NEUROOTOLOGI
-
Upload
yunita-asri-pertiwi -
Category
Documents
-
view
58 -
download
8
description
Transcript of NEUROOTOLOGI
NEUROOTOLOGI
Tratraaaaa ini nih kuliahnya banyak curhatan dari dokternya hehe, penjelasannya ada beberapa juga maaf kalo kurang lengkap dikarenakan ada kesalahan teknis dalam merekam jd cuma ngrekam satu jam kuliah huhu, cekidot!
A. DEFINISI -> dari kata anatominya sudah terlihat artinya- Asal Kata: Neuro ( saraf) + Ot (ear -> telinga) + Logos (ilmu), sehingga dapat didefinisikan:- Merupakan pengetahuan tentang saraf yang berada pada telinga beserta kelainannya- Yang akan dipelajari di bab ini adalah kelainan pada:
1. N. Fsialis (N. VII)2. N. Stato Akustikus (N. VIII) -> 1 saraf mempunyai 2 fungsi
Terdiri atas 2 komponen: statis (keseimbangan) dan akustik (pendengaran) Sehingga muncul sinonimnya yaitu N. Vestibulococlearis
*pada dasarnya ilmu kedokteran itu saling berhubungan baik ilmu dasar maupun ilmu klinik sehingga harus dipelajari sungguh-sungguh dan jangan lupa teman-teman ^^ -> pesen dari dokternya, ya lumayan kuliahnya sambil curhat gitu :p
B. N. KRANIALIS VII / N. FASIALIS (N. INTERMEDIO FASIALIS) -> sebagian besar ada di telinga- Mengapa dipelajari di THT -> karena sering mengalami gangguan parese maupun
paralisis (hayo apa bedanya?? Buka blok neuronya lagi ya ;)) -> otologik disease (diseebut demikian karena sebagian besar berjalan di telinga), ditunjukkan dengan beberapa teori berikut:
- Hasil penelitian Shambaugh (ada bukunya lho tementemen, kata dokternya bagus nih kalo
punya buku shaumbaugh ini :p)9 dari penderita parese N. VII lokasi kelainan di Os. Temporale
Cowthorne347 penderita parese N. VII 93%, 10 kali sisanya di Os. Temporale
Sir william gowersParese N. VII komplit unilateral tanpa gejala lain kelianan pasti di Os. Temporale
WolfermanOperasi telinga sering terjadi komplikasi parese N. VII saat berjalan dalam kanalis fasialis (kanalis terpanjang pada manusia yang didalamnya berjalan N. VII) pada Os. Temporale*kenapa sering mengalami kelainan? -> karena sering mengalami trauma/ kecelakaan -> benturan pada os.temporale -> N. VII tergencet -> fungsi terganggu
- GAMBAR : BISA DILIHAT DI HANDOUT
C. TINJAUAN ANATOMI -> yuk buka atlasnya a. N. Fasialis merupakan motorik murni dimana mempersarafi otot-otot di dalam wajah,
terdiri atas:
Radiks Motoris N. VII (Motorik Murni) N. Intermedius (Wrisbergi) -> anastomose N. VII dan N. terminalis
- Atas dasar letaknya dibedakan: Pars labyrinth -> telinga dalam Pars Tympanal -> telinga tengah Pars Mastoidea -> setelah keluar dari tengkorak kemudian melewati
for.stylomastoidea (hayoo anatominya nih :p), kemudian saraf ini akan menyebar dan berjalan di tengah-tengah kelenjar parotis (antara lobus superior dan lobus profundus)
b. Ganglion genikuli (pada gambar terlihat seperti jendolan), mempunyai komponen serabut:
Afferent Viseral khusus: menuju ke 2/3 lidah bagian depan melalui Chorda tymphani + N. Lingualis (hayo inget kan anatomi lidah sama persarafannya? :p)
Afferent Viseral Umum (Sensibilitas Viseral): Palatum mole -> N. Petrosus Superficialis Major
Afferent Sensibel Umum (Sensibilitas Kulit): ke kulit Meatus Akustikus Externus, ke kulit Processus Mastoideus, ke kulit wajah.
1. PATOLOGI N. VII- Berupa:
Parese Paralisis-> perifer dan sentral (nah apa bedanya?? -> neuro nih -> paralisis
perifer: kerusakan yang terjadi pada jalan saraf dibawah nukleus, ex: pada N. VII paralisis perifer terjadi saat saraf ini meninggalkan nucleus N. VII baik yang nucleus superior maupun nucleus inferior)
- Diagnosis, dinyatakan dalam: Type Lokalisasi
SKEMA: supranuklear intra kranialsentral nuklear
TYPE Intra nuklear perifer gangliongenikuli endo temporal LOKALISASI
Temporo mastoideum
Di luar foramen stylo mastoideum pars labyrinth extra tympanal
mastoidea Pars timpanal
Etiologi1. Kongenital (tidak murni paralisis N. VII) -> disertai kelianan lain dan bersifat
syndrom -> a. Melkensson – Rosenthal Syndrome, yang memberikan gejala:• Parese N. VII• Edem pada muka• Lingua pilkata (Fissura Lingua) -> terdapat fissura-fisura pada lidah
2. Trauma -> langsung pada kepala
• Intra kranial (bidangnya saraf)• Intra Temporal (bidang THT) : Fraktur Transversal dan Fraktur
Longitudinal• Pembedahan -> efek samping dari suatu pembedahan yang tidak
sengaja mengenai N. VII (ex: operasi otitis media kronis -> bedah -> ternyuata kanalis sudah terbuka -> sifatnya sementara)
3. Radang, baik oleh karena bakteri maupun non bakteri (OMA dan OMK)4. Neoplasma: jinak maupun ganas5. Degenerasi -> jarang
- Prosedur diagnosis1. Anamnesis -> riwayat terjadinya
Mendadak Pelan-pelan Apakah ada rasa sakit di telinga Apakah habis bepergian jauh Apakah ada trauma kepala
2. Pemeriksaan Otot-otot muka -> manifestasi kerja pada otot-otot wajah Penderita disuruh:
a. Kumur-kumurb. Makanc. Menutup mata
Aapakah ada rasa nyeria. Pada wajahb. Pada muka
Apakah ada gangguan pengecap -> kalo ada berarti organ tymphani kena Apakah ada penurunan pendengaran, kalo ada kapan? -> karena N. VII
berjalan berdampingan dengan N. VIII Riwayat penyakit sebelumnya
a. DM -> akan menurunkan daya tahan tubuhb. Hipertensic. Parestesid. Strabismus
Pemeriksaana. Kwalitatif -> periksa otot-otot muka: lipatan dahi, celah mata, lipatan
pipi, celah sudut mata -> diperiksa pada saat istirahat (tidak ada kebisingan dan tidak stress)
3. Penilaian pada saat kontraksi Bagian atas (nucleus facialis superior):
a. N. Zygomaticus Temporalis Mengerutkan dahi -> M. Frontalis Bersungut -> M. Corugator NCL. VII Supersilia Superior Memejamkan mata -> M. Orbikularis okuli Berkedip-kedip -> M. Orbikularis Okuli
Bagian Bawah (nucleus facialis inferior):a. R. Serviko Mandibularis ( cabang nucleus facialis inferior):
NCL VII -> Bersiul/mecucu -> M. Orbikularis Oris & Menggerakkan dagu -> M. Platismus
Tersenyum -> M. Orbikularis Oris Menggembungkan pipi -> M. Buccinator Menggerakkan bibir bagian bawah -> M. Depressor Cabilaris
Inferior4. Pemeriksaan Kuantitaif
Pemeriksaan otot saraf -> pemeriksaan saraf dengan alat elektrik:a. Nervus Excitability Test (NET)b. Maksimal Stimulating Test (MST)c. Conduction Time Test (CTT)d. Strength Duration Determination
5. Pemeriksaan Khusus -> untuk mengetahui dimanakah letak gangguannya Paralise Sentral (Paralise Spastik)
a. Supra Nuklear -> diatas nukleus -> Korteks Serebri Gyrus Presentralis, sifat-sifat:
Dahi tidak ikut paralise (sebelah) -> kenapa bisa? Inget kan jamannya neuro dulu kalo perjalanan saraf ada yang menyilang :p
Spastik (Tinus otot meninggi) -> untuk menganalisa letak gangguan (inget lagi kan blok neuro? Kalo ada spastik sama flacid nah kan letak gangguannya beda ;))
Tidak dapat menggerakkan otot-otot muka Gejala saraf sentral -> kalau ada saraf kranial yang kena (hayoo
saraf kranial I-XII masih inget kan?)b. Nuklear ( kerusakan pada nukleus -> pons)
N. VI ikut paralise -> Strabismus Konvergen (S. Internus)
2. Yang bersifat PERIFER (FLAKSID)- Intra nuklear, Serebelo Pontin Engel -> Meatus Akustikus Internus- N. VII berjalan bersama N. VIII dapat terjadi:
a. Gangguan keseimbanganb. Gangguan pendengaran tipe retrokoklear -> tempat menerima rangsang
pendengaran
3. GANGGUAN DI GANGLION GENIKULI- Yang terkena:
a. N. Petrosus Super Fasialis Major -> kelenjar lakrimalis (mata kering-> ada gangguan saraf -> kalo ada gejala lain berarti ganglion genikuli kena) -> lakrimalis test (diletakkan di punctum lacrimale) -> hasil: Basah > banyak x 100% Sehat
- Daerah temporo mastoid
a. N. Stapedius (cabang N. VII) -> hiperakusis (rasa sakit saat ada rangsangan pendengaran) dengan rangsangan nada murni pada 1000Hz/2000Hz 70-90 Db > nilai ambang pendengaran*Hasil: normal -> tidak ada rasa sakit
Lumpuh -> ada rasa sakit
4. BELL’S PALSY (PARALISIS N. VII Idiopatik)- Ditemukan oleh Sir Charles Bell- Etiologi: belum jelas- Ada beberapa teori, karena:
a. Virusb. Rheumac. Mikro embolid. Hormonal -> adanya gangguan keseimbangane. Vaskuler -> gangguan vaskuler-> penjepitan saraf -> iskemik paralisis N. VII
- Definisia. Paralisis Fasial perifer -> saraf terjepit -> edemab. Paralisis fasial jenis Lower Motor Neuron Akut, tak ada hubungan dengan infeksi,
tumor, traumac. Paralisis Fasial Perifer penyebab belum diketahui letak lesi dari ganglion geniculatum
sampai foramen stylomastoideum -> kelumpuhan neuropraksiad. Paralisis umumnya terjadi unilateral -> karena itu susah terdeteksi
- Epidemiologia. Insiden ada hubungan dengan umurb. Tidak menular -> karena merupakan suatu neuroalergic. Dewasa > anakd. Laki-laki = perempuane. Faktor genetikf. Perempuan saat hamil/menstruasi -> karena adanya suatu konsep teori yang
mengatakan bahwa dapat terjadi adanya gangguan keseimbangan hormonal (tersebut di penjelasan atas)
- Derajata. Neuropaksia (ringan)
Blokade fisik saraf Akson, Sel Schwan, Selubung Mielin baik
b. Aksonotmesis (sedang) Kerusakan akson, sel schwan Selubung mielin baik
c. Neurotmesis (berat -> paling jelek) -> irreversible -> kalo tau letaknya bisa di operasi terus disambung, hanya belum banyak dokter di Indonesia yang ahli nah kalo berminat silakan mendalaminya dan bisa belajar di Amerika (kata doktermya sih hehe)
Akson -> rusak Sel schwan Selubung mielin -> rusak
- Patogenesisa. Iskemi -> edema -> penekanan sarafb. Sebab terjadinya iskemi:
Iskemi neuritis Spasme pembuluh darah Mikro emboli -> menyumbat pembuluh darah Pendarahan arteriole Inflamasi
- Gejala klinika. Didahului rasa sakit/tidak enak di daerah foramen stylo mastoideum menjalar ke
sudut mulutb. Mulut tertarik ke yang sehatc. Kelopak mata tak dapat menutup -> Kornea kering (karena terjadi gangguan pada
kelenjar lakrimalis)d. Tidak dapat mengangkat alise. Lokalisasi lesi pada pars descendensf. Korda tymphani terkena -> gangguan pengecapg. N. Stapedius terkena -> hiperakusis
- Pemeriksaana. Korda tymphani
Dengan gustometri (elektrogustometri) arus langsung minimal (beberapa ᶣA) dialirkan pada anode yang diapasang pada tepi lateral depan lidah.
Kwalitatif -> dengan sensasi rasa asin, manis, asam pada 2/3 lidah bagian depan Kwantitatif -> dengan rangsangan elektrik -> timbul rasa seperti logan normal ->
pada anak: 20-40 ᶣA, dewasa: 150 ᶣA)b. Tes salivasi
Memeriksa fungsi kelenjar sub maksila untuk mengetahui adanya sumbatan duktus whartonianus
Ringkasan dengan larutan asam (air jeruk) -> dibandingkan kanan-kiri Interpretasi: sakit X 100%
Sehat Hasil: prognosis baik (40%), prognosis buruk (25%), prognosis meragukan
(25-40%) Dengan computerized technetium 99M radio aktif scanning
c. Extra temporal N. VII bercabang:
• N. Zygomatico temporalis -> cabang N. Zygomatico & N. Temporalis -> cabang NCL N. VII Superior
• N. Mandibularis Servikalis -> cabang R. Mandibularis & R. Servikalis -> cabang NCL N. VII Inferior
• R. Aurikularis posterior
5. PARALYSIS KARENA TUMOR- Tumor jinak
a. Neuroma akustika -> tumor neurogenik jarang -> sel schwan, neurit, sel saraf
b. Daerah temporo mastoid (paralisis lambat -> tetapi pasti) Neuro lemnomas + neurofibroma -> pada os. Temporale -> dalam bentuk
neuroma akustikac. Glomus tumor
Glomus jugulare Glomus timpanikus -> sering menginervasi kanalis facialis -> paralisis N. VII
d. Hemangioma Intradural Ekstradural (pertumbuhan lambat ke telinga tengah & serebelo pntin angle ->
paralisis N. VII)e. Kolesteatoma primerf. Tumor-tumor lain
Giant sel tumor Osteoblastoma Lipoma Adenoma tumor parotis
- Tumor ganasa. Tumor primer tulang temporaleb. Tumor metastasis, dari:
Paru Sinus maksila Tonsil Oral kaviti Kulit wajah
c. Adenokarsinoma Tumor primer -> os. Temporale Tumor metastasis, dari payudara -> kanalis aurikula & internus -> N. VII
d. Basal sel karsinoma dari aurikulae. Tumor ganas yang lain
Sarkoma
6. TRAUMA KEPALA- Intrakranial
a. Fraktura (trauma mekanik)b. Trauma operasic. Trauma penetrans, terjadi:
Edema Laserasi Perdarahan Putusnya serabut saraf
7. TRAUMA INTRA TEMPORAL- Fraktur os. Temporale longitudinal (+/- 80%)
a. Karena benturanb. Garis fraktur // sumbu os. Petrosa
c. Telinga tengah terkenad. Ruptur membrana timpani -> terjadi hematotimpanie. N. VII paralisis +/- 10-20%
- Fraktur transversala. Benturan pada os. Frontalis/ os. Occipitalisb. Garis fraktur tegak lurus os.petrosa, dapat mengenai:
DD medial telinga tengah Promontorium Labirinth -> vertigo dan SNHL Membrana timpani intak Parese N. VII 40-50%
8. PARESE N. VII KARENA RADANG- Otitis eksterna maligna
a. Penyebab: pseudomonas aeruginosab. Predisposisi:
Kelelahan umum DM Leukimia (lokalisasi: isthmus joint; penjalaran: perkontinuitatum)
c. Gejala Major Sign• Sakit hebat• Eksudat• Edem• Granulasi• Mikroabses• Positif TC99 scanning• Pseudomonas positif
Minor sign• Pseudomonas (+)• Radiografi(+)• DM• Gangguan saraf kranial• Umur tua
9. OTITIS MEDIA AKUT- Jarang: setelah era antibiotika- Eksklusif: lebigh besar pada anak-anak- Pada anak muda kadang-kadang merupakan gejala pertama- Penjalaran langsung- Pada infant/anak-anak sampai umur 1 tahun berhubungan dengan defisiensi tuba falopii
10. OTITIS MEDIA KRONIS- Timbul akibat komplikasi osteitis & anak dengan kolesteatoma- Setelah era antibiotika jarang terjadi parese N. VII karena OMK
- Erat berhubungan dengan:a. Daya tahan tubuhb. Penyakit yang mendasari -> DMc. Kelemahan tubuh karena faktor lain
- Kelainan dapat terjadi lewat:a. Vasa vasorumb. Korda tymphanic. Os. Mastoid
- Terapia. Tentukan dahulu prognosis dengan bermacam-macam tes (tes salivasi, tes lakrimasi,
tes gustatori) -> waktunya tidak boleh > 10 hari/2 minggub. Hasil tes masih dalam batas normal, tidak ada progresi dari parese prognosis baik
(>90%) dapat sembuh sempurna cukup dengan terapi konservasif.
11. RAMSAY HUNT SYNDROME HERPES ZOSTEROTIKUS- Etiologi: neurotrobe virus & terjadi ganglionitis -> inflamasi pada seluruh N. VII- Gejala klinik
a. Prodromalb. Malaisec. Sakit kepalad. Pusinge. Tumpah-tumpah (?)f. Kulit seperti terbakar (di daerah aurikula + mastoid)g. Tinitus pada nada tinggi -> N. VIII terkenah. Herpes erupsii. Tuli -> N. VIII terkenaj. Vertigok. Vomitusl. Fasial palsym. Mata kering
12. DISPLASIA OS TEMPORALE- Osteo petrosis- Alber s. Schonberg disease- Marble bone disease -> suatu gangguan/kelainan pada tulang temporale yang jarang
ditemukan, karakteristik:a. Resobsi kartilago yang mengalami kalsifikasib. Adanya primitif bone -> terjadinya paralisis N. VII diikuti N. II, N. V, N. VIII ->
terjadinya penyempitan foramen nutrisium- Kausa tidak jelas- Diduga karena disfungsi- Saraf autonom
a. Iskemi yang terlokalisasib. Penyakir sarkoidosis
- keracunan obat talidomide -> pada saat ibu mengandung
*dari kuliah ini tersirat bahwa adanya kesinambungan antara ilmu dasar seperti anatomi dan blok neuro so ingetinget lagi temans, jangan dilupakan ilmu-ilmu yang sudah didapat sebelumnya semanggaaat (‘.’)9