NEUROLOGI

57
NEUROSAINS DALAM NEUROSAINS DALAM APLIKASI KLINIS NEUROLOGI APLIKASI KLINIS NEUROLOGI Dr. Freddy Sitorus, SpS (K) Dr. Freddy Sitorus, SpS (K) Departemen Neurologi Departemen Neurologi FKUI-RSCM Jakarta FKUI-RSCM Jakarta

Transcript of NEUROLOGI

NEUROSAINS DALAM NEUROSAINS DALAM APLIKASI KLINIS NEUROLOGIAPLIKASI KLINIS NEUROLOGI

Dr. Freddy Sitorus, SpS (K)Dr. Freddy Sitorus, SpS (K)Departemen NeurologiDepartemen Neurologi

FKUI-RSCM JakartaFKUI-RSCM Jakarta

WAWASAN ILMU NEUROLOGIWAWASAN ILMU NEUROLOGI

• Ilmu-ilmu yang mempelajari segala aspek yang berkaitan dengan susunan saraf (neurosains)

• Ditinjau dari kegiatan-kegiatan ilmiahnya dikenal sebagai ilmu-ilmu dasar (basic) dan ilmu-ilmu terapan (applied neurosciences)

Neurosains dasar (Neurosains dasar (basic neurosciencesbasic neurosciences))

Mempelajari berbagai aspek susunan saraf dan mencoba menjelaskan berbagai fenomena dalam anatomi, fisiologi, biokimia dan performance makhluk hidup yang merupakan manifestasi aktivitas susunan saraf dan keterkaitanan masing-masing komponen serta interaksinya .

Neurosains Dasar (Neurosains Dasar (basic neurosciencesbasic neurosciences))

• Kegiatan meliputi neuroanatomi, neurofisiologi, neurokimia, mikroanatomi/histologi baik ditingkat makro maupun di tingkat seluler dan subseluler termasuk mempelajari interaksi masing-masing komponen.

• Kegiatan terutama dalam bidang riset.

Neurosains TerapanNeurosains Terapan((APPLIED NEUROSCIENCESAPPLIED NEUROSCIENCES))

• Mendalami dan menggunakan hasil-hasil penelitian neurosains untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.

• Antara basic neurosciences dengan applied neurosciences merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Setiap penemuan dalam “basic” dapat memacu penelitian lanjutan yang menjurus ke arah terapan.

Neurologi KlinikNeurologi Klinik

• Penerapan ilmu-ilmu neurologi untuk mempelajari fenomena-fenomena perubahan berbagai aspek susunan saraf dalam kaitannya dengan berbagai gangguan terhadap susunan saraf pusat dan perifer baik secara primer maupun sekunder.

Metodologi dalam Neurologi KlinikMetodologi dalam Neurologi Klinik

• Mengaplikasikan neuroanatomi, neurofisiologi, neuropatologi, neurokimia, neuroimaging dan fungsi susunan saraf pusat dan perifer baik dalam keadaan sehat maupun sakit untuk menegakkan diagnosis dan mengaplikasikan penemuan neurofarmakologi, neurobehaviour, neurorestorasi/rehabilitasi dalam rangka pengobatan/penyembuhan penderita.

Sistem saraf pusat otak dan medulla spinalis

Sistem saraf perifer

- Serabut saraf (dan ganglia) membawa informasi dari kulit dan tungkai (aferen)

- Serabut saraf membawa informasi ke otot-otot untuk mengontrol gerakan (eferen)

- Serabut saraf dan ganglia sistem saraf otonom

- Serabut saraf dan ganglia dari sistem persarafan enteric untuk mengontrol fungsi usus

Organisasi Sistem PersarafanOrganisasi Sistem Persarafan

1. Anamnesis– Menggunakan metoda wawancara baik dengan

penderita (auto) maupun dengan orang-orang yang “dekat” dengan penderita (allo)

– Wawancara ini sangat penting dan utama kelihaian seorang dokter terlihat dari penguasaan komunikasi dan ketajaman naluri dalam mencari penyakit penderita

– Anamnesis yang akurat gambaran diagnosis atau diagnosis banding dapat ditemukan

MetodaMetoda

2. Pemeriksaan/status neurologi klinikA. Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksaan

fungsi vital dan gambaran umum dari kepala, dada dan perut serta ekstremitas

B. Pemeriksaan NeurologiMeliputi:• Pemeriksaan Kesadaran

I. Kuantitas; dapat digunakan Skala Koma Glasgow dengan menilai respon mata, motorik, verbal.

II. Kualitas; - Meningkatnya tingkat kesadaran/eksitasi

serebral: tremor, euforia, mania- Menurunnya tingkat kesadaran:

delirium, somnolen, sopor, sopor-koma, koma

GLASGOW COMA SCALE

• Verbal• Motor• Eyes

Verbal• Orientasi baik (5)• Bingung (confused) (4)• Bicara tidak sesuai (inappropriate) (3)• Suara tidak dimengerti (2)• Tidak ada suara (1)• (T=intubasi)

Motor• Bergerak sesuai perintah (6)• Melokalisasi nyeri (5)• Fleksi terhadap nyeri (withdrawal) (4)• Fleksi abnormal (3)• Respons ekstensi (2)• Tidak ada respon (1)

Eyes• Buka mata spontan (4)• Buka mata dengan perintah (3)• Buka mata dengan rangsangan nyeri (2)• Tidak ada respon (1)

• Pemeriksaan Rangsang Meningeal- Kaku Kuduk- Tanda Brudzinski I - Tanda Kernig- Tanda Brudzinski II- Tanda Lasegue

• Pemeriksaan fungsi saraf kranialis

Pemeriksaan fungsi saraf kranialis

Saraf Kranialis

Homunculus MotorikPemeriksaan Motorik

Traktus Piramidalis- Kortikobulbar- Kortikospinal

Voluntary Movement: “Conscious”

• Meliputi- Kekuatan motorik- Tonus (hiper, normo dan hipo)- Trofik (hiper, normo dan hipo)- Gerakan-gerakan involunter

Pemeriksaan Sistem Motorik

Refleks-Refleks :- Refleks Fisiologis (Biseps, Triseps, KPR, APR)- Refleks Patologis (Babinsky, Chaddock, dll)

Kekuatan motorik

Meliputi:- Pemeriksaan sensorik- Eksteroseptif (nyeri, raba/tekan, suhu)- Proprioseptif- Enteroseptif

Pemeriksaan Sistem Sensorik

General Properties of Sensory Systems

Homunculus Sensorik

Jaras sensorik

• Pemeriksaan fungsi vestibuler dan serebelum

• Pemeriksaan fungsi kortikal luhur jika diindikasikan seperti:- TOAG (Test Orientation and Attention of

Galvaston)- MMSE (Mini Mental Status Examination),

penilaian awal fungsi kognitif

• Kesimpulan dari semua pemeriksaan adalah diagnosis atau diagnosis banding (jika belum jelas kesimpulan pemeriksaan tsb). Meliputi:– Diagnosis Klinis– Diagnosis Topis– Diagnosis Etiologis– Diagnosis Patologi

• Dan berdasar diagnosis tersebut disusun rancangan pemeriksaan tambahan/penunjang untuk lebih memastikan diagnosis sekaligus menyingkirkan diagnosis banding.

Diagnosis dan Diagnosis Banding

Meliputi :• Pemeriksaan laboratorium umum/khusus• Pemeriksaan neuroimaging konvensional CT

scan, MRI, MRS, PET, SPECT• Pemeriksaan khusus atas indikasi EEG-Brain

Mapping, EMG, Evoked potential, Doppler, Neurooftalmologi, Neurootologi

Pemeriksaan Tambahan/Penunjang

EEG

EMG

Meliputi• Pengobatan kausal• Pengobatan simptomatik• Pengobatan kognitif dan

neurorestorasi/rehabilitasi

Terapi / Pengobatan

Ilustrasi Kasus Aplikasi Neurologi KlinisIlustrasi Kasus Aplikasi Neurologi Klinis

• Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke dokter dg keluhan utama nyeri kepala dan sempoyongan yang muncul tiba-tiba.

• Sebelumnya ia merasakan kelopak mata kanannya jatuh dan jika minum tersedak.

• Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak lama dan konsumsi alkohol > 3 botol setiap hari

• RPD: Hipertensi. Minum obat tidak teratur

Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah meningkat, RR & HR dbn Ptosis mata kanan Pupil anisokor kiri<kanan Refleks cornea (-) mata kanan Sensasi nyeri ↓ pada sisi kanan wajah Anhidrosis sisi wajah kanan Uvula deviasi ke kiri, palatum kanan jatuh, motorik kekuatan normal sensasi tajam ↓ pada sisi tubuh kiri

KEGAGALANKEGAGALANELEKTRIKELEKTRIK

KEGAGALANENERGI JARINGAN

KEGAGALANHOMEOSTASIS KATION

SHIFT NEUROTRANSMITTER& KALSIUM

INTRASELTOKSISITAS Ca

INFARK&

NEKROSIS

KEGAGALANKEGAGALANMETABOLIKMETABOLIK

KEGAGALAN ELEKTRIK

KEGAGALANENERGI

JARINGAN

MENURUNNYAHOMEOSTASIS

KATION

PERGESERANNEUROTRANSMITTER

& Ca2+

OKSIGEN & GLUKOSA JAR.

ATP & PCr

ASIDOSIS LAKTAT JAR.

KALIUM SELULAR

Na,Ca2+, Cr, H2O SELULAR

TERJADI EDEMA SITOTOKSIK

PELEPASAN GLUTAMAT & NEUROTRANSMITTER LAIN INFLUX KALSIUM

KEGAGALANMETABOLIK

TOKSISITASCALSIUMEKSTRASELULAR

FOSFOLIPASE AS. ARAKHIDONAT LEUKOTRIN & PG

RADIKAL OKSIGEN MERUSAK MEMBRAN PROTEIN & DNA

PROTEASE MEMECAH PROTEINARGININ CITRULIN & NO

INFARKDAN NEKROSIS

KERUSAKAN BBB

EDEMA VASOGENIK(INTRASEL EDEMA)

AKTIVITAS & RECRUITMENTLEKOSIT

The Molecular Events Initiated in Brain Tissue by Acute Cerebral Ischemia

Proteinsintesis

AnaerobicGlycolysis

EnergyMetabolismis damaged

Anoxic Depolarization of membrane

cell

CMRG=CerebralMetabolic rate of

Glucose

Kelainan Medulla SpinalisKelainan Medulla Spinalis

• Gejala & Tanda Klinis Lesi Medulla Spinalis:1. Tanda motorik

A. Tanda LMN : atrofi, hipotoni, hiporefleks, refleks patologik (-), klonus (-).

B. Tanda UMN : hipertoni, hiperefleks, klonus (+), refleks patologik (+).

2. Gejala nyeriA. Nyeri Radikular: nyeri seperti ditusuk, pada

distribusi dermatom saraf bagian dorsal inflamasi atau kompresi saraf dorsal yang disebabkan lesi ekstramedular - medula spinalis.

B. Menyebar, nyeri menetap lesi intramedular.

3. Gejala sensorikA. Nyeri & suhu: lesi pada traktus spinothalamikus

defisit pada tubuh kontralateral dibawah lesi.

B. Posisi & rasa getar defisit ipsilateral dan dibawah level lesi

• Sindroma klinis medula spinalis1. Mielopati transversa: tanda LMN & UMN

trauma, mielitis viral, MS. 2. Hemiseksi medula spinalis sindroma

Brown-Sequard gangguan nyeri & suhu kontralateral, kelemahan ipsilateral serta gangguan getar dan posisi trauma, tumor.

3. Siringomielia gejala LMN setinggi lesi, paraparesis kongenital.

4. Oklusi arteri spinalis anterior hiperefleks, paraparesis spastis, hilangnya rasa nyeri & suhu dibawah lesi aterosklerotik aorta.

5. Subacute combined degeneration (sklerosis posterolateral) hilangnya rasa getar & posisi pada tungkai bilateral berhubungan dengan tanda UMN defisiensi vit B 12.

6. Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS): LMN & UMN etiologi belum diketahui.

7. Tabes Dorsalis: nyeri, parestesia, hilangnya rasa getar & posisi Neurosifilis.

Lesi Saraf PeriferLesi Saraf Perifer

• Gejala sensorik lesi saraf perifer.• Gangguan: - distal dg pola stocking &

glove polineuropati.• Klasifikasi:

A. Mononeuropathy simplexB. Mononeuropathy multiplexC. Polyneuropathy GBS, CIDP, metabolik

(DM).

• Lesi pada root & plexus:A. Lesi trauma & kompresiB. Tabes dorsalisC. Penyakit Lyme

Mielopati:A. SiringomieliaB. Subacute combined degeneration (defisiensi

Vit B12)