Negara Agraris Tanpa Petani

19
Analisis Peran Pendidikan Dalam Pengembangan Tenaga Kerja Sektor Pertanian A. Latar Belakang Letak geografis yang strategis menunjukkan betapa kaya Indonesia akan sumber daya alam dengan segala flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya yang melimpah. Sumber daya alam Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan, perkebunan serta pertambangan dan energi. Sebagai negara agraris, sektor pertanian seharusnya bisa menjadi lapangan pekerjaan yang sangat menguntungkan bagi warga negara Indonesia. Indonesia memiliki luas lahan 190,9 juta ha, lahan yang telah dimanfaatkan untuk pertanian sebesar 37,1% atau 70,8 juta ha. Lahan Pertanian tersebut di manfaatkan bagi peruntukan sawah, lahan kering, perkebunan dan non pertanian. Namun lahan yang belum termanfaatkan masih 62,9 % atau 120,2 juta ha. Lahan ini masih berupa hutan (Isa, 2012). Potensi lahan yang masih luas, tidak menunjukkan kekuatan Indonesia di sektor pertanian saat ini. Seiring berjalannya waktu, posisi sektor pertanian sebagai basis perekonomian Indonesia mulai tereduksi dan digantikan oleh sektor non pertanian. Sampai dengan tahun 1970an, sektor pertanian masih mendominasi perekonomian Indonesia. Namun, booming harga minyak pada tahun 1980an menyebabkan paradigma pembangunan berubah, dari perekonomian berbasis sektor tradisional ke modern. Proses pembangunan lebih banyak

description

ekonomi

Transcript of Negara Agraris Tanpa Petani

Page 1: Negara Agraris Tanpa Petani

Analisis Peran Pendidikan Dalam Pengembangan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

A. Latar Belakang

Letak geografis yang strategis menunjukkan betapa kaya Indonesia akan sumber daya alam

dengan segala flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya yang

melimpah. Sumber daya alam Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, kelautan dan

perikanan, peternakan, perkebunan serta pertambangan dan energi.

Sebagai negara agraris, sektor pertanian seharusnya bisa menjadi lapangan pekerjaan yang

sangat menguntungkan bagi warga negara Indonesia. Indonesia memiliki luas lahan 190,9

juta ha, lahan yang telah dimanfaatkan untuk pertanian sebesar 37,1% atau 70,8 juta ha.

Lahan Pertanian tersebut di manfaatkan bagi peruntukan sawah, lahan kering, perkebunan

dan non pertanian. Namun lahan yang belum termanfaatkan masih 62,9 % atau 120,2 juta ha.

Lahan ini masih berupa hutan (Isa, 2012). Potensi lahan yang masih luas, tidak menunjukkan

kekuatan Indonesia di sektor pertanian saat ini.

Seiring berjalannya waktu, posisi sektor pertanian sebagai basis perekonomian Indonesia

mulai tereduksi dan digantikan oleh sektor non pertanian. Sampai dengan tahun 1970an,

sektor pertanian masih mendominasi perekonomian Indonesia. Namun, booming harga

minyak pada tahun 1980an menyebabkan paradigma pembangunan berubah, dari

perekonomian berbasis sektor tradisional ke modern. Proses pembangunan lebih banyak

diorientasikan ke sektor modern. Akibatnya, pembangunan sektor pertanian tersendat

sehingga kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDB semakin menurun.

Kecenderungan penurunan tersebut berlangsung hingga kini.

Menurut data BPS pertumbuhan PDB tahun 2013 mencapai 5,78 persen, dimana semua

sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor

Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 10,19 persen, diikuti oleh Sektor Keuangan,

Real Estat, dan Jasa Perusahaan 7,56 persen, Sektor Konstruksi 6,57 persen, Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,93 persen, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5,58

persen, Sektor Industri Pengolahan 5,56 persen, Sektor Jasa-jasa 5,46 persen, Sektor

Pertanian 3,54 persen, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,34 persen. Pertumbuhan

PDB tanpa migas pada tahun 2013 mencapai 6,25 persen yang berarti lebih tinggi dari

pertumbuhan PDB.

Page 2: Negara Agraris Tanpa Petani

Data tentang pertumbuhan PDB menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pertanian tidak

begitu besar bila dibandingkan dengan kegiatan ekonomi non-pertanian yang mengalami

peningkatan signifikan. Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap

total pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,42 persen. Selanjutnya

diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan

Komunikasi yang memberikan sumber pertumbuhan masing-masing 1,07 persen dan 1,03

persen, sedangkan untuk sektor pertanian sumber pertumbuhannya sebesar 0,45 persen.

Perkembangan pesat yang terjadi di perkotaan terus mengakibatkan alih fungsi lahan

pertanian menjadi non pertanian. Kondisi ini berdampak pada semakin sempitnya luas lahan

pertanian yang dimiliki oleh petani. Setidaknya terdapat dua alternatif yang ditempuh oleh

para petani yaitu membuka lahan pertanian baru atau mencari pekerjaan dalam bidang non

pertanian.

Kondisi tersebut mengakibatkan perndapatan dari sektor pertanian dipandang tidak mampu

mengimbangi peningkatan harga berbagai kebutuhan hidup petani. Pendapatan yang

diperoleh sangat rendah berakibat pada semakin tidak menariknya pekerjaan sebagai petani.

Kondisi ini pula yang mengakibatkan tenaga kerja produktif, terutama tenaga kerja muda

lebih memilih bidang pekerjaan di luar sektor pertanian. Mereka lebih baik mencari

pekerjaan di kota yang upahnya lebih baik, sehingga desa kekurangan tenaga kerja potensial

yang masih muda untuk mengembangkan sektor pertanian.

System desentralisasi pemerintahan yang tertuang dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2004

memberikan kewenangan pemerintah daerah untuk melakukan otonomi yang luas kepada

daerahnya. Salah satunya adalah pendidikan, yang sebelumnya menjadi kewenangan

pemerintah pusat kemudian dialihkan menjadi kewenangan pemerintah daerah. Untuk

memperkuat system pendidikan maka muncul Undang-Undang No 20 Tahun 2003, yang

bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen pendidikan.

Kewenangan desentralisasi yang diberikan kepada pemerintah daerah diharapkan mampu

mengelola pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, lingkungan dan dunia usaha

setempat, sehingga lulusan pendidikan benar-benar bermanfaat bagi daerah tersebut. Hal ini

sesuai dengan pengertian pendidikan dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Page 3: Negara Agraris Tanpa Petani

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

W. Arthur Lewis (1954 dalam Todaro, 2006), didalam teorinya (Lewis two-sector model)

berpendapat bahwa transformasi struktural ekonomi dari sektor tradisional ke sektor modern

akan diikuti oleh migrasi struktural tenaga kerja secara massive, dari sektor tradisional ke

sektor moderen. Tenaga kerja sektor tradisional bermigrasi karena tertarik akan tawaran

tingkat upah sektor modern yang lebih tinggi daripada sektor tradisional. Menurut Lewis,

perekonomian di desa merupakan representasi dari sektor tradisional, sedangkan

perekonomian di kota adalah representasi dari sektor modern. Oleh karenanya, Lewis

berpandangan bahwa migrasi tenaga dari sektor tradisional ke sektor modern terjadi dalam

bentuk migrasi penduduk dari desa ke kota.

Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi hanya dipandang pasif

dan sebagai unsur penunjang semata. Dewasa ini, pakar ekonomi pembangunan mulai

menyadari bahwa daerah pedesaan dan sektor pertanian ternyata tidak bersifat pasif, dan jauh

lebih penting dari sekedar penunjang dalam proses pembangunan ekonomi secara

keseluruhan. Keduanya harus ditempatkan pada kedudukan sebenarnya, yakni sebagai unsur

atau elemen unggulan yang sangat penting, dinamis, dan sangat menentukan strategi-strategi

pembangunan secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi SDM pertanian di Kabupaten Karanganyar ?

2. Bagaimana program pendidikan yang mendukung pembangunan SDM pertanian ?

3. Bagaimana kebijakan pemerintah daerah dalam pembangunan SDM pertanian ?

4. Bagaimana peran pendidikan dalam pembangunan SDM pertanian?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keadaan sosial dan ekonomi petani di Kabupaten Karanganyar

2. Untuk mengetahui program pendidikan yang mendukung pembangunan SDM pertanian

3. Untuk mengetahui kebijakan yang telah dilakukan pemerintah daerah dalam

pembangunan SDM pertanian

4. Untuk mengetahui peran pendidikan dalam pembangunan SDM pertanian

Page 4: Negara Agraris Tanpa Petani

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan di bidang

pendidikan agar dapat mendorong hasil pendidikan yang mendukung sektor pertanian,

terutama hasil pendidikan yang dapat menciptakan tenaga ahli di bidang pertanian.

2. Bagi peneliti

Memberikan wawasan tentang kebijakan pendidikan saat ini yang belum memberikan

manfaat yang besar di bidang pertanian

E. Kajian Pustaka

DEVELOPMENT OF HUMAN CAPITAL AS A TOOL FORIMPROVING PRODUCTIVITY OF AGRICULTURAL SECTOR –CASE OF SERBIA

Jovan Zubovic, Ivana

Domazet, Ivan Stosic

Institute of Economics

Sciences Belgrade, Serbia

Saat ini reformasi pada sekolah-sekolah pertanian harus bersandar pada kurikulum yang menggabungkan pengajaran pelatihan praktis petani lokal. Pemecahan masalahanya harus dititik beratkan pada penyelesaian maslah pengangguran di kalangan penduduk desa, dengan reorientasi sumber daya manusia yang menawarkan program pelatihan yang membantu meningkatkan produktivitas

KAJIAN PERAN PENDIDIKANTERHADAP PEMBANGUNAN PERTANIANDI KABUPATEN DEMAK

Dwi Isnaini Saparyanti,

Universitas Diponegoro

Pembangunan pendidikan yangdilaksanakan di Kabupaten Demak baru mampu menyediakan sumber daya manusiapelaku usaha (off farm). Ketidakmampuan sektor pendidikan dalam menyediakankebutuhan sumber daya

Page 5: Negara Agraris Tanpa Petani

manusia (SDM) pelaku utama (petani) dikarenakanmotivasi/animo yang rendah dari para generasi muda untuk masuk di sekolah pertanianyang disebabkan oleh beberapa alasan yaitu sektor pertanian tidak menjanjikan dari segipendapatan dan secara status sosial masih dipandang rendah. Padahal pendidikanmempunyai pengaruh terhadap perilaku bertani yaitu pada aspek sosial dan produksi

The Effects of Education in

Agriculture: Evidence from

Nepal

Som P. Pudasaini Pendidikan menunjukkan

hasil yang lebih tinggi dalam

produktivitas di lingkungan

pertanian modern dibanding

tradisional. Sementara

diantara pekerja dan efek

alokasi pendidikan memiliki

kontribusi positif terhadap

produksi pertanian.

F. Kajian Teori

1. Pengertian Pendidikan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tata lakku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan

fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.

Page 6: Negara Agraris Tanpa Petani

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

2. Pendidikan menurut Paulo Freire

Teori pendidikan telah berkembang dari teori dengan paradigma konservativisme sampai

pada teori berparadigma ekstrem seperti liberalisme, liberasionisme sampai anarkisme.

Gagasan Freire banyak dianggap sebagai gagasan pembebasan penuh pendidikan

institusional dan mengacu pada pembebasan masyarakat dalam mengenyam pendidikan.

Gagasan ini banyak disetarakan dengan teori anarkis mengenai praktik ajar-mengajar

yang dinilai sudah cenderung menjadi komoditas kapitalistik yang tidak lepas dari usaha

pemenuhan kebutuhan semu terhadap tuntutan masyarakat semu produk sistem kapitalis.

Putar-ulang seluruh gagasan pendidikan sebagai kritik terhadap sistem dan metode

pendidikan yang sudah baku adalah gagasan para anarkis dari sini muncul 

istilah 'deschooling society' yang menyatakan sikap para anarkis. Freire kemudian sangat

dekat dengan para penggagas anarkis ini terutama karena rasa antipati terhadap sistem

kapitalistik dan karena sifat praksis serta revolusioner Freire.

Beberapa konsep Freire mengenai pendidikan yang membebaskan dan memanusiakan

dapat dilihat di bawah ini: 

a. Pendidikan ditujukan pada kaum tertindas dengan tidak berupaya menempatkan kaum

tertindas dan penindas pada dua kutub berseberangan. Pendidikan bukan dilaksanakan

atas kemurah-hatian palsu kaum penindas untuk mempertahankan status quo melalui 

penciptaan dan legitimasi kesenjangan. Pendidikan kaum tertindas lebih diarahkan

pada pembebasan perasaan/idealisme melalui persinggungannya dengan keadaan

nyata dan praksis. Penyadaran atas kemanusiaan secara utuh bukan diperoleh dari

kaum penindas, melainkan dari diri sendiri. Dari sini sang subjek-didik

membebaskan dirinya, bukan untuk kemudian menjelma sebagai kaum penindas

baru, melainkan ikut membebaskan kaum penindas itu sendiri. Pendidikan ini bukan

bertujuan untuk menjadikan kaum tertindas menjadi lebih terpelajar, tetapi untuk

membebaskan dan mencapai kesejajaran pembagian pengetahuan. 

Page 7: Negara Agraris Tanpa Petani

b. Bila pembebasan sudah tercapai, pendidikan Freire adalah suatu kampanye dialogis

sebagai suatu usaha pemanusiaan secara terus-menerus. Pendidikan bukan menuntut

ilmu, tetapi bertukar pikiran dan saling mendapatkan ilmu (kemanusiaan) yang

merupakan hak bagi semua orang tanpa kecuali\

c. Kesadaran dan kebersamaan adalah kata-kata kunci dari pendidikan yang

membebaskan dan kemudian memanusiakan.

d.  

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana penelitian ini menggunakan

data deskripstif  berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati (Bogdan dan Taylor, 1975). Penelitian kualitatif daris sisi definisi lainnya

dikemukankan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka

untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau

sekelompok orang.

Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

H. Obyek Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di daerah yang mayoritas kehidupannya dari pertanian yaitu

Kabupaten Karanganyar. Obyek penelitian ini dipilih karena di Kabupaten Karanganyar

sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan sebagian besar lingkungan

di daerah tersebut adalah lahan pertanian. Selain itu Kabupaten Karanganyar juga dijadikan

sebagai salah satu lumbung padi nasional.

I. Sumber Data

1. Data Primer

Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan

atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam

Page 8: Negara Agraris Tanpa Petani

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan

sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Dalam

penelitian ini data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada mahasiswa

dan petani.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam

sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat

perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data

sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi,

lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil

studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan sebagainya. Dalam penelitian ini data

sekunder digunakan untuk memperkuat hasil data primer yang dilakukan dengan cara

wawancara, selain itu data sekunder juga digunakan untuk melengkapi data yng

dibutuhkan dalam penelitian ini.

J. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu

seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang

valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data

yang diperlukan.

1. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman,

instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang

disiarkan kepada media massa.

3. Kuesioner

Teknik pengumpulan data berupa daftar pertanyaan yang sifatnya tertutup dan terbuka

yang dibagikan kepada petani

Page 9: Negara Agraris Tanpa Petani

K. Teknik Pengambilan Sampel

Mengingat terbatasnya tenaga, waktu dan dana yang dimiliki, untuk menentukan responden

yang dijadikan sampel, dipakai beberapa teknik yaitu (a) Sampel bertujuan atau purposive

sample, Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas

strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik purposive

sample digunakan untuk menentukan kecamatan yang menjadi responden dan pengambil

kebijakan (Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, dan Ketahanan Pangan, PPL); (b) Teknik

random sampling (acak) yaitu teknik pemilihan sampel tanpa memilih atau melihat sampel

yang mau diambil. Teknik random sampling (acak) digunakan untuk menentukan sampel

petani yang menjadi responden.

L. Teknik analisa

Agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendalam, maka dalam penelitian ini akan

dilakukan beberapa analisa yaitu:

1. Analisa kondisi sosial ekonomi petani

Analisa ini digunakan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi petani di Kabupaten

Karanganyar, sehingga diharapkan dari analisa ini dapat mengelompokkan kondisi sosial

ekonomi petani serta dapat mengetahui kebutuhan sumder daya manusia yang dibutuhkan

dalam sektor pertanian. Informasi diperoleh dari wawancara kepada petani serta Dinas

Pertanian Kabupaten Karanganyar

2. Analisis lulusan (output) pendidikan formal terhadap lapangan pekerjaan sektor pertanian

Analisa ini untuk mengetahui kompetensi apa saja yang dibutuhkan pada pendidikan

dasar guna menunjang pembangunan sumber daya manusia di sektor pertanian. Pada

analisa ini data diperoleh dari dinas pendidikan serta petugas penyuluh lapangan yang

waktu bekerjanya lebih banyak dengan petani.

3. Analisis motivasi menjadi petani

Analisis ini untuk mengetahui pandangan siswa kelas IX serta XI tentang keadaan sosial

ekonomi saat ini, serta untuk melihat seberapa besar ketertarikan kaum muda untuk

melanjutkan pekerjaan di bidang pertanian. Responden yang dipilih adalah siswa kelas IX

dan XI yang orangtuanya memiliki pekerjaan sebagai petani.

Page 10: Negara Agraris Tanpa Petani

4. Analisis kebijakan

Analisis kebijakan digunakan untuk mengetahui kebijakan apa saja yang pernah

dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dalam menunjang

pengembangan sumber daya manusia sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar,

dimana Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu lumbung padi nasional. Kebijakan

yang dianalisis adalah kebijakan pendidikan serta pertanian.

Page 11: Negara Agraris Tanpa Petani

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. (1997). Revitalisasi Sumber Daya Manusia dalam Era Perubahan, Kelola: Gadjah Mada University Business Review, No.8, 104-117

Goleman, D.(1996), Emotional Intelligence. New York, Bantam Books

Isa Iwan. 2012. Strategi Pengendalian Alih fungsi Lahan Pertanian. Badan Pertanahan Nasional. www.balittanah.litbang.deptan.go.id. diakses 19 Januari 2013

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta : Sinar Grafika.

Ross, J. et.al. (1997), Intellectual capital: Navigating the New Business Landscape, New York, MacMillan

http://www.ipabionline.com/2012/01/2-juta-petani-indonesia-ganti-profesi.html, diakses 22

Januari 2013

Page 12: Negara Agraris Tanpa Petani

Peningkatan Pendidikan dan Regenerasi Petani Masa Kini

PROPOSAL TESIS

Oleh:

BOTHY DEWANDARU

S421302009

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2014