digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION...

21

Click here to load reader

Transcript of digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION...

Page 1: digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU Dr. Ir. Nurlita

GREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU

Dr. Ir. Nurlita Pertiwi, MT

Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

Abstrak

Permasalahan perkotaan yang semakin kompleks menyebabkan penurunan kualitas hidup masyarakat. Hal ini menuntut adanya upaya perbaikan kualitas lingkungan melalui pelibatan masyarakat salah satunya dalam pengembangan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau yang memiliki fungsi ekologis, psikologis dan sosial budaya dapat dioptimalkan dengan adanya peran masyarakat dalam pengelolaannya. Optimalisasi ruang terbuka hijau dengan melibatkan masyarakat diawalai dengan Green Education. Green Education merupakan suatu konsep pendidikan alternatif yang berbasis pada masyarakat dan bertujuan untuk memberikan pengetahuan lingkungan dan pada akhirnya akan melahirkan perilaku positif terhadap lingkungan. Konsep pendidikan ini adalah upaya awal dalam memberikan pengetahuan masyarakat akan pentingnya ruang terbuka hijau terhadap kualitas lingkungan. Hal ini selanjutnya akan menjadi stimulan pada adanya perilaku atau kegiatan yang mendukung terciptanya ruang terbuka hijau di perkotaan. Konsep pendidikan yang dirancang bagi semua tingkatan masyarakat perkotaan dan dilaksanakan secara formal dan non formal akan menciptakan kota yang nyaman untuk dihuni.

Kata Kunci : Green education, Masyarakat, Ruang terbuka hijau

Latar Belakang

Perkotaan di Indonesia tumbuh dengan pesat sesuai dengan pertumbuhan

jumlah penduduknya serta dinamika dari masyarakatnya. Namun sejalan dengan

pertumbuhannya, perkotaan juga menghadapi masalah degradasi lingkungan

seperti peningkatan suhu udara, kebisingan, polusi baik di udara, tanah dan air,

banjir, sampah, kemacetan dan kekumuhan. Kondisi lingkungan perkotaan

tersebut juga disertai dengan penurunan kualitas hidup masyarakat, yaitu

prosentasi penduduk miskin semakin besar dan menurunnya derajat kesehatan.

Gambaran lingkungan perkotaan menuntut pemerintah untuk dapat menciptakan

kota yang ekologis dan nyaman bagi masyarakat.

1

Page 2: digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU Dr. Ir. Nurlita

Salah satu upaya pemerintah adalah dengan adanya kebijakan

pengembangan ruang terbuka hijau. Sebagaimana diungkapkan dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka

Hijau Kawasan Perkotaan diuraikan tujuan penataan ruang terbuka hijau adalah

untuk menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan,

mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di

perkotaan dan c. meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah,

bersih dan nyaman.

Selanjutnya dalam Undang Undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang

dijelaskan pada pasal 29 bahwa ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka

hijau publik dan ruang terbuka hijau privat, dimana proporsi ruang terbuka hijau

kota paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota. Proporsi 30 (tiga puluh) persen

merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik

keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis

lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang

diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapa meningkatkan nilai estetika kota.

Luasan ruang terbuka hijau untuk publik berkisar 20% atau dan privat

sebesar 10%. RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-

lahan milik privat atau lahan milik masyarakat yang dapat berfungsi sebagai open

spece dan mendukung tercapainya keseimbangan ekosistem. Di perkotaan, ruang

tersebut pada umumnya bersifat sebagai halaman rumah atau pekarangan dan

taman yang ditempatkan pada atap gedung. Untuk mencapai proporsi yang

disayaratkan pada ruang terbuka hijau privat di perkotaan, maka masyarakat

memiliki peran yang sangat besar. Peran tersebut ditunjukkan dengan kesediaan

mereka dalam melakukan pengelolaan RTH pada kawasan miliknya.

Kesediaan masyarakat untuk terlibat dalam suatu pengelolaan lingkungan

harus diawali dengan peningkatan pengetahuannya. Dalam teori pendidikan,

kesediaan tersebut diwujudkan sebagai perilaku masyarakat. Dalam teori

perubahan perilaku yang dikemukakan oleh Ajzen dalam Darnton (2008) bahwa

terdapat lima hal yang berpengaruh penting pada perubahan perilaku yaitu sikap

(attitudes), pengetahuan (knowledge), kemampuan menyeseuaiakn diri (self

2

Page 3: digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU Dr. Ir. Nurlita

efficacy), pengendalian diri (locus of control) dan maksud atau tujuan (intent).

Berdasarkan teori tersebut, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam

peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan RTH adalah peningkatan

pengetahuannya masyarakat terhadap lingkungan.

Peningkatan pengetahuan masyarakat dilakukan dengan pendekatan

teknologi pendidikan. Miarso (2008) menguraikan bahwa teknologi pendidikan

tidak hanya membantu memecahkan masalah belajar dalam konteks sekolah,

namun dalam dalam seluruh konteks kehidupan masyarakat, dengan

mengembangkan dan/atau menggunakan beraneka sumber. Dalam konteks

sekolah teknologi pendidikan berkembang dari apa yang semula dikenal dengan

istilah didaktik dan metodik. Namun karena belajar tidak hanya dalam konteks

sekolah, tetapi dalam seluruh konteks masyarakat, maka teknologi pendidikan

beroperasi dimana belajar itu diperlukan, baik oleh perorangan, kelompok

maupun organisasi.

Salah satu inovasi dalam teknologi pendidikan yang berbasis pendidikan

alternatif bagi masyarakat adalah green education. Konsep pendidikan ini

adalah upaya awal dalam memberikan pengetahuan masyarakat akan pentingnya

ruang terbuka hijau terhadap kualitas lingkungan.

Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan

Ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan memberikan manfaat ekologi

yang tinggi. Hal ini tidak hanya bertujuan untuk mempertahnkan kualitas

lingkungan tetapi juga menjadi kebanggan dan identitas warga kotanya. Ruang

terbuka hijau juga memberikan arti penting dari struktur pembentuk kota. Dengan

adanya ruang tersebut, maka nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu kawasan akan

lebih bermakna positif bagi pengembangan sosial ekonomi masyarakat..

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,

yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang

tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan).

3

Page 4: digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU Dr. Ir. Nurlita

Keberadaan RTH perkotaan akan sangat berperan dalam memperbaiki

kualitas hidup masyarakat. RTH dalam jumlah yang ideal akan berfungsi sangat

besar antara lain meyerap polutan, mengontrol iklim mikro, meredam kebisingan

dan lain-lain (Nurul Fatanah, 2008). Jika dipandang dari fungsi sosialnya, maka

ruang terbuka hijau dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik. Ruang publik ini

berkembang sejalan dengan kebutuhan manusia dalam melakukan kegiatan

bersama apakah berkaitan dengan sosial, ekonomi dan budaya. (Darmawan,

2006). Ruang publik yang baik ditandai dengan ketertarikan masyarakat untuk

memanfaatkannya dan juga ditunjukkan dengan kemudahan mengunjunginya.

(Carmona, et al. 2003). Selain itu karakter ruang publik ditandai dengan : 1)

Ruang tempat masyarakat berinteraksi, melakukan beragam kegiatan secara

berbagi dan bersama, meliputi interaksi sosial, ekonomi dan budaya, dengan

penekanan utama pada aktivitas sosial.; 2) Ruang yang diadakan, dikelola dan

dikontrol secara bersama - baik oleh instansi public maupun privat ; 3) Ruang

yang terbuka dan aksesibel secara visual maupun fisik bagi semua tanpa kecuali.;

dan 4) Ruang dimana masyarakat mendapat kebebasan beraktivitas (Sunaryo,

et.al. 2010).

Urgensi ruang terbuka hijau terkait juga dengan nilai-nilai yang

terkandungnya meliputi nilai ekologis dan alam, nilai psikologis, nilai sosial

budaya serta nilai estetika. (Wijanarko, 2006). Nilai ekologis dari RTH adalah

sebagai paru-paru kota yang dapat menyediakan udara segar dan menyerap gas

carbon yang banyak terdapat di udara perkotaan. Dengan demikian udara menjadi

lebih bersih dan lingkungan menjadi lebih baik. Selain itu ruang-ruang terbuka

dapat mengurangi tingkat kebisingan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor.

Selain itu ruang terbuka hijau dapat memperbaiki kualitas air tanah, mencegah

banjir, serta memperbaiki iklim perkotaan.

Nilai psikologis dari ruang terbuka hijau adalah sebagai tempat pertemuan

keluarga, kerabat dan tempat bermain anak-anak. Selain itu, ruang ini dapat pula

dipakai sebagai tempat melepas lelah dan menghirup udara segar yang sulit

diperoleh di tengah padatnya kendaraan bermotor. Nilai sosial budaya dari runga

4

Page 5: digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU Dr. Ir. Nurlita

terbuka hijau adalah sebagai ruang interaksi sosial antar warga sehingga modal

sosial dapat tumbuh pada ruang terbuka hiaju.

Nilai estetika RTH dapat dicapai dengan adanya berbagai vegetasi yang

ditata dengan rapih membuat nyaman untuk dipandang. Adanya keanekaragaman

tanaman mulai dari rumput-rumputan, tanaman sedang hingga pohon yang tinggi

memberikan suasana yang nyaman dan indah untuk dipandang. Selain itu, RTH

juga memiliki nilai ekonomis. Lahan yang ditamanu dengan tanaman yang

bernilai ekonomis dapat memberi manfaat bagi masyarakat.

Keseimbangan antara luasan RTH dan ruang terbangun akan

menghasilkan kota yang tertata. Perencanaan RTH yang matang, dapat menjaga

keseimbangan dan keharmonisan antara ruang terbangun dan ruang terbuka.

Keselerasan antara struktur kota dengan wajah-wajah alami, mampu mengurangi

berbagai dampak negatif akibat degradasi lingkungan kota dan menjaga

keseimbangan, kelestarian, kesehatan dan kenyamanan dan peningkatan kualitas

lingkungan hidup kota (Hastuti, 2011).

Ruang terbuka hijau disusun dengan berbagai tumbuhan dan tanaman atau

vegetasi yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan

rancangan peruntukkannya. Kesesuaian lahan, iklim serta topografinya akan

memberikan pengaruh pada perencanaannnya. Attayaya (2009) menguraikan

bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka

(open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan

vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak

langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,

kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan.

Sebagai pengembangan RTH privat, masyarakat dapat melakukan

penataan pekarangan. Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka

Hijau Di Kawasan Perkotaan diuraikan definisi pekarangan yaitu Pekarangan

adalah lahan di luar bangunan, yang berfungsi untuk berbagai aktivitas. Luas

pekarangan disesuaikan dengan ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB) di

5

Page 6: digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU Dr. Ir. Nurlita

kawasan perkotaan, seperti tertuang di dalam PERDA mengenai RTRW di

masing-masing kota.

Selanjutnya dalam kebijakan tersebut diatur kategori pekarangan rumah

besar, rumah sedang dan rumah kecil. Pada rumah besar dengan luas lahan di atas

500 m2, jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3 (tiga) pohon

pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau

rumput. Pada rumah sedang dengan luas antara 200 m2 sampai dengan 500 m2;

jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 2 (dua) pohon pelindung

ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

Sed ang untuk rumah kecil dengan luas kurang dari 200m2, jumlah pohon

pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon pelindung ditambah

tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

Namun hal ini mendapat tantangan berat dengan semakin sempitnya lahan

di perkotaan. Olehnya itu, masyarakat hendaknya mampu memanfaatkan lahan

pekarangan secara optimal. Keterbatasan luas halaman dengan jalan lingkungan

yang sempit, tidak menutup kemungkinan untuk mewujudkan RTH melalui

penanaman dengan menggunakan pot atau media tanam lainnya.

Alternatif lain adalah dengan pembuatan taman atap pada bangunan

bertingkat. Penerapan taman atap di perumahan menghdapi kendala disain

bangunan yang kurang mendukung. Taman dengan segala kelengkapannya dapat

menimbulkan beban mati, beban angin, dan beban air pada atap bangunan. Selain

itu, pengaliran air juga perlu diperhatikan sehingga tidak merusak struktur di

bawahnya.

Green education dan Model Perilaku Lingkungan

Pendidikan merupakan langkah awal dalam pengembangan perilaku atau

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan RTH. Deslanie (2011) menguraikan

bahwa terbentuknya dan perubahan perilaku karena proses interaksi antar individu

dan lingkungan melalui suatu proses belajar. Adapun faktor yang berpengaruh

terhadap proses pembentukan perilaku adalah : 1) awareness (kesadaran); 2)

Interest (ketertarikan); 3) Evaluation (evaluasi); 4) Trial (mencoba) dan 5)

adoption (menerima). Dari kelima faktor tersebut, proses belajar ditunjukkan

6

Page 7: digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU Dr. Ir. Nurlita

Action Skills

Knowledge of Action Strategy

Knowledge of Issuses

Attitudes

Locus of Control

Personal Responsibility

Personality Factors

Intention to Act

Responsible Environmental

Behavior

Situational Factor

dengan peningkatan kesadaran hingga penerimaan akan suatu konsep. Manfaat

proses belajar adalah terdapat transformasi pengetahuan yang akhirnya dapat

menimbulkan stimulus pada suatu aksi atau kegiatan.

Perilaku masyarakat untuk terlibat dalam peningkatan kualitas lingkungan

merupakan bagian dari rasa tanggung jawab. Hal ini diungkapkan oleh Hines

dalam Hungerford dan Volk (1990) bahwa terdapat lima variabel yang

berpengaruh untuk membentuk faktor kepribadian yaitu keterampilan,

pengetahuan strategi, locus of control, kebiasaan (attitudes) dan tanggapan

personal sebagaimana diuraikan pada gambar 1.

Gambar 1. Model Pengembangan Perilaku Lingkungan (Hines dalam Hungerford dan Volk, 1990).

Berdasarakan gambar 1 nampak bahwa perilaku lingkungan tumbuh dari

adanyak pengetahuan, sikap dan keterampilan. Model di atas menggambarkan

bahwa minat untuk melakukan aksi atau kegiatan muncul akibat adanya

pengetahuan, keterampilan dan rasa tanggung jawab. Ketiga hal ini merupakan

hasil dari suatu proses belajar. Sebagaimana diungkapkan dalam taxonomi Bloom

yang terdiri atas tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Depdikbud

(1989) menguraikan ketiga domain tersebut sebagai berikut :

- Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia atau

hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya.

7

Page 8: digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU Dr. Ir. Nurlita

- Sikap (attitude) merupakan respons tertutup seseorang terhadap

stimulus atau obyek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat

atau emosi bersangkutan.

- Tindakan (praktik) yang merujuk pada perilaku yang diekspresikan

dalam bentuk tindakan yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan

dan sikap yang telah dimiliki.

Teori ini menjelaskan bagaimana perilaku terjadi yang dimulai dari

proses belajar untuk memperoleh pengetahuan (knowledge). Dari pengetahuan

yang diperolehnya, maka akan timbul sikap dalam diri seseorang untuk

melakukan tindakan yang benar. Sikap tersebut ditunjukkan dengan adanya minat

dan motivasi dalam diri seseorang. Hasil dari dorongan sikap tersebut, maka akan

lahir tindakan atau perilaku yang bersifat praktikal.

Sebagai bagian deri pendidikan lingkungan hidup, green eduucation

sangat mendorong timbulnya tanggung jawab moral masyarakat dalam

pemeliharaan lingkungan. Muntasib (2009) menguraikan bahwa Pendidikan

Lingkungan Hidup dikembangkan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

degradasi lingkungan dengan mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas

yang memiliki kemampuan untuk mengelola lingkungan dengan baik. Sumber

daya manusia yang dimaksud adalah seluruh elemen masyarakat baik dari usia

kanak-kanak hingga usia dewasa.

Kementerian Lingkungan Hidup (2004) menguraikan bahwa Pendidikan

Lingkungan Hidup sebagai upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan

oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai

lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat

menggerakkan masyarakat untukberperan aktif dalam upaya pelestarian dan

keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan

datang.

Konsep Green Education bagi Masyarakat Perkotaan

Istilah Green merujuk kepada hasil karya yang besifat ekologis

mendukung keberlanjutan lingkungan. Dalam upaya peningkatan peran

8

Page 9: digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU Dr. Ir. Nurlita

masyarakat dalam pengelolaan lingkungan perkotaan, maka istilah green

education mengandung makna pemerian pengetahuan pada masyarakat akan cara-

cara serta teknik yang mendukung keberlanjutan ekosistem perkotaan.

Education mengandung arti pembelajaran. Istilah education tidak terlepas

dari makna kata pendidikan. Pemberian pengetahuan bagi masyarakat merupakan

tindakan pendidikan alternatif. Pengertian “pendidikan alternatif” meliputi

sejumlah besar cara pemberdayaan peserta didik/warga belajar yang dilakukan

berbeda dengan cara yang konvensional Meskipun caranya berbeda, namun semua

pola pendidikan alternatif mempunyai tiga kesamaan yaitu : 1) pendekatannya

yang lebih bersifat individual; 2) memberikan perhatian lebih besar kepada

peserta didik/warga belajar, orangtua/keluarga mereka, dan para pendidik; dan 3)

dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan kondisilingkungan. (Miarso, 2008).

Metode penerapan green education yang dilakukan untuk masyarakat

perkotaan dapat dibagi secar formal dan non formal. Secara formal pengenalan

akan teknik teknik yang tepat dalam mendukung terciptanya ruang terbuka hijau

sebagai bagian manajemen sekolah atau dengan pendekatan School based

Management. Hal ini diawali dengan menyisipkan pengenalan teori lingkungan

pada beberapa mata pelajaran untuk melahirkan sikap peduli dan rasa tanggung

jawab. Sebagai ukuran psikomotorik, maka siswa harus dapat membuktikan

perilakunya dengan ikut serta dalam penyediaan RTH. Tindakan tersebut dapat

dinilai sebagai bagian ekstra kurikuler.

Secara non formal, green education dapat diterapkan dengan berbasis pada

kelembagaan masyarakat. Lembaga – lembaga sosial yang tumbuh di masyarakat

dijadikan media untuk memberikan pengembangan pengetahuan dan sikap

lingkungan bagi masyarakat. Pemerintah kota dapat memberikan stimulan

finansial dalam hal penyediaan bibit tanaman dan wadah konsultansi.

Green Education yang dilakukan secara selaras baik secara formal dan non

formal akan melahirkan pola pengembangan perilaku yang holistik. Semua

tingkatan usia baik tingkat anak-anak, remaja hingga masa dewasa akan memiliki

paradigma yang baru tentang keterlibatan dalam pengembangan runag terbuka

9

Page 10: digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU Dr. Ir. Nurlita

hijau di perkotaan. Paradigma tersebut akan menjadi modal sosial yang

mendukung pembangunan perkotaan.

Modal sosial akan melahirkan sistem nilai yang akan nampak pada

masyarakat perkotaan. Sunaryo, et al (2010) mengurakan bahwa bagaimana

ruang-ruang kota (publik dan privat) diorganisasikan adalah manifestasi dari

sistem nilai yang dianut masyarakatnya. Pada konteks ini kita bisa melihat dimana

proses-proses pembelajaran hidup berkota dimulai, pada saat masyarakat kota

melakukan konsensus atau kesepakatan-kesepakatan dalam mengatur penggunaan

ruang komunalnya, dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa melalui ruang

publik kita dapat meneropong sejauh mana taraf masyarakat kota kita telah

menemukan konsepsi urbanitasnya, konsepsi mengenai hidup bersama dalam satu

wilayah.

Proses belajar dengan Green Education juga merupakan bagian dari

reformasi pendidikan. Reformasi atau perubahan paradigma dalam pendidikan

pada dasarnya adalah melakukan tindakan lain yang berbeda berdasarkan pola

pikir yang sesuai dengan perkembangan lingkungan. Masalah yang kita hadapi

sekarang tidak mungkin kita selesaikan dengan cara lama yang telah

menimbulkan masalah yang kita hadapi. (Miarso, 2008).

Reformasi pendidikan tersebut menggabungkan antara pola pendekatan top

down dengan pendekatan bottom up, Pendekatan top down dilakukan dengan

pembuatan kebijakan dan regulasi lain tentang pengembangan ruang terbuka

hijau. Beberapa kebijakan tersebut adalah :

- Undang Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang

Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di

Kawasan Perkotaan.

- Standar Nasional Indonesia yaitu SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di perkotaan, yang menetapkan

luasan minimum taman lingkungan berdasarkan jumlah penduduk

10

Page 11: digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU Dr. Ir. Nurlita

pendukung, kebutuhan luasan hijau per orang dan radius

pencapaiannya

- Peraturan Daerah Propinsi dan Kota tentang Rencana Tata Ruang dan

Wilayah.

Secara bottom up, masyarakat dapat mengembangkan metode belajar yang

sesuai dengan usia dan karakteristik kelompok. Media belajar dapat bervariasi

seperti ruang belajarnya di taman, tempat ibadah, ataupun ruang kelas yang

representatif.

Hal ini sesuai dengan uraian Miarso (2008) bahwa : Berbagai bentuk

pendidikan alternatif adalah :

1. Pendidikan di rumah (home schooling) yang diselenggarakan oleh

orangtua/keluarga

2. Pendidikan di tempat ibadah, termasuk pendidikan pesantren

3. Pendidikan bagi peserta didik/warga belajar yang bermasalah (mereka

yang menjadi korban kemiskinan, kriminalitas, pertikaian dsb.) seperti

pendidikan bagi anak jalanan.

4. Pendidikan terprogram yang direkayasa melalui berbagai bentuk sarana

seperti teks terprogram, pembelajaran berbasis komputer (computer based

instruction) dll.

5. Pendidikan berbasis masyarakat (community-based education), termasuk

berbagai macam kursus dan kegiatan belajar tidak terstruktur.

6. Pendidikan terbuka yang memberikan kesempatan kepada siapa saja,

untuk belajar apa saja yang diperlukan, kapan saja, dan dimana saja.

7. Pendidikan berjaringan yang menekankan terjadinya interaksi beragam

dengan semua pihak yang dapat memberikan kontribusi dalam

pembentukan kompetensi yang diinginkan oleh masing-masing peserta

didik/pembelajar.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa masyarakat dapat merencanakan metode

pembelajaran green education yang sesuai dengan kondisi lingkungan serta

kebutuhan warga belajar. Berdasarkan uraian di atas, dengan perkotaan akan lebih

nyaman dan indah dengan ketersediaan ruang terbuka hijau. Seluruh masyarakat

11

Page 12: digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU Dr. Ir. Nurlita

kota dapat berpartisipasi secara aktif dalam menciptakan kota dengan kualitas

lingkungan yang baik.

PENUTUP

Green Education merupakan suatu konsep pendidikan alternatif yang

berbasis pada masyarakat dan bertujuan untuk memberikan pengetahuan

lingkungan dan pada akhirnya akan melahirkan perilaku positif terhadap

lingkungan. Konsep pendidikan ini bertujuan menciptakan paradigma pada

masyarakat akan pentingnya menjaga kualitas perkotaan dengan

pengembangan RTH. Konsep pendidikan yang dirancang bagi semua

tingkatan masyarakat perkotaan dan dilaksanakan secara formal dan non

formal akan menciptakan kota yang nyaman untuk dihuni.

DAFTAR PUSTAKA

Attayaya, 2009. Ruang Terbuka Hijau. Artikel. http://www.attayaya.net/2009/07/ruang-terbukahijau-rth.html. [18/Ogos/2010

Carmona M, Heath T, Oc T and Tiesdell S. Public Spaces – Urban Places. The dimension of Urban Design. Elsevier. Oxford

Darmawan E. 2006. Teori dan Kajian Ruang Publik Kota. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Darnton, A. 2008. Behaviour Change Knowledge Review. Social Scences in Government

Deslanie, N.K. 2011. Teori Perilaku Psikologi, Peace Zone. Lonies Kingdom. Blogsport.com

Hastuti, 2011. Kajian Perencanaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perumahan Sebagai Bahan Revisi SNI 03-1733-2004. Jurnal Standardisasi Vol. 13, No. 1 Tahun 2011: 35 – 44

Hungerford, H dan Volk, T.L. 1990. Changing Learner Behaviour Through Environmental Education. Journal of Environmental Education. Vo; 21 (3) Sprung. Pp 8 – 21 Illinous USA.

.

12

Page 13: digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/10/universitas negeri... · Web viewGREEN EDUCATION BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU Dr. Ir. Nurlita

.

Muntasib, dkk. 2009. Penerapan Pendidikan Hutan dan Lingkungan Bagi Sekolah-sekolah di Sekitar Kawasan Hutan. Prosiding Seminar Hasil=hasil Penelitian IPB, 2009.

Miarso, 2008, Pengembangan Terkini Sistem Pendidikan Dan PembelajaranDi Perguruan Tinggi. Disampaikan dalam Semiloka Pengajaran dan Program Magang, Departemen Ilmu Hubungan Internasional, FISIP-UI, 2 Mei 2008

Nurul Fatanah, 2008. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota Makassar. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan,

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di kawasan Perkotaan. Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen PU

Presiden RI. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Jakarta: Presiden RI

Sunaryo, R.G.; Soewarno, N; Ikaputra; Setiawan, B. 2010. Posisi Ruang Publik Dalam Transformasi Konsepsi Urbanitas Kota Indonesia. Paper Kumpulan Makalah pada Seminar Nasional Riset Arsitektur & Perencanaan 1, IAP DIY – APRF – JUTAP UGM, Yogyakarta, 16 Januari.

Wijanarko, 2006. Kemungkinan Penerapan Co-Management Alam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Di Pantai Utara Kota Surabaya. Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota. Semarang

13