Nata de Coco

9
PROFIL USAHA Terdapat tiga jenis perusahaan nata de coco yaitu: perusahaan yang hanya menghasilkan nata de coco mentah (lembaran); perusahaan yang hanya menghasilkan nata de coco kemasan (syrup); dan perusahaan yang menghasilkan nata de coco mentah sekaligus mengolahnya menjadi nata de coco kemasan. Gambar 2.1. menunjukkan jenis perusahaan nata de coco. Gambar 2.1. Jenis Perusahaan Nata de coco Perusahaan jenis I terdapat dua macam, yaitu usaha permanen dan sporadis (discontinue). Permanen artinya perusahaan tersebut memproduksi sepanjang waktu dan biasanya sudah memiliki pasar (pelanggan) tetap baik dari lokal maupun luar daerah. Sedangkan sporadis artinya usaha tersebut hanya pada waktu-waktu tertentu ketika permintaan lokal meningkat, seperti waktu puasa, lebaran, tahun baru dan lain-lain. Usaha sporadis ini biasanya dilakukan di tingkat rumah tangga. Perusahaan jenis I biasanya merupakan usaha keluarga dan

Transcript of Nata de Coco

Page 1: Nata de Coco

PROFIL USAHA

Terdapat tiga jenis perusahaan nata de coco yaitu: perusahaan yang hanya

menghasilkan nata de coco mentah (lembaran); perusahaan yang hanya menghasilkan nata

de coco kemasan (syrup); dan perusahaan yang menghasilkan nata de coco mentah

sekaligus mengolahnya menjadi nata de coco kemasan. Gambar 2.1. menunjukkan jenis

perusahaan nata de coco.

Gambar 2.1. Jenis Perusahaan Nata de coco

Perusahaan jenis I terdapat dua macam, yaitu usaha permanen dan sporadis

(discontinue). Permanen artinya perusahaan tersebut memproduksi sepanjang waktu dan

biasanya sudah memiliki pasar (pelanggan) tetap baik dari lokal maupun luar daerah.

Sedangkan sporadis artinya usaha tersebut hanya pada waktu-waktu tertentu ketika

permintaan lokal meningkat, seperti waktu puasa, lebaran, tahun baru dan lain-lain. Usaha

sporadis ini biasanya dilakukan di tingkat rumah tangga. Perusahaan jenis I biasanya

merupakan usaha keluarga dan sering tidak memiliki bentuk badan hukum, tetapi hanya

memiliki izin usaha. Pengusaha I mutlak membutuhkan air kelapa sebagai bahan utama. Air

kelapa tersebut didapat dari kebun mereka sendiri dan juga dari petani kopra. Biasanya,

mereka menitipkan jerigen (20 literan) kepada petani dan kemudian mengambilnya. Tetapi

ada juga petani yang datang ke tempat usaha untuk menyetor air kelapa. Teknologi, bahan

tambahan dan peralatan yang digunakan cukup sederhana dan dapat didapat dari pasar

lokal. Tenaga kerja berasal dari lokal setempat dengan status tenaga kerja tetap atau

borongan.

Page 2: Nata de Coco

ASPEK PRODUKSI

PROSES PRODUKSI

Proses pembuatan nata de coco terdiri dari enam tahap, yaitu: penyaringan;

pemasakan dan pencampuran bahan pembantu; penempatan dalam nampan dan

pendinginan; inokulasi (penanaman/penebaran) bibit (starter); pemeraman (fermentasi);

panen dan pasca panen (pengolahan lanjut sampai setengah jadi atau siap konsumsi).

Pertama Penyaringan. Air kelapa bisa dibasikan selama kurang lebih 4 hari. Kemudian, air

kelapa tersebut disaring dengan menggunakan penyaring lembut untuk memisahkan air

kelapa dengan material-material atau kotoran-kotoran seperti: sabut, pecahan batok kelapa,

cikal/buah kelapa dan lain-lain. Kandungan air kelapa yang masih segar berkisar antara

400-500 ml per butir. Buah kelapa yang berumur 4-5 bulan memiliki volume air yang

maksimum. Namun demikian, kualitas air kelapa yang paling baik adalah ketika buah

kelapa berumur kurang lebih 5 bulan dengan kandungan total padatan maksimal 6 gram per

100 ml. Kandungan gula terlarut biasa diukur dengan menggunakan hand refractometer

(Sutardi 2004)

Kedua, Pemasakan dan Pencampuran Bahan Pembantu. Air kelapa yang sudah di saring

selanjutnya dimasukkan ke dalam panci/dandang stainlessteel untuk dimasak sampai

mendidih selama kurang lebih 30 menit. Selama mendidih bahan-bahan pembantu seperti:

gula pasir; pupuk ZA; garam inggris, asam sitrat (zitrun zuur) ditambahkan. Sebelum

pendidihan diakhiri, ditambahkan asam asetat glasial/cuka hingga mencapai pH kurang

lebih 3,2 (Sutarminingsih, 2004). Tidak terdapat relevansi antara citarasa dengan pH.

Ketiga, Penempatan dalam baki/nampan plastik. Semua peralatan harus bersih dan steril.

Nampan plastik yang digunakan harus terlebih dahulu dibersihkan dan disterilkan.

Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara dicelup dalam air mendidih, dijemur, dibasahi

dengan alkohol 70% atau spiritus. Media fermentasi (air kelapa dan bahan tambahan yang

dididihkan) dituangkan dalam nampan dan selanjutnya segera ditutup rapat dengan koran

Page 3: Nata de Coco

dan diikat karet/elastik. Volume media fermentasi sebanyak 1,2 sampai 1,3 liter untuk

setiap nampan tergantung ukurannya. Kemudian, media fermentasi tersebut dibiarkan

sampai hangat-hangat kuku selama satu malam.

Keempat, Inokulasi Bibit (starter). Setiap nampan yang berisi fermentasi yang telah

didinginkan selama satu malam tersebut ditambahkan bibit (starter) sebanyak dengan

perbandingan 10% bibit (kurang lebih 13 ml) (Sutardi 2004). Inokulasi bibit dengan cara

membuka sedikit tutup kain/koran dan segera ditutup kembali.

Kelima, Fermentasi. Media fermentasi yang sudah ditambahkan bibit selanjutnya diperam

selama 6-7 hari. Kebersihan tempat pemeraman dengan suhu kamar (28o-31o) sangat

mutlak diperlukan untuk menghindari kontaminasi dengan mikroba lain atau serangga yang

dapat menggagalkan proses fermentasi (Sutardi, 2004). Keberhasilan proses fermentasi ini

dapat dilihat dari ada tidaknya lapisan tipis pada permukaan media fermentasi setelah dua

hari dan akan semakin bertambah tebal dari hari ke hari.

Ketujuh, Panen dan Pasca Penen. Setelah pemeraman selama 6-7 hari, lapisan nata de coco

akan memiliki ketebalan 0,8-1,5 cm berbentuk lembaran-lembaran (slab) yang asam dalam

bau, cita rasa dan pH-nya. Lembaran-lembaran ini kemudian diangkat dan lendirnya

dibuang melalui pencucian.

Lembaran-lembaran ini siap untuk di jual atau mungkin harus di potong kecil-kecil

berbentuk kubus, tergantung dari permintaan. Baik dalam bentuk lembaran ataupun

potongan kubus harus direndam dalam air bersih selama 2-3 hari. Air rendaman setiap hari

harus diganti agar bau dan rasa asam hilang. Kemudian, nata de coco dicuci kembali dan

direbus untuk mengawetkan dan sekaligus menyempurnakan proses penghilangan bau dan

rasa asam. Pencucian dan perebusan ini pada hakekatnya dilakukan hingga nata de coco

menjadi tawar. Penyimpanan nata de coco tawar cukup dilakukan dengan merendamnya

dalam air tawar yang harus sering diganti.

Page 4: Nata de Coco

ASPEK PEMASARAN

PERMINTAAN

Pasar dan pemasaran merupakan aspek yang penting dalam usaha nata de coco,

selain aspek-aspek yang lain seperti pengelolaan, distribusi, lembaga keuangan, pasokan

bahan lain, sumberdaya manusia. Pasar dalam usaha nata de coco terdiri dari pasar input

dan pasar output. Pasar input nata de coco meliputi pasar bahan baku, tenaga kerja dan

modal. Karakteristik pasar input nata de coco akan mempengaruhi pola produksi nata de

coco. Seperti pada umumnya pasokan bahan baku produk-produk agribisnis, input nata de

coco juga dipengaruhi oleh musim, meskipun tidak terlalu besar penyimpangannya.

Lembaga keuangan merupakan sumber modal investasi dan modal kerja bagi usaha.

Pasar kedua adalah pasar output nata de coco. Setelah output dihasilkan oleh

perusahaan kemudian dipasarkan dengan tujuan akhir konsumen. Di pasar domestik, jalur

pemasaran ke konsumen dapat melalui pedagang pengecer maupun pedagang besar.

Sedangkan untuk pasar luar negeri, jalur pemasaran ke konsumen melalui eksportir. Untuk

usaha nata de coco skala kecil (dengan kredit dibawah 500 juta) biasanya hanya melayani

konsumen domestik: lokal, luar daerah, luar pulau.

Permintaan nata de coco seorang konsumen merupakan hasil interaksi antara

variabel-variabel yang mempengaruhi seperti: harga nata de coco, harga barang-barang

lain, selera, pendapatan, ekspektasi dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan

perekonomian konsumen maka kesadaran akan pentingnya kesehatan akan semakin

meningkat dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang sehat.

PENAWARAN

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk produksi nata de coco

mengingat Indonesia sebagai penghasil kelapa terbesar di dunia. Jumlah perusahaan baik

perusahaan jenis I (penghasil nata de coco lembaran), perusahaan jenis II (penghasil nata de

coco kemasan saja), maupun perusahaan jenis III (penghasil nata de coco lembaran dan

Page 5: Nata de Coco

kemasan sekaligus) cukup banyak. Perusahaan yang dapat mencapai skala ekonomi akan

berproduksi secara kontinyu, sedang perusahaan yang tidak mencapai skala ekonomi hanya

berproduksi secara sporadis melayani limpahan permintaan domestik pada hari-hari khusus

seperti puasa, lebaran, tahun baru dan sebagainya.

HARGA

Baik nata de coco lembaran maupun kemasan (gelas) harga relatif stabil dan

terjangkau. Hal ini disebabkan oleh harga input utama air kelapa yang relatif sama.

Persaingan dalam mendapatkan input serta sifat input yang mudah rusak merupakan faktor

utama kestabilan harga air kelapa. Harga nata de coco lembaran berkisar antara Rp 900 -

Rp 1000 per lembaran (kurang lebih 1 kg). Nata de coco kemasan bervariasi antar Rp 7000

– Rp 9000

JALUR PEMASARAN

Nata de coco tawar dapat dipasarkan ke produsen-produsen nata de coco kemasan

yang ada di daerah maupun luar daerah. Adanya perusahaan besar yang sekaligus membuat

nata de coco tawar dan nata de coco kemasan siap konsumsi membuka kesempatan bagi

produsen kecil nata de coco tawar untuk memasok bahan bakunya. Pasar produsen besar

bahkan sudah menembus pasar ekspor.

KESIMPULAN

Usaha nata de coco memiliki prospek yang cerah sebagai makanan kesehatan

karena memiliki serat yang tinggi dan rendah kalori sehingga baik untuk sistim pencernaan.

Keberadaan usaha nata de coco telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara

keseluruhan. Produksi nata de coco lembaran menghasilkan limbah cair asam baik bau

maupun rasa yang relatif tidak membahayakan lingkungan. Dengan teknologi penanganan

limbah yang sederhana, pengaruh negatif limbah cair ini dapat dapat dieliminasi.

Page 6: Nata de Coco

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN

NATA DE COCO

Disusun oleh :

INDRA EVRYNALDY

08 / 12821 / EP

INSTITUT PERTANIAN STIPER

YOGYAKARTA

2010