NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

103

Transcript of NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

Page 1: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services
Page 2: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services
Page 3: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services
Page 4: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KULON PROGO

Daerah Istimewa Yogyakarta

Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN KULON PROGO

Tahun 2015

Page 5: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

i  

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas terselesaikannya penyusunan dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten ( SSK ) Kulon Progo tahun 2015. Dokumen ini merupakan pembaharuan atas dokumen SSK terdahulu yang disusun Pokja Sanitasi Kabupaten pada tahun 2012, dinamakan pemutakhiran karena dalam penyusunannya berdasarkan data terkini baik data primer ( data hasil Studi EHRA ) ataupun data sekunder ( data dari SKPD terkait sanitasi ).

Metodologi dalam penyusunan dokumen pemutakhiran SSK ini adalah berdasar data primer ( Studi EHRA ) dengan menggali data dari masyarakat/ responden atas penilaian terhadap layanan sanitasi yang meliputi layanan air limbah domestik, persampahan dan drainase permukiman perkotaan. Data sekunder bersumber dari masing-masing SKPD terkait, kemudian antara data primer dan data sekunder dikolaborasikan dalam bentuk persepsi masing-masing SKPD sehingga menghasilkan area berisiko yang merupakan wilayah desa/ kelurahan yang membutuhkan prioritas penanganan sanitasi.

Rencana tindak dalam penentuan lokasi kegiatan berdasar area berisiko akan memunculkan program dan kegiatan yang secara bertahap dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang hendak dicapai sesuai target capaian Universal Acces.

Kami menyadari bahwa penyusunan dokumen ini sangat jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan dari semua pihak untuk penyempurnaan dokumen pemutakhiran SSK ini. Besar harapan kami dokumen ini menjadi pegangan bagi pihak terkait dalam menentukan rencana tindak (action plan )menuju terwujudnya pembangunan dan peningkatan layanan sanitasi dasar ramah lingkungan tahun 2019.

Wates, Desember 2015

Page 6: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

ii  

DAFTAR ISI

 Kata Pengantar ................................................................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................................................... ii

Glossary Sanitasi ..............................................................................................................................

Bab 1 Pendahuluan .......................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang................................................................................................................ 1

1.2. Metodologi Penyusunan ................................................................................................. 3

1.3. Dasar Hukum .................................................................................................................. 4

1.4. Sistematika Penulisan .................................................................................................... 7

Bab 2 Profil Sanitasi Saat Ini ............................................................................................................ 8

2.1 Gambaran Wilayah ......................................................................................................... 8

2.2. Kemajuan pelaksanaan SSK ......................................................................................... 21

2.3. Area berisiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi .................................................... 46

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi ........................................................................................ 55

3.1. Visi Dan Misi Sanitasi ..................................................................................................... 55

3.2. Pentahapan Pengembangan Sanitasi ............................................................................ 57

3.2 .Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi .................................................................. 68

3.3 Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah ..................................................................... 71

BAB 4 Strategi Pengembangan Sanitasi .......................................................................................... 75

4.1. Air limbah domestik ........................................................................................................ 75

4.2. Pengelolaan persampahan ............................................................................................. 76

4.3. Drainase Perkotaan ........................................................................................................ 76

Bab 5 Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi ............................................................ 78

5.1. Ringkasan ........................................................................................................................ 78

5.2. Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi dengan Sumber Pendanaan Pemerintah ... 79

5.3. Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi dengan Sumber Pendanaan Non

Pemerintah ..................................................................................................................... 80

5.4. Antisipasi Funding Gap ................................................................................................... 82

BAB 6 Monitoring Dan Evaluasi Capaian SSK ................................................................................. 83

6.1 Capaian Stratejik ............................................................................................................ 83

6.2 Capaian Kegiatan ........................................................................................................... 86

6.3 Evaluasi Kegiatan ........................................................................................................... 89

6.4 Monitoring Evaluasi Implementasi .................................................................................. 91

Page 7: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

iii  

Lampiran

Page 8: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

1  

Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian nilai ekonomis dalam pembangunan. Dalam hal ini dampak buruk yang diakibatkan oleh sanitasi yang buruk dapat berpengaruh pada penurunan citra kabupaten/kota sebagai tujuan wisata, tujuan investasi maupun menurunnya kesejahteraan masyarakat secara umum. Disamping itu kesalahan pembangunan yang tidak seimbang dapat menyebabkan adanya beberapa permasalahan lingkungan baik berupa banjir, pencemaran, dan lain-lain.

Demikian pula dengan keadaan lingkungan fisik dan biologis permukiman di Indonesia pada umumnya yang masih belum baik. Masih banyak ditemui penduduk yang melakukan BABS karena akses sanitasi yang kurang baik, buruknya kualitas lingkungan akibat pembuangan sampah sembarangan yang membuat sungai dan air tanah tercemar, tingginya penderita diare dan lain sebagianya. Keadaan ini ditunjang pula dengan masih sedikinya penduduk yang dapat menikmati layanan air bersih dan fasilitas penyehatan lingkungan.

Hal tersebut umumnya terjadi akibat dari banyaknya aktivitas manusia yang memiliki dampak buruk bagi kualitas lingkungannya akibat dari perilaku manusia itu sendiri, baik dari pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah, pengelolaan drainase dan pengelolaan sistem MCK-nya. Juga akibat kepedulian masyarakat yang rendah terhadap kebersihan lingkungannya.

Sanitasi lingkungan merupakan hal yang sangat penting, yang selama ini kurang mendapatkan perhatian yang serius, dimana tingkat kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan. Pembangunan sosial ekonomi yang baik akan mempengaruhi kualitas lingkungan dan sebaliknya kualitas lingkungan juga akan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan sebagai modal dasar dalam pembangunan.

Permasalahan sanitasi yang dihadapi Kabupaten Kulon Progo pada umumnya hampir sama dengan kota-kota lainnya. Dibidang drainase masih adanya genangan-genangan air akibat dari pendangkalan dan lebar sungai yang tidak sesuai dengan tingginya curah hujan. Khusus kawasan permukiman padat perkotaan, genangan sering terjadi karena sistem drainase jalan dan kawasan permukiman kurang terawat dan tidak berfungsi dengan baik. Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan masyarakat membuang sampah pada sungai atau saluran.

Permasalahan air limbah akan sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat sekitar. Sumber air limbah dapat berasal dari air limbah pemukiman yang terdiri dari air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, sisa cuci, dapur, tinja manusia dan lain sebagainya dari lingkungan pemukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah ini perlu dikelola dengan benar agar tidak mencemari air permukaan dan air tanah, disamping untuk pencegahan terhadap berbagai jenis penyakit, seperti diare, thypus, kolera, dll. Di bidang persampahan masih belum semua kawasan perkotaan dan permukiman padat terlayani pengelolaan sampahnya dan masih banyaknya desa yang belum memiliki sistem penyediaan air bersih yang memadai, dan sistem sanitasi yang baik.

Dari hal diatas, maka Pemerintah Kabupaten Kulon Progo melalui program percepatan pembangunan sanitasi permukiman berusaha untuk memperbaiki kondisi ini dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Program ini diharapkan dapat melibatkan peran serta pemerintah, stakeholder dan masyarakat yang dimulai dari tahap perencanaan, implementasi sampai dengan tahap pemanfaatan dan pemeliharaan serta monitoring dan evaluasi. Dengan adanya peran serta dari masyarakat diharapkan timbul rasa memiliki terhadap hasil pembangunan sehingga program ini dapat berhasil. Untuk itu diperlukan kumpulan data yang akurat terkait dengan sanitasi di Kabupaten Kulon Progo meliputi data dan kondisi faktual, potensi dan permasalahannya yang tertuang dalam Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012 sebagai profil dan gambaran pemetaan karakteristik dan kondisi sanitasi, serta prioritas/arah pengembangan kabupaten dan

Page 9: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

2  

masyarakat Kulon Progo jangka menengah. Memasuki tahun 2015, Pemerintah Indonesia akan memasuki periode RPJMN baru 2015-2019

yang menetapkan target baru yaitu 100% (universal access) akses sanitasi layak di akhir tahun 2019. Dalam upaya untuk mencapai target tersebut dirasakan pentingnya Kabupaten Kulon Progo memiliki dokumen strategi sanitasi yang berkelanjutan. Untuk itu Pokja Air Minum Penyehatan Lingkungan Kabupaten Kulon Progo melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi tahap kedua melakukan Pemutakhiran SSK pada tahun 2015 ini.

Dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Kulon Progo tahun 2016-2020 disusun dengan merujuk pada dokumen SSK yang sudah ada dan lebih difokuskan pada upaya untuk mengimplementasikan program dan kegiatan jangka menengah dalam upaya mencapai universal access. Untuk memastikan dokumen Pemutakhiran SSK dapat diimplementasikan maka dalam proses penyusunannya disinkronkan dengan dokumen-dokumen perencanaan yang ada di kabupaten seperti RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD yang digambarkan pada bagan berikut ini.

Pemutakhiran SSK Kabupaten Kulon Progo, tidak boleh lepas dari semua dokumen perencanaan yang ada di daerah, seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), maupun Rencana Strategis (Renstra) SKPD Pengampu masalah pembangunan Sanitasi. Penyusunan RPJMD Kulon Progo 2011-2016 mempunyai hubungan dan konsisten dengan dokumen perencanaan pembangunan sesuai dengan arahan pasal 5 UU No 25 tahun 2004. RPJMD Kabupaten Kulon Progo 2001-2016 harus mengacu pada RPJM Nasional 2010-2014 dan RPJMD Provinsi DIY 2009-2013 yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di Kabupaten Kulon Progo. Untuk menjaga kesinambungan pelaksanaan pembangunan daerah, RPJMD Kulon Progo 2011-2016 berpedoman pada RPJPD Kulon Progo 2005-2025. RPJMD Kulon Progo 2011-2016 digunakan sebagai pedoman untuk penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kulon Progo.

Sebagai bagian dari sistem perencanaan pembangunan, Pemutakhiran SSK Kabupaten Kulon Progo memuat perencanaan pembangunan sanitasi untuk 5 tahun ke depan (2016-2020). Pemutakhiran SSK harus bisa mewarnai RPJMD Kulon Progo 2011-2016. Sehingga nantinya seluruh rencana pembangunan sanitasi dapat dibreak down oleh SKPD-SKPD teknis dalam pelaksanaan pembangunan sanitasi, dan selanjutnya dituangkan ke dalam Rencana Kerja SKPD. Dengan demikian arah pembangunan sanitasi bersifat menyeluruh bersinergi dan terpadu.

Gambar 1.1 Kedudukan Dokumen Pemutakhiran SSK dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Page 10: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

3  

Menurut Perda RTRW No. 1 Tahun 2012 , rencana sistem pusat kegiatan wilayah Kabupaten Kulon Progo meliputi sistem perkotaan dan sistem perdesaan. Dalam sistem pusat kegiatan, pusat permukiman adalah kawasan perkotaan yang merupakan pusat kegiatan sosial ekonomi masyarakat, baik pada kawasan perkotaan maupun pada kawasan perdesaan. Dalam sistem internal perkotaan, pusat permukiman adalah pusat kegiatan perkotaan.Berikut ini merupakan rencana pengembangan sistem perkotaan Kabupaten Kulon Progo seperti yang tertulis dalam Raperda Kabupaten Kulon Progo tentang RTRW tahun 2011-2031 :

a. pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) berada di Perkotaan Wates; b. pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi:

1. Perkotaan Temon; 2. Perkotaan Brosot; 3. Perkotaan Sentolo; 4. Perkotaan Nanggulan; dan 5. Perkotaan Dekso.

c. pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi: 1. Perkotaan Panjatan; 2. Perkotaan Lendah; 3. Perkotaan Kokap; 4. Perkotaan Girimulyo; 5. Perkotaan Kalibawang; dan 6. Perkotaan Samigaluh.

Rencana fungsi pusat pelayanan sistem perkotaan meliputi: a. PKWp Perkotaan Wates dengan fungsi pelayanan pusat pemerintahan, pendidikan, kesehatan,

olahraga, perdagangan, dan jasa; b. PKL Perkotaan Temon dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan pertanian, pariwisata,

industri, perkebunan, dan agropolitan; c. PKL Perkotaan Brosot dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan pariwisata, industri, dan

pertambangan; d. PKL Perkotaan Sentolo dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan industri, perkebunan, dan

peternakan; e. PKL Perkotaan Nanggulan dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan perikanan, pertanian, dan

agropolitan; dan f. PKL Perkotaan Dekso dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan pertanian, perkebunan, dan

agropolitan. Perkotaan yang akan ditetapkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) meliputi: a. perkotaan Temon; b. perkotaan Wates; c. perkotaan Panjatan; d. perkotaan Galur; e. perkotaan Lendah; f. perkotaan Sentolo; g. perkotaan Kokap; h. perkotaan Nanggulan; i. perkotaan Girimulyo; j. perkotaan Kalibawang; dan k. perkotaan Samigaluh.

1.2. Metodologi Penyusunan

Dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Kulon Progo disusun berdasarkan karakteristik daerah dan melibatkan sebanyak mungkin pelaku dari berbagai unsur dengan tetap melibatkan peran serta masyarakat dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan awal yang dilaksanakan dalam tahapan penyusunan dokumen ini berupa rapat internalisasi Pokja Air Minum Penyehatan Lingkungan,

Page 11: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

4  

lokakarya, dialog dan pertemuan dengan lembaga yang terkait. Diharapkan dapat menghasilkan rencana kerja, jadwal, data, dukungan politis dan pendanaan dalam penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Kulon Progo.

Pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Kulon Progo dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Sumber Data 1) Pengumpulan data dan dokumen dari masing-masing SKPD yang terkait, baik langsung atau

tidak langsung seperti data statistik, laporan, Renstra SKPD, RPJMD, BPS, SSK, MPS. 2) Narasumber, baik dari instansi pemerintah yang terkait, pihak swasta, tokoh masyarakat dan

masyakat sipil. 3) Survey studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk

Assessment = EHRA) dengan menyebarkan kuisioner kepada masyarakat. 4) Kajian Sanitasi Sekolah, Kajian Peran Swasta, Kajian Peran Serta Masyarakat, Kajian

Komunikasi dan Pemetaan Media. b. Pengumpulan Data

1) Studi literatur dan data sekunder 2) Melakukan observasi dan wawancara responden 3) FGD (Focus Group Discussion)

c. Analisis Data Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif yaitu

membandingkan data dengan kondisi sebenarnya.Sedangkan analisia kuantitatif dihasilkan dari data penentuan area dengan resiko tinggi yaitu diperoleh dari studi atau survei EHRA.

d. Review dokumen BPS, SSK dan MPS. Dilakukan review pada data-data hasil kajian dan program kegiatan yang telah

direalisasikan dari dokumen BPS, SSK dan MPS selanjutnya dilakukan pemutakhiran data dan strategi untuk mencapai target universal access layanan layak sanitasi.

e. Peran Pokja Kabupaten. Sebagai pengguna utama SKPD Teknis anggota Pokja tidak hanya sebatas pada

memasukkan data dan menyepakati sumber data yang digunakan, namun lebih dari itu yaitu interpretasi dari hasil pemutakhiran SSK.

1.3. Dasar Hukum

Penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016-2020 mengacu kepada peraturan perundang-undangan maupun kebijakan yang berlaku saat laporan ini disusun. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan tersebut diantaranya sebagai berikut:

a. Peraturan Perundangan 1) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 2) UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 3) UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah 4) UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 5) UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah 6) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 7) UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 8) UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. 9) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah jo. Undang-Undang nomor 9 Tahun

2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

b. Peraturan Presiden 1) Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019

Page 12: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

5  

2) Peraturan Presiden No. 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

3) PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 4) Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2009 tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga

Oleh Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum. c. Keputusan Presiden

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

d. Peraturan Pemerintah 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian

Pencemaran Air. 3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. 4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. e. Keputusan Menteri

1) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 Tentang Program Kali Bersih.

2) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/MENKES/1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan

3) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

4) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 Tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

5) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

6) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 648-82/Kep/Bangda/2015 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 648-565/Kep/Bang- da/2014 tentang Penetapan Kabupaten/Kota Sebagai Pelaksana Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2015

f. Peraturan Menteri 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/1992 Tentang Persyaratan dan Pengawasan

Kualitas Air 2) Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP)

Perumahan dan Permukiman 3) Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan

(KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum 4) Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan

(KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan 5) Permendagri No. 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD TA 2015 6) Permenkes No. 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

g. Instruksi Menteri Instruksi Menteri Dalam Negeri No.8/1998 tentang Petunjuk Kerjasama antara PDAM dengan Pihak Swasta

h. Surat Edaran Menteri i. Surat edaran Menteri Dalam Negeri Nomor: 660/4919/SJ tentang Pedoman Pengelolaan

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Daerah. j. Petunjuk Teknis

1) Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan. 2) Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara

Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus.

Page 13: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

6  

3) Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK 4) Petunjuk Tenis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Tenis Pembuatan Sumur Resapan 5) Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos

Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah.

6) Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan.

7) Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan

8) Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih.

9) Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman.

k. Perda dan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta 1) Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 03 Tahun 1997 Tentang

Pengendalian Pembuangan Limbah Cair. 2) Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta No 2 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Air

Limbah Domestik. 3) Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 03 Tahun 1997 tentang

Pengendalian Pembuangan Limbah Cair. 4) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu

Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Jasa dan Jasa Pariwisata; 5) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 6) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 157a/Kpts/1998

Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

7) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 281/Kpts/1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

8) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 65 Tahun 1999 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

9) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 24 Tahun 2000 Tentang Kegiatan Wajib Izin Pembuangan Limbah Cair Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

10) Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 32 Tahun 2000 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengendalian Pembuangan Limbah Cair

l. Peraturan Daerah dan Surat Keputusan Bupati Kulon Progo 1) Perda Kab. Kulon Progo no. 04/1988 tentang Penetapan Batas Wilayah kota kabupaten

Kulon Progo 2) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 8 tahun 1993 tentang Bangunan 3) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 16 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025. 4) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan

Pemeriksaan Kualitas Air. 5) Perda Kab. Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan

Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. 6) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi

Pelayanan Persampahan/Kebersihan. 5) SK Bupati No. 691/1991 tentang Pembentukan Badan Pengelola Kebersihan Kota

Page 14: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

7  

6) SK Bupati No. 245/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Penunjukan Tanah Pangonan di Desa Ringinardi sebagai TPA

7) SK Bupati No. 138/ A/ 2015 tanggal 1 April 2015 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Perencanaan Bidang Perhubungan, Pekerjaan Umum, Budaya dan Pariwisata, Jasa Konstruksi, Kelompok Kerja Air minum Penyehatan Lingkungan dan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 6 Bab dan Lampiran, sebagai berikut;

Bab pertama berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, metodologi penyusunan, dasar hukum dan sistematika penulisan.

Bab kedua menyajikan profil sanitasi saat ini yang berisi gambaran wilayah, kemajuan pelaksanaan SSK, profil sanitasi saat ini, area beresiko dan permasalahan mendesak sanitasi.

Bab ketiga berisi tentang kerangka pengembangan sanitasi yang meliputi visi dan misi sanitasi, pentahapan pengembangan sanitasi, kemampuan pendanaan sanitasi daerah.

Bab keempat berisi tentang strategi pengembangan sanitasi meliputi air limbah domestik, pengelolaan persampahan dan drainase perkotaan.

Bab kelima berisi program, kegiatan dan indikasi pendanaan sanitasi yang meliputi ringkasan, kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan pemerintah, kebutuhan biaya pengemangan sanitasi dengan sumber pendanaan non pemerintah, antisipasifunding gap.

Bab keenam berisi monitoring dan evaluasi capaian SSK. Lampiran yang berisi :

Lampiran 1: berupa hasil kajian aspek non teknis dan lembar kerja area berisiko Lampiran 2: berupa hasil analisis SWOT Lampiran 3: berupa tabel kerangka kerja logis Lampiran 4: berupa hasil pembahasan program, kegiatan dan indikasi Pendanaan Lampiran 5: berupa deskripsi program atau kegiatan Lampiran 6: berupa daftar perusahaan dan penyelenggara CSR yang potensial Lampiran 7: berupa kesiapan implementasi Lampiran 8: berupa rencana kerja tahunan.

Page 15: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

8

Bab 2 Profil Sanitasi Saat Ini

2.1 Gambaran Wilayah

Kabupaten Kulon Progo secara geografis terletak antara 70 38'42" – 70 59'3" Lintang Selatan

dan 1100 1'37" – 1100 16'26" Bujur Timur, merupakan bagian wilayah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta yang terletak di bagian paling barat serta dibatasi oleh :

Sebelah Barat : Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.

Sebelah Timur : Kabupaten Sleman dan Bantul, D.I. Yogyakarta

Sebelah Utara : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

Sebelah Selatan : Samudera Hindia.

Secara fisiografis, di sisi timur Kabupaten Kulon Progo dibatasi oleh Sungai Progo yang

memisahkan kabupaten ini dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Sungai Progo merupakan

sungai terbesar yang melintasi Provinsi DIY dengan hulu di Gunung Sumbing Kabupaten

Wonosobo dan bermuara di Samudera Hindia. Sungai ini mempunyai pengaruh besar terhadap

perekonomian penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama di sekitar aliran sungai

yang dimanfaatkan untuk budidaya sektor pertanian.

Luas area kabupaten Kulon Progo adalah 58.628,311 Ha yang meliputi 12 kecamatan

dengan 87 desa, 1 kelurahan dan 917 pedukuhan. Kecamatan terluas adalah Samigaluh dan

Kokap, masing-masing yaitu 12% dari total wilayah Kabupaten, sedangkan wilayah terkecil adalah

Kecamatan Wates. Dari luas total kabupaten, 24,89 % berada di wilayah Selatan yang meliputi

Kecamatan Temon, Wates, Panjatan dan Galur, 38,16 % di wilayah tengah yang meliputi

Kecamatan Lendah, Pengasih, Sentolo, Kokap, dan 36,97 % di wilayah utara yang meliputi

Kecamatan Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh.

Page 16: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

9

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Kulon Progo

Page 17: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

10

Gambar 2.2 Peta Tata Guna Lahan Kabupaten Kulon Progo

Page 18: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

11

Sumber : BPS Kulon Progo, Tahun 2010

Gambar 2.3 Grafik Prosentase Penggunaan Lahan Kab. Kulon Progo

Penggunaan lahan paling besar berada di Kecamatan Sentolo sedangkan penggunaan lahan

paling sedikit di Kecamatan Galur, sedangkan berdasarkan prosentase penggunaan untuk

penggunaan lahan secara umum 33% berupa bangunan dan pekarangan, sawah hanya meliputi 6%

total luas wilayah, tegalan, ladang dan kebun 4%, hutan 2%, dan selebihnya lain-lain 55% lainnya.

Jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013 sebanyak 411.920 jiwa dengan

jumlah Kepala Keluarga 102.980 KK. Kepadatan penduduk Kabupaten Kulon Progo adalah 23

orang/ha. Untuk kecamatan paling padat adalah Kecamatan Wates dengan kepadatan 34 orang/ha

dan terjarang adalah Kecamatan Samigaluh dengan 16 orang/ha.

Page 19: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

12

Tabel 2.1. berikut ini memberikan informasi luas wilayah tiap kecamatan dan luas wilayah

terbangun di Kabupaten kulon Progo.

Tabel 2.1

Luas Administrasi dan Wilayah Terbangun Kabupaten Kulon Progo

Nama Kecamatan

Jumlah Kelurahan

/Desa

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(Ha) (%) thd total administras

i

(Ha) (%) thd luas administrasi

Kecamatan Temon

15 3.629,09 6,19 1.119 1,91

Kecamatan Wates

8 3.200,24 5,46 1.332 2,27

Kecamatan Panjatan

11 4.459,23 7,61 1.996 3,40

Kecamatan Galur

7 3.291,24 5,61 203 0,35

Kecamatan Lendah

6 3.559,19 6,07 2.028 3,46

Kecamatan Sentolo

8 5.265,34 8,98 2.646 4,51

Kecamatan Pengasih

7 6.166,47 10,52 2.075 3,54

Kecamatan Kokap

5 7.379,95 12,59 1.348 2,30

Kecamatan Girimulyo

4 5.490,42 9,36 1.158 1,98

Kecamatan Nanggulan

6 3.960,67 6,76 1.052 1,79

Kecamatan Kalibawang

4 5.296,37 9,03 1.534 2,62

Kecamatan Samigaluh

7 6.929,31 11,82 1.719 2,93

T O T A L 88 58.628 100 18.210 31,06

Sumber: Bappeda Kab. Kulon Progo, 2015

Page 20: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

13

Tabel 2.3 Jumlah penduduk dan proyeksi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2019

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk (orang)

Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total

Tahun Tahun Tahun

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 Kecamatan Temon

5.979 6.052 6.126 6.201 6.276 20.657 20.865 21.076 21.289 21.505 26.636 26.917 27.202 27.490 27.782

Kecamatan Wates

38.140 38.604 39.073 39.548 40.029 8.041 8.128 8.216 8.305 8.395 46.181 46.732 47.289 47.853 48.423

Kecamatan Panjatan

6.015 6.092 6.170 6.249 6.329 25.349 25.610 25.873 26.140 26.409 36.262 36.645 37.032 37.424 37.820

Kecamatan Galur

11.758 11.869 11.981 12.094 12.209 20.093 20.303 20.516 20.730 20.947 31.851 32.172 32.497 32.825 33.156

Kecamatan Lendah

- - - - - 34.322 34.781 35.249 35.726 36.212 34.322 34.781 35.249 35.726 36.212

Kecamatan Sentolo

13.412 13.563 13.715 13.869 14.025 34.094 34.474 34.859 35.247 35.641 47.506 48.037 48.574 49.117 49.666

Kecamatan Pengasih

14.893 15.054 15.216 15.380 15.546 33.828 34.166 34.508 34.854 35.202 48.721 49.220 49.724 50.234 50.749

Kecamatan Kokap

9.171 9.260 9.350 9.440 9.532 25.411 25.682 25.956 26.233 26.513 34.582 34.982 35.306 35.673 36.045

Kecamatan Girimulyo

- - - - - 24.046 24.259 24.474 24.691 24.909 24.046 24.259 24.474 24.691 24.909

Kecamatan Nanggulan

9.803 9.898 9.994 10.091 10.188 19.812 20.003 20.196 20.390 20.587 26.615 29.901 30.189 30.481 30.775

Kecamatan Kalibawang

16.317 16.472 16.629 16.788 16.948 12.815 12.956 13.062 13.168 13.276 29.168 29.428 29.691 29.956 30.224

Kecamatan Samigaluh

4.676 4.714 4.753 4.792 4.831 22.684 22.881 23.079 23.279 23.481 27.360 27.595 27.832 28.071 28.313

Sumber: Dinas Dukcapil 2015, diolah

Page 21: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

14

Tabel 2.4 Jumlah dan Proyeksi Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2019

Nama Kecamatan

Jumlah Kepala Keluarga (KK)

Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total

Tahun Tahun Tahun

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 Kecamatan Temon

1.495 1.513 1.531 1.550 1.569 5.164 5.216 5.269 5.322 5.376 6.659

6.729

6.800

6.872

6.945 Kecamatan Wates 9.535 9.651 9.768 9.887 10.007 2.010 2.032 2.054 2.076 2.099 11.545

11.683

11.822

11.963

12.10

6 Kecamatan Panjatan

1.504

1.523

1.542

1.562

1.582

6.337

6.402

6.468

6.535

6.602

7.841

7.925

8.011

8.097

8.184 Kecamatan Galur

2.940

2.967

2.995

3.024

3.052

5.023

5.076

5.129

5.183

5.237

7.963

8.043

8.124

8.206

8.289 Kecamatan Lendah

- - - - - 8.581

8.695

8.812

8.932

9.053

8.581

8.695

8.812

8.932

9.053 Kecamatan Sentolo

3.353

3.391

3.429

3.467

3.506

8.524

8.619

8.715

8.812

8.910

11.877

12.009

12.143

12.279

12.41

6 Kecamatan Pengasih

3.723

3.763

3.804

3.845

3.887

8.457

8.542

8.627

8.713

8.801

12.180

12.305

12.431

12.558

12.68

7 Kecamatan Kokap

2.293

2.315

2.337

2.360

2.383

6.353

6.421

6.489

6.558

6.628

8.646

8.735

8.826

8.918

9.011 Kecamatan Girimulyo

- - - - - 6.012

6.065

6.118

6.173

6.227

6.012

6.065

6.118

6.173

6.227 Kecamatan Nanggulan

2.451

2.474

2.498

2.523

2.547

4.953

5.001

5.049

5.098

5.147

7.404

7.475

7.547

7.620

7.694 Kecamatan Kalibawang

4.079

4.118

4.157

4.197

4.237

3.213

3.239

3.265

3.292

3.319

7.292

7.357

7.423

7.489

7.556

Page 22: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

15

Kecamatan Samigaluh

1.169 1.179 1.188 1.198 1.208 5.671 5.720 5.770 5.820 5.870 6.840 6.899 6.958 7.018 7.078

Sumber: Dinas Dukcapil 2015, diolah

Tabel 2.5 Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2019

Page 23: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

16

Nama

Kecamatan

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Kecamatan

Temon`1,01 `1,01 `1,01 `1,01 `1,01 24 24 25 25 25

Kecamatan

Wates1,17 1,17 1,17 1,17 1,17 35 35 35 36 36

Kecamatan

Panjatan1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 18 18 19 19 19

Kecamatan

Galur0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 157 158 160 162 163

Kecamatan

Lendah1,72 1,72 1,72 1,72 1,72 17 17 17 18 18

Kecamatan

Sentolo1,12 1,12 1,12 1,12 1,12 18 18 18 19 19

Kecamatan

Pengasih1,01 1,01 1,01 1,01 1,01 23 24 24 24 24

Kecamatan

Kokap1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 26 26 26 26 27

Kecamatan

Girimulyo0,88 0,88 0,88 0,88 0,88 21 21 21 21 22

Kecamatan

Nanggulan0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 28 28 29 29 29

Kecamatan

Kalibawang0,88 0,88 0,88 0,88 0,88 19 19 19 20 20

Kecamatan

Samigaluh0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 16 16 16 16 16

TingkatPertumbuhan (%)

Kepadatan Pddk(orang/Ha)

Tahun Tahun

Sumber: Dinas Dukcapil 2015, diolah

Page 24: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

17

Tabel 2.6 Jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014

Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) Kecamatan Temon 1.296 Kecamatan Wates 1.913 Kecamatan Panjatan 2.674 Kecamatan Galur 2.132 Kecamatan Lendah 3.121 Kecamatan Sentolo 3.952 Kecamatan Pengasih 3.495 Kecamatan Kokap 4.340 Kecamatan Girimulyo 3.089 Kecamatan Nanggulan 2.446 Kecamatan Kalibawang 2.783 Kecamatan Samigaluh 2.848

Sumber: Bappeda, 2015

Berdasarkan pendataan kemiskinan yang dilakukan oleh Bappeda tercatat jumlah warga miskin terbanyak di Kecamatan Kokap yang berjumlah 4.340 KK sedangkan yang terendah berada di KecamatanTemon sejumlah 1.296 KK.

Menurut Perda RTRW No. 1 Tahun 2012 , rencana sistem pusat kegiatan wilayah Kabupaten

Kulon Progo meliputi sistem perkotaan dan sistem perdesaan. Dalam sistem pusat kegiatan, pusat permukiman adalah kawasan perkotaan yang merupakan pusat kegiatan sosial ekonomi masyarakat, baik pada kawasan perkotaan maupun pada kawasan perdesaan. Dalam sistem internal perkotaan, pusat permukiman adalah pusat kegiatan perkotaan.

Pengembangan sistem kegiatan untuk mengembangkan sistem perkotaan di Kabupaten Kulon Progo, meliputi: a. Pengembangan PKWp berada di Perkotaan Wates;

Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKW termasuk PKWp pada hirarki perkotaan berfungsi sebagai pusat kegiatan dalam lingkup wilayah Provinsi DIY. Selain itu daerah yang diarahkan berfungsi sebagai PKW adalah daerah-daerah yang potensial atau daerah-daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan relatif tinggi. b. Pengembangan PKL meliputi:

1) Perkotaan Temon; 2) Perkotaan Brosot; 3) Perkotaan Sentolo; 4) Perkotaan Nanggulan; dan 5) Perkotaan Dekso. Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan

pada lingkup lokal, yaitu pada lingkup satu atau lebih kabupaten. c. Pengembangan PPK meliputi: 1) Perkotaan Panjatan; 2) Perkotaan Lendah; 3) Perkotaan Kokap; 4) Perkotaan Girimulyo; 5) Perkotaan Kalibawang; dan 6) Perkotaan Samigaluh.

Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagi PPK berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.

Rencana fungsi pusat pelayanan sistem perkotaan meliputi: a. PKWp Perkotaan Wates dengan fungsi pelayanan pusat pemerintahan, pendidikan,

kesehatan, olahraga, perdagangan, dan jasa;

Page 25: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

18

b. PKL Perkotaan Temon dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan pertanian, pariwisata, industri, perkebunan, dan agropolitan;

c. PKL Perkotaan Brosot dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan pariwisata, industri, dan pertambangan;

d. PKL Perkotaan Sentolo dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan industri, perkebunan, dan peternakan;

e. PKL Perkotaan Nanggulan dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan perikanan, pertanian, dan agropolitan; dan

f. PKL Perkotaan Dekso dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan pertanian, perkebunan, dan agropolitan.

Page 26: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

19

Gambar 2.3 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten/Kota

Page 27: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

20

Gambar 2.4 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten/Kota

Page 28: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

21

2.2. Kemajuan pelaksanaan SSK

Capaian pembangunan sanitasi yang termuat dalam dokumen SSK, sampai tahun 2015 termuat dalam sub bab berikut yang meliputi Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Limbah Domestik, Persampahan dan Drainase.

Tabel 2. 7 Kemajuan SSK untuk air limbah domestik

SSK (periode sebelumnya) Thn 2013 – Thn 2017 SSK (saat ini) Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini (1) (2) (3) (4)

1. Pemerintah dan masyarakat dapat mengelola sub sektor air limbah domestik sesuai regulasi yang ditetapkan di daerah

Perlunya disusun regulasi tentang pengelolaan sub sektor air limbah domestik di daerah

Belum ada Perda air limbah

Belum terdapat pembahasan

Penyediaan lahan untuk pembangunan IPAL Komunal

Tersedianya lahan di lingkungan masyarakat untuk pembangunan IPAL Komunal sebanyak 15 unit sampai tahun 2017

Sudah tersedia 23 unit IPAL Komunal s.d 2015

Perlunya meningkatkan pengetahuan pengelolaan air limbah dan septik tank yang sesuai dengan persyaratan kesehatan

Sosialisasi pengelolaan air limbah domestik & septik tank di masyarakat perkotaan tahun 2017

Sosialisasi pengguna IPAL Komunal pada 23 lokasi desa penerima hibah IPAL Komunal

2. Meningkatnya kualitas pelayanan pengelola sub sektor air limbah domestik

Terlaksananya pemisahan pengelola sub sektor air limbah domestik dengan pengelola sub sektor air minum dan drainase pada tahun 2016

Lembaga masih menjadi satu pada seksi Penyehatan Lingkungan

Sampai 2015 lembaga masih tergabung pada seksi PL Dinas PU

Page 29: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

22

3. Tersusunnya rencana induk sistem pengelolaan air limbah domestik

Pentingnya rencana induk air limbah domestik sebagai acuan penanganan air limbah

Belum ada MP air limbah

Belum tersusun Master Plan Air Limbah skala kota

4. Meningkatnya frekuensi pelayanan penyedotan lumpur tinja

Perlunya penambahan sarana mobil penyedot lumpur tinja untuk pelayanan masyarakat

Terdapat 1 tanki tinja, tidak memenuhi syarat untuk penyedotan.

Perbaikan tanki tinja sehingga menjadi layak pakai, belum terlaksana peremajaan mobil tanki tinja.

Tabel 2. 8 Kemajuan SSK untuk persampahan

SSK (periode sebelumnya) Thn 2013 – Thn 2017 SSK (saat ini) Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini (1) (2) (3) (4)

1. Meningkatnya area pelayananan pengangkutan sampah

Tertampungnya sampah di 6 kota kecamatan Kabupaten Kulon Progo minimal 80% di TPA pada tahun 2017

Kurangnya sarana dan prasarana : truk sampah kurang 6 unit, SDM kurang 18 orang, blm tersedia sarpras sampah di 6 kec sasaran

1 armada truk pinjam pakai Satker PLP, 30 orang untuk pemilahan 3 R/komposting di TPA, 2 hanggar di KSM Melati Wates ( APBD&APBN), 3 Wates & 1 hanggar pemilah di Galur, Pinjam pakai oleh Pemkab kendaraan roda 3 di KSM Melati Wates & KSM Asri Sentolo

2. Tersusunnya Peraturan Daerah tentang pengelolaan persampahan

Perda mengenai pengelolaan persampahan selesai ditahun 2014

Pada tahun 2013 penyusunan raperda pengelolaan sampah, tahun 2014 Prolegda dan pengesahan Perda

Perda No.1 thn 2013 tentang Pengelolaan Sampah & Sampah sejenis Rumah Tangga

Page 30: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

23

3. Terkelolanya sampah di TPA Banyuroto secara aman dan berkelanjutan

Berkurangnya 40% timbulan sampah yang masuk TPA

Perlunya kerjasama pengelolaan sampah 3R dengan sektor swasta

1. 3R belum di TPA 2. Belum ada

tenaga 3R di TPA Belum ada kerja sama dgn sektor swasta dlm pengelolaan sampah di TPA

Sudah ada 3R di TPA & 30 tenaga untuk komposting Belum terdapat kerja sama dengan sektor swasta dalam pengelolaan sampah

4. Tercukupinya tenaga operasional untuk pelayanan langsung masyarakat

Perlunya menumbuhkan kelompok masyarakat peduli sampah

KSM persampahan dan Bank sampah di Kota Wates belum mencapai 6 KSM dan 3 Bank sampah

Terbentuk 2 KSM di perkotaan Wates, 1 KSM di Sentolo, 1 KSM di Pengasih. Bank Sampah sudah terbentuk 7 KSM di perkotaan Wates.

5.Terhindarnya sungai dan badan air dari pencemaran sampah

Terbangunnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah

Sebagian masyarakat masih membuang sampah ke sungai dan badan air

Sosialisasi kepada JPSM dan masyarakat dengan konsep 3R, dari KLH sampai 2015 dilakukan sosialisasi 6 kali, sosialisasi Perda Pengelolaan Sampah oleh Bagian Hukum Sekda.

6. Terwujudnya pemanfaatan kembali sampah rumah tangga yang bernilai ekonomis

Perlunya pemilahan sampah berbasis rumah tangga

Belum terwujudnya pemilahan sampah berbasis rumah tangga mencapai 40% tahun 2017

Melaksanan program pemilahan sampah berbasis rumah tangga/ masyarakat, 25 orang kali 6 kegiatan oleh KLH

Page 31: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

24

Tabel 2. 9 Kemajuan SSK untuk drainase SSK (periode sebelumnya) Thn 2013 – Thn 2017 SSK (saat ini) Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini (1) (2) (3) (4)

1. Meningkatkan kapasitas SDM manajemen sub sektor drainase

SDM pengelola sub sektor drainase mempunyai kapasitas yang memadai

Lemahnya kapasitas SDM

Deseminasi drainase bagi SDM Pengelola tahun 2012

2. Meningkatkan kapasitas layanan saluran drainase

Perlunya masterplan drainase

Belum punya MP drainase s.d 2015

Belum tersedia MP Drainase skala kota

Perlunya memiliki saluran drainase kawasan perkotaan dan daerah genangan yang memadai

saluran drainase kawasan perkotaan dan daerah genangan belum Terbangun sebanyak 40%

Drainase di perkotaan Wates dan wilayah Dusun Jogoyudan, total terbangun10%

Perlunya pemeliharaan saluran drainase kawasan perkotaan dan daerah genangan

Saluran drainase kawasan perkotaan dan daerah genangan belum terlaksana pemeliharaan sebanyak 40%

Sampai 2015 belum tercapai pemeliharaan sebesar 40%

Tersedianya lahan untuk pembangunan drainase

Perlunya penyediaan lahan untuk pembangunan saluran drainase

kurangnya lahan untuk pembangunan saluran drainase

Drainase terbangun memanfaatkan daerah milik jalan

Terjaganya fungsi saluran drainase

Perlunya penyadaran masyarakat akan fungsi saluran darainase

Kurangnya kesadaran masyakat akan fungsi saluran drainase

Dilakukan sosialisasi pra, konstruksi dan paska sebelum kegiatan dilaksanakan pada area terbangun

Page 32: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

25

2.1 Profil Sanitasi Saat Ini. 1. Air Limbah Domestik

Air limbah domestik diklasifikasikan menjadi dua yaitu grey water dan black water. Air limbah yang termasuk dalam kategori grey water adalah air limbah rumah tangga berupa limbah cucian dapur, cucian pakaian (sabun), dan air buangan dari kamar mandi. Sedangkan yang termasuk dalam black water adalah, tinja manusia, urine, air penggelontor, kertas pembersih, dan air pembersih. Secara umum dari hasil survey air limbah relative terkelola dengan baik. Limbah rumah tangga selain tinja masuk dalam saluran air limbah ataupun sumur peresapan, sedangkan limbah tinja terkelola dengan tangki septik ataupun IPAL Komunal.

A. Sistem dan Infrastruktur

Pengelolaan air limbah ini sangat mempengaruhi derajat kesehatan di masyarakat. Jika limbah tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan pencemaran pada lingkungan terutama pada air tanah. Pengelolaan air limbah yang baik dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: kesadaran masyarakat akan kesehatan, sarana dan prasarana infrastruktur yang mendukung, dan kelembagaan yang ada. Di Kabupaten Kulon Progo system pengelolaan air limbah di masyarakat dapat dijelaskan pada diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah di bawah ini.

Page 33: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

26

PPrroodduukk IInnppuutt ((AA)) UUsseerr

IInntteerrffaaccee

((BB)) PPeenngguummppuullaann

ddaann PPeennaammppuunnggaann//

PPeennggoollaahhaann AAwwaall

((CC)) PPeennggaannggkk

uuttaann// PPeennggaalliirraann

((DD)) (( SSeemmii//

PPeennggoollaahhaann aakkhhiirr tteerrppuussaatt

))

((EE)) DDaauurr uullaanngg ddaann

aattaauu ppeemmbbuuaannggaann

aakkhhiirr

BBllaacckk WWaatteerr GGrreeyy WWaatteerr

Tinja

Urine

Air Pembersi

h

Air Penggelo

ntor

Kertas Pembersi

h

Air cucian dapur

Air cucian

Air untuk mandi

SLBM

Komunal

Kakus/ Cubluk

Badan air/ tanah

Tempat Cucian

pakaian/ mobil

Tempat

cuci piring/ makanan

BABS Sungai /kebun

Air kamar

mandi

Septic tank

Cemplung

Bidang resapan

Badan air/ tanah

Badan air/ tanah

Tanah

Badan air/ tanah

Badan air/ tanah

Badan air/ tanah

Gambar 2.5 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kulon Progo

Truk tinja

Truk Tinja

Bidang res

IPLT

Badan air

Sungai

Page 34: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

27

Dari Gambar 2.5 dapat dijelaskan bahwa yang termasuk dalam sistem pengelolaan air limbah adalah:

1. Black water, ditampung dengan tanki septic, selanjutnya airnya di resapkan dalam sumur peresapan, sehingga meresap ke dalam tanah, dan menambah suplai air tanah. Sedangkan grey water langsung diresapkan ke dalam sumur peresapan.

2. Black water, ditampung dengan tanki septic, selanjutnya padatan/ lumpur tinja disedot dan di angkut dengan tanki tinja selanjutnya dilakukan pengolahan di IPLT ( Pemda ).

3. Black water, ditampung dengan tanki septic, selanjutnya padatan/ lumpur tinja disedot dan di angkut dengan tanki tinja selanjutnya dibuang ke badan air/ tanah, yang dilakukan oleh pihak diluar Pemda.

4. Black water ditampung di IPAL komunal, kemudian effluentnya di buang ke sungai. Sedangkan limbah dari kamar mandi dan cucian dapur dan pakaian langsung di buang ke sungai.

5. Black water maupun grey water langsung di buang di tanki septik dan IPAL Komunal dengan system perpipaan, dan effluennya di buang ke sungai, masyarakat yang terkoneksi dengan saluran air limbah ini dikenakan retribusi .

6. Black grey dan langsung ke sungai tanpa di olah di tanki septik, jadi dari kloset langsung ke Sungai. Hal ini dikarenakan lokasi penduduk yang dekat dengan Sungai, namun lahan tidak ada untuk membangun tangki septik maupun tanki septik komunal.

7. Untuk penduduk yang buang air besar langsung ke Sungai/ Kebun/ Sawah, hal ini karena rumah dekat dengan sungai/ kebun/ sawah, dan sudah menjadi kebiasaan buang air besar langsung ke Sungai.

Tabel 2.10 berikut memberikan informasi cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik per kecamatan (informasi terdapat di dalam Instrumen Profil Sanitasi lembar kerja” Form 2”).

Page 35: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

28

Tabel 2.10 Cakupan layanan air limbah domestik saat ini

No Nama

Kecamatan

Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak

BABS* Sistem Onsite Sistem Offsite

Sistem Berbasis Komunal Skala Kawasan / terpusat

(KK)

Cubluk***, jamban tidak

aman** (KK)

Cubluk aman/ Jamban keluarga dgn tangki septik

aman (KK)

MCK /Jamban Bersama

(KK)

MCK Komunal***

* (KK)

Tangki Septik Komunal > 10

KK (KK)

IPAL Komunal

(KK)

Sambungan Rumah yg

berfungsi (KK)

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) A. Wilayah Perdesaan

1 Kecamatan Temon

283 158 4.573 - 102 102

2 Kecamatan Wates

8 41 1.922 - -

3 Kecamatan Panjatan

674 300 6.465 - - 26 26

4 Kecamatan Galur

140 248 4.583 - -

5 Kecamatan Lendah

887 1.293 6.145 - -

6 Kecamatan Sentolo

792 1.711 5.927 - -

7 Kecamatan Pengasih

727 689 6.924 - - 34 34

8 Kecamatan Kokap

456 1.317 4.513 - - 16 16

9 Kecamatan Girimulyo

602 713 4.644 - -

Page 36: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

29

10 Kecamatan Nanggulan

752 736 3.418 - -

11 Kecamatan Kalibawang

484 211 2.632 - -

12 Kecamatan Samigaluh

206 1.994 3.423 - -

B. Wilayah Perkotaan 1 Kecamatan

Temon 39 13 1.426 - -

2 Kecamatan Wates

371 202 8.316 - - 532 532

3 Kecamatan Panjatan

87 169 1.228 - -

4 Kecamatan Galur

190 204 2.482 - - 35 35

5 Kecamatan Lendah

142 - - - -

6 Kecamatan Sentolo

348 232 2.687 - -

7 Kecamatan Pengasih

56 297 3.280 - - 50 50

8 Kecamatan Kokap

397 114 1.729 - - 31 31

9 Kecamatan Girimulyo

- - - - -

10 Kecamatan Nanggulan

181 30 2.217 - -

11 Kecamatan Kalibawang

362 1003 2.491 - - 43 43

12 Kecamatan Samigaluh

0 145 984 - - 31 31

Sumber: Studi EHRA, 2015, diolah

Page 37: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

30

Tabel 2.11 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik

No Jenis Satuan Jumlah/ Kapasitas

Kondisi Keterangan Berfungsi Tdk berfungsi

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) SPAL Setempat (Sistem Onsite) 1 Berbasis komunal - MCK Komunal unit 2 √ - 2. Truk Tinja unit 1 √ 3 IPLT : kapasitas M3/hari 20 √ SPAL Terpusat (Sistem Offsite) 1 Berbasis komunal - Tangki septik komunal

>10KK unit - - -

- - -

- - -

- -

Tidak ada - IPAL Komunal unit 23 √ - 2 IPAL Kawasan/Terpusat - kapasitas M3/hari - - - Tidak ada - sistem - - - Tidak ada

Sumber : UPTD & PU, 2015

Dari data kondisi Pengelolaan Air Limbah Domestik menunjukkan bahwa prasarana dan sarana yang terbangun sampai 2015 ini masih berfungsi dengan baik. Gambar 2.6 menunjukkan pemetaan pengelolaan air limbah sampai saat ini.

Page 38: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

31

Gambar 2.6 Pemetaan Air Limbah Domestik Kabupaten/Kota

Page 39: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

32

B. Kelembagaan dan Peraturan

SKPD yang terkait dalam penanganan air limbah domestik adalah Dinas PU dan Dinas

Kesehatan. Untuk mendukung target pencapaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Kulon Progo telah diatur dalam :

Undang-undang :

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional. 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. 4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup. 5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia : 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian

Pencemaran Air. 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai. 3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri 1) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995

tentang Program Kali Bersih. 2) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003

tentang Baku Mutu air Limbah Domestik. 3) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 4) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata

Laksana Pengendalian Pencemaran Air 5) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 TAHUN 2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Daerah 1) Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 03 Tahun 1997

Tentang Pengendalian Pembuangan Limbah Cair 2) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 157a/Kpts/1998

Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

3) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 281/Kpts/1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

4) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 65 Tahun 1999 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

5) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 24 Tahun 2000 Tentang Kegiatan Wajib Izin Pembuangan Limbah Cair Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Page 40: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

33

6) Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 32 Tahun 2000 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengendalian Pembuangan Limbah Cair

7) Perda Kab. Kulon Progo no. 04/1988 tentang Penetapan Batas Wilayah kota kabupaten Kulon Progo

8) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 8 tahun 1993 tentang Bangunan 9) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 16 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025. 10) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pengawasan

dan Pemeriksaan Kualitas Air.

Page 41: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

34

2. Persampahan A. Sistem dan Infrastruktur

Permasalahan sampah di Kabupaten kulon progo menjadi semakin berat, mengingat makin meningkatnya jumlah penduduk dan makin kompleknya permasalahan. Dalam konteks manajemen kota, hampir setiap kota mempunyai permasalahan, seperti minimnya lahan pembuangan akhir, budaya membuang sampah sembarang tempat, serta keterlibatan sektor informal.

Pertambahan penduduk yang pesat serta perubahan gaya hidup (life style) masyarakat yang pada akhirnya mengakibatkan volume sampah yang dihasilkan juga semakin meningkat dan beragam jenisnya. Timbulan sampah yang tidak terangkut atau tidak segera ditangani akan menyebabkan bau yang tidak sedap, kotor dan mengganggu pemandangan, yang pada akhirnya dapat menjadi sumber penyakit. Telah menjadi hal yang lumrah di masyarakat yakni menghendaki kualitas lingkungan yang sehat, namun di lain pihak tidak mau berkompromi apabila lokasi tempat tinggalnya berdekatan dengan lahan pengolahan sampah. Ini yang sering dikenal sebagai NIMBY (not in my backyard) syndrome. Keadaan ini jika tidak ditangani secara memadai, dapat menimbulkan gangguan dan kerugian pada lingkungan yang tentunya akan berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat (public health).

Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Kulon Progo ini dapat dijelaskan dalam diagram sanitasi pengelolaan sampah berikut ini.

DIAGRAM SISTEM SANITASI PERSAMPAHAN PPrroodduukk IInnppuutt

((AA)) UUsseerr

IInntteerrffaaccee

((BB)) PPeenngguummppuullaann

AAwwaall

((CC)) PPeennaammppuunnggaann

SSeetteemmppaatt

((DD)) PPeennggaannggkkuuttaann

((EE)) PPeennggoollaahhaann

AAkkhhiirr TTeerrppuussaatt

((FF)) PPeemmbbuuaannggaann

AAkkhhiirr//DDaauurr uullaanngg

Sampah medis

Kompos skala RT

Rumah Tangga

Pasar/ Pertokoan

Jalan

Taman/ Fasum

RS, Puskesma

3R di TPST

Incinerator

TPA

Sampah organik/ anorganik ganik

Transfer Depo

Reduce/ Pemulung

Gambar 2.7 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Kabupaten Kulon Progo

Page 42: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

35

Pengelolaan sampah di Kabupaten kulon progo terdapat beberapa sistem, yaitu: 1. Komposting skala Rumah Tangga 2. Sampah rumah tangga dan pertokoan dibuang langsung ke TPSS, kemudian dari TPSS

diangkut dengan truk sampah oleh petugas ke tempat pembuangan akhir. 3. Sampah yang berasal dari fasum/ jalan dikumpulkan oleh petugas ke transfer depo

kemudian terdapat pemilahan oleh pemulung kemudian residu dibuang ke TPA.

Volume timbulan sampah di Kabupaten Kulon Progo untuk wilayah perkotaan, tertinggi di Kecamatan Wates dengan volume 28,8 m3/ hari sedangkan unruk wilayah perdesaan volume tertinggi di Kecamatan Sentolo dengan volume 25,7 m3/ hari. Selengkapnya termuat dalam tabel 2.8 berikut.

Page 43: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

36

Tabel 2.8 Volume Timbulan Sampah di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk Volume Timbulan Sampah Wilayah

perdesaan Wilayah

perkotaan Total Wilayah perdesaan Wilayah Perkotaan Total

orang orang orang (%) (M3/hari) (%) (M3/hari) (%) (M3/hari) Kecamatan Temon

5.164 1.495 6.659 77,5 15,6 22,5 4,5 100 20,1

Kecamatan Wates 2.010 9.535 11.545 17,4 6,1 82,6 28,8 100 34,9 Kecamatan Panjatan

6.337 1.504 7.841 80,8 19,1 19,2 4,5 100 23,7

Kecamatan Galur 5.023 2.940 7.963 63,1 15,2 36,9 8,9 100 24,0 Kecamatan Lendah

8.581 - 8.581 100 25,9 - - 100 25,9

Kecamatan Sentolo

8.524 3.353 11.877 71,8 25,7 28,2 10,1 100 35,9

Kecamatan Pengasih

8.457 3.723 12.180 69,4 25,5 30,6 11,2 100 36,8

Kecamatan Kokap 6.353 2.293 8.646 73,5 19,2 26,5 6,9 100 26,1 Kecamatan Girimulyo

6.012 - 6.012 100 18,2 - - 100 18,2

Kecamatan Nanggulan

4.953 2.451 7.404 66,9 15,0 33,1 7,4 100 22,4

Kecamatan Kalibawang

3.213 4.079 7.292 44,1 9,7 55,9 12,3 100 22,0

Kecamatan Samigaluh

5.671 1.169 6.840 82,9 17,1 17,1 3,5 100 20,7

Sumber : KLH dan UPTD, 2015, diolah

Page 44: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

37

- Tabel 2.9 Cakupan akses dan sistem layanan persampahan kecamatan (informasi terdapat di dalam Instrumen Profil Sanitasi lembar kerja” Form 2”).

Nama Kecamatan

3R Volume sampah yg terangkut ke TPA

Wilayah perdesaan Wilayah perkotaan Total Wilayah Perkotaan Total (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3)

Kecamatan Temon 23,70 1,07 5,3 1,07 Kecamatan Wates 100 35,9 100 35,9 Kecamatan Panjatan 8,8 0,4 1,7 0,4 Kecamatan Galur 12,4 1,1 4,57 1,1 Kecamatan Lendah 0 Kecamatan Sentolo 100 3 100 3 53,3 5,4 23,42 8,4 Kecamatan Pengasih 100 16 100 16 43,5 16 Kecamatan Kokap Kecamatan Girimulyo Kecamatan Nanggulan 17,97 1,33 5,95 1,33 Kecamatan Kalibawang

100 23,6 100 23,6

Kecamatan Samigaluh Sumber : UPTD, 2015

Dalam Tabel 2.9 diatas tentang cakupan akses dan sistem layanan persampahan kecamatan, untuk kecamatan Wates dan Kecamatan Kalibawang menunjukkan sudah terlayani seluruhnya.

Page 45: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

38

Tabel 2.10 Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan

No Jenis Prasarana

/ Sarana

Satuan

Jumlah/ luas total terpakai

Kapasitas /

daya tampung*

Ritasi /hari

Kondisi Keterangan**

M3 Baik Rusak ringan

Rusak Berat

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viiii) (ix) (x)

1 Pengumpulan Setempat

- Gerobak unit 12 1 1 √ - Becak/Becak

Motor unit

4 1,5 1 √

- Kendaraan Pick Up

unit 1 3 1 √

2

Tempat Penampungan Sementara (TPS)

- Bak sampah (beton/kayu/fiber)

unit 32

6

1-3

- Container unit 13 6 - √ ‐ Transfer

Stasiun unit

1 200 m2 1 √

‐ SPA (Stasiun Peralihan Antara)

unit 1

180 m2 - √

3. Pengangkutan

‐ Dump Truck unit 5 2 √ ‐ Arm Roll

Truck unit

18 4 √

‐ Compactor Truck

unit 1 √ Belum

operasi

4 Pengolahan Sampah

‐ Sistem 3R unit 2 - √

‐ Incinerator unit 4 15,5 1 √ Dinkes

5 TPA/TPA Regional Konstruksi:lahan urug saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka Operasional:lahan urug

Lahan urug terkendali

Page 46: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

39

No Jenis Prasarana

/ Sarana

Satuan

Jumlah/ luas total terpakai

Kapasitas /

daya tampung*

Ritasi /hari

Kondisi Keterangan**

M3 Baik Rusak ringan

Rusak Berat

saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka

- Luas total TPA yg terpakai

Ha 2,5 - √

- Luas sel Landfill

Ha 53.000 - √

- Daya tampung TPA

(M3/hari)

219 180 - √

6 Alat Berat - Bulldozer unit 1 - √

- Whell/truck loader

unit -

- Excavator / backhoe

unit 1 - √

- Truk tanah unit Ritasi Pihak ke 3

7 IPL: Sistem kolam/aerasi/Lindi

1 √

Hasil pemeriksaan lab (BOD dan COD): ‐ Efluen di Inlet ‐ Efluen di

Outlet

Sumber: UPTD, 2015

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa kondisi Sarpras yang sudah tersedia menunjukkan dalam kondisi yang baik.

Page 47: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

40

Gambar 2.8 Pemetaan Persampahan Kabupaten Kulon Progo

Page 48: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

41

B. Kelembagaan dan Peraturan

SKPD yang terkait dalam penanganan persampahan adalah UPTD Persampahan dan Pertamanan Dinas PU dan Kantor Lingkungan Hidup. Untuk mendukung target pencapaian pelayanan persampahan di Kabupaten Kulon Progo telah diatur dalam :

Undang-undang 1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional. 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. 5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai. 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Keputusan Presiden Republik Indonesia 1) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian

Dampak Lingkungan. 2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi

Pengelolaan Sumber Daya Air. 3) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri 1) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang

Program Kali Bersih. 2) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana

Pengendalian Pencemaran Air 4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 TAHUN 2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Daerah 1) Perda Kab. Kulon Progo no. 04/1988 tentang Penetapan Batas Wilayah kota kabupaten

Kulon Progo 2) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 8 tahun 1993 tentang Bangunan 3) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 16 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025. 4) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengelolaan

Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga. 5) SK Bupati No. 691/1991 tentang Pembentukan Badan Pengelola Kebersihan Kota 6) SK Bupati No. 245/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Penunjukan Tanah Pangonan di

Desa Ringinardi sebagai TPA

Page 49: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

42

3. Drainase Perkotaan Genangan yang menjadi tolok ukur pelayanan yaitu jika tinggi genangan tersebut minimal 30 cm, dan tidak segera surut dalam selama 2 jam, dan terjadi minimal 2x dalam setahun, pada luasan > 2 ha. 1) Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan (sesuai definisi SPM) pada area

terbangun seperti tabel 2.11 dan gambar 2.9 a dibawah ini: Tabel 2.11 Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan.

Sumber : DPU, 2015

*) Infrastruktur dapat terdiri dari saluran drainase (primer dan sekunder) ataupun bangunan pelengkap. Infrastruktur yang terdapat di dalam kawasan genangan.

**) Dapat berupa informasi terkait panjang saluran, kapasitas pompa, luas kolam retensi dll yang terdapat di dalam kawasan genangan

***) Merupakan indikasi penyebab dari timbulnya genangan. Indikasi penyebab dapat berasal dari dalam kawasan atau dapat berasal dari luar kawasan namun masih dalam satu sistem drainase.

A. Sistem dan Infrastruktur

Berisi informasi terkait jenis dan jumlah infrastruktur drainase yang telah dibangun dan disajikan dalam bentuk tabulasi.

Tabel 2.12 Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di Kabupaten/Kota

No Jenis Prasarana / Sarana Satuan

Bentuk Penam-

pang Saluran*

Dimensi Kondisi Frekuensi Pemeli-haraan

(kali/tahun) B** H*** Ber-fungsi

Tdk berfungsi

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) Saluran 1 - S. Primer A m trapesium 0,8 m 1 m √

- Saluran Sekunder A1

m trapesium 0,4 m 0,6 m √

- Saluran Sekunder A2

m

Bangunan Pelengkap

No Lokasi Genangan

Wilayah Genangan Infrastruktur*

Luas Ketinggian Lama Frekuens

i Penyebab***

Jenis Keterangan**

(Ha) (M) (jam/hari)

(kali/tahun)

Wates 3 0,3 >2 >2

Kurangnya drainase primer, kemiringan < 30˚

Bendungan 7 0,3 >2 >2

Kurangnya drainase primer, kemiringan < 30˚

Page 50: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

43

‐ Rumah Pompa ‐ Pintu Air unit ‐ Kolam retensi unit

‐ Trash rack/ saringan sampah

unit

2 - S. Primer B (

depan teteg-pegadaian )

m trapesium 2 m 1,5-2

m √

‐ Saluran Sekunder B1

m

. Bangunan Pelengkap ‐ Rumah Pompa unit ‐ Pintu Air unit ‐ Kolam retensi unit

‐ Trash rack/ saringan sampah

unit

Sumber : Dinas PU, 2015

*Bentuk penampang saluran: segi empat atau trapesium **B:: lebar dasar saluran ***H: tinggi saluran

Page 51: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

44

\

Gambar 2.9 Peta rawan genangan Kabupaten Kulon Progo

Gambar 2.9 Peta Rawan Genangan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015

Page 52: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

45

B. Kelembagaan dan Peraturan

SKPD yang terkait dalam penanganan drainase adalah Dinas PU Bidang Cipta Karya. Untuk mendukung target pencapaian pelayanan drainase di Kabupaten Kulon Progo telah diatur dalam :

Undang-undang 1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional. 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian

Pencemaran Air. 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai. 3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sumberdaya Air.

Keputusan Presiden Republik Indonesia 1) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi

Pengelolaan Sumber Daya Air. 2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri 1) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang

Program Kali Bersih. 2) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004

tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). 3) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 4) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana

Pengendalian Pencemaran Air 5) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 TAHUN 2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Daerah 1) Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 03 Tahun 1997 Tentang

Pengendalian Pembuangan Limbah Cair 2) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 157a/Kpts/1998 Tentang

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 3) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 281/Kpts/1998 Tentang

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 4) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 65 Tahun 1999 Tentang

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

5) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 24 Tahun 2000 Tentang Kegiatan Wajib Izin Pembuangan Limbah Cair Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Page 53: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

46

6) Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 32 Tahun 2000 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengendalian Pembuangan Limbah Cair

7) Perda Kab. Kulon Progo no. 04/1988 tentang Penetapan Batas Wilayah kota kabupaten Kulon Progo

8) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 8 tahun 1993 tentang Bangunan 9) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 16 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025. 10) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan

Pemeriksaan Kualitas Air

4. Area berisiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi

Area berisiko sanitasi ditentukan berdasarkan tingkat resiko sanitasi dengan menggunakan data sekunder, data primer hasil studi EHRA, serta hasil penilaian oleh SKPD terkait sanitasi.

Penentuan area berisiko sanitasi berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan

memetakan tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD. Data sekunder yang dimaksud adalah data-data mengenai ketersediaan layanan fasilitas air bersih, sanitasi, data umum meliputi Sambungan Rumah dan Hidran Umum (PDAM/BPAM/HIPPAM); jumlah jamban; nama kelurahan, jumlah RT & RW, jumlah populasi, luas administratif, luas terbangun; Jumlah KK miskin; serta luas genangan.

Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD diberikan berdasarkan pengamatan,

pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kota/kabupaten yang mewakili SKPD terkait sanitasi, seperti Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Dukcapil, Kantor Lingkungan Hidup dan Bagian Administrasi Pembangunan Setda Kabupaten Kulon Progo.

Adapun penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan menilai dan

memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air; pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumahtangga; kondisi drainase; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penangan air minum, buang air besar sembarangan).

Proses penentuan area berisiko dimulai dengan melakukan analisis terhadap data

sekunder, diikuti dengan penilaian atau persepsi SKPD SKPD, dan analisis data primer berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko dilakukan bersama-sama seluruh anggota Pokja menentukan kesepakatan-kesepakatan berdasarkan hasil dari ketiga data tersebut.

Hasil dari penentuan area berisiko berdasarkan tingkat/derajat risiko disajikan dalam bentuk

tabel dan peta.

Page 54: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

47

A. Air Limbah Domestik Ditinjau dari sanitasi air limbah domestik Kabupaten Kulonprogo terbagi menjadi 2

zona tingkat resiko sanitasi yang menunjukkan skala 4 dan 3,yaitu : 1. Risiko Sangat Tinggi ( skala 4 ) , yang meliputi Desa Hargorejo Kecamatan Kokap. 2. Risiko Tinggi ( skala 3 ), yang meliputi Desa Bendungan, Kelurahan Wates, Desa

Gotakan, Desa Karangsewu, Desa Banaran, Desa Kranggan, Desa Nomporejo, Desa Brosot, Desa Tirtorahayu, Desa Jatirejo, Desa Sidorejo, Desa Tuksono, Desa Banguncipto, Desa Sidomulyo, Desa Kalirejo, Desa Hargotirto, Desa Giripurwo, Desa Purwosari, Desa Wijimulyo, Desa Banjararum, Desa Banjarharjo, Desa Banjaroya.

Sebagai gambaran penyebaran area beresiko sanitasi air limbah domestik disajikan dalam gambar 2.10 dan tabel 2.13 berikut:

Page 55: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

48

Gambar 2.10 Peta Area Berisiko Air Limbah Domestik Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015

Page 56: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

49

Tabel 2.13 Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik

No Area Berisiko*) Wilayah prioritas Air Limbah

1. Risiko 4 Desa Hargorejo

2. Risiko 3

Desa Bendungan Kelurahan Wates Desa Gotakan Desa Karangsewu Desa Banaran Desa Kranggan Desa Nomporejo Desa Brosot Desa Tirtorahayu Desa Jatirejo Desa Sidorejo Desa Tuksono Desa Banguncipto Desa Sidomulyo Desa Kalirejo Desa Hargotirto Desa Giripurwo Desa Purwosari Desa Wijimulyo Desa Banjararum Desa Banjarharjo Desa Banjaroya

Ket : *) Risiko 4 ; Risiko Sangat Tinggi Risiko 3 ; Risiko Tinggi **) Urutan berdasarkan prioritas

Tabel 2.14 Permasalahan Mendesak Sanitasi Air Limbah Domestik

No Permasalahan Mendesak

1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana (user interface-pengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis BABS : 32,8 % (33.777 KK)

Akses terhadap jamban yang tidak layak: 7,7 % (7.929KK)

Jumlah truk tinja tidak memadai (hanya 1 unit)

Praktek pengurasan tinja sangat rendah pertahun (79% atau 8.1354 KK)

Terbatasnya lahan untuk pembangunan IPAL Komunal di masyarakat

Saluran pembuangan air limbah dan septictank di masyarakat belum sesuai dengan persyaratan kesehatan

Belum ada MP Air Limbah Skala Kota

Page 57: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

50

No Permasalahan Mendesak

2. Aspek Non Teknis: Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peranserta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta, Komunikasi

Belum adanya peraturan daerah mengenai pengelolaan air limbah

Kelembangaan pengelola sub sektor air limbah, air minum dan drainase di bawah satu seksi Penyehatan Lingkungan.

Peningkatan kapasitas SDM Pengelola masih minim

Persepsi masyarakat bahwa pembangunan sarana air limbah belum merupakan kebutuhan yang mendesak.

Masyarakat umumnya masih membuang limbah dilingkungan sekitar rumah

Sebagaian masyarakat membuang limbah cair ke badan air dan saluran drainase

Untuk memberikan akselerasi bagi pengelolaan air limbah secara lebih cepat maka dilakukan upaya seperti Penyusunan Perda Air Limbah, Peningkatan kelembagaan subsektor Air Limbah yang terintegrasi dengan Air Minum, dan Drainase di Seksi Penyehatan Lingkungan. Peningkatan Jumlah SDM pengelola Subsektor air limbah, Penyusunan Master Plan Air Limbah Domestik Kabupaten Kulon Progo, Penambahan armada mobil sedot tinja. Peningkatan persepsi masyarakat akan perlunya kebutuhan pembangunan sarana air limbah yang sesuai dengan persyaratan kesehatan.

B. Persampahan

Ditinjau dari sanitasi pelayanan persampahan Kabupaten Kulonprogo terbagi menjadi 1 zona tingkat resiko sanitasi yang menunjukkan skala 3,yaitu :

Risiko Tinggi ( skala 3 ), yang meliputi Desa Bendungan, Desa Giripeni, Kelurahan Wates, Desa Karangsewu, Desa Banaran, Desa Tirtorahayu, Desa Bumirejo, Desa Jatirejo, Desa Pengasih.

Sebagai gambaran penyebaran area beresiko sanitasi persampahan disajikan dalam gambar 2.11 dan tabel 2.15 berikut:

Page 58: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

51

Gambar 2.11 Peta Area Berisiko Persampahan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015

Page 59: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

52

Tabel 2.15 Area Berisiko Sanitasi Persampahan

No Area Berisiko*) Wilayah prioritas Persampahan

1. Risiko 3

Desa Bendungan Desa Giripeni Kelurahan Wates Desa Karangsewu Desa Banaran Desa Tirtorahayu Desa Bumirejo Desa Jatirejo Desa Pengasih

Ket : *) Risiko 4 ; Risiko Sangat Tinggi Risiko 3 ; Risiko Tinggi **) Urutan berdasarkan prioritas

Tabel 2.16 Permasalahan Mendesak Sanitasi Persampahan

No Permasalahan Mendesak

1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana (user interface-pengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis Masih kurangnya truk sampah

Tranfer depo yang ada sudah tidak mampu menampung volume sampah kota

Kekurangan tenaga operasional untuk pelayanan langsung ke masyarakat

No Permasalahan Mendesak

2. Aspek Non Teknis: Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peranserta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta, Komunikasi

Pengelolaan sampah dengan sistem sanitary landfill dilaksanakan dengan controlled landfill karena terkendala besarnya biaya operasional

Adanya penolakan warga masyarakat dalam penempatan TPS (Tempat Penampungan Sementara)

Sungai dan badan air masih tercemar sampah

Sampah masih dinilai sebagai barang buangan yang tidak bermanfaat secara ekonomis

Masih kurangnya peran masyarakat dalam mengelola sampah.

Page 60: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

53

Peningkatan pengelolaan persampahan dilakukan upaya- upaya seperti Peningkatan infrastruktur pelayanan seperti armada, fasilitas penunjang seperti TPS & TPSS dan jumlah personil untuk kegiatan operasional. Aspek non teknis dapat ditingkatkan pelayanannya terutama dengan program-program penyadaran & peningkatan kapasitas kepada masyarakat.

B. Drainase perkotaan. Ditinjau dari sanitasi pelayanan drainase Kabupaten Kulonprogo terbagi menjadi 1

zona tingkat resiko sanitasi yang menunjukkan skala 3,yaitu : Risiko Tinggi ( skala 3 ), yang meliputi Desa Bendungan, Kelurahan Wates, Desa

Banaran, Desa Brosot, Desa Tirtorahayu, Desa Pengasih. Sebagai gambaran penyebaran area beresiko sanitasi persampahan disajikan dalam

gambar 2.12 dan tabel 2.17 berikut:

Page 61: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

54

Gambar 2.12 Peta Area Berisiko Drainase Perkotaan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015

Page 62: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

55

Tabel 2. 17 Area Berisiko Sanitasi Drainase Perkotaan

No Area Berisiko*) Wilayah prioritas Drainase

1 Risiko 3

Desa Bendungan Kelurahan Wates Desa Banaran Desa Brosot Desa Tirtorahayu Desa Pengasih

Ket : *) Risiko 4 ; Risiko Sangat Tinggi Risiko 3 ; Risiko Tinggi **) Urutan berdasarkan prioritas Tabel 2.18 Permasalahan Mendesak Drainase Perkotaan

No Permasalahan Mendesak

1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana (user interface-pengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis

Kapasitas saluran drainase masih kurang sehingga berakibat terjadinya luapan

Belum semua kawasan perkotaan memiliki saluran drainase

Belum ada masterplan drainase skala kota di Kabupaten Kulon Progo

Banyak terjadi pendangkalan pada saluran drainase

Sudah terbangunnya sarana drainase tetapi sebagian besar sudah rusak dan belum berfungsi secara optimal

Sebagian wilayah terjadi genangan pada saat musim penghujan

No Permasalahan Mendesak

2. Aspek Non Teknis: Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peranserta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta, Komunikasi

Lemahnya kapasitas SDM manajemen sub sektor drainase

Anggaran pengelolaan drainase yang bersumber dari APBD sangat kecil

Lahan pembangunan drainase terkendala karena melintasi tanah milik warga

Saluran drainase digunakan untuk pembuangan limbah rumah tangga

Page 63: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

56

Permasalahan mendesak ditinjau dari Aspek Teknis meliputi : Kapasitas saluran drainase masih kurang sehingga berakibat terjadinya luapan, belum semua kawasan perkotaan memiliki saluran drainase, belum ada masterplan drainase skala kota di Kabupaten Kulon Progo, banyak terjadi pendangkalan pada saluran drainase, sudah terbangunnya sarana drainase tetapi sebagian besar sudah rusak dan belum berfungsi secara optimal, sebagian wilayah terjadi genangan pada saat musim penghujan.

Page 64: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

57  

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

3.1. Visi Dan Misi Sanitasi

Visi dan misi merupakan sumber inspiratif bagi pengembangan kegiatan sebuah

organisasi. Visi dan misi memberikan arah yang jelas dan terukur, sehingga pada akhir periode

perencanaan dapat dilakukan evaluasi terukur bagi keberhasilan sebuah program/proyek dan

kegiatan. Oleh karena itu, dalam bidang pembangunan sanitasi, Kabupaten Kulon Progo telah

merumuskan visi dan misi sanitasi yang merupakan hasil dari kolaborasi pemikiran dari

berbagai stakeholder terkait. Visi dan misi sanitasi Kabupaten Kulon Progo sangat erat dengan

kaitannya dengan visi dan misi Kabupaten Kulon Progo. Pada kesempatan yang sama, Pokja

Sanitasi telah merumuskan tujuan, indikator dan strategi pengembangan subsektor sanitasi

baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Rumusan visi misi,

tujuan, sasaran dan strategi sanitasi kabupaten Kulon Progo telah memperhatikan isu-isu

strategis saat ini. Tabel di bawah ini, merupakan gambaran tentang Visi Sanitasi dan Misi

persubsektor sanitasi serta Visi dan Misi Kabupaten Kulon Progo yang tertuang dalam

Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Kulon Progo.

Untuk mencapai visi Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 tersebut di atas, maka

dirumuskan 6 misi pembangunan sebagai berikut:

1. Mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas tinggi dan berakhlak mulia melalui

peningkatan kemandirian, kompetensi, ketrampilan, etos kerja, tingkat pendidikan, tingkat

kesehatan dan kualitas keagamaan

2. Mewujudkan peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintahan yang

berorientasi pada prinsip-prinsip clean government dan good governance.

3. Mewujudkan kemandirian ekonomi daerah yang berbasis pada pertanian dalam arti luas,

industri dan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan bertumpu pada

pemberdayaan masyarakat

4. Meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah

5. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara optimal dan

berkelanjutan

6. Mewujudkan ketentraman dan ketertiban melalui kepastian, perlindungan dan penegakan

hukum

Page 65: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

58  

Tabel 2.1 Visi dan Misi Saniatasi Kabupaten Kulon Progo

Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten

Misi Sanitasi Kabupaten

Terwujudnya Kabupaten Kulon Progo yang sehat, mandiri, berprestasi, adil, aman dan sejahtera berdasarkan iman dan taqwa

1. Mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas tinggi dan berakhlak mulia melalui peningkatan kemandirian, kompetensi, ketrampilan, etos kerja, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan kualitas keagamaan

2. Mewujudkan peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintahan yang berorientasi pada prinsip-prinsip clean government dan good governance.

3. Mewujudkan kemandirian ekonomi daerah yang berbasis pada pertanian dalam arti luas, industri dan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan bertumpu pada pemberdayaan masyarakat

4. Meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah

5. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara optimal dan berkelanjutan

Terwujudnya pembangunan dan peningkatan layanan sanitasi ramah lingkungan tahun 2019

Misi Air Limbah Domestik 1. Mewujudkan peningkatan

kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah pengelola air limbah domestik yang berorientasi pada prinsip-prinsip proffesionalism, clean government, dan good governance.

2. Mewujudkan peningkatan pengelolaan dan pembangunan infrastruktur air limbah domestik yang ramah lingkungan secara optimal, berkelanjutan, dan partisipatif.

3. Mempertahankan daya dukung dan daya tampung lingkungan melalui pengelolaan air limbah domestik yang berkelanjutan.

Misi Persampahan 1. Mewujudkan peningkatan

kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah pengelola persampahan yang berorientasi pada prinsip-prinsip proffesionalism, clean government, dan good governance.

2. Mewujudkan peningkatan pengelolaan dan pembangunan infrastruktur persampahan yang ramah lingkungan secara optimal, berkelanjutan, dan partisipatif

3. Mempertahankan daya dukung dan daya tampung lingkungan melalui pengelolaan persampahan

Page 66: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

59  

6. Mewujudkan ketentraman dan ketertiban melalui kepastian, perlindungan dan penegakan hukum

yang berkelanjutan.

Misi Drainase 1. Mewujudkan

peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah pengelola drainase yang berorientasi pada prinsip-prinsip proffesionalism, clean government, dan good governance.

2. Mewujudkan peningkatan pengelolaan dan pembangunan infrastruktur drainase yang ramah lingkungan secara optimal, berkelanjutan, dan partisipatif.

3. Mempertahankan daya dukung dan daya tampung lingkungan melalui pengelolaan drainase yang berkelanjutan.

Sumber: RPJMD Kabupaten Kulon Progo 2011-2016, diolah Pokja Sanitasi

3.2. PENTAHAPAN PENGEMBANGAN SANITASI

3.2 1 Tahapan pengembangan sanitasi

Dalam merumuskan pengembangan pengelolaan sanitasi, pentahapan dibagi ke

dalam tahap jangka pendek (1-2 tahun), menengah (5 tahun), jangka panjang (10-15 tahun),

maupun kombinasi antara 2 tahapan.

1. Tahapan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Dalam merumuskan tahapan pengelolaan air limbah, penentuan tahapan

dilakukanberdasarkan beberapa kriteria yang meliputi :

a. Fungsi perkotaanadalah klasifikasi desa/ kelurahan berdasarkan fungsi urban/ rural.

b. Bebas genangan/ banjiradalahDesa/ Kelurahan yang didefinisikan sebagai daerah

genangan air.

c. Wilayah Komersil(CBD)merupakan wilayah yang berfungsi sebagai wilayah

perdagangan dan jasa baik untuk saat ini maupun yang akan datang berdasarkan

Page 67: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

60  

dokumen RTRW.

Setelah dipadukan dengan Prioritas berdasarkan Tingkat Area Beresiko;

merah=tinggi (skor 3-4); hijau=rendah (skor 1-2) maka wilayah Kabupaten Kulon Progo

terbagi ke dalam empat 4 tipikal sistem/ zona, yaitu zona 1adalah desa/ kelurahan yang

menggunakan opsi teknologi On Site, zona 2 adalah desa/ kelurahan yang

menggunakan opsi teknologiKomunal, zona 3 adalah desa/ kelurahan yang

menggunakan opsi teknologi off site kepadatan sedang, dan zona 4 adalah desa/

kelurahan yang menggunakan opsi teknologi Off site terpusat. Sedangkan setelah

dilakukan penyesuaian maka terbagi menjadi 3 zona yaitu : zona 1, zona 2 dan zona 3

. Zonasi dan sistem penanganan tersebut disesuiakan dengan program yang sedang

dan akan dilaksanakan oleh SKPD terkait.

Indikator yang digunakan dalam tahapan pengembangan dokumen strategi sanitasi ini

adalah presentase penduduk terlayani. Diharapkan dalam jangka panjang, semua

penduduk akan dapat terlayani oleh program dan kegiatan sanitasi yang dirumuskan

dalam dokumen ini.

Tabel 2.2. Tahapan pengembangan air limbah domestik Kabupaten Kulon Progo

Page 68: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

61  

ABuang Air Besar Sembarangan (BABS)

6,76% 3,38% 0,00% 0%

0 00% 0 00%B

Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (On-site System)

1 Cubluk dan sejenisnya 7,49% 6,50% 5,00% 5%2 Tangki Septik 83,50% 86,98% 89,51% 74,26%

C System Komunal1 MCK/MCK ++ 0,00%2 IPAL Komunal 2,25% 2,64% 3,49% 6,74%3 Tangki Septik Komunal 0,00% 0,50% 2,00%

D Off Site Sistem1 Skala Kawasan / kepadatan sedang 0,0% 0,0% 0,00% 14,00%

Jumlah 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

ABuang Air Besar Sembarangan (BABS)

8,49% 4,24% 0,00% 0%

BSistem Pengolahan Air Limbah Setempat (On-site System)

1 Cubluk dan sejenisnya 13,29% 12,50% 12,00% 10%2 Tangki Septik 77,98% 80,00% 82,0% 82,00%

C System Komunal1 MCK/MCK ++ 0,00%2 IPAL Komunal 0,25% 1,35% 3,00% 0,75%3 Tangki Septik Komunal 0,00% 1,91% 3,00% 7,25%

D Off Site Sistem1 Skala Kawasan/ kepadatan sedang 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Jumlah 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

Perkotaan

Perdesaan

No SistemCakupan Layanan Existing

Cakupan layanan (%)

Jangka Pendek

Jangka Menengah

Jangka Panjang

Page 69: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

62  

Gambar 2.1. Peta tahapan air limbah domestik

Page 70: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

63  

Zona I merupakan zona pengolahan limbah dengan sistem on site (dalam peta

zona ini berwarna hijau), mencakup 54 desa yang terletak secara merata di wilayah

Kabupaten Kulon Progo, yang memiliki resiko kesehatan yang rendah, sehingga fasilitas

pengolahan limbah yang dibutuhkan oleh masing-masing rumah tangga dapat berupa

STBM atau STOPS . Adapun desa-desa tersebut adalah: Desa Kulur, Desa

Karangwuluh, Desa Ngestiharjo, Desa Garongan, Desa Pleret, Desa Bugel, Desa

Kanoman, Desa Depok, Desa Bojong, Desa Tayuban, Desa Gotakan, Desa Panjatan,

Desa Cerme, Desa Krembangan, Desa Wahyuharjo, Desa Bumirejo, Desa Jatirejo, Desa

Sidorejo, Desa Gulurejo, Desa Ngentakrejo, Desa Demangrejo, Desa Srikayangan, Desa

Tuksono, Desa Salamrejo, Desa Sukoreno, Desa Kaliagung, Desa Sentolo, Desa

Bangun Cipto, Desa Kedungsari, Desa Sendangsari, Desa Sidomulyo, Desa

Hargomulyo, Desa Hargowilis, Desa Kalirejo, Desa Hargotirto, Desa Jatimulyo, Desa

Giripurwo, Desa Pendoworejo, Desa Purwosari, Desa Banyuroto, Desa Donomulyo,

Desa Wijimulyo, Desa Tanjungharjo, Desa Banjararum, Desa Banjarasri, Desa

Banjarharjo, Desa Banjaroyo, Desa Kebonharjo, Desa Banjarsari, Desa Purwoharjo,

Desa Sidoharjo, Desa Gerbosari, Desa Ngargosari, Desa Pagerharjo.

Zona II merupakan zona pengolahan limbah dengan sistem komunal (dalam peta

zona ini berwarna kuning), yang terdiri dari desa-desa sebagai berikut : Desa Jangkaran,

Desa Sindutan, Desa Palihan, Desa Glagah, Desa Kalidengen, Desa Plumbon, Desa

Kedundang, Desa Demen, Desa Kaligintung, Desa Kebonrejo, Desa Janten, Desa

Karangwuni, Desa Sogan, Desa Kulwaru, Desa Giripeni, Desa Karangsewu, Desa

Banaran, Desa Kranggan, Desa Nomporejo, Desa Pandowan, Desa Tirtorahayu, Desa

Karangsari, Desa Tawangsari, Desa Hargorejo, Desa Jatisarono, Desa Kembang.

Zona III merupakan zona pengolahan limbah dengan sistem off site kepadatan

sedang (dalam peta zona ini berwarna jingga), yang terdiri dari desa-desa sebagai

berikut : Desa Temon Wetan, Temon Kulon, Desa Triharjo, Desa Bendungan, Kelurahan

Wates, Desa Brosot, Desa Margosari, Desa Pengasih.

2. Tahapan Pengelolaan Persampahan

Dalam merumuskan tahapan pengelolaan persampahan, penentuan tahapan dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang meliputi :

a. Fungsi perkotaanadalah klasifikasi desa/ kelurahan berdasarkan fungsi urban/ rural.

b. Wilayah Komersil(CBD)merupakan wilayah yang berfungsi sebagai wilayah

Page 71: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

64  

perdagangan dan jasa baik untuk saat ini maupun yang akan datang berdasarkan

dokumen RTRW.

Setelah dipadukan dengan Prioritas berdasarkan Tingkat Area Beresiko; merah=tinggi (skor 3-4); hijau=rendah (skor 1-2) maka wilayah Kabupaten Kulon Progo terbagi ke dalam empat 4 fitur/ zona, yaitu zona 1 adalah desa/ kelurahan yang termasuk dalam kategori CBD, zona 2 adalah desa/ kelurahan yang termasuk dalam kategori kepadatan 25-100 penduduk/ha, zona 3 adalah desa/ kelurahan yang yang termasuk dalam kategori area kepadatan rendah, dan zona 4 adalah desa/ kelurahan yang yang termasuk dalam kategori kepadatan > 100 penduduk/ha. Sedangkan setelah dilakukan penyesuaian maka terbagi menjadi 3 zona yaitu : zona 2, zona 3 dan zona 4 . Zonasi dan sistem penanganan tersebut disesuiakan dengan program yang sedang dan akan dilaksanakan oleh SKPD terkait.

Indikator yang digunakan dalam tahapan pengembangan dokumen strategi sanitasi ini adalah presentase penduduk terlayani. Diharapkan dalam jangka panjang, semua penduduk akan dapat terlayani oleh program dan kegiatan sanitasi yang dirumuskan dalam dokumen ini.

Tabel 2.3. Tahapan pengembangan persampahan Kabupaten Kulon Progo

AProsentase Sampah Yang Terangkut

1 Penanganan langsung (direct) 0,00%

2 Penanganan tidak langsung (indirect) 46,36% 63,18% 80,00% 80,00%

BDikelola Sendiri Oleh Masyarakat atau belum terlayani

51,44% 26,82% 0,00% 0,00%

C 3 R 2,20% 10,00% 20,00% 20,00%

Jumlah 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

AProsentase Sampah Yang Terangkut

1 Penanganan langsung (direct) 0,00%

2 Penanganan tidak langsung (indirect) 0,00%

BDikelola Sendiri Oleh Masyarakat atau belum terlayani

100,00% 98,53% 96,33% 88,98%

C 3 R 0,00% 1,47% 3,67% 11,02%

Jumlah 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

No SistemCakupan Layanan Existing

Cakupan layanan (%)

Jangka Pendek

Jangka Menengah

Jangka Panjang

Perkotaan

Perdesaan

Page 72: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

65  

Gambar 2.2. Peta tahapan persampahan

Page 73: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

66  

Zona I merupakan zona CBD ( Commercial Based District ), di Kabupaten Kulon

Progo belum terdapat wilayah yang memenuhi kriteria sebagai zona ini.

Zona II merupakan zona 25-100 pp; Urban/rural (dalam peta zona ini berwarna

kuning), yang terdiri dari desa-desa sebagai berikut : Desa Jangkaran, Desa Sindutan,

Desa Kedundang, Desa Demen, Desa Sogan, Desa Kulwaru, Desa Ngestiharjo, Desa

Triharjo, Desa Bendungan, Desa Giripeni, Kelurahan Wates, Desa Hargorejo, Desa

Hargomulyo, Desa Hargowilis, Desa Kalirejo, Desa Hargotirto, Desa Banyuroto, Desa

Donomulyo, Desa Wijimulyo, Desa Tanjungharjo, Desa Jatisarono, Desa Kembang,

Desa Banyuroto, Desa Donomulyo, Desa Wijimulyo, Desa Tanjungharjo, Desa

Jatisarono, Desa Kembang.

Zona III merupakan area kepadatan rendah (dalam peta zona ini berwarna ungu),

yang terdiri dari desa-desa sebagai berikut : Desa Palihan, Desa Glagah, Desa

Kalidengen, Desa Plumbon, Desa Kulur, Desa Kaligintung, Desa Temon Wetan, Desa

Temon Kulon, Desa Kebonrejo, Desa Janten, Desa Karangwuluh, Desa Karangwuni,

Desa Garongan, Desa Pleret, Desa Bugel, Desa Kanoman, Desa Depok, Desa Bojong,

Desa Tayuban, Desa Gotakan, Desa Panjatan, Desa Cerme, Desa Krembangan, Desa

Wahyuharjo, Desa Bumirejo, Desa Jatirejo, Desa Sidorejo, Desa Gulurejo, Desa

Ngentakrejo, Desa Demangrejo, Desa Srikayangan, Desa Tuksono, Desa Salamrejo,

Desa Sukoreno, Desa Kaliagung, Desa Sentolo, Desa Bangun Cipto, Desa Tawangsari,

Desa Karangsari, Desa Kedungsari, Desa Margosari, Desa Pengasih, Desa

Sendangsari, Desa Sidomulyo, Desa Jatimulyo, Desa Giripurwo, Desa Pendoworejo,

Desa Purwosari, Desa Banjararum, Desa Banjarasri, Desa Banjarharjo, Desa Banjaroyo,

Desa Kebonharjo, Desa Banjarsari, Desa Purwoharjo, Desa Sidoharjo, Desa Gerbosari,

Desa Ngargosari, Desa Pagerharjo.

Zona IV merupakan area > 100 orang/ha; Urban/ bukan urban (dalam peta zona

ini berwarna coklat), yang terdiri dari desa-desa sebagai berikut : Desa Karangsewu,

Desa Banaran, Desa Kranggan, Desa Nomporejo, Desa Brosot, Desa Pandowan, Desa

Tirtorahayu.

Page 74: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

67  

3. Tahapan Pengelolaan Drainase Perkotaan

Dalam merumuskan tahapan pengelolaan persampahan, penentuan tahapan dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang meliputi :

a. Fungsi perkotaanadalah klasifikasi desa/ kelurahan berdasarkan fungsi urban/ rural.

b. Daerah Pasang Surutmerupakan wilayah yang terpengaruh oleh genangan yang

disebabkan pasang surut air laut dan genangan yang disebabkan oleh air hujan.

Setelah dipadukan dengan Prioritas berdasarkan Tingkat Area Beresiko; merah=tinggi (skor 3-4); hijau=rendah (skor 1-2) maka wilayah Kabupaten Kulon Progo terbagi ke dalam 2 fitur/ zona, yaitu zona 1 adalah desa/ kelurahan yang termasuk dalam kategori Tingkat risiko rendah, zona 2 adalah desa/ kelurahan yang yang termasuk dalam kategori Tingkat risiko tinggi.

Indikator yang digunakan dalam tahapan pengembangan dokumen strategi sanitasi ini adalah presentase penduduk terlayani. Diharapkan dalam jangka panjang, semua penduduk akan dapat terlayani oleh program dan kegiatan sanitasi yang dirumuskan dalam dokumen ini.

Tabel 2.4. Tahapan pengembangan Drainase Perkotaan Kabupaten Kulon Progo

( a ) ( b ) ( c ) ( d ) ( e ) ( f )

1 Kelurahan Wates 16,5 2 4 16,5 2 Desa Giripeni 12,0 1 3 12,0 3 Desa Bendungan 2,8 0 1 2,8 4 Desa Triharjo 12,8 1 3 12,8

Jumlah 44 4 11 44

NoTitik genangan di area

permukiman

Luas genangan eksisting di area

permukiman ( ha )

Pengurangan luas genangan (ha)

Jangka Pendek

Jangka Menengah

Jangka Panjang

Page 75: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

68  

Gambar 2.3. Peta tahapan pengembangan drainase

Page 76: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

69  

Zona I merupakan Prioritas berdasarkan tingkat area beresiko rendah, skala 1-2

(dalam peta zona ini berwarna hijau), yang terdiri dari desa-desa sebagai berikut : Desa

Jangkaran, Desa Sindutan, Desa Palihan, Desa Glagah, Desa Kalidengen, Desa

Plumbon, Desa Kedundang, Desa Demen, Desa Kulur, Desa Kaligintung, Desa Temon

Wetan, Desa Temon Kulon, Desa Kebonrejo, Desa Janten, Desa Karangwuluh, Desa

Karangwuni, Desa Sogan, Desa Kulwaru, Desa Ngestiharjo, Desa Triharjo, Desa

Giripeni, Desa Garongan , Desa Pleret, Desa Bugel, Desa Kanoman, Desa Depok, Desa

Bojong, Desa Tayuban, Desa Gotakan, Desa Panjatan, Desa Cerme, Desa

Krembangan, Desa Karangsewu, Desa Kranggan, Desa Nomporejo, Desa Pandowan,

Desa Wahyuharjo, Desa Bumirejo, Desa Jatirejo, Desa Sidorejo, Desa Gulurejo, Desa

Ngentakrejo, Desa Demangrejo, Desa Srikayangan, Desa Tuksono, Desa Salamrejo,

Desa Sukoreno, Desa Kaliagung, Desa Sentolo, Desa Bangun Cipto, Desa Tawangsari,

Desa Karangsari, Desa Kedungsari, Desa Margosari, Desa Sendangsari, Desa

Sidomulyo, Desa Hargomulyo, Desa Hargorejo, Desa Hargowilis, Desa Kalirejo, Desa

Hargotirto, Desa Jatimulyo, Desa Giripurwo, Desa Pendoworejo, Desa Purwosari, Desa

Banyuroto, Desa Donomulyo, Desa Wijimulyo, Desa Tanjungharjo, Desa Jatisarono,

Desa Kembang, Desa Banjararum, Desa Banjarasri, Desa Banjarharjo, Desa Banjaroyo,

Desa Kebonharjo, Desa Banjarsari, Desa Purwoharjo, Desa Sidoharjo, Desa Gerbosari,

Desa Ngargosari, Desa Pagerharjo.

Zona II merupakan Prioritas berdasarkan tingkat area beresiko tinggi, skala 3-4

(dalam peta zona ini berwarna merah), yang terdiri dari desa-desa sebagai berikut : Desa

Bendungan, Kelurahan Wates, Desa Banaran, Desa Brosot, Desa Tirtorahayu, Desa

Pengasih.

Page 77: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

70  

3.2 1 Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi.

a. Tujuan dan Sasaran pembangunan Air limbah domestik

Berdasarkan kondisi permasalahan air limbah, hasil analisis SWOT yang

dipadukan dengan SPM dan RPJMD maka, tujuan dan sasaran untuk pencapaian

pengembangan air limbah domestik Kabupaten Kulon Progo diterangkan dalam tabel 2.5

sebagai berikut :

Tabel 2.5. Tujuan dan sasaran pencapaian pengembangan air limbah domestik

Tujuan Sasaran Data Dasar

Menyusun regulasi pengelolaan air limbah domestik

Tersusun regulasi pengelolaan air limbah

Tersusunnya Raperda air limbah pada 2017 dan Perda pada tahun 2019.

Meningkatkan kualitas pelayanan sub sektor air limbah domestik

Terpenuhinya target UA 90% akses air limbah yang aman bagi seluruh penduduk Kabupaten di Tahun 2019. Terpenuhinya bebas BABS sesuai target universal acces dari 7,95% ditahun 2015 menjadi di 0% di tahun 2019 Beralihnya semua keluarga yang menggunakan jamban tidak aman (11,48% ditahun 2015) ke jamban dengan septiktank aman di tahun 2019 .

Penduduk Kabupaten KP sudah bebas BABS pada tahun 2019

Peningkatan pengetahuan masyarakat dan kesadaran akan pentingnya pembangunan saluran air limbah domestik dan tanki septik sesuai persyaratan teknis

Beralihnya semua penduduk jamban tidak aman (11.822 KK ditahun 2015) ke jamban dengan septiktank aman ditahun 2019

Meningkatnya sarpras pendukung IPLT, biaya O&M, bertambahnya Truk tinja pada tahun 2019

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan air limbah

Tersedianya lahan

untuk pembangunan IPAL komunal

Tersedianya lahan dalam pembangunan IPAL sebanyak 11 lokasi

6.015 KK atau setara dengan 5,84% tersambung ke sistem pengolahan air limbah komunal di tahun 2019.

Page 78: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

71  

b. Tujuan dan Sasaran pengelolaan persampahan

Berdasarkan kondisi permasalahan persampahan, hasil analisis SWOT yang

dipadukan dengan SPM dan RPJMD maka, tujuan dan sasaran untuk peningkatan

pengembangan pelayanan persampahan Kabupaten Kulon Progo diterangkan dalam tabel

2.6 sebagai berikut :

Tabel 2.6. Tujuan dan sasaran pencapaian pengembangan persampahan

Tujuan Sasaran Data Dasar

Peningkatan pelayanan kepada masy dengan meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan sampah

Meningkatnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah sampai tahun 2019

Meningkatnya sarpras TPA dan Bertambahnya armada mobil sampah sebanyak 4 unit sampai tahun 2019.

Meningkatkan peranserta masy dalam pengelolaan sampah rumah tangga melalui TPS 3R/ bank sampah

Peningkatan Pengelolaan sampah perkotaan dengan sistem TPS 3R/ bank sampah pada tahun 2019

Terbentuknya KSM pengelola sampah pada wilayah perkotaan di tahun 2019.

Peningkatan pembangunan TPS 3R pada setiap IKK wilayah perkotaan.

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah skala Rumah tangga.

Page 79: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

72  

c. Tujuan dan Sasaran pengelolaan drainase

Berdasarkan kondisi permasalahan persampahan, hasil analisis SWOT yang

dipadukan dengan SPM dan RPJMD maka, tujuan dan sasaran untuk peningkatan

pengembangan pelayanan drainase Kabupaten Kulon Progo diterangkan dalam tabel 2.7

sebagai berikut :

Tabel 2.7. Tujuan dan sasaran pencapaian pengembangan drainase

Tujuan Sasaran Data Dasar

Penyusunan Perda drainase

Penyusunan raperda pada tahun 2017 dan peningkatan Perda pada tahun 2019

Perda drainase pada tahun 2019.

Meningkatkan kualitas pelayanan sub sektor drainase

Meningkatkan pelayanan drainase dengan mengurangi genangan pada daerah rawan sebesar 110 ha sampai tahun 2019

Pengurangan genangan pada wilayah Kelurahan Wates 4 ha, Desa Giripeni 3 ha,Desa Bendungan 1 ha, Desa Triharjo 3 ha sampai 2019.

Meningkatkan pembiayaan melalui dana APBD (Kabupaten Kulon Progo & DIY) dan kemitraan

Terwujudnya kerjasama kemitraan antara pemerintah daerah dengan swasta/lembaga/masy./ program pada tahun 2019

Peningkatan pengetahuan masyarakat dan kesadaran dalam pemanfaatan dan pemeliharaan sal drainase

Terwujudnya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan drainase pada tahun 2019

Terwujudnya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pembangunan & pemeliharaan drainase pada tahun 2019

Page 80: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

73  

3.2.3 Skenario Pencapaian Sasaran

Skenario pencapaian sasaran jangka menengah dalam rencana peningkatan akses

untuk setiap tahun selama 5 tahun atau capaian yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian

sasaran dalam 5 tahun ke depan disajikan pada Tabel 2.8 berikut ini.

Tabel 2.8. Skenario pencapaian sasaran dalam pembangunan sanitasi

2010 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Air Limbah

Domestik69% 80,57% 83,00% 85,40% 87,76% 90,00% 92,36%

Persampahan 41% 47,04% 48,24% 49,44% 50,64% 51,84% 53,04%

Drainase 69 ha 44 ha 39 ha 33 ha 26 ha 19 ha 11 ha

KomponenTahun

Tahapan pengembangan sanitasi ( 3.1 ) pertahun disajikan seperti tabel 2.8 diatas, agar

tahapan pada masing – masing komponen sanitasi tercapai maka perlu dirinci pertahun.

Tahapan pengelolaan air limbah domestik agar sasaran tercapai maka tiap tahun harus terjadi

peningkatan rata – rata sebesar 2,36 %, pengelolaan persampahan agar sasaran tercapai maka

tiap tahun harus terjadi peningkatan rata – rata sebesar 6,04 %, sedangkan pengelolaan

drainase perkotaan agar sasaran tercapai maka tiap tahun harus terjadi penurunan genangan

rata – rata sebesar 6-7 ha.

3.3. Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah

Anggaran pendanaan sanitasi Kabupaten Kulon Progo yang meliputi pendanaan sektor air

limbah, persampahan dan drainase dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014terjadi peningkatan

sebesar 2,98%. Dari ke-tiga sektor tersebut sektor air limbah yang menunjukan penurunan pendanaan

-13,21%, dan paling rendah pertumbuhan pendanaannya adalah pada sektor PHBS yaitu sebesar

287,38% meskipun pada sektor air limbah yang pendanaannnya paling besar. Hal tersebut dapat

dilihat pada Tabel 2.9 berikut ini.

Jika dilihat pada Belanja APBD murni untuk Sanitasi, terlihat bahwa Kabupaten Kulon

ProgoKabupaten Kulon Progomengalami penurunan anggaran sebesar -2,99%. Pada tahun 2010

APBD untuk sanitasi sebesar Rp. 3.034.936.141,- dan pada tahun 2014 menjadi Rp. 2.557.282.859,-.

Jika dibandingkan dengan kota/kabupaten di Indonesia nilai ini lebih kecil dari pada anggaran sanitasi

kabupaten/kota lainnya. Pertumbuhan rata-rata belanja langsung Kabupaten Kulon Progo sebesar

Page 81: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

74  

29,71%. Dengan demikian jika dibandingan dengan presentasi APBD murni Kabupaten Kulon Progo

terhadap belanja langsung, pertumbuhan rata-rata sebesar 1,13 %. Berdasarkan pertumbuhan rata-

rata ini, selanjutnya komitmen SKPD terhadap Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan

(% terhadap belanja langsung atau pun penetapan nilai absolut) sebesar 2.5 %.

Page 82: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

75  

Tabel 2.9. Perhitungan pertumbuhan pendanaan APBD Kabupaten Kulon Progo untuk sanitasi

Tabel Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Kulon Progo untuk Sanitasi

2010 2011 2012 2013 2014

1 Belanja Sanitasi (1.1+1.2+1.3+1.4) 4.555.843.245 5.170.771.391 4.806.111.000 4.574.142.650 5.046.241.255 2,98%

1.1. Air Limbah Domestik (a+b+c) 4.111.076.545 3.785.492.991 3.618.982.000 2.714.367.550 2.293.317.073 -13,21%

1.2. Sampah Rumah Tangga 320.895.000 587.237.900 673.479.000 375.919.600 778.644.427 40,16%

1.3. Drainase lingkungan 99.331.650 513.717.500 503.650.000 1.483.855.500 1.787.942.765 157,58%

1.4. PHBS 24.540.050 284.323.000 10.000.000 186.336.990 287,38%

2 Dana Alokasi Khusus 1.520.907.104 2.331.112.250 2.117.323.125 2.469.975.250 2.488.958.396 15,38%

2.1 DAK Sanitasi 796.680.124 1.550.042.250 1.046.834.725 1.550.042.250 1.536.183.896 27,32%

2.2 DAK Lingkungan Hidup 724.226.980 781.070.000 1.070.488.400 919.933.000 952.774.500 8,60%

2.3 DAK Perumahan dan Permukiman

3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi

4Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-(2+3)) 3.034.936.141 2.839.659.141 2.688.787.875 2.104.167.400 2.557.282.859 -2,99%

5 Total Belanja Langsung 138.942.748.540 240.405.422.562 290.293.602.520 309.267.004.688 366.534.148.289 29,71%

6% APBD murni terhadap Belanja Langsung (4:5)% 2,18% 1,18% 0,93% 0,68% 0,70% 1,13%

2,5%Komitmen Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung atau pun penetapan nilai absolut)

No UraianBelanja Sanitasi (Rp) Rata-Rata

Pertumbuhan

Page 83: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

76  

Tabel Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Kulon Progo untuk Sanitasi Tahun 2016-2020

2016 2017 2018 2019 2020

1 Perkiraan Belanja Langsung 475.421.808.254,17 616.657.129.543,77 799.849.751.978,27 1.037.464.086.749,52 1.345.667.393.948,57 4.275.060.170.474,31

2 Perkiraan Belanja APBD Murni untuk Sanitasi5.391.091.978,30 6.992.643.683,41 9.069.974.298,34 11.764.425.229,85 15.259.326.701,09 48.477.461.890,98

3 Perkiraan Pendanaan Sanitasi berdasar Komitmen

11.885.545.206,35 15.416.428.238,59 19.996.243.799,46 25.936.602.168,74 33.641.684.848,71 106.876.504.261,86

No ItemPerkiraan Kebutuhan (Rp)

Total

Tabel Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Kulon Progo untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi

2010 2011 2012 2013 2014

1 Belanja Sanitasi 4.555.843.245,00 5.170.771.391,00 4.806.111.000,00 4.574.142.650,00 5.046.241.255,00 2,98%

1.1 Air Limbah Domestik 4.111.076.545,00 3.785.492.991,00 3.618.982.000,00 2.714.367.550,00 2.293.317.073,04 -13,21%

1.1.1 Biaya operasional / pemeliharaan (justified) 503.667.000 588.195.000 574.632.000 225.134.136 416.426.000 9,66%

1.2 Sampah rumah tangga 320.895.000,00 587.237.900,00 673.479.000,00 375.919.600,00 778.644.426,98 40,16%

1.2.1 Biaya operasional/pemeliharaan (justified) 227.928.000 272.308.000 115.224.650 92.683.350 136.701.875 -2,57%

1.3 Drainase lingkungan 99.331.650,00 513.717.500,00 503.650.000,00 1.483.855.500,00 1.787.942.765,18 157,58%

1.3.1 Biaya operasional/pemeliharaan (justified) 498.240.000 1.000.000.000 1.250.000.000 62,85%

No UraianBelanja Sanitasi (Rp) Rata rata

Pertumbuhan

Page 84: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

77  

Tabel Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Kulon Progo untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun

2016 2017 2018 2019 2020

1 Belanja Sanitasi 5.391.091.978,30 6.992.643.683,41 9.069.974.298,34 11.764.425.229,85 15.259.326.701,09 48.477.461.890,98

1.1 Air Limbah Domestik 3.704.047.705,42 4.804.422.906,27 6.231.690.652,50 8.082.962.125,96 10.484.197.687,76 33.307.321.077,91

1.1.1 Biaya operasional / pemeliharaan (justified) 519.457.718,70 673.774.951,36 873.935.777,14 1.133.559.122,40 1.470.309.738,54 4.671.037.308,14

1.2 Sampah rumah tangga 604.470.629,94 784.042.963,70 1.016.961.517,20 1.319.074.049,96 1.710.936.274,24 5.435.485.435,03

1.2.1 Biaya operasional/pemeliharaan (justified) 213.644.327,94 277.112.441,46 359.435.263,06 466.214.030,84 604.713.963,51 1.921.120.026,81

1.3 Drainase lingkungan 975.420.670,01 1.265.192.509,10 1.641.047.944,02 2.128.560.148,14 2.760.899.412,32 8.771.120.683,57

1.3.1 Biaya operasional/pemeliharaan (justified) 460.848.421,58 597.754.372,80 775.331.483,12 1.005.662.084,75 1.304.417.853,18 4.144.014.215,43

No UraianBiaya Operasional/Pemeliharaan (Rp)

Total Pendanaan

Tabel Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Kulon Progo dalam Mendanai Program/ Kegiatan SSK

2016 2017 2018 2019 2020

1 Perkiraan Kebutuhan Operasional / Pemeliharaan 1.193.950.468,22 1.548.641.765,62 2.008.702.523,32 2.605.435.238,00 3.379.441.555,23 10.736.171.550,39

2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi 5.391.091.978,30 6.992.643.683,41 9.069.974.298,34 11.764.425.229,85 15.259.326.701,09 48.477.461.890,98

3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi 11.885.545.206,35 15.416.428.238,59 19.996.243.799,46 25.936.602.168,74 33.641.684.848,71 106.876.504.261,86

4Kemampuan Mendanai SSK (APBD Murni) (2-1)

4.197.141.510,08 5.444.001.917,79 7.061.271.775,02 9.158.989.991,86 11.879.885.145,86 37.741.290.340,60

5 Kemampuan Mendanai SSK (Komitmen) (3-1) 10.691.594.738,13 13.867.786.472,97 17.987.541.276,14 23.331.166.930,74 30.262.243.293,49 96.140.332.711,47

No UraianPendanaan (Rp)

Total Pendanaan

Page 85: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

78 

Bab 4

Strategi Pengembangan Sanitasi

Berdasarkan kajian strategi menggunakan metode SWOT (strength-weakness-opportunity -

threat) maka didapatlah posisi pengembangan sanitasi saat ini, isue-isue strategis yang muncul lebih

banyak menghasilkan permasalahan mendesak. Dengan mengacu posisi tersebut diambilah strategi

untuk mengatasi kekurangan yang ada untuk membuat perencanaan pembangunan sanitasi jangka

menengah ke depan.

4.1. Air limbah domestik

Koordinat hasil SWOT air limbah domestik saat ini berada pada posisi diversifikasi

besar-besaran (3,-2) yang menunjukkan bahwa kondisi internal kuat dan lingkungan tidak

mendukung. Hal ini menunjukkan koordinasi antar SKPD sudah padu tetapi belum mampu

mengatasi fakator luar seperti lingkungan yang ada dan kondisi geografis. Untuk itu langkah

strategi yang dilakukan adalah Maksi-Mini ( menggunakan kekuatan untuk mengurangi ancaman

) sehingga diperlukan beberapa langkah strategi, yaitu :

1. Meningkatkan kerja sama antar SKPD untuk mengoptimalkan KSM pengelola di tingkat

masyarakat.

2. Peningkatan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang septictank yang memenuhi

standart teknis.

3. Peningkatan peran SKPD terkait sanitasi air limbah ( PU, Dinkes, Bappeda, KLH) untuk

mensosialisasikan pentingnya IPAL Komunal di masyarakat.

4. Peningkatan pelayanan mobil tinja oleh Pemda kepada masyarakat.

5. Pengawasan terhadap layanan pengelola sanitasi melalui Perda Air Limbah

Strategi diatas diambil untuk meningkatkan pelayanan oleh SKPD terkait sambil

memperkuat SDM yang menjadi operator di dalamnya untuk mengatasi tantangan dan ancaman

dari lingkungan sambil memanfaatkan peluang seperti memanfaatkan teknologi tepat guna dan

kerja sama dengan sektor swasta.

Disamping itu dengan membina dan memberi kampanye pada kelompok-kelompok

masyarakat akan menimbulkan sikap keswadayaan yang akan memberi suport kuat pada

kapasitas kelembagaan diluar SKPD (faktor lingkungan) dan pada akhirnya membantu anggaran

pembangunan yang terbatas.

Diharapkan dengan metode tersebut posisi pengembangan limbah domestik untuk

jangka menengah ke depan akan meningkat ke arah lebih baik.

Page 86: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

79 

4.2. Pengelolaan persampahan

Koordinat hasil SWOT pengelolaan persampahan saat ini berada pada posisi

pertumbuhan cepat (8,6) yang menunjukkan bahwa kondisi internal kuat dan lingkungan

mendukung. Hal ini menunjukkan koordinasi antar SKPD sudah padu dan mampu mengatasi

faktor luar seperti lingkungan yang ada dan kondisi geografis. Untuk itu meningkatkan hal ini

maka langkah strategi yang dilakukan adalah Maksi-Maksi ( menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan pelung ) sehingga diperlukan beberapa langkah strategi, yaitu :

1. Peningkatan Sosialisasi Perda Pengelolaan sampah dengan menjalin kerja sama dengan

media.

2. Peningkatan kerjasama antar SKPD untuk Meningkatkan sarpras TPA.

3. Pemanfaatan MP TPA untuk meningkatkan pelayanan melalui pengembangan TPA.

4. Peningkatan layanan pengelolaan sampah melalui pengembangan TPST 3R di TPA dengan

memanfaatkan operator pengelola sampah di TPA.

6. Peningkatan kegiatan sosialisasi terhadap masyarakat tentang pemilahan sampah dari

sumber timbulan di masyarakat

7. Peningkatan peran KSM pengelola untuk meningkatkan pelayanan.

Strategi diatas diambil untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan SKPD terkait

sambil memperkuat SDM yang menjadi operator di dalamnya untuk memanfaatkan peluang dari

lingkungan seperti memanfaatkan teknologi tepat guna dan kerja sama dengan sektor swasta.

Disamping itu dengan membina dan memberi kampanye pada kelompok-kelompok

masyarakat akan menimbulkan sikap keswadayaan yang akan memberi suport kuat pada

keterlibatan masyarakat (faktor lingkungan) dan pada akhirnya membantu anggaran

pembangunan yang terbatas.

Diharapkan dengan metode tersebut posisi pengembangan persampahan untuk jangka

menengah ke depan akan meningkat ke arah lebih baik.

4.3. Drainase Perkotaan

Koordinat hasil SWOT drainase perkotaan saat ini berada pada posisi ceruk yang

menunjukkan bahwa kondisi internal lemah dan lingkungan tidak mendukung. Hal ini

menunjukkan koordinasi antar SKPD masih belum padu dan belum mampu mengatasi fakator

luar seperti lingkungan yang ada dan kondisi geografis. Untuk mengatasi hal itu diambil beberapa

langkah strategi :

1. Penyusunan Perda Pengelolaan Drainase untuk meningkatkan pelayanan

Page 87: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

80 

2. Peningkatan pengelolaan drainase dengan meningkatkan penganggaran utuk pembangunan

& pemeliharaan

3. Mengurangi genangan pada saat musim penghujan dengan Peningkatan penanganan daerah

pasang surut & daerah genangan

4. Peningkatan sosialisasi kepada masyarakat tentang pengelolaan drainase

Strategi diatas diambil untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan SKPD terkait

sambil memperkuat SDM yang menjadi operator di dalamnya untuk mengatasi tantangan dan

ancaman dari lingkungan sambil memanfaatkan peluang seperti memanfaatkan teknologi tepat

guna, anggaran yang kecil dan meningkatkan peran swasta/ kelompok masyarakat.

Disamping itu dengan membina dan memberi kampanye pada kelompok-kelompok

masyarakat akan menimbulkan sikap keswadayaan yang akan memberi suport kuat pada

kapasitas kelembagaan diluar SKPD (faktor lingkungan) dan pada akhirnya membantu anggaran

pembangunan yang terbatas.

Diharapkan dengan metode tersebut posisi pengembangan drainase perkotaan untuk

jangka menengah ke depan akan meningkat ke arah lebih baik.

Page 88: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

81 

Bab 5 Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi

5.1. Ringkasan

Tabel 5.1.1 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi untuk 5 tahun

Tabel 5.1.1 menunjukkan bahwa indikasi kebutuhan biaya pengembangan pembangunan sanitasi rata – rata terjadi kenaikan selama kebutuhan jangka menengah ( 2016-2020 ). Indikasi kebutuhan untuk Aspek Air Limbah sebesar Rp. 44.774.000.000,00, indikasi kebutuhan untuk Aspek Persampahan sebesar Rp. 41.160.000.000,00, indikasi kebutuhan untuk Aspek Drainase sebesar Rp. 39.000.000.000,00. Catatan: Data tabel ini diambil dari lembar kerja (sheet) Rekapitulasi program, kegiatan dan indikasi pendanaan.

Tabel 5.1.2 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi untuk 5 tahun per Sumber Anggaran

Tabel 5.1.2 menunjukkan bahwa rincian indikasi kebutuhan biaya pengembangan pembangunan sanitasi per

2016 2017 2018 2019 2020

1 ASPEK AIR LIMBAH 6.105                 9.124                 6.748                 11.390              11.407              44.774                       

2 ASPEK PERSAMPAHAN 8.356                 4.727                 10.928              9.610                 7.539                 41.160                       

3 ASPEK DRAINASE  40                      12.803              9.830                 7.465                 9.091                 39.229                       

TOTAL ANGGARAN 14.501              26.653              27.506              28.465              28.037              125.162                     

NOMOR Uraian KegiatanTahun Anggaran Total Anggaran       

( x 1 Juta )

Sumber Total

No. Anggaran 2016 2017 2018 2019 2020Anggaran ( x

1 juta )

A. Pemerintah

1 APBD Kab/Kota 7.661 12.086 8.556 9.585 8.522 46.410

2 APBD Provinsi 135 535 135 150 150 1.105

3 APBN 8.680 11.940 16.500 14.760 19.820 71.700

16.476 24.561 25.191 24.495 28.492 119.215

B. Non-Pemerintah

1 CSR Swasta 0 0 0 0 0 0

2 Masyarakat 75 175 175 171 171 766

75 175 175 171 171 766

16.551 24.736 25.366 24.666 28.663 119.981

Jumlah A

Jumlah B

Total (A + B)

Tahun Anggaran

Page 89: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

82 

sumber pendanaan selama kebutuhan jangka menengah ( 2016-2020 ). Indikasi kebutuhan yang bersumber dari pendanaan pemerintah sebesar Rp. 119.215.000,00 dan Indikasi kebutuhan yang bersumber dari pendanaan non pemerintah sebesar Rp. 766.000.000,00

Catatan: Data tabel ini diambil dari rekapitulasi lampiran 4: hasil pembahasan program, kegiatan dan indikasi pendanaan per sumber pendanaan.

5.2. Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi dengan Sumber Pendanaan Pemerintah

5.2.1 Tabel Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBD Kabupaten/Kota

Tabel 5.2.1 menunjukkan bahwa rincian indikasi kebutuhan biaya pengembangan pembangunan sanitasi sumber pendanaan APBD Kabupaten selama kebutuhan jangka menengah ( 2016-2020 ). Indikasi kebutuhan yang bersumber dari pendanaan APBD Kabupaten sebesar Rp. 48.162.000,00. Catatan: Data tabel ini diambil dari Lampiran 4: hasil pembahasan program, kegiatan dan indikasi pendanaan sumber pendanaan APBD Kabupaten/Kota.

5.2.2 Tabel Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBD Provinsi

Tabel 5.2.2 menunjukkan bahwa rincian indikasi kebutuhan biaya pengembangan pembangunan sanitasi sumber pendanaan APBD Provinsi selama kebutuhan jangka menengah ( 2016-2020 ). Indikasi kebutuhan yang bersumber dari pendanaan APBD Provinsi sebesar Rp. 1.105.000,00. Catatan: Data tabel ini diambil dari Lampiran 4: hasil pembahasan program, kegiatan dan indikasi pendanaan sumber pendanaan APBD Provinsi.

2016 2017 2018 2019 2020

1 ASPEK AIR LIMBAH 5.045                 5.914                 3.338                      3.530                 3.547                 21.374            

2 ASPEK PERSAMPAHAN 2.816                 3.577                 7.368                      6.440                 4.359                 24.560            

3 ASPEK DRAINASE  588                    565                         500                    576                    2.229              

TOTAL ANGGARAN 7.861                 10.078              11.271                    10.470              8.482                 48.162            

NOMOR Uraian Kegiatan Tahun Anggaran Total Anggaran      ( x 1 Juta )

2016 2017 2018 2019 2020

1 ASPEK AIR LIMBAH 135                    535                    135                         150                    150                    1.105              

2 ASPEK PERSAMPAHAN ‐                   

3 ASPEK DRAINASE  ‐                   

TOTAL ANGGARAN 135                    535                    135                         150                    150                    1.105              

NOMOR Uraian Kegiatan Tahun Anggaran Total Anggaran      ( x 1 Juta )

Page 90: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

83 

5.2.3 Tabel Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBN

Tabel 5.2.3 menunjukkan bahwa rincian indikasi kebutuhan biaya pengembangan pembangunan sanitasi sumber pendanaan APBN selama kebutuhan jangka menengah ( 2016-2020 ). Indikasi kebutuhan yang bersumber dari pendanaan APBN sebesar Rp. 69.270.000,00.

Catatan: Data tabel ini diambil dari Lampiran 4: hasil pembahasan program, kegiatan dan indikasi pendanaan sumber pendanaan APBN.

5.3. Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi dengan Sumber Pendanaan Non Pemerintah

5.3.1 Tabel Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Swasta/CSR

Tabel 5.3.1 menunjukkan bahwa rincian indikasi kebutuhan biaya pengembangan pembangunan sanitasi sumber pendanaan CSR selama kebutuhan jangka menengah ( 2016-2020 ). Indikasi kebutuhan yang bersumber dari pendanaan CSR sebesar Rp. -. Kegiatan pengembangan pembangunan sanitasi yang bersumber dari CSR terjadi pd tahun 2012-2013 yaitu Program Pengurangan Sumber Genangan Kegiatan Pembuatan Biopori sebesar Rp. 15.000.000,00 Catatan: Data tabel ini diambil dari lampiran 4: hasil pembahasan program, kegiatan dan indikasi pendanaan sumber pendanaan Partisipasi Swasta/CSR

2016 2017 2018 2019 2020

1 ASPEK AIR LIMBAH 2.900                 2.950                 3.350                      7.800                 7.800                 24.800            

2 ASPEK PERSAMPAHAN 5.740                 1.150                 3.560                      2.170                 3.800                 16.420            

3 ASPEK DRAINASE  40                      7.980                 6.120                      7.290                 6.620                 28.050            

TOTAL ANGGARAN 8.680                 12.080              13.030                    17.260              18.220              69.270            

NOMOR Uraian Kegiatan Tahun Anggaran Total Anggaran      ( x 1 Juta )

2016 2017 2018 2019 2020

1 ASPEK AIR LIMBAH ‐                   

2 ASPEK PERSAMPAHAN ‐                   

3 ASPEK DRAINASE  ‐                   

TOTAL ANGGARAN ‐                     ‐                     ‐                          ‐                     ‐                     ‐                   

NOMOR Uraian Kegiatan Tahun Anggaran Total Anggaran      ( x 1 Juta )

Page 91: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

84 

5.3.2 Tabel Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Masyarakat

Tabel 5.3.2 menunjukkan bahwa rincian indikasi kebutuhan biaya pengembangan pembangunan sanitasi sumber pendanaan Partisipasi Masyarakat selama kebutuhan jangka menengah ( 2016-2020 ). Indikasi kebutuhan yang bersumber dari pendanaan Partisipasi Masyarakat untuk Sektor Air limbah sebesar Rp. 541.000.000,00. dan aspek persampahan sebesar Rp. 225.000.000,00.

Catatan: Data tabel ini diambil dari lampiran 4: hasil pembahasan program, kegiatan dan indikasi pendanaan sumber pendanaan Partisipasi Masyarakat.

2016 2017 2018 2019 2020

1 ASPEK AIR LIMBAH 50                      125                    125                         121                    121                    541                  

2 ASPEK PERSAMPAHAN 25                      50                      50                            50                      50                      225                  

3 ASPEK DRAINASE  ‐                   

TOTAL ANGGARAN 75                      175                    175                         171                    171                    766                  

NOMOR Uraian Kegiatan Tahun Anggaran Total Anggaran      ( x 1 Juta )

Page 92: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

85 

5.4. Antisipasi Funding Gap

5.4.1 Tabel Funding Gap

Tabel 5.4.1 menunjukkan bahwa rincian indikasi kebutuhan biaya pengembangan pembangunan sanitasi Funding Gap selama kebutuhan jangka menengah ( 2016-2020 ). Catatan: Data tabel ini diambil dari Lampiran 4: program, kegiatan dan indikasi biaya yang belum memiliki sumber pendanaan atau daftar tunggu (funding gap). Baris (5): Data total kebutuhan pendanaan sanitasi diambil dari Tabel Rekapitulasi Indikasi

Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi untuk 5 tahun. Baris (6): Prosentase Funding Gap terhadap total kebutuhan pendanaan, baris 6 = (baris 4 x 100 /

baris 5)

2016 2017 2018 2019 2020

1 ASPEK AIR LIMBAH ‐                   

2 ASPEK PERSAMPAHAN ‐                   

3 ASPEK DRAINASE  ‐                   

TOTAL ANGGARAN ‐                     ‐                     ‐                          ‐                     ‐                     ‐                   

NOMOR Uraian Kegiatan Tahun Anggaran Total Anggaran      ( x 1 Juta )

Page 93: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services
Page 94: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

86 

BAB 6

Monitoring Dan Evaluasi Capaian SSK

6.1 CapaianStratejik

Tabel6.1 : CapaianStratejik Air Limbah Domestik

Tujuan:a. Meningkatkan kualitas pelayanan sub sektor air limbah domestik b. Peningkatan pengetahuan masyarakat dan kesadaran akan pentingnya pembangunan saluran

air limbah domestik dan tanki septik sesuai persyaratan teknis. c. Tersedianya lahan untuk pembangunan IPAL komunal.

Tahun2016

Rencana Realisasi

Output Belanja Outcome Output Belanja Outcome

Sasaran : a. Terpenuhinya target UA 90% akses air limbah yang aman bagi seluruh penduduk Kabupaten di Tahun 2019 b. Terpenuhinya bebas BABS sesuai target universal acces dari 7,95% ditahun 2015

menjadi di 0% di tahun 2019 c. Beralihnya semua keluarga yang menggunakan jamban tidak aman (11,48% ditahun

2015) ke jamban dengan septiktank aman di tahun 2019 . d. Tersedianya lahan dalam pembangunan IPAL komunal sebanyak 11 lokasi

1. Laporan

Studi Kelayakan ( DAK & Sanimas )

Rp.120 juta

Didapatnya tempat/ wilayah yang akan mendapat program sesuai kriteria Perkiraan awal

anggaran yang dibutuhkan

1. Laporan

Studi Kelayakan ( DAK & Sanimas )

Rp.120 juta

Didapatnya tempat/ wilayah yang akan mendapat program sesuai kriteria Perkiraan awal

anggaran yang dibutuhkan

1. Infrastruktur

IPAL Kom

Rp 3.948 juta

Terbangunnya sarana IPAL Kom

2. Infrastruktur

IPAL Kom

Rp 3.948 juta

Terbangunnya sarana IPAL Kom

3. Pelatihan

Rp 30 juta Terlatihnya SDM pengelola IPLT

4. Pelatihan

Rp 30 juta Terlatihnya SDM pengelola IPLT

Page 95: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

87 

5. O & P IPLT

Rp 30 juta O & P Pengelolaan lumpur tinja

4. O & P IPLT

Rp 30 juta O & P Pengelolaan lumpur tinja

5. Laporan

Studi Kelayakan

Rp 70 juta Laporan studi kelayakan Pemb kantor IPLT

6. Laporan

Studi Kelayakan

Rp 70 juta Laporan studi kelayakan Pemb kantor IPLT

Tabel6.2 : CapaianStratejik Persampahan

Tujuan: 1.Peningkatan pelayanan kepada masy dengan meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan sampah

2. Meningkatkan peranserta masy dalam pengelolaan sampah rumah tangga melalui TPS 3R/ bank sampah

Tahun2016

Rencana Realisasi

Output Belanja Outcome Output Belanja Outcome

Sasaran : 1. Meningkatnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah sampai tahun 2019 2. Peningkatan Pengelolaan sampah perkotaan dengan sistem TPS 3R/ bank

sampah pada tahun 2019 1. Laporan

Bantek opr TPA

2. Laporan Sosialisasi/workshop/pelatihan/ Studi Banding

3. Infrastruktur Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Sistem 3R

4. sarana angkutan/ truck sampah

5. O & P pengelolaan sampah

6. Pelaksanaan

kebersihan

1. Rp.100 juta 2. Rp.35juta 3. Rp.500juta 4. Rp.350juta 5. Rp 1.000 juta 6. Rp 865 juta

Prosedur opr TPA

Terlatihnya peserta Terbangunnya

sarpras 3R Tersedianya sarana

Terlaksananya Opr

& pemeliharaan sampah Terlaksananya

kegiatan kebersihan kota

1. Laporan Bantek opr TPA

2. Laporan Sosialisasi/workshop/pelatihan/ Studi Banding

3.Infrastruktur Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Sistem 3R

4. sarana angkutan/ truck sampah

5. O & P

pengelolaan sampah

6.Pelaksanaan

1. Rp.100 juta 2. Rp.35juta 3. Rp.500juta 4.Rp.350juta

5. Rp 1.000

juta

6. Rp 865 juta

Prosedur opr TPA

Terlatihnya peserta Terbangunnya

sarpras 3R Tersedianya

sarana Terlaksananya

Opr & pemeliharaan sampah

Page 96: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

88 

kota 7.Pelaksanaan pelatihan/ pengembangan kapasitas masyarakat 8. Infrastruktur

bio digester

Rp 865 juta Rp. 140 juta

Total:Rp3.855juta

•Terlatihnya masy dlm mengelola sampah Peningkatan

pengolahan sampah di masy

kebersihan kota

7.Pelaksanaan pelatihan/ pengembangan kapasitas masyarakat 8.

Infrastruktur bio digester

Rp 865 juta Rp. 140 juta

Total:Rp3.855juta

Terlaksananya kegiatan kebersihan kota •Terlatihnya masy dlm mengelola sampah Peningkatan

pengolahan sampah di masy

Tabel6.3 : CapaianStratejikDrainase Perkotaan

Tujuan: 1. Meningkatkan kualitas pelayanan sub sektor drainase 2. Peningkatan pengetahuan masyarakat dan kesadaran dalam pemanfaatan dan pemeliharaan sal

drainase

Tahun2016

Rencana Realisasi

Output Belanja Outcome Output Belanja Outcome

Sasaran : 1. Terwujudnya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan drainase pada tahun 2019 1.Infrastruktur

Sumur resapan

1. Rp.20 juta Total:Rp20 juta

Kerjasama dengan masy dlm pemb sumur resapan

1.Infrastruktur Sumur resapan

1. Rp.20 juta Total:Rp20 juta

Kerjasama dengan masy dlm pemb sumur resapan

Page 97: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

89 

6.2 CapaianKegiatan

Tabel6.4 : CapaianKegiatan Sanitasi

Tahun2016

Kegiatan Air Limbah Domestik

RencanaKegiatan RealisasiKegiatan RealisasiOutput Belanja Outcome

1. Pelat ihan bagi Pengelola IPLT

2. Operasional dan pemeliharaan/ Pengelolaan Lumpur Tinja

3. Pembangunan

Kantor IPLT & Laboratorium

4. Kajian lingkungan, sosialisasi, penyiapan lokasi, monev SLBM DAK & Sanimas

1. Pelatihan bagi Pengelola IPLT

2. Operasional dan pemeliharaan/ Pengelolaan Lumpur Tinja

3. Pembangunan Kantor IPLT & Laboratorium

4. Kajian lingkungan, sosialisasi, penyiapan lokasi, monev SLBM DAK& Sanimas

Pelatihan O & P IPLT Laporan Studi Kelayakan

Laporan Studi Kelayakan ( DAK & Sanimas )

Rp 30 juta

Rp 30 juta Rp 70 juta Rp 120 juta

Terlatihnya SDM pengelola IPLT.

O & P Pengelolaan lumpur tinja

Tersedianya fasiitas kantor pelayanan IPLT

Laporan Studi Kelayakan ( DAK & Sanimas )

5. Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Sistem Setempat/Komunal (On Site) - SLBM DAK

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Sistem Setempat/Komunal (On Site) - SLBM DAK

Infrastruktur IPAL Kom

Rp 3.948 juta

Infrastruktur IPAL Kom

6. Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Sistem Setempat/Komunal (On

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Sistem Setempat/Komunal (On Site) - SANIMAS

Page 98: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

90 

Site) - SANIMAS

Kegiatan Persampahan

RencanaKegiatan RealisasiKegiatan RealisasiOutput Belanja Outcome

1. Bantek Pendampingan Operasional TPA (Desa Banyuroto Kec. Nanggulan)

2.Sosialisasi/workshop/p

elatihan/ Studi Banding

3. Pembangunan Infrastruktur Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Sistem 3R

4. Pengadaan sarana

angkutan/ truck sampah

5. Pengadaan Alat Berat 6.Pengembangan

Kapasitas Pengelolaan LH

7. Pembangunan Bio

digester biogas

1.Bantek Pendampingan Operasional TPA (Desa Banyuroto Kec. Nanggulan)

2.Sosialisasi/workshop/pelatihan/ Studi Banding

3. Pembangunan

Infrastruktur Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Sistem 3R

4. Pengadaan sarana

angkutan/ truck sampah

5. Pengadaan Alat Berat

6. Pengembangan Kapasitas Pengelolaan LH

7. Pembangunan Bio

digester biogas

1.Laporan Bantek opr TPA 2.Laporan Sosialisasi/workshop/pelatihan/ Studi Banding 3.Infrastruktur Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Sistem 3R 4. sarana angkutan/ truck sampah 5.tersedianya fasilitas pengel sampah

6.Pelaksanaan pelatihan/ pengembangan kapasitas masyarakat

7. Infrastruktur bio digester

1. Rp. 100 juta 2. Rp. 35 juta

3. Rp. 500 juta 4.Rp. 350 juta

5. Rp 5.000 juta

6. Rp 865 juta Rp. 140 juta Total: Rp 3.855 juta

•Prosedur opr TPA Terlatihny

a peserta Terbangu

nnya sarpras 3R

Tersedianya

sarana

Tersedianya

sarana

Terlatihnya masy dlm mengelola sampah

Peningkatan

pengolahan sampah di masy

Kegiatan Drainase Perkotaan

RencanaKegiatan RealisasiKegiatan RealisasiOutput Belanja Outcome

Page 99: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

91 

Pemberdayaan masy dlm perlindungan & Konservasi SDA ( Sumur Resapan )

Pemberdayaan masy dlm perlindungan & Konservasi SDA ( Sumur Resapan )

Infrastruktur Sumur resapan

Rp. 20 juta Total:Rp20 juta

Kerjasama dengan masy dlm pemb sumur resapan

Page 100: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

92 

6.3 Evaluasi Kegiatan

Tabel6.5 : Evaluasi Kegiatan

Sasaran Rencana Realisasi Deviasi Penyebab Rekomendasi

Kegiatan Air Limbah Domestik

Sasaran : a. Terpenuhinya

target UA 90% akses air limbah yang aman bagi seluruh penduduk Kabupaten di Tahun 2019

b. Terpenuhinya bebas BABS sesuai target universal acces dari 7,95% ditahun 2015 menjadi di 0% di tahun 2019

c. Beralihnya semua keluarga yang menggunakan jamban tidak aman (11,48% ditahun 2015) ke jamban dengan septiktank aman di tahun 2019 .

d. Tersedianya lahan dalam pembangunan IPAL komunal sebanyak 11 lokasi

7kegiatan (Rp.4.205juta)

Page 101: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

93 

Sasaran Rencana Realisasi Deviasi Penyebab Rekomendasi

Kegiatan Persampahan

1.Meningkatnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah sampai tahun 2019

2. Peningkatan Pengelolaan sampah perkotaan dengan sistem TPS 3R/ bank sampah pada tahun 2019

4kegiatan (Rp.1.400juta)

Kegiatan Drainase Perkotaan

Terwujudnya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan drainase pada tahun 2019

1kegiatan (Rp.20juta)

Page 102: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services

94 

6.4 Monitoring Evaluasi Implementasi

Tabel6.6 : Pelaporan MonevImplementasiSSK

Obyek Pemantauan

PenanggungJawab Waktu

Pelaksanaan

Pelaporan

Penanggung Jawab Utama

PengumpulDatadanDokumentas

i

Pengolah Data/Pemantau

Penerima Laporan

TabelCapaian Stratejik Bappeda

Badan Lingkungan

Hidup DinasPU Okt-Des

tahun berjalan

Bupati danKepala

SKPD

Tabel Capaian Kegiatan Bappeda

Badan Lingkungan

Hidup

DinasPU Okt-Des tahun berjalan

Bupati danKepala

SKPD

TabelEvaluasi Bappeda Badan

Lingkungan Hidup

DinasPU Okt-Des tahun berjalan

Bupati danKepala

SKPD

Page 103: NAWASIS – National Water and Sanitation Information Services