NILAI DAN MANFAAT EKONOMI KEBERADAAN TAMAN KOTA … · ekonomi, namun cenderung menurun dari segi...
Transcript of NILAI DAN MANFAAT EKONOMI KEBERADAAN TAMAN KOTA … · ekonomi, namun cenderung menurun dari segi...
NILAI DAN MANFAAT EKONOMI KEBERADAAN TAMAN KOTA MENTENG, JAKARTA PUSAT SEBAGAI
SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU
NUR ELOK FAIQOH
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2013
NILAI PENTING TAMAN KOTA MENTENG JAKARTA PUSAT SEBAGAI BENTUK RUANG TERBUKA HIJAU
THE ESSENTIAL VALUE OF MENTENG URBAN PARK
AS OPEN GREEN SPACE IN CENTRAL JAKARTA
Faiqoh, Nur Elok 1), Meti Ekayani
2), Nuva
3)
Abstract
The availability of land for open green space (OGS) in Jakarta competes with other development sector such as infrastructure, building, and property. This condition will affect environmental degradation. Therefore, DKI Jakarta Government tend to increase the number of OGS. One of the government effort was building Menteng Urban Park in Central Jakarta which was originally a sport area of Persija Football Stadium. The development concept was expected to harmonize three functions of the Menteng Park; ecological functions, social and cultural functions, and aesthetics functions. On the other side, the existence of Menteng Urban Park that draws visitors was expected to be economically beneficial for people, especially for entrepreneurs who will see it as job opportunity. The economic value of the existence of Menteng Urban Park was counted with apply willingnes to pay (WTP) by using the contingent valuation method (CVM). Other economic benefit can be seen from the contribution of the labors creation, raise income of community, and did the income which generate from the Menteng Urban Park is the main income. This research aimed to confirm whether the essential value of Menteng Urban Park for the society is suitable with the intention and the objective of government, since the footbal stadium was convert urban park.
Keywords : Menteng urban park, contingent valuation method, existence value, the economic benefit.
1 Mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB 2 Dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Gelar: Dr. S.Hut, M.Sc 3 Dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Gelar: SP, M.Sc
iii
RINGKASAN
NUR ELOK FAIQOH. Nilai dan Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Kota Menteng, Jakarta Pusat sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA.
Pembangunan yang terjadi di Jakarta memberikan pertumbuhan dari segi ekonomi, namun cenderung menurun dari segi ekologi. Ruang Terbuka Hijau (RTH) berupa Taman Kota merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas lingkungan Jakarta yang semakin menurun. Keberadaan taman kota memiliki fungsi sebagai penghasil oksigen, penyerap karbon, daerah resapan air, dan penyeimbang kondisi lingkungan. Taman Kota Menteng Jakarta Pusat adalah salah satu taman yang memiliki nilai ekologis, estetika yang bagus, dan dalam kondisi pengelolaan yang baik. Kawasan Taman Menteng awalnya merupakan Stadion Persija Menteng dengan status Penyempurna Hijau Rekreasi (PHR) yang fungsi utamanya sebagai daerah resapan air. Kondisi Stadion Persija pada saat itu dinilai tidak efektif lagi dengan fungsi utamanya dan tidak memungkinkan untuk dipertahankan. Pemerintah DKI Jakarta memutuskan untuk mengalihfungsikan sebagai taman kota dengan tujuan ingin menata kawasan lingkungan Menteng. Awalnya perubahan fungsi Taman Menteng tersebut sempat menjadi kontroversi antar pihak yang berkepentingan dengan fungsi Taman Menteng sebagai stadion bola dan keinginan pemerintah merubah menjadi taman kota yang dirasa lebih efektif berfungsi sebagai RTH. Oleh karena itu, perlu dikaji apakah keberadaan Taman Kota Menteng memiliki nilai dan manfaat penting dengan menilai seberapa penting keberadaan Taman Menteng sebagai Taman Kota dilihat dari nilai dan manfaat ekonomi dengan melakukan identifikasi persepsi multistakeholder terhadap fungsi keberadaan Taman Menteng, menghitung nilai ekonomi, dan menganalisis manfaat ekonomi dari keberadaan Taman Menteng.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberadaan Taman Menteng memiliki potensi pemanfaatan sebagai sarana rekreasi, olahraga, family gathering, video shooting, dan lainnya. Fungsi yang paling dirasa penting dengan keberadaan Taman Menteng berdasarkan persepsi multistakeholder adalah fungsi sosial budaya (35.8%) sebagai sarana rekreasi keluarga (30.5%), fungsi ekologis (31.9%) sebagai perbaikan kualitas lingkungan (31.4%), fungsi estetika (26.1%) sebagai memperindah lingkungan (41.1%), dan fungsi ekonomi (6.2%) sebagai lapangan pekerjaan. Kegiatan yang paling diminati pada saat di taman adalah duduk-duduk di sekitar taman dan menikmati keindahan taman. Akan tetapi, sebagian responden menyatakan bahwa keberadaan Taman Menteng juga memiliki dampak negatif karena disalahgunakan oleh sebagian pengguna taman seperti tempat melakukan tindakan di luar norma.
Teknik biaya pengganti (replacement cost) pembangunan Taman Menteng dan Willingness to Pay (WTP) para pihak terhadap keberadaan Taman Menteng dengan metode pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) merupakan dua pendekatan yang digunakan untuk mengetahui nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng. Dalam penelitian ini, berdasarkan metode biaya pengganti nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng jauh lebih besar daripada pendekatan WTP, yaitu sebesar Rp 463 976 011 445. Nilai ekonomi total keberadaan Taman Menteng berdasarkan WTP didapatkan sebesar Rp 1 483 435 816. Pelaku usaha
iv
memiliki rataan WTP tertinggi terhadap keberadaan Taman Menteng sebesar Rp 49 630 dibandingkan masyarakat sekitar sebesar Rp 16 844 dan pengunjung sebesar Rp 5 522. Hal ini dikarenakan, pelaku usaha memiliki kepentingan terhadap keberadaan Taman Menteng yang merupakan sumber penghasilan utama sehingga mereka memberikan nilai ekonomi yang tinggi terhadap keberadaan Taman Menteng. Hasil penilaian ekonomi tersebut mencerminkan bahwa keberadaan Taman Menteng memiliki nilai penting bagi masyarakat sehingga keberadaannya pelu dipertahankan.
Manfaat ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dari keberadaan Taman Menteng diantaranya adalah penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap tambahan pendapatan bagi sebagian masyarakat. Penyerapan tenaga kerja dengan adanya Taman Menteng sebanyak 77 orang yang terbagi dalam 8 kelompok pekerjaan. Juru parkir merupakan pihak yang paling merasakan manfaat berupa tambahan pendapatan dari keberadaan Taman Menteng yaitu sebesar Rp 3 750 000. Selanjutnya, tambahan pendapatan yang diterima oleh kelompok pekerja lainnya adalah usaha warung sebesar Rp 3 600 000, penjaja makanan sebesar Rp 2 665 000, minuman keliling sebesar Rp 2 248 182, kebersihan taman sebesar Rp 1 635 571, keamanan taman sebesar Rp 1 416 667, dan penyiraman taman sebesar Rp 1 100 000. Keberadaan Taman Menteng menjadi sumber penghasilan utama bagi kelompok pekerjaan sebagai juru parkir dan penyiraman taman dengan proporsi pendapatan keduanya sebesar 100%, begitu pula dengan 4 kelompok pekerjaaan lainnya, seperti minuman keliling (91%), penjaja makanan (86%), warung taman (85%), dan kebersihan taman (73%). Bagi pekerja penjaga toilet dan keamanan taman, pendapatan yang didapatkan dari adanya Taman Menteng merupakan pendapatan sampingan terlihat dari proporsi pendapatan keduanya berturut-turut sebesar 38% dan 46%. Penentuan kategori pendapatan tersebut terkait dengan teori menurut Soehadji dalam Soetanto (2002), dimana proporsi pendapatan antara 70-100% disebut pandapatan utama, antara 30-70% disebut pendapatan sampingan, dan kurang dari 30% dikatakan sebagai pendapatan sambilan. Kata kunci : Taman Kota Menteng, Willingness to Pay, Replacement Cost,
nilai ekonomi keberadaan, manfaat ekonomi, proporsi pendapatan.
NILAI DAN MANFAAT EKONOMI KEBERADAAN TAMAN KOTA MENTENG, JAKARTA PUSAT SEBAGAI
SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU
NUR ELOK FAIQOH
H44080107
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Nilai dan Manfaat Ekonomi
Keberadaan Taman Kota Menteng, Jakarta Pusat sebagai Salah Satu Bentuk
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Nur Elok Faiqoh H44080107
v
Judul Skripsi : Nilai dan Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Kota Menteng,
Jakarta Pusat sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau
Nama : Nur Elok Faiqoh
NIM : H44080107
Disetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc NIP : 19690917 200604 2 011
Nuva, SP, M.Sc -
Diketahui,
Ketua Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : 19660717 199203 1 003
vi
Tanggal Lulus :
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Alm. Ibunda tercinta Suyatni, Ayahanda Susanto, Kakak ku Nur Rohman,
adik ku Nur Fatimah, Lek Nurul, Mba Reni, Mas Agus serta keluarga besar
yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan moril maupun
materil, serta limpahan doa yang tak pernah putus kepada penulis.
2. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan Nuva,
SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan waktu,
tenaga, arahan, motivasi untuk memberikan bimbingan dengan penuh
kesabaran serta kebaikan yang sangat membatu penulis selama ini.
3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr atas kesediannya menjadi dosen penguji utama
dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen
yang telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan kritik dan saran
bagi perbaikan skripsi ini.
4. Bpk. Kamal Alatas selaku pengawas Taman Menteng dan Ibu Reyna dari
Dinas Pertamanan dan Pemakaman Prov. DKI Jakarta, Seksi Taman Kota dan
Lingkungan, Bidang Taman Kota; Bpk. M Fajar Sauri selaku Kepala Bidang
Taman Kota; serta para pekerja taman yang memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian dan informasi yang telah diberikan.
5. Sahabat penulis: Anggi P.A, Ninggar, Sausan, Indri, Anggi A.O, Mimi,
Ajeng, Fauziah, Imam, Sandy, Yogi, Husen, Nany, Neno, Cipie, Ijal. Rekan
satu bimbingan skripsi: Mirza, Dyah, Nurul, Novalita, Evy, Erwan, Shinta.
Sahabat tersayang di Kost Harmony 1: Sakinah, Dinia, Citra, Ana, Yona,
Rumi, Rathih, Risma, Riska, Nobi serta keluarga besar ESL 45 yang tidak
bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas berbagai ilmu, kebersamaan,
keceriaan, kesedihan, doa, semangat, bantuan, dan dukungan kalian.
vii
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu
proses persiapan hingga selesai penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan
yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Judul skripsi ini adalah “Nilai dan Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman
Kota Menteng, Jakarta Pusat sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau”. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai
persepsi multistakeholder terhadap fungsi keberadaan Taman Menteng,
mengetahui besarnya nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng, dan
menganalisis manfaat ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan di Taman Menteng
terhadap masyarakat.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak khususnya
kepada pengelola Taman Menteng dan taman kota lainnya dalam rangka
pengembangan dan pengelolaan taman.
Bogor, Februari 2013
Nur Elok Faiqoh H44080107
viii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN . .......................................................................... ii
RINGKASAN .................................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ v
UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR . ................................................................................... vii
DAFTAR TABEL . ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR . ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 8 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 9 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 9 II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 11
2.1 Konsepsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) .......................................... 11 2.1.1 Pengertian dan Tujuan RTH .................................................. 12 2.1.2 Tipologi RTH ......................................................................... 12 2.1.3 Fungsi RTH ...................................................... ..................... 13 2.1.4 Bentuk RTH ........................................................................... 14 2.2 Taman Kota ................................................................................... 15 2.3 Analisis Deskripsi Berdasarkan Persepsi ...................................... 16 2.4 Nilai Keberadaan (Existence Value) .............................................. 16 2.4.1 Contingent Valuation Method (CVM) ...... ............................ 17 2.4.2 Biaya Pengganti (Replacement Cost) ................................... 18 2.5 Manfaat Ekonomi Taman Kota ...................................................... 19 2.6 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 21 2.6.1 Penelitian Mengenai Nilai Ekonomi Taman .......................... 21 2.6.2 Penelitian Terhadap Keberadaan RTH .................................. 22 III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................. 23
IV. METODE PENELITIAN ....................................................................... 28
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 28 4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 28 4.3 Metode Pengambilan Sampel .......................................................... 29 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data............................................ 30
ix
4.4.1 Persepsi Multistakeholder terhadap Fungsi Keberadaan Taman Menteng ..................................................................... 31
4.4.2 Pendugaan Nilai Ekonomi Keberadaan Taman Menteng ...... 32 4.4.3 Analisis Manfaat Ekonomi dari Kegiatan di Taman Menteng
dengan Mengestimasi Perubahan Pendapatan Masyarakat .... 37
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ................................................. 39
5.1 Gambaran Umum Kawasan Taman Menteng ............................... 39 5.2 Sejarah Taman Menteng ................................................................ 40 5.3 Operasional Pengelolaan Taman Menteng .................................... 42 5.4 Karakteristik Umum Pengunjung Taman Menteng ........................ 44 5.5 Karakteristik Umum Masyarakat Sekitar Taman Menteng ............ 48
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 51
6.1 Potensi Pemanfaatan Taman Menteng .......................................... 51 6.2 Persepsi Multistakeholder terhadap Keberadaan Taman Menteng . 56
6.2.1 Kondisi Taman Menteng ........................................................ 57 6.2.2 Kegiatan yang Dilakukan di Taman Menteng........................ 60 6.2.3 Perbaikan Fasilitas Taman Menteng ..................................... 62
6.2.4 Dampak Negatif Keberadaan Taman Menteng ..................... 65 6.2.5 Pentingnya Keberadaan Taman Menteng ............................. 67
6.3 Nilai Ekonomi Keberadaan Taman Menteng .................................. 74 6.3.1 Pendekatan Teknik Biaya Pengganti (Replacement Cost) .... 75 6.3.2 Pendekatan Metode CVM ..................................................... 76
6.4 Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Menteng ............................ 83 6.4.1 Perubahan Pendapatan Masyarakat Dengan dan Tanpa Adanya Taman Menteng ........................................................ 87
6.4.2 Proporsi Pendapatan Masyarakat dari Adanya Taman Menteng terhadap Total Pendapatan ...................................... 89
VII. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 93
7.1 Simpulan ........................................................................................ 93 7.2 Saran .............................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 96
LAMPIRAN ...................................................................................................... 100
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 111
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kualitas dan Baku Mutu Udara Prov. DKI Jakarta 2009-2011 ............. 2
2. Jumlah Kendaraan Bermotor Prov. DKI Jakarta 2008-2010 ................. 3
3. Luas Ruang Terbuka Hijau Provinsi DKI Jakarta.................................. 4
4. Penelitian Mengenai Nilai Ekonomi Taman Kota ................................. 21
5. Penelitian Mengenai Ruang Terbuka Hijau ........................................... 22
6. Matriks Analisis Data ............................................................................. 30
7. Indikator Kriteria Kategori Penilaian Kondisi Taman Menteng ........... 31
8. Karakteristik Responden Pengunjung Taman Menteng ......................... 45
9. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Taman Menteng ............. 49
10. Persepsi Multistakeholder Mengenai Kondisi Taman Menteng .......... 58
11. Persepsi Multistakeholder Mengenai Kegiatan yang Dilakukan Saat di Taman Menteng ........................................................................ 61
12. Persepsi Multistakeholder terhadap Perbaikan Fasilitas ...................... 63
13. Persepsi Multistakeholder terhadap Fungsi Keberadaan Taman Menteng ................................................................................................. 68
14. Rincian Biaya Keseluruhan Pembangunan dan Pemeliharaan Taman Menteng Tahun 2012 (Rupiah) .............................................................. 76
15. Distribusi Nilai WTP Taman Menteng .................................................. 79
16. Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Menteng Bagi Masyarakat ....... 83
17. Penyerapan Tenaga Kerja Taman Menteng ........................................... 85
18. Jumlah Unit Usaha dan Jenis Usaha di Taman Menteng ...................... 86
19. Pendapatan Rata-rata Masyarakat Dengan dan Tanpa Adanya Taman Menteng (Rupiah/Bulan) ........................................................................ 88
20. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat dari Kegiatan Wisata di Taman Menteng terhadap Pendapatan Total Tahun 2012 ................. 90
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Ruang Terbuka Hijau ............................................................................. 12
2. Skema Kerangka Alur berpikir ............................................................. 27
3. Area Parkir Taman Menteng ................................................................. 52
4. Rumah Kaca Taman Menteng ................................................................ 52
5. Area Olahraga Taman Menteng ............................................................ 53
6. Pemanfaatan Area Taman ...................................................................... 54
7. Area Bermain Anak Taman Menteng .................................................... 55
8. Pemanfaatan Basement Gedung Parkir Taman Menteng ....................... 55
9. Monumen Kenangan Persija ................................................................ 56
10. Rambu Taman, Biopori, Tempat Sampah, Kolam Air Mancur Taman Menteng.................................................................................................. 56
11. Tutupan Lahan oleh Tanaman Pada Tahun 2008 dan 2012 ................... 60
12. Dampak Negatif Keberadaan Taman Menteng ...................................... 66
13. Persepsi Multistakeholder Mengenai Perlunya Penambahan Jumlah RTH di Jakarta ...................................................................................... 73
14. Nilai WTP Per Kelompok Responden di Taman Menteng .................... 77
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Pembagian Jenis-jenis RTH Publik dan RTH Privat ....................... 101
2. Jenis, Fungsi dan Tujuan Pembangunan RTH ................................. 102
3. Rincian Data Nilai WTP dari Masing-masing Responden ............... 104
4. Rincian Pendapatan Unit Usaha/Bulan Taman Menteng ................... 107
5. Rincian Pendapatan Para Pekerja Taman Menteng .......................... 108
6. Peta Lokasi Taman Menteng ............................................................. 109
7. Rencana Desain Awal Pembangunan Taman Menteng .................... 110
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jakarta merupakan ibu kota yang menjadi salah satu pusat perekonomian
di Indonesia. Hampir semua pusat pemerintahan, industri, dan perdagangan
Indonesia berada di kota ini. Perkembangan Jakarta yang pesat ternyata telah
mengubah wujud kota yang maju secara ekonomi namun cenderung mundur
secara ekologi (Yuleff, 2008). Pada dasarnya pembangunan merupakan
pendayagunaan sumberdaya dan lingkungan sehingga memberikan manfaat serta
kesejahteraan bagi masyarakat dan kualitas lingkungan yang baik agar tetap
terjaga (Manik, 2009). Pembangunan kota selalu menimbulkan dampak
lingkungan, baik positif maupun negatif. Kenyataannya, pembangunan kota yang
menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi semata cenderung bertentangan
dengan prinsip pelestarian lingkungan.
Selain itu, berbagai aktivitas masyarakat juga akan mempengaruhi kualitas
lingkungan sekitarnya. Kualitas lingkungan akan berkaitan erat dengan kualitas
hidup penghuninya. Semakin lengkap fasilitas umum yang dapat dijangkau oleh
semua penduduk kota, berarti semakin baik kualitas hidup kolektif penduduk
yaitu kualitas hidup kota. Akan tetapi, saat ini kondisi Jakarta menunjukkan
penurunan kualitas lingkungan seperti meningkatnya polusi udara seperti yang
terlihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1. Kualitas dan Baku Mutu Udara Provinsi DKI Jakarta Menurut Lokasi Pengukuran Tahun 2009-2011
Lokasi Pengukuran Metode Sesaat (µg/Nm³)
NO2 SO2 TSP Pb
2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011
I. Daerah Pemukiman
1. Dinas Pertamanan 15.63 15.63 - 4.73 4.73 - 114 114 - 0.021 0.021 -
2. Kantor Kec.Ciliwung 32.33 32.33 - 8.24 8.24 - 264 264 - 0/009 0/009 -
3. Kantor Kel.Tebet 56.34 56.34 63.76 7.61 7.61 33.25 154 154 178.11 0.011 0.011 0.012
4. Masjid Al-Firdaus 25.05 25.05 54.77 6.49 6.49 57.47 168 168 111.33 0.021 0.021 0.019
5. IPAK Lubang Buaya 18.65 18.65 - 4.58 4.58 - 162 162 - 0.006 0.006 -
II. Daerah Industri
1. PT JIEP Pulo Gadung 28.5 28.5 21.12 10.06 10.06 28.89 296 296 349.78 0.009 0.009 0.022
III. Daerah Perkantoran
1. Mesjid Istiqlal 22.46 22.46 29.43 8.92 8.92 40.11 151 151 102.06 0.007 0.007 0.040
2. Kuningan (BPLHD ) 44.58 44.58 50.57 5.03 5.03 24.73 170 170 93.83 0.0014 0.0014 0.008
IV. Daerah Rekreasi
1. Dunia Fantasi Ancol 23.39 22.46 53.90 9.23 8.92 30.31 170 151 109.39 0.004 0.004 0.012 Sumber: BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Diolah (2012) Keterangan: Kriteria Ambien Kualitas Udara (Bilai Baku Mutu)
- Nitrogen Dioksida (NO2) = 0.0500 ppm = 92.00 µg/Nm3/24jam - Sulfur Dioksida (SO2) = 0.1000 ppm = 260 µg/Nm3/24jam - TSP = 150 (µg/m3) = 230 µg/m3/24jam
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa untuk menentukan kualitas
udara dapat dilihat dari empat parameter (NO2, SO2, TSP, Pb). Berdasarkan
empat parameter yang diukur oleh stasiun pemantauan yang berbeda dalam
penentuan kualitas udara dapat diketahui telah terjadi penurunan kualitas udara di
Jakarta tiap tahunnya. Walaupun memang belum melewati kriteria ambien
kualitas udara berdasarkan BPLHD Jakarta yang telah ditentukan, akan tetapi
tingkat pencemaran udara terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah makin
meningkat polusi udara terutama dari pertumbuhan kendaraan bermotor di Jakarta
yang cukup tinggi. Tabel 2 memperlihatkan peningkatan jumlah kendaraan
bermotor di Jakarta dari tahun 2008-2010.
3
Tabel 2. Jumlah Kendaraan Bermotor Provinsi DKI Jakarta 2008-2010
No Jenis Kendaraan Tahun 2008 2009 2010
1 Sepeda Motor 6 765 723 7 518 098 8 764 130 2 Mobil Penumpang 2 034 943 2 116 282 2 334 883 3 Mobil Bis 538 731 550 924 565 727 4 Mobil Beban/Truk 308 528 309 385 332 779
Total 9 647 925 10 494 689 11 997 519 Sumber: BPS Prov.DKI Jakarta 2011
Menurut Darmanto dan Sofyan (2012), transportasi merupakan salah satu
sektor yang menyumbang emisi pencemar udara yang cukup tinggi terutama dari
mini bus dan truk ringan untuk NO2 dan sepeda motor untuk CO. Emisi yang
dihasilkan dari sektor transportasi dalam ton pertahun untuk zat SO2 sebanyak
21.73%, NO2 92.27%, dan CO 99.94%. Sulitnya pengendalian terhadap jumlah
kendaraan memperburuk kualitas lingkungan Jakarta. Masalah lingkungan hidup
di perkotaan merupakan masalah yang kompleks. Menurut Irwan (2008)
pengelolaan lingkungan hidup di Jakarta merupakan upaya terpadu, meliputi
berbagai ilmu dari berbagai sektor seperti pemanfaatan, penataan, pemeliharaan
pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan dari berbagai intansi
pemerintah, swasta, perguruan tinggi, maupun masyarakat.
Pemekaran dan pengembangan kota cenderung terus meningkat dan
menimbulkan fenomena pembangunan fisik struktur menuju arah maksimal,
pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) menuju arah minimal, dan
kecenderungan mengubah wajah lingkungan alam (Salfifi, 1983). Semakin
berkurangnya keberadaan RTH dan bertambahnya dominasi lahan terbangun kota
berdampak pada keseimbangan ekosistem kota dengan indikasi penurunan
kualitas lingkungan perkotaan, banjir pada musim hujan, fenomena pulau panas
(urban heat island) pada musim kemarau, dan meningkatnya pencemaran udara
4
kota (Joga dan Ismaun, 2012). Penentuan luas RTH, sebaiknya tidak hanya fokus
terhadap besarnya lahan (kuantitas), tetapi juga fungsinya (kualitas). Sebagian
besar penambahan RTH harus digunakan untuk kepentingan masyarakat.
Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) di wilayah Jakarta dikategorikan
menjadi 3 bagian, yaitu RTHK Pertamanan, RTHK Pertanian, RTHK Konservasi.
Masing-masing dikelola oleh intansi di lingkungan pemda, yaitu Dinas
Pertamanan, Dinas Pertanian, dan Dinas Kehutanan (Sugandhy dan Hakim, 2009).
Rencana umum tata ruang wilayah Jakarta 1985-2005 secara tegas mencantumkan
perlunya pembangunan pertamanan khususnya RTHK untuk menciptakan
lingkungan kota yang teratur, bersih, indah, teduh, dan sehat. Tindak lanjut dari
pembangunan tersebut Pemerintah Wilayah Jakarta membentuk instansi
pengelolaan ruang terbuka hijau yaitu Dinas Pertamanan dan Pemakaman.
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa terjadi peningkatan dalam segi luas RTH tiap
tahunnya mulai dari tahun 2008 hingga 2011 di Provinsi DKI Jakarta yang
dikelola oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman.
Tabel 3. Luas Ruang Terbuka Hijau Provinsi DKI Jakarta
No. Wilayah Kota Madya
Luas Ruang Terbuka Hijau Pertamanan Provinsi DKI Jakarta (m²)
2008 2009 2010 2011 1 Jakarta Pusat 3 796 144.29 4 175 621.29 4 175 820.29 4 175 820.29 2 Jakarta Utara 1 004 508.75 1 732 460.75 1 783 075.75 1 895 082.75 3 Kepulauan Seribu 44 995.00 44 995.00 44 995.00 4 Jakarta Barat 947 378.26 1 837 632.26 1 837 632.26 2 431 119.26 5 Jakarta Selatan 4 142 351.00 5 650 683.00 5 683 967.00 5 793 087.57 6 Jakarta Timur 11 055 685.00 12 788 628.00 12 958 377.79 13 027 211.87
Jumlah Total 20 946 067.30 26 230 020.30 26 483 868.09 27 367 316.74 Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman Prov. DKI Jakarta, Diolah (2012)
Berdasarkan UU Penataan Ruang No. 26 tahun 2007 luas RTH suatu
daerah adalah 30% dari luas wilayah administratif. Akan tetapi, pemerintah
Provinsi DKI Jakarta mencantumkan target RTH dalam RTRW DKI Jakarta yaitu
5
sebesar 20%, namun hingga tahun 2011 realisasinya baru mencapai 9.8% dari
total luas kota Jakarta yaitu 7 639.83 km2 (Dinas Pertamanan dan Pemakaman
DKI Jakarta, 2011). Luasan RTH ini relatif sangat rendah dibandingkan dengan
luasan RTH yang disyaratkan bagi setiap kota di Indonesia yaitu sebesar 30%.
Pemda DKI Jakarta terus berupaya untuk meningkatkan RTH yang ada, salah
satunya dengan perencanaan penggabungan RTH publik dan privat.
Permasalahan penambahan RTH pada umumnya terkait erat dengan
ketersediaan lahan untuk RTH yang semakin bersaing dengan sektor
pembangunan lainnya. RTH yang sudah dibangun di Jakarta pada umumnya
belum efektif, seperti yang terjadi di sepanjang sisi kali sunter, dimana area yang
seharusnya berfungsi sebagai jalur hijau saat ini terlihat kumuh (Fajri, 2012).
Keberadaan RTH tidak boleh dikesampingkan dengan pembangunan di sektor
lain. Hal tersebut dikarenakan fungsi RTH sangatlah penting terutama dari fungsi
ekologis yang bisa mengatasi permasalahan lingkungan Kota. Menurut Irwan
(2008), masalah lingkungan kota di Jakarta dapat ditanggulangi dengan
mengembangkan penghijauan kota yang efektif, dirancang ke arah terbentuknya
struktur ekologis yang berfungsi melestarikan lingkungan yang nyaman dan sehat
berbentuk RTH. Peningkatan kuantitas dan kualitas penghijauan kota dalam
bentuk RTH mutlak diperlukan agar masyarakat Jakarta bisa merasakan kualitas
lingkungan yang lebih baik. Berdasarkan Pasal 74 dalam RTRW DKI Jakarta
tahun 2007 menjelaskan bahwa salah satu bentuk RTH publik di perkotaan
adalah sebagai taman kota.
Salah satu upaya penambahan RTH Publik berupa taman kota
direalisasikan oleh pemerintah DKI Jakarta dalam pembangunan Taman Kota
6
Menteng Jakarta Pusat. Keberadaan Taman Menteng selain dimaksudkan untuk
mengembalikan fungsi utama kawasan tersebut sebagai Penyempurna Hijau
Rekreasi (PHR) juga berfungsi sebagai daerah resapan air, mereduksi polutan,
sumber oksigen, dan keindahan kota (Dinas Pertamanan dan Pemakaman, 2012).
Disisi lain, Taman Kota Menteng berfungsi sebagai wadah bertemunya satu
kelompok dengan kelompok lainnya untuk berbagai kegiatan positif. Taman kota
diperuntukkan sebagai penyeimbang antara area terbangun dan tidak terbangun
yang memiliki fungsi seperti area bermain, berolahraga, bersosialisasi, dan
aktivitas lain bagi masyarakat (Bappeda, 2009). Taman kota dapat menyerap hasil
negatif dari kegiatan kota seperti mereduksi potensi banjir, menyerap panas,
meredam kebisingan, mengurangi debu, serta membentuk habitat untuk berbagai
jenis burung dan menimbulkan lingkungan yang baik untuk kota (Joga dan
Ismaun, 2011). Oleh karena itu, keberadaan taman kota memiliki peranan penting
sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai nilai dan manfaat ekonomi
keberadaan Taman Menteng sebagai salah satu bentuk pemanfaatan RTH.
1.2 Perumusan Masalah
Taman Menteng awalnya merupakan Lapangan Sepak Bola Persija atau
lebih dikenal Stadion Persija Menteng. Pemerintah DKI Jakarta berupaya untuk
menambah RTH Publik dan juga menata lingkungan kawasan Menteng dengan
mengalihfungsikan Stadion Persija menjadi RTH publik yaitu berupa taman kota.
Maksud dan tujuan dari penataan tersebut adalah meningkatkan kualitas
lingkungan kota dan menyediakan ruang terbuka publik serbaguna yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat (Dinas Pertamanan dan Pemakaman, 2006). Hal
tersebut diperkuat lagi dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999
7
tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta, dimana status kawasan Taman Kota
Menteng adalah Penyempurna Hijau Rekreasi (PHR).
Konsep pengembangan yang dibentuk diharapkan dapat menyelaraskan
tiga fungsi Taman Menteng yaitu, fungsi ekologis, fungsi sosial budaya, dan
fungsi estetika (Dinas Pertamanan dan Pemakaman, 2012). Selain fungsi
utamanya sebagai daerah resapan air (fungsi ekologis), Taman Menteng juga
memberikan pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan akan kualitas
lingkungan yang baik, keindahan kota serta sarana hiburan masyarakat Jakarta
dari berbagai lapisan perekonomian. Pengunjung Taman Menteng bukan hanya
masyarakat lokal, tidak sedikit masyarakat luar Jakarta. Secara umum, Taman
Menteng memiliki konsep publik yang pengembangannya menitikberatkan pada
pelestarian dan perbaikan kualitas lingkungan. Selain itu, taman ini diharapkan
sebagai taman kota yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata keluarga dan taman
interaktif masyarakat (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2006).
Besarnya potensi yang dimiliki Taman Menteng sebagai penyeimbang
lingkungan dan penyedia sarana hiburan dan olahraga bagi masyarakat DKI
Jakarta menjadikan taman ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Beragam jenis
aktivitas dapat dilakukan pengunjung saat berada di kawasan ini. Bahkan
semenjak diresmikan pada tahun 2007, jumlah pengunjung Taman Menteng terus
mengalami peningkatan (Seksi Taman Kota dan Lingkungan, 2012). Peningkatan
jumlah pengunjung menunjukkan adanya minat lebih masyarakat terhadap
keberadaan Taman Menteng. Penggunaan fungsi lahan yang berkembang dan
meningkat di kawasan Taman Menteng diharapkan tidak mengakibatkan terjadi
penurunan kualitas keindahan dan fungsi utama dari taman kota itu sendiri, seperti
8
yang terjadi di kawasan ini sebelumnya sebagai Stadion Persija Menteng. Oleh
karena itu, perlu adanya perhatian khusus oleh pengelola Taman Menteng,
pengunjung, masyarakat, dan pihak terkait dalam pemeliharaan agar kualitasnya
dapat terjaga secara berkelanjutan dan tetap menjadi sarana yang potensial sebagai
penyeimbang lingkungan.
Pengelolaan yang baik diharapkan dapat menjaga eksistensi Taman
Menteng sehingga tetap menjadi taman kota yang diharapkan oleh masyarakat.
Besarnya minat masyarakat yang datang untuk melakukan berbagai aktivitas di
Taman Menteng diharapkan dapat meningkatkan manfaat ekonomi bagi sebagian
masyarakat yang berusaha maupun bekerja di sekitar taman. Peningkatan jumlah
kunjungan berkaitan erat dengan penghasilan yang akan diterima oleh masyarakat
yang memiliki usaha di Taman Menteng. Berdasarkan perumusan masalah
tersebut terdapat permasalahan yang perlu dianalisis, yaitu :
1. Apa pentingnya keberadaan Taman Menteng ?
2. Berapa nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng ?
3. Berapa besarnya manfaat ekonomi bagi masyarakat dengan adanya
keberadaan Taman Menteng ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, adapun tujuan dari penelitian :
1. Mengidentifikasikan persepsi multistakeholder terhadap fungsi keberadaan
Taman Menteng.
2. Mengetahui seberapa besar nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng.
3. Menganalisis manfaat ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata di
Taman Menteng.
9
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi Pemda DKI Jakarta, khususnya Dinas
Pertamanan dan Pemakaman selaku pengelola taman kota dan para pengambil
kebijakan RTH terutama sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan RTH
kedepannya. Selanjutnya, bagi pengelola Taman Menteng untuk melakukan
perbaikan dalam segi pengelolaan sarana maupun prasarana sehingga mampu
memberikan fasilitas pelayanan publik yang baik. Di sisi lain, dapat memberikan
peningkatan kesejahteraan bagi sebagian masyarakat sekitar yang memanfaatkan
keberadaan Taman Menteng. Bagi civitas akademik, penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan pelengkap disiplin keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan
serta sebagai bahan tambahan dan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya,
sedangkan bagi peneliti sendiri, penelitian ini sebagai bagian praktik dari berbagai
teori dan konsep yang telah dipelajari selama masa pendidikan di bangku
perkuliahan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini dilakukan pada kawasan Taman
Menteng, Jakarta Pusat dan tidak membandingkan dengan taman kota lainnya.
Penelitian ini menilai ekonomi keberadaan (existence value) Taman Menteng
tidak dinilai secara keseluruhan, namun lebih difokuskan kepada nilai dan
manfaat yang dirasakan penting bagi pengguna Taman Menteng tersebut. Manfaat
ekonomi keberadaan Taman Menteng terhadap masyarakat sekitar dalam
penelitian ini merupakan kontribusi pendapatan yang diterima masyarakat sebagai
lahan usaha dan lapangan pekerjaan hanya dari Taman Menteng. Proporsi
10
pendapatan dihitung hanya dari pendapatan di Taman Menteng terhadap
pendapatan total. Unit usaha yang terkait penelitian ini merupakan unit usaha
kecil karena fokus terhadap masyarakat sekitar saja. Fungsi keberadaan Taman
Menteng dinilai berdasarkan multi pihak melalui analisis deskriptif dengan
pendekatan persepsi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsepsi Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan
ruang kota. RTH berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau
hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, dan
kawasan hijau pekarangan (Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988
tentang Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan).
2.1.1 Pengertian dan Tujuan RTH
Secara sistem, ruang terbuka hijau kota pada dasarnya adalah bagian dari
kota yang tidak terbangun yang berfungsi menunjang kenyamanan, kesejahteraan,
peningkatan kualitas lingkungan, dan pelestarian alam. Menurut Hakim (2010),
secara definitif ruang terbuka hijau adalah kawasan atau areal permukaan tanah
yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat
tertentu, sarana lingkungan kota, dan pengamanan dan atau budidaya pertanian.
Definisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang mengacu pada Peraturan
Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 adalah area memanjang atau
jalur dan atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang
terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan,
tanaman, dan vegetasi guna mendukung manfaat langsung dan atau tidak
langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,
kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut
(Departemen Arsitektur Lanskap IPB, 2005).
12
2.1.2 Tipologi RTH
Berdasarkan tipologi RTH, secara fisik RTH dapat diklasifikasikan
menjadi RTH alami dan RTH non alami. RTH alami berupa habitat liar atau
alami, kawasan lindung, dan taman nasional. RTH non alami atau binaan seperti
taman kota, lapangan olahraga, kebun bunga, pemakaman, dan jalur hijau jalan.
Berdasarkan fungsinya, RTH diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung
manfaat ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Berdasarkan Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
pembagian jenis-jenis RTH yang ada sesuai dengan tipologi RTH sebagaimana
Gambar 1.
Alami Ekologis Pola Ekologis Publik
Non Alami Sosial Budaya Pola Planologis Privat
Estetika
Ekonomi Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008
Gambar 1. Ruang Terbuka Hijau
Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH
privat. RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan
yang dimiliki oleh pemerintah pusat maupun daerah. RTH privat atau non publik,
yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat (Departemen Arsitektur
Lanskap IPB, 2005). Pembagian jenis-jenis RTH publik dan RTH privat dapat
dilihat pada Lampiran 1. RTH publik maupun privat memiliki fungsi utama yaitu
Ruang Terbuka Hijau
Fisik Fungsi Struktur Kepemilikan
13
fungsi ekologis dan fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika atau
arsitektural. Khusus untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat,
sarana olahraga dan atau area bermain, maka RTH ini harus memiliki aksesibilitas
yang baik untuk semua orang, termasuk aksesibilitas bagi penyandang cacat.
Dalam penjelasan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang,
RTH publik terdiri dari taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau
sepanjang jalan, sungai, dan pantai. RTH privat terdiri dari kebun/halaman
rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Status
kepemilikan RTH dapat berupa RTH publik yang penyediaan dan pemeliharaan
menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota, dan RTH privat atau non
publik yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pihak atau
lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin
pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupaten atau kota. Berdasarkan Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasaan Perkotaan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.05/PRT/2008 mengenai tujuan penyelenggaraan RTH
terdapat tiga tujuan. Pertama, menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan
resapan air. Kedua, menciptakan aspek planologis kota melalui keseimbangan
antara lingkungan alam dan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.
Ketiga, meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman
lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
2.1.3 Fungsi Ruang Terbuka Hijau
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai konsentrasi untuk melakukan
upaya penambahan RTH mengingat fungsi RTH yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di
14
Kawasan Perkotaan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/2008, Ruang
Terbuka Hijau memiliki dua fungsi yaitu sebagai fungsi utama (intrinsik) dan
fungsi tambahan (ekstrinsik). Fungsi utama yaitu fungsi ekologisnya, seperti
memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sirkulasi udara, pengatur
iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung
lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat
satwa, penyerap polutan media udara, air, tanah, dan penahan angin.
Fungsi tambahan RTH terbagi menjadi tiga fungsi. Pertama, fungsi sosial
dan budaya seperti menggambarkan ekspresi budaya lokal, media komunikasi
warga kota, tempat rekreasi, wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan
pelatihan dalam mempelajari alam. Kedua, fungsi ekonomi seperti menjadi bagian
dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan sebagai sumber produk yang bisa
dijual seperti tanaman bunga, buah, dan sayuran. Ketiga, fungsi estetika seperti
meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota, menstimulasi
kreativitas dan produktivitas warga kota, pembentukan faktor keindahan
arsitektural, menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan
tidak terbangun (Diskominfomas Prov. DKI Jakarta, 2011). Manfaat yang dapat
diperoleh dari Ruang Terbuka Hijau Kota sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri
No. 14 Tahun 1988, antara lain memberikan kesegaran, kenyamanan dan
keindahan lingkungan, memberikan lingkungan yang bersih dan sehat bagi
penduduk kota, memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga dan buah.
2.1.4 Bentuk Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan fungsi dan tujuan pembangunan, terdapat delapan jenis
bentuk RTH, yaitu sebagai taman kota; jalur (tepian) sempadan sungai dan pantai;
15
taman olahraga, bermain, relaksasi; taman pemakaman umum; pertanian kota; dan
taman (hutan) kota. Jenis pertama sebagai taman kota memiliki fungsi ekologis,
rekreatif, estetis dan olahraga dan dengan tujuan keindahan, mengurangi cemaran,
meredam kebisingan dan lain sebagainya. Jenis, fungsi, dan tujuan pembangunan
RTH lainnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.2 Taman Kota
Salah satu tipe hutan kota adalah tipe pemukiman. Hutan kota tipe
pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang
tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan. Taman adalah sebidang
tanah terbuka dengan luasan tertentu didalamnya ditanam pepohonan, perdu,
semak, dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan
lainnya. Pada umumnya taman dipergunakan untuk olahraga, bersantai, bermain,
dan sebagainya (Dahlan, 1992). Menurut Dahlan (1992), taman kota merupakan
salah satu bentuk dari hutan kota. Taman kota diartikan sebagai taman yang
ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil
rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Setiap jenis
tanaman mempunyai karakteristik tersendiri baik menurut bentuk, warna, dan
teksturnya.
Taman kota mempunyai banyak fungsi (multifungsi) baik berkaitan
dengan fungsi hidroorologis, ekologi, kesehatan, estetika dan rekreasi. Taman
perkotaan yang merupakan lahan terbuka hijau dapat berperan dalam membantu
fungsi hidrologi dalam hal penyerapan air dan mereduksi potensi banjir.
Pepohonan melalui perakarannya yang dalam mampu meresapkan air ke dalam
tanah, sehingga pasokan air dalam tanah (water saving) semakin meningkat dan
16
jumlah aliran limpasan air juga berkurang yang akan mengurangi terjadinya
banjir. Selain itu, terkait dengan fungsi ekologis taman kota dapat berfungsi
sebagai filter berbagai gas pencemar dan debu, pengikat karbon, pengatur iklim
mikro. Pepohonan yang rimbun dan rindang dapat terus-menerus menyerap dan
mengolah gas karbondioksida (CO2), sulfur oksida (SO2), ozon (O3),
nitrogendioksida (NO2), karbon monoksida (CO), dan timbal (Pb) yang
merupakan 80 persen pencemar udara kota, menjadi oksigen segar yang siap
dihirup warga setiap saat (Atmojo, 2007).
2.3 Analisis Deskripsi Berdasarkan Persepsi
Persepsi menurut Applebaum (1973) adalah suatu proses interpretasi yang
dilakukan seseorang terhadap realitas yang diterimanya. Rakhmat (2005)
menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan.
Definisi yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Hubeis (2007) yang
mengungkapkan bahwa persepsi adalah proses dimana suatu individu
berhubungan dengan berbagai hal diluar dirinya lalu mencoba memberinya makna
yang dikaitkan dengan kondisi dirinya dan dimana dia berada. Intinya, seseorang
mempersepsikan sesuatu karena dia mampu menangkap sesuatu tersebut dari
inderanya dan juga dia memiliki berbagai kerangka rujukan yang memungkinkan
untuk menginterpretasikan, memahami, dan memberi makna terhadap sesuatu.
2.4 Nilai Keberadaan (Existence Value)
Nilai keberadaan (Existence Value) adalah manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat dari keberadaan ekosistem atau spesies yang ada, terlepas dari apakah
sumberdaya tersebut digunakan atau tidak (Barton, 1994). Sementara itu,
17
menurut Dziegielewska (2009) nilai keberadaan merupakan cerminan dari nilai
yang diberikan oleh masyarakat lebih karena manfaat keberadaan suatu barang
atau jasa tertentu. Penetapan nilai keberadaan dapat digunakan melalui
pendekatan harga pasar maupun non pasar. Teknik pendekatan harga pasar, yaitu
pendekatan produktivitas, pendekatan modal manusia (Human Capital) atau
pendekatan nilai yang hilang, dan pendekatan biaya kesempatan (Oportunity
Cost). Terdapat beberapa teknik pendekatan produktivitas yang biasa digunakan,
yaitu (a) perubahan produktivitas, (b) biaya pengganti atau Replacement Cost,
dan (c) biaya pencegahan atau Prevention Cost. Teknik pendekatan non pasar
dapat dilakukan melalui metode nilai hedonis (Hedonic Pricing), metode biaya
perjalanan (Travel Cost), metode kesediaaan membayar atau kesediaan menerima
(Contingent Valuation), dan metode Benefit Transfer (Dhewanthi, et al, 2007).
2.4.1 Contingent Valuation Method (CVM)
Kesediaan berkorban masyarakat terhadap keberadaan suatu sumberdaya
dapat dihitung menggunakan Contingent Valuation Method (CVM). CVM yaitu
metode dengan teknik survei untuk menanyakan secara langsung kepada para
penduduk yang berada disekitar kawasan taman tentang keberadaannya melalui
nilai atau harga yang mereka berikan terhadap suatu komoditi seperti barang
lingkungan yang tidak memiliki harga pasar baik barang maupun jasa
lingkungan. Pendekatan ini dilakukan dari asumsi bahwa dengan adanya manfaat
yang dirasakan penduduk sekitar kawasan taman maka mereka akan mau
berkorban (willingnes to pay/WTP) atau kemauan untuk membayar guna
mempertahankan suatu barang lingkungan yang telah memberikan manfaat bagi
mereka, baik sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Penetapan
18
menggunakan WTP didasarkan karena individu atau masyarakat sekitar tidak
memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam tersebut
karena taman kota merupakan ruang publik dengan kepemilikan pemerintah
(Fauzi, 2006). Nilai WTP dimaksudkan untuk mendapatkan besarnya penawaran.
Konsep dasar bagi semua teknik penilaian ekonomi adalah kesediaan
membayar (willingnes to pay) dari individu untuk sumberdaya alam atau jasa
lingkungan yang diperolehnya atau kesediaan untuk menerima kompensasi akibat
adanya kerusakan lingkungan di sekitarnya (Pearce dan Moran, 1984). Menurut,
Fauzi (2006) WTP merupakan keinginan membayar seseorang terhadap barang
dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Keinginan
membayar tersebut didasarkan pada survei yang diperoleh secara langsung dari
responden yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis.
Sementara menurut Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2006), pengukuran
WTP dapat diterima dengan syarat WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif,
batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan, dan adanya konsistensi
keacakan pendugaan perhitungannya.
2.4.2 Biaya Pengganti (Replacement Cost)
Teknik biaya pengganti atau replacement cost merupakan suatu teknik
yang terdapat pada pendekatan produktivitas. Pendekatan produktivitas digunakan
untuk memberikan harga SDA dan lingkungan sedapat mungkin menggunakan
harga pasar yang sesungguhnya. Biaya pengganti yaitu suatu teknik yang
mengidentifikasikan biaya pengeluaran untuk perbaikan lingkungan hingga
mencapai atau mendekati keadaan semula. Biaya yang diperhitungkan untuk
mengganti SDA yang rusak dan kualitas yang menurun atau karena praktek
19
pengelolaan SDA yang kurang sesuai dapat menjadi dasar penaksiran manfaat
yang diperkirakan dari suatu perubahan (Dhewanti, 2007).
Metode biaya pengganti memiliki beberapa keunggulan, antara lain dapat
mengatasi kesalahan penghitungan akutansi yang menggunakan nilai saat ini,
berpotensial untuk digunakan secara transparan, sangat cocok untuk menilai suatu
aset saat terjadi inflasi yang tinggi, dan dapat menjadi dasar penentuan keputusan
untuk memasuki suatu pasar. Kekurangan yang dimiliki biaya pengganti adalah
menjadi subjektif dikarenakan nilai saat ini sulit untuk ditentukan, membutuhkan
penghitungan yang akurat apabila menggunakan nilai sekarang apabila terjadi
pergantian teknologi, mengabaikan nilai keoptimalan, dan dapat terjadi
overestimate dari suatu aset yang dinilai. Menurut Jones, et al (2000), biaya
pengganti terkadang dianggap kategori spesial dalam preventive expenditure,
dimana perhitungannya dengan mengestimasi nilai kerusakan lingkungan
berdasarkan jumlah yang dimiliki untuk dikeluarkan dalam memperbaiki
lingkungan ke keadaan sebelum kerusakan. Maka, kejadian seperti polusi dihitung
sebagai potensi dan secara aktual biaya pembersihan mungkin dapat menjadi
indikator yang baik menilai pengukuran pencegahan.
2.5 Manfaat Ekonomi Taman Kota
Pembangunan taman kota merupakan suatu proyek pemerintah untuk
memberikan pelayanan publik berupa penghijauan kota. Definisi proyek adalah
kegiatan investasi atau pengalokasian kembali sumberdaya-sumberdaya yang
direncanakan serta mempertimbangkan individu atau masyarakat seluruhnya yang
mendapat keuntungan sebesar-besarnya atau mengalami kerugian dari
pelaksanaan suatu proyek (Gittinger, 2008 dan Hanley dan Spash, 1993). Analisa
20
proyek diperlukan untuk menentukan dan menilai biaya-biaya dan manfaat-
manfaat yang akan timbul dengan usulan proyek dan membandingkan keduanya
dalam situasi tanpa proyek (Gittinger, 2008).
Manfaat adalah tambahan bagian yang diperoleh atau dirasakan oleh
individu atau masyarakat sebagai akibat adanya investasi baik yang dirasakan
langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung (direct benefit) yaitu manfaat
yang secara nyata dan langsung dapat dirasakan sebagai akibat proyek
(Departemen ESL, 2008). Manfaat langsung dengan adanya taman kota misalnya
tempat rekreasi, olahraga, kesejukan, penyerapan tenaga kerja, dan lainnya.
Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yaitu manfaat yang secara tidak
langsung ditimbulkan karena adanya proyek. Manfaat tidak langsung dengan
adanya taman kota bisa berupa daerah resapan air, penyerap polusi, dan peredam
kebisingan. Selain itu, manfaat proyek juga bisa berupa manfaat yang tidak bisa
dihitung (intangible benfit) dan manfaat yang bisa dihitung (tangible benefit).
Intangible benfit yaitu manfaat yang secara tidak langsung dapat dinikmati
masyarakat tetapi sulit dihitung seperti keindahan kota karena adanya taman kota.
Tangible benefit yaitu manfaat yang dihasilkan suatu proyek yang bisa dihitung.
Menurut Tyrvainen (2001) manfaat suatu taman kota dapat diukur dan dihitung
nilai manfaatnya. Parameter yang dihitung antara lain seperti: kesediaan
membayar untuk rekreasi, sebagai penghasil kayu dan non-kayu, kesejukan dan
kenyamanan. Menurut Dahlan (2004) manfaat penghijauan kota dapat dihitung
secara ekonomi. Berikut nilai ekonomi yang dapat dihitung dari adanya taman
kota, seperti hasil kayu dan non kayu, tempat pesta, berdasarkan nilai ekologisnya
(produksi oksigen, kesejukan dan kenyamanan, penyerapan pencemaran udara,
21
dan produksi air tanah), dan penyerapan tenaga kerja. Vanhove, 2005
mengemukakan bahwa dampak ekonomi dari kegiatan wisata adalah: peningkatan
atau pembangkit pendapatan (income generation), peningkatan tenaga kerja,
peningkatan pendapatan dari pajak, efek keseimbangan pembayaran, perbaikan
struktur ekonomi daerah wisata, mendorong kegiatan usaha dan kerugian
ekonomi. Suatu pendapatan dari kegiatan usaha dapat dikatakan sebagai
pendapatan pokok jika memiliki persentase terhadap pendapatan total sebesar
>70%, pendapatan sampingan antara 30-70%, dan cabang pendapatan <30%
(Soehadji, 1995 dalam Soetanto, 2002).
2.6 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan referensi untuk
penyempurnaan penelitian ini seperti penelitian tentang keberadaan ruang terbuka
hijau dan penilaian ekonomi terhadap keberadaan taman kota.
2.6.1 Penelitian Mengenai Nilai Ekonomi Taman
Penelitian yang memperhitungkan nilai ekonomi suatu taman kota telah
dilakukan oleh Harnik dan Welle (2006) dan Harnik, (2011). Hasil penelitian
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penelitian Mengenai Nilai Ekonomi Taman Kota
No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
22
No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Harnik “The Economic Benefit of The Park and Recreation System of Virginia Beach, Virginia”
Penelitian ini menilai ekonomi dari adanya taman di pantai Virginia dengan luas 33 640 hektar. Mengukur manfaat penggunaan langsung menggunakan konsep Willingness to Pay. Terdapat tujuh faktor untuk menilai manfaat ekonomi dalam penelitian ini diantaranya udara bersih ($4,5 juta), air bersih ($1,5 juta), pariwisata ($295 juta), penggunaan langsung ($337 juta), kesehatan ($38 juta), nilai properti ($10,2 juta), dan hubungan sosial masyarakat ($3,9juta). Estimasi nilai total manfaat ekonomi Taman Pantai Virginia adalah $ 691 166 971
2. Harnik dan Welle
”Measuring The Economic Value of a City Park System-The Economic Value of Direct Use in Boston”
Luas area taman ini sebesar 5 040 hektar. Mengukur manfaat penggunaan langsung didasarkan pada satuan hari menggunakan konsep Willingness to Pay dengan metode yang dikembangkan oleh US Army Corps Engineers. Aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung diberikan nilai satuan dollar per aktivitasnya. Fasilitas atau kegiatan terdiri dari penggunaan taman secara umum (taman bermain, jalan, duduk,dll), penggunaan fasilitas olahraga (tennis, sepedaan, berenang, dll), dan penggunaan khusus (golf, festifal, konser, atraksi, dll) yang masing-masing memiliki nilai total berturut-turut sebesar $ 146 230 236, $ 147 812 453, dan $ 60 309 713. Sehingga didapatkan nilai ekonomi total penggunaan langsung sebesar $ 335 352 402
2.6.2 Penelitian Mengenai Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Penelitian mengenai ruang terbuka hijau telah dilakukan oleh beberapa
peneliti, diantaranya adalah Hasanah (2011) dan Yuliasari (2008). Hasil penelitian
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penelitian Mengenai Ruang Terbuka Hijau No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Hasanah “Pengaruh Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap harga lahan di permukiman (Studi kasus : Kelurahan Kelapa Gading
Faktor yang secara nyata mempengaruhi lahan di Kelurahan Kelapa Gading Timur (KGT) adalah jarak terhadap RTH Publik dan kenyamanan lingkungan, berdasarkan hasil model regresi double log dengan R² adjust 83,8%. Sedangkan di Kelurahan Kelapa Gading Barat (KGB) variabel yang mempengaruhi harga lahan adalah luas lahan
23
No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Timur dan Kelapa Gading Barat”
dan luas RTH Privat dengan hasil model regresi double log dengan R² adjust 85,3%
2. Yuliasari “Distribusi Spasial Ruang Terbuka Hijau berdasarkan pengelolaan RTH di Provinsi DKI Jakarta”
Delineasi diatas citra IKONOS diketahui jumlah RTH yang dikelola pemerintah Provinsi DKI sebesar 2 567,63 ha. Masing-masing terdiri dari Dinas Pertamanan dan Pekerjaan Umum sebesar 0,81%, Dinas Pertanian dan Kehutanan sebesar 2%, Dinas Pemuda dan Olahraga sebesar 0.32%, dan Dinas Pemakaman sebesar 0,45%. Luas RTH di DKI Jakarta melalui delineasi didapatkan sebesar 3.88% sedangkan laporan dari intansi pemerintah tahun 2006 sebesar 10.93%.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Pembangunan fisik dan ekonomi yang sejalan dengan perlindungan
lingkungan harus dilaksanakan secara simultan, agar tercapai pembangunan yang
berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
didefinisikan sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan
hidup, termasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan (UU No. 23 Tahun 1997). Pertumbuhan ekonomi disertai pesatnya
peningkatan penduduk, perkembangan teknologi serta kegiatan industri
menimbulkan berbagai masalah lingkungan, terutama daerah perkotaan seperti
DKI Jakarta. Permasalahan lingkungan Jakarta yang makin meningkat membuat
Jakarta sulit keluar dari bencana banjir, krisis air bersih, kemacetan lalu lintas,
pencemaran udara yang membuat kondisi Jakarta makin terpuruk. Bahkan
berdasarkan pengamatan 30 tahun terakhir ini, kenaikan suhu rata-rata udara di
kota Jakarta hampir mencapai 5°C (Wardhana, 2010). Permasalahan tersebut akan
menjadi beban bagi lingkungan Jakarta bila tidak ada upaya untuk meminimalkan
dampaknya.
Salah satu upaya pencegahan untuk memperbaiki kualitas lingkungan
adalah meningkatkan kualitas lingkungan. Pemerintah DKI telah berupaya
melakukan perlindungan lingkungan dengan baku mutu lingkungan dari beberapa
peraturan perundangan yang telah dibuat seperti SK Gubernur DKI Jakarta No.
1222 Tahun 1990 tentang baku mutu udara emisi kendaraan bermotor (Siahaan,
2004). Di sisi lain, diperlukan pula suatu upaya penataan lingkungan yang baik,
serasi, dan seimbang pada sistem perencanaan yang baik berupa tata ruang.
24
Sistem tata ruang merupakan pengelolaan lingkungan dalam berbagai fungsi yang
didasarkan pada karakter, sifat, corak, dan potensi dari tata lingkungan itu sendiri
(Siahaan, 2004). Adanya sistem tata ruang maka dengan mudah dapat diketahui
kemampuan suatu ekosistem lingkungan atau sumberdaya alamnya. Setiap daerah
dibuatkan tata ruang sesuai karakter ekosistemnya. DKI Jakarta memiliki rencana
tata ruang yang berlandaskan hukum, yaitu Rencana Umum Tata Ruang (RUTR)
DKI Jakarta.
Salah satu bagian dalam RUTR DKI Jakarta terdapat Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) mengenai kegiatan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan
yang sehat dan aman sehingga mampu memperbaiki kondisi kehidupan yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan. Salah satunya adalah membangun Ruang
Terbuka Hijau (RTH). RTH sebagai penyeimbang ekosistem kota, baik itu sistem
hidrologi, klimatologi, keanekaragaman hayati, maupun sistem ekologi lainnya
yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, estetika kota, kesehatan, dan
kesejahteraan masyarakat (Joga dan Ismaun, 2011). Sejauh ini, luas RTH Jakarta
masih belum memenuhi kriteria yang disyaratkan UU Penataan Ruang No. 26
Tahun 2007 yaitu sebesar 30%. Keterbatasan lahan, dana yang tersedia, dan
mahalnya harga tanah menjadi kendala pemerintah daerah Jakarta sulit
memasukkan target RTH 30% ke dalam RTRW kota. Meskipun demikian,
pemerintah DKI terus berupaya lebih lanjut untuk memperbaiki, menyelaraskan,
menyempurnakan, dan meningkatkan RTH kota berupa ruang hijau publik yang
salah satunya adalah taman kota.
Taman Kota Menteng merupakan salah satu taman kota upaya pemerintah
DKI Jakarta untuk menambah RTH Publik guna mencapai target RTRW DKI
25
Jakarta sebesar 20%. Taman Menteng dibangun di lahan seluas ± 24 546 m2 yang
awalnya merupakan Stadion Persija Menteng. Pembangunan taman ini dirancang
dengan tujuan utama memperbaiki kualitas lingkungan bagi masyarakat Menteng,
keindahan kota, dan memberikan taman interaktif bagi masyarakat yang nyaman,
indah, menarik, dan nyaman (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta,
2012). Pada dasarnya taman kota adalah taman umum pada skala kota yang
peruntukannya sebagai fasilitas untuk rekreasi, olahraga, dan sosialisasi
masyarakat di kota yang bersangkutan (Arifin et al, 2007). Menurut Eckbo (1964)
dalam Arsyanur (2008), taman kota merupakan ruang dengan penggunaan
terbatas dengan bentuk yang fleksibel dibangun dengan kontruksi serendah
mungkin dengan menggunakan material alami secara maksimal. Tekanan terhadap
stres yang biasa dialami oleh penduduk kota dapat dikurangi dengan cara rekreasi
di alam terbuka seperti taman kota. Rekreasi pada kawasan taman kota bertujuan
untuk menyegarkan kembali kondisi badan yang penat dan jenuh dari aktivitas
rutin, agar siap menghadapi tugas yang baru. Selain itu, keberadaan Taman
Menteng dapat menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan
perkotaan, khususnya daerah Menteng.
Dinas pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta selaku pengelola Taman
Menteng terus berupaya untuk mengelola taman secara baik sehingga dapat
memberikan taman interaktif yang diminati oleh masyarakat tanpa melupakan
fungsi utama taman sebagai fungsi ekologis seperti daerah resapan air. Taman
Menteng memiliki potensi untuk menunjang perbaikan kualitas lingkungan dan
sarana serta prasarana bagi masyarakat sekitar untuk memperoleh hiburan baik
dalam rekreasi maupun olahraga. Potensi baik yang dimiliki Taman Menteng
26
menyebabkan meningkatnya kunjungan ke lokasi ini dengan bermacam aktivitas.
Secara tidak langsung, aktivitas tersebut akan memberikan dampak positif
maupun negatif terhadap keberlanjutan taman. Keindahan dan eksistensi taman
akan tercipta jika pengelola, pengunjung dan masyarakat secara bersama-sama
berperan aktif untuk menjaganya. Penelitian mengenai nilai dan manfaat ekonomi
keberadaan Taman Menteng perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan keberadaannya dengan mengetahui
persepsi multi pihak akan fungsi keberadaan Taman Menteng, menilai ekonomi
keberadaan Taman Menteng melalui pendekatan harga pasar dan non pasar, dan
mengetahui apakah keberadaan Taman Menteng memberikan kontribusi terhadap
pendapatan masyarakat. Adanya keberadaan Taman Menteng perlu dikaji
manfaatnya agar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk kebijakan pengelolaan
Taman Menteng kedepannya oleh pihak-pihak yang terkait. Adapun alur kerangka
berfikir ditunjukkan pada Gambar 2.
27
Gambar 2. Skema Kerangka Alur Berfikir
Nilai Ekonomi Keberadaan Taman Menteng sebagai
RTH
Identifikasi Persepsi Multistakeholder
akan Fungsi Keberadaan Taman
Menteng
Manfaat Ekonomi yang Ditimbulkan dari Keberadaan Taman Menteng
Manfaat Keberadaaan Taman Menteng sebagai Salah Satu RTH di Jakarta
Metode CVM dan Biaya Pengganti
Analisis Deskriptif Pendekatan
Persepsi
Estimasi Pendapatan dan Perubahan
Pendapatan
Pembuatan/Penambahan Luas RTH Perkotaan
Pengelolaan RTH sebagai Taman Kota Menteng, Jakarta Pusat
Fungsi dan Pemanfaatan Taman Menteng, Jakarta Pusat oleh Masyarakat dan Pengunjung
Perlu Upaya Meningkatkan Kualitas Lingkungan Perkotaan
Perubahan Kualitas Lingkungan Perkotaan Akibat Peningkatan Jumlah Penduduk dan
Pertumbuhan Perekonomian
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu ruang terbuka hijau publik yaitu di
Taman Kota Menteng, Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat
mengingat luasan RTH di Jakarta yang baru mencapai 9.8%. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini dikarenakan Taman
Menteng dibangun sebagai upaya pemerintah DKI Jakarta untuk menambah
luasan RTH guna mencapai target sesuai RTRW DKI Jakarta yaitu sebesar 20%.
Pada awalnya, pembangunan Taman Menteng mengundang kontroversi antara
pihak yang berkepentingan untuk mempertahankan sebagai stadion bola dan
keinginan pemerintah untuk mengalokasikan menjadi taman kota yang dirasa
lebih efektif berfungsi sebagai RTH. Pengambilan data dilakukan pada bulan
Maret-September 2012.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data
sekunder yang diolah baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan
diinterpretasikan secara deskriptif. Pengumpulan data primer didapatkan
menggunakan kuisioner dan wawancara kepada pengunjung, pelaku usaha, tenaga
kerja Taman Menteng, dan masyarakat sekitar kawasan. Selain itu, interview
secara mendalam juga dilakukan kepada key person diantaranya adalah aparat
setempat, dan Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta mengenai
pengelolaan Taman Menteng. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
literatur, website, dan intansi terkait yang menunjang penelitian dan relevan sesuai
29
dengan topik penelitian, yaitu Pemda DKI Jakarta, Dinas Pertamanan dan
Pemakaman Provinsi DKI Jakarta, serta BPS.
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pengunjung dengan metode non-probability sampling
dimana pada metode ini kemungkinan atau peluang bagi setiap anggota populasi
untuk menjadi anggota sampel tidak sama atau tidak diketahui (Prasetyo dan
Jannah, 2005). Responden untuk pengunjung, masyarakat sekitar, dan pelaku
usaha dipilih dengan menggunakan metode pengambilan sampel aksidental atau
convenience sampling yang didasarkan karena sampling frame tidak ada. Sampel
dapat terpilih karena berada pada waktu, situasi, dan tempat yang tepat (Prasetyo
dan Jannah, 2005). Responden tenaga kerja menggunakan metode sensus
berdasarkan populasi. Wawancara secara mendalam dilakukan kepada pihak yang
merupakan informan kunci (key person) untuk mengetahui fungsi keberadaan
Taman Menteng, yaitu kepada Ketua RT dan RW, petugas dari kelurahan, serta
dua orang dari pihak Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. Pemilihan
informan kunci ini didasarkan pada asusmsi bahwa mereka adalah orang-orang
yang mengerti mengenai kondisi serta pengelolaan Taman Menteng.
Responden pengunjung adalah mereka yang berusia 15 tahun keatas dan
sedang melakukan kegiatan di Taman Menteng. Usia diatas 15 tahun dipilih
karena dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai
sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Jumlah sampel
responden untuk pengunjung 45 orang, masyarakat 45 orang, pelaku usaha 27
orang, dan key person 12 orang yang terdiri dari 7 Ketua RT, 1 Ketua RW, 2
petugas kelurahan setempat, dan 2 petugas Dinas Pertamanan dan Pemakaman
30
DKI Jakarta. Responden tenaga kerja berdasarkan sensus sebanyak 23 pekerja.
Penentuan jumlah sampel pengunjung dan masyarakat berdasarkan Gay dalam
Idrus (2009) yang menyatakan bahwa ukuran sampel paling minimum yang dapat
diterima berdasarkan metode deskriptif adalah 30 subyek. Penentuan sampel
pelaku usaha berdasarkan Idrus (2009) dimana jumlah sampel 20-30% dari
populasi.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kuantitatif maupun
kualitatif. Pengolahan data dilakukan dengan terlebih dahulu mengolah data hasil
wawancara ke dalam matriks, kemudian dilakukan pengkodean. Selanjutnya,
penghitungan persentase responden dan menginterpretasikan secara deskriptif
melalui tabel dan grafik. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual
dan menggunakan komputer. Berikut uraian matriks analisis data yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Matriks Analisis Data No. Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data
1. Mengidentifikasikan persepsi multistakeholder terhadap fungsi keberadaan Taman Menteng.
Wawancara dengan menggunakan kuisioner
Analisis deskriptif dengan pendekatan persepsi
2. Mengetahui seberapa besar nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng dengan dua pendekatan
Wawancara dengan menggunakan kuisioner
Metode biaya pengganti (replacement cost) dan CVM (WTP) dengan analisis deskriptif kuantitatif
3. Menganalisis manfaat ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di Taman Menteng terhadap perubahan pendapatan masyarakat sekitar.
Wawancara dengan menggunakan kuisioner
Analisis deskriptif kuantitatif berdasarkan perubahan pendapatan dengan dan tanpa adanya Taman Menteng
31
4.4.1 Persepsi Multistakeholder terhadap Fungsi Keberadaan Taman Menteng Persepsi multistakeholder yang termasuk dalam responden ini adalah
pengunjung, masyarakat sekitar, tenaga pekerja di taman, pelaku usaha sekitar
taman, aparat desa setempat, intansi terkait di pemerintahan yaitu Dinas
Pertamanan dan Pemakaman yang dianalisis secara deskriptif. Responden
diberikan pilihan terkait beberapa fungsi Taman Menteng yang mereka rasakan
selama ini kemudian responden memberikan beberapa fungsi selain dari pilihan di
kuisioner mengenai keberadaan taman, baik dari segi manfaatnya maupun dampak
negatifnya berdasarkan prioritas utama. Terdapat empat (4) fungsi Taman
Menteng yang di analisis, yaitu fungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan
ekonomi. Analisis ini ditujukan untuk mengetahui persepsi multi pihak mengenai
fungsi dan dampak keberadaan Taman Menteng. Akan tetapi, sebelum
memberikan penilaian persepsi tersebut, responden terlebih dahulu menentukan
penilaian mengenai kondisi Taman Menteng yang terdiri dari 6 kategori. Tabel 7
menjabarkan indikator mengenai kriteria-kriteria dalam kategori penilaian
terhadap kondisi Taman Menteng.
Tabel 7. Indikator Kriteria dalam Kategori Penilaian Kondisi Taman Menteng
Kriteria Kategori
Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik
Kebersihan -Kondisi taman bersih tidak ada sampah dan coret-coretan di area taman
-Taman bersih, namun masih terdapat beberapa sampah dan coret-coretan walaupun dalam kondisi wajar karena dengan segera dibersihkan
-Terdapat sampah dan coret-coretan serta tidak ditanggulangi secara cepat
-Kebersihan tidak terjaga, banyak sampah dan coret-coretan disekitar taman
Fasilitas -Terpenuhinya semua fasilitas penunjang taman
-Fasilitas terpenuhi walaupun perlu ada sedikit penambahan
-Prasarana tersedia, tetapi belum bisa terpenuhi sesuai kebutuhan.
-Tidak terpenuhi fasilitas sesuai dengan semestinya
Pengelolaan -Pengoptimalan yang baik dalam pengelolaan taman, seperti penyapuan,
-Secara umum pengelolaan taman berjalan dengan baik, walaupun
-Belum optimal para pekerja taman dalam mengelola taman
-Tidak terdapat petugas yang mengelola taman, khususnya
32
Kriteria Kategori
Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik
pemupukan, perbaikan fasilitas yang rusak
terdapat sedikit kekurangan
kebersihan dan perawatan
Pelayanan -Para pekerja bekerja dengan sangat baik dan cepat tanggap terhadap keluhan pengguna taman tanpa harus diminta
-Menanggapai keluhan pengguna dan tanggap terhadap kondisi taman
-Merespon dengan lambat keluhan pengguna taman
-Tidak menjalankan tugas dengan semestinya dan tidak tanggap terhadap kondisi taman
Tutupan Lahan
-Ada tanaman dan pohon yang rindang telah tercukupi dengan baik, sehingga taman terasa sejuk dan asri
-Kerindangan pohon dan tanaman dirasakan cukup untuk menyejukkan taman walaupun perlu penambahan dibeberapa tempat
-Kurangnya pohon rindang disekitar taman sehingga kesejukan taman sedikit dirasakan
-Tidak terdapat pohon rindang dan suasana taman dirasakan tidak menyejukkan.
Arsitektur -Dibuat dengan desain yang menarik, unik, dan memiliki nilai estetika bagus yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
-Memiliki desain dan ornamen taman yang bagus
-Desain taman yang tidak menarik dan kuno sehingga kurang diminati masyarakat
-Desain taman yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kondisi taman yang diinginkan oleh masyarakat
4.4.2 Pendugaan Nilai Ekonomi Keberadaan Taman Menteng
Penilaian terhadap keberadaan Taman Menteng merupakan suatu penilaian
terhadap manfaat yang dimiliki oleh taman tersebut, seperti keindahan dan
keserasian berdasarkan atas dasar nilai penghargaan terhadap keberadaan taman.
Nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng diperoleh dengan menggunakan dua
pendekatan. Pendekatan pertama menggunakan konsep Willingness To Pay
(WTP). Nilai kesediaan membayar/WTP diperoleh dengan cara wawancara
menggunakan kuisioner kepada responden yang terdiri dari masyarakat sekitar,
pengunjung dan pelaku usaha. Analisis nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng
dengan menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM). Hal ini
dikarenakan nilai keberadaan Taman Menteng tidak memiliki harga pasar baik
dari segi barang maupun jasa lingkungan. Penerapan CVM dalam menentukan
kesediaan membayar memiliki 6 tahapan menurut Hanley dan Spash (1993),
33
namun untuk penelitian ini hanya 5 tahapan saja karena peneliti hanya ingin
melihat besarnya total nilai WTP. Tahapan tersebut adalah :
1) Membangun Pasar Hipotetis
Dalam metode penetapan WTP digunakan dengan mengajukan
pertanyaan terhadap masyarakat sekitar, pelaku usaha dan pengunjung
sebagai reponden tentang berapa nilai yang ingin dibayarkan untuk tetap
mempertahankan keberadaan Taman Menteng. Sebelum mendapatkan nilai
kesediaan membayar, penulis membuat skenario/pasar hipotetik.
“SKENARIO : Keberadaan Taman Menteng memiliki fungsi yang
beragam, seperti memproduksi oksigen, mengontrol iklim setempat,
mencegah erosi, penyimpanan air tanah, mereduksi polusi debu dan
kebisingan, menahan angin, sarana rekreasi keluarga, dan lain
sebagainya. Fungsi yang beragam tersebut membuat keberadaan taman
sangatlah penting karena dapat meningkatkan kualitas lingkungan
daerah sekitar. Jika keberadaan taman ini tidak dijaga dengan baik
maka akan menimbulkan degradasi lingkungan, seperti terjadi
peningkatan suhu udara, banjir, penurunan permukaan tanah, intrusi
air laut, pencemaran air, suasana gersang, dan tingkat kebisingan yang
tinggi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk tetap menjaga
keberadaan Taman Menteng. Salah satu upaya tersebut adalah menilai
secara ekonomi mengenai keberadaan Taman Menteng dengan konsep
Willingnes to Pay (WTP) oleh pengunjung, masyarakat dan pelaku
usaha. Dimana nilai WTP tersebut mencerminkan nilai ekonomi dari
34
keberadaan Taman Menteng yang menghargai secara moneter agar
keberadaan serta kelestarian tetap terjaga secara berkelanjutan.”
2) Memperoleh Nilai Penawaran
Setelah pasar hipotetik terbentuk, untuk mendapatkan nilai penawaran
pada penelitian ini dilakukan dengan survei langsung ke responden. Survei ini
bertujuan untuk memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP)
dari responden. Responden diberi pertanyaan mengenai kesediaannya untuk
berkontribusi yang sanggup dibayarkan. Pertanyaan akan dihentikan sampai
nilai sesuai kemauan yang mereka bayar diperoleh, dimana mendapatkan nilai
maksimum WTP atau responden enggan untuk kembali membayar (Syaukat,
2011; Fauzi, 2006).
3) Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP
Setelah memperoleh nilai penawaran, langkah selanjutnya adalah
memperkirakan nilai rataan WTP menggunakan nilai rata-rata dari
penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden.
Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus (Hanley dan Spash, 1993):
EWTP = ∑ 𝑊𝑖𝑛𝑖=1𝑛
Dimana :
EWTP = Dugaan rataan WTP (Rp)
Wi = Nilai WTP ke-i (Rp)
n = Jumlah responden (orang)
i = Responden ke-i yang bersedia membayar (i=1,2,...,n)
4) Menduga Kurva WTP
Kurva WTP responden dibentuk menggunakan jumlah kumulatif dari
jumlah individu yang bersedia memilih satu nilai WTP tertentu. Asumsinya
35
adalah individu yang bersedia membayar suatu nilai WTP jumlahnya akan
semakin sedikit sejajar dengan peningkatan WTP.
5) Penjumlahan Data
Pendugaan penjumlahan data WTP dilakukan setelah didapatkan
dugaan nilai rataan WTP yang dikalikan dengan jumlah polulasi. Selain itu,
nilai rataan WTP pelaku usaha di taman dikonversikan terhadap total pelaku
usaha yang terdaftar di pengelola Taman Menteng. Rumusan total WTP untuk
tiap kelompok responden adalah :
Dimana : TWTPi = Total WTP responden ke-i (Rp)
EWTPi= Dugaan rataan WTP ke-i (Rp)
P = Jumlah populasi (orang)
i = Responden ke-i (i=1,2,...,n)
Jumlah populasi pengunjung merupakan jumlah pengunjung yang datang
ke Taman Menteng dalam satu tahun terakhir (2011). Jumlah populasi masyarakat
yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk di Kecamatan
Menteng, Jakarta Pusat. Hal ini dikarenakan Taman Menteng dibangun oleh
pemerintah DKI Jakarta dengan maksud untuk menata kawasan Menteng dan juga
memberikan kualitas lingkungan yang lebih baik. Selain itu, masyarakat yang
memanfaatkan keberadaan Taman Menteng terutama untuk kegiatan-kegiatan
sosial seperti senam lansia, bazar pakaian dan makanan, serta kegiatan outbond
lebih kepada masyarakat yang masih bertempat tinggal di lokasi Kecamatan
Menteng. Jumlah populasi untuk pelaku usaha merupakan masyarakat yang
memanfaatkan keberadaan Taman Menteng untuk lapangan usaha dalam mencari
keuntungan dan telah terdaftar oleh pihak pengelola.
TWTPi= EWTPi x P
36
Selanjutnya dalam penelitian ini menghitung existence value/nilai
keberadaan Taman Menteng. Adapun formula dari estimasi nilai keberadaan,
menurut Mitchell dan Carson (1989) dalam Aini (2011) sebagai berikut :
Dimana :
EV = Nilai ekonomi total keberadaan Taman Menteng
TWTPp = Nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng oleh pengunjung
TWTPm = Nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng oleh masyarakat
TWTPu = Nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng oleh pelaku usaha
Setelah nilai ekonomi total keberadaan Taman Menteng diperoleh,
selanjutnya dilakukan perhitungan keberadaan Taman Menteng melalui
pendekatan kedua yaitu dengan biaya pengganti atau (replacement cost) yang
dilihat dari biaya pembangunan proyek taman beserta biaya operasional
pemeliharaan selama satu tahun. Biaya pembangunan proyek Taman Menteng
dilakukan perhitungan kedalam future value. Perhitungan ini diterapkan karena
Taman Menteng telah selesai dibangun dan dapat dipergunakan pada tahun 2007.
Perhitungan future value ini menggunakan konsep compounding dimana menarik
uang saat ini ke nilai uang yang akan datang dengan rumusan sebagai berikut :
Dimana : FV = Future value
PV = Present value
i = Interest rate (tingkat suku bunga)
t = Banyaknya waktu (tahun)
Penelitian ini merupakan penelitian sosial sehingga dalam perhitungan
interest rate menggunakan rata-rata suku bunga Bank Indonesia pada saat ini
EV = TWTPp + TWTPm + TWTPu
FV=PV(1+i)t,
37
(2012) sebesar 5,75%1. Perhitungan ke dalam dua metode tersebut dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa besar nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng dari
sisi biaya investasi yang diperlukan untuk menyediakan Taman Menteng melalui
konsep biaya pengganti dan penilaian yang dilakukan oleh pengguna taman yang
memanfaatkan keberadaan taman secara langsung melalui metode CVM.
4.4.3 Analisis Manfaat Ekonomi dari Kegiatan di Taman Menteng dengan Mengestimasi Perubahan Pendapatan Masyarakat
Estimasi pendapatan dan perubahan pendapatan akibat adanya keberadaan
Taman Menteng dianalisis dengan mengkaji perubahan pendapatan masyarakat
dengan dan tanpa adanya Taman Menteng. Perubahan pendapatan masyarakat
sekitar dilihat dengan perhitungan pendapatan rata-rata berdasarkan kelompok
pekerjaan. Pendapatan rata-rata hanya dari Taman Menteng didapatkan dengan
mengurangi pendapatan total masyarakat dan pendapatan masyarakat tanpa
adanya Taman Menteng. Rumus perubahan pendapatan sebagai berikut:
Dimana:
ΔITM = Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat dari adanya Taman Menteng
I Tot = Pendapatan Total masyarakat
I NonTM = Pendapatan rata-rata masyarakat tanpa adanya Taman Menteng
Analisis ini dilanjutkan dengan mencari besarnya proporsi pendapatan
yang diperoleh dari usaha maupun sebagai pekerja di Taman Menteng. Hasil
analisis dapat menunjukkan apakah pendapatan yang diperoleh dari adanya
kawasan merupakan pendapatan utama bagi masyarakat. Persentase proporsi
1 http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/ diakses pada tanggal 18 Juni 2012
ΔITM = ITot – INonTM
38
pendapatan yang diperoleh dari adanya Taman Menteng dapat dihitung dengan
rumus:
Dimana:
%ITM = Persentase proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dari adanya
Taman Menteng terhadap total pendapatan
ITM = Pendapatan rata-rata masyarakat hanya dari Taman Menteng
Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) menjelaskan persentase tipologi
usaha terhadap pendapatan total seseorang, yaitu:
1) Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan kurang dari 30% disebut
sebagai pendapatan sambilan.
2) Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 30-70% disebut
sebagai pendapatan sampingan.
3) Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 70-100% disebut
sebagai pendapatan utama atau pokok.
% ITM = 𝐼 𝑇𝑀𝐼 𝑇𝑜𝑡
𝑥100%
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Kawasan Taman Menteng
Taman Menteng terletak di Jalan HOS Cokroaminoto 87, Kelurahan
Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat yang memiliki luas ± 24 546 m²
(Lampiran 7). Secara administrasi pemerintahan, letak Taman Menteng sebelah
Barat berbatasan dengan Hotel Formula 1 dan kawasan komersial Jl. HOS
Cokroaminoto; sebelah Timur berbatasan dengan Jl. Kediri yang berdampingan
dengan permukiman elite; sebelah Selatan berbatasan dengan Jl. Sidoarjo, Taman
Kodok dan permukiman warga elite; dan sebelah Utara berbatasan dengan Jl.
Prof. Moh.Yamin dan Koramil (Lampiran 6). Letak Taman Menteng yang
berada dipinggir jalan utama tengah kota menjadikan akses menuju taman ini
sangat mudah untuk kendaraan pribadi dan mudah untuk kendaraan umum karena
dilewati oleh angkutan umum seperti Kopaja P 20 arah Lebak Bulus-Pasar Senen,
lokasi taman juga berdekatan Stasiun Cikini dengan jarak tempuh ± 1 km, dan
jalur Busway koridor 6 Ragunan-Dukuh Atas di Shelter Setia Budi Aini dengan
jarak tempuh ± 1 km.
Terdapat 5 dinas yang terkait terhadap pengelolaan Taman Menteng agar
keberlanjutannya tetap terjaga. Dinas Pertamanan dan Pemakaman merupakan
pengelola yang memiliki tanggung jawab dalam pemeliharaan taman, baik
mempekerjakan petugas kebersihan dan keamanan taman. Dinas Perhubungan
merupakan pihak pengelola yang bertanggung jawab terhadap arena parkir
beserta pemeliharaan gedung parkirnya. Dinas Penerangan Jalan Umum
betanggung jawab terhadap fasilitas penerangan lampu yang ada disekitar taman.
Dinas olahraga bertanggung jawab dari segi pemeliharaan maupun pemenuhan
40
fasilitas yang terkait dengan sarana olahraga. Dinas kebersihan memiliki tanggung
jawab terhadap pengangkutan sampah dari aktivitas taman. Jika terdapat keluhan
atau perbaikan taman yang diluar tanggung jawab pengelola Taman Menteng,
maka Dinas Pertamanan dan Pemakaman yang akan menginformasikan kepada
dinas terkait agar diproses lebih lanjut. Hal ini dikarenakan pihak Dinas
Pertamanan dan Pemakaman merupakan pengelola utama yang rutin mengawasi
Taman Menteng tiap harinya. Oleh karena itu, kelima dinas terkait harus memiliki
koordinasi yang baik agar keberadaan Taman Menteng tetap terjaga dengan baik.
5.2 Sejarah Taman Menteng
Semula kawasan ini merupakan Lapangan atau Stadion Persija yang telah
ada sejak tahun 1920 bernama Voetbalbond Indiesche Omstreken atau V.I.O.S
Veld (Dinas Pertamanan dan Pemakaman, 2006). Selain diperuntukkan sebagai
lapangan bola, kawasan ini berfungsi sebagai ruang terbuka publik, khususnya
bagi masyarakat Menteng dan juga sebagai daerah resapan air. Seiring
perkembangannya, Stadion Persija tidak memungkinkan untuk dipertahankan lagi.
Hal ini dikarenakan area stadion tersebut sudah tidak mampu untuk menampung
jumlah penonton yang terus bertambah, lahan parkir yang tidak sesuai dengan
kapasitas, serta meningkatnya penjaja makanan disekitar stadion. Kondisi ini
menimbulkan kemacetan, penurunan salah satu fungsi kawasan tersebut sebagai
daerah resapan air, dan keresahan bagi masyarakat Menteng jika terjadi kericuhan
oleh suporter bola. Begitu pula dengan kondisi kawasan Stadion Persija Menteng
yang terus mengalami peningkatan dalam pengembangan kawasan menyebabkan
terjadi ketidakseimbangan ekologi seperti makin meningkatnya pemanfaatan
lahan yang menyebabkan menurunnya fungsi kawasan tersebut sebagai fungsi
41
ekologis maupun estetika. Disisi lain, kondisi fisik Stadion Persija terlihat
semakin kumuh dan biaya operasional untuk mempertahankan ataupun untuk
merehabilitas stadion tersebut lebih tinggi dan tidak optimal1. Oleh karena itu,
pemerintah menetapkan untuk mengembalikan fungsi kawasan tersebut sebagai
salah satu daerah resapan air dengan membangun taman kota. Melalui
pertimbangan tersebut pada bulan September 2004 Gubernur DKI Jakarta dan
Pemda DKI memutuskan untuk merelokasi Stadion Persija sebagai taman kota.
Hasil kesepakatan bersama antara pihak pengelola dan dinas pemerintah
terkait bahwa seluruh kegiatan klub sepak bola Persija dialihkan ke “Stadion V.I.J
Roxy” dan asrama dipindah ke Graha Wiata Ragunan. Alihfungsi Stadion Persija
menjadi taman kota dikuatkan dengan dasar hukum UU No.8 Tahun 2005 tentang
tata kota, Surat Perintah Gubernur DKI No.50 Tahun 2006, dan Surat persetujuan
55 warga Menteng kepada Gubernur. Rencana pembangunan Taman Menteng
dimulai pada 2004, perancangan tersebut seperti studi kelayakan dan kajian
lingkungan sekitar pada tahun 2005. Pembangunan Taman Menteng dimulai tahun
2006 dan diresmikan pada tanggal 28 April 2007. Maksud dan tujuan
pembangunan Taman Menteng adalah menata kawasan menteng dan sekitarnya
sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan fisik kota yang berfungsi sebagai
ruang terbuka publik serbaguna dan menyediakan taman aktif yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat dengan aman dan nyaman dari pagi hingga malam
hari. Perencanaan lanskap kawasan lapangan bola Persija Menteng diawali dengan
pencarian ide dan gagasan melalui sayembara. Hasil dari kegiatan tersebut adalah
sebuah gagasan awal berjudul “DUAL MEMORY” yang menampilkan ide sebuah
1 Hasil wawancara dengan key person yaitu Pengawas Taman Menteng dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman pada Maret 2012 mengenai sejarah Taman Menteng
42
taman kota bersifat kontemporer yang dapat menampung berbagai aktivitas warga
(Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2006).
Pada awal perencanaanya lahan yang ingin dibangun untuk dijadikan
Taman Menteng terdiri dari Lapangan Eks Stadion Persija Menteng dengan luas
lahan 24 276 m² dan Taman Situbondo atau yang lebih dikenal dengan nama
Taman kodok dengan luas 3 013 m² sehingga total luas lahan ± 27 289 m². Akan
tetapi, sampai saat ini hanya terealisasi di Taman Eks Lapangan Persija Menteng
dikarenakan warga sekitar Menteng tidak setuju Taman Kodok disatukan dengan
Taman Menteng. Menurut Kepala Seksi Taman Kota dan Lingkungan Bidang
Taman Kota Dinas Pertamanan dan Pemakaman Prov. DKI Jakarta (Bapak M
Fajar Sauri), Taman Kodok segera mungkin akan dijadikan satu dengan Taman
Menteng untuk merealisasikan sesuai awal masterplan Taman Menteng awalnya,
namun dengan ada perubahan dari desain semula.
5.3 Operasional Pengelolaan Taman Menteng
Kegiatan pengelolaan taman secara keseluruhan meliputi kegiatan-
kegiatan yang beranekaragam seperti pemeliharaan seluruh sarana dan prasarana
taman yang bersifat perawatan kontinu dalam waktu harian sampai dengan
bulanan dan pemeliharaan yang bersifat perbaikan atau penggantian sewaktu-
waktu. Operasional dan pengamanan taman, meliputi personil-personil
pengelolaan dan pengawasan, administrasi dan kelengkapan operasional kegiatan,
listrik, telepon dan air. Operasional dan jasa pengelolaan dari unsur satuan kerja
atau perusahaan yang ditunjuk semuanya dapat diperhitungkan besaran biaya
dengan alokasi biaya yang didapat dari pengelolaan pemanfaatan hasil
43
optimalisasi pemanfaatan potensi yang ada (Dinas Pertamanan dan Pemakaman,
2008).
Pemeliharan sarana dan prasarana taman dilakukan secara rutin tiap
harinya agar mampu mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
telah ditanam sesuai dengan kondisi yang direncanakan. Pemeliharaan Taman
Menteng dilakukan oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman dengan
mempekerjakan petugas kebersihan, penyiraman taman dan kebersihan toilet dan
mushola mulai dari pukul 05.30-21.30 dengan pembagian kerja dalam 2 shift yaitu
shift pagi dan shift siang. Untuk petugas kebersihan, shift pagi mulai dari pukul
05.30-13.30 sedangkan shift siang pukul 13.30-21.30. Petugas penyiraman taman
hanya shift pagi saja pukul 07.00-15.00. Petugas toilet paling banyak jam kerjanya
karena shift pagi dimulai dari pukul 05.30-15.00 sedangkan shift sore pukul 15.00-
24.00, tetapi saat akhir pekan jam kerja bertambah hingga pukul 05.00. Para
pekerja diberikan istirahat selama satu jam, namun tidak diperkenankan semua
beristirahat sehingga harus bergantian. Jam istirahat yaitu pada pukul 12.00-13.00
dan terkadang bersifat fleksibel disesuaikan dengan kondisi yang terpenting
pekerjaan mereka telah selesai dan kebersihan taman tetap terjaga.
Kegiatan pemeliharaan taman terdiri dari pembersihan areal taman,
penyapuan taman, penyiraman tanaman, pemangkasan, pemupukan,
penggemburan tanah, pendangiran dan penyiangan gulma, pengendalian hama dan
penyakit, pencucian plaza pekerasan atau keramik, pembersihan lantai bangunan
parkir, pembersihan dinding dan atap rumah kaca, pembuangan sampah,
pengurasan kolam, pemeliharaan lampu taman, pengecatan, dan lainnya. Alat
yang digunakan dalam pemeliharaan seperti, cangkul tangan kecil, sekop, selang
44
plastik, sprinkler, arit atau parang, gunting pangkas rumput, gergaji, sapu lidi,
pengki, gerobak sampah, sarung tangan, dan lain sebagainya.
Taman Menteng merupakan fasilitas publik yang dapat dimanfaatkan
tanpa batas waktu oleh penggunanya. Begitu pula operasional pemanfaatan lahan
parkir yang tersedia di gedung parkir. Agar terciptanya pelayanan keamanan aset-
aset sarana dan prasarana taman, pelayanan keamanan pengunjung, ketertiban
taman pihak pengelola mengoperasionalkan pengamanan taman selama 24 jam
penuh oleh tenaga satuan pengamanan yang terbagi dalam 2 shift.
5.4 Karakteristik Umum Pengunjung Taman Menteng
Perolehan data mengenai karakteristik umum pengunjung Taman Menteng
dalam penelitian ini diperoleh melalui survei langsung berdasarkan hasil
wawancara terhadap 45 responden yang ditemukan dilokasi penelitian sebagai
sample. Responden tersebut merupakan pengunjung yang datang ke Taman
Menteng dan berasal dari berbagai elemen masyarakat. Karakteristik pengunjung
tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.
45
Tabel 8. Karakteristik Responden Pengunjung Taman Menteng
No. Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1. Jenis Kelamin Laki-laki 17 38 Perempuan 28 62 Jumlah 45 100 2. Tingkat Usia (tahun) < 20 23 51 20-29 14 31 30-39 6 13 40-49 2 4 Jumlah 45 100 3. Tingkat Pendidikan SMP/Sederajat 1 2 SMA/Sederajat 22 49 Diploma 8 18 S1-S2 14 31 Jumlah 45 100 4. Status Pernikahan Belum Menikah 10 78 Sudah Menikah 35 22 Jumlah 45 100 5. Jumlah Tanggungan Tidak Ada 23 51 1-2 Orang 12 27 3-4 Orang 7 16 > 5 orang 3 7 Jumlah 45 100 6. Jenis Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa 22 49 PNS/BUMN 2 4 Pegawai Swasta 10 22 Wirausaha 5 11 Ibu Rumah Tangga 6 13 Jumlah 45 100 7. Tingkat Pendapatan < 1 000 000 19 42 1 000 000-2 000 000 12 27 2 100 000,01-3 000 000 3 7 3 100 000,01-4 000 000 3 7 4 100 000,01-5 000 000 2 4 >5 000 000 6 13 Jumlah 45 100 Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
46
Berdasarkan hasil survei, pengunjung yang datang ke Taman Menteng
umumnya berasal dari wilayah Jabodetabek, dimana sebesar 73% responden
pengunjung berasal dari Provinsi DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan motivasi
pengunjung yang datang ke taman pada umumnya adalah untuk berekreasi,
hangout dan berolahraga. Umumnya mereka berkunjung pada hari libur dan akhir
pekan dengan waktu kunjungan pada pagi dan sore hari. Waktu yang dihabiskan
pengunjung rata-rata antara 2 hingga 3 jam persatu kali kunjungan. Secara umum,
pengunjung yang datang ke Taman Menteng terbagi menjadi dua tipe. Tipe
pertama adalah pengunjung tetap dengan dua kelompok frekuensi, yaitu kelompok
pertama kunjungan antara 1 sampai 3 kali per minggu dan kelompok kedua
kunjungan antara 1 sampai 2 kali per bulan. Tipe kedua adalah pengunjung tidak
tetap yang mana baru 1 sampai 5 kali berkunjung ke Taman Menteng.
Berdasarkan hasil penelitian, responden pengunjung yang datang ke
Taman Menteng didominasi oleh perempuan (62%) dibandingkan laki-laki. Hal
ini dikarenakan pengunjung perempuan datang dengan jumlah kelompok yang
lebih besar dibandingkan pengunjung laki-laki. Umumnya pengunjung yang
datang ke Taman Menteng adalah kalangan usia muda, dimana sebesar 51%
responden pengunjung berada pada tingkat usia <20 tahun. Sekitar Taman
Menteng terdapat banyak pertokoan sehingga beberapa para pekerja yang
berkantor disekitar taman sering memanfaatkan taman untuk istirahat siang.
Tingkat usia responden pengunjung di kisaran 40-49 tahun hanya sebesar 4% dan
tidak terdapat responden dengan usia > 49 tahun. Hal ini mencerminkan bahwa
Taman Menteng kurang diminati oleh kaum orang tua dan usia lanjut.
47
Tingkat pendidikan pengunjung didasarkan pada pendidikan formal
terakhir yang dijalani. Pendidikan formal tertinggi pada Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan sederajat sebesar 49%. Hasil tersebut selaras dengan tingkat usia
pengunjung tertinggi, dimana pengunjung yang datang ke Taman Menteng rata-
rata pada usia remaja yang memang pada dasarnya sedang produktif dalam
bersosialisasi dan beraktivitas di luar kegiatan sekolah. Tingkat pendidikan
Sarjana baik S1 dan S2 sebesar 31%. Pada tingkat pendidikan tersebut
kebanyakan responden mengunjungi taman bersama keluarga yang pada saat akhir
pekan. Sebagian responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi telah
menyadari akan pentingnya keberadaan taman bukan hanya dari segi rekreasi
yang ekonomis, namun dari segi pendidikan untuk anak-anak mereka agar
mencintai alam sejak dini dan mengurangi pola hidup konsumtif. Selain itu, masih
sedikit minat pengunjung pelajar di tingkat pendidikan SMP yang mengunjungi
Taman Menteng, terbukti hanya sebesar 2%.
Status pernikahan pengunjung secara tidak langsung dipengaruhi oleh usia
dan mempengaruhi jumlah tanggungan. Sebesar 78% responden pengunjung
belum menikah dengan tingkat usia antara 15-32 tahun dan tanggungan 0-1 orang.
Pengunjung yang sudah menikah sebesar 22% dengan tingkat usia antara 27-49
tahun dan jumlah tanggungan antara 3-5 orang. Pengunjung yang sudah menikah
pada umumnya datang ke Taman Menteng bersama keluarga untuk berekreasi.
Jenis pekerjaan para pengunjung relatif bervariasi, karena taman merupakan
fasilitas umum yang diperlukan oleh semua kalangan untuk menyediakan sarana
yang dibutukan bagi masyarakat. Pengunjung berstatus pelajar atau mahasiswa
sebesar 49%. Hasil tersebut selaras dengan hasil tertinggi pada tingkat usia kurang
48
dari 20 tahun dan tingkat pendidikan. Nilai tersebut memperlihatkan bahwa
Taman Menteng pada umumnya diminati oleh kalangan muda. Pengunjung yang
bersetatus pensiunan atau tidak bekerja tidak ditemui pada sampel ini.
Responden pengunjung yang memiliki tingkat pendapatan kurang dari
Rp 1 000 000 perbulan sebesar 42%. Hasil tersebut didukung oleh tingkat
pekerjaan sebagian besar pengunjung merupakan pelajar atau mahasiswa, dimana
keduanya belum memiliki pekerjaan dan hanya didasarkan pada pengeluaran
perbulan mereka. Pendapatan terbesar kedua dikisaran antara Rp 1 100 000,01 -
Rp 2 000 000 perbulan sebesar 27%, pendapatan terbesar ketiga pada kisaran
pendapatan lebih dari Rp 5 000 000 perbulan sebesar 13%, pada pendapatan
Rp 2 100 000,01-3 000 000 perbulan dan Rp 3 100 000,01-4 000 000 perbulan
memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 7% dan terendah pada pendapatan
Rp 4 1000 000,01-5 000 000 perbulan sebesar 4%. Secara keseluruhan nilai
tersebut mencerminkan bahwa sebagian besar pengunjung yang datang ke Taman
Menteng adalah kalangan menengah bawah dengan penghasilan rata-rata kurang
dari Rp 2 000 000/bulan, dimana mereka membutuhkan sarana hiburan dan
rekreasi yang ekonomis.
5.5 Karakteristik Umum Masyarakat Sekitar Taman Menteng
Masyarakat RW 02 dan RW 09 Kelurahan Menteng merupakan kelompok
masyarakat yang dekat dengan Taman Menteng. Responden untuk masyarakat
sekitar berjumlah empat puluh lima orang. Karakteristik masyarakat sekitar
Taman Menteng dapat dilihat pada Tabel 9.
49
Tabel 9. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Taman Menteng No. Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1. Jenis Kelamin Laki-laki 11 24 Perempuan 34 76 Jumlah 45 100 2. Tingkat Usia (tahun) 19-28 12 27 29-38 19 42 39-48 12 27 49-58 2 4 Jumlah 45 100 3. Tingkat Pendidikan SD/Sederajat 2 4 SMP/Sederajat 4 9 SMA/Sederajat 19 42 Diploma 6 13 S1-S2 14 31 Jumlah 45 100 4. Status Pernikahan Sudah Menikah 41 91 Belum Menikah 4 9 Jumlah 45 100 5. Jumlah Tanggungan Tidak Ada 1 2 1-2 Orang 8 18 3-4 Orang 25 56 > 5 orang 11 24 Jumlah 45 100 6. Jenis Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa 1 2 PNS/BUMN 17 38 Pegawai Swasta 3 7 Wirausaha 7 16 Ibu Rumah Tangga 17 38 Jumlah 45 100 7. Tingkat Pendapatan < 1 000 000 6 13 1 100 000-2 000 000 12 27 2 100 000,01-3 000 000 18 40 3 100 000,01-4 000 000 4 9 4 100 000,01-5 000 000 3 7 >5 000 000 2 4 Jumlah 45 100 8. Lama Tinggal Penduduk Asli 26 58 0-10 tahun 8 18 11-20 tahun 3 7 >21 tahun 8 18 Jumlah 45 100 Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
50
Responden masyarakat Taman Menteng sebagian besar telah menjalani
pendidikan yang cukup baik, terlihat dari hasil tingkat pendidikan S1-S2 sebesar
31% dan SMA sebesar 42%. Akan tetapi, masih terdapat responden yang hanya
lulusan SD (4%). Tingkat pendidikan secara tidak langsung akan mempengaruhi
jumlah pendapatan. Rata-rata tingkat pendapatan masyarakat relatif cukup, hal
tersebut dapat terlihat dari hasil terbesar pendapatan responden masyarakat
dikisaran Rp 2 100 000,01-3 000 000. Selain itu terdapat juga masyarakat dengan
penghasilan yang cukup besar (4%) dengan pendapatan lebih dari Rp 5 000 0000.
Terdapat pula beberapa responden masyarakat yang berpenghasilan kurang dari
Rp 1 000 000 (13%).
Responden berstatus sudah menikah sebanyak 91%. Hal tersebut sesuai
dengan rata-rata tingkat usia responden yaitu 29-38 sebanyak 42%, usia antara 19-
28 dan 39-48 sebanyak 27%. Responden yang memiliki usia lebih dari 48 tahun
sebanyak 4%. Status pernikahan dan usia secara tidak langsung berpengaruh
terhadap jumlah tanggungan. Rata-rata responden memiliki jumlah tanggungan
3-4 orang (56%), bahkan ada yang menanggung lebih dari 5 orang (24%).
Terdapat juga responden yang belum memiliki tanggungan (2%). Rata-rata
responden yang tinggal di sekitar Taman Menteng merupakan penduduk asli
Menteng (58%). Responden yang telah menetap lebih dari 21 tahun sebanyak
18%. Rata-rata responden ini merupakan masyarakat asli betawi. Akan tetapi,
terdapat juga warga pendatang yang memutuskan untuk tinggal di kawasan
Menteng dikarenakan kawasan ini mudah dalam hal akses mobilisasi, disamping
itu lokasi kawasan Menteng yang sangat dekat dengan pusat perkantoran.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Potensi Pemanfaatan Taman Menteng
Taman Menteng dibangun dengan memiliki fungsi utama dan fungsi
tambahan. Fungsi utamanya adalah area publik yang memiliki fungsi ekologis
seperti daerah resapan air, menyerap polusi, dan peredam kebisingan, serta
sebagai area taman interaktif warga yang digunakan oleh seluruh masyarakat
untuk berinteraksi dan berekreasi. Pemanfaatan Taman Menteng terlihat jelas dari
aspek rekreasi seperti family gathering, olahraga, hangout. Penggunaan Taman
Menteng dapat secara khusus, tetapi dibatasi maksimal 30% dari lahan yang
dipakai, seperti pemanfaatan rumah kaca untuk kegiatan galeri, pameran maupun
video shooting. Fungsi tambahannya adalah menyediakan sarana dan prasarana
taman yang dimanfaatkan secara tetap atau permanen tanpa mengganggu
masyarakat umum pemakai taman, seperti untuk melatih keterampilan dalam
kegiatan dance maupun taekwondo di penggunaan lahan basement gedung parkir.
Taman Menteng memiliki berbagai fasilitas sarana dan prasarana, seperti :
a) Bangunan parkir 3 lantai dan atap bangunan seluas tapak 1 675 m² digunakan
untuk parkir kendaraan secara penuh yaitu pada lantai 1 dan 2 dan lantai atap
hanya pada siang hari (Gambar 3). Total kapasitas tampung untuk kendaraan
mobil sebanyak 160 unit dan untuk kendaraan sepeda motor sebanyak 500
unit. Pengguna lahan parkir ini sebagian besar adalah para pekerja yang
berkantor di sekitar Taman Menteng.
52
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 3. Area Parkir Taman Menteng
b) Bangunan kaca atau lebih sering disebut dengan rumah kaca terdapat 2 unit
yang masing-masing memiliki luas 300 m² yang dapat digunakan untuk
galeri, pesta, pameran, promosi, festival, shooting, pemotretan dan seminar
(Gambar 4). Bangunan kaca ini di bangun untuk ornamen dan nilai estetika
yang menjadi ciri khas Taman Menteng, di sisi lain untuk pemasukan
terhadap pengelola. Pemanfaatan rumah kaca dikenakan biaya sewa sebesar
Rp 2 000 000/hari. Sebagian besar pengunjung Taman Menteng
memanfaatkan rumah kaca sebagai tempat untuk berfoto. Hal ini dikarenakan
desain bangunan rumah kaca yang unik dan bagus.
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 4. Rumah Kaca Taman Menteng
c) Sarana olahraga berfungsi untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat
terhadap kegiatan olahraga yang mana tidak ingin meninggalkan fungsi awal
kawasan ini sebagai area olahraga (Gambar 5). Area penunjang olahraga
terdiri dari lapangan futsal sebanyak 2 unit, lapangan basket dan voli yang
53
masing-masing sebanyak 1 unit, dan area jogging track. Penggunaan terhadap
sarana olahraga ini tanpa batas waktu dan siapapun boleh memanfaatkannya
dengan cara bergantian. Sarana olahraga ini paling sering digunakan dan
sangat digemari oleh pengunjung yang datang. Bagi pengguna yang rutinitas
menggunakan lapangan pada akhir pekan, sebelumnya harus melapor ke
bagian security taman karena dikenakan retribusi sebesar
Rp 100 000/bulan/kelompok sebanyak 4 kali dalam sebulan. Hal ini
dikarenakan terjadi peningkatan jumlah pengguna lapangan pada saat akhir
pekan ataupun pada saat hari libur, sehingga diharuskan melapor ke petugas
dan selanjutnya dibuatkan jadwal bagi penggunaan lapangan agar tidak terjadi
perselisihan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 5. Area Olahraga Taman Menteng
d) Area taman dan kelengkapannya dapat digunakan oleh pengunjung untuk
beristirahat, menikmati keindahan taman, duduk-duduk disekitar taman,
outbond, family gathering, fotografi atau sebagian untuk pameran, video
shooting, pemotretan, dan lainnya (Gambar 6). Area taman yang terdapat
banyak pohon rindang merupakan area yang paling digemari oleh pengunjung
untuk beristirahat. Selain itu, duduk-duduk di area taman disertai menikmati
54
keindahan taman dan aktivitas yang ada merupakan salah satu aktivitas yang
sering dilakukan oleh pengunjung.
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 6. Pemanfaatan Area Taman Menteng
e) Taman bermain anak awalnya dalam masterplan pembangunan Taman
Menteng diperuntukkan sebagai mushola yang dirasa lebih bermanfaat
(Gambar 7). Hal ini dikarenakan tidak jauh dari lokasi taman sudah terdapat
masjid, sehingga area tersebut berubah menjadi arena bermain anak yang
dirasa lebih bermanfaat. Keberadaan arena bermain anak sangat mendukung
konsep rekreasi keluarga. Fasilitas yang terdapat di arena bermain anak
seperti tanah berpasir, terowongan berjembatan, ayunan, dan panjat-panjatan
melingkar. Arena bermain anak merupakan salah satu arena yang paling
digemari oleh pengunjung berkeluarga yang membawa anak balita. Saat hari
kerja, pengguna area ini paling banyak digunakan pada sore hari. Selain itu,
pada saat akhir pekan ataupun libur nasional area ini yang tidak henti
dimanfaatkan oleh pengunjung mulai dari pagi hingga malam hari.
55
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 7. Arena Bermain Anak Taman Menteng
f) Area basement parkir yang pada awalnya diperuntukan untuk foodcourt,
namun sampai saat ini belum bisa terealisasi dikarenakan beberapa
persyaratan yang belum dapat terpenuhi (Gambar 8). Manfaatnya area ini
dijadikan tempat berkumpul oleh para komunitas-komunitas baru seperti
shuffle, dance, taekwondo, seni akustik band, dan lainnya untuk melatih
keterampilan. Area ini tidak pernah sepi dikunjungi terutama pada saat jumat
malam dan sabtu malam.
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 8. Pemanfaatan Basement Gedung Parkir Taman Menteng
g) Monumen Kenangan Persija dibangun dengan maksud untuk mengenang
sejarah Stadion Persija Menteng yang dahulunya berada dilokasi ini
(Gambar 9). Penempatan monumen ini berada di sudut taman yang
berdampingan dengan rumah kaca dan dikelilingi area jogging track.
Sebagian besar pengunjung tidak mengetahui nama dan maksud keberadaan
56
bangunan ini dikarenakan tidak adanya keterangan maupun tulisan disekitar
monumen dan umumnya pengunjung hanya berfoto-foto.
Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman (2008)
Gambar 9. Monumen Kenangan Persija Menteng
h) Fasilitas pendukung lainnya yang disediakan di sekitar area Taman Menteng
seperti bangku taman, sumur resapan (biopori), 4 kolam air mancur, lampu
taman, dan beberapa rambu taman seperti larangan menginjak rumput,
larangan membuang sampah sembarangan, dan larangan memetik bunga
(Gambar 10). Terdapat juga mushola yang berdampingan langsung dengan
toilet. Toilet yang tersedia baik pria maupun wanita terdapat kamar mandi,
wastafel, dan kran untuk wudhu. Selain itu terdapat tempat sampah yang
tersedia tiap sudut-sudut taman.
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 10. Rambu Taman, Biopori, Tempat Sampah, Kolam Air Mancur di Taman Menteng
6.2 Persepsi Multistakeholder terhadap Keberadaan Taman Menteng
Keberadaan taman kota merupakan salah satu pelayanan publik yang
sudah semestinya pemerintah berikan kepada masyarakat. Fasilitas umum yang
57
ada harus terus dijaga, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sarana dan
prasarana yang memadai akan menjadikan taman kota makin digemari oleh
banyak orang. Menilai keberhasilan suatu taman kota dapat dilihat dari seberapa
besar antusiasme masyarakat untuk mengunjungi dan menikmati taman tersebut.
Masing-masing elemen masyarakat merasakan manfaat yang berbeda-beda akan
keberadaan taman kota terutama mengenai keberadaan Taman Menteng. Persepsi
yang merupakan suatu penilaian seseorang terhadap obyek tertentu diperlukan
untuk menilai Taman Menteng sebagai acuan mengetahui seberapa besar manfaat
keberadaannya serta perbaikan apa saja yang perlu dilakukan pihak pengelola agar
keberadaan Taman Menteng tetap terjaga keberlanjutannya. Penilaian
multistakeholder (pengunjung, masyarakat, pekerja dan instansi terkait) mengenai
Taman Menteng sangat perlu dilakukan untuk memberikan informasi yang tepat
khususnya bagi pengelola. Informasi tersebut diharapkan sebagai masukan dalam
mengembangkan Taman Menteng serta dapat meningkatkan pelayanan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6.2.1 Persepsi Multistakeholder terhadap Kondisi Taman Menteng
Kondisi Taman Menteng sangat mempengaruhi eksistensi keberadaannya.
Agar eksistensi tersebut tetap terjaga, diperlukan suatu kontrol dengan menilai
kondisi taman dari sisi persepsi multi pihak yang terdiri dari pengunjung (45
responden), masyarakat (45 responden), dan pekerja (23 responden), dan instansi
terkait (12 responden) yaitu RT, RW, Kelurahan Menteng, dan Dinas Pertamanan
dan Pemakaman). Terdapat indikator kriteria di masing-masing kategori dalam
penilaian kondisi taman yang telah dijabarkan pada Tabel 7. Penjabaran hasil
wawancara responden tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.
58
Tabel 10. Persepsi Multistakeholder Mengenai Kondisi Taman Menteng
Kategori Kebersihan Fasilitas Pengelolaan Pelayanan Tutupan
Lahan oleh Tanaman
Arsitektur
Sangat Baik 6% 5% 1% 12% 4% 6% Baik 72% 72% 68% 3% 61% 85% Kurang Baik 21% 22% 30% 72% 33% 9% Tidak Baik 1% 1% 1% 13% 2% 0% Total 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
Kondisi kebersihan taman akan mempengaruhi seseorang dalam
menikmati keindahan taman. Sebanyak 72% responden menyatakan bahwa
kebersihan Taman Menteng dalam kondisi baik. Terdapat juga sebanyak 1%
responden yang beranggapan bahwa kondisi kebersihan Taman Menteng tidak
dalam kondisi baik. Kegiatan kebersihan taman diantaranya seperti penyapuan
taman, pemeliharaan tanaman, dan pencucian plaza. Kondisi kebersihan taman
yang sudah baik selaras dengan pengelolaan yang diterapkan oleh pihak Dinas
Pertamanan dan Pemakaman, dimana petugas kebersihan selalu ada tiap harinya
dari pagi hingga malam hari. Proses istirahat diterapkan dengan sistem bergantian,
sehingga selalu terdapat petugas yang membersihkan taman.
Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang dan
berkaitan dengan kenyamanan dalam menikmati Taman Menteng. Hasil penilaian
terhadap fasilitas yang terdapat di Taman Menteng diketahui bahwasanya
sebanyak 72% responden menyatakan fasilitas yang ada telah memadai dan dalam
kondisi baik. Responden mengaku fasilitas yang ada di Taman Menteng lebih
lengkap dibanding taman-taman lainnya, seperti adanya toilet, mushola, dan baru-
baru ini pihak pengelola telah memasang wifi akses internet untuk digunakan oleh
pengguna taman secara gratis, walaupun hanya dibeberapa spot saja.
59
Sebanyak 68% responden menyatakan bahwa Taman Menteng dalam
kondisi baik untuk pengelolaan terhadap sarana dan prasarana. Pihak pengelola
menyatakan bahwa Taman Menteng merupakan taman yang sangat disorot
terutama dalam hal pengelolaan kebersihannya, sehingga pengelolaanya selalu
ditingkatkan. Peningkatan pengelolaan Taman Menteng dapat dilihat dengan
penambahan jumlah pekerja oleh pihak pengelola tiap tahunnya. Seperti pada
bulan April 2012, dimana pihak pengelola menambah 4 orang pekerja taman
untuk meningkatkan pelayanan. Penambahan jumlah tenaga kerja tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan petugas Taman Menteng
dikarenakan berdasarkan survei, sebanyak 72% responden menyatakan bahwa
penilaian terhadap pelayanan Taman Menteng masih kurang baik. Responden
yang menyatakan pelayanan sudah baik hanya 3%. Hal ini dikarenakan masih
terdapat laporan dari beberapa pengunjung mengenai kehilangan barang berharga
seperti HP dan kamera pada saat berada di lokasi Taman Menteng.
Sebanyak 61% responden beranggapan bahwa tutupan atau kerindangan
lahan oleh taman yang ada di Taman Menteng semakin bertambah. Responden
menilai kondisi Taman Menteng saat ini sudah jauh berbeda dengan keadaan awal
taman didirikan. Saat ini, banyak terlihat pohon-pohon rindang dan diselingi
bunga-bunga membuat taman ini makin nyaman untuk dinikmati. Kondisi Taman
Menteng awal dibangun dan kondisi sekarang dapat dilihat pada Gambar 11.
60
(A) (B) Sumber: A: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, (2008) B: Data Primer, (2012)
Gambar 11. Tutupan Lahan oleh Tanaman Pada Tahun 2008 dan 2012
Sebanyak 85% responden menyatakan bahwa desain Taman Menteng
sudah bagus. Hal ini dikarenakan Taman Menteng dibangun dengan
menggunakan gaya modern yang memperhatikan nilai estetika dan dapat
menampung berbagai aktivitas warga. Responden menilai bentuk taman yang
menarik khusunya rumah kaca dan menjadi ciri khas Taman Menteng. Akan
tetapi, ada juga beberapa responden yang tidak menyukai keberadaan rumah kaca
dikarenakan dirasa kurang manfaatnya. Secara garis besar, dari enam kriteria
tersebut responden menilai bahwa kondisi Taman Menteng dalam keadaan baik
6.2.2 Persepsi Multistakeholder Mengenai Kegiatan yang Dilakukan di Taman Menteng
Secara umum, tujuan responden pengunjung dan masyarakat yang datang
ke Taman Menteng salah satunya untuk memenuhi kebutuhannya akan rekreasi.
Kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan di Taman Menteng cukup beragam.
Beberapa fasilitas yang disajikan membuat tiap orang, khususnya masing-masing
multistakeholder terdiri dari pengunjung (45 responden), masyarakat (45
responden), dan pekerja (23 responden) yang memiliki kebutuhan akan rekreasi
dengan preferensi yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.
61
Tabel 11. Persepsi Multistakeholder Mengenai Kegiatan yang Dilakukan Saat di Taman Menteng
No. Jenis Kegiatan Responden Total
per Kegiatan
Persentase per
Kegiatan Pengunjung Masyarakat Pekerja
(F) (P) (F) (P) (F) (P) (F) (P) 1. Fotografi 20 23% 11 12% 0 0% 31 15% 2. Baca buku 3 3% 0 0% 0 0% 3 1% 3. Makan ditaman 9 10% 5 5% 0 0% 14 7% 4. Menemani anak
bermain 9 10% 13 14% 0 0% 22 10% 5. Menikmati
keindahan taman 19 22% 34 37% 5 15% 58 27%
6. Olahraga 14 16% 28 31% 10 30% 52 25%
7. Latihan shuffle, taekwondo, dsb 9 10% 0 0% 0 0% 9 4%
8. Shooting 5 6% 0 0% 0 0% 5 2% 9. Menjalankan
pekerjaan/tugas 0 0% 0 0% 18 55% 18 8% Total 88 100% 91 100% 33 100% 212 100%
Sumber: Data Primer, Diolah (2012) Keterangan: (F) : Frekuensi (P) : Presentase
Sebanyak 27% responden memilih menikmati keindahan taman sebagai
kegiatan yang paling disukai. Hasil tersebut, terdiri dari pilihan responden
masyarakat sebanyak 37%, pengunjung sebanyak 22%, dan pekerja sebanyak
15%. Responden masyarakat merupakan kelompok responden terbesar yang
memilih kegiatan ini. Mereka berpendapat bahwa dengan menikmati keindahan
taman yang sejuk dapat mengistirahatkan dan menyegarkan pikiran dari kesibukan
kerja. Kegiatan olahraga merupakan kegiatan kedua yang paling diminati oleh
responden (25%.) Keberadaan tempat olahraga di sekitar Taman Menteng
merupakan upaya untuk tetap menyediakan arena olahraga. Hal ini dikarenakan
makin sedikitnya lahan yang disediakan oleh pemerintah untuk arena olahraga
karena bersaing dengan pembangunan gedung-gedung. Oleh karena itu,
keberadaan sarana olahraga yang ada di Taman Menteng sangat bermanfaat bagi
62
masyarakat karena fasilitas ini dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat
tanpa batas waktu.
Responden memilih kegiatan menjalankan tugas sebagai salah satu
aktivitas yang dilakukan saat di Taman Menteng (8%). Hal ini dikarenakan dari
keseluruhan reponden hanya para pekerja Taman Menteng yang memilih (55%).
Kewajiban yang semestinya mereka lakukan menjadi prioritas utama dan
dijadikan sebagai kegemaran. Pekerja berpendapat dengan menyukai pekerjaan
maka pekerjaan yang dijalankan akan terasa ringan dan menyenangkan. Kegiatan
yang kurang diminati oleh responden Taman Menteng adalah membaca buku
(1%). Hal ini dikarenakan masih sedikit responden yang memanfaatkan area
taman untuk kegitan membaca buku. Selain itu, kondisi taman yang kurang
kondusif untuk melakukan aktifitas membaca buku. Kegiatan lain yang diminati
oleh responden pada saat di Taman Menteng seperti fotografi, shooting, dan
mengasah bakat oleh beberapa komunitas seperti shuffle dan taekwondo. Hasil
tersebut memperlihatkan bahwa masing-masing multistakeholder (pengunjung,
masyarakat, dan pekerja) memiliki kepentingan yang berbeda-beda dalam
menghabiskan waktunya di tempat rekreasi. Beragam kegiatan yang dapat
dinikmati saat di Taman Menteng menunjukkan bahwa manfaat taman ini sebagai
taman interaktif telah terwujud dan telah terciptanya kenyamanan pengguna taman
dalam beraktivitas.
6.2.3 Persepsi Multistakeholder Mengenai Perbaikan Fasilitas Taman Menteng Fasilitas yang terdapat pada suatu tempat tertentu terutama pada taman
kota yang merupakan suatu sarana rekreasi masyarakat penting untuk diperhatikan
karena fasilitas yang ada merupakan faktor penunjang dalam keberlanjutan dan
63
berkaitan dengan kenyamanan dalam berekreasi. Responden dalam persepsi ini
adalah multistakeholder pengunjung (45 responden), masyarakat (45 responden),
dan pekerja (23 responden), dan instansi terkait (12 responden) yang menilai
apakah terjadi suatu kerusakan yang terdapat pada fasilitas yang ada di Taman
Menteng dan diharapkan perlu ada perbaikan kedepannya oleh pengelola. Sebaran
terhadap perbaikan fasilitas Taman Menteng dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Persepsi Multistakeholder terhadap Perbaikan Fasilitas
No Fasilitas yang perlu diperbaiki
Masya- rakat Pekerja Pengun-
jung Instansi Terkait Jumlah Persentase
1. Sarana di toilet banyak yang rusak 4 3 12 1 20 11%
2. Pengecatan kembali terhadap fasilitas yang di coret-coret
0 3 8 3 14 8%
3. Keamanan dan kebersihan taman 4 0 6 2 12 7%
4. Kerusakan di arena bermain anak khususnya ayunan
3 2 3 1 9 5%
5. Penertiban terhadap pengelolaan parkir dan pedagang kaki lima
1 6 6 5 18 10%
6. Perawatan fasilitas (lampu,rumah kaca,parkir,dsb)
14 5 21 6 46 26%
7. Kesadaran pengunjung untuk tetap menjaga taman
2 6 2 0 10 6%
8. Lain-lain 0 2 0 1 3 2% 9. Tidak Perlu
Perbaikan 23 9 11 3 46 26%
Jumlah 51 36 69 22 178 100% Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
Pada umumnya reponden menilai perlu ada perbaikan dalam perawatan
dibeberapa fasilitas, seperti penerangan atau lampu taman, rumah kaca, gedung
parkir (26%). Hal tersebut dikarenakan, seperti pada sarana lampu taman dimana
kondisi penerangannya sangat terbatas, sehingga rentan untuk sebagian
pengunjung memanfaatkannya dalam hal negatif. Dinas Pertamanan dan
Pemakaman yang merupakan pengelola Taman Menteng menyatakan bahwa
64
dalam penerangan lampu taman dibawah pengelolaan Dinas Penerangan Jalan
Umum (PJU). Pihak Dinas Pertamanan dan Pemakaman hanya bisa memberikan
informasi jika terjadi kerusakan, namun untuk memperbaikinya bukan tanggung
jawab mereka (Pengawas Taman Menteng dari Dinas Pertamanan dan
Pemakaman Provinsi DKI Jakarta). Pihak pengelola menjelaskan dalam
perawatan rumah kaca memerlukan alat khusus. Akan tetapi sampai saat ini pihak
Dinas Pertamanan dan Permakaman DKI Jakarta belum memiliki alat tersebut
untuk membersihkan rumah kaca terutama bagian atap, sehingga dilakukan secara
manual oleh para pekerja.
Responden sepakat bahwa perlu ada perbaikan pada sarana toilet (11%)
karena terdapat beberapa kondisi kamar mandi yang telah rusak dan kran di
wastafel tidak berfungsi dengan baik. Responden menilai perlu ada penertiban
terhadap pedagang kaki lima terutama pedagang minuman keliling di area taman
dan parkir liar (10%). Beberapa responden menilai hal tersebut mengganggu
aktivitas di taman dan menjadikan taman terlihat kumuh. Responden juga menilai
bahwa banyak terdapat coret-coretan di area taman dan gedung parkir (8%)
sehingga merusak pemandangan dalam menikmati keindahan taman. Selain itu,
responden berpendapat bahwa perlu ada peningkatan dalam hal kebersihan dan
keamanan taman (7%) karena masih saja terlihat sampah disekitar taman serta
beberapa pengunjung yang mengalami kehilangan barang di area taman.
Sebanyak 5% responden menilai perlu ada perbaikan sarana di arena
bermain anak khusunya ayunan karena dari tiga ayunan yang ada hanya dua
diantaranya yang berfungsi. Selain itu, mereka menilai perlu penambahan luas
area bermain anak karena saat ini keberadaannya sangat minim yang dapat
65
dinikmati secara cuma-cuma dan dalam kondisi yang cukup baik seperti di Taman
Menteng. Responden menilai perlu ada perbaikan bagi pengunjung dalam hal
kesadaran dalam menjaga dan memelihara taman seperti membuang sampah pada
tempatnya dan parkir di tempat yang sudah disediakan (6%). Hal ini memang
tidak terkait dengan fasilitas yang perlu diperbaiki, tetapi sebagian responden
berpendapat bahwa para petugas yang ada di taman telah melakukan pekerjaanya
secara optimal. Kerusakan yang terjadi merupakan akibat tingkah laku
pengunjung yang kurang menyadari untuk menjaga sarana dan prasarana taman,
sehingga kerusakan tak dapat dihindarkan.
Terdapat responden yang memilih bahwa tidak perlu ada perbaikan
fasilitas di Taman Menteng (26%) karena hasil tersebut sama dengan pilihan
responden yang menyatakan perlu ada perbaikan ataupun perawatan fasilitas
(lampu taman, rumah kaca, parkir) yang ada di Taman Menteng. Responden
berpendapat bahwa sarana dan prasarana yang ada di Taman Menteng saat ini
sudah dipelihara dengan baik dan tidak perlu ada perbaikan. Meskipun demikian,
pihak pengelola harus tetap meningkatkan pemeliharaannya agar terjaga dengan
baik. Hal tersebut selaras dengan Tabel 10 yang menggambarkan hasil penilaian
terhadap fasilitas yang ada di Taman Menteng sudah baik sebesar 72%.
6.2.4 Dampak Negatif Keberadaan Taman Menteng
Setiap aktivitas baru dapat dipastikan akan membawa dampak positif yang
diharapkan, namun juga berpotensi mendatangkan dampak negatif yang
sesungguhnya bisa diperhitungkan dan dihindarkan. Keberadaan Taman Menteng
memberikan dampak positif yang cukup nyata terlihat dari peningkatan kualitas
dan kuantitas layanan publik yang dibutuhkan masyarakat untuk berekreasi dan
66
timbulnya berbagai aktivitas ekonomi karena dapat menyerap tenaga kerja. Secara
aktual, multistakeholder pengunjung (45 responden), masyarakat (45 responden),
pekerja taman (23 responden), dan instansi terkait (12 responden yaitu RT, RW,
Kelurahan Menteng, serta Dinas Pertamanan dan Pemakaman) memberikan
pendapat perihal dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya keberadaan
Taman Menteng yang tersaji pada Gambar 12.
Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
Gambar 12. Dampak Negatif Keberadaan Taman Menteng
Sebanyak 46% responden berpendapat bahwa keberadaan Taman Menteng
tidak memiliki dampak negatif. Pada umumnya responden memilih tidak terdapat
hal negatif dengan adanya Taman Menteng dikarenakan banyak hal positif yang
dapat dirasakan dengan keberadaan Taman Menteng dibandingkan hal negatif
yang ditimbulkan. Hal-hal positif tersebut seperti bertambahnya tempat rekreasi
yang ekonomis bagi keluarga, lahirnya komunitas-komunitas baru seperti
komunitas shuffle Menteng dan dance, serta menambah penghijauan kota.
Sebanyak 54% responden menyatakan keberadaan Taman Menteng
menimbulkan hal negatif. Dampak negatif tersebut antara lain seperti tempat
untuk melakukan perbuatan tidak terpuji yang diluar norma, minum-minuman
beralkohol di area taman, tempat pelarian anak sekolah membolos, dan transaksi
Ada 54%
Tidak Ada 46%
67
barang-barang haram. Ada beberapa solusi yang diutarakan oleh berbagai pihak
untuk meminimalisir hal negatif tersebut. Misalnya dengan meningkatkan
keamanan dan penjagaan oleh security, partisipasi pengunjung dalam menjaga
taman, peraturan sanksi pidana pelarangan, lampu taman lebih diterangkan
cahayanya, hingga pembatasan terhadap kunjungan taman yang tidak 24 jam
secara penuh.
6.2.5 Persepsi Multistakeholder Mengenai Pentingnya Keberadaan Taman Menteng Pemerintah DKI Jakarta khususnya Dinas Pertamanan dan Pemakaman
memiliki tujuan khusus dalam pembangunan taman kota, begitu pula terhadap
Taman Menteng. Fungsi utama yang dikembangkan Taman Menteng adalah
fungsi ekologis, sosial budaya, dan estetika. Berbagai macam fungsi Taman
Menteng yang telah pemerintah jabarkan. Melalui penjabaran tersebut dilakukan
penilaian terhadap persepsi responden yang merupakan multistakeholder
(pengunjung, masyarakat, dan pekerja, dan key person yaitu RT, RW, Kelurahan
Menteng, dan Dinas Pertamanan dan Pemakaman) mengenai fungsi yang paling
penting mereka rasa. Agar terlihat apakah ada keserasian antara fungsi yang
pemerintah inginkan dengan multistakeholder sebagai objek sasaran pemanfaatan.
Berdasarkan tipologi RTH mengenai fungsi RTH terdapat empat fungsi,
yaitu fungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Masing-masing fungsi
tersebut memiliki indikator dan diperoleh secara keseluruhan 12 indikator fungsi.
Responden akan memilih indikator fungsi apa saja yang mereka rasa penting
terhadap keberadaan Taman Menteng berdasarkan prioritas utama. Hasilnya akan
terlihat sejauh mana fungsi yang paling dirasa penting oleh multistakeholder.
68
Berikut Tabel 13 yang menjabarkan persepsi multistakeholder terhadap 12 fungsi
keberadaan Taman Menteng.
Tabel 13. Persepsi Multistakeholder Terhadap Fungsi Keberadaan Taman Menteng
Fungsi RTH Indikator Fungsi Pengunjung Masyarakat Pekerja Key person Total
∑ Persen ∑ Persen ∑ Persen ∑ Persen ∑ Persen
1. Fungsi Ekologis
a. Perbaikan Kualitas Udara 37 11,5% 36 11,2% 19 5,9% 9 2,8% 101 31,4%
b. Daerah Resapan Air 30 9,3% 38 11,8% 21 6,5% 7 2,2% 96 29,8% c. Media Habitat Flora
dan Fauna 17 5,3% 27 8,4% 19 5,9% 5 1,6% 68 21,1%
d. Pengurangan Kebisingan 19 5,9% 22 6,8% 15 4,7% 1 0,3% 57 17,7%
Sub Total 1 (a+b+c+d) 103 32,0% 123 38,2% 74 23,0% 22 6,8% 322 100,0% % Fungsi Ekologis terhadap
Total Fungsi RTH 30,2% 33,9% 31,8% 30,6% 31,9%
2. Fungsi Sosial
Budaya
a. Media Komunikasi Warga 25 6,9% 25 6,9% 17 4,7% 8 2,2% 75 20,8%
b. Sarana Rekreasi Keluarga 37 10,2% 42 11,6% 23 6,4% 8 2,2% 110 30,5%
c. Sarana Olahraga 39 10,8% 38 10,5% 23 6,4% 7 1,9% 107 29,6% d. Wadah dan Objek
Pendidikan,Penelitian alam
27 7,5% 25 6,9% 14 3,9% 3 0,8% 69 19,1%
Sub Total 2 (a+b+c+d) 128 35,5% 130 36,0% 77 21,3% 26 7,2% 361 100,0% % Fungsi Sosial Budaya
terhadap Total Fungsi RTH 37,5% 35,8% 33,0% 36,1% 35,8%
3. Fungsi Estetika
a. Memperindah Lingkungan Kota 39 14,8% 35 13,3% 23 8,7% 11 4,2% 108 41,1%
b. Menciptakan suasana serasi dan seimbang
20 7,6% 20 7,6% 15 5,7% 4 1,5% 59 22,4%
c. Melestraikan Taman Lingkungan 36 13,7% 34 12,9% 21 8,0% 5 1,9% 96 36,5%
Sub Total 3 (a+b+c) 95 36,1% 89 33,8% 59 22,4% 20 7,6% 263 100,0% % Fungsi Estetika terhadap
Total Fungsi RTH 27,9% 24,5% 25,3% 27,8% 26,1%
4. Fungsi Ekonomi
a. Membuka Peluang Pekerjaan 15 23,8% 21 33,3% 23 36,5% 4 6,3% 63 100,0%
Sub Total 4 (a) 15 23,8% 21 33,3% 23 36,5% 4 6,3% 63 100,0% % Fungsi Ekonomi terhadap
Total Fungsi RTH 4,4% 5,8% 9,9% 5,6% 6,2%
Total Keseluruhan (1+2+3+4) 341 100% 363 100% 233 100% 72 100% 1009 100% Sumber: Data Primer, Diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 3 fungsi terpenting menurut pihak terkait mengenai
keberadaan Taman Menteng adalah fungsi sosial budaya sebayak 35.8%.
Selanjutnya, fungsi terpenting kedua adalah fungsi ekologis sebanyak 31.9%.
Fungsi estetika dipilih sebanyak 26.1% sebagai fungsi yang dirasa penting. Fungsi
sosial budaya dan estetika menunjukkan bahwa tujuan Pemerintah DKI Jakarta
membangun Taman Menteng dengan menyelaraskan tiga fungsi yaitu fungsi
ekologis, sosial budaya, dan estetika telah sesuai dengan yang dirasakan oleh
69
pihak-pihak yang selama ini memanfaatkan atau terkait langsung dengan
keberadaan Taman menteng sebagai taman kota. Tujuan utama pemerintah
membangun Taman Menteng walaupun sebagai fungsi ekologis, namun pada
dasarnya ingin memberikan taman interaktif masyarakat yang memiliki estetika
bagus. Selain itu keberadaan Taman Menteng ternyata memiliki fungsi tambahan
sebagai fungsi ekonomi. Hal ini dikarenakan keberadaan Taman Menteng
membuka peluang kerja dan usaha bagi sebagian masyarakat. Manfaat Taman
Menteng sebagai fungsi ekonomi dipilih sebanyak 6.2%. Masing-masing
responden menilai bahwa konsep pengembangan Taman Menteng sangat tepat,
dimana mereka dapat menikmati berbagai macam manfaat dengan fungsi yang
berbeda-beda dalam satu waktu, walaupun yang paling dirasa penting adalah
fungsi sosial budaya.
Fungsi sosial budaya dipilih oleh semua kelompok responden sebagai
pilihan tertinggi dibandingkan dengan ketiga fungsi lainnya baik itu pengunjung
(37.5%), masyarakat (35.8%), pekerja taman (33%), maupun key person (36.1%).
Hal ini dikarenakan fungsi sosial budaya memiliki manfaat yang secara nyata dan
langsung dapat dirasakan (direct benefit) oleh responden, terutama sarana rekreasi
(30.5%) dan olahraga (29.5%). Responden yang paling besar merasakan manfaat
Taman Menteng sebagai fungsi sosial budaya adalah masyarakat (36%) dan
pengunjung (35.5%).
Pada umumnya responden masyarakat dan pengunjung berpendapat bahwa
keberadaan Taman Menteng sangat menyenangkan untuk melakukan kegiatan
rekreasi. Hal ini dikarenakan beragam fasilitas lengkap yang telah disediakan,
seperti fasilitas arena bermain anak, taman yang indah, sarana dan prasarana yang
70
memadai dibandingkan taman lainnya (toilet dan mushola), sehingga dirasa
nyaman dan menyenangkan untuk menghabiskan waktu di taman ini. Sarana
olahraga merupakan fasilitas taman yang paling disukai oleh responden
pengunjung (10.8%) dan juga masyarakat (10.5%). Hal ini dikarenakan semakin
sulitnya mendapatkan area publik yang memiliki fasilitas olahraga ditengah
meningkatnya alih fungsi lahan untuk pembangunan perumahan dan gedung
bertingkat sehingga sebagian besar pengunjung lebih sering memanfaatkan Taman
Menteng sebagai arena olahraga khususnya pada akhir pekan. Penilaian paling
rendah pada fungsi sosial budaya adalah wadah dan objek pendidikan, penelitian,
dan pelatihan dalam mempelajari alam sebanyak 19.1%. Responden berpendapat
sebaiknya Taman Menteng diberikan fasilitas seperti taman baca, setiap tumbuhan
diberikan nama ilmiah, dan kegiatan interaktif lainnya. Hal tersebut dirasa
memberikan manfaat lebih adanya Taman Menteng dan dapat juga memberikan
pengetahuan dan pembelajaran lebih bagi pengunjung khususnya anak-anak.
Fungsi ekologis merupakan fungsi yang manfaatnya tidak dapat secara
langsung dirasa (indirect benefit) oleh responden saat itu juga. Hal ini terlihat dari
responden yang paling banyak memilih fungsi ini adalah responden masyarakat
(38.2%) karena masyarakat merupakan orang yang bertempat tinggal paling dekat
dengan Taman Menteng, sehingga fungsi ekologis benar-benar mereka rasakan.
Terdapat 4 indikator fungsi di fungsi ekologis. Pada umumnya masyarakat sekitar
Taman Menteng lebih menilai keberadaan taman sebagai fungsi ekologis terutama
sebagai daerah resapan air (11.8%) dibandingkan ketiga indikator fungsi lainnya.
Responden masyarakat menilai bahwa saat ini semakin meningkatnya
pembangunan di Jakarta, maka dari itu diperlukan daerah resapan air agar
71
terhindar dari banjir. Akan tetapi, penilaian terbesar indikator fungsi ekologis
adalah perbaikan kualitas udara (31.4%) dipilih sebagai fungsi yang paling
bermanfaat dengan adanya Taman Menteng. Pada umumnya reponden
berpendapat bahwa kondisi lingkungan Jakarta semakin menurun. Terlihat
semakin meningkatnya polusi udara terutama dari asap kendaraan bermotor dan
kondisi Jakarta yang dirasa kian bertambah panas (Wardhana, 2010). Adanya
taman diharapkan dapat memberikan kesejukan bagi lingkungan sekitarnya dan
keseimbangan lingkungan.
Fungsi terbesar yang dipilih oleh responden di fungsi estetika keberadaan
Taman Menteng adalah memperindah lingkungan kota (41.1%). Responden
pengunjung merupakan responden yang paling besar memilih fungsi estetika
(36.1%) dibandingkan ketiga responden lainnya. Berdasarkan persentase fungsi
estetika terhadap total fungsi RTH, responden yang paling banyak memilih adalah
responden pengunjung (27.9%) dan key person (27.8%). Responden pengunjung
dan key person berpendapat dengan adanya Taman Menteng memberikan kondisi
lingkungan yang berbeda untuk daerah Menteng, seperti udara yang sejuk
disekitar taman, terutama desain taman yang cukup unik, menarik dan tertata
dengan rapi.
Fungsi ekonomi Taman Menteng terhadap masyarakat menunjukkan
suatu manfaat ekonomi keberadaan Taman Menteng. Responden yang paling
banyak memilih fungsi ini adalah responden pekerja taman (36.5%). Perolehan
terbesar kelompok responden pekerja taman akan manfaat keberadaan Taman
Menteng adalah fungsi ekonomi, dibandingkan dengan ketiga fungsi lainnya. Hal
ini mencerminkan bahwa para pekerja taman yang paling merasakan manfaat
72
ekonomi dengan adanya Taman Menteng. Para pekerja yang bekerja di Taman
Menteng menilai bahwa manfaat keberadaan Taman Menteng terbesar adalah
sebagai lapangan pekerjaan bagi mereka untuk mendapatkan pendapatan. Pada
umumnya pendapatan yang mereka peroleh dengan bekerja di taman lebih besar
dibandingkan tempat mereka bekerja dahulu. Manfaat dengan adanya Taman
Menteng benar-benar mereka rasakan, walaupun sebagian dari pekerja
menyatakan bahwa gaji yang mereka peroleh terkadang belum bisa mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Bagi para pekerja taman yang terpenting adalah
mendapatkan penghasilan. Membuka peluang pekerjaan menjadi pilihan yang
paling rendah dari ketiga responden lainnya (pengunjung, masyarakat, dan key
person). Mereka berpendapat bahwa keberadaan Taman Menteng sangat sedikit
dalam hal penyerapan tenaga kerja karena peluang pekerjaan yang memungkinkan
terbatas pada usaha minuman dan makanan ringan.
Kelemahan dan kendala bagi Pemda DKI Jakarta untuk membangun
prasarana umum seperti taman kota yang terbentur pada ketidakmampuan untuk
menyediakan lahan harus cepat dicarikan solisi yang tepat. Melihat begitu
besarnya manfaat Taman Menteng dari persepsi para pihak, untuk itu
diperlukannya penambahan RTH terutama di wilayah DKI Jakarta. Hal ini di
dukung oleh persepsi multistakeholder (pengunjung, masyarakat, pekerja, dan key
person) yang memberikan penilaian mengenai apakah perlu jika pemerintah
menambahkan jumlah (kuantitas) Ruang Terbuka Hijau (RTH) khususnya taman
kota seperti Taman Menteng. Sebaran mengenai persepsi multistakeholder
terhadap perlunya penambahan jumlah RTH dapat dilihat di Gambar 13.
73
Sumber: Data Primer, (2012)
Gambar 13. Persepsi Multistakeholder Mengenai Perlunya Penambahan Jumlah RTH di Jakarta
Berdasarkan Gambar 13, responden menilai bahwa perlu dilakukan
penambahan RTH yang ada di Jakarta (95%). Beberapa alasan responden menilai
perlu penambahan RTH di Jakarta. Pertama, karena dapat memperbaiki kondisi
lingkungan Jakarta yang salah satunya dengan penghijauan Kota seperti RTH.
Kedua, sebagai alternatif rekreasi keluarga karena masyarakat Jakarta tidak sedikit
yang berada dalam kondisi perekonomian menengah kebawah, dengan adanya
taman kota bisa memberikan tempat hiburan yang ekonomis karena gratis untuk
umum. Ketiga, responden beranggapan bahwa keberadaan taman di Jakarta masih
sangat sedikit dan belum sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh
masyarakat. Oleh karena itu, peningkatan jumlah pengunjung atau pengguna
taman secara tidak langsung memperlihatkan bahwa manyarakat sangat
memerlukan taman kota. Hal tersebut terbukti pada kondisi Taman Menteng saat
akhir pekan dimana terjadi peningkatan jumlah pengunjung, sehingga terlihat
melebihi kapasitas ideal. Jika hal tersebut tidak ditindaklanjuti dapat terjadi
penurunan kualitas, fungsi taman, dan kenyamanan bagi pengguna taman.
Kepala Bidang Taman Kota, Seksi Taman Kota dan Lingkungan selaku
key person menyatakan bahwa pemda DKI Jakarta khususnya Dinas Pertamanan
Perlu 95%
Tidak perlu 5%
74
dan Pemakaman sedang berupaya untuk terus meningkatkan RTH agar mencapai
kondisi idealnya. Akan tetapi kendala paling sulit adalah lahan yang terbatas
dikarenakan taman kota tidak dapat dibangun disembarang tempat. Terdapat
kriteria-kriteria untuk membangun taman kota. Kriteria tersebut seperti
memperhatikan faktor strategis dari segi lokasi agar tepat sasaran dimana
masyarakat mudah untuk menikmatinya.
Responden yang memilih tidak perlu untuk menambah jumlah RTH di
Jakarta sebanyak 3% beranggapan bahwa keadaan taman yang ada di Jakarta
sudah cukup banyak dan tidak sedikit dalam kondisi yang tidak terawat. Taman
kota yang sudah ada tersebut sebaiknya dioptimalisasikan saja dengan
menambahkan sarana dan prasarana yang memadai, serta meningkatkan
pemeliharaan dan perawatannya. Selain itu, responden beranggapan bahwa tempat
rekreasi yang murah dan menghibur sudah banyak di Jakarta.
Setiap orang memiliki persepsi masing-masing yang sesuai dengan
kepentingan dan manfaat yang mereka rasakan, walaupun terjadi perbedaan
pendapat dalam memandang keberadaan Taman Menteng, sepatutnya semua tetap
menjaga dan melestarikannnya. Tidak mungkin dapat menyatukan persepsi antara
satu dengan lainnya. Pada dasarnya mereka menginginkan hal yang sama, yaitu
mendapatkan pelayanan yang baik oleh pemerintah, menikmati kualitas hidup
yang semakin baik secara berkelanjutan, serta terjaminnya keseimbangan
ekosistem kota, baik sistem hidrologi, mikroklimat, maupun sistem ekologis lain.
6.3 Nilai Ekonomi Keberadaan Taman Menteng
Potensi pemanfaatan Taman Menteng secara keseluruhan berdampak
positif, terlihat dengan banyaknya manfaat dan aktivitas masyarakat yang dapat
75
dilakukan di taman ini sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna. Fungsi
beragam yang dimiliki taman ini membuat keberadaannya sangatlah penting untuk
dijaga karena dapat juga menyeimbangkan kondisi lingkungan. Penilaian ekonomi
keberadaan Taman Menteng dapat dilihat dengan dua pendekatan yang berbeda.
Pendekatan pertama dengan konsep biaya pengganti (replacement cost) terhadap
pembangunan Taman Menteng dengan maksud untuk mengetahui seberapa besar
biaya investasi yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan Taman Menteng dan
secara tidak langsung biaya tersebut merujuk terhadap nilai ekonomi keberadaan
Taman Menteng. Pendekatan kedua menggunakan sudut pandang pemanfaatan
dengan konsep WTP menggunakan metode CVM. Responden dalam pendekatan
CVM adalah para pengguna dan yang memanfaatkan keberadaan Taman Menteng
secara langsung. Responden ini terdiri dari tiga kelompok, yaitu pengunjung,
masyarakat, dan unit usaha untuk berpartisipasi dalam upaya menghargai
keberadaannya, sehingga memberikan pelestarian lingkungan taman agar
manfaatnya dapat terasa oleh semua pihak secara berkelanjutan.
6.3.1 Pendekatan Teknik Biaya Pengganti (Replacement Cost)
Pendekatan pertama untuk melihat nilai ekonomi keberadaan Taman
Menteng menggunakan biaya pengganti dimana biaya tersebut mencerminkan
biaya investasi yang diperlukan untuk mendirikan dan menjaga keberlangsungan
taman. Berikut rincian biaya investasi pengadaan Taman Menteng yang dapat
dilihat pada Tabel 14.
76
Tabel 14. Rincian Biaya Keseluruhan Pembangunan dan Pemeliharaan Taman Menteng Tahun 2012 (Rupiah)
Uraian Biaya Jumlah Total Biaya proyek pembangunan (2007) a 30 000 000 000 39 675 566 362 NJOP (Rp 17 245 000/meter) b 423 295 770 000 423 295 770 000 Biaya pemeliharaan selama satu tahun a 1 004 675 083
Total Biaya Pengganti 463 976 011 445 Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
a = Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta (2012) b = Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta (2012)
Berdasarkan Tabel 14 biaya paling besar dari ketiga indikator untuk
menentukan biaya pengganti Taman Menteng adalah harga jual tanah berdasarkan
NJOP sebesar Rp 17 245 000/meter. Luas lahan Taman Menteng sebesar
24 546 m2 sehingga didapatkan harga total tanah Taman Menteng mencapai
Rp 423 295 770 000. Harga tanah yang tinggi ini dikarenakan posisi Taman
Menteng yang berada di pusat kota dan merupakan kawasan strategis yang
memiliki kemudahan akses ke pusat perniagaan dan perkantoran. Biaya
pembangunan proyek Taman Menteng dilihat pada tahun 2007 karena tahun
tersebut Taman Menteng resmi dipergunakan secara umum. Selanjutnya, total
biaya proyek tersebut di compounding pada tahun 2012, sehingga didapatkan
biaya pembangunan sebesar Rp 39 675 566 362. Biaya pemeliharaan Taman
Menteng merupakan biaya operasional untuk memelihara taman selama satu tahun
yang terdiri dari biaya pemeliharaan mulai dari bulan Januari 2012 hingga
Desember 2012. Total keseluruhan biaya investasi untuk pengadaan Taman
Menteng didapatkan sebesar Rp 463 976 011 445.
6.3.2 Pendekatan Metode Contingent Valuation Method (CVM)
Metode kedua menggunakan CVM dengan konsep kesediaan membayar
oleh pengguna yang memanfaatkan secara langsung keberadaan Taman Menteng.
Jika responden ini (pengunjung, masyarakat, dan unit usaha) bersedia menghargai
77
keberadaan Taman Menteng dengan kesediaan membayar (WTP) sejumlah
tertentu maka selanjutnya akan ditanyakan berapa nilai maksimal yang mereka
berikan untuk menjaga keberlangsungan keberadaan Taman Menteng agar tetap
terjaga kualitasnya. Rincian nilai WTP dari masing-masing kelompok responden,
baik pengunjung, masyarakat, dan unit usaha dapat dilihat pada Lampiran 3.
Penyajian melalui kurva WTP seperti pada Gambar 14 dimaksudkan untuk
mempermudah dan melihat secara jelas nilai sebaran dugaan WTP dari masing-
masing responden baik pengunjung, masyarakat, dan unit usaha.
Gambar 14. Nilai WTP Per Kelompok Responden di Taman Menteng
02468
1012
1,00
0
2,00
0
2,50
0
3,00
0
3,50
0
4,00
0
4,50
0
5,00
0
6,00
0
7,00
0
8,00
0
10,0
00
15,0
00
20,0
00WTP Pengunjung
02468
1012
WTP Masyarakat
02468
10
WTP Unit Usaha
78
Berdasarkan Gambar 14 dapat diketahui bahwa nilai WTP masing-
masing kelompok responden sangat beragam. Nilai WTP tertinggi dari
pengunjung sebesar Rp 20 000, masyarakat sebesar Rp 100 000, sedangkan unit
usaha yang mencapai Rp 150 000. Akan tetapi, terdapat beberapa responden yang
tidak mau memberikan nilai ekonomi untuk keberadaan Taman Menteng.
Responden tersebut adalah 4 orang pengunjung dan 7 orang masyarakat
(Lampiran 3). Mereka tidak mau memberikan nilai ekonomi terhadap keberadaan
Taman Menteng dengan berbagai macam alasan. Salah satu alasan tersebut
diantaranya, mereka khawatir jika memberikan penilaian ekonomi keberadaan
Taman Menteng, suatu saat nanti pada saat mereka berkunjung ke Taman
menteng akan dikenakan biaya. Padahal pengertian tersebut sudah ditekankan
oleh peneliti di kuisioner terutama hipotetis yang disajikan. Alasan lainnya,
mereka menyatakan bahwa keberadaan Taman Menteng tidak begitu berpengaruh
terhadap mereka. Responden ini berpendapat bahwa masih banyak taman kota dan
sarana rekreasi lainnya yang bisa dimanfaatkan.
Hal yang berbeda dirasakan oleh unit usaha, mereka berpendapat bahwa
keberadaan Taman Menteng sangat mempengaruhi kondisi keuangan mereka.
Hasil tersebut mencerminkan bahwa pemberian nilai WTP untuk tiap kelompok
akan berbeda sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Seperti halnya unit
usaha, dikarenakan mereka mendapatkan penghasilan dengan adanya Taman
Menteng maka mereka menghargai keberadaan taman dengan nilai WTP lebih
besar dibanding responden lain.
Nilai rata-rata WTP didapatkan setelah menjumlahkan seluruh WTP yang
diberikan masing-masing sampel kemudian membaginya dengan total sampel.
79
Setelah didapatkan nilai rata-rata dugaan WTP dari masing-masing responden,
kemudian dikalikan dengan jumlah populasi, sehingga didapatkan nilai ekonomi
keberadaan Taman Menteng di masing-masing reponden. Selanjutnya,
menjumlahkan nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng di masing-masing
kelompok responden, sehingga didapatkan nilai ekonomi total keberadaan Taman
Menteng. Distribusi nilai WTP Taman Menteng untuk masing-masing kelompok
dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Distribusi Nilai WTP Taman Menteng WTP dari
(a)
Rata-rata Nilai WTP (Rp)
(b)
Jumlah Populasi (Orang)
(c)
Total WTP (Rp)
( b x c ) Pengunjung 5 522 53 140 a 293 439 080 Masyarakat 16 844 70 489 b 1 187 316 716 Unit Usaha 49 630 54 a 2 680 020
Total Nilai Ekonomi 123 683 1 483 435 816 Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
a = Pengelola Taman Menteng b = BPS 2011
Berdasarkan Tabel 15 didapatkan nilai rata-rata WTP untuk kelompok
pengunjung sebesar Rp 5 522. Selanjutnya, nilai tersebut dikalikan dengan rata-
rata jumlah pengunjung yang datang ke Taman Menteng selama satu tahun
terakhir atau tahun 2011 sehingga didapatkan total WTP pengunjung sebesar
Rp 293 439 080. Nilai rata-rata WTP pengunjung merupakan nilai WTP paling
rendah dibandingkan kelompok lainnya. Hal tersebut karena pengunjung
berpendapat bahwa masih banyak fasilitas yang perlu diperbaiki oleh pengelola
dan juga mereka tidak mau memberikan nilai yang tinggi karena melihat dari
fasilitas yang ada untuk rekreasi tidak sebanyak tempat wisata lainnya, untuk itu
nilai tersebut dirasa sudah cukup. Di sisi lain, rataan WTP yang rendah karena
rata-rata responden pengunjung yang berkunjung ke taman ini kebanyakan adalah
80
para remaja dengan status pelajar atau mahasiswa dengan daya beli yang cukup
rendah, hal ini sesuai dengan karakteristik responden pengunjung Taman Menteng
(Tabel 8).
Nilai rataan WTP kelompok responden masyarakat sebesar Rp 16 844.
Selanjutnya, agar diketahui total WTP Taman Menteng di masyarakat, maka
rataan nilai WTP masyarakat dikalikan dengan jumlah populasi yang ada di
Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat sehingga didapatkan sebesar
Rp 1 187 316 716. Nilai rata-rata WTP kelompok masyarakat lebih kecil
dibandingkan unit usaha, meskipun demikian total WTP terbesar pada kelompok
masyarakat dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini memperlihatkan bahwa
masyarakat yang paling banyak memanfaatkan keberadaan Taman Menteng, baik
dari fungsi ekologis, estetika, maupun sosial budaya, seperti yang telah di
jabarkan pada Tabel 13. Pemberian nilai WTP kelompok masyarakat bisa saja
dipengaruhi oleh pendidikan karena tingkat pendidikan dapat membentuk
kematangan berfikir dalam memandang serta mengambil keputusan akan suatu
permasalahan. Selain itu, dapat juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
masyarakat karena dapat menggambarkan kemampuan seseorang dalam
memberikan penilaian.
Nilai rataan WTP kelompok unit usaha sebesar Rp 49 630. Selanjutnya,
nilai WTP tersebut dikalikan dengan jumlah unit usaha yang memanfaatkan
Taman Menteng. Total WTP Taman Menteng untuk unit usaha didapatkan sebesar
Rp 2 680 020. Nilai rataan WTP unit usaha merupakan nilai terbesar. Hal ini
dikarenakan pelaku usaha memiliki kepentingan terhadap keberadaan Taman
Menteng sebagai tempat usaha. Jika Taman Menteng ditiadakan, kemungkinan
81
mereka akan kehilangan mata pencaharian. Responden unit usaha juga
berpendapat bahwa saat ini sangat sulit mencari pekerjaan terutama untuk mencari
tempat usaha strategis dan menguntungkan bagi mereka. Akan tetapi, total WTP
Taman Menteng terendah terdapat pada kelompok unit usaha yaitu sebesar
Rp 2 680 020. Hal ini menggambarkan bahwa hanya sedikit unit usaha yang
menjadikan Taman Menteng sebagai tempat usahanya.
Setelah didapatkan rataan nilai WTP dan total WTP Taman Menteng di
masing-masing kelompok responden, selanjutnya nilai-nilai WTP tersebut
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai ekonomi dari keberadaan Taman Menteng
dan didapatkan yaitu sebesar Rp 1 483 435 816. Hasil tersebut mencerminkan
besarnya nilai yang diberikan pengguna taman dalam menghargai keberadaan
Taman Menteng. Oleh karena itu, para pengguna berharap bahwa keberadaan
Taman Menteng tetap terjaga kelestariannya secara berkelanjutan agar mereka
bisa terus memanfaatkan hingga anak cucu mereka.
Penggunaan kedua metode tersebut memperlihatkan bahwa nilai ekonomi
keberadaan Taman Menteng dengan pendekatan metode CVM jauh lebih kecil
dibandingkan menggunakan pendekatan metode biaya pengganti. Pemberian nilai
WTP yang cukup rendah oleh responden dapat disebabkan keterbatasan responden
dalam mengetahui fungsi utama (fungsi ekologis) taman yang sesungguhnya. Para
responden lebih melihat fungsi keberadaan taman sebagai sosial budaya (sarana
rekreasi keluarga dan olahraga) dan estetika, dibandingkan sebagai fungsi
ekologis (Tabel 13).
Selain itu, perhitungan menggunakan metode CVM dalam penelitian ini
hanya memperhitungkan nilai keberadaan (existence value) Taman Menteng lebih
82
kepada manfaat pengguna (fungsi sosial budaya) seperti yang telah diterangkan
dalam ruang lingkup penelitian ini. Hal tersebut tidak seperti perhitungan nilai
manfaat ekonomi di Taman Pantai Virginia (2011) dan Taman Kota di Boston
(2006), seperti dikutip dalam laporan The Trust for Public land. Nilai manfaat
ekonomi Taman yang ada di pantai Virginia dengan luas 33 640 hektar mencapai
$ 691 166 971. Perhitungan tersebut memasukkan tujuh faktor untuk menilai
ekonomi total taman kota, diantaranya nilai udara bersih, air bersih, pariwisata,
penggunaan langsung, kesehatan, nilai properti, dan hubungan sosial masyarakat.
Begitu pula hasil yang cukup tinggi diperoleh dari manfaat ekonomi
langsung dengan adanya taman kota di Boston yang memiliki luas 5 040 hektar
dengan nilai ekonomi sebesar $ 335 352 402. Perhitungan dalam penelitian di
Taman Kota Boston memasukkan nilai aktivitas atau kegiatan yang dilakukan
oleh pengunjung lalu dikalikan dengan harga dari tiap kegiatannya. Seperti
penggunaan taman secara umum (taman bermain, jalan pagi dan sore, dan duduk
disekitar taman), penggunaan fasilitas olahraga (tenis, bersepedaan, dan
berenang), serta penggunaan khusus taman (golf, festival, konser, dan atraksi).
Oleh karena itu, nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng tidak dapat disamakan
secara langsung dengan biaya investasi pengadaan taman, bahkan dengan nilai
ekonomi yang ada di taman kota lainnya seperti Taman Pantai Virginia dan
Taman Kota di Boston. Hal ini dikarenakan pada kedua taman kota pembanding
tersebut terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam segi luasan area lahan
taman dan pendapatan rata-rata masyarakat yang berbeda sehingga mempengaruhi
dalam penetapan nilai WTP.
83
Nilai ekonomi keberadaan Taman Menteng yang dihitung melalui dua
pendekatan, baik pendekatan biaya pengganti maupun metode CVM menunjukkan
bahwa keberadaan Taman Menteng dirasa sangat bermanfaat bagi masyarakat
sekitar. Selain itu, dengan nilai WTP yang diberikan oleh responden
mencerminkan bahwa responden ingin berpartisipasi dalam upaya menjaga dan
melestarikan keberadaan Taman Menteng, walaupun masing-masing orang
memiliki kepentingan yang berbeda-beda akan keberadaan Taman Menteng. Hasil
tersebut secara tidak langsung memperlihatkan bahwa masyarakat sangat
memerlukan keberadaan taman kota. Oleh karena itu, diharapkan pengelola
Taman Menteng harus terus berupaya untuk menjaga dan melestarikan Taman
Menteng agar keberadaanya tetap berkelanjutan, serta dikelola dengan baik
sehingga manfaatnya dapat terasa dalam jangka waktu yang lama.
6.4 Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Menteng
Keberadaan Taman Menteng memberikan dampak positif bagi sebagian
masyarakat. Salah satunya memberikan manfaat ekonomi berupa kontribusi
penyerapan tenaga kerja dan perubahan yang berdampak pada pendapatan
masyarakat. Akan tetapi, kontribusi manfaat ekonomi terhadap masyarakat sekitar
masih dirasa sedikit. Hal itu tercermin dari Tabel 16 yang menggambarkan
penyerapan tenaga kerja dan unit usaha yang memanfaatkan keberadaan Taman
Menteng bagi masyarakat sekitar Menteng dan masyarakat luar Menteng.
Tabel 16. Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Menteng Bagi Masyarakat
Penyerapan
Peluang Kerja Total Masyarakat
Sekitar Menteng Masyarakat
Luar Menteng Tenaga Kerja di Taman Menteng 4 19 23 Unit Usaha 32 22 54 Jumlah 36 31 77
Sumber: Data Primer, (2012)
84
Hasil yang tercermin pada Tabel 16 menunjukkan bahwa kontribusi dari
total penyerapan tenaga kerja karena adanya Taman Menteng bagi masyarakat
sekitar lebih besar dibandingkan masyarakat di luar Menteng. Hal ini memberikan
gambaran secara nyata bahwa keberadaan Taman Menteng memiliki kontribusi
secara langsung terutama pemanfaatan dalam penyerapan unit usaha bagi sebagian
masyarakat sekitar Menteng, walaupun jumlahnya tidak besar. Dari data yang
diperoleh terdapat 36 pekerja yang tinggal di sekitar Kecamatan Menteng, seperti
di daerah Cikini, Gondangdia, Johar Baru dan daerah sekitar Menteng lainnya.
Sebagian besar para pekerja yang tinggal di sekitar Menteng bukan merupakan
warga Menteng, melainkan hanya menyewa rumah di daerah tersebut. Rata-rata
para pekerja tersebut merupakan transmigran yang mencari peruntungan di Jakarta
agar mendapatkan penghidupan yang layak.
Masyarakat sekitar Taman Menteng sendiri khususnya RT 01, 02, dan 03
yang berada di RW 05 tidak ada satu pun yang memanfaatkan keberadaan Taman
Menteng untuk lahan usaha ataupun tempat kerja. Hal ini dikarenakan Kelurahan
Menteng merupakan kawasan perumahan elit terutama disekitar Taman Menteng
dan masyarakat Menteng lebih merasakan manfaat keberadaan taman untuk fungsi
ekologis dan estetika. Masyarakat yang paling banyak memanfaatkan keberadaan
Taman Menteng sebagai lapangan pekerjaan dan peluang usaha adalah warga luar
Taman Menteng. Berdasarkan Tabel 16 sebanyak 31 pekerja berasal dari luar
Menteng, terutama kelompok pekerja security dan petugas kebersihan taman.
Masyarakat luar Menteng ini sebagian tinggal di daerah Depok, Tanjung Priok,
Bogor, Rawamangun, Pamulang. Mereka bekerja cukup jauh dari tempat tinggal
dikarenakan ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan pendapatan
85
yang lebih tinggi dari pekerjaan sebelumnya, sehingga diharapkan mampu
memberikan peningkatan pendapatan keluarga. Selain itu, jam kerja yang hanya 8
jam dalam sehari, tidak sedikit dimanfaatkan oleh sebagian pekerja untuk bekerja
ditempat lain setelah bekerja di taman. Beragam jenis pekerjaan yang dapat
diserap dengan keberadaan Taman Menteng. Tabel 17 menggambarkan kontribusi
Taman Menteng terhadap jenis pekerjaan dan jumlah penyerapan tenaga kerja.
Tabel 17. Penyerapan Tenaga Kerja Taman Menteng No. Tenaga Kerja Jumlah 1. Petugas Kebersihan Taman 14 2. Petugas Penyiraman Taman 1 3. Penjaga Toilet 2 4. Security 6 Total 23
Sumber: Data Primer, (2012)
Kontribusi Taman Menteng dalam penyerapan tenaga kerja jumlahnya
cukup sedikit. Hal ini dikarenakan luas Taman Menteng yang tidak besar,
sehingga kebutuhan pekerja yang diperlukan tidak banyak. Dinas Pertamanan dan
Pemakaman DKI Jakarta selaku pengelola Taman Menteng menyatakan bahwa
hingga bulan Mei 2012 telah menyerap tenaga kerja sebanyak 23 pekerja untuk
menjaga dan memelihara fasilitas yang ada. Tenaga kerja yang ada di Taman
Menteng terdiri dari petugas kebersihan taman seperti penyapuan taman,
pemangkasan tanaman, dan pemupukan sebanyak 14 pekerja. Sebanyak 1 pekerja
yang bertanggung jawab terhadap penyiraman taman, sebanyak 2 pekerja yang
bertugas dalam menjaga dan memelihara kebersihan toilet, dan sebanyak 6
pekerja bertugas sebagai keamanan taman, sehingga total pekerja adalah 23 orang.
Hampir tiap tahun pihak pengelola menambah jumlah tenaga kerja. Pertama kali
Taman Menteng di buka hanya memperkerjakan 6 orang untuk kebersihan taman
86
dan 2 orang security. Seiring semakin ramainya pengunjung taman dan banyaknya
pemeliharaan elemen vegetasi tanaman, pihak pengelola menambah jumlah tenaga
kerja untuk menyesuaikan kebutuhan yang diperlukan. Pekerja bagian parkir yang
berada pada gedung parkir Taman Menteng tidak termasuk dalam kontribusi
tenaga kerja yang dibutukan dari adanya Taman Menteng. Hal ini dikarenakan
pengelolaan gedung parkir dibawah tanggung jawab Dinas Perhubungan dimana
para pekerjanya adalah pegawai tetap, oleh karena itu ada dan ataupun adanya
Taman Menteng tidak akan mempengaruhi pekerjaan mereka.
Tabel 18. Jumlah Unit Usaha dan Jenis Usaha di Taman Menteng No. Jenis Usaha Jumlah 1. Minuman Keliling 30 2. Penjaja Makanan 19 3. Warung 3 4. Juru Parkir 2 Total 54 Sumber: Data Primer, (2012)
Pada Tabel 18 menunjukkan kontribusi jumlah unit usaha dan jenis usaha
apa saja yang terserap dari adanya di Taman Menteng. Unit usaha yang terdaftar
oleh pengelola Taman Menteng sebanyak 54 unit. Usaha minuman keliling
disekitar Taman Menteng selalu ada selama 24 jam. Mereka terbagi dalam 2
kelompok. Kelompok pertama berjualan di taman mulai dari pagi hari sekitar
pukul 09.00-16.00. Kelompok kedua berjualan mulai dari sore hari pukul 17.00
hingga pagi dini hari. Begitu pula usaha warung yang buka hingga 24 jam. Unit
usaha yang buka tiap harinya selama 24 jam memang memanfaatkan peluang
usaha dengan maksimal karena para pengunjung Taman Menteng selalu ada tanpa
batas waktu. Bahkan pada akhir pekan pengunjung yang datang kebanyakan saat
malam hari, terutama komunitas-komunitas Taman Menteng seperti dance dan
87
shuffle yang merupakan pengunjung tetap taman. Para komunitas tersebut
menjadwalkan untuk berkumpul dengan komunitasnya pada saat akhir pekan dan
beberapa kegiatan yang mereka habiskan terkadang hingga larut malam.
Unit usaha penjaja makanan terdiri dari tukang bakso, bubur ayam,
ketoprak, mie ayam, nasi goreng, siomay, dan lainnnya memulai berdagang dari
pagi hingga barang jualan mereka habis terjual (sore hari). Pada saat akhir pekan
penjual menambahkan proporsi jumlah jualan mereka dikarenakan meningkatnya
jumlah pembeli. Hal itu tercermin dari perbedaan pendapatan yang didapatkan
pada saat hari kerja dan akhir pekan. Pada saat akhir pekan keseluruhan unit usaha
mengalami peningkatan pendapatan. Penjaja makan tersebut tidak menjual makan
disekitar Taman Menteng hingga malam hari dikarenakan terdapat kuliner
makanan maupun minimun Menteng yang mulai buka sekitar pukul 18.00 hingga
dini hari. Keberadaan kuliner tersebut sudah ada sebelum Taman Menteng
dibangun dan selalu ramai akan pembeli. Jika mereka tetap berdagang, hasil yang
didapatkan tidak terlalu banyak karena tidak mampu bersaing. Oleh karena itu,
mereka memilih tidak berjualan pada malam harinya dan digunakan untuk
beristirahat.
6.4.1 Perubahan Pendapatan Masayarakat Dengan dan Tanpa Adanya Taman Menteng
Manfaat ekonomi dengan adanya Taman Menteng akan memberikan
perubahan terhadap pendapatan masyarakat (pekerja dan unit usaha) yang
memanfaatkan keberadaan taman ini. Perubahan tingkat pendapatan masyarakat
dapat dianalisis dengan cara mengurangi pendapatan total masyarakat dengan
pendapatan bukan dari Taman Menteng agar didapatkan pendapatan hanya dari
Taman Menteng. Jika pendapatan rata-rata masyarakat meningkat karena adanya
88
Taman Menteng berarti keberadaan taman ini memberikan manfaat ekonomi bagi
kesejahteraan hidup mereka. Tabel 19 menggambarkan pendapatan rata-rata
masyarakat dari tiap kelompok pekerjaan.
Tabel 19. Pendapatan Rata-rata Masyarakat Dengan dan Tanpa Adanya Taman Menteng (Rupiah/Bulan)
No. Kelompok Pekerjaan Rata-rata
Pendapatan Total TM
Pendapatan Rata-rata
bukan dari TM
Perubahan Pendapatan
Rata-rata dari TM
(a) (b) (c) (d) (c-d) 1. Minuman keliling 2.470.909 222.727 2.248.182 2. Penjaja makanan 3.108.333 443.333 2.665.000 3. Warung 4.250.000 650.000 3.600.000 4. Tukang Parkir 3.750.000 0 3.750.000 5. Kebersihan Taman 2.240.929 605.357 1.635.571 6. Penyiraman Taman 1.100.000 0 1.100.000 7. Penjaga Toilet 5.744.500 3.550.000 2.194.500 8. Security 3.083.333 1.666.667 1.416.667
Total Peningkatan Pendapatan 18.609.920 Sumber: Data Primer, (2012)
Berdasarkan Tabel 19 terdapat perubahan pendapatan di 8 kelompok
pekerjaan yang terdiri dari kebersihan taman, penyiraman taman, penjaga toilet,
keamanan taman, penjual minuman keliliing, penjaja makanan, warung, dan juru
parkir. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata tiap kelompok pekerja
mengalami penambahan pendapatan dengan adanya Taman Menteng. Pendapatan
yang mengalami penambahan terbesar adalah kelompok pekerjaan juru parkir
sebesar Rp 3 750 000. Penambahan yang cukup besar ini disebabkan pendapatan
yang mereka peroleh dari adanya Taman Menteng lebih besar dibanding
kelompok lain dan pekerja juru parkir tersebut tidak memiliki pekerjaan
sampingan. Kelompok pekerja penyiraman taman hanya mendapatkan pendapatan
dari Taman Menteng, tetapi pendapatan tersebut paling kecil dibandingkan
89
kelompok lainnya. Hal ini dikarenakan pekerja juru parkir mendapatkan insentif
yang paling besar karena waktu bekerja mereka full time.
Pendapatan yang mengalami peningkatan terbesar kedua dirasakan oleh
kelompok pekerjaan usaha warung di sekitar taman sebesar Rp 3 600 000. Hal ini
dikarenakan usaha yang mereka jalani sekarang merupakan warung milik pribadi
sehingga keuntungan yang didapatkan besar. Selain itu, hanya sebagian pekerja
warung Taman Menteng yang memiliki pendapatan lain di luar taman dan
jumlahnya tidak besar, sehingga keberadaan Taman Menteng dirasa sangat
bermanfaat dan menguntungkan bagi kelompok usaha ini.
Peningkatan pendapatan terbesar ketiga dirasakan oleh kelompok pekerja
penjual makan sebesar Rp 2 665 000. Pekerjaan minuman keliling mengalami
perubahan pendapatan sebesar Rp 2 248 182. Pekerjaan petugas kebersihan taman
mengalami perubahan pendapatan sebesar Rp 1 635 571 dan pekerja penyiraman
taman sebesar Rp 1 100 000. Pekerja penjaga toilet mengalami perubahan
pendapatan sebesar Rp 2 194 500 dan keamanan taman mengalami perubahan
pendapatan sebesar Rp 1 416 667. Secara keseluruhan, hampir semua kelompok
pekerja mengalami peningkatan pendapatan dengan adanya Taman Menteng. Hal
ini memperlihatkan bahwa keberadaan Taman Menteng berdampak positif bagi
sumber penghasilan mereka.
6.4.2 Proporsi Pendapatan Masyarakat dari Adanya Taman Menteng
Perbedaan pendapatan rata-rata masyarakat juga akan terlihat berdasarkan
proporsi pendapatan dari Taman Menteng terhadap total pendapatan. Pendapatan
total Taman Menteng adalah pendapatan yang diperoleh hanya dari Taman
Menteng ditambah dengan pendapatan diluar Taman Menteng. Pendapatan dari
90
Taman Menteng merupakan pendapatan yang diperoleh hanya dari adanya
keberadaan Taman Menteng. Hasil dari nilai proporsi pendapatan tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui apakah dengan adanya Taman Menteng menjadikan
pendapatan di masyarakat termasuk ke dalam kelompok pendapatan pokok,
pendapatan sampingan atau pendapatan sambilan. Tabel 20 menyajikan proporsi
pendapatan masyarakat karena adanya Taman Menteng.
Tabel 20. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat dari Kegiatan Wisata di Taman Menteng Terhadap Pendapatan Total Tahun 2012
Pendapatan Rata-rata (Rupiah/bulan) No Kelompok Pekerjaan Pendapatan hanya
dari TM Total
Pendapatan Persentase Proporsi
Pendapatan (a) (b) (c) (d) (e) = (c/d)% 1 Minuman keliling 2.248.182 2.470.909 91 2 Penjaja makanan 2.665.000 3.108.333 86 3 Warung 3.600.000 4.250.000 85 4 Tukang parkir 3.750.000 3.750.000 100 5 Kebersihan taman 1.635.571 2.240.929 73 6 Penyiraman taman 1.100.000 1.100.000 100 7 Penjaga toilet 2.194.500 5.744.500 38 8 Security 1.416.667 3.083.333 46
Sumber: Data Primer, (2012)
Proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya keberadaan
Taman Menteng paling besar dirasakan oleh kelompok pekerja penyiraman taman
dan juru parkir karena masing-masing memiliki persentase proporsi pendapatan
sebesar 100%. Persentase proporsi sebesar 100% menggambarkan bahwa
pendapatan yang diperoleh dari pekerja tersebut merupakan pendapatan utama
atau bisa dikatakan sebagai pendapatan pokok. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataa Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) yang menyatakan bahwa usaha
yang mendatangkan proporsi pendapatan 70-100% disebut usaha pokok.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kedua kelompok pekerja tersebut mereka
menyatakan bahwa pekerjaan ini adalah pekerjaan utama bagi mereka. Hal ini
91
dikarenakan hampir sebagian besar waktu mereka dipergunakan dan dihabiskan
untuk bekerja di sekitar kawasan taman bahkan pada kelompok pekerjaan juru
parkir, mereka menghabiskan waktunya selama 24 jam berada di lokasi taman dan
beranggapan bahwa Taman Menteng selain sebagai sumber penghasilan juga
sebagai tempat tinggal.
Selain kedua kelompok tersebut, kelompok pekerjaan yang memiliki
persentase proporsi pendapatan rata-rata diatas 70% dan dikatakan sebagai
pendapatan pokok (Soehadji 1995 dalam Soetanto, 2002) adalah pedagang
minuman keliling (91%), penjual makanan (86%), warung (85%), dan petugas
kebersihan taman (73%). Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar waktu
mereka dipergunakan dan dihabiskan untuk bekerja dan berjualan di sekitar
kawasan taman. Bahkan pada kelompok pekerjaan warung beberapa diantaranya
menjadikan warungnya sebagai tempat tinggal. Rata-rata sumber pendapatan di
luar Taman Menteng dari keempat kelompok pekerja tersebut merupakan
penghasilan sambilan yang nilainya jauh lebih kecil dibandingkan penghasilan
dari Taman Menteng. Pada umumnya sumber pendapatan kedua mereka berasal
dari wirausaha.
Proporsi pendapatan terhadap Taman Menteng terkecil pada kelompok
pekerjaan penjaga toilet sebesar 38% dan kelompok pekerja security sebesar 46%.
Hasil keduanya memperlihatkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari adanya
Taman Menteng lebih kecil dibandingkan sumber pendapatan di luar taman. Hal
ini dikarenakan, pekerja penjaga toilet telah memiliki usaha sejak awal sebelum
mereka bekerja di Taman Menteng. Bahkan hingga saat ini usaha yang mereka
jalani masih terus berlangsung, begitu pula pada salah satu pekerja sebagai
92
security taman. Pekerjaan di Taman Menteng tidak begitu menyita waktu mereka,
sehingga di waktu luang mereka dapat memanfaatkan untuk membuka usaha.
Mereka berpendapat bahwa pendapatan yang diperoleh dari adanya Taman
Menteng merupakan pendapatan tambahan, namun pekerjaan di Taman Menteng
tetap mereka butuhkan. Keberadaan Taman Menteng merupakan pendapatan
sampingan bagi kelompok pekerja penjaga toilet dan keamanan taman karena
persentase proporsi pendapatan keduanya diantara 30-70% (Soehadji 1995 dalam
Soetanto, 2002).
Manfaat ekonomi dalam hal penyerapan tenaga kerja kurang dirasakan
oleh masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan masyarakat setempat Taman
Menteng lebih memanfaatkan keberadaan Taman Menteng sebagai fungsi sosial
budaya, ekologis, dan estetika. Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil
wawancara kepada pelaku usaha dan tenaga kerja taman, dimana keseluruhan dari
mereka bukanlah warga asli Menteng. Hampir semua pekerja dan pelaku usaha
berasal dari luar Kelurahan Menteng yang sebagian besar berada di wilayah
Jabodetabek bahkan seperti pedagang minuman keliling hampir semua berasal
dari Madura, Jawa Timur. Akan tetapi, nilai WTP dan kontribusi keberadaan
Taman Menteng terhadap beberapa masyarakat sekitar telah menunjukkan bahwa
keberadaan Taman Menteng memberikan manfaat ekonomi, selain fungsi
utamanya sebagai fungsi ekologis.
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Berdasarkan persepsi multistakeholder fungsi terpenting keberadaan
Taman Menteng adalah sebagai fungsi sosial budaya (35.8%), dimana
indikator sarana rekreasi keluarga (30.5%) dan sarana olahraga (29.6%)
merupakan nilai tertinggi dalam fungsi ini. Fungsi ekologis didapatkan
sebesar 31.9% dan fungsi estetika sebesar 26.1%. Hasil persepsi
multistakeholder terhadap ketiga fungsi tersebut memperlihatkan bahwa
ada kesesuaian antara tujuan pemerintah dalam membangun taman kota
dengan yang responden rasakan. Selain itu, keberadaan Taman Menteng
memberikan fungsi tambahan yaitu fungsi ekonomi (6.2%)
2. Nilai ekonomi Taman Menteng berdasarkan konsep WTP lebih kecil
nilainya sebesar Rp 1 483 435 816 dibandingkan berdasarkan pendekatan
biaya pengganti (replacement cost) pembangunan Taman Menteng sebesar
Rp 463 976 011 445. Hal ini dikarenakan nilai WTP tersebut lebih
merupakan WTP terhadap fungsi sosial budaya dari Taman Menteng,
bukan semua fungsi atau nilai ekonomi total dari Taman Menteng.
3. WTP rataan terbesar pada kelompok unit usaha (Rp 49 630) karena
mereka memiliki kepentingan terhadap keberadaan Taman Menteng
sebagai tempat usaha, namun WTP total unit usaha terendah
(Rp 2 680 020) karena hanya sedikit unit usaha yang menjadikan Taman
Menteng sebagai tempat usahanya. Adapun nilai WTP rataan pengunjung
paling rendah (Rp 5 522) karena pada umumnya adalah kalangan muda
dengan daya beli yang tidak tinggi. WTP total responden masyarakat
94
tertinggi (Rp 1 187 316 716) karena banyak masyarakat yang
memanfaatkan keberadaan Taman Menteng.
4. Keberadaan Taman Menteng memberikan pengaruh yang positif terhadap
perubahan pendapatan sebagian masyarakat. Perubahan total pendapatan
rata-rata masyarakat dari delapan kelompok pekerja sebesar
Rp 18 609 920/bulan. Peningkatan pendapatan rata-rata terbesar dirasakan
oleh kelompok pekerja sebagai juru parkir dengan peningkatan pendapatan
sebesar Rp 3 750 000/bulan. Kelompok pekerja yang memperoleh
perubahan pendapatan terkecil adalah pekerja sebagai penyiraman taman
sebesar Rp 1 100 000/bulan. Bagi masyarakat yang bekerja ataupun
memiliki usaha di Taman Menteng kecuali kelompok pekerja security
taman dan penjaga toilet, penghasilan dari Taman menteng merupakan
penghasilan utama karena lebih dari 70% dari total pendapatannya
(Soehadji, 1995 dalam Soetanto, 2002).
7.2 Saran
1. Keberadaan Taman Menteng sebagai taman kota penting dan bermanfaat
baik sebagai fungsi utamanya adalah fungsi ekologis juga memiliki
manfaat lainnya bagi masyarakat sekitar taman kota. Pemerintah perlu
mengupayakan agar target penambahan Ruang Terbuka Hjau khususnya
berupa taman kota dapat terwujud sesuai ketentuan dalam UU Penataan
Ruang No. 26 Tahun 2007. Selain itu, pemerintah dapat mengembangkan
taman kota yang sesuai kebutuhan masyarakat sehingga manfaatnya dapat
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Seperti halnya Taman Menteng
yang keberadaanya dirasakan tepat sasaran, baik dari segi lokasi, estetika
95
maupun pengelolaanya. Keberhasilan ini diharapkan sebagai acuan
pemerintah dalam mengembangkan taman kota lainnya.
2. Pihak pengelola perlu membuat peraturan mengenai tata cara penggunaan
Taman Menteng dengan terdapatnya sanksi tegas jika terdapat pelanggaran
untuk mencegah penurunan kenyaman pengguna taman dan penurunan
kualitas fungsi taman. Pemeliharaan fasilitas yang ada juga perlu
ditingkatkan karena masih terdapat fasilitas yang kurang terjaga dengan
baik. Keamanan di Taman Menteng juga harus menjadi perhatian
pengelola agar tetap tercipta keberlangsungan kenyamanan pengguna
taman dan menghindari terjadinya hal-hal negatif. Oleh karena itu,
pengelolaan terhadap Taman Menteng harus menjadi prioritas utama dan
diharapkan dapat dioptimalkan serta ditingkatkan lebih baik lagi sehingga
4 fungsi Taman Menteng (ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi)
tetap terwujud dan manfaatnya dapat terus dirasakan oleh semua pihak.
3. Perlu ada peningkatan kesadaran pengunjung saat beraktifitas di Taman
Menteng khususnya dalam hal kebersihan. Selain itu semua pihak harus
ikut serta memelihara fasilitas taman karena taman merupakan area publik,
siapapun harus ikut berpartisipasi dalam menjaga keberlangsungannya.
4. Taman Menteng memiliki banyak manfaat penting, namun karena
keterbatasan penulis, penelitian ini tidak menghitung nilai ekonomi total.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghitung
nilai ekonomi total terutama fungsi ekologis yang merupakan fungsi utama
Taman Menteng sehingga bisa diketahui besarnya manfaat Taman
Menteng bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, T.Q. 2011. Nilai Ekonomi Total Kawasan Karst (Studi kasus Gua Cikenceng, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. IPB. Bogor.
Applebaum, R.I., Karl W.E., Anatol, Ellis R Hays, Owen O Jenson, Richard E. Poster, dan Jenny E. Mendel. 1973. Fundamental Concepts in Human Communication. New York; Harper and Row Publisher, Inc.
Arifin, H.S, A. Munandar, N.H.S. Arifin, Q. Pramukanto, V.D. Damayanti. 2007. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau: Buku Panduan Penataan Taman Umum, Penanaman Tanaman, Penanganan Sampah, dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Sampoerna Hijau.
Atmojo, H.S.W. 2007. Menciptakan Taman Kota Berseri. Artikel Solo Pos. http://suntoro.staff.uns.ac.id/category/gagasan/ diakses pada tanggal 13 November 2012.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2009. Pengelolaan Tata Ruang. http://www.bappedajakarta.go.id/ di akses pada tanggal 14 Juni 2012.
Badan Perencanaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. 1997. UU No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Badan Pusat Statistik. 2012. Jakarta Dalam Angka. BPS Provinsi DKI Jakarta.
Barton, D.N. 1994. Economic Factors and Valuation of Tropical Coastal Resources. SMR-Report 14/94. Center for Studies of Environment and. Resources. University of Bergen. Norway. Briggs MRP, Funge-Smith SJ
Dahlan, E.N. 1992. Hutan Kota: Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Jakarta.
. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor.
Darmanto, N.S. dan A.Sofyan. 2012. Analisis Distribusi Pencemaran Udara NO2, SO2, dan O3 di Jakarta dengan WRF-CHEM. ITB. Bandung
Departemen Dalam Negeri. 1988. Intruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988. Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Direktoral Jenderal Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri. Jakarta.
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 2008. Bahan Ajar Mata Kuliah Analisis Biaya dan Manfaat Proyek. FEM. IPB. Bogor
Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTR) 2005 Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum. Ditjen Penataan Ruang.
. 2007. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang.
97
. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman penyediaan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan. Departemen PU, Ditjen Penataan Ruang.
. 2011. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang DKI Jakarta.
Dhewanti, L. 2007. Panduan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Lingkungan. Kementrian Lingkungan Hidup.
Dinas Komunikas Informatika dan Kehumasan (Diskominformas) Prov DKI Jakarta. 2011.
Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. www.tatakota-jakartaku.net diakses pada tanggal 21 Januari 2012
Dziegielewska, D. 2009. Total Economic Value. Artikel Ekonomi Lingkungan.
Fajri, H. 2012. Sejumlah Taman di Jakarta Utara Tak Terawat. http://megapolitan.kompas.com/read/2012/05/24/19354755/Sejumlah.Taman.di.Jakarta.Utara.Tak.Terawat diakses pada tanggal 15 Juli 2012.
Fakultas Pertanian IPB. 2005. Makalah Lokakarya Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan. Lab. Perencanaan Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB.
Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Gittinger, J.P. 2008. Economic Analysis of Agriculture Project. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. UI-Press.
Hakim, Rustam. 2010. Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau. http://rustam2000.wordpress.com/ruang-terbuka-hijau/ diakses pada tanggal 27 November 2012.
Harnik, P dan B. Welle. 2006. Measuring The Economic Value of a City Park System-The Economic Value of Direct Use in Boston. The Trust for Public Land. Boston
Harnik, P. 2011. The Economic Benefit of The Park and Recreation System of Virginia Beach, Virginia. A Report by The Trust for Public Land’s Center for City Park Excellence. Virginia.
Hanley, N dan C.L. Spash. 1993. Cost Benefit Analysis and The Environment. Cheltenham: Edwar Elger Publishing Limited. Hanst-England.
Hasanah, Siti N. 2011. Pengaruh Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap harga lahan di permukiman (Studi kasus: Kelurahan Kelapa Gading Timur (KGT) dan Kelapa Gading Barat (KGB). Skripsi. Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor.
Hidayat, D. 2009. Estimasi Kebutuhan Hutan Kota di Kotamadya Jakarta Selatan. Tesis Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Idrus, M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
98
Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan.
Irwan, Z.Dl. .2008. Tantangan Lingkungan dan Lanskap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta.
Iskarianty. 2010. Kepadatan Penduduk sebagai Akar Permasalahan Kota Jakarta http://sosbud.kompasiana.com/2010/12/05/kepadatan-penduduk-sebagai-akar-dari-permasalahan-kota-jakarta/ di akses pada tanggal 25 Januari 2012
Jones, E.G., B. Davies, dan S. Hussain. 2000. Ecological Economics: An Introduction. Blackwell Science. London.
Joga, N dan I. Ismaun. 2011. RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Manik, K.E.S. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Djambatan. Jakarta.
Pearce, D dan D. Moran 1984. The Economic Value of Biodiversity. In Association with The Biodiversity Programme of IUCN - The World Conservation Union. Earthscan Publication Ltd. London.
Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta. 1999. Peraturan Daerah DKI Jakarta No.6 Tahun 1999 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta
Prasetyo, B dan L.M. Jannah. 2010. Metode Penelitian Kuantitaif. Rajawali Press. Jakarta.
Rahmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung Remadja Rhosdakarya.
Salfifi, A.D. 1983. Kota, Penduduk, dan Lingkungan Alam. Seminar Aplikasi Arsitektur Lansekap dalam Perkotaan. Universitas Trisakti. Jakarta.
Salim, Emil. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3ES. Jakarta
Sastrawijaya. 2000. Pencemaran Lingkungan. Rieneka Cipta. Jakarta.
Siahaan, N.H.T. 2004. Edisi ke-2 Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Erlangga. Jakarta
Soetanto, H. 2002. Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Dan Teknologi Tepat Guna Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi Potong.http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=78:makalah-utama&catid=50:prosiding&itemid=33. Diakses pada tanggal 30 Januari 2012.
Sugandhy, A dan R. Hakim. 2009. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.
Syaukat, Y. 2011. Bahan Ajar Mata Kuliah Metodologi Penelitian Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. IPB. Bogor.
Tyrvainen, L. 2001. Economic Valuation of Urban Forest Benefits in Finland. J. Environmental Management 62 (1). May, 2001 : 75-92. CD Volume: 380.
Vanhove, N. 2005. The Economics of Tourism Destinations. Elsevier. Burlington.
99
Yuliasari, Indah. 2008. Distribusi Spasial Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Pengelolaan RTH di Provinsi DKI Jakarta. Skripsi. Program Studi Arsitektur Lanskap. Institut Pertanian Bogor.
Yuleff, E.M. 2008. Penilaian Ekonomi Hutan Kota. Tesis. Program Pascasarjana. UI.
Wardhana, W. 2010. Dampak Pemanasan Global. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Zarkasi, A.S. 2009. Implikasi Lingkungan Akibat Pengembangan Jakarta. http://www.technology-indonesia.com/review/69-implikasi-lingkungan-akibat-pengembangan-jakarta diakses tanggal 26 Juni 2012.
LAMPIRAN
101
Lampiran 1. Jenis-jenis RTH Publik dan RTH Privat
No. Jenis RTH
Publik
RTH
Privat
1. RTH Pekarangan
a. Pekarangan rumah tinggal v
b. Halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat
usaha
v
c. Taman atap bangunan v
2. RTH Taman dan Hutan Kota
a. Taman RT v v
b. Taman RW v v
c. Taman Kelurahan v v
d. Taman Kecamatan v v
e. Taman Kota v
f. Hutan Kota v
g. Sabuk hijau (green belt) v
3. RTH Hijau Jalan
a. Pulau jalan dan media jalan v v
b. Jalur pejalan kaki v v
c. Ruang dibawah jalan layang v
4. RTH Fungsi Tertentu
a. RTH sempadan rel kereta api v
b. Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi v
c. RTH sempadan sungai v
d. RTH sempadan pantai v
e. RTH pengamanan sumber air baku/mata air v
f. Pemakaman v Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
102
Lampiran 2. Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH
No Jenis RTH Fungsi Lahan Tujuan Keterangan
1. Taman kota (termasuk: taman bermain anak, taman bunga, lansia)
Ekologis, Rekreatif, Estetis, Olahraga (terbatas)
Keindahan tajuk, Tegakan pengarah, Pengaman, Kurangi cemaran, Meredam bising, Perbaiki iklim mikro, Daerah resapan, Penyangga sistem kehidupan, Kenyamanan.
Mutlak dibutuhkan bagi kota, keserasian, rekreasi aktif dan pasif, nuansa rekreatif, terjadinya keseimbangan mental (psikologis) dan fisik manusia, habitat, keseimbangan ekosistem
2. Jalur (tepian) sempadan sungai dan pantai
Konservasi, Pencegah, Erosi, Penelitian
Perlindungan, mencegah okupansi penduduk, mudah menyebabkan erosi, iklim mikro, penahan ‘badai’.
Perlindungan total tepi kiri-kanan bantaran sungai (+/- 25-50 meter) rawan erosi (Taman Laut).
3. Taman olah raga, bermain, relaksasi
Kesehatan, Rekreasi Kenikmatan, pendidikan, kesenangan, kesehatan, interaksi, kenyamanan.
Rekreasi aktif, sosialisasi, mencapai prestasi, menumbuhkan kepercayaan diri.
4. Taman pemakaman (umum)
Pelayanan Publik (umum), Keindahan
Pelindung, pendukung ekosistem makro, ‘ventilasi’ dan ‘pemersatu’ruang kota.
Dibutuhkan seluruh anggotamasyarakat, menghilangkan rasa ‘angker’.
5. Pertanian kota Produksi, estetika, Pelayanan publik
Kenyamanan spasial, visual, audial dan thermal, ekonomi
Peningkatan produktivitas budidaya tanaman pertanian.
6. Taman (hutan) kota/ Perhutanan
Konservasi, pendidikan, produksi
Pelayanan masyarakat dan penyangga lingkungan kota, wisata alam, rekreasi, produksi hasil ‘hutan’: iklim mikro, oksigen, ekonomi.
Pelestarian, perlindungan, dan pemanfaatan plasma nutfah, keanekaragaman hayati, pendidikan penelitian.
103
No Jenis RTH Fungsi Lahan Tujuan Keterangan
7. Taman situ, danau, waduk, empang
Konservasi, keamanan
Keseimbangan ekosistem, rekreasi (pemancingan).
Pelestarian SD-air, flora & fauna (budidaya ikan air tawar).
8. Kebun raya, kebun, binatang (nursery)
Konservasi, pendidikan, penelitian
Keseimbangan ekosistem, rekreasi, ekonomi.
Pelestarian plasma nutfah, elemen khusus Kota Besar, Kota Madya.
9. Taman purbakala Konservasi, preservasi, rekreasi
Reservasi, perlindungan situs, sejarah-national character building.
‘Bangunan’ sebagai elemen taman.
10. Jalur hijau pengaman Keamanan Penunjang iklim mikro, thermal, estetika Pengaman: Jalur lalu lintas, Rel KA, jalur listrik tegangan tinggi, kawasan industri, dan ‘lokasi berbahaya’ lain.
11. Taman rumah sekitar bangunan gedung tingkat ‘pekarangan’
Keindahan, produksi Penunjang iklim mikro, ‘pertanian subsistem’: TOGA (tanaman obat keluarga)/Apotik Hidup, Karangkitri (sayur dan buah-buahan).
Pemenuhan kebutuhan pribadi (privacy), penyaluran‘hobby’ pada lahan terbatas, mampu memenuhi kebutuhan keluarga secara berkala.
Sumber : Purnomohadi 2006
104
Lampiran 3. Rincian Data Nilai WTP dari Masing-masing Responden
Nilai WTP Pengunjung
No Kelamin Usia Pendidikan Satatus Tanggungan Pekerjaan Pendapatan Nilai WTP
1 P 27 SMA 12 Menikah 3 PS 2-3jt 2.000 2 P 32 S1 18 belum 1 PS 3-4jt 2.500 3 L 29 SMA 12 belum 1 Wiraswasta 1,5jt 3.000 4 p 19 S1 smstr 4 14 belum 0 mahasiswa 800.000 4.000 5 p 15 SMA 10 belum 0 pelajar 250rb-300rb 2.500 6 p 25 D3 16 belum 1 guru 3-4jt 5.000 7 P 18 S1 smstr 2 13 belum 0 mahasiswa 500-700 3.000 8 P 15 SMA 10 belum 0 pelajar 400 10.000 9 L 16 SMIP 10 belum 0 pelajar 250 6.000
10 p 23 s1 16 belum 1 PS 1jt 5.000 11 p 16 sma 11 belum 0 pelajar 200-250 3.500 12 p 34 D3 15 Menikah 4 IBRT 2jt 7.000 13 L 25 D3 17 belum 0 mahasiswa+kerja 3jt 8.000 14 P 17 SMA 11 belum 0 pelajar 400-500 5.000 15 L 18 s1 smstr 2 13 belum 0 mahasiswa 400 3.500 16 P 43 S2 22 Menikah 5 BUMN 7-10jt 10.000 17 P 27 SMA 12 Menikah 3 IBRT 1,5-2jt 1.000 18 P 31 D1 13 Menikah 3 IBRT >3jt 7.000 19 P 29 D3 13 Menikah 3 PS 7-10jt 15.000 20 P 49 SMA 13 Menikah 5 IBRT 10jt 20.000 21 P 19 SMK 12 belum 0 PS 1,5-2jt 4.500 22 L 18 D3 smstr 2 13 belum 0 mahasiswa 500rb 3.000 23 P 18 D3 smstr 2 13 belum 0 mahasiswa 400-450rb 2.500 24 L 16 SMA 11 belum 0 pelajar 1jt 5.000 25 P 19 D3 smstr 2 14 belum 0 mahasiswa 1,2jt 10.000 26 P 29 s1 16 belum 1 PS 6jt 2.500 27 P 38 SMA 12 Menikah 4 IBRT 5jt 5.000 28 P 21 s1 15,5 belum 0 mahasiswa 500rb 5.000 29 L 22 sma 12 belum 1 seni tato 600rb 2.000 30 L 19 SMA 12 belum 1 wirasasta 1,2-1,35jt 0 31 L 16 SMA 11 belum 0 pelajar 1,2-1,5jt 15.000 32 L 17 SMA 12 belum 0 pelajar 1jt 5.000 33 L 15 SMA 10 belum 0 pelajar 600rb 2.000 34 L 15 SMP 8 belum 1 seni akustik 400-450rb 5.000 35 P 20 SMA 12 belum 1 nunggu masuk kuliah 400rb 0 36 L 16 SMA 11 belum 0 pelajar 600rb 10.000 37 L 19 SMA 12 belum 1 PS 1,5jt 0 38 L 18 SMA 12 belum 0 pelajar 300-400rb 0 39 P 31 s1 16,5 Menikah 4 PS 2,5-3jt 3.000 40 P 26 S1 15 belum 1 wiswasta 7-8jt 10.000 41 P 22 s1 15,5 belum 0 mahasiswa 800rb 6.000 42 P 21 s1 15,5 belum 0 mahasiswa 500rb 10.000 43 L 24 s1 16 belum 1 PS 3-5Jt 10.000 44 P 34 d3 15 Menikah 5 IBRT >5jt 5.000 45 L 19 SMA 11,5 Belum 0 pelajar 1,5 jt 5.000
Total WTP 248.500 Rataan WTP Pengunjung 5.522
105
Nilai WTP Masyarakat
No Kelamin Usia Pendidikan Status Tanggungan Pekerjaan Pendapatan Lama
Tinggal Nilai WTP
1 P 29 SMK 12 menikah 4 IBRT >2 jt 0 10.000 2 P 33 SMA 12 menikah 3 IBRT 2 jt 0 5.000 3 L 31 SMA 12 menikah 3 Wiraswasta >3 jt 0 20.000 4 P 43 SMA 12 menikah 4 IBRT 3jt 0 10.000 5 L 24 SMA 12 Belum 1 PS 1,65 0 20.000 6 P 56 SMP 9 menikah 3 IBRT 2jt 0 50.000 7 P 40 SD 6 menikah 6 Wiraswasta 3 jt 24 5.000 8 P 36 SMA 12 menikah 4 IBRT 5 jt 0 10.000 9 L 52 SMP 10 menikah 4 PS 3 jt 0 10.000
10 L 42 SMA 12 menikah 5 PS 2 jt 28 0 11 P 43 S1 17 menikah 3 PS 3 jt 6 5.000 12 P 43 SMA 12 menikah 6 PS 6 jt 17 0 13 L 43 SMA 12 menikah 2 PS 1,3 jt 0 7.000 14 L 34 SMA 12 menikah 4 PS 2 jt 0 5.000 15 P 45 SMA 12 menikah 6 IBRT 3 jt 26 5.000 16 L 34 D3 15 menikah 5 Wiraswasta 3 jt 0 10.000 17 L 26 D3 15 menikah 3 Wiraswasta 1,3 jt 0 5.000 18 P 41 S1 17 menikah 4 PNS 4 jt 30 20.000 19 P 48 SMP 9 menikah 2 Wiraswasta 1 jt 46 3.000 20 P 29 D3 15 menikah 3 PS 2,5 jt 0 15.000 21 P 45 SMP 9 menikah 4 Wiraswasta 1,5 jt 0 5.000 22 P 44 SMA 12 menikah 4 PS 2-3jt 23 5.000 23 P 19 SMA 12 Belum 1 PS 1,4 jt 0 0 24 L 31 S1 16,5 menikah 4 PS 4-5jt 0 30.000 25 P 23 d3 15 menikah 2 Bidan 2,5 jt 0 50.000 26 L 27 SMA 12 Belum 1 wirasasta 1,5 jt 12 0 27 P 37 S1 15,5 menikah 5 IBRT 4 jt 12 50.000 28 P 35 S1 17 menikah 3 IBRT 3-4j jt 0 100.000 29 P 30 SMA 12 menikah 4 IBRT 3 jt 6 20.000 30 P 38 SMA 12 menikah 4 IBRT 3 jt 0 10.000 31 P 43 S1 16 menikah 7 PS 4-5 Jt 0 5.000 32 P 34 S1 17 menikah 4 BUMN 2,5 jt 2 0 33 L 22 S1 15 Belum 0 mahasiswa 800rb 22 1.000 34 P 30 S1 16 menikah 3 PNS 2,5 jt 10 10.000 35 P 28 SMA 12 menikah 3 IBRT 1 jt 0 0 36 P 24 s1 16 Belum 1 PS 4 jt 0 10.000 37 P 32 SD 6 menikah 5 IBRT 900rb 0 2.000 38 P 38 s1 17 menikah 5 PS 9 jt 28 50.000 39 P 30 S1 16 menikah 5 PS 3 jt 0 10.000 40 P 26 d3 15 Belum 1 PS 4 jt 10 0 41 P 34 d3 15 menikah 4 IBRT 2 jt 0 10.000 42 P 28 S1 16 menikah 3 PS 2,5 jt 4 10.000 43 P 28 S1 14 menikah 6 mahasiswa 800rb 9 50.000 44 P 27 SMA 12 menikah 3 IBRT 900rb 0 15.000 45 P 31 SMA 12 menikah 3 IBRT 2 jt 7 100.000
Total WTP 758.000 Rataan WTP Masyarakat 16.844
106
Nilai WTP Unit Usaha
No. Bentuk pekerjaan Alamat WTP 1 Jualan Otak" Gondangdia 20.000 2 minuman keliling Manggarai 20.000 3 minuman keliling Kwitang 50.000 4 minuman keliling cempaka putih 75.000 5 rujak bebek pintu air pejimpongan 10.000 6 tukang parkir T Menteng 100.000 7 Minuman botol,dsb mampang prapatan 50.000 8 minuman es kelapa muda mampang prapatan 25.000 9 Mie Ayam menteng atas 25.000
10 Bubur Ayam manggarai 50.000 11 tukang parkir kemayoran 20.000 12 Ketoprak Pasar Manggis 80.000 13 minuman keliling Gondangdia 60.000 14 siomay Wr Buncit 30.000 15 rujak Pasar Rumput 50.000 16 Soto Ayam menteng atas 50.000 17 Bakso Malang Jatijajar/martapura 50.000 18 warung Minuman Bogor 150.000 19 warung Minuman Tanah Abang 100.000 20 minuman keliling kwitang 20.000 21 minuman keliling Kwitang 20.000 22 minuman keliling Tugu Tani 50.000 23 minuman keliling kwitang 10.000 24 minuman keliling depok 50.000 25 minuman keliling kwitang 25.000 26 Tahu gejrot keliling manggarai 50.000 27 minuman keliling tj priuk 100.000
Total WTP 1.340.000 Rataan WTP Unit Usaha 49.630
107
Lampiran 4. Rincian Pendapatan Unit usaha Per Bulan
No. Bentuk pekerjaan Pendapatan
perbulan Perbedaan
pendapatan/bulan
Total pendapatan
lain
Pendapatan dari adanya
TM
Total Pendapatan
1 Jualan Otak" 900.000 200.000 0 1.100.000 1.100.000 2 Minuman keliling 900.000 100.000 100.000 1.000.000 1.100.000 3 Minuman keliling 1.350.000 350.000 0 1.700.000 1.700.000 4 Minuman keliling 1.500.000 500.000 600.000 2.000.000 2.600.000 5 Rujak bebek 720.000 860.000 0 1.580.000 1.580.000 6 Tukang parkir 4.500.000 1.500.000 0 6.000.000 6.000.000 7 Minuman botol 2.250.000 750.000 0 3.000.000 3.000.000 8 Es kelapa muda 2.400.000 700.000 0 3.100.000 3.100.000 9 Mie Ayam 1.500.000 1.000.000 0 2.500.000 2.500.000 10 Bubur Ayam 800.000 200.000 1.320.000 1.000.000 2.320.000 11 tukang parkir 1.500.000 0 0 1.500.000 1.500.000 12 Ketoprak 1.500.000 500.000 0 2.000.000 2.000.000 13 Minuman keliling 1.040.000 480.000 0 1.520.000 1.520.000 14 Siomay 3.000.000 800.000 600.000 3.800.000 4.400.000 15 Rujak 1.500.000 500.000 900.000 2.000.000 2.900.000 16 Soto Ayam 5.800.000 1.450.000 1.700.000 7.250.000 8.950.000 17 Bakso Malang 2.030.000 0 800.000 2.030.000 2.830.000 18 Warung Minuman 2.600.000 800.000 1.300.000 3.400.000 4.700.000 19 Warung Minuman 3.000.000 800.000 0 3.800.000 3.800.000 20 Minuman keliling 4.500.000 1.500.000 0 6.000.000 6.000.000 21 Minuman keliling 750.000 400.000 750.000 1.150.000 1.900.000 22 Minuman keliling 2.100.000 240.000 0 2.340.000 2.340.000 23 Minuman keliling 1.500.000 240.000 0 1.740.000 1.740.000 24 Minuman keliling 2.240.000 560.000 0 2.800.000 2.800.000 25 Minuman keliling 1.500.000 280.000 0 1.780.000 1.780.000 26 Tahu gejrot 2.100.000 520.000 0 2.620.000 2.620.000 27 Minuman keliling 2.100.000 600.000 1.000.000 2.700.000 3.700.000
108
Lampiran 5. Rincian Pendapatan Para Pekerja Taman Menteng
No Bentuk pekerjaan Pendapatan dari adanya TM
Pendapatan tanpa adanya TM
Total Pendapatan Max
1
Kebersihan taman
1.490.000 1.650.000 3.140.000 2 1.690.000 0 1.690.000 3 1.600.000 900.000 2.500.000 4 1.360.000 800.000 2.160.000 5 2.490.000 0 2.490.000 6 2.328.000 800.000 3.128.000 7 1.600.000 850.000 2.450.000 8 1.530.000 0 1.530.000 9 1.600.000 640.000 2.240.000
10 1.350.000 0 1.350.000 11 1.660.000 435.000 2.095.000 12 1.400.000 2.400.000 3.800.000 13 1.400.000 0 1.400.000 14 1.400.000 0 1.400.000 15 Penyiraman taman 1.100.000 0 1.100.000 16 penjaga toilet 2.739.000 500.000 3.239.000 17 1.650.000 6.600.000 8.250.000 18
Security
1.400.000 0 1.400.000 19 1.400.000 0 1.400.000 20 1.400.000 0 1.400.000 21 1.400.000 0 1.400.000 22 1.400.000 0 1.400.000 23 1.500.000 10.000.000 11.500.000
109
Lampiran 6. Peta Lokasi Taman Menteng
Taman Menteng
110
Lampiran 7. Rencana Desain Awal Taman Menteng
Pintu Utama Pejalan Kaki
Bangunan Parkir
Pelataran Patung Selatan
Pelataran Patung Utara
Bangunan Kaca Penunjang Kegiatan
Taman Situbondo
Pelataran Taman Situbondo
Pelataran Kenangan Persija
Kantor Koramil
Taman Bermain Anak
Stage
Mushalla
Lap. Futsal
U
111
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 03 November 1990. Penulis
merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Alm. Suyatni, S.Pd dan
Susanto. Penulis mengawali pendidikan formal di TK R.A. Fatahillah Ciracas
selama satu tahun. Pada tahun 1996 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar
Negeri (SDN) 02 Pagi Susukan, Ciracas. Lalu melanjutkan ke pendidikan Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) 174 SSN pada tahun 2002 dan dilanjutkan ke
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2005 di SMA Negeri 39
Jakarta.
Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi
negeri IPB melalui seleksi jalur tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Selama menjalani pendidikan di IPB,
penulis terlibat berbagai kepanitiaan dan organisasi. Pada tahun 2009 penulis aktif
di himpunan kemahasiswaan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Resources
and Environmental Economics Student Association (REESA) sebagai sekretaris
divisi Coorporate Social Responsibility (CSR) selama satu tahun.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di
Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, Penulis menyusun skripsi yang berjudul
“Nilai dan Manfaat Ekonomi Keberadaan Taman Kota Menteng - Jakarta Pusat
sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau” dibawah
bimbingan Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Nuva, SP, M.Sc.