NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki...

32
RESPONS PERTUMBUHAN RASAMALA (Altingia excelsa Noronha) MENGGUNAKAN TEKNIK LATERAL ROOT MANIPULATION (LRM) DI PT CIBALIUNG SUMBERDAYA NIKO KAMAL DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

Transcript of NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki...

Page 1: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

RESPONS PERTUMBUHAN RASAMALA (Altingia excelsa

Noronha) MENGGUNAKAN TEKNIK LATERAL ROOT

MANIPULATION (LRM) DI PT CIBALIUNG SUMBERDAYA

NIKO KAMAL

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Page 2: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun
Page 3: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respons Pertumbuhan

Rasamala (Altingia excelsa Noronha) Menggunakan Teknik Lateral Root

Manipulation (LRM) di PT Cibaliung Sumberdaya adalah benar karya saya dengan

arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2017

Niko Kamal

NIM E44120077

Page 4: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

ABSTRAK

NIKO KAMAL. Respons Pertumbuhan Rasamala (Altingia excelsa Noronha)

Menggunakan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di PT Cibaliung

Sumberdaya. Dibimbing oleh YADI SETIADI.

Kegiatan pertambangan menyebabkan penurunan produktivitas tanah. Tanah

kompak merupakan permasalahan dominan yang terjadi di PTCSD dan pemicu

terjadinya stagnasi pertumbuhan tanaman. Lateral root manipulation (LRM)

merupakan teknik yang dapat digunakan untuk memperbaiki stagnasi pertumbuhan

tanaman akibat tanah kompak. Teknik ini bertujuan merangsang pertumbuhan akar

baru untuk mendorong penyerapan air dan unsur hara agar tanaman dapat

melakukan metabolisme dengan normal. Penelitian dilakukan dengan metode

rancangan acak lengkap faktorial (RALF) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah

pemberian kompos dan faktor kedua adalah pemberian growth stimulant. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa teknik LRM dengan manipulasi faktor kompos dan

growth stimulant dapat memperbaiki pertumbuhan rasamala. Pertambahan panjang

kuncup memberikan respons yang paling tinggi pada perlakuan interaksi kompos 1

kg + growth stimulant 1.6%. Jumlah tunas baru memberikan respons yang paling

baik pada perlakuan interaksi kompos 1 kg + growth stimulant 1.6%.

Kata kunci: growth stimulant, kompos, lateral root manipulation (LRM), stagnasi

pertumbuhan, tanah kompak.

ABSTRACT

NIKO KAMAL. Growth Responses of Rasamala (Altingia excelsa Noronha) using

Lateral Root Manipulation (LRM) Technique in PT Cibaliung Sumberdaya.

Supervised by YADI SETIADI.

Mining activities could decrease the soil productivity. Compacted soil is a

dominant problem that occurs in PTCSD and triggers stagnation of the plant

growth. Lateral root manipulation (LRM) tehnique can be used to repair the plant

growth stagnation that caused by the compacted soil. This technique aims to

stimulate the new roots growth to improve water and nutrients absorption so that

the plant could have a normal metabolism. This research was conducted using

completely randomized factorial design (CRFD) with two factors. The first factor

is compost addition and the second one is growth stimulant addition. The results

show that the LRM technique with compost and growth stimulant manipulation can

improve the growth of rasamala. The length buds show the highest response in

interaction treatment of compost 1 kg + growth stimulant 1.6%. The quantity of

new buds show the best response is interaction treatment of compost 1 kg + growth

stimulant 1.6%.

Keywords: compost, growth stimulant, lateral root manipulation (LRM), soil

compaction, stagnation of growth.

Page 5: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

RESPONS PERTUMBUHAN RASAMALA (Altingia excelsa

Noronha) MENGGUNAKAN TEKNIK LATERAL ROOT

MANIPULATION (LRM) DI PT CIBALIUNG SUMBERDAYA

NIKO KAMAL

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Page 6: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun
Page 7: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun
Page 8: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2016 ini ialah Lateral

root manipulation (LRM), dengan judul Respons Pertumbuhan Rasamala (Altingia

excelsa Noronha) Menggunakan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di PT

Cibaliung Sumberdaya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Yadi Setiadi, MSc selaku

pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan

penulis sampaikan kepada Bapak Sulwan, Bapak Dodi, Bapak Sapria, rekan-rekan

Karyawan K3L PT Cibaliung Sumberdaya, serta Tim Reklamasi PT Cibaliung

Sumberdaya yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian dan

pengumpulan data. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada keluarga besar

Fakultas Kehutanan; Departemen Silvikultur; teman-teman Silvikultur 49; dan

secara khusus kepada Saiful Kahfi, Arif Priyoatmodjo Suyono, Aditya Dwi

Gumelar, Vegoma Fazatha, Redho Darma Satria, Oktaviana Nur Pratama yang

telah mendukung dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Ungkapan

terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala

doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2017

Niko Kamal

Page 9: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Bahan dan Alat 3

Prosedur Penelitian 3

Pemilihan Objek Penelitian 3

Pelaksanaan Lateral Root Manipulation (LRM) 4

Pengukuran dan Pengamatan Parameter Amatan 4

Rancangan Percobaan 5

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Pertambahan Panjang Kuncup (PPK) 7

Jumlah Tunas Baru (JTB) 10

Jumlah Akar Baru (JAB) 11

Panjang Akar Baru (PAB) 13

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

RIWAYAT HIDUP 22

Page 10: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

DAFTAR TABEL

1 Faktor percobaan penelitian 5

2 Bagan kombinasi perlakuan 6

3 Hasil uji Anova dua arah pengaruh kombinasi perlakuan pemberian

kompos dan growth stimulant terhadap respons pertumbuhan rasamala 7

4 Pengaruh interaksi pemberian kompos dan growth stimulant terhadap

rata-rata respons pertambahan panjang kuncup (PPK) selama 2 bulan 9

5 Pengaruh interaksi pemberian kompos dan growth stimulant terhadap

rata-rata respons jumlah tunas baru (JTB) selama 2 bulan 10

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian di area tambang PT Cibaliung Sumberdaya 3

2 Rata-rata respons pertambahan panjang kuncup (PPK) pada perlakuan

tunggal pemberian kompos selama 2 bulan 8

3 Curah hujan harian di lokasi penelitian 9

4 Rata-rata respons jumlah akar baru (JAB) pada perlakuan kombinasi

kompos dan growth stimulant selama 2 bulan 11

5 Rata-rata respons panjang akar baru (PAB) pada perlakuan kombinasi

pemberian kompos dan growth stimulant selama 2 bulan 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data hasil analisis tanah pada lokasi penelitian 18

2 Standar kondisi lahan bermasalah 19

3 Koordinat pohon penelitian 20

4 Interval nilai koefisien korelasi (KK) dan kekuatan hubungan 20

5 Dokumentasi pelaksanaan lateral root manipulation (LRM) 21

Page 11: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PT Cibaliung Sumberdaya (PTCSD) merupakan perusahaan tambang emas

yang melakukan produksi di Desa Padasuka dan Desa Mangkualam, Kecamatan

Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Secara teknis, PTCSD

melakukan kegiatan penambangan menggunakan sistem penambangan bawah

tanah (underground mining) dengan metode gali dan isi (cut and fill stoping

method) pada wilayah hutan produksi yang didominasi oleh jenis tanah podsolik

merah kuning (PTCSD 2014; PTCSD 2015). Sistem penambangan tersebut

mengakibatkan sebagian besar pembukaan lahan yang dilakukan PTCSD

diperuntukkan untuk pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan

pertambangan. Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki

kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak

tahun 2011 pada lahan terganggu dan sudah tidak digunakan lagi (PTCSD 2015).

Menurut Permen ESDM (2014), beberapa fasilitas kegiatan pertambangan yang

menyebabkan gangguan lahan antara lain shaft, pit, tunnel, final void, tempat

penimbunan batuan samping, jalan tambang, fasilitas penunjang, kantor dan

perumahan, dan lahan pengendapan tailing.

Reklamasi hutan merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh PTCSD

sebagai perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) pada kawasan

hutan. Hal ini diatur pada UU No 41 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa

reklamasi pada kawasan hutan bekas areal pertambangan wajib dilaksanakan oleh

pemegang izin pertambangan sesuai dengan tahapan pertambangan. Dalam upaya

untuk merealisasikan hal tersebut, kegiatan reklamasi pada dasarnya membutuhkan

sumber daya (biaya, tenaga kerja, peralatan) yang besar serta perencanaan

reklamasi yang efisien, afektif, dan aplikatif. Namun demikian, dalam praktik

pelaksanaannya masih ditemukan kendala-kendala yang menghambat tercapainya

keberhasilan reklamasi hutan. Kendala-kendala yang dijumpai pada areal bekas

tambang PTCSD yaitu kelarutan Al yang tinggi (> 3 me/100g), dan tanah kompak

(persentase debu dan liat >70%) (Setiadi 2013).

Tanah kompak merupakan kendala yang dominan terjadi pada areal pasca

tambang di PTCSD. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa nilai persentase debu

dan liat pada lokasi penelitian sebesar 81% (PTCSD 2015). Sejalan dengan

pernyataan Setiadi (2013), bahwa tanah kompak diindikasikan dengan persentase

debu dan liat >70%. Selain itu, pertumbuhan tanaman yang kerdil dan tumbuhnya

kalus pada pangkal batang merupakan indikasi tanah kompak (Setiadi 2009).

Kondisi ini menyebabkan PTCSD sebagai pelaksana reklamasi akan mengalami

kerugian, karena secara khusus akan mengganggu keberhasilan revegetasi yang

merupakan salah satu kriteria keberhasilan reklamasi hutan. Menurut Permenhut

(2009), hasil pelaksanaan reklamasi dapat diterima jika realisasi reklamasi >80%.

Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memperbaiki dan mengembalikan

pertumbuhan tanaman yang mengalami stagnasi tersebut.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi tanaman stagnasi akibat tanah

kompak adalah penerapan teknik Lateral Root Manipulation (LRM). Teknik ini

bertujuan merangsang pertumbuhan akar baru untuk mendorong penyerapan air dan

Page 12: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

2

unsur hara agar tanaman dapat melakukan metabolisme dengan normal (Setiadi

2009). Teknik ini telah digunakan untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman yang

stagnan seperti perbaikan pinus di lahan pasca tambang pasir kuarsa PT Holcim

Tbk (Lestari 2012); perbaikan pertumbuhan damar (Bunganagara 2011) dan

rasamala (Lestari 2011) di Hutan Pendidikan Gunung Walat; dan akasia di PT

Jorong Barutama Greston (Iskandar 2015; Pangestu 2015). Oleh karena itu, pada

penelitian ini akan diamati respons pertumbuhan rasamala dengan kombinasi

perlakuan pemberian kompos dan growth stimulant.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat disusun perumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pemberian kompos dengan berbagai dosis (0 kg/lubang

tanam, 1 kg/lubang tanam, dan 2 kg/lubang tanam) terhadap pertumbuhan

tanaman rasamala yang mengalami stagnasi?

2. Bagaimana pengaruh pemberian growth stimulant dengan berbagai dosis (0

%/lubang tanam, 1.6 %/lubang tanam, dan 2.5 %/lubang tanam) terhadap

pertumbuhan tanaman rasamala yang mengalami stagnasi?

3. Bagaimana pengaruh kombinasi pemberian kompos dan growth stimulant

dengan berbagai dosis terhadap pertumbuhan rasamala yang mengalami

stagnasi?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah (1) memperbaiki pertumbuhan rasamala yang

mengalami stagnasi, (2) menguji pengaruh perlakuan pemberian kompos dan

growth stimulant terhadap pertumbuh tanaman rasamala dengan menggunakan

teknik LRM, dan (3) memperoleh kombinasi perlakuan yang tepat untuk

memperbaiki pertumbuhan rasamala.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak

terkait tentang perbaikan pertumbuhan tanaman stagnasi di areal reklamasi tambang

dengan menggunakan teknik LRM. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi

rujukan pihak terkait dalam melaksanakan perbaikan tanaman pada kegiatan

reklamasi di areal tambang. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai

referensi penelitian lanjutan mengenai perbaikan tanaman stagnasi di areal

tambang.

Page 13: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

3

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama 2 bulan yang terhitung dari tanggal 15 Mei 2016

s/d 17 Juli 2016. Penelitian dilaksanakan di tegakan revegetasi area Settling Pond

PT Cibaliung Sumberdaya, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Peta lokasi

penelitian di tambang emas Cibaliung dapat dilihat pada Gambar 1.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bionature 50 (BN-50),

pupuk NPK Mutiara (16:16:16), dan kompos. Bionature 50 (BN-50) sebagai faktor

perlakuan dalam penelitian ini selanjutnya akan disebut sebagai growth stimulant

(GS). Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Global Positioning System

(GPS), gelas ukur 1000 mL, gunting stek, cangkul, garpu tanah, spidol permanen,

timbangan digital, kamera digital, dan pita jahit.

Prosedur Penelitian

Pemilihan Objek Penelitian

Pemilihan objek penelitian diawali dengan pemilihan tegakan yang

didominasi oleh tanaman stagnasi akibat tanah kompak serta memiliki umur tanam

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di area tambang PT Cibaliung Sumberdaya

Page 14: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

4

2-3 tahun. Kegiatan selanjutnya adalah memilih jenis pohon yang mengalami

stagnasi dan memiliki jumlah yang cukup untuk diterapkan kombinasi perlakuan

percobaan. Jenis yang terpilih selanjutnya diberikan label kode perlakuan secara

acak sebanyak jumlah pohon yang digunakan dalam percobaan dan dipetakan

dengan menggunakan GPS.

Pelaksanaan Lateral Root Manipulation (LRM)

Pelaksanaan LRM mengikuti kerangka dasar LRM yang dicanangkan oleh

Setiadi (2009) dan melakukan manipulasi pada beberapa faktor sebagai percobaan

yang dilakukan dalam penelitian. Tahapan-tahapan pelaksanaan LRM adalah

sebagai berikut (Setiadi 2009):

1. memerhatikan posisi tajuk dari tanaman yang akan diberi perlakuan dan

membersihkan area piringan sekitar akar dari tanaman pengganggu (rumput,

tanaman perambat dan gulma);

2. membuat koakan (galian) mengelilingi tanaman selebar 20 cm dengan

kedalaman 10-20 cm berdasarkan proyeksi tajuk terluar tanaman;

3. memutuskan semua akar lateral yang muncul pada saat pembuatan galian;

4. memberikan kompos sesuai dosis perlakuan yang diberikan pada lubang galian;

5. memberikan NPK dengan dosis 50 gram pada semua perlakuan;

6. memberikan growth stimulant pada lubang galian sebanyak 1000 cc/tanaman

dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan yang diberikan;

7. menutup kembali koakan dengan tanah semula.

Pengukuran dan Pengamatan Parameter Amatan

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati dan mengukur respons

secara langsung pada jadwal yang telah ditentukan. Parameter yang diamati dan

diukur adalah sebagai berikut:

1. Pertambahan panjang kuncup (PPK)

Pertambahan panjang kuncup merupakan selisih panjang kuncup antar

pengukuran. Pengukuran panjang kuncup dilakukan dengan menggunakan pita

jahit yang dimulai dari bagian batang (pertengahan batang atau titik

percabangan) yang telah ditandai hingga titik tumbuh kuncup (shoot apical).

Pengukuran dilakukan setiap dua minggu sekali yang dimulai dari awal

pemberian perlakuan selama 2 bulan.

2. Jumlah tunas baru (JTB)

Tunas baru merupakan tunas yang tumbuh pada batang dan cabang amatan.

Jumlah tunas baru diamati dengan pengamatan visual dengan menghitung

pertambahan jumlah tunas setiap dua minggu yang dimulai dari awal pemberian

perlakuan selama 2 bulan.

3. Jumlah akar baru (JAB)

Akar baru merupakan akar lateral yang tumbuh pada titik terpotongnya akar

lateral utama. Akar baru memiliki ciri-ciri berwarna putih, rentan putus, dan

berukuran lebih kecil dari akar lateral utama. Jumlah akar baru dihitung pada

akar lateral yang telah diberikan tanda yang dilakukan pada akhir pengamatan.

4. Panjang akar baru (PAB)

Pengukuran panjang akar baru dilakukan dengan mengukur tiga akar terpanjang

dari sekumpulan akar baru. Pengukuran dimulai dari pangkal akar baru sampai

Page 15: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

5

ujung akar baru dengan menggunakan pita jahit yang dilakukan pada akhir

pengamatan.

Rancangan Percobaan

Percobaan menggunakan model rancangan acak lengkap faktorial (RALF)

dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah pemberian kompos dengan 3 taraf dan

faktor kedua adalah pemberian growth stimulant (GS) dengan 3 taraf. Setiap

perlakuan dibuat 5 ulangan, sehingga total tanaman yang digunakan dalam

percobaan sebanyak 45 individu tanaman. Setiap faktor yang diuji dirinci pada

Tabel 1.

Pembuatan larutan growth stimulant menggunakan persamaan berikut:

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ 𝑠𝑡𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡)

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑎𝑖𝑟 + 𝑔𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ 𝑠𝑡𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡)

Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik dan

Sumertajaya 2002):

𝑌𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝛼𝑖 + 𝛽𝑗 + (𝛼𝛽)𝑖𝑗 + 𝜀𝑖𝑗𝑘

Kombinasi perlakuan pemberian kompos dan pemberian growth stimulant

yang diuji dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1 Faktor percobaan penelitian

Faktor perlakuan

Faktor 1

(pemberian kompos)

Faktor 2

(pemberian growth stimulant)

Kode Keterangan Kode Keterangan

K0 Kompos 0 kg GS0 Growth stimulant 0%

K1 Kompos 1 kg GS1 Growth stimulant 1.6%

K2 Kompos 2 kg GS2 Growth stimulant 2.5%

Keterangan:

𝑌𝑖𝑗𝑘 : Nilai pengamatan yang memperoleh kombinasi perlakuan pemberian

kompos dengan taraf ke-i dan pemberian growth stimulant taraf ke-j

pada ulangan ke-k.

𝜇 : Nilai tengah populasi.

𝛼𝑖 : Pengaruh aditif pemberian kompos ke-i.

𝛽𝑗 : Pengaruh aditif pemberian growth stimulant ke-j.

(𝛼𝛽)𝑖𝑗 : Pengaruh interaksi pemberian kompos pada taraf ke-i dan pemberian

growth stimulant pada taraf ke-j.

𝜀𝑖𝑗𝑘 : Pengaruh acak pada percobaan.

Page 16: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

6

Analisis Data

Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak R-

GUI x64 3.3. Analysis of variance (Anova) dilakukan untuk menunjukkan pengaruh

antar perlakuan yang diberikan. Kriteria analisis sidik ragam, jika:

a. Nilai P-value > α (0.05) maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata

terhadap parameter yang diamati (terima H0).

b. Nilai P-value < α (0.05) maka perlakuan memberikan pengaruh yang nyata

terhadap parameter yang diamati (tolak H0).

Hipotesis yang digunakan:

H0: perlakuan tidak memengaruhi parameter yang diamati

H1: perlakuan memengaruhi parameter yang diamati.

Jika hasil analisis sidik ragam terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan

pemeriksaan lebih lanjut dengan melakukan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple

Range Test) yang bertujuan untuk mengetahui beda antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman merupakan manifestasi faktor internal (genetik;

bersifat permanen) dan faktor eksternal (lingkungan fisik; bersifat dinamis) yang

secara bersama membentuk hubungan dan saling memengaruhi. Menurut

Goldsworthy dan Fisher (2008), pertumbuhan terjadi ketika sel-sel membesar dan

membelah akibat pengembangan bagian-bagian tanaman yang dapat dilihat.

Pertumbuhan secara praktis dapat dilihat melalui pertambahan dimensi suatu

Tabel 2 Bagan kombinasi perlakuan

Pemberian

Kompos

Pemberian growth stimulant (GS)

GS 0% (GS0) GS 1.6% (GS1) GS 2.5% (GS2)

Kompos 0 kg

(K0)

K0GS01 K0GS11 K0GS21

K0GS02 K0GS12 K0GS22

K0GS03 K0GS13 K0GS23

K0GS04 K0GS14 K0GS24

K0GS05 K0GS15 K0GS25

Kompos 1 kg

(K1)

K1GS01 K1GS11 K1GS21

K1GS02 K1GS12 K1GS22

K1GS03 K1GS13 K1GS23

K1GS04 K1GS14 K1GS24

K1GS05 K1GS15 K1GS25

Kompos 2 kg

(K2)

K2GS01 K2GS11 K2GS21

K2GS02 K2GS12 K2GS22

K2GS03 K2GS13 K2GS23

K2GS04 K2GS14 K2GS24

K2GS05 K2GS15 K2GS25

Kode perlakuan; K0GS01: perlakuan pemberian kompos 0 kg dan pemberian growth stimulant 0%

pada ulangan ke-1.

Page 17: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

7

tanaman. Pertumbuhan akan mengantarkan tanaman pada posisi untuk berkembang

biak yang akan menentukan kehidupan tanaman ke depannya.

Penelitian yang dilakukan pada area pasca tambang PTCSD dengan

menggunakan teknik LRM merupakan suatu upaya memperbaiki kualitas

pertumbuhan tanaman stagnasi akibat tanah kompak. Penelitian yang dilakukan

selama dua bulan mendapatkan hasil bahwa penggunaan teknik LRM pada tanaman

rasamala memberikan pengaruh terhadap beberapa parameter percobaan (Tabel 3).

Perlakuan tunggal kompos tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang

diukur. Perlakuan tunggal growth stimulant (GS) hanya berpengaruh nyata

terhadap pertambahan panjang kuncup (PPK) dan tidak berpengaruh nyata pada

parameter lainnya. Interaksi perlakuan kompos dan GS berpengaruh nyata terhadap

pertambahan panjang kuncup (PPK) dan jumlah tunas baru (JTB) serta tidak

berpengaruh nyata terhadap parameter lainnya.

Perlakuan yang memberikan pengaruh terhadap respons pertumbuhan

ditunjukkan dengan nilai P-value perlakuan yang lebih kecil dari 0.05 (taraf nyata)

(Tabel 3). P-value diartikan sebagai besarnya peluang pengamatan data yang

ditunjukkan pada penelitian jika H0 adalah benar (Althouse dan Soman 2016).

Selain itu, jika dalam percobaan acak menggunakan dua perlakuan, maka nilai p-

value didefinisikan sebagai besarnya peluang pengamatan hasil yang ditunjukkan

pada percobaan jika kedua perlakuan adalah sama (Althouse dan Soman 2016).

Berdasarkan hal tersebut, telah cukup syarat menolak H0 untuk menyimpulkan

bahwa pengaruh perlakuan memberikan pengaruh kepada respons pertumbuhan

dengan membandingkan nilai p-value dengan nilai α (taraf nyata).

Pertambahan Panjang Kuncup (PPK)

Pertumbuhan tanaman merupakan akibat dari aktifnya sistem tunas dan

sistem akar. Selama masa hidupnya, tumbuhan dapat tumbuh secara tidak terbatas

karena memiliki jaringan meristem pada area pertumbuhan (Campbell et al. 2003).

Kuncup (shoot apical) merupakan bagian tanaman yang memuat meristem apikal.

Bagian ini akan tumbuh ketika kebutuhan air, hara, dan hormon tercukupi dengan

baik. Aktifnya bagian ini akan mendorong pertambahan panjang pada kuncup dan

secara keseluruhan akan meningkatkan pertambahan tinggi tanaman. Sehingga,

Tabel 3 Hasil uji Anova dua arah pengaruh kombinasi perlakuan pemberian kom-

pos dan growth stimulant terhadap respons pertumbuhan rasamala

Parameter Perlakuan

Kompos Growth

stimulant

Interaksi (kompos dan

growth stimulant)

Pertambahan panjang kuncup 0.6511tn 0.0010* 0.0034*

Jumlah tunas baru 0.1145tn 0.0580tn 0.0016*

Jumlah akar baru 0.7013tn 0.9290tn 0.4182tn

Panjang akar baru 0.2474tn 0.9289tn 0.3685tn

*Perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (P-value)

<0.05(α).; tnPerlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai

signifikan (P-value) > 0.05(α).

Page 18: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

8

sangat penting untuk menjaga kondisi ini agar tanaman dapat tumbuh dengan

normal.

Perlakuan tunggal pemberian growth stimulant (GS) (Gambar 2) dan interaksi

perlakuan pemberian kompos + GS (Tabel 4) memberikan respons PPK yang

signifikan sebagaimana ditunjukkan oleh uji selang berganda Duncan. Hines dan

Montgomery (1989) menyatakan, jika pengaruh sebuah interaksi besar maka

pengaruh utama yang berhubungan mempunyai arti kecil. Hal ini berhubungan

dengan respons PPK, walaupun uji Anova menunjukkan kedua perlakuan sama-

sama memberikan pengaruh yang nyata (p-value < 0.05) namun demikian sebuah

interaksi yang nyata dapat menyembunyikan nyata pengaruh utama (Hines dan

Montgomery 1989). Hal ini mengindikasikan bahwa pada perlakuan interaksi

terdapat hubungan timbal balik antar kedua faktor yang mana jika keduanya

diaplikasikan secara bersama akan mendapatkan hasil yang signifikan.

Hasil Uji Duncan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan

K0GS1 memberikan respons PPK paling tinggi dan signifikan (nilai PPK sebesar

38.9 cm) daripada perlakuan yang lain. Di sisi lain, perlakuan K0GS1 merupakan

perlakuan interaksi yang memiliki kedudukan yang sama dengan perlakuan tunggal

pemberian GS. Hal ini dikarenakan perlakuan GS1 berinteraksi dengan K0 (kompos

0 kg) yang merupakan salah satu faktor perlakuan kontrol, sehingga nilai respons

PPK yang ditunjukkan merupakan sumbangsih penuh dari perlakuan GS1.

Berdasarkan uji Anova, perlakuan tunggal GS dapat diabaikan karena memberikan

pengaruh yang lemah dibandingkan perlakuan interaksi kompos + GS. Seiring

dengan hal tersebut, perlakuan K0GS1 dapat diabaikan sebagai perlakuan interaksi

yang memberikan respons tertinggi terhadap PPK. Dengan demikian, maka

perlakuan K1GS1 adalah perlakuan interaksi yang memberikan respons yang paling

tinggi (35.4 cm) di antara perlakuan interaksi lainnya terhadap PPK.

Gambar 2 Rata-rata respons pertambahan panjang kuncup (PPK) pada

perlakuan tunggal pemberian kompos selama 2 bulan. Garis

vertikal menunjukkan standar deviasi dan huruf-huruf yang

mengikuti data menunjukkan perbandingan nilai tengah antar

perlakuan growth stimulant berdasarkan uji beda nyata terkecil

pada taraf nyata 0.05 (uji selang berganda Duncan).

28.3a

32.9a

20.9b

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0 1.6 2.5

Per

tam

bah

an p

anja

ng k

uncu

p

(cm

)

Growth stimulant (%)

Page 19: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

9

Respons PPK yang lebih tinggi pada perlakuan interaksi KIGSI diduga karena

kombinasi tersebut mampu mengikat dan menyediakan air dan hara yang cukup

untuk mendukung pertumbuhan rasamala. Samekto (2006) menyatakan bahwa

kompos mampu mengurangi kepadatan tanah sehingga memudahkan

perkembangan akar dan kemampuannya dalam penyerapan hara. Pernyataan ini

didukung juga oleh Purnomo et al. (1992), bahwasanya penambahan pupuk organik

ke dalam tanah tidak hanya terletak pada kadar unsur haranya saja tetapi juga

mempunyai peranan lain ialah memperbaiki keadaan struktur, aerasi, kapasitas

menahan air tanah, memengaruhi atau mengatur keadaan temperatur tanah, serta

menyediakan suatu zat hasil perombakan yang dapat membantu pertumbuhan

tanaman. Selain itu, dalam menunjang pertumbuhan PPK, GS menyediakan

hormon atau elemen organik yang merangsang pertumbuhan akar dan

mikroorganisme sehingga berdampak pada pertumbuhan tanaman. Dengan

demikian, kondisi curah hujan yang sangat fluktuatif (Gambar 2) pada lokasi

penelitian mampu dikendalikan oleh perlakuan K1GS1 dengan cara menjaga

ketersediaan air dan hara bagi tanaman.

Tabel 4 Pengaruh interaksi pemberian kompos dan growth stimulant terhadap rata-

rata respons pertambahan panjang kuncup (PPK) selama 2 bulan

Interaksi pemberian kompos dan

growth stimulanta

Rata-rata respons pertambahan

panjang kuncup (cm)b

Standar

deviasi (cm)

K0GS1 38.9a ± 2.9

K1GS1 35.4ab ± 2.9

K2GS0 35.3ab ± 2.9

K1GS0 27.2bc ± 2.9

K0GS2 24.7c ± 2.9

K2GS1 24.6c ± 2.9

K0GS0 22.5c ± 2.9

K2GS2 19.8c ± 2.9

K1GS2 18.4c ± 2.9 aKode perlakuan; K0: kompos 0 kg, K1: kompos 1 kg, K2: kompos 2 kg, GS0: growth stimulant

0%, GS1: growth stimulant 1.6%, GS2: growth stimulant 2.5%. bAngka-angka pada kolom yang

sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 (uji selang berganda

Duncan).

Gambar 3 Curah hujan harian di lokasi penelitian

0

20

40

60

80

16

Mei

19

Mei

22

Mei

25

Mei

28

Mei

31

Mei

3 J

un

i

6 J

un

i

9 J

un

i

12

Ju

ni

15

Ju

ni

18

Ju

ni

21

Ju

ni

24

Ju

ni

27

Ju

ni

30 J

uni

3 J

uli

6 J

uli

9 J

uli

12 J

uli

15

Ju

liCu

rah

hu

jan

per

har

i

(mm

/har

i)

Waktu pengamatan

Page 20: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

10

Selain itu, menurut Heddy (1986) sitokinin yang diproduksi pada ujung akar

dapat memacu pertumbuhan pucuk. Dengan demikian, respons PPK merupakan

akibat dari pemotongan akar sehingga mengaktifkan fungsi akar dalam

memproduksi sitokinin.

Jumlah Tunas Baru (JTB)

Jumlah tunas baru (JTB) merupakan tunas (lateral buds) yang muncul akibat

terpenuhinya kebutuhan air dan hara. Tumbuhnya tunas merupakan indikator

bahwa fungsi akar sedang aktif. Keberadaan tunas baru bukan suatu kondisi yang

negatif bagi pertumbuhan tanaman, namun jika pertumbuhan JTB progresif, maka

akan menyebabkan terjadinya dominansi apikal sehingga dapat mengalahkan

kebutuhan air dan hara bagi pertumbuhan kuncup (shoot apical).

Hasil Uji Duncan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan K2GS1 dan

K1GS0 memberikan respons JTB yang paling tinggi di antara semua perlakuan.

Kedua perlakuan tersebut memberikan respons yang sama pada JTB yaitu sebesar

12 tunas baru. Namun demikian, perlakuan K2GS1 dan K1GS0 bukan perlakuan

yang diharapkan pada penelitian. Pertumbuhan JTB yang relatif tinggi pada kedua

perlakuan tersebut memiliki potensi untuk tumbuh lebih progresif dan menekan

pertumbuhan kuncup (shoot apical) sehingga berpeluang terjadinya dominansi

apikal.

Perlakuan K0GS1, K2GS0, dan K0GS2 secara berurutan memberikan

respons JTB yang paling kecil (rata-rata JTB sebesar 5 tunas) di antara semua

perlakuan. Ketiga perlakuan ini berpotensi untuk digunakan sebagai perlakuan

untuk memperbaiki pertumbuhan rasamala yang mengalami stagnasi. Di sisi lain,

ketiga perlakuan tersebut tidak dapat didefinisikan sebagai perlakuan interaksi

karena ketiga perlakuan tersebut berinteraksi dengan perlakuan kontrol (pemberian

K0 (kompos 0 kg) dan pemberian GS0 (growth stimulant 0%). Dengan demikian,

Tabel 5 Pengaruh interaksi pemberian kompos dan growth stimulant terhadap rata-

rata respons jumlah tunas baru (JTB) selama 2 bulan

Interaksi pemberian kompos dan

growth stimulanta

Rata-rata respons

jumlah tunas barub

Standar deviasi

K2GS1 12a ± 1.3

K1GS0 12a ± 1.3

K0GS0 7b ± 1.3

K1GS1 6b ± 1.3

K1GS2 6b ± 1.3

K2GS2 6b ± 1.3

K0GS2 5b ± 1.3

K2GS0 5b ± 1.3

K0GS1 5b ± 1.3 aKode perlakuan; K0: kompos 0 kg, K1: kompos 1 kg, K2: kompos 2 kg, GS0: growth stimulant

0%, GS1: growth stimulant 1.6%, GS2: growth stimulant 2.5%. bAngka-angka pada kolom yang

sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 (uji selang

berganda Duncan).

Page 21: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

11

ketiga perlakuan tersebut tidak dapat digunakan sebagai perlakuan interaksi serta

tidak dapat dijadikan opsi perlakuan untuk diterapkan dalam memperbaiki

pertumbuhan rasamala.

Hasil uji beda Duncan menunjukkan bahwa perlakuan K1GS1 tidak berbeda

dengan K1GS2 dan K2GS2. Namun demikian, perlakuan K1GS1 merupakan

perlakuan yang lebih baik di antara perlakuan K1GS2 dan K2GS2. Hal ini karena

perlakuan K1GS1 lebih efisien dibandingkan kedua perlakuan tersebut dalam hal

komposisi penggunaan bahan (faktor kompos dan growth stimulant). Analisis ini

didukung oleh hasil Korelasi Pearson antara PPK dan JTB pada perlakuan K1GS1

dengan nilai -0.84. Menurut Misbahuddin dan Hasan (2013), nilai korelasi 0.84

termasuk ke dalam kriteria hubungan tinggi atau kuat (0.70 < KK < 0.9). Hubungan

negatif antara PPK dan JTB pada perlakuan K1GS1 memberikan informasi bahwa

peningkatan PPK secara linier akan mengakibatkan penurunan JTB. Selain itu, nilai

tersebut secara tersirat menginformasikan bahwa potensi terjadinya dominansi

apikal pada perlakuan K1GS1 sangat kecil. Berdasarkan hal tersebut, perlakuan

K1GS1 merupakan perlakuan yang paling baik diantara perlakuan lainnya terhadap

respons pertumbuhan JTB.

Jumlah Akar Baru (JAB)

Jumlah akar baru (JAB) merupakan jumlah total akar baru yang terbentuk

pada titik terpotongnya akar pada pelaksanaan LRM. Akar baru akan mendorong

terbentuknya sistem perakaran yang lebih luas sehingga akan berdampak terhadap

daya dukung pertumbuhan tanaman. Fungsi utama dari sistem perakaran tersebut

untuk memperoleh hara (makro dan mikro) dan air dari tanah serta untuk berjangkar

(Osmont et al. 2007). Selain itu, dengan meningkatnya jumlah akar maka secara

simultan akan meningkatkan jumlah rambut akar. Menurut Delgado (2009), luas

permukaan rambut akar pada tanaman sangat meningkatkan total permukaan akar

yang berfungsi untuk penyerapan air dan hara.

Gambar 4 Rata-rata respons jumlah akar baru (JAB) pada perlakuan

kombinasi pemberian kompos dan growth stimulant (GS)

selama 2 bulan. Garis vertikal menunjukkan standar deviasi.

3

5

33

4 4

6

4

3

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Kompos 0 kg (K0) Kompos 1 kg (K1) Kompos 2 kg (K2)

Jum

lah a

kar

bar

u

GS 0% (GS0) GS 1.6% (GS1) GS 2.5% (GS2)

Page 22: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

12

Uji Anova menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pemberian kompos dan

growth stimulant (GS) tidak berpengaruh nyata terhadap respons JAB meskipun

analisis deskriptif menunjukkan perbedaan respons nilai rata-rata JAB. Respons

rata-rata JAB yang tidak signifikan pada Gambar 4 dapat dilihat dari keadaan

standar deviasi yang besar pada semua kombinasi perlakuan. Standar deviasi yang

demikian menimbulkan terjadinya overlap antar standar deviasi sehingga rata-rata

JAB pada setiap perlakuan tidak saling bebas. Standar deviasi yang besar

disebabkan oleh besarnya penyimpangan standar deviasi dari nilai rata-ratanya

(Riduwan 2011). Sederhananya, standar deviasi yang besar ditimbulkan oleh

sebaran data yang besar atau data tersebar jauh dari nilai rata-rata JAB.

Berdasarkan karakteristik jenis, pengaruh respons JAB yang tidak signifikan

diduga karena rasamala merupakan jenis tanaman slow growing sehingga jangka

waktu pengamatan yang hanya dua bulan tidak cukup untuk melihat signifikansi

antara kombinasi perlakuan yang diterapkan terhadap pertumbuhan JAB. Jenis

tanaman slow growing pada umumnya memiliki kerapatan kayu yang tinggi,

berumur panjang, rasio tajuk akar rendah dan selalu hijau sepanjang tahun

(evergreen species) (Turner 2001 dalam Ouédraogo et al. 2013; Salvador et al.

2014; Poorter dan Bongers 2006; Ouédraogo et al. 2013).

Respons JAB yang tidak signifikan tersebut memberikan informasi bahwa

semua perlakuan memberikan respons yang relatif sama dengan perlakuan kontrol

(K0GS0). Kondisi ini juga dapat didefinisikan bahwa kombinasi-kombinasi

perlakuan yang dilakukan tidak memberikan arti penting kepada JAB, sehingga

meskipun ada atau tidak ada dilakukannya penerapan perlakuan, hal ini tidak

berpengaruh terhadap respons pertumbuhan JAB. Oleh karena itu, secara praktis

perlakuan kontrol (K0GS0) dapat diasumsikan sebagai perlakuan yang efektif

dibandingkan dengan perlakuan-perlakuan lainnya.

Dilain sisi, penarikan premis-premis untuk mengasumsikan bahwa perlakuan

kontrol (K0GS0) adalah perlakuan yang efektif terhadap respons pertumbuhan JAB

tidak sesederhana itu karena perlu mempertimbangkan hal lain yang berhubungan

dengan hal tersebut. Signifikansi yang tidak terjadi pada respons JAB tidak serta-

merta dapat mengabaikan semua perlakuan yang telah diujikan. Sebagaimana yang

telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sebaran data dan karakteristik jenis menjadi

faktor pembatas untuk menunjukkan signifikansi pada respons pertumbuhan JAB.

Dengan demikian, menghubungkan dan menginterpretasikan respons JAB yang

ditunjukkan oleh setiap kombinasi perlakuan merupakan analisis yang

komprehensif untuk menyimpulkan perlakuan yang lebih bermakna terhadap

respons JAB.

Respons JAB pada Gambar 3 menunjukkan kombinasi perlakuan K0GS2

memberikan respons JAB relatif tinggi (sebesar 6 akar baru) dari perlakuan lain

meskipun tidak signifikan berdasar uji Anova. Namun, pada pembahasan PPK dan

JTB, perlakuan K0GS2 telah diabaikan karena tidak memberikan respons yang

diharapkan bagi pertumbuhan PPK dan JTB. Kondisi ini secara simultan juga akan

mengabaikan perlakuan K0GS2 terhadap respons JAB.

Perlakuan K1GS0 memberikan respons JAB sebesar 5 akar baru. Respons

JAB pada perlakuan ini menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan

perlakuan K0GS2 dan sekaligus memberikan nilai respons yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut, perlakuan

K1GS0 telah diabaikan karena tidak memberikan respons yang diharapkan bagi

Page 23: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

13

pertumbuhan PPK dan JTB. Akibatnya, perlakuan K1GS0 akan diabaikan sebagai

perlakuan yang diharapkan terhadap respons JAB meskipun secara analisis

deskriptif memberikan respons yang lebih tinggi dibandingkan beberapa kombinasi

perlakuan yang lain.

Perlakuan K1GS1, K1GS2, dan K2GS1 memberikan respons JAB yang sama

yakni sebesar 4 akar baru. Perlakuan K1GS1 merupakan perlakuan yang lebih baik

di antara ketiga perlakuan karena lebih efisien dalam penggunaan bahan (faktor

kompos dan growth stimulant) untuk mendapatkan hasil yang sama. Korelasi

Pearson respons JAB dan PPK pada perlakuan K1GS1 adalah sebesar -0.99.

Menurut Misbahuddin dan Hasan (2013), nilai korelasi sebesar 0.99 memiliki

kekuatan hubungan sangat kuat dan dapat diandalkan (0.90 < KK < 1.00). Tanda

minus/negatif yang mengikuti angka menunjukkan pola hubungan antara JAB dan

PPK adalah berlawanan. Selain itu, Korelasi Pearson JAB dan JTB pada perlakuan

K1GS1 adalah sebesar 0.91 (sangat kuat dan dapat diandalkan). Nilai korelasi yang

bernilai positif mengindikasikan pola hubungan JAB dan JTB adalah searah.

Dengan demikian, peningkatan JAB akan menyebabkan penurunan terhadap PPK

dan terjadinya peningkatan terhadap JTB, dan sebaliknya.

Uji korelasi yang dilakukan pada perlakuan K1GS1 mengindikasikan adanya

koherensi antara respons JAB dengan respons PPK dan JTB. Hubungan yang

koheren ini memberikan peluang perlakuan K1GS1 untuk menunjukkan

signifikansi dibandingkan dengan faktor yang lain jika dilakukan penambahan

terhadap waktu pengamatan. Sehingga secara keseluruhan, perlakuan K1GS1

merupakan perlakuan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain

terhadap pertumbuhan JAB.

Panjang Akar Baru (PAB)

Panjang akar baru (PAB) merupakan rata-rata panjang akar baru yang tumbuh

pada titik terpotongnya akar lateral utama. Panjang akar akan berdampak kepada

peningkatan jumlah rambut akar serta bertambah luasnya bidang permukaan akar

untuk mendapatkan air dan hara dari dalam larutan tanah. Pertambahan panjang

akar merupakan indikasi aktifnya sistem apikal meristem akar (root meristem

apical). Pemotongan akar pada umumnya dapat merangsang percabangan akar

(akar lateral), dan akar lateral memiliki rambut akar yang tumbuh dalam jumlah

yang banyak sehingga dapat meningkatkan luas permukaan untuk penyerapan air

dan mineral pada tanah (Kartika 1997; Campbell et al. 2003).

Uji Anova menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pemberian kompos dan

growth stimulant (GS) tidak berpengaruh nyata terhadap respons PAB meskipun

analisis deskriptif menunjukkan perbedaan respons rata-rata pertumbuhan PAB.

Sama halnya dengan respons JAB yang tidak signifikan, respons rata-rata

pertumbuhan PAB yang tidak signifikan pada Gambar 5 juga dapat dilihat dari

keadaan standar deviasi yang besar pada semua kombinasi perlakuan. Nilai sebaran

data yang luas dan karakteristik jenis merupakan akibat tidak terjadinya signifikansi

terhadap respons PAB

Perlakuan K1GS1 pada Gambar 5 merupakan perlakuan yang memberikan

respons pertumbuhan PAB yang relatif lebih tinggi dari perlakuan yang lainnya

meskipun berdasarkan uji Anova respons PAB tidak berpengaruh secara signifikan.

Page 24: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

14

Berkaitan dengan analisis-analisis yang telah dilakukan pada parameter lainnya

(PPK, JTB, dan JAB), respons pertumbuhan PAB juga menunjukkan

kecenderungan pada perlakuan K1GS1 dalam memberikan respons yang

diharapkan bagi pertumbuhan PAB. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa perlakuan

K1GS1 memberikan respons yang relatif tinggi dibandingkan dengan perlakuan

lain. Sejalan dengan itu, Uji korelasi respons PAB dengan PPK, JTB, dan JAB pada

perlakuan K1GS1 secara berturut adalah 0.78, -0.99, dan -0.87. Nilai tersebut

memiliki makna bahwa hubungan antara parameter-parameter pada umumnya

memiliki korelasi yang kuat. Nilai korelasi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa

kenaikan PAB secara simultan akan menyebabkan terjadinya peningkatan PPK dan

penurunan terhadap JTB dan JAB.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, semua parameter memiliki

hubungan yang sinkron untuk menunjukkan respons terhadap pertumbuhan

rasamala. Dengan demikian, perlakuan K1GS1 merupakan perlakuan yang lebih

baik di antara semua perlakuan untuk memperoleh pertumbuhan yang lebih baik

bagi tanaman rasamala.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:

1. Teknik LRM dapat memperbaiki pertumbuhan rasamala yang mengalami

stagnasi dengan kombinasi perlakuan pemberian kompos dan growth stimulant

(GS).

Gambar 5 Rata-rata respons panjang akar baru (PAB) pada perlakuan

kombinasi pemberian kompos dan growth stimulant (GS)

selama 2 bulan. Garis vertikal menunjukkan standar deviasi.

2.4

4.9

3.73.8

6.5

1.5

2.73.3

4.4

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Kompos 0 kg (K0) Kompos 1 kg (K1) Kompos 2 kg (K2)

Pan

jang a

kar

bar

u (

cm)

GS 0% (GS0) GS 1.6% (GS1) GS 2.5% (GS2)

Page 25: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

15

2. Kombinasi perlakuan pemberian kompos dan growth stimulant (GS)

berpengaruh pada pertambahan panjang kuncup dan jumlah tunas baru;

3. Pertambahan panjang kuncup (PPK) memberikan respons paling tinggi (nilai

PPK sebesar 35.4 cm) pada perlakuan interaksi kompos 1 kg (K1) + growth

stimulant 1.6% (GS1);

4. Jumlah tunas baru (JTB) memberikan respons yang paling baik (nilai JTB

sebesar 6 tunas) pada perlakuan interaksi kompos 1 kg (K1) + growth stimulant

1.6% (GS1);

5. Jumlah akar baru (JAB) dan panjang akar baru (PAB) memberikan respons yang

relatif lebih baik pada kombinasi perlakuan kompos 1 kg (K1) dan growth

stimulant 1.6% (GS1).

Saran

Saran yang dapat diberikan diantaranya:

1. PTCSD dapat melakukan kegiatan perbaikan tanaman stagnasi menggunakan

teknik LRM dengan pemberian kompos 1 kg dan growth stimulant 1.6%.

2. Perlunya penelitian lanjutan penerapan kompos 1 kg dan growth stimulant 1.6%

dengan jenis berbeda di areal pasca tambang PTCSD.

3. Perlunya penelitian lanjutan berkenaan dengan pengaruh curah hujan terhadap

penerapan LRM di areal pasca tambang.

4. Perlunya penambahan waktu pengamatan lebih dari 2 bulan untuk melihat

respons pertumbuhan akar rasamala (jenis tanaman slow growing).

DAFTAR PUSTAKA

Althouse AD, Soman P. 2017. Understanding the true significance of a P value. J

Nucl Cardiol. 24(1):191-194.doi:10.1007/s12350-016-0605-1.

Bunganagara B. 2011. Perbaikan pertumbuhan tanaman damar (Agathis

lorantiofolia Salisb.) dengan teknik LRM (Lateral Root Manipulation) di Hutan

Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Campbell NA, Reece JB, Mitchel LG. 2003. Biologi. Edisi kelima. Jilid 2. Manalu

W, penerjemah; Safitri A, Simarmata L, Hardani HW, editor. Jakarta (ID):

Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Biology, Fifth Edition. hlm 291-315.

Delgado ANH. 2009. Regulation of lateral root development [tesis]. Praha (CZ):

Charles University in Prague.

Goldsworthy PR, Fisher NM. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Tohari,

penerjemah; Soedharoedjian, editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University

Pr. Terjemahan dari: The Physiology of Tropical Field Crops.

Heddy S. 1986. Hormon Tumbuhan. Jakarta (ID): Penerbit Rajawali.

Hines WW, Montgomery DC. 1989. Probabilita dan Statistik Ilmu Rekayasa dan

Manajemen. Rudiansyah, penerjemah; Kurniatin D, editor. Jakarta (ID): UI

Page 26: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

16

Press. Terjemahan dari: Probability and Statistics in Engineering and

Management Science.

Iskandar MFS. 2015. Manipulasi pengapuran dan pemupukan untuk perbaikan

pertumbuhan Acacia mangium Willd. Dalam teknik LRM (Lateral Root

Manipulation) di PT Jorong Barutama Greston [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Kartika NH. 1997. Pengaruh pemotongan akar dan sifat fisik media tanam terhadap

pertumbuhan stek panili (Vanilla planifolia Andrews) [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Lestari DC. 2011. Perbaikan pertumbuhan tanaman rasamala (Altingia excelsa

Noronhae) dengan teknik lateral root manipulation (LRM) di Hutan Pendidikan

Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Lestari P. 2012. Perbaikan pertumbuhan tanaman pinus (Pinus merkusii Jungh. Et

de Vriese) dengan teknik lateral root manipulation (LRM) di lahan

pascatambang pasir kuarsa PT Holcim Tbk, Cibadak, Kabupaten Sukabumi

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS

dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press.

Misbahuddin, Hasan I. 2013. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Edisi

Kedua. Jakarta (ID): Penerbit Bumi Aksara.

Nogués S, Aljazairi S, Arias C, Sánchez E, Aranjuelo I. 2014. Two distinct plant

respiratory physiotypes might exist which correspond to fast-growing and slow-

growing species. Journal of Plant Physiology. 171(13):1157-

1163.doi:10.1016/j.jplph.2014.03.006.

Osmont KS, Sibout R, Hardtke S. 2007. Hidden branches: developments in root

system architecture. Annu. Rev. Plant Biol. 58:93-

113.doi:10.1146/annurev.arplant.58.032806.104006.

Ouédraogo DY, Mortier F, Gourlet-Fleury S, Freycon V, Picard N. Slow-growing

species cope best with drought: evidence from long-term measurements in a

tropical semi-decidous moist forest of Central Africa. Journal of Ecology.

101(6):1459-1470.doi:10.1111/1365-2745.12165.

Pangestu A. 2015. Respon pertumbuhan Acacia mangium Willd. dengan teknik

lateral root manipulation (LRM) di lahan tambang PT Jorong Barutama Greston

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Permen ESDM] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik

Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik

Indonesia Nomor: 07 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan

Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Jakarta (ID): Permen ESDM.

[Permenhut] Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia. 2009. Peraturan

Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.60/Menhut-II/2009 tentang

Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan. Jakarta (ID): Permenhut.

Poorter L, Bongers F. 2006. Leaf traits are good predictors of plant performance

across 53 rain forest species. Ecology. 87(7):1733-1743.doi:10.1890/0012-

9658(2006)87[1733:LTAGPO]2.0.CO;2.

[PTCSD] PT Cibaliung Sumberdaya. 2014. Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan PT Cibaliung Sumberdaya. Pandeglang (ID): PTCSD.

Page 27: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

17

[PTCSD] PT Cibaliung Sumberdaya. 2015. Laporan Realisasi Reklamasi Tahun

2015 PT Cibaliung Sumberdaya. Pandeglang (ID): PTCSD.

Purnomo J, Mulyadi, Amin I, Suhardjo H. 1992. Pengaruh berbagai bahan hijau

tanaman kacang-kacangan terhadap tanah dan agroklimat. Jurnal Tanah dan

Agroklimat. 8:61-65.

Riduwan. 2011. Dasar-Dasar Statistika. Bandung (ID): Penerbit Alfabeta.

Samekto R. 2006. Kompos. Klaten (ID): PT Intan Sejati.

Setiadi Y. 2009. Reclamation & Forest Land Rehabilitation After Mining and Oil/

Gas Operation. Bogor (ID): Green Earth Trainer.

Setiadi Y. 2013. Post Mining Restoration Notes: Pembenahan Lahan Pasca

Tambang. (tidak dipublikasikan).

[UURI] Undang-Undang Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta ((ID): UURI.

Page 28: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

18

Lampiran 1 Data hasil analisis tanah pada lokasi penelitiana

No Parameter Satuan Hasil

1 B.D (Bulk Density) g/cc 1.25

2 P.D (Partikel Density) g/cc 2.56

3 Ruang Pori Total % vol. 51.20

4 Kadar Air-pF 1 % vol. 50.00

5 Kadar Air-pF 2 % vol. 42.60

6 Kadar Air-pF 2.54 % vol. 37.20

7 Kadar Air-pF 4.2 % vol. 25.50

8 Pori Drainase - Cepat % vol. 8.60

9 Pori Drainase - Lambat % vol. 5.40

10 Air tersedia % vol. 11.70

11 Permeabilitas cm/jam 0.63

12 pH (H2O) - 4.98

13 pH - KCl - 4.48

14 C Organik % 0.72

15 Nitrogen Total (Sebagai N) % 0.08

16 P2O5 (HCl 25%) mg/100 g 5.00

17 K2O (HCl 25%) mg/100 g 6.00

18 P tersedia (P2O5/Bray) mg/kg 20.20

19 Susunan kation - Ca me/100 g 4.27

20 Susunan kation - Mg me/100 g 3.22

21 Susunan kation - K me/100 g 0.20

22 Susunan Kation - Na me/100 g 0.05

23 KTK me/100 g 17.80

24 Kemasaman (Al - Tukar) me/100 g 3.12

25 Kemasaman (H- Tukar) me/100 g 0.92

26 Tekstur - Pasir % 19.00

27 Tekstur - Debu % 45.00

28 Tekstur - Liat % 36.00

aSumber: PTCSD (2015).

Page 29: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

19

Lampiran 2 Standar kondisi lahan bermasalaha

Soil parameter Level problem Effect on plant growth

pH <4 Toxic Al & Fe, fixing

phosphate

Compaction Silt and clay >70% Stagnant, less root

development

Al >3 me/100g Root curling, plant

stagnant, dying

Fe 12000 ppm Root spongi, stagnant

CEC < 8 me/100g Stagnant

BS (KB) < 20% Slow growth

Ca and Mg Ca<Mg Stagnant

Sandy Sand >80% Stagnant

Hydrocarbon > 2-3% Drying, severe stagnant aSumber: Setiadi (2013).

Page 30: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

20

Lampiran 3 Koordinat pohon penelitian

No Kode

Perlakuan

X

(East)

Y

(South)

No Kode

Perlakuan

X

(East)

Y

(South)

1 K0B01 0569132 9254303 24 K1B14 0569095 9254483

2 K0B02 0569100 9254498 25 K1B15 0569147 9254324

3 K0B03 0596134 9254301 26 K1B21 0569145 9254304

4 K0B04 0569149 9254303 27 K1B22 0569145 9254341

5 K0B05 0569148 9254330 28 K1B23 0569140 9254342

6 K0B11 0569092 9254500 29 K1B24 0569100 9254496

7 K0B12 0569144 9254300 30 K1B25 0569149 9254306

8 K0B13 0569093 9254482 31 K2B01 0569136 9254295

9 K0B14 0569138 9254294 32 K2B02 0569163 9254341

10 K0B15 0569145 9254343 33 K2B03 0569144 9254295

11 K0B21 0569167 9254340 34 K2B04 0569149 9254301

12 K0B22 0569098 9254485 35 K2B05 0569095 9254482

13 K0B23 0569100 9254483 36 K2B11 0569098 9254484

14 K0B24 0569153 9254329 37 K2B12 0569144 9254341

15 K0B25 0569094 9254487 38 K2B13 0569151 9254331

16 K1B01 0569097 9254506 39 K2B14 0569101 9254494

17 K1B02 0569137 9254297 40 K2B15 0569101 9254495

18 K1B03 0569101 9254496 41 K2B21 0569098 9254501

19 K1B04 0569149 9254297 42 K2B22 0569143 9254291

20 K1B05 0569099 9254493 43 K2B23 0569165 9254350

21 K1B11 0569146 9254332 44 K2B24 0569153 9254327

22 K1B12 0569159 9254347 45 K2B25 0569137 9254294

23 K1B13 0569143 9254334

Lampiran 4 Interval nilai koefisien korelasi (KK) dan kekuatan hubungana

No Interval nilai Kekuatan hubungan

1 KK = 0.00 Tidak ada korelasi

2 0.00 < KK < 0.20 Sangat rendah atau lemah sekali

3 0.20 < KK < 0.40 Rendah atau lemah, tapi pasti

4 0.40 < KK < 0.70 Cukup berarti atau sedang

5 0.70 < KK < 0.90 Tinggi atau kuat

6 0.90 < KK < 1.00 Sangat tinggi atau sangat kuat, dapat diandalkan

7 KK = 1.00 Korelasi sempurna aSumber: Misbahuddin dan Hasan (2013).

Page 31: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

21

Lampiran 5 Dokumentasi pelaksanaan lateral root manipulation (LRM)

a. membersihkan areal piringan dari tanaman pengganggu, b.

membuat lubang galian dan memutuskan semua akar lateral

yang muncul, c. memberikan bahan-bahan perlakuan

(kompos dan growth stimulant) serta NPK, d. menutup

kembali lubang dengan tanah semula.

a b

c d

Page 32: NIKO KAMAL - repository.ipb.ac.id · Seiring dengan hal tersebut, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan, PTCSD telah melakukan kegiatan reklamasi sejak tahun

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Paguh Duku pada tanggal 11 April 1994 dari ayah

Kamal Apsal dan ibu Mustana Yeti. Penulis adalah putra pertama dari tiga

bersaudara. Penulis memulai jenjang pendidikan dari SDN 10 Nan Sabaris pada

tahun 2000-2006 dan melanjutkan pendidikan ke SMPN 3 Pariaman pada tahun

2006-2009. Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pariaman dan pada tahun

yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

SNMPTN Undangan dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Silvikultur

pada tahun ajaran 2015/2016 dan 2016/2017 dan asisten praktikum Pemantauan

Kesehatan Hutan tahun ajaran 2016/2017. Penulis juga mengikuti kegiatan Praktik

Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang Timur dan Telaga Bodas pada

tahun 2014, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat

(HPGW) pada tahun 2015, dan Praktik Kerja Profesi (PKP) di PT Cibaliung

Sumberdaya pada tahun 2016. Selain mengikuti kegiatan akademik, penulis juga

aktif di beberapa organisasi seperti UKM Karate IPB, Ikatan Pelajar dan Mahasiswa

Minang (IPMM), dan Himpunan Mahasiswa Pariaman dan Sekitarnya (Himaparis).