Newsletter LKM Edisi Maret 2015

1
Berkelana dalam Dunia Semesta (Resensi) A nna, seorang gadis pemikir yang beranjak berusia 16 tahun membayangkan bumi yang semakin terancam oleh ulah manusia. Ketakutannya nyatanya bukanlah sebuah penyakit atau phobia berlebih yang sempat dikhawatirkan Ibunya. Dokter Benjamin mengetahuinya sejak pertama kali memeriksa Anna. Pikirannya tak sakit. Ketakutan itu nyata. Bagi Dokter Benjamin, pemikiran dan mimpi Anna adalah sebuah lompatan magis antara dimensi ruang dan waktu yang mencoba menyadarkan bahwa Lingkungan Bumi sedang terancam. Novel ini mengangkat isu lingkungan dalam drama kehidupan seorang Anna sebelum hari ulang tahun yang ke-16 nya tersebut. Cincin batu merah asal Persia, sebagai tanda hadiah ulang tahun nya diberikan secara turun-temurun. Benda ini adalah bagian dari warisan keluarga Anna. Kaitan antara cincin batu dan kekhawatiranya terhadap lingkungan menjadi amat erat saat Anna mulai bermimpi sebagai Nova. Ialah seorang cicit masa depan Anna yang nantinya juga menggunakan cincin tersebut. Dalam karakter Nova, ketakutan benar-benar menjadi nyata. Tepatnya generasi sesudah Anna yang sedikit banyak merasakan kerusakan Bumi yang begitu parah. Masih di Norwegia dimana kadar CO2 sudah tak terkendali, terjadi penu- runan suhu, perubahan iklim, kelangkaan energi, hingga punahnya spesies bumi selain manusia. Semua tokoh dalam novel ini diajak berpikir hingga memancing pembaca untuk ikut berpikir masalah isu lingkungan atau yang sekarang marak disebut Global Warming. Alur yang dipakai dalam novel adalah alur campuran dimana penulis memecahn- ya kedalam dua dimensi waktu yang berbeda. Setiap bab dalam novel ini men- yajikan frame dan setting cerita yang berselang antara kehidupan Anna di masa ini dengan kehidupan Nova (dalam mimpi) yang berlatar waktu tahun 2082. Se- mentara, kejadian dalam mimpi terasa amat nyata dan meyakinkan Anna bahwa saat itu dirinya adalah Olla (panggilan nenek buyut) yang ternyata ia temui saat sedang menjadi Nova. Batu cincin itu seolah mengabulkan permohonan Nova agar bisa mengembalikan keadaan bumi sediakala. Tepat saat itu, Anna terbangun dari mimpinya dan kembali menjadi Anna. Darisini ia mulai menya- dari bahwa ialah yang bertanggung jawab dalam kerusakan di bumi pada generasi sesudahnya. Batu cincin itu telah mengabul- kan permohonanya untuk kembali ke masa Bumi masih Hijau. Sementara Jonas, kekasih Anna dalam kehidupan nyatanya berupaya membantu Anna dalam mengatasi dilemanya mengha- dapi ketakutan kerusakan tersebut. Dialog mengenai rancangan pergerakan dan komunitas lingkungan yang hendak mereka bentuk terjadi secara intens. Begitupula sampai pada puncaknya Jonas memaparkan idenya tentang mesin otomat pengingat pu- nahnya seekor spesies lewat sebuah tulisan esainya. Semua hal yang terjadi di kehidupan nyata dirasa Anna telah ter- jadi sebelumnya dalam mimpi sebagai Nova, dan itu semua persis terjadi. Selain konflik masalah ketakutan personal Anna terkait Bumi, Dokter Benjamin juga telah mencampuri pikiranya dengan sebuah ketakutan akan penyanderaan Ester. Ialah anak Dokter Benjamin. Jostein Gaarder setidakn- ya telah membawa pembaca untuk menghubungkan satu konflik ke konflik lainya. Pada dasarnya, pemikiran filsafat tidak diuraikan secara dalam layaknya novel Jostein Gaarder sebelumnya yang berjudul “Dunia Sophie.” Pemahaman lebih tertuang secara konkrit dalam bayangan langsung tokoh dan pemikiranya. Seh- ingga, teori filsafat tidak terlalu dititikberatkan dalam cerita di novel ini. Hasrat Jostein sebagai salah seorang pegiat lingkungan amat ketara dalam novel ini. Ia begitu menggambarkan dan selayaknya seorang aktivis lingkungan menyerukan suara ini lewat tulisanya. Namun demikian, permainan kata terhadap alam dan semesta membawa pem- baca untuk sedikit berpikir dan merenung. Dengan Bahasa yang masih dipa- hami, Jostein Gaarder mengulas hal terkait pemikiran “Resiprositas” yang perlu dipertimbangkan oleh antar manusia. Inilah sebuah pemahaman bahwa dalam memperlakukan seseorang haruslah sama sebagaimana kita ingin diperlakukan. Tentunya harapan Jostein Gaarder terletak pada Resiprositas vertikal, dimana hubungan dan perlakuan tersebut tak hanya untuk manusia saat ini, tapi juga un- tuk generasi yang akan datang. Secara keseluruhan, novel ini asik dibaca untuk manusia yang mencoba mencari arti kehidupan untuk semua makhluk hidup di bumi saat ini. Judul Novel : Dunia Anna Penulis : Jostein Gaarder Penerbit : PT. Mizan Pustaka Tahun Terbit : 2012 Tebal : 244 Halaman Oleh: Annisa Dewanti Putri P emuda, sebutan itu sangatlah bermakna pada za- man dahulu di Indonesia. Pemuda dengan seman- gat juang dan patriotisme yang tinggi. Membela bangsa dan negara. Berjuang untuk memperoleh pen- didikan setinggi-tingginya walau susah payah dibawah kolonialisme yang terjadi saat itu. Menjadi orang yang berilmu dan memperjuangkan keadilan. Merekalah pahlawan. Pahlawan yang melawan kolonial dengan tak-tik yang merupakan buah pemikiran, bukan meng- gunakan otot dan anarkisme. //Bangun pemudi pemuda Indonesia// Lengan bajumu singsingkan// untuk negara// masa yang akan datang kewajibanmulah// menjadi tanggunganmu terhadap nusa// Lagu yang berjudul "Bangun Pemudi Pemuda" karya Alfred Simanjuntak ini menggambarkan bahwa pemuda Indonesia adalah harapan bangsa yang wajib menggantikan para pemimpin terdahulu dan meneruskan cita-cita juga tujuan bangsa. Inilah peran pemuda. Seperti yang kita lihat pemuda bermacam- macam di masa kini. Ada yang terpelajar dan ada yang tidak terpelajar. Pemuda terpelajar ada yang berjiwa patriotisme tinggi ada pula yang tak peduli. Pemuda yang memiliki jiwa nasionalis dan patriot- isme di kalangan pemuda terpelajar terbagi dua. Mereka yang benar-benar mengabdi pada negara dengan kegiatan yang bermanfaat dan meneruskan cita-cita pahlawan dan mereka yang berdemo. Bait kedua lagu "Bangun Pemudi Pemuda" karya Alfred Simanjuntak yang berbunyi //Sudi tetap beru- saha jujur dan ikhlas// Tak usah banyak bicara trus kerja keras// Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih// Berting- kah laku halus hai putra negri// bertolak belakang denga fenomena pemuda yang identik dengan berdemo, mereka terpelajar tetapi cara-cara yang anarkis yang mereka lakukan tidak sesuai dengan harapan para pahlawan kita. Mereka pun tidak mereka sadari sebenarnya cara mereka mambuat kacamata masyarakat terhadap pemud menjadi negatif. Pemuda yang tidak peduli di kalangan pemuda terpelajar pun ada. Mereka tidak mementingkan bangsa ini dan jasa-jasa para pahlwan. Tidak ada rasa ingin tahu ten- tang pahlawan. Mereka bisa mengkritik keadaan indonesia tapi tidak berbuat apa-apa. Mereka lebih mementingkan masa muda mereka yang menyenangkan, hanya kongkow- kongkow tak jelas yang tidak mengarah ke arah diskusi. Fenomena pemuda masa kini. Apa lagi pemuda yang tidak terpelajar, yang mereka tahu hanya cara bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan ekonomi. Bahkan mungkin mereka tidak tahu kisah-kisah pahlawan kita. Tapi mungkin pula ada pemuda yang cerdas walaupun tidak terpelajar. Hanya kemungkinan sedikit kita temui jenis pemuda seperti ini. Pengetahuan tentang pahlawan yang minim menghasilkan sikap patriotisme yang rendah dan tidak bisa menghargai jasa pahlawan. Ada pun yang sudah mengetahui dan mendapatkan ilmu tentang pahlwan, mereka biasanya cukup sebatas tahu dan tidak mengam- bil hikmah serta manfaat dari cerita pahlawan tersebut. Ini yanyebabkan pemuda tidak bisa mengamal- kan nilai - nilai yang para pahlawan ingin tanamkan pada pemuda Indonesia yang merupakan harapan bangsa, seperti pada penggalan akhir lagu "Pahlawan Merdeka" karya Sundari Soekotjo yang berbunyi //Pahlawan merdeka yang pecah sebagai ratna// Terpencar terse- bar di bumi Indonesia// . Maksud dari yang terpencar sebagai ratna di bumi Indonesia adalah hasil perjuangan para pahlawan dan semngat juang, yang bisa dambil hik- mahnya dan meneruskan perjuangan mereka oleh para pemuda Indonesia bisa lebih cerdas, peka dan menghar- gai jasa pahlawan di Indonesia. Pemuda dalam Lagu Wajib Nasional Oleh Windy Ekananda Putri

description

Layouter: Lisda Lismaya

Transcript of Newsletter LKM Edisi Maret 2015

  • Berkelana dalam Dunia Semesta (Resensi)

    Anna, seorang gadis pemikir yang beranjak berusia 16 tahun membayangkan bumi yang semakin terancam oleh ulah manusia. Ketakutannya nyatanya bukanlah sebuah penyakit atau phobia berlebih yang sempat dikhawatirkan Ibunya. Dokter Benjamin mengetahuinya sejak pertama kali memeriksa Anna. Pikirannya tak sakit. Ketakutan itu nyata. Bagi Dokter Benjamin, pemikiran dan mimpi Anna adalah sebuah lompatan magis antara dimensi ruang dan waktu yang mencoba menyadarkan bahwa Lingkungan Bumi sedang terancam.Novel ini mengangkat isu lingkungan dalam drama kehidupan seorang Anna sebelum hari ulang tahun yang ke-16 nya tersebut. Cincin batu merah asal Persia, sebagai tanda hadiah ulang tahun nya diberikan secara turun-temurun. Benda ini adalah bagian dari warisan keluarga Anna. Kaitan antara cincin batu dan kekhawatiranya terhadap lingkungan menjadi amat erat saat Anna mulai bermimpi sebagai Nova. Ialah seorang cicit masa depan Anna yang nantinya juga menggunakan cincin tersebut.Dalam karakter Nova, ketakutan benar-benar menjadi nyata. Tepatnya generasi sesudah Anna yang sedikit banyak merasakan kerusakan Bumi yang begitu parah. Masih di Norwegia dimana kadar CO2 sudah tak terkendali, terjadi penu-runan suhu, perubahan iklim, kelangkaan energi, hingga punahnya spesies bumi selain manusia. Semua tokoh dalam novel ini diajak berpikir hingga memancing pembaca untuk ikut berpikir masalah isu lingkungan atau yang sekarang marak disebut Global Warming. Alur yang dipakai dalam novel adalah alur campuran dimana penulis memecahn-ya kedalam dua dimensi waktu yang berbeda. Setiap bab dalam novel ini men-yajikan frame dan setting cerita yang berselang antara kehidupan Anna di masa ini dengan kehidupan Nova (dalam mimpi) yang berlatar waktu tahun 2082. Se-mentara, kejadian dalam mimpi terasa amat nyata dan meyakinkan Anna bahwa saat itu dirinya adalah Olla (panggilan nenek buyut) yang ternyata ia temui saat sedang menjadi Nova. Batu cincin itu seolah mengabulkan permohonan Nova agar bisa mengembalikan

    keadaan bumi sediakala. Tepat saat itu, Anna terbangun dari mimpinya dan kembali menjadi Anna. Darisini ia mulai menya-dari bahwa ialah yang bertanggung jawab dalam kerusakan di bumi pada generasi sesudahnya. Batu cincin itu telah mengabul-kan permohonanya untuk kembali ke masa Bumi masih Hijau.Sementara Jonas, kekasih Anna dalam kehidupan nyatanya berupaya membantu Anna dalam mengatasi dilemanya mengha-dapi ketakutan kerusakan tersebut. Dialog mengenai rancangan pergerakan dan komunitas lingkungan yang hendak mereka bentuk terjadi secara intens. Begitupula sampai pada puncaknya Jonas memaparkan idenya tentang mesin otomat pengingat pu-nahnya seekor spesies lewat sebuah tulisan esainya.Semua hal yang terjadi di kehidupan nyata dirasa Anna telah ter-jadi sebelumnya dalam mimpi sebagai Nova, dan itu semua persis terjadi.Selain konflik masalah ketakutan personal Anna terkait Bumi, Dokter Benjamin juga telah mencampuri pikiranya dengan sebuah ketakutan akan penyanderaan Ester. Ialah anak Dokter Benjamin. Jostein Gaarder setidakn-

    ya telah membawa pembaca untuk menghubungkan satu konflik ke konflik lainya.Pada dasarnya, pemikiran filsafat tidak diuraikan secara dalam layaknya novel Jostein Gaarder sebelumnya yang berjudul Dunia Sophie. Pemahaman lebih tertuang secara konkrit dalam bayangan langsung tokoh dan pemikiranya. Seh-ingga, teori filsafat tidak terlalu dititikberatkan dalam cerita di novel ini. Hasrat Jostein sebagai salah seorang pegiat lingkungan amat ketara dalam novel ini. Ia begitu menggambarkan dan selayaknya seorang aktivis lingkungan menyerukan suara ini lewat tulisanya.Namun demikian, permainan kata terhadap alam dan semesta membawa pem-baca untuk sedikit berpikir dan merenung. Dengan Bahasa yang masih dipa-hami, Jostein Gaarder mengulas hal terkait pemikiran Resiprositas yang perlu dipertimbangkan oleh antar manusia. Inilah sebuah pemahaman bahwa dalam memperlakukan seseorang haruslah sama sebagaimana kita ingin diperlakukan. Tentunya harapan Jostein Gaarder terletak pada Resiprositas vertikal, dimana hubungan dan perlakuan tersebut tak hanya untuk manusia saat ini, tapi juga un-tuk generasi yang akan datang. Secara keseluruhan, novel ini asik dibaca untuk manusia yang mencoba mencari arti kehidupan untuk semua makhluk hidup di bumi saat ini.

    Judul Novel : Dunia AnnaPenulis : Jostein Gaarder Penerbit : PT. Mizan PustakaTahun Terbit : 2012Tebal : 244 HalamanOleh: Annisa Dewanti Putri

    Pemuda, sebutan itu sangatlah bermakna pada za-man dahulu di Indonesia. Pemuda dengan seman-gat juang dan patriotisme yang tinggi. Membela bangsa dan negara. Berjuang untuk memperoleh pen-didikan setinggi-tingginya walau susah payah dibawah kolonialisme yang terjadi saat itu. Menjadi orang yang berilmu dan memperjuangkan keadilan. Merekalah pahlawan. Pahlawan yang melawan kolonial dengan tak-tik yang merupakan buah pemikiran, bukan meng-gunakan otot dan anarkisme. //Bangun pemudi pemuda Indonesia// Lengan bajumu singsingkan// untuk negara// masa yang akan datang kewajibanmulah// menjadi tanggunganmu terhadap nusa// Lagu yang berjudul "Bangun Pemudi Pemuda" karya Alfred Simanjuntak ini menggambarkan bahwa pemuda Indonesia adalah harapan bangsa yang wajib menggantikan para pemimpin terdahulu dan meneruskan cita-cita juga tujuan bangsa. Inilah peran pemuda. Seperti yang kita lihat pemuda bermacam-macam di masa kini. Ada yang terpelajar dan ada yang tidak terpelajar. Pemuda terpelajar ada yang berjiwa patriotisme tinggi ada pula yang tak peduli. Pemuda yang memiliki jiwa nasionalis dan patriot-isme di kalangan pemuda terpelajar terbagi dua. Mereka yang benar-benar mengabdi pada negara dengan kegiatan yang bermanfaat dan meneruskan cita-cita pahlawan dan mereka yang berdemo. Bait kedua lagu "Bangun Pemudi Pemuda" karya Alfred Simanjuntak yang berbunyi //Sudi tetap beru-saha jujur dan ikhlas// Tak usah banyak bicara trus kerja keras// Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih// Berting-kah laku halus hai putra negri// bertolak belakang denga fenomena pemuda yang identik dengan berdemo, mereka terpelajar tetapi cara-cara yang anarkis yang mereka lakukan tidak sesuai dengan harapan para pahlawan kita. Mereka pun tidak mereka sadari sebenarnya cara mereka mambuat kacamata masyarakat terhadap pemud menjadi negatif. Pemuda yang tidak peduli di kalangan pemuda terpelajar pun ada. Mereka tidak mementingkan bangsa ini dan jasa-jasa para pahlwan. Tidak ada rasa ingin tahu ten-tang pahlawan. Mereka bisa mengkritik keadaan indonesia tapi tidak berbuat apa-apa. Mereka lebih mementingkan masa muda mereka yang menyenangkan, hanya kongkow-kongkow tak jelas yang tidak mengarah ke arah diskusi. Fenomena pemuda masa kini.

    Apa lagi pemuda yang tidak terpelajar, yang mereka tahu hanya cara bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan ekonomi. Bahkan mungkin mereka tidak tahu kisah-kisah pahlawan kita. Tapi mungkin pula ada pemuda yang cerdas walaupun tidak terpelajar. Hanya kemungkinan sedikit kita temui jenis pemuda seperti ini. Pengetahuan tentang pahlawan yang minim menghasilkan sikap patriotisme yang rendah dan tidak bisa menghargai jasa pahlawan. Ada pun yang sudah mengetahui dan mendapatkan ilmu tentang pahlwan, mereka biasanya cukup sebatas tahu dan tidak mengam-bil hikmah serta manfaat dari cerita pahlawan tersebut. Ini yanyebabkan pemuda tidak bisa mengamal-kan nilai - nilai yang para pahlawan ingin tanamkan pada pemuda Indonesia yang merupakan harapan bangsa, seperti pada penggalan akhir lagu "Pahlawan Merdeka" karya Sundari Soekotjo yang berbunyi //Pahlawan merdeka yang pecah sebagai ratna// Terpencar terse-bar di bumi Indonesia// . Maksud dari yang terpencar sebagai ratna di bumi Indonesia adalah hasil perjuangan para pahlawan dan semngat juang, yang bisa dambil hik-mahnya dan meneruskan perjuangan mereka oleh para pemuda Indonesia bisa lebih cerdas, peka dan menghar-gai jasa pahlawan di Indonesia.

    Pemuda dalam Lagu Wajib NasionalOleh Windy Ekananda Putri