NASKAH SOSIALISASI

63
1 NASKAH SOSIALISASI PERATURAN BERSAMA PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/ PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/ WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT RUMAH IBADAT

description

NASKAH SOSIALISASI. PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of NASKAH SOSIALISASI

Page 1: NASKAH SOSIALISASI

1

NASKAH SOSIALISASI

PERATURAN BERSAMAPERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERIMENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI

NOMOR : 9 TAHUN 2006NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006NOMOR : 8 TAHUN 2006

TENTANGTENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/ PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/

WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN BERAGAMA, PEMBERDAYAAN

FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH IBADATPENDIRIAN RUMAH IBADAT

Page 2: NASKAH SOSIALISASI

2

LATAR BELAKANG

1. Pada akhir thn 2004 awal thn 2005 muncul kembali pro kontra di masyarakat ttg SKB 1/1969.

2. Sebagian pemuka agama mengusulkan dicabut.

3. Sebagian pemuka agama lainnya mengusulkan dipertahankan.

4. Presiden memerintahkan Menteri Agama dan Mendagri utk meresponi.

Page 3: NASKAH SOSIALISASI

3

1. Substansi SKB Nomor 1/1969 2. Relevansi Pengaturan ttg Pendirian Rumah Ibadat.3. Adanya kalimat-kalimat yg multi tafsir4. Komunikasi antar umat beragama pd tk grass-root

sebagai penyebab gangguan hub antar umat beragama.

5. SKB tdk menghalangi berdirinya rumah-rumah ibadat baru.

6. Secara Normatif SKB memberlakukan sama semua kelompok agama.

7. Sebab-sebab munculnya permasalahan Pendirian Rumah Ibadat di lapangan.

8. Usaha Pengaturan Pendirian Rumah Ibadat di Ibadat di sejumlah Daerah.sejumlah Daerah.

Tinjauan Terhadap SKB 01/1969

Page 4: NASKAH SOSIALISASI

4

Substansi SKB 01/1969

a.a. Pengaturan Penyiaran AgamaPengaturan Penyiaran Agama

- - Telah ditindaklanjuti dgn SKB Menag-Telah ditindaklanjuti dgn SKB Menag-

Mendagri No.1/1979 ttg Tatacara Mendagri No.1/1979 ttg Tatacara Pelaksanaan Pelaksanaan

Penyiaran Agama dan Bantuan Penyiaran Agama dan Bantuan LN kepada LN kepada

Lembaga keagamaan di Lembaga keagamaan di Indonesia.Indonesia.

- - SKB ini masih berlaku

b. Pengaturan Pendirian Rumah Ibadatb. Pengaturan Pendirian Rumah Ibadat

Page 5: NASKAH SOSIALISASI

5

1. 1. Relevansi Pengaturan ttg Pendirian Relevansi Pengaturan ttg Pendirian Rumah IbadatRumah Ibadat

a.a. SKB Menag & Mendagri 01/1969 lahir SKB Menag & Mendagri 01/1969 lahir dilatarbelakangi oleh beberapa peristiwa dilatarbelakangi oleh beberapa peristiwa perusakan rumah ibadat.perusakan rumah ibadat.

b.b. Masalah pendirian rumah ibadat sering Masalah pendirian rumah ibadat sering menjadi sebab terganggunya hubungan menjadi sebab terganggunya hubungan antar umat beragama.antar umat beragama.

c.c. Ketiadaan pengaturan pendirian rumah Ketiadaan pengaturan pendirian rumah ibadat dpt mengarah kepada benturan-ibadat dpt mengarah kepada benturan-benturan antar umat beragama & benturan antar umat beragama & suasana anarkhis atau bahkan chaos.suasana anarkhis atau bahkan chaos.

Page 6: NASKAH SOSIALISASI

6

2. 2. Adanya Kalimat-kalimat Yg Multi TafsirAdanya Kalimat-kalimat Yg Multi Tafsir

a. Tidak adanya kejelasan siapa yg disebut pemerintah daerah.

b. Tidak adanya kejelasan siapa yg disebut “pejabat pemerintahan dibawahnya yg dikuasakan utk itu”.

c. Tidak adanya kejelasan siapa yg disebut organisasi keagamaan dan ulama/ rohaniawan setempat.

d. Kata-kata “planologi “

e. Kata-kata “kondisi & keadaan setempat”.

Page 7: NASKAH SOSIALISASI

7

3. 3. Komunikasi antar umat beragama pada tingkat grass-root sebagai penyebab gangguan hubungan antar umat beragama

a. a. Pihak yg hendak mendirikan rumah Pihak yg hendak mendirikan rumah Ibadat sering kali tdk berkomunikasi Ibadat sering kali tdk berkomunikasi dgn penduduk setempat.dgn penduduk setempat.

b. Penduduk setempat sering merasa b. Penduduk setempat sering merasa terkejut karena tiba-tiba melihat rumah terkejut karena tiba-tiba melihat rumah ibadat lain didirikan disekitarnya.ibadat lain didirikan disekitarnya.

c. c. Rumah ibadat selain tempat ibadat juga Rumah ibadat selain tempat ibadat juga kenyataannya berfungsi sebagai simbol kenyataannya berfungsi sebagai simbol keberadaan suatu kelompok agama.keberadaan suatu kelompok agama.

Page 8: NASKAH SOSIALISASI

8

4. 4. SKB tdk menghalangi berdirinya SKB tdk menghalangi berdirinya rumah-rumah ibadat barurumah-rumah ibadat baru

a. Kehadiran SKB Menag & Mendagri 01/1969 ternyata tdk menghalangi berdirinya rumah ibadat baru.

b. Jumlah rumah ibadat utk semua kelompok agama bertambah dgn pesat..

Page 9: NASKAH SOSIALISASI

9

d. d. Perbandingan jumlah rumah ibadat pd thn 1977 Perbandingan jumlah rumah ibadat pd thn 1977 & 2004 bagi semua kelompok agama& 2004 bagi semua kelompok agama

Data ini telah diverifikasi Dirjen Bimas Islam & Penyelenggaraan Haji, Data ini telah diverifikasi Dirjen Bimas Islam & Penyelenggaraan Haji, Dirjen Bimas Kristen, Dirjen Bimas Katholik, Dirjen Bimas Hindu dan Dirjen Bimas Kristen, Dirjen Bimas Katholik, Dirjen Bimas Hindu dan Buddha (Tgl 1 dan 7 Maret 2005)Buddha (Tgl 1 dan 7 Maret 2005)

AgamaAgama 19771977 20042004 % kenaikan% kenaikan

IslamIslam 392.044392.044 643.834643.834 64,22 64,22

KristenKristen 18.97718.977 43.90943.909 131,38131,38

KatholikKatholik 4.9344.934 12.47312.473 152,79152,79

HindhuHindhu 4.2474.247

(Tidak (Tidak termasuk termasuk Sanggah)Sanggah)

298.634298.634

( Termasuk ( Termasuk Sanggah)Sanggah)

6.931,646.931,64

BuddhaBuddha 1.5231.523 7.1297.129 368,09368,09

Page 10: NASKAH SOSIALISASI

10

5. Secara Normatif SKB memberlakukan sama semua kelompok agama

a. Rumusan SKB Menag & Mendagri 01/1969

tdk memihak sesuatu kelompok agama.

b. Kata-kata adil dan tdk memihak juga

secara tersurat tercantum pd Pasal 5 SKB

tersebut.

c. Masalah terjadi dilapangan pada tingkat

pelaksanaan.

Page 11: NASKAH SOSIALISASI

11

6. Sebab-sebab munculnya permasalahan Pendirian Rumah Ibadat dilapangan

a.a. Tidak jelasnya persyaratan-persyaratan minimal Tidak jelasnya persyaratan-persyaratan minimal utk mendirikan rumah ibadat.utk mendirikan rumah ibadat.

b.b. Tidak jelasnya batas waktu utk meresponi suatu Tidak jelasnya batas waktu utk meresponi suatu permohonan pendirian rumah ibadat.permohonan pendirian rumah ibadat.

c.c. Sering kali terjadi penyalahgunaan rumah Sering kali terjadi penyalahgunaan rumah tinggal sebagai rumah ibadat.tinggal sebagai rumah ibadat.

d.d. Tidak transparannya rencana pembangunan Tidak transparannya rencana pembangunan rumah ibadat pd penduduk sekitar lokasi.rumah ibadat pd penduduk sekitar lokasi.

e. e. Tidak adanya komunikasi antar pemuka agama Tidak adanya komunikasi antar pemuka agama pada tingkat akar rumput.pada tingkat akar rumput.

f.f. Tidak jelasnya yg dimaksud dgn organisasi Tidak jelasnya yg dimaksud dgn organisasi keagamaan dan ulama/rohaniawan setempat.keagamaan dan ulama/rohaniawan setempat.

g. g. Sulitnya diperoleh rekomendasi dari organisasi Sulitnya diperoleh rekomendasi dari organisasi keagamaan dan ulama/rohaniawan setempatkeagamaan dan ulama/rohaniawan setempat..

Page 12: NASKAH SOSIALISASI

12

7. Usaha Pengaturan Pendirian Rumah Ibadat di sejumlah Daerah.

a. a. Belum semua Prov melakukan pengaturan lebih lanjut ttg Belum semua Prov melakukan pengaturan lebih lanjut ttg tatacara dan syarat-syarat pendirian rumah ibadat.tatacara dan syarat-syarat pendirian rumah ibadat.

b.b. Beberapa Prov yg telah melakukan pengaturan lebih lanjut antara Beberapa Prov yg telah melakukan pengaturan lebih lanjut antara lain; DKI Jakarta, Riau, Bengkulu dan Bali.lain; DKI Jakarta, Riau, Bengkulu dan Bali.

c.c. Di DKI Jakarta diatur dgn SK Gubernur No 648/1979, No Di DKI Jakarta diatur dgn SK Gubernur No 648/1979, No 884/1991 dan terakhir No 137/2002 yg mengatur prosedur 884/1991 dan terakhir No 137/2002 yg mengatur prosedur persetujuan pembangunan tempat-tempat ibadat & Kep.Gub persetujuan pembangunan tempat-tempat ibadat & Kep.Gub No1971/2002 ttg penyempurnaan susunan keanggotaan badan No1971/2002 ttg penyempurnaan susunan keanggotaan badan pertimbangan pembangunan tempat-tempat Ibadat.pertimbangan pembangunan tempat-tempat Ibadat.

d.d. Di Prov. Riau diatur dgn Surat Gub. yg ditujukan kpd Bup/ Di Prov. Riau diatur dgn Surat Gub. yg ditujukan kpd Bup/ Walikota No 450.2/KS/9601 tanggal 14 Januari 1981.Walikota No 450.2/KS/9601 tanggal 14 Januari 1981.

e.e. Di Prov. Bengkulu diatur dgn Kep.Gub No.289/1993 ttg prosedur Di Prov. Bengkulu diatur dgn Kep.Gub No.289/1993 ttg prosedur dan persyaratan mendirikan rumah ibadat dan melaksanakan dan persyaratan mendirikan rumah ibadat dan melaksanakan penyiaran agama.penyiaran agama.

f. f. Di Prov. Bali diatur dgn Kep.Gub No 33Thn 2003 ttg Prosedur Di Prov. Bali diatur dgn Kep.Gub No 33Thn 2003 ttg Prosedur dan Ketentuan-ketentuan pembangunan tempat-tempat ibadat di dan Ketentuan-ketentuan pembangunan tempat-tempat ibadat di wilayah Provinsi Bali.wilayah Provinsi Bali.

Page 13: NASKAH SOSIALISASI

13

Resume Materi SKB 01/1969

1.1. Pemberian kesempatan oleh Pemerintah bagi usaha Pemberian kesempatan oleh Pemerintah bagi usaha penyebaran agama dan pelaksanaan ibadat oleh pemeluknya. penyebaran agama dan pelaksanaan ibadat oleh pemeluknya. (Pasal 1)(Pasal 1)

2.2. Prinsip-prinsip bimbingan dan pengawasan Pemerintah Prinsip-prinsip bimbingan dan pengawasan Pemerintah terhadap usaha penyebaran agama dan pelaksanaan ibadat terhadap usaha penyebaran agama dan pelaksanaan ibadat oleh pemeluk-pemeluknya. (Pasal 2)oleh pemeluk-pemeluknya. (Pasal 2)

3. 3. Peran Kepala Perwakilan Dep. Agama. (Pasal 3)Peran Kepala Perwakilan Dep. Agama. (Pasal 3)4. 4. Syarat-syarat pendirian Rumah Ibadat (Pasal 4)Syarat-syarat pendirian Rumah Ibadat (Pasal 4) a. Pendapat Kepala Perwakilan Depaga. Pendapat Kepala Perwakilan Depag

b. Planologib. Planologic. Kondisi dan Keadaan Setempat.c. Kondisi dan Keadaan Setempat.d. Pendapat Organisasi Keagamaan dan d. Pendapat Organisasi Keagamaan dan

Ulama/Rohaniawan Ulama/Rohaniawan Setempat, bila dianggap perlu.Setempat, bila dianggap perlu.5. 5. Peran pendapat Organisasi Keagamaan dan Ulama/ Peran pendapat Organisasi Keagamaan dan Ulama/

Rohaniawan setempat. (Pasal 4)Rohaniawan setempat. (Pasal 4)6. 6. Penyelesaian Perselisihan oleh Pemerintah secara adil & tidak Penyelesaian Perselisihan oleh Pemerintah secara adil & tidak

memihak. (Pasal 5)memihak. (Pasal 5)

Page 14: NASKAH SOSIALISASI

14

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Page 15: NASKAH SOSIALISASI

15

Pasal 237 UU 32/2004

Semua ketentuan peraturan Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yg berkaitan perundang-undangan yg berkaitan secara langsung dgn daerah secara langsung dgn daerah otonom wajib mendasarkan dan otonom wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya menyesuaikan pengaturannya pada Undang-Undang ini.pada Undang-Undang ini.

Page 16: NASKAH SOSIALISASI

16

Tujuan Penyelenggaraan Tujuan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah:Pemerintahan Daerah:

a. a. Meningkatkan Kesejahteraan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat;Masyarakat;

b. b. Meningkatkan Pelayanan Umum;Meningkatkan Pelayanan Umum; c. c. Meningkatkan Daya Saing Meningkatkan Daya Saing

DaerahDaerah..

Pasal 2 Ayat (3) UU 32/2004

Page 17: NASKAH SOSIALISASI

17

a. melindungi masy, menjaga persatuan,kesatuan & kerukunan nasional, serta keutuhan NKRI;

b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;c. mengembangkan kehidupan Demokrasi;d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatang. menyediakan fasilitas sosial & fasilitas umum yg layakh. mengembangkan sistem jaminan sosial;i. menyusun perencanaan & tata ruang daerah;j. mengembangkan sumber daya produktif di Daerah;k. melestarikan lingkungan hidup;l. mengelola administrasi kependudukan;m. melestarikan nilai sosial budaya;n. membentuk & menerapkan peraturan Per-UU-an sesuai dgn kewenangannya; dano. kewajiban lain yg diatur dlm peraturan Per-UU-an

Pasal 22, Kewajiban Daerah:

Page 18: NASKAH SOSIALISASI

18

Tugas Wakil Kepala Daerah Pasal 26 Ayat (1)Tugas Wakil Kepala Daerah Pasal 26 Ayat (1)

aa. . Membantu Kepala Daerah dlm menyelenggarakan pemerintahan Membantu Kepala Daerah dlm menyelenggarakan pemerintahan daerah;daerah;

b. b. Membantu Kepala Daerah dlm Membantu Kepala Daerah dlm mengkoordinasikan kegiatan Instansi vertikal di Daerah,, menindaklanjuti laporan dan/atau menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, melaksanakan temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;

c. c. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan kabupaten dan kota bagi wakil kepala daerah provinsi;kabupaten dan kota bagi wakil kepala daerah provinsi;

d. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di d. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan, kelurahan dan/atau desa bagi wakil kepala daerah wilayah kecamatan, kelurahan dan/atau desa bagi wakil kepala daerah kabupaten/kota;kabupaten/kota;

e. e. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah;penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah;

f. f. Melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang Melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh kepala daerah; dan diberikan oleh kepala daerah; dan

g. g. Melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala Melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah berhalangan.daerah berhalangan.

Page 19: NASKAH SOSIALISASI

19

Kewajiban Kepala Daerah & Wakil Kepala Daerah, Pasal 27 Ayat (1):

a. memegang teguh & mengamalkan Pancasila,melaks UUD 1945 serta mempertahankan & memelihara keutuhan NKRI;

b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;

c. memelihara ketentraman & ketertiban masyarakat;d. melaksanakan kehidupan demokrasi;

e. menaati & menegakkan seluruh peraturan Per-UU-an;

f. menjaga etika dan norma dlm penyelenggaraan pemerintahan daerah;

g. memajukan & mengembangkan daya saing daerah;

h. melaksanakan prinsip tata pemerintahan yg bersih & baik;

i. melaksanakan & mempertanggungjawabkan pengelolaan Keuda;

j. menjalin hub kerja dgn seluruh instansi vertikal di daerah & semua perangkat daerah;

k. menyampaikan renstra penyelenggaraan pemerintahan daerah di hadapan rapat paripurna DPRD.

Page 20: NASKAH SOSIALISASI

20

SUBSTANSI YANG DIATUR DALAM PERATURAN BERSAMA MENTERI

1. Tugas kepala daerah/wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan

2. Pemberdayaan FKUB3. Pendirian rumah ibadat

- Yang diatur dalam Peraturan Bersama bukan aspek doktrin agama, tetapi lalu lintas para warga negara Indonesia pemeluk suatu agama ketika berinteraksi dgn WNI lainnya yg memeluk agama berbeda.

- Beribadat tidak sama dengan membangun rumah ibadat meskipun keduanya saling berhubungan.

Page 21: NASKAH SOSIALISASI

21

SISTEMATIKASISTEMATIKA

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II TUGAS KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT

BERAGAMA

BAB III FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

BAB IV PENDIRIAN RUMAH IBADAT

BAB V IZIN SEMENTARA PEMANFAATAN BANGUNAN GEDUNG

BAB VI PENYELESAIAN PERSELISIHAN

BAB VII PENGAWASAN DAN PELAPORAN

BAB VIII BELANJA

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN

BAB X KETENTUAN PENUTUP

Page 22: NASKAH SOSIALISASI

22

MENIMBANG :

bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yg tdk dpt dikurangi dlm keadaan apapun;

bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk utk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu;

bahwa Pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha penduduk melaksanakan ajaran agama & ibadat pemeluk-pemeluknya, sepanjang tdk bertentangan dgn peraturan per-uu-an, tdk menyalahgunakan atau menodai agama, serta tdk mengganggu ketenteraman & ketertiban umum;

Page 23: NASKAH SOSIALISASI

23

bahwa Pemerintah mempunyai tugas utk memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dlm melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dgn rukun, lancar, dan tertib;

bahwa arah kebijakan Pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang agama antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama, kehidupan beragama, serta peningkatan kerukunan intern dan antar umat beragama;

bahwa kerukunan umat beragama merupakan bagian penting dari kerukunan nasional;

bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

Page 24: NASKAH SOSIALISASI

24

KETENTUAN UMUM

1. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama umat beragama dan Pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat beragama.

3. Rumah ibadat adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadat keluarga.

4. Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan yang selanjutnya disebut Ormas Keagamaan adalah organisasi nonpemerintah bervisi kebangsaan yang dibentuk berdasarkan kesamaan agama oleh warga negara Republik Indonesia secara sukarela, berbadan hukum, dan telah terdaftar di pemerintah daerah setempat serta bukan organisasi sayap partai politik.

Page 25: NASKAH SOSIALISASI

25

5.5. Pemuka Agama adalah tokoh komunitas umat beragama baik Pemuka Agama adalah tokoh komunitas umat beragama baik yang memimpin ormas keagamaan maupun yang tidak memimpin yang memimpin ormas keagamaan maupun yang tidak memimpin ormas keagamaan yang diakui dan atau dihormati oleh ormas keagamaan yang diakui dan atau dihormati oleh masyarakat setempat sebagai panutan.masyarakat setempat sebagai panutan.

6.6. Forum Kerukunan Umat Beragama, yang selanjutnya disingkat Forum Kerukunan Umat Beragama, yang selanjutnya disingkat FKUB, adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan FKUB, adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah dalam rangka membangun, difasilitasi oleh Pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan.kerukunan dan kesejahteraan.

7.7. Panitia pembangunan rumah ibadat adalah panitia yang dibentuk Panitia pembangunan rumah ibadat adalah panitia yang dibentuk oleh umat beragama, ormas keagamaan atau pengurus rumah oleh umat beragama, ormas keagamaan atau pengurus rumah ibadat.ibadat.

8.8. Izin Mendirikan Bangunan rumah ibadat yang selanjutnya disebut Izin Mendirikan Bangunan rumah ibadat yang selanjutnya disebut IMB rumah ibadat, adalah izin yang diterbitkan oleh IMB rumah ibadat, adalah izin yang diterbitkan oleh bupati/walikota untuk pembangunan rumah ibadat.bupati/walikota untuk pembangunan rumah ibadat.

Page 26: NASKAH SOSIALISASI

26

TUGAS KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama umat beragama, pemerintahan daerah dan Pemerintah.

Pasal 2Pasal 2

Page 27: NASKAH SOSIALISASI

27

(1) Pemeliharaan kerukunan umat

beragama di provinsi menjadi tugas dan

kewajiban gubernur.

(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban

gubernur sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibantu oleh kepala kantor

wilayah departemen agama provinsi.

Pasal 3Pasal 3

Page 28: NASKAH SOSIALISASI

28

Pasal 4Pasal 4(1) Pemeliharaan kerukunan umat

beragama di kabupaten/kota menjadi tugas dan kewajiban bupati/walikota.

(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.

Page 29: NASKAH SOSIALISASI

29

TUGAS DAN KEWAJIBAN GUBERNUR:

a.a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di provinsi;beragama di provinsi;

b.b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di provinsi mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di provinsi dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama;dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama;

c. c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama; danantara umat beragama; dan

d.d. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil bupati membina dan mengoordinasikan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota dalam penyelenggaraan dan walikota/wakil walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama.ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama.

Pasal 5 ayat (1)

Page 30: NASKAH SOSIALISASI

30

Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan

kepada wakil gubernur.

Pasal 5 ayat (2)

Page 31: NASKAH SOSIALISASI

31

TUGAS DAN KEWAJIBAN BUPATI / WALIKOTA::

a.a. memelihara ketenteraman & ketertiban masyarakat memelihara ketenteraman & ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di kabupaten/kota;beragama di kabupaten/kota;

b.b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di kab/kota mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di kab/kota dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama; dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama;

c.c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama;antara umat beragama;

d.d. Membina & mengoordinasikan camat, lurah, atau kepala Membina & mengoordinasikan camat, lurah, atau kepala desa dlm penyelenggaraan pemerintahan daerah di desa dlm penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama;kehidupan beragama;

e.e. menerbitkan IMB rumah ibadatmenerbitkan IMB rumah ibadat..

Pasal 6 ayat (1)

Page 32: NASKAH SOSIALISASI

32

Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan kepada wakil bupati/wakil walikota.

Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c di wilayah kecamatan dilimpahkan kepada camat dan di wilayah kelurahan/desa dilimpahkan kepada lurah/kepala desa melalui camat.

Pasal 6 Ayat (2)

Pasal 6 Ayat (3)

Page 33: NASKAH SOSIALISASI

33

TUGAS DAN KEWAJIBAN CAMAT: a.a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat

termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan;beragama di wilayah kecamatan;

b.b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama; dandi antara umat beragama; dan

c.c. membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan keagamaan.dalam kehidupan keagamaan.

Pasal 7 ayat (1)

Page 34: NASKAH SOSIALISASI

34

Tugas dan kewajiban lurah/kepala desa meliputi:

a. tugas dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kelurahan/desa; dan

b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama.

Pasal 7 ayat (2)

Page 35: NASKAH SOSIALISASI

35

FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/ kota.

Pembentukan FKUB dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah daerah.

FKUB memiliki hubungan yang bersifat konsultatif.

Pasal 8

Page 36: NASKAH SOSIALISASI

36

FKUB Provinsi mempunyai tugas:FKUB Provinsi mempunyai tugas:

melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;

menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;

menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur; dan

melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat.

Pasal 9 ayat (1)

Page 37: NASKAH SOSIALISASI

37

FKUB Kab/Kota mempunyai tugas:

a.a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;masyarakat;

b.b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat; masyarakat;

c.c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota; bupati/walikota;

d.d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat; danmasyarakat; dan

e.e. memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat. pendirian rumah ibadat.

Pasal 9 ayat (2)

Page 38: NASKAH SOSIALISASI

38

KEANGGOTAAN FKUB

Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat.

Jumlah anggota FKUB prov paling banyak 21 orang & jumlah anggota FKUB kab/kota paling banyak 17 orang.

Komposisi keanggotaan FKUB prov & kab/kota ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat dgn keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yg ada di prov dan kab/kota.

FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yg dipilih secara musyawarah oleh anggota.

Pasal 10

Page 39: NASKAH SOSIALISASI

39

DALAM MEMBERDAYAKAN FKUB,

DIBENTUK DEWAN PENASIHAT FKUB

DI PROVINSI & KAB/KOTA.

Pasal 11 ayat (1)

Page 40: NASKAH SOSIALISASI

40

a. membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama; dan

b. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama.

Tugas Dewan Penasehat Tugas Dewan Penasehat FKUB:

Pasal 11 ayat (2)

Page 41: NASKAH SOSIALISASI

41

Dewan Penasehat FKUB Provinsi

KetuaKetua : Wakil Gubernur;: Wakil Gubernur;

Wakil KetuaWakil Ketua : Kepala Kanwil Depag - Prov : Kepala Kanwil Depag - Prov

SekretarisSekretaris : Kaban Kesbangpol- Prov: Kaban Kesbangpol- Prov

AnggotaAnggota : : Pimpinan instansi terkait. Pimpinan instansi terkait.

Pasal 11 ayat (3)

Page 42: NASKAH SOSIALISASI

42

Dewan Penasehat FKUB Kab/Kota

KetuaKetua : Wakil Bupati;: Wakil Bupati;

Wakil KetuaWakil Ketua : Kakan Depag Kab/Kota : Kakan Depag Kab/Kota

SekretarisSekretaris : Kaban Kesbangpol- Kab/Kota: Kaban Kesbangpol- Kab/Kota

AnggotaAnggota : : Pimpinan instansi terkait. Pimpinan instansi terkait.

Pasal 11 ayat (4)

Page 43: NASKAH SOSIALISASI

43

Ketentuan lebih lanjut mengenai FKUB dan Dewan Penasihat FKUB provinsi dan kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 12Pasal 12

Page 44: NASKAH SOSIALISASI

44

PRINSIP-PRINSIP DALAM PENDIRIAN RUMAH IBADAT

(1)(1) Pendirian rumah ibadat didasarkan pd keperluan nyata Pendirian rumah ibadat didasarkan pd keperluan nyata dan sungguh-sungguh berdasarkan komposisi jumlah dan sungguh-sungguh berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yg penduduk bagi pelayanan umat beragama yg bersangkutan di wilayah kelurahan/desa.bersangkutan di wilayah kelurahan/desa.

(2)(2) Pendirian rumah ibadat dilakukan dgn tetap menjaga Pendirian rumah ibadat dilakukan dgn tetap menjaga kerukunan umat beragama, tdk mengganggu kerukunan umat beragama, tdk mengganggu ketenteraman & ketertiban umum, serta mematuhi ketenteraman & ketertiban umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan. peraturan perundang-undangan.

(3)(3) Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayah kelurahan/desa tidak terpenuhi, beragama di wilayah kelurahan/desa tidak terpenuhi, pertimbangan komposisi jumlah penduduk digunakan pertimbangan komposisi jumlah penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau kab/kota atau provinsi. batas wilayah kecamatan atau kab/kota atau provinsi.

Pasal 13

Page 45: NASKAH SOSIALISASI

45

PENDIRIAN RUMAH IBADATPENDIRIAN RUMAH IBADAT

Pendirian rumah ibadat harus Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan administratif memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan dan persyaratan teknis bangunan gedung.gedung.

Pasal 14 ayat (1)

Page 46: NASKAH SOSIALISASI

46

Persyaratan Khusus Pendirian Rumah Ibadat meliputi:

a. Daftar nama dan KTP pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yg disahkan oleh pejabat setempat sesuai dgn tingkat batas wilayah.

b. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh lurah/ kepala desa;

c. Rekomendasi tertulis Kakan Depag kab/kota; dan

d. Rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota..

Pasal 14 ayat (2)

Page 47: NASKAH SOSIALISASI

47

Dalam hal persyaratan sebagaimana Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhi dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhi sedangkan persyaratan huruf b belum sedangkan persyaratan huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah terpenuhi, pemerintah daerah berkewajiban memfasilitasi tersedianya berkewajiban memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah ibadat.lokasi pembangunan rumah ibadat.

Pasal 14 ayat (3)Pasal 14 ayat (3)

Page 48: NASKAH SOSIALISASI

48

Rekomendasi FKUB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d merupakan hasil musyawarah dan mufakat dalam rapat FKUB, dituangkan dalam bentuk tertulis.

Pasal 15

Page 49: NASKAH SOSIALISASI

49

((1)1) Permohonan pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diajukan oleh panitia pembangunan rumah ibadat kepada bupati/walikota untuk memperoleh IMB rumah ibadat.

(2) Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak permohonan pendirian rumah ibadat diajukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 16Pasal 16

Page 50: NASKAH SOSIALISASI

50

Pemerintah daerah memfasilitasi Pemerintah daerah memfasilitasi penyediaan lokasi baru bagi bangunan penyediaan lokasi baru bagi bangunan gedung rumah ibadat yg telah memiliki gedung rumah ibadat yg telah memiliki IMB yg dipindahkan karena perubahan IMB yg dipindahkan karena perubahan rencana tata ruang wilayah.rencana tata ruang wilayah.

Pasal 17

Page 51: NASKAH SOSIALISASI

51

Izin Sementara Pemanfaatan Bangunan Gedung

1.1. Pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagai rumah Pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagai rumah ibadat sementara harus mendapat surat keterangan pemberian izin ibadat sementara harus mendapat surat keterangan pemberian izin sementara dari bupati/walikota dengan memenuhi persyaratan: sementara dari bupati/walikota dengan memenuhi persyaratan:

a. a. laik fungsi; dan laik fungsi; dan

b. b. pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat.dan ketertiban masyarakat.

2. Persyaratan laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu pada peraturan per-uu-an ttg bangunan gedung.

3. Persyaratan pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:

a. izin tertulis pemilik bangunan;

b.b. pelaporan tertulis kepada FKUB kabupaten/kota; dan pelaporan tertulis kepada FKUB kabupaten/kota; dan

c.c. pelaporan tertulis pelaporan tertulis kepada Kakan Depag kabupaten/kotakepada Kakan Depag kabupaten/kota

Pasal 18

Page 52: NASKAH SOSIALISASI

52

Pasal 19

(1)(1) Surat keterangan pemberian izin sementara Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat oleh bupati/walikota sebagaimana ibadat oleh bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) diterbitkan dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) diterbitkan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor departemen agama kepala kantor departemen agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota.kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota.

(2)(2) Surat keterangan pemberian izin sementara Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 2 (dua) tahun.berlaku paling lama 2 (dua) tahun.

Page 53: NASKAH SOSIALISASI

53

Pasal 20

(1)(1) Penerbitan surat keterangan pemberian izin Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud dalam sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dpt dilimpahkan kpd camat. Pasal 19 ayat (1) dpt dilimpahkan kpd camat.

(2)(2) Penerbitan surat keterangan pemberian izin Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud pd ayat (1) sementara sebagaimana dimaksud pd ayat (1) dilakukan setelah mempertimbangkan dilakukan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis Kakan Depag kab/kota dan pendapat tertulis Kakan Depag kab/kota dan FKUB kabupaten/kota.FKUB kabupaten/kota.

Page 54: NASKAH SOSIALISASI

54

PENYELESAIAN PERSELISIHAN (1) Perselisihan akibat pendirian rumah ibadat

diselesaikan secara musyawarah oleh masyarakat setempat.

(2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan oleh bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melalui musyawarah yang dilakukan secara adil dan tidak memihak dengan mempertimbangkan pendapat atau saran FKUB kabupaten/kota.

(3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui Pengadilan setempat.

Pasal 21

Page 55: NASKAH SOSIALISASI

55

PENGAWASAN DAN PELAPORAN

(1)(1) Gubernur dibantu kepala kantor wilayah departemen Gubernur dibantu kepala kantor wilayah departemen agama provinsi melakukan pengawasan terhadap agama provinsi melakukan pengawasan terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah atas bupati/walikota serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama dan pemberdayaan forum kerukunan umat beragama dan pendirian rumah ibadat.pendirian rumah ibadat.

(2)(2) Bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen Bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melakukan pengawasan terhadap agama kabupaten/kota melakukan pengawasan terhadap camat dan lurah/kepala desa serta instansi terkait di camat dan lurah/kepala desa serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat daerah atas pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadatberagama, dan pendirian rumah ibadat..

Pasal 23Pasal 23

Page 56: NASKAH SOSIALISASI

56

Pasal 24Pasal 24

(1)(1) Gubernur melaporkan pelaksanaan pemeliharaan Gubernur melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di provinsi kepada Menteri Dalam Negeri rumah ibadat di provinsi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama dengan tembusan Menteri dan Menteri Agama dengan tembusan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, dan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.Koordinator Kesejahteraan Rakyat.

(2)(2) Bupati/walikota melaporkan pelaksanaan pemeliharaan Bupati/walikota melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di kabupaten/kota kepada gubernur dengan rumah ibadat di kabupaten/kota kepada gubernur dengan tembusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama.tembusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama.

(3)(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan setiap 6 (enam) bulan pada bulan Januari (2) disampaikan setiap 6 (enam) bulan pada bulan Januari dan Juli, atau sewaktu-waktu jika dipandang perlu.dan Juli, atau sewaktu-waktu jika dipandang perlu.

Page 57: NASKAH SOSIALISASI

57

BELANJA

Pasal 25

Belanja pembinaan dan pengawasan terhadap pemeliharaan kerukunan umat beragama serta pemberdayaan FKUB secara nasional didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Page 58: NASKAH SOSIALISASI

58

Pasal 26Pasal 26

(1)(1) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat di provinsi didanai dari dan atas pendirian rumah ibadat di provinsi didanai dari dan atas bebanbeban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi. provinsi.

(2)(2) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan

nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat di kabupaten/kota didanai dari pendirian rumah ibadat di kabupaten/kota didanai dari dan atas bebandan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.Daerah kabupaten/kota.

Page 59: NASKAH SOSIALISASI

59

KETENTUAN PERALIHAN

(1)(1) FKUB dan Dewan Penasehat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota dibentuk paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan.

(2) FKUB atau forum sejenis yang sudah dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota disesuaikan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan.

Pasal 27

Page 60: NASKAH SOSIALISASI

60

Pasal 28Pasal 28

(1)(1) Izin bangunan gedung untuk rumah ibadat yang Izin bangunan gedung untuk rumah ibadat yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebelum dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini dinyatakan sah berlakunya Peraturan Bersama ini dinyatakan sah dan tetap berlaku.dan tetap berlaku.

(2)(2) Renovasi bangunan gedung rumah ibadat yang Renovasi bangunan gedung rumah ibadat yang telah mempunyai IMB untuk rumah ibadat, telah mempunyai IMB untuk rumah ibadat, diproses sesuai dengan ketentuan IMB sepanjang diproses sesuai dengan ketentuan IMB sepanjang tidak terjadi pemindahan lokasi.tidak terjadi pemindahan lokasi.

(3)(3) Dalam hal bangunan gedung rumah ibadat yang Dalam hal bangunan gedung rumah ibadat yang telah digunakan secara permanen dan/atau telah digunakan secara permanen dan/atau memiliki nilai sejarah yang belum memiliki IMB memiliki nilai sejarah yang belum memiliki IMB untuk rumah ibadat sebelum berlakunya untuk rumah ibadat sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini, bupati/walikota Peraturan Bersama ini, bupati/walikota membantu memfasilitasi penerbitan IMB untuk membantu memfasilitasi penerbitan IMB untuk rumah ibadat dimaksud.rumah ibadat dimaksud.

Page 61: NASKAH SOSIALISASI

61

Pasal 29

Peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintahan daerah wajib disesuaikan dengan Peraturan Bersama ini paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun.

Page 62: NASKAH SOSIALISASI

62

KETENTUAN KETENTUAN PENUTUPPENUTUP

Pada saat berlakunya Peraturan Bersama ini, Pada saat berlakunya Peraturan Bersama ini, ketentuan yang mengatur pendirian rumah ketentuan yang mengatur pendirian rumah ibadat dalam Keputusan Bersama Menteri ibadat dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya dicabut dan Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 30

Page 63: NASKAH SOSIALISASI

63

TERIMA KASIHTERIMA KASIH