 175.000,00
Kontribusi margin Rp 1.300.000,00 Rp 675.000,00
2. Selama tahun 2015, produk sepatu Kuma terjual sebanyak 25.000 unit satuan dan produk
sepatu Old Balance sebanyak 12.500 unit satuan.
Produk sepatu Kuma terjual sebanyak 85% dari total penjualannya untuk daerah Bogor dan
sisanya untuk daerah Tangerang. Sedangkan untuk produk sepatu Old Balance terjual
sebanyak 40% dari total penjualannya untuk daerah Bogor dan sisanya untuk daerah
Tangerang. Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2015 yaitu :
• Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk :
Kuma Old Balance
Biaya Produksi Tetap Rp 250.000.000,00 Rp 185.750.000,00
Biaya Administrasi Tetap Rp 50.000.000,00 Rp 45.750.000,00
• Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan :
Bogor Tangerang
Biaya Penjualan Tetap Rp 75.000.000,00 Rp 85.000.000,00
Biaya Administrasi Tetap Rp 5.500.000,00 Rp 5.500.000,00
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 42
Diminta :
1. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah penjualan
(Territorial Segmen)
2. Susunlah laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk (Produk
Line)
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 43
JAWABAN CONTOH KASUS
1. Berdasarkan Daerah Penjualan
Bogor Tangerang Jumlah
Penjualan
- Kuma
- Old Balance
Rp 31.875.000.000,00
Rp 4.250.000.000,00
Rp 5.625.000.000,00
Rp 6.375.000.000,00
Rp 37.500.000.000,00
Rp 10.625.000.000,00
Total Penjualan Rp 36.125.000.000,00 Rp 12.000.000.000,00 Rp 48.125.000.000,00
Biaya Variabel :
- Kuma
- Old Balance
(Rp 4.250.000.000,00)
(Rp 875.000.000,00)
(Rp 750.000.000,00)
(Rp 1.312.500.000,00)
(Rp 5.000.000.000,00)
(Rp 2.187.500.000,00)
Total Biaya Variabel (Rp 5.125.000.000,00) (Rp 2.062.500.000,00) (Rp 7.187.500.000,00)
Contribution Margin Rp 31.000.000.000,00 Rp 9.937.500.000,00 Rp 40.937.500.000,00
Direct Fixed Expenses :
- Biaya Penjualan
- Biaya Administrasi
(Rp 75.000.000,00)
(Rp 5.500.000,00)
(Rp 85.000.000,00)
(Rp 5.500.000,00)
(Rp 160.000.000,00)
(Rp 11.000.000,00)
Territorial Margin Segmen Rp 30.919.500.000,00 Rp 9.847.000.000,00 Rp 40.766.500.000,00
Common Fixed Expenses :
- Biaya Produksi
- Biaya Administrasi
(Rp 435.750.000,00)
(Rp 95.750.000,00)
Penghasilan Netto Rp 40.235.000.000,00
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 44
2. Berdasarkan Lini Produk
Kuma Old Balance Jumlah
Penjualan
Biaya Variabel
Rp 37.500.000.000,00
(Rp 5.000.000.000,00)
Rp 10.625.000.000
(Rp 2.187.500.000,00)
Rp 48.125.000.000,00
(Rp 7.187.500.000,00)
Contribution Margin Rp 32.500.000.000,00 Rp 8.437.500.000,00 Rp 40.937.500.000,00
Direct Fixed Expenses :
- Biaya Produksi
- Biaya Administrasi
(Rp 250.000.000,00)
(Rp 50.000.000,00)
(Rp 185.750.000,00)
(Rp 45.750.000,00)
(Rp 435.750.000,00)
(Rp 95.750.000,00)
Product Line Fixed Margin Rp 32.200.000.000,00 Rp 8.206.000.000,00 Rp 40.406.000.000,00
Comon Fixed Expenses :
- Biaya Penjualan
- Biaya Administrasi
(Rp 160.000.000,00)
(Rp 11.000.000,00)
Penghasilan Netto Rp 40.235.000.000,00
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 45
KASUS 1
LAPORAN SEGMENTASI
CV. House Bag adalah perusahaan yang memproduksi tas gunung berkualitas yang ada di
Indonesia. Salah satu produk andalan mereka yaitu Siger dan Consinus dimana produk tersebut
dijual di daerah Jakarta dan Bandung. Berikut adalah data biaya dan pendapatan masing-masing
produk dan daerah penjualan:
1. Harga jual,biaya variabel dan kontribusi margin :
Siger Consinus
Harga jual per unit Rp 1.300.000,00 Rp 1.000.000,00
Biaya variabel per satuan Rp 800.000,00 Rp 700.000,00
Kontribusi margin Rp 500.000,00 Rp 300.000,00
2. Selama tahun 2016, produk tas Siger terjual sebanyak 30.000 unit satuan dan produk tas
Consinus sebanyak 15.000 unit satuan.
Produk tas Siger terjual sebanyak 80% dari total penjualannya untuk daerah Jakarta dan
sisanya untuk daerah Bandung. Sedangkan untuk produk tas Consinus terjual sebanyak 55%
dari total penjualannya untuk daerah Jakarta dan sisanya untuk daerah Bandung. Biaya tetap
yang terjadi selama tahun 2016 yaitu :
• Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk :
Siger Consinus
Biaya Produksi Tetap Rp 150.000.000,00 Rp 130.000.000,00
Biaya Administrasi Tetap Rp 65.000.000,00 Rp 55.000.000,00
• Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan :
Jakarta Bandung
Biaya Penjualan Tetap Rp 95.000.000,00 Rp 85.000.000,00
Biaya Administrasi Tetap Rp 8.500.000,00 Rp 8.500.000,00
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 46
Diminta :
1. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah penjualan
(Territorial Segmen)
2. Susunlah laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk (Produk
Line)
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 47
KASUS 2
LAPORAN SEGMENTASI
PT. NYANILA menjual dua produk BATIK yaitu Semendan Loreng di dua daerah penjualan,
Bogor dan Bandung. Data biaya dan pendapatan masing-masing produk dan daerah penjualan
adalah sebagai berikut :
• Harga jual dan biaya variabel:
Semen Loreng
Harga jual per satuan Rp 240.000 Rp 320.000
Biaya variabel per satuan Rp 72.000 Rp 120.000
• Selama tahun 2017, Produk cici dan molmol terjual sebanyak 250 unit.
Di daerah penjualan Malang, jumlah produk Sementerjual sebanyak 80% dari total
penjualannya dan sisanya untuk daerah Surabaya. Sedangkan untuk Produk Lorengdi daerah
Malangterjual sebanyak40% dari total penjualannya dan sisanya daerah Surabaya.
Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2017
• Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk :
Semen Loreng
Biaya Produksi Tetap Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Biaya Administrasi Tetap Rp 3.000.000 Rp 2.000.000
• Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan :
Malang Surabaya
Biaya PenjualanTetap Rp10.000.000 Rp 15.000.000
Biaya Administrasi Tetap Rp5.000.000 Rp 3.000.000
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 48
Diminta :
1. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah penjualan
(Teritorial Segmen)
2. Susunlah laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk (Produk
Line)
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 49
VISUAL BASIC :
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 50
BAB V
ANALISIS CPV
Menurut Garrison/Noreen (2006:322) analisis CPV merupakan salah satu dari beberapa alat
yang sangat berguna bagi manajer dalam memberikan perintah guna membantu manajer untuk
memahami hubungan timbal balik antara biaya, volume, dan laba.
Analisis terhadap hubungan antara biaya, volume, dan laba atau Cost Profit Volume (CPV)
merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk menyusun perencanaan laba. Ada 3 faktor yang
dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu biaya, harga jual, dan volume (penjualan dan produksi).
Analisis biaya-volume-laba membantu manajer untuk melihat hubungan antara 5 unsur
berikut:
1. Harga produk yaitu harga yang ditetapkan selama suatu periode tertentu secara konstan.
2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu banyaknya produk yang dihasilkan dan direncakan akan
dijual selama suatu periode tertentu.
3. Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung pada
setiap unit barang yang diproduksi.
4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik selama suatu periode tertentu.
5. Bauran produk yang dijual yaitu proporsi relatif produk-produk perusahaan yang akan
dijual.
Selain itu, analisis ini juga dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut :
1. Mengetahui jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
2. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan
tertentu.
3. Mengetahui seberapa jauh berkuranmgnya penjualan agar perusahaan tidak menderita
kerugian.
4. Mengetahui bagaiman efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan.
5. Menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang
ditargetkan.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 51
ANALISIS IMPAS
Menurut Krismiaji dan Aryani (2011:170), “Break Even Point atau titik impas sebagai
sebuah titik di mana jumlah pendapatan penjualan sama dengan jumlah biaya. Dengan demikian
pada titik ini perusahaan tidak memperoleh laba, namun juga tidak menderita rugi
(laba=0).”Kondisi ini sangat penting untuk diketahui perusahaan guna merencanakan atau bahkan
menghentikan operasi.
Manfaat atau Kegunaan Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis break even point dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran atau tujuan
perusahaan, kegunaannya antara lain:
1. Sebagai dasar/landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha laba tertentu dan
dapat digunakan untuk perencanaan laba/profit planning.
2. Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan yaitu untuk
mencocokkan antara realisasi biaya dengan angka-angka dalam perhitungan break even
point sebagai pengendalian atau controlling.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual yaitu setelah diketahui hasil
perhitungan menurut analisis break even point dan laba yang ditargetkan.
4. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan seorang
manajer, misalnya seorang manajer akan mengambil suatu keputusan tertentu terlebih
dahulu menanyakan titik break even point.
Break Even Point (BEP)
A. Pendekatan Persamaan
Seperti pada artian titik impas bahwa:
• Perusahaan tidak memperoleh laba atau menderita rugi
• Total penjualan sama dengan total biaya
• Laba sama dengan nol
Maka persamaan titik impas dapat disajikan sebagai berikut:
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 52
Dalam persamaan ini, total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel.
Dengan demikian, persamaan yang lengkap adalah:
Dalam kondisi ini, laba sama dengan nol dan untuk perencanaan lebih lanjut persamaan
dapat dijadikan:
*)TI = Titik Impas
B. Pendekatan Margin Kontribusi
Margin Kontribusi (Contribution Margin)adalah sisa hasil penjualan setelah
dikurangi dengan biaya variabel. Jumlah margin kontribusi akan bisa digunakan untuk
menutup biaya tetap dan membentuk laba.
Titik impas yang dicari dengan metode margin kontribusi menetapkan seberapa
besar margin kontribusi cukup untuk menutup biaya tetap. Atau titik impas dicapai ketika
jumlah margin kontribusi sama besarnya dengan jumlah biaya tetap. Dengan pendekatan ini,
titik impas dapat dijadikan dalam bentuk unit atau dalam bentuk Rupiah.
Unit
Titik impas dalam unit dicari dengan formula:
Penjualan = Total Biaya
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap
Penjualan TI*) = Biaya Variabel TI *) + Biaya Tetap
Biaya Tetap Total
Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 53
MOS dalam Rupiah Penjualan
Rupiah
Titik impas dalam Rupiah dicari dengan formula:
*) Ratio margin kontribusi = (Margin Kontribusi/Penjualan)*100%
Semakin besar margin kontribusi perusahaan yang diperoleh dari setiap unit produk
yang dijual maka semakin cepat perusahaan menutup biaya tetapnya dan mencapai
laba yang diingingkan.
C. Margin of Safety (Margin Pengamanan Penjualan)
Perhitungan Margin of Safety (MOS) adalah suatu angka atau nilai yang memberikan
informasi seberapa jauh tingkat produksi penjualan yang direncanakan dengan penjualan
yang direncanakan pada BEP.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Margin of Safety adalah:
1. Margin of Safety dalam Rupiah (Rp)
2. Margin of Safety dalam Persen (%)
% MOS =
Angka Margin of
Safety ini memberikan informasi seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh
turun agar perusahaan tidak menderita kerugian atau dengan kata lain angka margin of
safety memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan volume yang direncanakan yang
tidak mengakibatkan kerugian.
3. Tuasan Operasi (Operating Leverage)
Tuasan operasi atau operating leverage adalah tingkat pengeluaran biaya tetap dalam
sebuah perusahaan. Bagi akuntan manajemen, tuasan operasi mengacu pada kemampuan
Biaya Tetap Total
Ratio Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit
MOS = Penjualan – Penjualan Pada Titik Impas
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 54
perusahaan untuk menghasilkan kenaikan laba bersih manakala volume penjualan
melonjak.
Karena perbandingan margin kontribusi dengan laba bersih adalah biaya tetap maka
perusahaan dengan biaya tetap yang tingi akan mempunyai tuasan operasi yang tinggi
pula. Tuasan operasi akan paling tinggi dalam suatu perusahaan jika biaya tetapnya lebih
besar dibandingkan dengan biaya variabelnya. Sebaliknya, tuasan operasi akan rendah di
dalam perusahaa dengan propors biaya tetap lebih kecil daripada biaya variabelnya.
4. Faktor Tuasan Operasi
Faktor tuasan operasi adalah suatu ukuran pada tingkat penjualan tertentu, seberapa
besar prosentase perubahan volume penjualan akan mempengaruhi laba. Semakin laba
bersih mendekati nol maka semakin dekat perusahaan ke titik impas. Hal ini akan
menyebabkan faktor tuasan operasi yang tinggi.
Pada saat volume penjualan menggelembung, margin kontribusi dan laba bersih akan
membengkak pula sehingga konsekuensinya adalah faktor tuasan operasi secara
progresif menjadi lebih kecil. Faktor tuasan operasi dalam perusahaan dapat diukur
dengan menggunakan rumus berikut:
𝐅𝐅𝐅𝐅𝐅𝐅𝐅𝐅𝐅𝐅𝐅𝐅 𝐓𝐓𝐓𝐓𝐅𝐅𝐓𝐓𝐅𝐅𝐓𝐓 𝐎𝐎𝐎𝐎𝐎𝐎𝐅𝐅𝐅𝐅𝐓𝐓𝐎𝐎 =𝐌𝐌𝐅𝐅𝐅𝐅𝐌𝐌𝐎𝐎𝐓𝐓 𝐊𝐊𝐅𝐅𝐓𝐓𝐅𝐅𝐅𝐅𝐎𝐎𝐊𝐊𝐓𝐓𝐓𝐓𝐎𝐎
𝐋𝐋𝐅𝐅𝐊𝐊𝐅𝐅 𝐁𝐁𝐎𝐎𝐅𝐅𝐓𝐓𝐎𝐎𝐁𝐁
5. Laba Sasaran
Manfaat penentuan titik impas di antaranya perusahaan akan bisa memperkirakan
penjualan yang dilakukan agar laba tertentu dapat diperoleh. Dengan pendekatan
persamaan maupun pendekatan margin kontribusi, jumlah penjualan untuk mencapai
laba diinginkan dapat dicari dengan menambahkan laba pada unsur biaya tetap. Analisis
biaya-volume-laba dapat diterapkan untuk menentukan kuantitas barang yang harus
diproduksi atau nilai penjualan yang harus diraup perusahaan supaya mencapai laba
sasarannya. Dengan mengubah koneksi diantara biaya-volume-laba, manajemen dapat
menghitung volume penjualan sesuai dengan laba yang dikehendaki.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 55
Sehingga persamaan atau formulanya akan menjadi sebagai berikut:
1) Pendekatan Persamaan
2) Pendekatan Margin Kontribusi
𝐏𝐏𝐎𝐎𝐓𝐓𝐏𝐏𝐓𝐓𝐅𝐅𝐏𝐏𝐅𝐅𝐓𝐓 =𝐁𝐁𝐎𝐎𝐅𝐅𝐁𝐁𝐅𝐅 𝐓𝐓𝐎𝐎𝐅𝐅𝐅𝐅𝐎𝐎 + 𝐋𝐋𝐅𝐅𝐊𝐊𝐅𝐅𝐌𝐌𝐅𝐅𝐅𝐅𝐌𝐌𝐎𝐎𝐓𝐓 𝐊𝐊𝐅𝐅𝐓𝐓𝐅𝐅𝐅𝐅𝐎𝐎𝐊𝐊𝐓𝐓𝐓𝐓𝐎𝐎
Penjualan = Biaya Variabel +Biaya Tetap + Laba
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 56
CONTOH KASUS
ANALISIS CPV
Seorang pengusaha F merencanakan menjual lontong di pasar. Perkiraan harga jual dan biaya atas
lontong tersebut adalah:
1. Nasi per satuan lontong Rp 1.500,00
2. Upah membuat lontong per satuan Rp 1.000,00
3. Biaya sewa ruko per hari Rp 12.000,00
4. Gaji penunggu ruko per hari Rp 6.000,00
5. Harga jual per satuan Rp 5.000,00
Hitunglah:
1. Pendekatan Margin Contribusi
2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah menggunakan margin kontribusi
3. Margin Of Safety (MOS) apabila barang yang terjual 100 unit
4. Tuasan Operasi (Operating Leverage) apabila terdapat pengusaha Q dengan L/R sebagai
berikut:
Pengusaha G
Jumlah
Penjualan Rp500.000,00 100%
Biaya Variabel (Rp100.000,00) 30%
Margin Kontribusi Rp400.000,00
Biaya Tetap (Rp 168.000,00)
Laba Bersih Rp232.000,00
(dengan asumsi Pengusaha F dan Pengusaha G penjualannya dinaikkan sebesar 20%)
5. Laba sasaran apabila laba yang diharapkan sebesar Rp15.000,00
6. Analisis
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 57
JAWABAN
CONTOH KASUS
Secara akuntansi data tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
Harga jual per satuan Rp 5.000,00
Biaya variabel per satuan:
Nasi Rp 1.500,00
Upah langsung Rp 1.000,00 +
Biaya variabel per satuan Rp 2.500,00
Biaya tetap per hari :
Sewa ruko Rp12.000,00
Gaji tetap penunggu ruko Rp 6.000,00 +
Biaya tetap per hari Rp 18.000,00
1. Margin kontribusi dalam rupiah
Penjualan per unit Rp5.000,00
Biaya variabel per unit Rp2.500,00 -
Margin kontribusi per unit Rp2.500,00
*) Rasio margin kontribusi = 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝐾𝐾𝐾𝐾𝑀𝑀𝐾𝐾𝑀𝑀𝑀𝑀𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝑀𝑀
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑀𝑀𝑃𝑃𝐾𝐾𝑀𝑀𝑃𝑃𝑀𝑀𝑀𝑀 × 100%
= 𝑅𝑅𝑅𝑅2.500,00𝑅𝑅𝑅𝑅5.000,00
× 100%
= 50%
2. Kemudian, titik impas bisa dikemukakan sebagai berikut:
1) Titik impas dalam unit
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐵𝐵𝑇𝑇 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐵𝐵𝑇𝑇𝑀𝑀𝐵𝐵𝑀𝑀𝑀𝑀𝐵𝐵𝑀𝑀 𝐾𝐾𝑇𝑇𝑀𝑀𝑇𝑇𝑀𝑀𝐵𝐵𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐵𝐵 𝑑𝑑𝐵𝐵𝑇𝑇𝐵𝐵𝑑𝑑 𝑅𝑅𝐾𝐾𝑇𝑇𝐵𝐵𝐵𝐵ℎ 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑀𝑀 𝐾𝐾𝑀𝑀𝐵𝐵𝑇𝑇
= 𝑅𝑅𝑅𝑅18.000,00𝑅𝑅𝑅𝑅2.500,00
= 7,2 unit
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 58
2) Titik impas dalam rupiah
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐵𝐵𝑇𝑇 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐵𝐵𝑇𝑇𝑅𝑅𝐵𝐵𝐾𝐾𝐵𝐵𝑇𝑇 𝑀𝑀𝐵𝐵𝑀𝑀𝑀𝑀𝐵𝐵𝑀𝑀 𝐾𝐾𝑇𝑇𝑀𝑀𝑇𝑇𝑀𝑀𝐵𝐵𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐵𝐵 𝑑𝑑𝐵𝐵𝑇𝑇𝐵𝐵𝑑𝑑 𝑅𝑅𝐾𝐾𝑇𝑇𝐵𝐵𝐵𝐵ℎ 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑀𝑀 𝐾𝐾𝑀𝑀𝐵𝐵𝑇𝑇
= 𝑅𝑅𝑅𝑅18.000,0050%
= Rp36.000,00
3. Margin Of Safety (MOS)
Berdasarkan anggaran penjualan yang dibuat oleh Pengusaha F maka berapakah nilai margin of
safety?
uasan Operasi
Jumlah Persen
Penjualan (Rp5.000 × 100 unit) Rp500.000,00 100
Biaya Variabel (Rp2.500 × 100 unit) (Rp250.000,00) (50)
Margin Kontribusi (Rp1.500 × 100 unit) Rp250.000,00 50
Biaya Tetap (Rp 18.000,00)
Laba Bersih Rp232.000,00
Titik Impas 𝑅𝑅𝑅𝑅18.000,00
50% Rp 36.000,00
MOS dalam Rupiah (Penjualan - Titik Impas) Rp500.000,00 – Rp36.000,00 Rp464.000,00
MOS dalam prosentase Rp464.000,00 / Rp500.000,00 92,8%
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 59
4. Tuasan Operasi
Agar konsep dapat lebih dipahami, berikut terdapat sajian data dari soal yang dibandingkan
dengan informasi lontong lain.
Seorang pengusaha G mempunyai proprosi biaya tetap yang lebih tinggi dari segi biaya
variabel dibandingkan dengan pengusaha F. Walaupun demikian, jumlah biaya kedua
pengusaha lontong tersebut sama yakni Rp268.000,00 (Rp500.000,00 – Rp232.000,00) pada
tingkat penjualan Rp500.000,00. Jika penjualan masing-masing pengusaha dinaikkan sebesar
20% (dari Rp500.000,00 menjadi Rp600.000,00) maka perhitungan akan menjadi sebagai
berikut:
Faktor tuasan operasi dalam perusahaan dapat dikur denga
Pengusaha F Pengusaha G
Jumlah Persen Jumlah Persen
Penjualan Rp500.000,00 100 Rp500.000,00 100
Biaya Variabel (Rp250.000,00) (50) (Rp100.000,00) (20)
Margin Kontribusi Rp250.000,00 50 Rp400.000,00 80
Biaya Tetap (Rp 18.000,00) (Rp168.000,00)
Laba Bersih Rp 232.000,00 Rp232.000,00
Pengusaha P Pengusaha G
Jumlah Persen Jumlah Persen
Penjualan Rp600.000,00 100 Rp600.000,00 100
Biaya Variabel (Rp300.000,00) 50 (Rp120.000,00) (20)
Margin Kontribusi Rp300.000,00 50 Rp480.000,00 80
Biaya Tetap (Rp 18.000,00) (Rp 68.000,00)
Laba Bersih Rp 282.000,00 Rp312.000,00
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 60
Faktor tuasan operasi dalam perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rumus berikut:
Faktor tuasan operasi = 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝐾𝐾𝐾𝐾𝑀𝑀𝐾𝐾𝑀𝑀𝑀𝑀𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝑀𝑀
𝐿𝐿𝑀𝑀𝐾𝐾𝑀𝑀 𝐵𝐵𝑃𝑃𝑀𝑀𝐾𝐾𝑀𝑀ℎ
Untuk faktor tuasan operasi Pengusaha F dan Pengusaha Q pada tingkat penjualan Rp
500.000,00 adalah:
1) Pengusaha F = 𝑅𝑅𝑅𝑅.250.000𝑅𝑅𝑅𝑅 232.000
= 1,08
2) Pengusaha G = 𝑅𝑅𝑅𝑅.400.000𝑅𝑅𝑅𝑅 232.000
= 1,72
Bagan diatas menjelaskan mengapa kenaikan penjualan sebesar 20% menyebabkan
kenaikan laba bersih Pengusaha F dari Rp232.000,00 menjadi Rp282.000,00 (kenaikan 21.6%)
dan laba Pengusaha G meningkat dari Rp232.000,00 menjadi Rp312.000 (kenaikan 34,4%).
5. Laba Sasaran
Pengusaha yang dipakai sebagai contoh sebelumnya, menginginkan laba per hari
Rp15.000,00. (perlu dikemukakan kembali bahwa biaya tetap Rp18.000,00; biaya variabel per
unit Rp2.500,00; penjualan per unit Rp5.000,00; margin kontribusi per unit Rp2.500,00; dan
ratio margin kontribusi 50%).
Berdasarkan data tersebut maka penjualan yang harus dilakukan agar laba Rp15.000,00
dapat dicapai adalah:
(A)
Presentase
Kenaikan
Penjualan
(B)
FaktorTuasan
Operasi
(C)
Presentase
KenaikanLaba
Bersih
Pengusaha F 20 1,08 21,6
Pengusaha G 20 1,72 34,4
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 61
a. Pendekatan Persamaan
5.000x = 2.500x + 18.000 + 15.000
2500x = 33.000
= 33.0002.500
x = 13 unit
b. Pendekatan Margin Kontribusi
1) Dalam Unit
Penjualan = 18.000+15.0005.000−2.500
= 13 Unit
2) Dalam Rupiah
Penjualan = �18.000+15.0005.000−2.500 � × Rp5.000,00
= 13 unit × Rp5.000,00 = Rp65.000,00
6. Analisis
Berdasarkan informasi di atas, jika pengusaha ingin mencapai titik impas maka jumlah unit
yang harus terjual adalah 13 unit lontong atau harus memperoleh hasil penjualan sebesar
Rp65.000,00.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 62
KASUS 1
ANALISIS CPV
Seorang pengusaha Z merencanakan menjual gantungan kunci di suatu mall. Perkiraan harga jual
dan biaya atas gantungan kunci tersebut adalah:
1. Bahan pembuat per satuan gantungan kunci Rp 3.000,00
2. Upah membuat per satuan gantungan kunci Rp 2.000,00
3. Biaya sewa stand di dalam mall Rp 15.000,00
4. Gaji penunggu stand Rp 5.000,00
5. Harga jual per satuan Rp 8.000,00
Hitunglah:
1. Pendekatan Margin Contribusi
2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah menggunakan margin kontribusi
3. Margin Of Safety (MOS) apabila barang yang terjual 150 unit
4. Tuasan Operasi (Operating Leverage) apabila terdapat pengusaha X dengan laporan sebagai
berikut:
Pengusaha X
Jumlah
Penjualan Rp1.200.000,00 100%
Biaya Variabel (Rp 360.000,00) (30%)
Margin Kontribusi Rp 840.000,00 70%
Biaya Tetap (Rp 415.000,00)
Laba Bersih Rp 425.000,00
(dengan asumsi Pengusaha Z dan Pengusaha X penjualannya dinaikkan sebesar 10%)
5. Laba Sasaran apabila laba yang diharapkan sebesar Rp 10.000
6. Analisis
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 63
KASUS 2
ANALISIS CPV
Seorang pengusaha M merencanakan menjual pin di toko. Perkiraan harga jual dan biaya atas toko
tersebut adalah:
Bahan pembuat pin per satuan Rp 3.000,00
Upah membuat pin per satuan Rp 4.000,00
Biaya sewa toko per hari Rp 16.000,00
Gaji penunggu toko per hari Rp 8.000,00
Harga jual per satuan Rp 9.000,00
Hitunglah:
1. Pendekatan Margin Contribusi
2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah menggunakan margin kontribusi
3. Margin Of Safety (MOS) apabila barang yang terjual 100 unit
4. Tuasan Operasi (Operating Leverage) apabila terdapat pengusaha Q dengan L/R sebagai
berikut:
Pengusaha N
Jumlah
Penjualan Rp900.000,00 100%
Biaya Variabel (Rp305.000,00) 33,9%
Margin Kontribusi Rp595.000,00 66,1%
Biaya Tetap (Rp419.000,00)
Laba Bersih Rp232.000,00
(dengan asumsi Pengusaha M dan Pengusaha N penjualannya dinaikkan sebesar 20%)
5. Laba sasaran apabila laba yang diharapkan sebesar Rp20.000,00
6. Analisis
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 64
VISUAL BASIC
FORM 1
FORM 2
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 65
FORM 3
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 66
BAB VI DECISION MAKING
Perusahaan khususnya pihak manajemen selalu dihadapkan pada perencanaan dan pengambilan
keputusan yang menyangkut berbagai macam alternatif yang harus dipilih. Dalam pengambilan
keputusan itu mereka menghadapi ketidakpastian dalam memilih berbagai alternatif. Informasi
akuntansi sangat membantu manajer dalam proses pengambilan keputusan manajemen untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan dan untuk mengurangi ketidakpastian atas alternatif yang
dipilih. Agar pembuatan keputusan bisa tepat maka diperlukan informasi yang akurat yaitu
informasi yang relevan, tepat waktu dan pendapatan melebihi biaya didalam perolehan informasi
tersebut.
Biaya diferensial, merupakan biaya yang akan muncul yang berbeda diantara berbagai macam
alternatif keputusan yang mungkin dipilih. Besarnya biaya diferensial dihitung dari perbedaan biaya
pada alternatif tertentu dibandingkan dengan biaya pada alternatif lainnya. Jadi, karakteristik biaya
diferensial adalah biaya masa yang akan datang (Future Cost) dan biaya yang berbeda (selisih)
diantara berbagai alternatif keputusan. Biaya kesempatan adalah kesempatan yang dikorbankan
dalam memilih suatu alternatif.
Dalam pengambilan keputusan manajemen, konsep biaya differensial sangat diperlukan
terutama dalam menentukan keputusan manajemen yang bersifat khusus dimana berkaitan dengan
pemilihan alternatif dalam hal :
3. Membuat sendiri atau membeli. (make or buy decision).
4. Menerima atau menolak pesanan khusus. (special order decision).
5. Menambah atau menghapus lini produk. (add or delete a product).
6. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk. (sell or process furiher).
1. Membuat sendiri atau membeli. (make or buy decision)
Sebuah keputusan membeli atau membuat sendiri dihadapi oleh manajemen terutama dalam
perusahaan yang produksinya terdiri dari berbagai komponen dan yang memproduksi
berbagai jenis produk. Tidak selamanya komponen yang membentuk suatu produk harus
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 67
diproduksi sendiri oleh perusahaan, jika pemasok luar dapat memasok komponen tersebut
dengan harga yang lebih murah daripada biaya untuk memproduksi sendiri komponen
tersebut.
2. Menerima atau menolak pesanan khusus. (special order decision)
Adanya kapasitas produksi yang “Idle” (menganggur) sehingga mendorong manajemen
untuk menerima atau mempertimbangkan harga jual di bawah normal pada pesanan yang
bersifat khusus tentunya dengan kondisi tidak mengganggu penjualan regulernya.
Pendapatan Diferensial ⇒↑ Pendapatan dengan diterimanya pesanan
Biaya Diferensial ⇒↑ Biaya dengan diterimanya pesanan
3. Menambah atau menghapus lini produk. (add or delete a product)
Manajer berhadapan secara rutin dengan keputusan-keputusan yang melibatkan pemilihan
kombinasi produk (bauran penjualan) yang menentukan laba yang dapat diterima. Pada waktu
mulai tersedia, pendapatan dan biaya produk baru harus di evaluasi secara cermat guna
memastikan bahwa imbalan keuntungan terkait adalah cukup besar untuk menjustifikasi
(mempertimbangkan) penjualannya. Keputusan berkenaan dengan apakah lini produk lama atau
segmen perusahaan lain harus dihapus atau ditambah merupakan suatu keputusan yang pelik
yang harus diambil oleh manajer.
Analisis diferensial dapat diterapkan untuk melakukan evaluasi. Asumsi yang mendasari hal
tersebut adalah:
• Evaluasi segmen/ lini memakai margin kontribusi langsung.
• Penghapusan segmen/ lini terpusat pada pendapatan yang hilang dan biaya yang
terhindarkan.
• Penambahan segmen/ lini terfokus pada pendapatan dan biaya inkremental.
Jika Pendapatan Diferensial > Biaya Diferensial Pesanan Diterima Jika Pendapatan Diferensial < Biaya Diferensial Pesanan Ditolak
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 68
*apabila suatu keputusan menyebabkan suatu peningkatan biaya, maka biaya diferensial
keputusan tersebut disebut biaya inkremental. Dan sebaliknya, apabila menyebabkan
penurunan disebut biaya dekremental.
4. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk. (sell or process furiher)
Banyak produk yang dapat dijual pada titik batas pemisah dengan harga tertentu, atau produk
tadi diolah lebih lanjut dan dijual dengan harga yang lebih tinggi. Harga yang lebih tinggi ini
tentu disebabkan karena dibutuhkannya pengolahan tambahan. Manajer mungkin saja
berhadapan dengan keputusan apakah akan menjual pada titik batas pemisah atau mengolahnya
lebih lanjut agar mendapatkan harga jual yang lebih mahal.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 69
Contoh Kasus
Decision Making
Menerima Atau Menolak Pesanan Khusus
PT. JAYAKARTA yang berlokasi di Kelapa dua adalah perusahaan yang memproduksi jersey.
Perusahaan mempunyai kapasitas untuk memproduksi jersey sebanyak 1500 unit /bulan. Ramalan
penjualan untuk bulan Maret perusahaan hanya memproduksi 950 unit dengan harga jual Rp
75.000 /unit. Anggaran biaya untuk bulan tersebut menunjuk kan rincian biaya sebagai berikut :
● Biaya Variabel Rp 9.500/unit
● Biaya tetap pabrikasi Rp 30.000.000/bulan
● Biaya Penjualan dan Administratif Rp 1.700.000/bulan
Jika terdapat pesanan khusus sebanyak 500 unit dengan harga Rp 30.000 /unit. Namun diperlukan
biaya untuk membeli mesin khusus seharga Rp 3.500.000 untuk mencetak logo tertentu pada baju
pesanan khusus.
Keputusan apakah yang diambil perusahaan ?Menerima atau menolak pesanan khusus ?
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 70
JAWABAN CONTOH KASUS
Dengan
Pesanan
Tanpa
Pesanan
Analisis
Diferensial
Penjualan :
( 950 unit x Rp 75.000 ) Rp 71.250.000 Rp 71.250.000
(500 unit xRp 30.000 ) Rp 15.000.000 Rp 15.000.000
BiayaVariabel :
( 950 unit x Rp 9.500 ) (Rp 9.025.000) (Rp 9.025.000)
( 500 unit x Rp 9.500 ) (Rp 4.750.000) (Rp 4.750.000)
Margin kontribusi Rp 72.475.000 Rp 62.225.000 Rp 10.250.000
Biayatetap :
Pabrikasi – Reguler (Rp 30.000.000) (Rp 30.000.000)
– Tambahan (Rp 3.500.000) (Rp3.500.000)
Penjualan & Administratif (Rp 1.700.000) (Rp 1.700.000)
Laba bersih Rp 37.275.000
Rp 30.525.000 Rp 6.750.000
Keputusan : Pesanan khusus diterima karena Pendapatan Diferensial > Biaya Diferensial yaitu
Rp 15.000.000 – ( Rp 4.750.000 + Rp 3.500.000) = Rp 6.750.000
Perusahaan akan mendapatkan laba yang lebih tinggi sebesar Rp 6.750.000 apabila
menerima pesanan khusus tersebut .
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 71
Kasus
Menerima Atau Menolak Pesanan Khusus
PT. MAGENTA yang berlokasi di Bintaro adalah perusahaan yang memproduksi pensil warna.
Perusahaan mempunyai kapasitas untuk memproduksi pensil warna sebanyak 1450 unit/bulan.
Ramalan penjualan untuk bulan Maret perusahaan hanya memproduksi 960 unit dengan harga
jual Rp 85.000/unit. Anggaran biaya untuk bulan tersebut menunjukkan rincian biaya sebagai
berikut :
● Biaya Variabel Rp 8.000/unit
● Biaya tetap pabrikasi Rp 40.000.000/bulan
● Biaya Penjualan dan Administratif Rp 2.200.000/bulan
Jika terdapat pesanan khusus sebanyak 460 unit dengan harga Rp 40.000/unit.Namun diperlukan
biaya untuk membeli mesin khusus seharga Rp 4.500.000 untuk mencetak logo tertentu pada
pensil warna pesanan khusus.
Keputusan apakah yang diambil perusahaan ? Menerima atau menolak pesanan khusus ?
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 72
Contoh Kasus
Decision Making
Membuat Sendiri atau Membeli
akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. PT. INDOMUDA adalah perusahaan industri yang
bergerak dibidang perakitan . Selama ini dalam pembuatan produknya perusahaan selalu
menggunakan suku cadang yang diproduksi sendiri. Dalam sebulan perusahaan membutuhkan
100.000 unit suku cadang. Kini perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli suku cadang
dari perusahaan lain dengan harga Rp 35/ unit.
Berikut adalah data biaya produksi perusahaan dalam membuat sendiri tahu satu bulan:
Per unit 100.000 unit
Biaya bahan baku Rp 5 Rp 500.000
Biaya tenaga kerja variable Rp 10 Rp 1.000.000
Biaya tenaga kerja tak langsung Rp 14 Rp 1.400.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 3 Rp 300.000
Biaya Listrik Rp 6 Rp 600.000
Biaya Telepon Rp 2 Rp 200.000
Jumlah biaya produksi Rp 40 Rp 4.000.000
Biaya tambahan jika membeli dari luar :
● Biaya angkut Rp 300.000
Petanyaan :
a. Jika mesin yang dipakai membuat suku cadang menganggur (tidak dipakai dalam kegiatan
produksi apapun) alternatif mana yang sebaiknya dipilih pihak manajemen, apakah
memproduksi sendiri atau membeli dari perusahaan lain?
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 73
b. Jika mesin yang dipakai untuk membuat suku cadang disewakan kepada perusahaan lain dan
menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp 300.000, alternatif manakah yang sebaiknya
dipilih oleh manajemen, membeli dari perusahaan lain atau membuat sendiri?
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 74
Jawaban Contoh Kasus
a. Tabel Perbandingan Biaya :
NO JENIS BIAYA MEMBUAT MEMBELI 1 BBB Rp. 500.000 -
2 BTKL Rp. 1.000.000 -
3 BTK Tak Langsung Rp. 1.400.000
4 BOP Variabel Rp. 300.000 -
5 Biaya Listrik Rp. 600.000 Rp. 600.000
6 Biaya Telepon Rp. 200.000 Rp. 200.000
7 Harga Beli - Rp. 3.500.000
8 Ongkos angkut - Rp. 300.000
Total Rp. 4.000.000 Rp. 4.600.000
Dari table diatas dapat kita lihat bahwa jumlah biaya yang harus di keluarkan untuk membuat lebih
kecil dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan jika membeli suku cadang dari perusahaan lain.
b. Tabel Perbandingan
Membuat Sendiri Membeli dari Luar Biaya Diferensial
Biaya Suku Cadang Rp. 4.000.000 Rp. 4.600.000 Rp. 600.000
Biaya kesempatan Rp. 300.000 - Rp. 300.000
Jumlah Biaya Diferensial Rp. 4.300.000 Rp. 4.600.000 Rp. 300.000
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa sekalipun ada tambahan biaya kesempatan sebesar Rp
300.000 jumlah biaya diferensial membuat sendiri masih lebih kecil dari membeli dari luar.
KESIMPULAN:
Sebaiknya PT. INDOMUDA membuat sendiri untuk produk suku cadangnya, karena jika membeli
dari luar akan mengeluarkan biaya yang lebih besar.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 75
Kasus
Membuat Sendiri Atau Membeli
PT. SEJAHTERA adalah perusahaan industri yang bergerak dibidang perakitan. Selama ini dalam
pembuatan produknya perusahaan selalu menggunakan suku cadang yang diproduksi sendiri.
Dalam sebulan perusahaan membutuhkan 110.000 unit suku cadang. Kini perusahaan sedang
mempertimbangkan untuk membeli suku cadang dari perusahaan lain dengan harga Rp 37/ unit.
Berikut adalah data biaya produksi perusahaan dalam membuat sendiri satu bulan:
Per unit 110.000 unit
Biaya bahan baku Rp 8 Rp 880.000
Biaya tenaga kerja variable Rp 13 Rp 1.430.000
Biaya tenaga kerja tak langsung Rp 16 Rp 1.760.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 5 Rp 550.000
Biaya Listrik Rp 5 Rp 550.000
Biaya Telepon Rp 3 Rp 330.000
Jumlah biaya produksi Rp 50 Rp 5.500.000
Biaya tambahan jika membeli dari luar :
● Biaya angkut Rp 300.000
Petanyaan :
a. Jika mesin yang dipakai membuat suku cadang menganggur (tidak dipakai dalam kegiatan
produksi apapun) alternatif mana yang sebaiknya dipilih pihak manajemen, apakah
memproduksi sendiri atau membeli dari perusahaan lain?
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 76
c. Jika mesin yang dipakai untuk membuat suku cadang disewakan kepada perusahaan lain dan
menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp 300.000, alternatif manakah yang sebaiknya
dipilih oleh manajemen, membeli dari perusahaan lain atau membuat sendiri?
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 77
Contoh Kasus
Decision Making
Menambah / Menghapus Lini Produk
Analisis diferensial pada laporan penghasilan usaha PT. FARMA SERASI yang bergerak dalam
bisnis eceran/ distribusi 3 lini produk.
Produk Obat
Produk
Kosmetik Produk Kimia Jumlah
Penjualan Rp. 1.500.000 Rp. 1.900.000 Rp. 800.000 Rp. 4.200.000
Biaya Variabel (Rp. 800.000) (Rp. 900.000) (Rp. 550.000) (Rp. 2.250.000)
Margin Kontribusi Rp. 700.000 Rp. 1.000.000 Rp. 250.000 Rp. 1.950.000
Biaya Tetap:
Gaji wiraniaga 120.000 310.000 275.000 705.000
Periklanan 65.000 130.000 70.000 265.000
Asuransi 10.000 12.000 8.000 30.000
Pajak PBB 8.000 10.500 7.500 26.000
Penyusutan 85.500 115.000 75.000 275.500
Lain-lain 3.500 5.500 4.500 13.500
Jumlah (Rp. 292.000) (Rp. 583.000) (Rp. 440.000) (Rp. 1.315.000)
Laba bersih Rp. 408.000 Rp. 417.000 (Rp. 190.000) Rp. 635.000
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 78
JAWABAN CONTOH KASUS
Dengan Produk
Kimia
Tanpa Produk
Kimia
Analisis
Diferensial
Penjualan Rp. 4.200.000 Rp. 3.400.000 Rp.800.000
Biaya variabel (Rp. 2.250.000) (Rp. 1.700.000) (Rp. 550.000)
Margin Kontribusi Rp. 1.950.000 Rp. 1.700.000 250.000
Biaya Tetap:
Terhindarkan(wiraniaga) Rp. 705.000 Rp. 430.000 Rp. 275.000
Tidak terhindarkan Rp. 610.000 Rp. 610.000 Rp. 0
Jumlah (Rp. 1.315.000) (Rp. 1.040.000) (Rp. 275.000)
Laba bersih Rp. 635.000 Rp. 660.000 Rp. 25.000
Analisis : Hasil laba bersih mengalami kenaikan sebesar Rp 25.000 apabila lini kimia dihapuskan,
dari yang semula Rp. 635.000 menjadi Rp. 660.000. Oleh sebab itu penghapusan lini produk Kimia
merupakan tindakan yang bijaksana karena kenaikan laba yang terjadi bila tanpa produk kimia..
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 79
KASUS
Menambah / Menghapus Lini Produk
Analisis diferensial pada laporan penghasilan usaha PT. MUKTI RAHAYU yang bergerak dalam
bisnis eceran/ distribusi 3 lini produk.
Produk Obat
Produk
Kosmetik Produk Kimia Jumlah
Penjualan Rp. 800.000 Rp. 2.000.000 Rp. 1.500.000 Rp. 4.300.000
Biaya Variabel (Rp. 700.000) (Rp. 950.000) (Rp. 830.000) (Rp. 2.480.000)
Margin Kontribusi Rp. 100.000 Rp. 1.050.000 Rp. 670.000 Rp. 1.820.000
Biaya Tetap:
Gaji wiraniaga 200.000 200.000 300.000 700.000
Periklanan 80.000 150.000 80.000 310.000
Asuransi 20.000 15.000 15.000 50.000
Pajak PBB 5.500 10.000 8.500 24.000
Penyusutan 70.000 100.000 80.000 250.000
Lain-lain 7.000 5.500 5.500 18.000
Jumlah (Rp. 382.500) (Rp. 480.500) (Rp. 489.000) (Rp. 1.352.000)
Laba bersih (Rp. 282.500) Rp. 569.500 Rp. 181.000 Rp. 468.000
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 80
VISUAL BASIC :
Menbuat atau menbeli sendiri
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 81
Menerima / menolak pesanan khusus
Menambah / menghapus lini produk
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 82
BAB VII
TIME VALUE OF MONEY
Time value of money merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang
akan lebih berharga daripada nilai uang masa yang akan datang. Hal ini disebabkan karena
perbedaan waktu. Nilai waktu uang merupakan akibat dari adanya peluang investasi, peminjaman,
pemberian pinjaman, dan preferensi konsumsi pada saat kini ketimbang pada masa depan, serta
ekspektasi inflasi.
Sebagai contoh uang Rp 100.000 sekarang berbeda nilainya dengan Rp 100.000 yang akan
diterima satu tahun kemudian. Jika seseorang diminta untuk memilih apakah uang Rp 100.000 lebih
baik diterima sekarang atau setahun kemudian, maka ia akan memilih menerima uang tersebut
sekarang. Jika ia menerimanya sekarang, maka ia akan menanamkan uang tersebut untuk
memperoleh pendapatan bunga selama setahun. Dengan demikian setahun kemudian ia akan
menerima uang Rp 100.000 beserta dengan bunga setahun yang ia peroleh atas investasinya.
Oleh karena itu, seseorang akan lebih menyukai menerima uang segera daripada ditunda dan
kemudian ia akan menukarkan sejumlah uangnya sekrang dengan jumlah yang sama pada masa
yang akan datang. Ia akan memegang prinsip bahwa jumlah uang yang akan diterima di kemudian
hari harus lebih besar daripada jumlah uang saat ini.
Manfaat time value of money
Manfaat dari time value of money adalah untuk mengetahui apakah investasi yang dilakukan
dapat memberikan keuntungan atau tidak. Oleh karena itu, sudah jelas bahwa time value of
money sangat berguna dan dibutuhkan untuk kita menilai seberapa besar nilai uang masa kini
dan yang akan datang.
Keterbatasan time value of money
Keterbatasannya yaitu akan mengakibatkan masyarakat hanya menyimpan uangnya apabila
tingkat bunga bank tinggi, karena mereka menganggap jika bunga bank tinggi maka uang yang
akan mereka terima dimasa yang akan datang juga tinggi.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 83
Metode yang digunakan
a. Future Value ( Nilai yang Akan Datang )
Future value adalah banyaknya sejumlah uang saat ini yang diperoleh pada tingkat suku
bunga tertentu akan berakumulasi pada akhir periode masa depan. Jumlah penerimaan yang
akan datang dari jumlah saat ini (Po) yang akan tumbuh selama n tahun dengan tingkat
bunga sebesar r per tahun.
Rumus:
Keterangan :
FV : Future Value
Po : jumlah nilai sekarang
r : tingkat bunga/tahun
n : Jangka waktu
b. Present Value (Nilai Sekarang)
Present value adalah besarnya jumlah uang pada permulaan periode atas dasar tingkat
bunga tertentu dari sejumlah yang baru akan diterima beberapa waktu atau periode yang
akan datang.
Rumus:
Keterangan :
Po : jumlah nilai sekarang
FV : Future Value
r : tingkat bunga/tahun
n : jangka waktu
FV ( r, n ) = Po ( 1 + r )n
PO = FV ( r, n ) [ 1/ ( 1 + r )n ]
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 84
c. Anuitas
Anuitas adalah serangkain arus kas sama yang diterima atau dibayar selama interval
waktu yang sama. Untuk mencari rumus anuitas, diasumsikan bahwa fv menunjuk ke arus
kas tahunan yang diterima pada setiap akhir tahun untuk n tahun berikutnya.
(Simamora:293)
Rumus :
d. Payback period (Periode Pengembalian)
Periode pengembalian adalah masa yang dibutuhkan sebuah perusahaan untuk menutup
investasi perdana. Karena suatu organisasi tidak akan menutup investasinya sebelum
mencapai periode pengembalian, maka semakin lama periode pengembalian, semakin tinggi
pula risikonya. Ketentuan keputusan pengembalian menyatakan bahwa proyek yang dapat
diterima haruslah mempunyai periode pengembalian yang lebih singkat daripada periode
yang ditetapkan oleh manajemen.
Kelemahan:
• Mengabaikan lamanya investasi dan nilai waktu uang.
• Tidak memperlihatkan profitabilitas sebuah investasi.
• Mengabaikan imbalan investasi.
Kelebihan:
• Metode periode pengembalian lebih mudah dihitung dan dipahami.
• Periode pengembalian berfungsi sebagai indicator likuiditas yang tersedia
bagi perusahaan.
Semakin cepat kas menutupi investasi perdana, semakin lekas pula
dapat di investasikan kembali dalam aktiva produktif lain.
PV= fv[(1+𝑀𝑀)𝑛𝑛 −1𝑀𝑀(1+𝑀𝑀)𝑛𝑛
]
FV= fv[(𝟏𝟏+𝒓𝒓)𝒏𝒏−𝟏𝟏𝒓𝒓
]
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 85
Periode pengembalian yang singkat dapat mengurangi resiko investasi
karena ketidakpastian biasanya meningkat seiring dengan berlalunya
waktu.
• Periode pengembalian lebih mementingkan hasil segera, suatu pertimbangan
bagi beberapa perusahaan.
Manakala arus kas sebuah proyek diasumsikan rata disepanjang periode, maka
rumus berikut dapat dipakai untuk menghitung periode pengembalian:
Periode Pengambilan = Investasi Perdana Arus Masuk Kas Tahunan
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 86
CONTOH KASUS
TIME VALUE OF MONEY
Metode yang digunakan
A. Future Value ( Nilai yang akan datang )
Contoh kasus:
PT. JOONGKI mengeluarkan sejumlah uang untuk investasi pada PT. SONG HYE KYO
sebesar Rp75.000.000 yang memberikan bunga 6% / tahun. Dalam waktu 5 tahun,
berapakah jumlah uang yang akan diterima?
Penyelesaian:
FV ( 6% , 5 ) = Rp75.000.000 ( 1 + 0,06 )5
= Rp 100.500.000
Kesimpulan:
Berdasarkan perhitungan diatas dapat kita simpulkan jika PT. JOONGKI berinvestasi
sebesar Rp75.000.000 selama 5 tahun dan dengan bunga 6% / tahun. Maka PT. SONG HYE
KYO akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 25.500.000 dan investasinya menjadi Rp
100.500.000 pada akhir tahun ke 5.
B. Present Value ( Nilai sekarang )
Contoh kasus:
PT. ALUCARD akan mendapatkan uang dari PT. LAYLA sebesar Rp 72.000.000 pada 3
tahun yang akan datang. Berapakah nilai yang setara pada saat ini jika bunganya 8%?
Penyelesaian:
PO = Rp 72.000.000 [ 1/ ( 1 + 0,08 )3]
= Rp 56.880.000
Kesimpulan:
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 87
Berdasarkan perhitungan diatas dapat kita simpulkan uang yang akan diterima sejumlah Rp
72.000.000 memiliki nilai Rp 56.880.000 pada permulaan periode (sekarang).
C. Anuitas (Annuity)
Contoh kasus:
1. PT. UI ingin meminjam uang namun hanya sanggup membayar Rp 100.000.000 per
tahun selama 5 tahun. Berapa banyak pinjaman yang dapat dipinjam oleh PT. UI pada
saat ini? Dengan tingkat bunga 10%. Hitunglah dengan menggunakan rumus anuitas
dan beri kesimpulan.
Penyelesaian:
PV= Rp 100.000.000 [(1+0,1)5−10,1(1+0,1)5
]
=Rp 100.000.000 [3,81]
=Rp 381.000.000
Kesimpulan:
Bank akan meminjamkan uang kepada PT. UI sebesar Rp 381.000.000 dengan
pembayaran yang dibayarkan sebanyak Rp 100.000.000 setiap tahun selama 5 tahun.
2. Tuan Vicbay ingin menabung untuk masa depan sebesar Rp 20.000.000 per tahun
selama 4 tahun dengan suku bunga sebesar 5%, berapa banyak uang yang akan
dimilikinya nanti?
FV= Rp 20.000.000[(1+0,05)4−10.05
]
= Rp 20.000.000(4,2)
= Rp 84.000.000
Kesimpulan:
Dengan demikian, dengan menabung Rp 20.000.000 per tahun selama 4 tahun dengan
suku bunga 5%, maka Vicbay akan memiliki dana Rp 84.000.000.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 88
D. Periode Pengembalian (Payback Period)
Contoh Kasus:
Sebuah perusahaan ingin melakukan suatu investasi dengan memanfaatkan sisa dana yang
menganggur dengan menentukan satu dari dua pilihan usaha yang berbeda. Sebuah usaha X
memiliki nilai investasi Rp 888.888, dengan masa manfaat 12 tahun, dan menghasilkan arus
kas sebesar Rp 222.222. Sedangkan usaha Y mempunyai nilai investasi Rp 444.444, dengan
masa manfaat 11 tahun, dan bisa menghasilkan arus kas tahunan sebesar Rp 222.222. Hitung
dan tentukanlah proyek mana yang layak dipilih oleh perusahaan. Dan analisislah.
Penyelesaian:
Usaha X Usaha Y
Investasi Rp 888.888 Rp 444.444
Masa manfaat (dalam tahun) 12 11
Arus kas tahunan selama masa manfaaat Rp 222.222 Rp 222.222
Periode pengembalian (dalam tahun) 4 2
Analisis:
Investasi pada Usaha X mempunyai periode pengembalian 8 tahun lebih cepat dari 12 tahun
masa manfaat diawalnya, sedangkan investasi dalam Usaha Y mempunyai periode
pengembalian 9 tahun lebih cepat dari 11 tahun masa mafaat diawalnya. Jadi perusahaan
seharusnya lebih memilih Usaha X.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 89
KASUS 1
TIME VALUE OF MONEY
Metode yang digunakan
A. Future Value
Tn. Zola menginvestasikan uang yang ia terima atas penjualan tanah dan rumah miliknya
dalam bentuk deposito senilai Rp80.000.000 pada Bank MIUN. Dengan tingkat suku bunga
5% per tahun. Berapa uang yang diterima Tn. Ryan pada akhir tahun ke-5?
B. Present Value
Tentukan nilai sekarang dari uang Anggun sejumlah Rp65.000.000 yang jatuh tempo 5
tahun dengan tingkat bunga 4%?
C. Annuity
Nona Tiara sanggup membayar Rp20.000.000 per tahun selama 10 tahun. Berapa banyak
pinjaman yang dapat dipinjam oleh Nona Elis pada saat ini? Dengan tingkat bunga 3%.
Hitunglah dengan menggunakan rumus anuitas dan analisislah.
D. Payback Period
PT. BAGUS ingin melakukan suatu investasi dengan memanfaatkan sisa dana yang
menganggur dengan menentukan satu dari dua pilihan proyek yang berbeda. Sebuah proyek
A memiliki nilai investasi Rp1.250.000, dengan masa manfaat 10 tahun, dan menghasilkan
arus kas sebesar Rp210.000. Sedangkan proyek B mempunyai nilai investasi Rp1.250.000,
dengan masa manfaat 12 tahun, dan bisa menghasilkan arus kas tahunan sebesar Rp215.000.
Hitung dan tentukan proyek mana yang layak dipilih oleh perusahaan. Dan analisislah!
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 90
KASUS 2
TIME VALUE OF MONEY
Metode yang digunakan
A. Future Value
Tn. wikwik menginvestasikan uang yang ia terima atas penjualan tanah dan rumah miliknya
dalam bentuk deposito senilai Rp50.000.000 pada Bank MIUN. Dengan tingkat suku bunga
4% per tahun. Berapa uang yang diterima Tn. Ryan pada akhir tahun ke-4?
B. Present Value
Tentukan nilai sekarang dari uang Lidia sejumlah Rp55.000.000 yang jatuh tempo 6 tahun
dengan tingkat bunga 4%?
C. Annuity
Nona nila sanggup membayar Rp30.000.000 per tahun selama 5 tahun. Berapa banyak
pinjaman yang dapat dipinjam oleh Nona anggun pada saat ini? Dengan tingkat bunga 5%.
Hitunglah dengan menggunakan rumus anuitas dan analisislah.
D. Payback Periode
PT. EXO ingin melakukan suatu investasi dengan memanfaatkan sisa dana yang
menganggur dengan menentukan satu dari dua pilihan proyek yang berbeda. Sebuah proyek
A memiliki nilai investasi Rp1.500.000, dengan masa manfaat 10 tahun, dan menghasilkan
arus kas sebesar Rp230.000. Sedangkan proyek B mempunyai nilai investasi Rp1.500.000,
dengan masa manfaat 12 tahun, dan bisa menghasilkan arus kas tahunan sebesar Rp220.000.
Hitung dan tentukan proyek mana yang layak dipilih oleh perusahaan. Dan analisislah!
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 91
VISUAL BASIC
FORM 1
FORM 2
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 92
BAB VIII CAPITAL BUDGETING
Anggaran (budget) adalah rencana kerja organisasi di masa mendatang yang diwujudkan
dalam bentuk kwantitatif, formal, dan sistematis (Rudianto,110;2006). Anggaran merupakan alat
bantu manajemen dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Rencana manajemen
biasanya dijabarkan dalam bentuk anggaran dan istilah penganggaran (budgeting) diterapkan untuk
menggambarkan proses perencanaan dan penyusunan anggaran secara umum.
Proses pengambilan keputusan investasi modal sering disebut penggangaran modal.
Penggangaran modal (capital Budgeting) merupakan konsep investasi karena melibatkan
pengucuran dana pada saat ini untuk memperoleh imbalan yang dikehendaki dimasa yang akan
datang. Tujuan penggangaran modal ialah untuk menambah nilai perusahaan dengan memilih
investasi yang memenuhi tujuan organisasi dan menyodorkan tingkat imbalan tertinggi (Simamora
Henry, 286;2012). Dalam mengevaluasi investasi, manajemen perlu mengetahui tidak hanya
seberapa banyak kas yang diterima dari (atau dibayarkan untuk) sebuah investasi bisnis, tetapi juga
kapan kas itu akan diterima (atau dibayarkan) (Simamora Henry, 286;2012).
Karakteristik anggaran (Mulyadi, 490;2001) :
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu 1 tahun
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para manajer
setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
anggaran.
4. Usulan anggaran disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran.
5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu.
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan
selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 93
Induk Anggaran dibagi menjadi 2 yaitu (Simamora Henry, 202;2012) :
Anggaran Operasi Anggaran Keuangan
Anggaran Penjualan Anggaran Kas
Anggaran Produksi Laporan Pengahasilan Usaha
Dianggarkan
Anggaran Bahan Baku Langsung Neraca Dianggarkan
Anggaran Tenaga Kerja langsung
Anggaran Overhead Pabrikasi
Anggaran Persediaan Akhir Barang Jadi
Anggaran Beban Penjualan Dan Administratif
Fungsi Anggaran :
1. Fungi Perencanaan
Di dalam fungsi ini berkaitan dengan segala sesuatu yang ingin dicapai perusahaan di masa
mendatang.Termasuk di dalamnya menetapkan produk yang akan dihasilkan, bagaimana
menghasilkannya, sumber daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut
bagaimana memasarkan produk tersebut, dan sebagainya.
2. Fungsi Pengawasan
Pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan. Aspek pengawasan
yaitu dengan membandingkan antara prestasi dengan yang dianggarkan, apakah dapat
ditemukan efisiensi atau apakah para manajer pelaksana telah bekerja dengan baik dalam
mengelola perusahaan.
3. Fungsi Koordinasi
Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau
bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan.
4. Anggaran Sebagai Pedoman Kerja
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan dalam unit
moneter. Lazimnya penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman masa lalu dan taksiran-
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 94
taksiran pada masa yang akan datang, maka ini dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap
bagian dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatannya.
Model keputusan investasi modal dapat di klasifikasikan ke dalam dua kategori (Simamora
Henry, 295;2012) :
1. Model tanpa pendiskontoan arus kas (nondiscounting model) arus kas mengabaikan
nilai waktu uang.
a) Payback Period
Periode pengembalian (payback period) adalah masa yang dibutuhkan sebuah
perusahaan untuk menutup investasi perdana.
Jika suatu investasi mempunyai cash inflow yang sama dari tahun ke tahun, maka
perhitungan Pay Back Period dapat ditentukan dengan formula :
𝑷𝑷𝑷𝑷𝒓𝒓𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷 𝑷𝑷𝑷𝑷𝒏𝒏𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝑷𝒏𝒏 = 𝑰𝑰𝒏𝒏𝑰𝑰𝑷𝑷𝑰𝑰𝑰𝑰𝑷𝑷𝑰𝑰𝑷𝑷 𝑷𝑷𝑷𝑷𝒓𝒓𝑷𝑷𝑷𝑷𝒏𝒏𝑷𝑷
𝑨𝑨𝒓𝒓𝑨𝑨𝑰𝑰 𝒌𝒌𝑷𝑷𝑰𝑰 𝑷𝑷𝑷𝑷𝑰𝑰𝑨𝑨𝒌𝒌 𝑰𝑰𝑷𝑷𝒕𝒕𝑨𝑨𝒏𝒏𝑷𝑷𝒏𝒏
Jika suatu investasi mempunyai cash inflow yang berbeda dari tahun ke tahun,
maka perhitungan Pay Back Period dapat ditentukan dengan cara selangkah demi
selangkah tiap tahunnya.hingga investasi perdana tertutupi.
b. Accounting rate of-Return (ARR)
Metode tingkat imbalan akuntansi (accounting rate-of-Return ) merupakan cara kasar dan
mudah untuk mengukur kinerja investasi modal. Metode tingkat imbalan akuntansi berbeda
dengan model penggangaran modal lainya karena metode ini lebih terfokus pada laba
akuntansi ketimbang arus kas. Penghasilan usaha bersih akuntansi (accounting net income)
ialah arus masuk kas bersih kegiatan usaha dikurangi beban yang tidak memerlukan
penggunaan kas seperti beban penyusutan.
Tingkat imbalan Akuntansi =
Penghasilan Usaha bersih setelah pajakRata − rata Tahunan
Investasi Rata − rata (Nilai buku)
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 95
Untuk menghitung penghasilan usaha bersih setelah pajak rata-rata tahunan dipakai data
pendapatan dan beban yang di susun untuk mengevaluasi proyek. Investasi rata-rata dicari
dengan cara sebagai berikut :
Investasi rata − rata =Jumlah Investasi + Nilai Residu
2
2. Model pendiskontoan arus kas (discounting model) arus kas memperhitungkan nilai
waktu uang.
a) Metode Nilai Sekarang Bersih
Dalam metode nilai sekarang bersih, nilai sekarang semua arus masuk kas dibandingkan
dengan nilai sekarang semua arus keluar kas yang terkait dengan proyek investasi.
Perbedaan antara nilai sekarang arus kas yang disebut nilai sekarang bersih akan
menentukan apakah sebuah proyek dapat diterima atau ditolak.
b) Tingkat Imbalan Internal
Tingkat imbalan internal (internal rate of return, IRR) adalah hasil bunga sebenarnya
yang diberikan oleh sebuah proyek investasi selama masa manfaatnya.
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 96
CONTOH KASUS
CAPITAL BUDGETING
Tuan A sebagai seorang konsultan proyek diminta untuk mengevaluasi rencana pendirian suatu
proyek yaitu pabrik tas yang memproduksi bahan untuk tas. Untuk mempermudah perhitungan Tuan
A, berikut data-data untuk proyek-proyek yang telah disususun oleh manajemen pabrik.
a. Investasi awal Rp 75.000.000
b. Taksiran biaya operasional dan pemeliharaan yang akan ditanggung sbb :
Tahun 1 Rp 10.000.000 Tahun 4 Rp 25.000.000
Tahun 2 Rp 20.000.000 Tahun 5 Rp 60.000.000
Tahun 3 Rp 32.000.000 Tahun 6 Rp 65.000.000
c. Besarnya keuntungan yang diperkirakan :
Tahun 1 Rp 30.000.000 Tahun 4 Rp 60.000.000
Tahun 2 Rp 55.000.000 Tahun 5 Rp 80.000.000
Tahun 3 Rp.60.000.000 Tahun 6 Rp.90.000.000
d. Besarnya Solvage Value (Nilai sisa) Rp 10.000.000
e. Tingkat Bunga 15%
Berapa Net Present Value (NPV)? Layak atau tidak layak proyek tersebut diterima?
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 97
JAWABAN CONTOH KASUS
(dalam satuan rupiah)
Th
(1)
Benefit
(2)
PVIF
(3)
(15%)
PV Benefit
(4 )
( 2x3)
Cost
(5)
PV Cost
(6)
(3x5)
NPV
(7)
(4-6)
0 - - - 75.000.000 75.000.000 -75.000.000
1 30.000.000 0.870 26.100.000 10.000.000 8.700.000 17.400.000
2 55.000.000 0.756 41.580.000 20.000.000 15.120.000 26.460.000
3 60.000.000 0.658 39.480.000 32.000.000 21.056.000 18.424.000
4 60.000.000 0.572 34.320.000 25.000.000 14.300.000 20.020.000
5 80.000.000 0.497 39.760.000 60.000.000 29.820.000 9.940.000
6 90.000.000 0.432 38.880.000 65.000.000 28.080.000 10.800.000
10.000.000 0.432 4.320.000 - - 4.320.000
224.440.000 192.076.000 32.364.000
Proyek pendirian pabrik sepatu tersebut layak diterima karena NPV lebih dari 0
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 98
KASUS 1
CAPITAL BUDGETING
PT B merencankan sebuah proyek investasi yang diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar
Rp. 750.000.000.
a. Taksiran biaya operasional dan pemeliharaan yang akan ditanggung sbb :
Tahun 1 Rp. 195.000.000 Tahun 4 Rp. 100.000.000
Tahun 2 Rp. 200.000.000 Tahun 5 Rp. 420.000.000
Tahun 3 Rp. 210.000.000
b. Besarnya keuntungan yang diperkirakan :
Tahun 1 Rp. 50.000.000 Tahun 4 Rp. 320.000.000
Tahun 2 Rp. 189.000.000 Tahun 5 Rp. 400.000.000
Tahun 3 Rp. 280.000.000
c. Besarnya Solvage Value (Nilai sisa) Rp.150.000.000
d. Tingkat Bunga 18%
Berapa Net Present Value (NPV)? Layak atau tidak layak proyek tersebut diterima?
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 99
KASUS 2
CAPITAL BUDGETING
Saudara sebagai seorang konsultan proyek diminta untuk mengevaluasi rencana pendirian suatu
proyek yaitu pabrik tas yang memproduksi bahan untuk tas. Untuk mempermudah perhitungan
saudara, berikut data-data untuk proyek-proyek yang telah disususun oleh manajemen pabrik.
a. Investasi awal Rp.50.000.000
b. Taksiran biaya operasional dan pemeliharaan yang akan ditanggung sbb :
Tahun 1 Rp.10.000.000 Tahun 4 Rp.55.000.000
Tahun 2 Rp.25.000.000 Tahun 5 Rp.70.000.000
Tahun 3 Rp.40.000.000 Tahun 6 Rp. 85.000.000
c. Besarnya keuntungan yang diperkirakan :
Tahun 1 Rp.25.000.000 Tahun 4 Rp.70.000.000
Tahun 2 Rp.40.000.000 Tahun 5 Rp.80.000.000
Tahun 3 Rp.65.000.000 Tahun 6 Rp.95.000.000
a. Tingkat Bunga 15 %
Berapa Net Present Value (NPV)? Layak atau tidak layak proyek tersebut diterima?
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 100
VISUAL BASIC :
TEAM PENGEMBANGAN AM 2018 / 2019 101