New Filsafat

29
 Teori pendidikan telah berkembang dari teori dengan paradigma konservativisme sampai pada teori berparadigma ekstrem seperti liberalisme, liberasionisme sampai anarkisme. Teori pendidikan yang mempengaruhi tema tulisan ini berasal dari teori pendidikan Paulo Freire, seorang pendidik praksis revolusioner berbasis paradigma liberasionisme (pembebasan). Gagasan Freire banyak dianggap sebagai gagasan pembebasan penuh pendidikan institusional dan mengacu pada  pembebasan masyarakat dalam mengenyam pendidikan. Gagasan ini banyak disetarakan dengan teori anarkis mengenai praktik ajar-mengajar yang dinilai sudah cenderung menjadi komoditas kapitalistik yang tidak lepas dari usaha pemenuhan kebutuhan semu terhadap tuntutan masyarakat semu produk sistem kapitalis. Putar-ulang seluruh gagasan  pendidikan sebagai kritik terhadap sistem dan metode pendidikan yang sudah baku adalah gagasan para anarkis—dari sini muncul istilah ‘deschooling society’ yang menyatakan sikap para anarkis. Freire kemudian sangat dekat dengan para penggagas anarkis ini terutama karena rasa antipati terhadap sistem kapitalistik dan karena sifat praksis serta revolusioner Freire. Tatanan nilai positif Freire dapat disejajarkan dengan tema  pendidikan yang berkembang akhir-akhir ini: apakah institusi  pendidikan berniat mencetak manusia mekanistis, atau berusaha untuk lebih menghasilkan manusia yang berbudaya? Manusia yang berbudaya di sini mungkin lebih diarahkan pada peraihan kebebasan dan humanisasi, sesuai dengan niat Freire. Beberapa konsep Freire mengenai pendidikan yang membebaskan dan memanusiakan dapat dilihat di bawah ini: (1) Pendidikan ditujukan pada kaum tertindas dengan tidak berupaya menempatkan kaum tertindas dan penindas pada dua kutub  berseberangan. Pendidikan bukan dilaksanakan atas kemurah-hatian  palsu kaum penindas untuk mempertahankan status quo melalui  penciptaan dan legitimasi kesenjangan. Pendidikan kaum tertindas lebih diarahkan pada pembebasan perasaan/idealisme melalui  persinggungannya dengan keadaan nyata dan praksis. Penyadaran atas kemanusiaan secara utuh bukan diperoleh dari kaum penindas, melainkan dari diri sendiri. Dari sini sang subjek-didik membebaskan dirinya, bukan untuk kemudian menjelma sebagai kaum penindas baru,

Transcript of New Filsafat

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 1/29

Teori pendidikan telah berkembang dari teori dengan paradigma

konservativisme sampai pada teori berparadigma ekstrem seperti

liberalisme, liberasionisme sampai anarkisme. Teori pendidikan yangmempengaruhi tema tulisan ini berasal dari teori pendidikan Paulo

Freire, seorang pendidik praksis revolusioner berbasis paradigma

liberasionisme (pembebasan). Gagasan Freire banyak dianggap sebagaigagasan pembebasan penuh pendidikan institusional dan mengacu pada

 pembebasan masyarakat dalam mengenyam pendidikan. Gagasan ini banyak 

disetarakan dengan teori anarkis mengenai praktik ajar-mengajar yangdinilai sudah cenderung menjadi komoditas kapitalistik yang tidak 

lepas dari usaha pemenuhan kebutuhan semu terhadap tuntutan

masyarakat semu produk sistem kapitalis. Putar-ulang seluruh gagasan

 pendidikan sebagai kritik terhadap sistem dan metode pendidikan yangsudah baku adalah gagasan para anarkis—dari sini muncul

istilah ‘deschooling society’ yang menyatakan sikap para anarkis.

Freire kemudian sangat dekat dengan para penggagas anarkis ini

terutama karena rasa antipati terhadap sistem kapitalistik dankarena sifat praksis serta revolusioner Freire.

Tatanan nilai positif Freire dapat disejajarkan dengan tema

 pendidikan yang berkembang akhir-akhir ini: apakah institusi

 pendidikan berniat mencetak manusia mekanistis, atau berusaha untuk 

lebih menghasilkan manusia yang berbudaya? Manusia yang berbudaya di

sini mungkin lebih diarahkan pada peraihan kebebasan dan humanisasi,

sesuai dengan niat Freire.

Beberapa konsep Freire mengenai pendidikan yang membebaskan dan

memanusiakan dapat dilihat di bawah ini:

(1) Pendidikan ditujukan pada kaum tertindas dengan tidak berupaya

menempatkan kaum tertindas dan penindas pada dua kutub

 berseberangan. Pendidikan bukan dilaksanakan atas kemurah-hatian

 palsu kaum penindas untuk mempertahankan status quo melalui

 penciptaan dan legitimasi kesenjangan. Pendidikan kaum tertindaslebih diarahkan pada pembebasan perasaan/idealisme melalui

 persinggungannya dengan keadaan nyata dan praksis. Penyadaran atas

kemanusiaan secara utuh bukan diperoleh dari kaum penindas,

melainkan dari diri sendiri. Dari sini sang subjek-didik membebaskan

dirinya, bukan untuk kemudian menjelma sebagai kaum penindas baru,

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 2/29

melainkan ikut membebaskan kaum penindas itu sendiri. Pendidikan ini

 bukan bertujuan untuk menjadikan kaum tertindas menjadi lebih

terpelajar, tetapi untuk membebaskan dan mencapai kesejajaran

 pembagian pengetahuan.

(2) Bila pembebasan sudah tercapai, pendidikan Freire adalah suatu

kampanye dialogis sebagai suatu usaha pemanusiaan secara terus-

menerus. Pendidikan bukan menuntut ilmu, tetapi bertukar pikiran dan

saling mendapatkan ilmu (kemanusiaan) yang merupakan hak bagi semua

orang tanpa kecuali.

(3) Kesadaran dan kebersamaan adalah kata-kata kunci dari pendidikan

yang membebaskan dan kemudian memanusiakan.

Erdhi Bhatu Bhalo ideologi pendidikan (Education Ideologies) merupakan sifat hakiki

dan cara pelaksanaan persekolahan. Ideologi pendidikan bebrbeda dengan

filosofis-filosofis pendidikan.Filosodis lebih konvesionals edangkan ideologi

adalah sistem sistem yang lebih khusus dari gagasan gagasaan yang bersifat

umum. Ideologi pendidikan lebih berorientasi ke arah etika sosial ketimbang

ke arah filosofis yang abstrak (seperti realisme, idealisme, pragmatisme)

Maksud ideologi terutama adalah mengarahkan tindakan sosial dan bukan

sekedar menjernihkan ataupun menata pengetahuan. mereka berfungsi

sebagai sebuah penyebab sekaligus akibat dari perubahan sosial yang

mendasar 

ada enam etik dasar yang membentuk ideologi pendikan, sistem etika yang

ditarik melalui filosofis-filosofis politik yang berkaitannya dengannya

kemudian menjadi tiga ideologi pendidikan konservativ (fundamentalisme

 pendidikan, intelektualisme pendidikan, konservatif pendidikan) dan tiga

ideologi pendidikan Liberal (Liberalisme penididikan, Liberasionisme

 pendidikan dan anarkisme pendidikan)

Melihat realitas pendidikan hari ini maka indonesia cebdrung mengarah pada

 pendidikan liberalisme yang menekankan pengembangan kemampuan,

melindungi hak dan kebebasan (freedom), serta mengidentifikasi problem

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 3/29

upaya perubahan sosial secARA instrumental demi menjaga stabilitas jangka

 panjang.....konsep pendidkan ini lahir daricita cita barat tentang

individualisme dan ide politik liberalisme dalm sejarah berkaitan erat dengan

 bangkitnya kaum menegah yang di untungkan oleh kapitalime..mereka

melihat mode manusia universal yaitu model manusia amerika dan eropa....

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 4/29

Paradigma Liberal

Golongan kedua yakni kaum liberal, berangkat dari keyakinan bahwa memang ada

masalah di masyarakat, tetapi bagi mereka pendidikan tidak ada kaitannya

dengan persoalan politik-ekonomi masyarakat. Dengan keyakinan seperti itu

tugas pendidikan juga tidak ada sangkut pautnya dengan persoalan politik-

ekonomi. Sungguhpun demikian, kaum liberal selalu berusaha untuk 

menyesuaikan pendidikan dengan keadaan ekonomi-politik di masyarakat

dengan jalan memecahkan berbagai permasalahan pendidikan melalui usaha

reformasi yang bersifat “ facial ” atau “kosmetik”.

Umumnya yang dilakukan adalah seperti perlunya membangun kelas dan fasilitas baru,

memodernkan peralatan sekolah dengan pengadaan komputer, multimedia, dan

laboratorium yang lebih canggih, serta berbagai usaha untuk menyehatkan rasio

murid-guru. Selain itu, juga berbagai investasi untuk meningkatkan metodologi

 pengajaran/pelatihan yang lebih efisien dan partisipatif, seperti kelompok 

dinamik ‘learning by doing ”, experimental learning , active learning , dan

sebagainya. Namun usaha peningkatan tersebut tetap terisolasi dalam sistem dan

struktur ketidakadilan kelas maupun gender, dominasi budaya dan represi politik 

yang ada di dalam masyarakat.

Pendekatan liberal inilah yang mendominasi segenap pemikiran tentang pendidikan baik 

formal maupun non-formal. Akar dari sistem pemikiran ini adalah Liberalisme,

yakni suatu pandangan yang menekankan pengembangan kemampuan,

melindungi hak dan kebebasan ( freedoms), serta mengidentifikasi problem dan

upaya perubahan sosial secara inskrimental demi menjaga stabilitas jangka

 panjang. Konsep pendidikan dalam tradisi liberal ini berakar pada cita-cita Barat

tentang individualisme, di mana ide politik liberalisme sejarahnya berkait erat

dengan bangkitnya kelas menengah yang diuntungkan oleh kapitalisme.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 5/29

Jejak Liberalisme dalam pendidikan dapat dianalisa dengan melihat pengaruh filsafat

Barat tentang model manusia universal yakni model manusia Amerika dan

Eropa. Model ideal mereka adalah manusia ‘rasionalis liberal’, seperti: pertama,

 bahwa semua manusia memiliki potensi sama dalam intelektual; kedua, baik 

tatanan alam maupun norma sosial dapat ditangkap oleh akal; dan ketiga adalah

“individualis” yakni adanya anggapan bahwa manusia adalah atomistic dan

otonom. Menempatkan individu secara atomistic membawa pada keyakinan

 bahwa hubungan sosial sebagai kebetulan dan masyarakat dianggap tidak stabil

karena interest anggotanya yang tidak stabil.

Pengaruh liberalisme ini tampak dalam pendidikan yang mengutamakan prestasi melalui

 persaingan antar murid. Juga pada pendekatan “andragogy” seperti dalamtraining managemen dan kewirausahaan. Achievement Motivation Training 

(AMT) yang diciptakan David McClelland adalah contoh terbaik pendekatan ini.

McClelland berpendapat bahwa akar masalah keterbelakangan dunia ketiga

adalah karena mereka tidak memiliki apa yang dinamakannya N Ach. Oleh

karena itu, syarat pembangunan bagi rakyat dunia ketiga adalah perlunya

terjangkiti virus “ N Ach” yang mebuat individu agresif dan rasional.[6]

Lain dari itu, paradigma pendidikan liberal juga dipengaruhi oleh positivisme.

Positivisme pada dasarnya adalah ilmu sosial yang memahami realitas dengan

meminjam pandangan, metode dan teknik ilmu alam dalam memahami benda,

yakni dengan kepercayaan adanya universalisme dan generalisasi melalui

metode determinasi, fixed law atau kumpulan hukum teori. Positivisme

 berasumsi bahwa penjelasan tunggal dianggap ‘appropriate untuk semua

fenomena. Oleh karena itu mereka percaya bahwa riset sosial ataupun

 pendidikan harus didekati dengan metode ilmiah yakni obyektif dan bebas nilai.

Dengan kata lain, positivisme mensyaratkan adanya pemisahan antara fakta dan

values dalam rangka menuju pada pemahaman yang obyektif atas realitas sosial.

[7]

Ideologi Liberal

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 6/29

Dalam pendidikan ini berkeyakinan bahwa dalam masyarakat terjadi banyak masalah

termasuk urusan masalah pendidikan. Namun mereka beranggapan masalah pendidikan

tidak akan ada sangkut paut dengan persoalan politik dan ekonomi masarakat. Tetapi pendidikanlah yang bisa menyesuaikan dengan perubahan arah politik dan perkembangan

dunia perekonomian.

Cara menyesuaikannya melalui reformasi diri secara ”kosmetik”. Dengan cara

melengkapai sarana-prasarana seperti perlengkapan alat tulis, ruang kelas maupun perpustakaan. Pengadaan itu semua bertujuan untuk menyeimbangkan rasio antara murid

dengan guru. Tetapi kenyataannya walaupun lembaga pendidikan mempunyai sarana dan

  prasarana yang komplik belum tentu menghasilkan manusia yang cerdas yang bisamembangun bangsa tetapi hanya melaihrkan nilai-nilai angka yang tinggi terhadap para

siswanya dan bisa dipastikan hanya akan menjadi buruh kapitalis.

Walaupun konsep ideologi konservatif dan liberal berbeda dalam menafsirkan

 pendidikan, namun sesungguhnya mepunyai tujuan yang sama yaitu memandang bahwa

dunia pendidikan itu harus bersifat apolitik. Pendidikan tidak boleh terbawa arus politik yang berkembang namun sebagai sarana untuk menstabilkan nilai dan norma

masayarakat.

Ideologi liberal ini memang lahir dari cita-cita individualisme barat, bangsa baratmenggambarkan manusia ideal itu adalah rasionalis liberal. Pada dasarnya manusia

mempunyai potensi tingkatan yang sama dalam intelektual, baik dalam tatanan alam

maupun tatanan sosial yang dapat ditangkap dengan akal. Kelemahan ideologiliberalisme terletak pada pengaruh faham positivistik yang sangat kuat, karena adanya

 pemisahan antar fakta dengan nilai menuju pemahaman obyektif.

Ideologi Kritis Radikal

Sedangkan pendidikan bagi kaum ini merupakan arena sebuah perjuangan politik, jadi  penulis mendifinisakan bahwa pendidikan itu digunakan sebagai wahana untuk 

menyebarkan famam politik dan secara otomatis pendidikan itu mempunyai tujuan sesuai

dengan politik yang mempengaruhinya. Jika kaum konservatif pendidikan di gunakan

untuk menjaga kelanggengan setatus quo, sedangkan kaum liberal pendidikan diaarahkan untuk perubahan secara moderat, maka ideologi kritis radikal menginginkan

dunia pendidikan di gunakan untuk perubahan struktural secara fundamental, baik dalam

ekonomi, gender dan politik.

Cara seperti ini pernah dilakukan oleh teman-teman Tan Malak yang mendirikan sekolahrakyat, kebetulan sekolah rakyat pertama itu berdomisili di Kota Semarang. karena

semarang dulunya menjadi basis pergerakan buruh yang di pelopori oleh Tan Malak dan

kawan-kawan. Sehingga untuk meneruskan perjuangan beliau maka ia mendidik masyarakat agar mempunyai pemahan yang memberontak pada kemapanan. Namun

karena kurangnya dukungan dari rezim yang berkuasa saat itu sekolah rakyat menghilang

 bagai ditelan zaman.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 7/29

Dan Pandangan kritis radikal ini bisa dikatakan bertentangan dengan kaum liberal yang

mengatakan pendidikan itu tidak ada penggolongan kelas dan gender dalam masyarakat.

ini dilandaskan dari tidak semua orang bisa meraih pendidikan secara sama kualitas,karena masing-masing mempunyai kekuatan yang berbeda. Jadi yang dihasilkan dari

 pendidikan yang satu dengan pendidikan yang lainpun berbeda.

Pandangan kritis radikal mempunyai perhatian utama dalam pendidikan itu bisa

menerapkan cara pandang siswa agar bisa merefleksi secara kritis terhadap ideologi yangdominan kearah transformasi sosial. Cara seperti ini digunakan untuk mengawal

 penguasa biar tidak berbuat sewenag-wenang.

Faham ini juga memberikan ruang untuk berfikir secara bebas, sehingga menuntut

manusia itu bersikap kritis terhadap keadaan sistem atau kebijakan yang dirasa bisamenindas. Sesungguhnya pendidikan itu tidak bisa netral dari fenomena-fenomena yang

 berkembang di masyarakat. untuk menciptakan itu maka faham kritis radikal menerapkan

visi pada pendidikan adalah kritik terhadap sistem yang dominan.

Dari semua wacana diatas semoga kita bisa memberi gambaran terhadap pemerintah

Indonesia yang saat ini belum mempunyai acuan yang jelas terhadap landasan dasar 

 pendidikan. Hal itu terlihat dari peristiwa sering gonta-ganti sistem Ujian Nasional (UN)

yang diterapkan dalam lembaga pendidikan formal. Sangat tidak adil sekolah selama 3tahun bisa digugurkan oleh 5 hari ujian. mdr/2010/my

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang

didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama atau kalau

kata guru PKn saya (Pak Mustakim) ideologi Liberalisme adalah sebuah ideologi yang

mengutamakan kepentingan individu dan mengenyampingkan kepentingan negara.

Ideologi ini sangat berbeda dengan ideologi komunis karena pengertiannya saja sudah

 beda. Berdasarkan kata guru PKn (Pak Mustakim), pengertian dari ideologi komunisme

adalah sebuah ideologi yang mengutamakan kepentingan negara dan mengenyampingkan

kepentingan individu. Sangat berbeda sekali dengan ideologi Liberal.

Tips mendisiplinkan siswa tanpa harus menghukum

dengan 12 komentar 

Institusi sekolah erat kaitannya dengan disiplin. Bahkan di jaman tahun 80 an sekolah-sekolah yang dianggap baik terkenal karena peraturan yang ketat dan disiplin yang

tinggi. “Sekolah itu bagus karena disiplin nya kuat sekali, buktinya tiap ada anak yang

melanggar peraturan dihukum dengan hukuman yang berat.” Komentar para orang tuasiswa di jaman itu. Demikian lah di jaman itu sekolah yang pandai menghukum siswa

nya dengan hukuman berat malah diburu para calon orang tua siswa.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 8/29

Banyak pihak yang masih menghubungkan penegakan disiplin di sekolah dengan

menghukum siswa. Padahal kedua-dua nya tidak saling berhubungan. Karena terbukti

 penegakan disiplin dengan hukuman hanya akan membuahkan sikap disiplin yang semuyang lahir karena ketakutan bukan karena lahirnya kesadar an akan perbaikan perilaku.

Sebenarnya ada jalan tengah diantara disiplin dan menghukum . Jalan tengah itu disebutkonsekuensi. Sebuah konsekuensi berarti menempatkan siswa sebagai subyek. Seorang

siswa yang dijadikan subyek berarti diberikan tanggung jawab seluas-luas nya dengankonsekuensi sebagai batasan.

Siswa terlambat masuk sekolah ? solusinya dia terkena konsekensi pulang lebih telat dari

yang lainnya, atau waktu istirahat dan bermain dipotong . Jangan sampai disitu saja,

 bicarakan hal ini dengan orang tua siswa, karena mungkin masalah timbul bukan karenasi anak tapi karena masalah orang tua.

Dalam mengatasi masalah terlambat masuk sekolah ini saya punya contoh menarik.

Tidak jauh dari tempat tinggal saya ada sebuah sekolah menengah atas yang memilihmengunci pintu gerbangnya setiap jam 7 pagi tepat. Anda bisa bayangkan mereka yang

terlambat akan kesulitan untuk masuk karena pintu gerbang sudah terkunci. Setiap hari

akan ada sekitar 10 orang siswa yang tertahan diluar menjadi tontonan warga sekitar 

yang lewat di depan sekolah tersebut. Padahal mereka yang terlambat belum tentu malas, bisa saja karena alasan cuaca atau hal-hal lain yang tidk bisa dihindari.

Alasan pihak sekolah mungkin bisa diterima, tindakan mengunci gerbang diambil atas

nama penegakkan disiplin dan membuat siswa menjadi sadar akan pentingnya datang

tepat waktu ke sekolah. Tapi sadarkah pihak sekolah bahwa mengunci siswa di luar bisamempermalukan harga diri sisw? Bagaimana bila tetangga atau orang-orang yang

mengenali mereka lewat saat mereka terkunci di luar.

Padahal saat sekolah mau menerapkan konsekuensi atas siswa yang terlambat, banyak tindakan yang bisa dilakukan, dari memotong jam istirahat sampai meminta mereka

masuk sekolah di hari Sabtu atau Minggu saat teman -temannya libur. Dengan demikian

harga diri siswa terjaga dan siswa menjadi makin bertanggung jawab atas segala tindakan

yang dilakukannya. Siswa juga menjadi sadar bahwa konsekuensi bertujuan untuk  penyadaran dengan mengambil atau mengurangi hak istimewa mereka .

Mari kita mengenali apa itu hukuman dan konsekuensi

Hukuman

1. Menjadikan siswa sebagai pihak yang tidak punya hak tawar menawar dan tidak 

 berdaya. Guru menjadi pihak yang sangat berkuasa. Ingat “Power tends to corrupt”

2. Jenisnya tergantung guru, apabila hati guru sedang senang maka siswa terlambat

 pun tidak akan dikunci diluar.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 9/29

3. Bisa dijatuhkan berlipat-lipat derajatnya terutama bagi siswa yang sering

melanggar peraturan.

4. Guru cenderung memberi cap buruk bagi anak yang sering melanggar.

5. Sifatnya selalu berupa ancaman

6. Tidak boleh ada pihak yang tidak setuju, semua pihak harus setuju. Jadi sifatnyamemaksa.

Konsekuensi

1. Dijatuhkan saat ada perbuatan yang terjadi dan berdasarkan pada aturan yang telah

disepakati.

2. Sesuai dengan perilaku pelanggaran yang siswa lakukan.

3. Menghindari memberi cap pada anak, dengan memberi cap jelek akan melahirkan

stigma pada diri anak bahwa ia adalah pribadi yang berperilaku buruk untuk selama-

lamanya.

4. Membuat siswa bertanggung jawab pada pilihannya. Anda bisa mengatakan“Kevin kamu memilih untuk ribut pada saat bu guru sedang menerangkan maka silahkan

duduk di luar selama 5 menit”. Dengan demikian anda menempatkan harga diri anak 

 pada peringkat pertama. Bandingkan dengan perkataan ini “Kevin, dasar kamu anak tidak tahu peraturan,…. tukang ribut! Sana keluar….!

Guru Kreatif. Creative Teacher

Siswa sebagai subyek pembelajaran. Learning empowers students.

6 indikator pengelolaan kelas yang berhasil 

dengan 40 komentar 

Pembaca sekalian, tulisan ini dibuat menyambut respon dari Ibu Ayu yang menanyakanmengenai indikator pengelolaan kelas yang berhasil. Uniknya melalui upaya menjawab

 pertanyaan beliau saya malah mendapat hal-hal yang baru. Salah satu yang membuat saya

terkejut adalah perihal memberikan siswa konsekuensi, yang ternyata sama denganmengancam siswa. Semuanya saya dapat dari situs teachers.net. silahkan menikmatiindikator-indikator berikut ini.

1. Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas

2. Sebagai guru jika anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 10/29

3. Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi

contohnya cara masuk kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan dan

lain-lain ) dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya tata caramasuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas bukan peraturan kelas.

4. Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.

5. Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi.(stiker, penghilangan hak siswa dan lain-lain)

6. Guru mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan

disiplin bisa dipelajari

Ada dua hal yang membedakan antara guru yang berhasil dengan yang tidak.

1. Guru yang kurang berhasil menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran denganlangsung mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan siswa

selama setahun penuh.

2. Guru yang efektif menghabiskan dua minggu pertama ditahun ajaran dengan

meneguhkan prosedur.

 Hakikat Belajar 

10 March 2010 605 views No Comment

Wahyu yang pertama diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. (Surat Al-

Alaq [961:1-5) memberikan isyarat bahwa Islam sangat memperhatikan soal belajar (dalam konteks menuntut ilmu), sehingga implementasinya menuntut ilmu (belajar) ituwajib menurut Islam. Di dalam Alquran banyak kita temukan kalimat seperti ya’qilun,

 yatafakkarun, yubsirun, dan sebagainya. Kalimat-kalimat di atas mengisyaratkan bahwa

Alquran (Islam) menganjurkan agar kita menggunakan potensi-potensi atau organ-organ psiko-psikis, seperti akal, indra penglihatan (mata), dan indra pendengaran (telinga)

untuk melakukan kegiatan belajar. Sebagai alat belajar, akal merupakan potensi kejiwaan

manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan,dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).

Selanjutnya, mata dan telinga merupakan alat fisik yang berguna untuk menerima

informasi visual dan informasi verbal. Dalam konteks belajar secara umum, Qardhawi

(1989) mengutip hadis riwayat Ibnu Ashim dan Thabrani menyatakan: "Wahai sekalianmanusia, belajarlah! Karena ilmu pengetahuan hanya didapat melalui belajar." 

Dalam Islam, proses belajar pertama bisa kita lihat pada Nabi Adam di mana Allah

mengajarkan berbagai nama benda kepadanya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-quran

 bahwa Allah SWT. telah mengajarkan kepada Nabi Adam tentang nama-nama benda,tabiat dan sifat-sifatnya, dan Adam disuruh mengulangi pelajaran tersebut di hadapan

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 11/29

 para Malaikat. Peristiwa yang terjadi pada Nabi Adam ditegaskan dalam Alquran surat

Al-Baqarah [2]: 33.

Peristiwa belajar juga bisa kita lihat pada putra Nabi Adam ketika salah seorang putra Nabi Adam (Qabil) membunuh saudaranya (Habil) dan Qabil merasa khawatir tidak 

dapat menemukan bagaimana cara menguburkan jenazah saudaranya, dalam kondisikebingungan itu, tiba-tiba Qabil melihat burung gagak mencakar-cakar tanah untuk 

menguburkan bangkai burung gagak yang lainnya. Dengan meniru tingkah laku gagak,Habil dapat menguburkan jenazah saudaranya. Peristiwa ini dijelaskan Allah SWT dalam

Alquran Surat Al-Maidah [5]:30-31.

Menurut perspektif Islam, makna belajar bukan hanya sekadar upaya perubahan perilaku.

Konsep belajar dalam Islam merupakan konsep belajar yang ideal, karena sesuai dengannilai-nilai ajaran Islam. Tujuan belajar dalam Islam bukanlah mencari rezeki di dunia ini

semata, tetapi untuk sampai kepada hakikat, memperkuat akhlak, artinya mencari atau

mencapai ilmu yang sebenarnya dan akhlak yang sempurna (Al-Abrasyi, 1970: 4).

Dalam keseluruhan proses pendidikan di madrasah atau sekolah, kegiatan belajar 

merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian

tujuan pendidikan, banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami

oleh anak didik (Slameto, 1991: 1).

Istilah belajar sudah dikenal luas diberbagai kalangan walaupun sering disalahartikan

atau diartikan secara common sense atau pendapat umum saja. Misalnya seorang ibu

meminta anaknya “kau belajar dulu sebelum tidur, Nak”, maksudnya mungkin membaca

dulu buku pelajaran sebelum tidur. Atau seorang ayah menasehati anaknya yang baruterjatuh dari sepeda motor karena kelalaiannya, dengan mengatakan ”lain kali kamu harus

 belajar dari pengalaman”, yang maksudnya jangan mengulangi kesalahan serupa padamasa mendatang. Dalam kedua contoh ungkapan tersebut, belajar diartikan sebagai“proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman

sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang” . Dengan

contoh tersebut kita dapat menangkap makna konkret dan praktis dari belajar.Selanjutnya apa makna konseptual dan utuh tentang konsep belajar?

Untuk memahami konsep belajar secara utuh perlu digali lebih dulu bagaimana pakar 

 psikologi dan pakar pendidikan mengartikan konsep belajar. Pandangan kedua kelompok 

 pakar tersebut sangat penting karena perilaku belajar merupakan ontologi atau bidangtelaah dari kedua bidang keilmuan itu. Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai

 proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami.Sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis- pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar 

yang disengaja diciptakan.

Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell Gredler (1986) yang

menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Kemampuan

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 12/29

(competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara

 bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian

 proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, keturutsertaannya dalam pendidikan formal

dan atau pendidikan nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia

dari makhluk lainnya.

Dengan kenyataan di atas, terdapat banyak definisi belajar. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi yang menurut para ahli.Menurut James O. Wittaker, belajar dapat

didefinisikan sebagai proses di mana perilaku ditimbulkan atau diubah melalui latihan

atau pengalaman. (Wasty Soemanto, 2006) Dengan demikian, perubahan-perubahan perilaku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh

obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. Definisi yang tidak jauh berbeda

dengan definisi di atas dikemukakan oleh Cronbach dalam Wasty soemanto (2006)sebagai berikut: “ Learning is shown by change in behavior as a result of expe-rience”.

Dengan demkian belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar,

seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alatindranya. Satu definisi lagi tentang belajar menurut Howard L. Kingsley, adalah proses dimana perilaku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan.

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar,

manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga perilakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari

 belajar. Kitapun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari.

Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu

hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan mengemukakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

Di dalam belajar terdapat tiga ranah yang satu sama lain sebenarnya tidak dapat

dipisahkan dengan tegas. Ketiganya ialah: (1) ranah kognitif (cognitive domain), (2)

ranah afektif (afektif domain), dan (3) ranah psikomotor ( psychomotor domain) yang berhubungan dengan motorik kasar seperti melempar, menangkap, dan menendang, juga

motorik halus seperti menulis dan menggambar.

Mari kita cermati ketiga ranah belajar tersebut, Joko anak usia 9 tahun dan duduk di kelas3 MI, Ia pergi ke Mall dekat rumahnya dengan menggunakan sepeda. Kemampuan Joko

dalam mengendarai sepeda terdiri dari: (1) pengetahuan tentang cara-cara naik sepeda

(ranah kognitif), (2) keberanian naik sepeda (ranah afektif), dan (3) mampu

mengemudikan sepeda untuk berbelok ke kiri maupun ke kanan secara tepat (ranah psikomotor).

Guru-guru perlu melatih ketiga ranah belajar tersebut selama proses pembelajaran

 berlangsung dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar. Apa yang dimaksud dengan

 prinsip-prinsip belajar? Prinsip-prinsip belajar adalah:

1. Tujuan yang terarah

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 13/29

2. Motivasi yang kuat

3. Bimbingan untuk mengetahui hambatan dan bimbingan

4. Cara belajar dengan pemahaman5. Interaksi yang positif dan dinamis antara individu dan lingkungan

6. Teknik-teknik belajar 

7. Diskusi dan pemecahan masalah8. Mampu menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kegiatan sehari-hari

Anak MI ke sekolah bukan karena terpaksa, melainkan karena suatu kebutuhan. Oleh

karena itu, orang tua dan guru hendaknya tidak memaksa anak agar belajar di MI,

melainkan mengarahkan anak bahwa dengan belajar di MI berarti mempersiapkan hidupuntuk masa depan. Apabila anak mengalami hambatan dan rintangan anak akan

memperoleh bimbingan dari guru, sehingga apa yang dipelajari dapat dipahami dengan

mudah. Hubungan yang positif dan dinamis antara guru dan orang tua memungkinkananak untuk belajar secara aktif.

Proses belajar memerlukan teknik-teknik yang bervariasi. Latihan dan ulangan dapatmemperkaya anak untuk belajar. Dengan metode diskusi dan pemecahan masalah siswa

MI belajar berani mengemukakan pendapat. Keberhasilan anak MI dalam belajar mempermudah anak untuk mempelajari berbagai kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Menurut Hamalik (1992) belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari

 persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan

masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap. Hilgard dan Brower, dalam Hamalik (1992:45) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas,

 praktik, dan pengalaman. Sedangkan Sardiman (1990: 22) menyatakan bahwa belajar 

merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan

seperti dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.

Barlow (1996: 61-63) menyatakan bahwa belajar a process of progressive behavior 

adaptation (belajar adalah proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlang-

sung secara progresif. Di dalam Dictionary of Psychology disebutkan bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan

 pengalaman.

Hintzman (1978) berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam

diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapatmempengaruhi tingkah laku organisme tersebut”. Dalam pandangan Hintzman,

 perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.

Dewey menambahkan bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apa pun sangatmemungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai batas tertentu

 pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme

yang bersangkutan. Mungkin, inilah dasar pemikiran yang mengilhami gagasan everyday

learning (belajar sehari-hari) yang dipopulerkan oleh Profesor John B. Biggs.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 14/29

Reber (1989) membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah the process of acquiring knowlegde (proses memperoleh pengetahuan). Pengertian ini

 biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagianahli dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan

keterampilan non kognitif.

 Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which

occurs as a result of reinforced practice (suatu perubahan kemampuan bereaksi yangrelatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat). Dalam definisi ini terdapat empat

macam istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar. Istilah-

istilah tersebut meliputi: (1) relatively permanent (secara umum menetap); (2) response

 potentiality (kemampuan bereaksi); (3) reinforced (yang diperkuat); (4) practice (praktek 

atau latihan).

Istilah relatively permanent, konotasinya ialah bahwa perubahan yang bersifat sementara

seperti perubahan karena mabuk, lelah, jenuh, dan perubahan karena kematangan fisik 

tidak termasuk belajar. Istilah response potentiality, berarti menunjukkan pengakuanterhadap adanya perbedaan antara belajar dan penampilan atau kinerja hasil-hasil belajar.

Hal ini merefleksikan keyakinan bahwa belajar itu merupakan peristiwa hipotesis yanghanya dapat dikenali melalui perubahan kinerja akademik yang dapat diukur. Istilah

reinforced, konotasinya ialah bahwa kemajuan yang didapat dari proses belajar mungkin

akan musnah atau sangat lemah apabila tidak diberi penguatan. Sementara itu, istilahyang terakhir yakni practice, menunjukkan bahwa proses belajar itu membutuhkan

latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang telah

dicapai siswa.

Biggs (1991) mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu rumusan

kuantitatif, rumusan institusional; rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata seperti perubahan dan tingkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat

kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum yang di ketahui semua orang dalam

 proses pendidikan. Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.

Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai

murid.

Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi

(pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah di pelajari. Bukti

institusional yang menunjukkan murid telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya

dengan proses mengajar. Ukurannya ialah, semakin baik mutu mengajar yang dilakukanguru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan

dalam bentuk skor atau nilai.

Pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan

 pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling murid. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang

 berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang belum dan akan dihadapi murid.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 15/29

Syamsudin Makmun (2003:159) menyimpulkan bahwa perubahan dalam konteks belajar 

itu dapat bersifat fungsional atau struktural, material, dan behavioral, serta keseluruhan

 pribadi. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Hilgard dan Bower (1981) yangmengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang

relatif permanen dan yang merupakan hasil proses pembelajaran bukan disebabkan oleh

adanya proses kedewasaan. Edward Thorndike dalam Syaiful Gala (2006: 51) berpendapat bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan,

keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks

sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Timbulnya aneka ragam pendapat para ahli tersebut di atas adalah fenomena perselisihanyang wajar karena adanya perbedaan titik pandang. Selain itu, perbedaan antara satu

situasi belajar dengan situasi belajar lainnya yang diamati oleh para ahli juga dapat

menimbulkan perbedaan pandangan. Situasi belajar menulis, misalnya, tentu tidak samadengan situasi belajar matematika. Namun demikian, dalam beberapa hal tertentu yang

mendasar mereka sepakat seperti dalam penggunaan istilah “berubah” dan “tingkah

laku”.

Berdasarkan berbagai definisi yang telah diutarakan di atas, secara umum belajar dapatdipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative

menetap sebagai basil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu diuraikan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk,

lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.

Pengertian-pengertian di atas menunjukkan bahwa belajar terkait erat dengan perubahan

tingkah laku. Istilah “perubahan” dalam pengertian di atas, tidak menunjukkan bahwa

semua perubahan dalam arti belajar. Banyak sekali perubahan dalam diri individu tetapi bukan karena proses belajar. Misalnya, individu yang sedang mabuk terjadilah perubahan

atas dirinya, tetapi perubahan itu bukan karena belajar. Contoh lain, anak-anak yang

memanjat pohon lalu patah tulang tangannya sehingga menjadi bengkok, perubahan yangsemacam itu bukan berarti perubahan belajar. Perubahan berarti belajar apabila: (1)

 perubahan yang terjadi secara sadar; (2) perubahan dalam belajar bersifat kontiniu dan

fungsional; (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara; (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; (6)

 perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 1991: 4).

Sumber: Teori Belajar, Surabaya: 2009 (Bahan Ajar PPG, Penulis: Tim Fakultas

Tarbiyah IAIN Sunan Ampel)

DASAR PENDIDIKAN DALAM KONSEP DAN MAKNA

BELAJAR 

Aug 27, '08 9:13

AM

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 16/29

for everyone

A. Konsep Dasar Pendidikan

Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk 

menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget ( 1896 ) pendidikan berarti

menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi

oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Pandangan tersebut memberi makna

 bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu

sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang

hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di

sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ilmu disebut juga pedagogik, yang

merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu ” Pedagogics ”. Pedagogics sendiri

 berasal dari bahasa Yunani yaitu ” pais ” yang artinya anak, dan ” again ” yang artinya

membimbing. Poerbakwatja dan Harahap ( 1982 : 254 ) mengemukakan pedagogik 

mempunyai dua arti yaitu : (1) peraktek, cara sesorang mengajar; dan (2) ilmu

  pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan

mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.

Orang yang memberikan bimbingan kepada aak disebut pembimbing atau ”

 pedagog”, dalam perkembangannya, istilah pendidikan ( pedagogy ) berarti bimbingan

atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara sadar dan

  bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan

seumur hidup ( lifelong education ), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati,

yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh

lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini

dikemukakan sejumlah batasan pendidikan yang dikemukan para ahli yaitu :

(1) Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok 

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan

( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 ).

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 17/29

(2) Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan

untuk memperoleh pengetahuan ( McLeod, 1989 ).

(3) Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala

lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran

yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ( Mudyahardjo,

2001:6 )

(4) Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan

metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan

cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan ( Muhibinsyah, 2003:10 )

(5) Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan

madrasah ) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu

dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya ( Dictionary of 

 Psychology, 1972 ).

(6) Dalam arti luas pendidikan melipuyi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua

untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan

ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat

memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan

adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya

meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan

tanggung jawab moril dari segala perbuatannya ( Poerbakawatja dan Harahap, 1981 ).

(7) Menurut John Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar 

yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya

emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepadasesamanya.

(8) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

 proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian,

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 18/29

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

 bangsa dan negara ( UUSPN No. 20 Tahun 2003 ).

1. Hakekat dan Teori Pendidikan

Mudyahardjo ( 2001:91 ) menegaskan bahwa sebuah teori berisi konsep-konsep,

ada yang berfungsi sebagai :

a. asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori

 b. definisi konotatif atau denotatif atau konsep-konsep yang menyatakan makna dari

istilah-istilah yang dipergunakan dalam menyusun teori.

Asumsi pokok pendidikan adalah :

a. pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual

dari individu yang belajar dab lingkungan belajarnya;

 b. pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yan

 baik atau norma-norma yang baik, dam

c. pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa

serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang

 belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.

Pendidikan dipandang dari sudut keilmuan tertentu seperti :

a. Sosiologik memandang pendidikan dari aspek sosial, yaitu mengartikan pendidikan

sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi.

 b. Antrophologik memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses pemindahan

 budaya dari generasi ke generasi.

c. Psikologik memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yaitu

mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secar optimal.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 19/29

Psikologi menurut Woodward dan Maquis ( 1955 : 3 ) adalah studi tentang

kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang hidupnya.

d. Ekonomi, yaitu memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani

( human capital ) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

e. Politik yang melihat pendidikan adalah proses menjadi warga negara yang

diharapkan ( civilisasi ) sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh.

Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan

adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana soyogyanya pendidikan itu

dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara

konkretnya. Teori pendidikan disusun seperti latar belakang yang hakiki dan sebagai

rasional dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Istilah direktif 

memberi makna bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada hakekatnya

untuk mencapai kesejahteraan bagi subjek didik.

2. Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran

Pada dasarnya ”mengajar” adalah membantu ( mencoba membantu )

seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu tidak 

ada kontribusinya terhadap pendidikan orang yang belajar. Artinya mengajar pada

hakekatnya suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang

ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa belajar.Hal ini

akan dapat terwujud jika dilakukan melalui proses pengajaran dengan strategi

 pelaksanaan melalui :

1. Bimbingan yaitu pemberian bantuan,arahan,motivasi,nasihat dan penyuluhan agar 

siswa mampu mengatasi,memecahkan dan menanggulangi masalahnya sendiri.

2. Pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses

 belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan dengan peserta didik.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 20/29

3. Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran khususnya untuk mengembangkan

keterampilan tertentu.

Menurut Langford (1978) yang penting hubungan yang relevan bukanlah antara

 pengajaran dengan pendidikan tetapi antara pengajaran sebagai suatu profesi dengan

 pendidikan.

3. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari

kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003

menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.

B. Konsep dan Makna Belajar 

1. Konsep Belajar.

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan

dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi).Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu

menggunakan kemampuan pada ranah-ranah :

a. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau

  pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis dan evaluasi.

 b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksiyang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi,

 penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 21/29

c. Sikomotorik yaitu kemepuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari

 persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,

 penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

 Belajar Menurut Pandangan Skiner.

Belajar menurut pandanag B.F.Skiner (1958) adalah suatu proses adaptasi

atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Skiner 

dalam belajar ditemukan hal-hal berikut :

1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar,

2. Respon si belajar,

3. Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon tersebut,baik konsekwensinya

sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.

Skinner menbagi dua jenis respon dalam proses belajar yakni :

1. respondents response yaitu respon yang terjadi karena stimuli khusus, perangsang-

 perangsang yang demikian ini mendahului respons yang ditimbulkannya.

2. operants conditioning dalam clasical condotioning menggambarkan suatu situasi

  belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung

yaitu respon yang terjadi karena situasi random.

Menurut Skinner mengajar itu pada hakekatnya adalah rangkaian dari

 penguatan yang terdiri dari suatu peristiwa dimana prilaku terjadi, perilaku itu sendiri,

dan akibat perilaku.

 Belajar Menurut Pandangan Robert M. Gagne

Menurut Gagne (1970), Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil

 belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebab oleh stimulasi yang berasal

dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri dari

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 22/29

tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dari

acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses

kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan

intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.

 Robert M. Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hirarki

dari paling sederhana sampai paling kompleks yakni :

1. belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal Learning) yang menimbulkan perasaan

tertentu, mengambil sikap tertentu,yang dapat menimbulkan perasaan sedih atau

senang.

2. belajar hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-Learning)dimana respon

 bersifat spesifik, tidak umum dan kabur.

3. belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning) mengandung

asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik.

4. belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Association) bersifat asosiatif 

tingkat tinggi tetapi fungsi nalarlah yang menentukan.

5. belajar mebedakan atau diskriminasi (Discrimination Learning) yang menghasilkan

kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala.

6. belajar konsep-konsep (Concept Learning) yaitu corak belajar yang menentukan

ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai

objek.

7. belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning) dengan cara mengumpulkansejumlah sifat kejadian yang kemudian dalam macam-macam aturan.

8. belajar memecahkan masalah (Problem Solving) menggunakan aturan-aturan yang

ada disertai proses analysis dan penyimpulan.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 23/29

Inti dari pembelajaran tersebut adalah interaksi dan proses untuk mengungkapkan ilmu

 pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik yang menghasilkan suatu hasil

 belajar.

Ada tiga aspek perkembangan intelektual yang diteliti oleh Jean Piaget yaitu :

1. Struktur, yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan pisik, tindakan mental,

dan perkembangan berpikir logis anak.

2. Isi, yaitu pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yangdiberikannya terhadap berbagai masalah atau masalah yang dihadapinya.

3. Fungsi, yaitu cara yanag digunakan organisme untuk membuat kemajuan

intelektual.

Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa belajar dalam hal ini dapat

mengandung makna sebagai perubahan struktural yang saling melengkapi antara

asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali dan mengubah apa yangtelah diketahui melalui belajar.

 Belajar Menurut Pandangan Carl R. Rogers

Menurut pendapat Carl R. Rogers (Ahli Psikoterapi) praktek pendidikan

menitikberatkan pada segi pengajaran, bukuan pada siswa yang belajar. Praktek 

tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan

 pelajaran.

Langkah-langkah dan sasaran pembelajaran yang perlu dilakukan oleh

guru menurut Rogers adalah meliputi : guru memberi kepercayaan kepada kelas agar 

kelas memilih belajar secara terstruktur, guru dan siswa membuat kontrak belajar,

guru menggunakan metode inquiri atau belajar menemukan (discovery learning), guru

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 24/29

menggunakan metode simulasi, guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa

mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain, guru bertindak 

sebagai fasilitator belajar dan sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram

agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreatifitas dalam belajar (Dimyati

dan Mudjiono, 1999:17).

Jadi dapat ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk 

membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik 

dan yang buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan

 penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat di pelajari

dengan memberi anak didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya

sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.

 Belajar Menurut Pandangan Benjamin Bloom

Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hirarki atau taksonomi menurut

Benjamin Bloom (1956) menjadi tiga kawasan (dominan) yaitu : domain kognitif 

mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas 6 macam

kemampuan yang disusun secara hirarki dari yang paling sederhana sampai yang

 paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan  penilaian; domain afektif mencakup kemampuan-kemapuan emosional dalam

mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan

emosional disusun secara hirarki yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai,

 pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri; domain psikomotor yaitu kemampuan-

kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari :

gerakan repleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan

terlatih, dan komunikasi nondiskursif.

Jadi dapat ditegaskan bahwa belajar adalah perubahan kualitas

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya

sebagai pribadi, masyarakat, maupun sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.

 Belajar Menurut Pandangan Jerome S. Bruner 

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 25/29

Menurut Bruner (1960) dalam proses belajar dapat dibedakan dalam tiga

fase yaitu : informasi, transpormasi dan evaluasi.Bruner mengemukan empat tema

 pendidikan, tema pertama mengemukan pentingnya arti struktur pengetahuan, tema

kedua ialah tentang kesiapan (readines) untuk belajar, tema ketiga menekankan nilai

intuisi dalam proses pendidikan, tema keempat ialah tentang motivasi atau keinginan

untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi

itu.

Bruner menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar persoalan teknik 

  pengelolaan informasi, bahkan bukan penerapan teori belajar dokelas atau

menggunakan hasil ujian prestasi yang berpusat pada mata pelajaran.

2. Teori Belajar 

Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori belajar menurut

  pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme dan teori

cognitive gestalt-filed.

a. Teori Disiplin Mental

Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti

dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif, teori ini menganggap bahwa

dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan

sekali dengan teori disiplin mental ialah teori perkembangan alamiah. Menurut

teori ini, anak itu akan berkembang secara alamiah.

Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan pengembangan

alamiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang

dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan

sejak lahir, apapun yang diketahui seseorang datang dari luar dirinya. Menurut

teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan

 baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 26/29

 b. Teori Behaviorisme

Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu : mengutamakan unsur-unsur atau

  bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan,

mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan

latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike yang

mengemukan tiga prinsip aatu hukum dalam belajar yaitu : belajar akan berhasil

apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar 

akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat

apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.

Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukan oleh Harley

dan Davis (1978) yang banyak dipakai adalah : proses belajar dapat terjadi dengan

 baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan

dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu

memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik 

secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon

yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa

memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif.

c. Teori Cognitive Gestalt-Filed

Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving,

dari pengamatanya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah,

dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.

Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight

yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar   bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan

 pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan

atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 27/29

Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika,

tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas

 belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar,

makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi

 pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan kepada objek yang

dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari.

d. Makna dan Ciri Belajar 

Menurut para ahli belajar dapat diartikan sebagai proses orang memperoleh

  berbagai kecakaapn, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan

 perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh

siswa sendiri.

Setiap perilaku belajar ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara

lain : belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang

 berfungsi terus menerus, belajar hanya terjadi dari pengalaman yang bersifat

individual, belajar merupakan kegiatan yang bertujuan kearah yang ingin dicapai,

 belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan selusuh tingkah

laku secara integral, belajar adalah proses interaksi dan belajar berlangsung dariyang paling sederhana sampai pada yang kompleks.

e. Prinsip-prinsip Belajar 

Ada berbagai prinsip belajar yang dikemukan oleh para ahli psikologi

 pendidikan terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan maka hubungan itu

diperkuat, Spread of effect yaitu emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak 

terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru, law of exercice yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi

diperkuat dengan latihan dan penguasaan, dan law of primacy yaitu hasil belajar 

yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan.

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 28/29

Beberapa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil

eksperimen para ahli psikologi yang berlaku secara yaitu : motivasi,

  pembentukan, kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar, feedback,

response, trial and error , transfer dalam belajar dapat bersifat positif atau negatif 

dan proses belajar yang bersifat individual.

f. Syarat Agar Peserta Didik Berhasil Belajar 

Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan sebagai

 berikut : kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, menimbulkan minat

yang tinggi terhadap mata pelajaran, bakat dan minat yang khusus, menguasai

 bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran, menguasai salah

satu bahasa asing, stabilitas psikis, kesehatan jasmani, kehidupan ekonomi yang

memadai, menguasai teknik belajar disekolah dan diluar sekolah.

g. Cara Belajar yang Baik 

Cara belajar baik secara umum yaitu : belajar secara efisien, mampu

membuat berbagai catatan, mampu membaca, siap belajar, keterampilan belajar,

memahami perbedaan belajar pada tingkatan sekolah seperti SD, SMP, dan SMU,

dukungan orang tua yang paham akan perbedaan, status harga diri lebih kurang.

Menurut Rusyam cara dan teknik mengatasi kesulitan belajar adalah :

menetapkan target belajar, menghindari saran dan kritik yang negatif,

menciptakan situasi belajar, menyelenggarakan remedial program, dan memberi

kesempatan agar peserta didik memperoleh pengalaman yang sukses.

h. Strategi Mempelajari Buku Teks

Salah satu hal yang penting dalam belajar adalah membaca buku teks yang

 berisi materi pelajaran.Kiat untuk memahami buku teks disebut metode SQ3R 

(Survey, Question, Read, Recite, dan Review).

5/12/2018 New Filsafat - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/new-filsafat 29/29

Survey yaitu menjelajahi seluruh buku yang tersedia di perpustakaan dan tempat lain

yang berhubungan dengan mata pelajaran. Dilanjutkan dengan question yaitu bertanya

dalam mengarahkan membaca kritis, kemudian membaca ialah melihat tulisan danmengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis. Kemudian dilakukan recite yaitu

mengulang isi buku pelajaran yang telah dipelajari (berkaitan dengan ide, pengertian, dan

analysis) sehingga mendapatkan ide-ide pokok dari buku tersebut. Sedangkan reviewyaitu meninjau kembali seluruh bahan pelajaran yang telah dipelajari secara menyeluruh.

Dengan menggunakan metode SQ3R dapat diharapkan lebih memuaskan dan dapat lebih

memberikan pemahaman yang luas tentang materi pelajaran yang terdapat dalam bukutes tersebut.