Newsletter - WordPress.com · 2010. 1. 11. · camping di sana, kami menyambutnya dengan gembira....
Transcript of Newsletter - WordPress.com · 2010. 1. 11. · camping di sana, kami menyambutnya dengan gembira....
-
Sebelumnya, redaksi meminta maaf kepada VUISA-ers atas keterlambatan newsletter kali ini.
Mengingat status pengelola dan pengisi rubrik-rubrik yang ada di newsletter mayoritas pelajar,
sehingga tentunya prioritas utama berada di Australia adalah menyelesaikan tugas-tugas
akademik. Namun, di tengah kesibukan tersebut newsletter edisi ketiga ini bisa hadir di tengah-
tengah VUISA-ers. Seperti biasa, berbagai laporan kegiatan VUISA mewarnai edisi ini. Tulisan
dari anggota VUISA pun kembali hadir dalam rubrik opini. Tanpa berpanjang lebar, redaksi
ucapkan Selamat Menikmati!
Kalender VUISA WELCOMING & FARE-
WELL PARTY, 23 JANUARI
2010, FOOTSCRAY PARK
OPEN HOUSE VUISA,
23-24 FEBRUARI 2010,
VU FOOTSCRAY PARK
CAMPUS
OLAHRAGA RUTIN:
TENNIS LAPANGAN,
MINGGU, 08.00 AM,
VU TENNIS COURT
PUFFING BILLY TRIP,
MARET 2010
CAMPING VUISA, TBA
VUISA BADMINTON CUP,
MEI 2010
REDAKSI 1
HIGHLIGHTS 1
RAGAM 2,3,4
OPINI 5
Edisi Kali Ini
11 Januari 2010
V I C T O R I A U N I V E R S I T Y I N D O N E S I A N S T U D E N T A S S O C I A T I O N ( V U I S A )
Newsletter Edisi Ketiga
Selamat Datang New-comers di Victoria University, Melbourne
H I G H L I G H T S
Human Resources Development Quality for Reducing Unemployment Rate in Indonesia me-rupakan tema diskusi Vuisa pada tanggal 16 Oktober 2009. Seperti biasa, acara dise-lenggarakan di Footscray Campus dengan pembicara Bapak Viddy Arkas. Alumni dari School of Economic and Finance VU ini menjelaskan bagaimana permasalahan pengang-guran terdidik di Indonesia salah satunya terkait dengan beberapa permasalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Sesi diskusi ini menjadi sangat menarik karena para pe-serta diskusi bukan hanya dari pelaku di dunia pendidikan tetapi para pemegang kebi-jakan dan juga stakeholder yang begitu antusias untuk berbagi pengalamannya. Se-hingga informasi seputar issue ini menjadi semakin lengkap yang disertai dengan contoh-contoh faktual dari berbagai daerah di Indonesia terkait dengan permasalahan ini. Se-lain itu, moderator diskusi Dr. Richard Chauvel juga ikut berbagi bagaimana sistem pen-didikan di Australia khususnya di wilayah Victoria yang potensial untuk dimodifikasi dan diadopsi di Indonesia. Salah satu kesimpulan lain adalah, bahwa di masa mendatang diperlukan penataan dunia pendidikan untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia (skill outcome), sehingga tidak hanya berfokus pada market driven.
Diskusi Bersama Dr. Viddy Arkas
R E D A K S I
Distribusi Bantuan Gempa Tasikmalaya
Pada tanggal 21 September penyerahan distsibusi bantuan untuk korban gempa di Tasik-malaya dilakukan di Kecama-tan Sodong Hilir Kabupaten Tasikmalaya, sebagai salah satu daerah yang cukup parah terkena gempa. Secuplik sua-sana penyerahan terlihat dalam beberapa foto berikut.
-
R · A · G · A · M
Hal. 2
Phillip Island meru-pakan salah satu tem-pat wisata paling populer di Victoria, yang terkenal dengan Penguin dan MotoGP nya. Maka ketika VUISA, yang dikoor-dinir oleh Bp. Windu, memutuskan untuk
camping di sana, kami menyambutnya dengan gembira. Kami memang belum pernah pergi ke Phillip Island, pin-guinnya yang terkenal membuat kami yang datang dari daerah tropis penasaran (maklum, di kebun binatang di Jakarta tidak ada penguin). Ternyata banyak orang yang berminat untuk ikut camping di Phillip Island tersebut. Tercatat kurang lebih 33 orang dewasa dan anak-anak yang ikut meliputi keluarga ke-luarga Empire Street, Eldridge Street, Laverton serta rekan-rekan keluarga Bp. Windu. Persiapan untuk camping ini juga lumayan seru mengingat sebagian besar peserta belum pernah punya pengalaman camping di Australia. Hunting tenda yang merupakan sarana wajib dilakukan para peserta melalui berbagai cara ada yang berbelanja di toko perlengkapan camping ada juga yang melalui gumtree. Akhirnya tibalah saat keberangkatan. Kami berkumpul di Empire Street untuk berangkat secara berombongan. Per-jalanan yang memakan waktu sekitar 3 jam lebih terbalas dengan pemandangan yang menarik sepanjang jalan terutama di daerah San Remo. Kami beristirahat sejenak di perjalanan untuk meluruskan kaki dan pinggang yang pegal. Sayangnya, di daerah tersebut tidak ada toilet. Akhirnya sampai juga di Phllip Island. Tadinya kami ber-fikir camping site-nya itu di daerah hutan atau pasir di pinggir pantai ternyata kami camping di dalam resort tepatnya Phillip Island Caravan Park. Resort tersebut dikelola Big4. Fasilitas di tempat camping sangat lengkap mulai dari toilet dan shower yang dilengkapi air panas sampai dapur umum yang lengkap dengan kompor, micro-wave dan grill buat barbeque, fasilitas bermain anak anak juga lengkap. Tepat di depan resort adalah pantai yang cantik dan sepi, sepertinya pengunjung pantai itu khusus hanya pengunjung resort. Tanpa membuang-buang waktu, segera telah mendirikan tenda, kami berangkat ke tujuan wisata pertama yaitu chocolate factory. Di peta keliatannya lumayan dekat dari camping site sehingga beberapa teman memilih ber-jalan kaki kesana. Tetapi ternyata berjalan kaki di bawah terik sinar matahari untuk jarak yang ternyata lumayan jauh melelahkan juga, sehingga beberapa teman memanggil keluarganya untuk menjemput dengan mobil…
Sore hari kami berangkat ke The Nobbies yang berada di ujung barat pulau. The Nobbies merupakan formasi batuan yang be-sar dengan pemandangan yang indah dan blowhole-nya yang terkenal. Kami menyusuri boardwalks untuk berjalan mengitari susunan batu dan karang dimana banyak sekali terdapat bu-rung laut (lokasi di sekitar boardwalks disebut Sea Bird Garden saking banyaknya burung laut!). What a magnificent view! Satu setengah kilo meter lepas pantai the Nobbies terdapat formasi batuan Seal Rocks tempat berjemur singa laut yang terkenal. Tetapi saat itu kami tidak dapat melihat singa laut yang berje-mur. Setelah itu kami berangkat menuju atraksi Penguin Parade. Atraksi ini dimulai pada saat matahari tenggelam, karena pen-guin baru kembali ke sarang pada saat itu. Sayangnya di venue ini kami tidak boleh memotret para penguin tersebut. Kami duduk di tempat yang khusus disediakan bagi pengunjung. Setelah lama, muncullah para penguin tersebut berbaris dari laut menuju ke sarangnya. Penguin di Phillip Island merupakan jenis yang terkecil di dunia dengan tinggi 40 cm dan berat 1 kg untuk penguin dewasa. Yang menarik adalah kami bisa ikut menyusuri perjalanan penguin tersebut ke sarangnya di atas boardwalks. Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa ternyata tourism bisa berjalanan beriringan dengan konservasi binatang liar in situ. Malamnya kami menginap di tenda setelah makan baksonya bu Min dan pastelnya bu Jum diiringi petikan gitar pak Puji. Paginya kami sarapan bareng bareng. Meskipun tersedia dapur umum, tetapi kami memilih duduk di atas tikar sambil memasak telur dan mie dengan kompor yang dibawa dari rumah, makan nasinya pak Kholis dan ikan bakarnya pak Ali. Serasa camping betulan. Setelah membereskan tenda, kami pergi ke Cowes yang meru-pakan pusat kota di Phillip Island. Sebagian pergi melihat Grand Prix circuit yang biasa dipakai untuk MotoGP. Cowes merupakan kota kecil, kompak, penuh turis dan mempunyai pan-tai yang cantik. Kami bermain di pantai dan dermaga sambil menyantap fish & chips. Phillip Island mempunyai banyak pantai yang menawan, oleh karena itu menjelang siang, kami berpin-dah ke pantai lainnya. Sebagian pergi ke Smith Beach, pantai buat bermain anak2 sebagian pergi ke Woolamai Beach, pantai buat berolahraga baik itu surfing ataupun voli pantai.
Menjelang sore kami bersiap siap pulang kembali ke Footscray.
Sebenarnya masih banyak yang ingin dilihat seperti Koala Con-
sercation Centre, Rhyll dan
lainnya tetapi waktu tidak
mencukupi. Kegiatan ini
semakin mendekatkan
para warga Indonesia
yang berada di daerah
Footscray. Ditunggu camp-
ing selanjutnya (Estty).
-
Hal. 3
R · A · G · A · M
Distribusi Bantuan Gempa Padang
Annual General Meeting PPIA Victoria
Sebagai salah satu bagian dari PPIA
Victoria, VUISA merasa penting untuk
terlibat secara aktif dalam kegiatan-
kegiatan PPIA VIictoria. Untuk itu,
pada saat pelaksanaan Annual Gen-
eral Meeting PPIA Victoria, be-
berapa perwakilan VUISA hadir
dalam acara ini. Pelaksanaan acara
berlangsung pada hari Minggu, 1
November 2009, bertempat di Aula
Utama Konsulat Jenderal RI, Mel-
bourne. Acara ini dimulai kurang
lebih 1.30, yang berarti terlambat
sekitar setengah jam dari yang di-
jadwalkan sebelumnya. Terdapat 2
acara utama dalam AGM ini, yakni
pertanggungjawaban ketua lama
dan pemilihan ketua baru. Sebelum
pelaksanaan pertanggungjawaban,
forum juga memilih Presidium yang
akan memimpin rapat AGM dari
awal sampai akhir.
Dalam pemilihan Presidium ini, tiap
ranting PPIA, termasuk perwakilan
dari Victoria University, mengajukan satu nama calon untuk nantinya dipilih menjadi
salah seorang dari 3 presidium. Mengingat, jumlah ranting yang mengajukan ada 8,
maka perlu dipilih 3 orang dari 8 tersebut untuk menjadi anggota Presidium. Setelah
melalui musyarawah, terpilihlah 3 orang untuk memimpin rapat yakni: Iwan Juwana
(Victoria University), Imung (Melbourne University) dan Sigit (La Trobe University).
Acara pertanggungjawaban ketua lama berlangsung lancer, yang kemudian dilanjut-
kan dengan perumusan mandate dari forum untuk disampaikan nantinya kepda ketua
baru terpilih.
Dalam sesi pemilihan ketua baru, kembali masing-masing ranting berhak mengajukan
calon untuk menjadi ketua PPIA Victoria periode 2009-2010. Sebanyak 8 calon dari
masing-masing ranting kemudian diusulkan, plus satu calon dari PPIA Cabang Victoria.
Dengan demikian, terdapat total 9 orang calon ketua, yang juga notabene jumlah
calon terbanyak dalam sejarah pelaksanaan pemilihan ketua.
Dari Victoria University, diusulkan Iwan Juwana untuk menjadi calon ketua. Terlihat
rasa kaget yang luar biasa di wajah yang bersangkutan, karena sebelumnya tidak
memiliki niat dan persiapan untuk menjadi salah satu kandidat ketua PPIA Victoria.
Setelah pemaparan visi & mis, kemudian dilanjutkan dengan musyarawah.
Sayangnya, dalam musyarawah ini tidak dicapai kata sepakat untuk memilih satu
orang ketua, sehingga voting pun tidak terelakkan.
Usai perhitungan hasil voting, terpilihlah Sdri Nitya dari Melbourne University menjadi
Ketua PPIA Victoria 2009-2010, sedangkan calon dari Victoria University menempati
urutan ke-4, dari 9 calon.
Sedangkan untuk bantuan Padang, penyerahan di-lakukan dalam dua gelombang. Suasana penyera-han bantuan dari VUISA-ers sempat tertangkap dalam berbagai foto berikut.
READY IN STOCK! KAOS VUISA
Ukuran: XS/S; XL; L dan M Lengan pendek dengan
harga 15 dolar/kaos, Ukuran: M Lengan panjang
dengan harga 16 dolar/kaos
Berminat? Hubungi Leni atau Erwin di alamat e-mail :
[email protected] or [email protected] or
0432521360 (Leni-Three). Pembayaran bisa
dilakukan cash pada saat mengambil kaos atau
transfer ke rekening: Commonwealth Bank, BSB: 063132,
NoRek: 10921841, a.n. N. Ni Nyoman. Jangan lupa untuk
mencantumkan nama pemesan pada saat transfer
(Contoh : Kaos Leni).
Kaos bisa di ambil di rumah Leni/Hendro di
alamat : 5/26 Eldridge Street, Footscray
No telp Leni : (seperti tercantum diatas)
No. telp Hendro : 0412640955
http://au.mc543.mail.yahoo.com/mc/[email protected]://au.mc543.mail.yahoo.com/mc/[email protected]
-
Hal 4
R · A · G · A · M
Sebagai upaya untuk mensukseskan program kerja, pengurus VUISA telah menyelenggarakan mid-year meeting pada 14 Desember 2009 di Footscray Park Campus. VUISA merupakan club resmi yang ada di Victoria University, Melbourne, yang juga merupakan saah satu Persatuan Pelajar Indonesia (PPIA) di cabang state Victoria, Australia. Pada kesempatan ini telah hadir sebagian besar pengurus dengan agenda evaluasi program kerja dan persiapan kegiatan Orientasi 2010 VU International (semacam orientasi pengenalan kampus, di Indonesia kepada mahasiswa baru). Kesempatan kali ini, salah satu agenda adalah upaya pengurus VUISA untuk mencari solusi belum aktifnya website club. Domain www.vuisa.org yang masih dalam pengembangan akan terus diperbaiki content dan feature tambahan lainnya, sementara www.vuisa.wordpress.com digunakan sebagai official website untuk memposting informasi kegiatan VUISAers dalam jaringan internet. Pembahasan lain adalah upaya VUISA untuk mengintensifkan monthly discussion dalam rentang waktu 1 semester sisa periode kepengurusan.
Sebagai bagian dari refreshing dan aktivitas sosial lainnya, pengurus VUISA sedang merencanakan adanya welcoming party kepada mahasiswa baru Indonesia di Victoria University pada 23 Januari 2010. Secara umum mahasiswa baru Indonesia di Victoria University berasal dari peserta beasiswa ADS, ALA, DIKTI, dan spesialized
scholarships lain serta full-paid private student. Isu akomodasi sementara dibahas untuk menyediakan informasi ketersediaan kamar kosong dari warga VUISA kepada pendatang baru kita. Lebih dari 10 mahasiswa baru akan datang pada Januari 2010. Selain itu, agenda trip keluarga besar VUISA juga direncakan, semisal Puffing Billy sekitar April 2010. kemudian, tim kesejahteraan VUISA, seperti biasanya yang selalu aktif untuk fund raising club, membahas kemungkinan melakukan GARAGE SALE atas barang layak pakai VUISA-ers. Agenda penting lainnya adalah persiapan Orientasi 2010 VU Internasional, 23-24 Februari 2010. Kegiatan ini difasilitasi Victoria University Student Union (VUSU) bertempat di Foorscray Park Campus. Rekan-rekan mahasiswa baru VU yang tersebar di kampus City, Werribee, St. Alban dan lainnya diharapkan hadir di main campus VU ini. VUISA sebagai klub resmi di VU akan turut aktif dalam merepresentasikan International Student Club dari Indonesia Raya. Periode mendatang VU akan kedatangan lebih banyak lagi mahasiswa Indonesia dengan dibukanya VU Indonesian Representative di Jakarta dengan contact person Ibu Apriliya dengan email: [email protected]
Pada kesempatan ini Presiden VUISA, Ali Hapsah,
mengungkapkan adanya kemungkinan VUISA akan
menjadi host kegiatan PPIA Pusat yakni Indonesian
International Education Conference. Pihak Victoria
University sendiri secara eksplisit menyatakan kesediaan
untuk mensupport sebagian pendanaan kegiatan yang
akan dihadiri Menteri Pendidikan Nasional, pihak DIKTI
serta Menteri Andi Malaranggeng. Kita tunggu kabar
selanjutnya, mengingat PPIA universitas lain juga
berkompetisi untuk menjadi host kegiatan bergengsi ini.
Koordinasi Tengah Tahun Pengurus VUISA
WE ARE ON THE WEB!
www. vuisa.wordpress.com mail-list: [email protected]
http://www.vuisa.org/http://www.vuisa.wordpress.com/
-
Hal. 5
O P I N I
Redaksi Newsletter
Penanggung Jawab: Presiden VUISA Tim: Iwan Juwana, Nur Asyik Hidayatullah, Johanis Bay
Kontribusi tulisan dapat dikirim melalui e -mail: [email protected]
IBU : POSISI YANG (BELUM) DIHARGAI
Oleh: Ibu Nophie
Sebagai seorang ibu dan sekaligus juga kandidat
doktor, saya merasa sangat beruntung karena
memiliki dua kali kesempatan untuk
mempresentasikan makalah penelitian saya yang
bertema motherhood dilihat dari perspektif buruh
migran perempuan Indonesia di dua konferensi
bertaraf internasional di Brisbane, yang diadakan
oleh Association Research on Mothering –
Australia (ARM-A). Sebuah assosiasi bertaraf
internasional yang berkantor pusat di Toronto,
Kanada.
Kenapa saya sebut sebagai sebuah
keberuntungan, sebetulnya karena ada beberapa
alasan.
Pertama, saya boleh menceritakan kepada begitu
banyak perempuan (peserta laki-lakinya biasanya
lebih sedikit) mengenai konsep ‘ibu’ yang sangat
jarang dibicarakan oleh berbagai kalangan
masyarakat Indonesia. Seringkali secara sadar
ataupun kurang sadar, kita menganggap bahwa
‘menjadi ibu’ adalah suatu hal yang natural dan
dimiliki oleh semua perempuan semenjak mereka
lahir ke dunia ini. Padahal, sama seperti gender
yang menempel pada ke-perempuan-an dan ke-
laki-laki-an kita, konsep ke-ibu-an juga
dikonstrusikan oleh nilai-nilai yang ada di sekitar
kita dan bukan bersifat kodrat (Blackburn 2004;
Hidajadi 2001; Utomo & Hatmadji 2004)
Kedua, adanya kesempatan secara terbuka untuk
mencoba ‘menyuarakan’ pengalaman hidup ibu-
ibu yang menjadi buruh migran kepada
perempuan-perempuan yang datang dari
berbagai negara dan organisasi. Mencoba
‘menceritakan ulang’ kisah kehidupan ibu-ibu
yang saya wawancarai beberapa waktu yang lalu
di sebuah kampung di Cianjur (Jawa Barat) dan
di sebuah desa di Purworkerto (Jawa Tengah)
merupakan sebuah momen yang paling
membahagiakan sekaligus menyedihkan buat
saya. Bahagia, karena melalui pengalaman
merekalah saya boleh menjadi ‘kaya’ dalam hal
pengalaman dan penelitian. Tetapi sekaligus juga
menjadi terharu karena sebagai seorang ibu, saya juga bisa
mencoba berempati dengan pengalaman mereka menjadi
‘ibu jarak jauh’ (mothering from a distance) selama
beberapa tahun lamanya (Parrenas 2001). Pengalaman
hidup mereka adalah sebuah kontradiksi antara labour of
love (bekerja demi cinta) dan labour of sorrow (bekerja
dalam duka) (Parrenas 2005).
Ketiga, melalui presentasi singkat tersebut, saya
menyampaikan secara gamblang bahwa begitu banyak ibu
yang ‘terpaksa’ harus meninggalkan anak-anak mereka di
Indonesia untuk mengasuh anak-anak majikan mereka di
negara lain, demi keberlangsungan hidup keluarga mereka
di Indonesia. Situasi ini adalah suatu ‘ketidakadilan’ dalam
hal cinta, energi dan waktu yang seringkali terlupakan oleh
banyak orang, termasuk pemerintah Indonesia. Baik suka
ataupun tidak, ibu-ibu yang menjadi buruh migran telah
memberikan cinta, energi dan waktu mereka BUKAN
kepada anak-anak mereka, akan tetapi kepada anak-anak
majikan mereka yang tentunya memiliki lebih banyak uang,
kekuasaan dan kesempatan, meskipun status mereka
adalah sama, seorang IBU (Hochschild 2002). Dengan kata
lain, ada kemungkinan yang sangat besar bahwa anak-anak
di Indonesia kekurangan kasih sayang dari ibu mereka
sementara anak-anak di negara ‘importir’ menikmati kasih
sayang yang sangat berlimpah dari buruh migran
perempuan tersebut (Pyle 2006).
Hal terakhir yang saya sampaikan dalam presentasi saya
adalah ‘tantangan’ untuk meninjau ulang arti ‘ibu yang
baik’, bukan lagi secara universal dan seragam. Akan tetapi
justru membuka kesempatan bagi banyak ibu yang menjadi
buruh migran untuk membuat definisi yang baru dari sudut
pandang dan pengalaman hidup mereka. Definisi ‘ibu yang
baik’ tidak lagi bisa ditentukan oleh nilai-nilai yang dianut
oleh perempuan yang memiliki ‘kulit putih’ dan
‘kaya’ (Glenn 1994).
Setelah duduk, berinteraksi dan bertukar pengalaman
dengan banyak peserta konferensi, akhirnya tibalah saat
untuk melakukan refleksi bersama mengenai tema yang
diusung oleh kita semua: IBU. Kurang beruntungnya, kami
semua bersepakat bahwa posisi ibu adalah sebuah posisi
yang (katanya) mulia, tetapi belum dilihat sebagai sebuah
posisi yang berharga. Bahkan belum dinilai sebagai sebuah
pilihan bebas gender, karena sebetulnya tugas kodrati
seorang ibu adalah HANYA hamil dan melahirkan dan bukan
KESELURUHAN pekerjaan domestik lainnya yang idealnya
bisa dinegosiasikan dengan seluruh anggota keluarga,
perempuan dan laki-laki.
WE ARE ON THE WEB!
www. vuisa.wordpress.com mail-list: [email protected]