NASKAH PUBLIKASI -...
Transcript of NASKAH PUBLIKASI -...
APLIKASI SIMULASI MONITORING KEBOCORAN PIPA GAS YANG MENGGUNAKAN PROTEKSI KATODIK
(Studi Kasus : CV.SBA Perkasa)
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh
Jarot Achid Alvian 09.11.3488
Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA
2013
SIMULATION APPLICATIONS MONITORING GAS PIPELINE LEAKS USING CATHODIC PROTECTION
(Case Study : CV.SBA Perkasa)
APLIKASI SIMULASI MONITORING KEBOCORAN PIPA GAS YANG MENGGUNAKAN PROTEKSI KATODIK
(Studi Kasus : CV.SBA Perkasa)
Jarot Achid Alvian Andi Sunyoto
Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
ABSTRACT
The main ingredient is a metal gas pipe manufacture highly susceptible to
corrosion. Capable of causing leakage and corrosion on the gas pipeline. This is very dangerous because it can cause air pollution even pipes can burst.
Cathodic protection system is one way to avoid corrosion of the metal. However, cathodic protection system should be checked periodically. However, if the cathodic protection was damaged at a certain time then the damage will be long known. In addition to the considerable costs involved, but can be overcome by the sensor and the data is processed and displayed by the Simulation Applications Monitoring Gas Pipeline Leaks Using Cathodic Protection. With these circumstances, application protection directly. Further, the application is also capable of giving warning in case of damage to the cathodic protection system.
If the Simulation Application Monitoring Using The Gas Pipe Leak Cathodic Protection is expected to assist in the implementation of data monitoring cathodic protection systems and is able to provide rapid warning so that the damage can be overcome. Keywords: cathodic protection, gas pipeline, leak
1
1. Pendahuluan Perkembangan zaman yang sangat pesat saat ini telah mempengaruhi segala
aspek bidang kehidupan manusia. Salah satunya adalah dengan digunakannya berbagai
hasil tambang hampir diseluruh dunia. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin
banyaknya kendaraan bermotor dan sejenisnya, dimana kesemuanya itu membutuhkan
bahan bakar. Bahkan menurut data dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia pada
tahun 2010 jumlah kendaraan di Indonesia telah mendapai 76.907.127 unit. Disamping
itu hasil tambang juga digunakan untuk memasak pada kehidupan rumah tangga
ataupun dalam industri, yang berupa gas bumi. Dan dapat diambil kesimpulan bahwa
bahan bakar tambang merupakan hal yang vital apabila ditinjau dari segi kebutuhan
dalam sehari-hari. Sehingga dalam hal distribusi bahan bakar harus dapat dilakukan
secara efektif dan efisien, sehingga tidak akan terjadi kelangkaan bahan bakar dalam
suatu daerah.
Pipa merupakan salah satu media yang digunakan untuk mendistribusikan bahan
bakar dan sudah banyak digunakan diseluruh dunia. Pendistribusian melalui pipa atau
sering disebut dengan pipeline bisa diterapkan pada permukaan tanah ataupun didalam
tanah atau dikubur. Metode pendistribusian dengan media pipa ini tidak hanya digunakan
untuk bahan bakar saja, akan tetapi bisa digunakan untuk pendistribusian air seperti
pada system yang diterapkan oleh PDAM. Akan tetapi pendistribusian bahan bakar
harus memiliki keamanan lebih daripada air karenan dapat menimbulkan dampak yang
berbahaya jika terjadi kebocoran terlebih lagi untuk gas bumi, seperti terjadinya ledakan
ataupun mampu menyebabkan polusi udara. Jika terjadi kebocoran atau kerusakan pada
pipa maka semua sistim akan terganggu dan mengakibatkan kerugian yang besar,
kebocoran pipa gas pernah terjadi di Plaza Indonesia pada Jumat (19/09) sehingga
ledakan tersebut mengakibatkan kerusakan hingga radius 100 meter seperti yang dimuat
di Indosiar.
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kebocoran pipa seperti
pecahnya pipa itu sendiri dan juga adanya korosi. Dan kebocoran pipa akibat korosi
merupakan masalah yang paling banyak ditemui di kalangan industri. Korosi sendiri
disebabkan oleh dua faktor, pertama berasal dari bahan baku pipa meliputi kemurnian
bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada, teknik pencampuran
bahan dan sebagainya. Faktor kedua berasal dari lingkungan meliputi tingkat
pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif
dan sebagainya.
2
Hal dapat diminimalkan dengan cara penerapan pengamanan pada pipa agar tidak
terjadi korosi salah satunya dengan cara mengaliri pipa dengan elektron sampai titik
dimana korosi tidak mampu terjadi atau lebih sering disebut dengan proteksi katodik
sehingga kemungkinan terjadi korosi dapat diminimalisir. Akan tetapi sistem proteksi
katodik ini harus selalu dipantau untuk mengetahui adanya kebocoran atau korosi dan
disebut dengan Sistem Telemetri. Sistem Telemetri ini harus dilakukan secara berkala
sehingga biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit.
2. Landasan Teori 2.1 Tinjauan Pustaka Di era sekarang ini teknologi informasi semakin berkembang dengan cepat.
Bahkan hampir setiap bidang pekerjaan sudah memanfaatkan teknologi informasi
tersebut, termasuk didalamnya adalah telemetri khususnya monitoring kebocoran pipa
gas yang menggunakan proteksi katodik.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan hasil penelitian sebagai referensi
untuk penulisan skripsi ini. Setelah penulis melakukan observasi dan juga wawancara,
diketahui bahwa monitoring kebocoran pipa gas yang menggunakan proteksi katodik
yang diterapkan oleh C.V. SBA PERKASA masih menggunakan cara manual. Oleh
karena itu, penulis ingin membangun aplikasi simulasi monitoring ini supaya dapat
membatu kinerja petugas yang bersangkutan dalam memonitoring kebocoran pipa gas
dengan proteksi katodik khususnya dengan metode Impressed Current apabila aplikasi
diimplementasikan secara langsung di C.V. SBA PERKASA.
2.2 Konsep Dasar Informasi 2.2.1 Definisi Informasi Informasi ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh suatu organisasi, sehingga
informasi ini sangat penting di dalam suatu organisasi. Suatu sistem yang kurang
mendapatkan informasi akan menjadi luruh, kerdil, dan akhirnya berhenti. Sumber dari
informasi adalah data, data merupakan bentuk jamak dari bentuk data item. Jadi
informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti
bagi yang menerimanya 1.
2.2.2 Definisi Data Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan
kesatuan nyata. Kejadian-kejadian (event) adalah suatu yang terjadi pada saat tertentu.
Di dalam dunia bisnis, kejadian-kejadian nyata yang sering terjadi adalah perubahan dari
1 Jogiyanto HM., MBA., AKT,. Ph.D Analisis dan Desain System Informasi : Pendekatan Terstuktur Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis. Hal 7-12
3
suatu nilai yang disebut dengan transaksi. Kesatuan nyata (fact and entity) adalah
berupa suatu objek nyata seperti tempat, benda dan orang yang betul-betul ada dan
nyata.
2.3 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Telah diketahui bahwa informasi merupakan hal yang sangat penting bagi
manajemen di dalam pengambilan keputusan. Informasi dapat diperoleh dari sistem
informasi (information system). Sehingga dapat diperoleh bahwa sistem informasi adalah
suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan
transaksi harian, mendukung operasi, bersifat menajerial dan kegiatan strategi dari suatu
organisasi dam menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang
diperlukan.
2.3.2 Komponen Sistem Informasi John Burch dan Gary Grudnitski mengemukakan bahwa sistem informasi terdiri
dari komponen-komponen yang disebutnya dengan istilah blok bangunan (building
block), yaitu blok masukkan (input block), blok model (model block), blok keluaran (output
block). Blok teknologi (technology block), blok basis data (database block), dan blok
kendali (control block).
2.3.3 Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sistem sebuah sistem informasi pada
level manajemen yang berfungsi untuk membantu perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan dengan menyediakan resume rutin dan laporan-laporan tertentu.
Dibutuhkan manager untuk menjalankan tanggung jawabnya 2. SIM mengambil data
mentah dari TPS dan mengubahnya menjadi kumpulan data yang lebih berarti yang
dibutuhkan manager untuk menjalankan tanggung jawabnya.
2.4 Konsep Pemodelan Sistem 2.4.1 Konsep Dasar Proteksi Katodik Pada dasarnya monitoring kebocoran pipa gas yang menggunakan proteksi
katodik dituntut untuk mampu mengetahui data secara realtime dari keadaaan pipa.
Kecepatan dan ketepatan data yang didapat merupakan faktor yang penting, sehingga
kesalahan dari monitoring dengan sistem manual harus diminimalisir. Semakin cepat dan
tepat data mampu ditampilkan akan mempermudah petugas untuk mengambil keputusan
dalam menangani permasalahan yang muncul.
2 Hanif Al-Fatta. Analisis & Perancangan Sistem Informasi Hal 12. Penerbit Andi Yogyakarta
4
Hal ini merupakan salah satu solusi dari sistem manual yang masih digunakan
dimana monitoring dilakukan secara berkala. Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah
tepat apabila monitoring proteksi katodik menggunakan sisi kemajuan komputer, baik
piranti lunak ataupun perangkat keras dalam upaya membantu penanganan yang
sebelumnya dilakukan secara manual.
2.4.2 UML (Unified Modeling Language) Pada umunya metode-metode yang untuk pembangunan aplikasi berorientasi
obyek menggunakan UML untuk memodelkan berbagai artefak dari perangkat lunak3.
UML adalah sekumpulan symbol dan diagram untuk memodelkan software.
Dengan menggunakan UML, desain software dapat diwujudkan dalam bentuk symbol
dan diagram. Desain dalam bentuk symbol dan diagram, kemudian dapat diterjemahkan
menjadi kode program. Telah tersedia tools yang dapat membuat kode program
berdasarkan UML Class Diagram. Implementasi kode program dari diagram UML dapat
menggunakan bahasa pemograman apa saja dengan syarat bahasa pemrograman
tersebut harus mendukung pemrograman berorientasi objek (OOP).
Model
Model adalah deskripsi masalah atau topic dari aplikasi yang akan dibuat.
Dengan menggunakan model, tim pengembang akan terbantu dalam memahami lingkup
masalah yang akan dipecahkan. Model adalah visualisasi dari aplikasi yang akan
dibangun.
UML adalah bahasa standar untuk membuat model. Dengan UML semua
anggota tim dapar berbicara dengan bahasa yang sama. UML menyediakan beberapa
jenis diagram untuk merepresentasikan entities dan relationship yang terdapat di dalam
aplikasi.
Posisi UML
Tahapan pembangunan aplikasi berorientasi obyek pada umunya bersifat literatif
dan incremental. Proses pembangunan aplikasi dibagi menjadi beberapa siklus. Setiap
kali satu siklus selesai dilakukan, dilakukan evaluasi sebagai bahan untuk memulai siklus
berikutnya. Setiap siklus biasanya terdiri atas :
1. Tahap analisa permintaaan
2. Tahap analisa system
3. Tahap Desain
4. Tahap implementasi
3 Ir. M. Farid Azis, M.Kom. Object Oriented Programming dengan PHP 5 . Hal 116-123.
5
UML akan digunakan pada tahap analisa dan desain. Desain yang dihasilkan
berupa diagram-diagram UML yang akan diterjemahkan menjadi kode program pada
tahap implementasi.
Diagram UML
UML menyediakan 10 macam diagram untuk memodelkan aplikasi beroriantasi
obyek, yaitu :
1. Use Case Diagram untuk memodelkan proses bisnis
2. Conceptual Diagram untuk memodelkan concept-concept yang ada didalam
aplikasi
3. Sequence Diagram untuk memodelkan pengiriman message antar objects
4. Collaboration Diagram untuk memodelkan interaksi antar objects
5. State Diagram untuk memodelkan perilaku objects di dalam system
6. Activity Diagram untuk memodelkan perilaku Use Cases dan objects didalam
system
7. Class Diagram untuk memodelkan struktur class
8. Object Diagram untuk memodelkan struktur objects
9. Compinent Diagram untuk memodelkan komponen objects
10. Deployment Diagram untuk memodelkan distribusi aplikasi
2.5 Dasar Teori Korosi Korosi didefinisikan sebagai proses degradasi material akibat interaksi dengan
lingkungan sekitarnya4. Interaksi tersebut menimbulkan reaksi korosi yang umumnya
merupakan reaksi elektrokimia (Nugroho, 2006). Reaksi elektrokimia melibatkan
perpindahan elektron-elektron. Perpindahan elektron merupakan hasil reaksi redoks
(reduksi-oksidasi). Proses oksidasi pada anode (reaksi anodik) yang melepaskan
elektron sedangkan proses reduksi pada katoda (reaksi katodik) yang mengkonsumsi
elektron. Menurut Trethewey dan Chamberlain (1991), empat faktor yang mempengaruhi
dan berperan dalam reaksi elektrokimia diantaranya :
1. Anode, merupakan bagian yang terkorosi dan akan melepaskan elektron-elektron
dari atom-atom logam netral membentuk ion-ion.
2. Katoda, bagian yang biasanya tidak mengalami korosi walaupun mungkin
mengalami korosi akan menderita kerusakan-kerusakan.
3. Larutan elektrolit, merupakan istilah yang diberikan pada larutan yang bersifat 4 Rizky Ayu Trisnaningtyas(1), Hasan Ikhwani(2), Heri Supomo(3). Analisa Desain Sistem
Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-
Petrochina East Java. Hal 2-3.
6
menghantarkan listrik. Larutan ini biasanya mempunyai harga konduktivitas
tertentu.
4. Hubungan listrik, dimana antara katoda dan anode harus ada hubungan listrik agar
arus di dalam sel korosi dapat mengalir. Hubungan secara fisik tidak diperlukan jika
anoda dan katoda merupakan bagian dari logam yang sama.
2.5.1 Jenis-Jenis Korosi Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai korosi, maka di bawah ini ada beberapa
jenis korosi (Widharto, 2001), yaitu :
• Jenis korosi yang terjadi melalui proses elektrokimia
• Jenis korosi yang terjadi melalui proses kimia
• Jenis korosi yang terjadi pada suhu tinggi
• Jenis korosi yang disebabkan oleh faktor biologis
• Jenis korosi yang terjadi di batas kristal logam
• Jenis korosi yang terjadi akibat perusakan mekanis
2.5.2 Pencegahan Korosi Ada beberapa prinsip cara pencegahan korosi yang disesuaikan dengan jenis peralatan,
tempat, faktor lingkungan yang korosif dan material yang memegang peranan penting
yaitu dengan beberapa
metode yaitu :
• Desain (Rancangan)
• Pemilihan Bahan Material
• Pemakaian Inhibitor
• Pelapisan (Coating)
• Cathodic Protection (CP)
2.6 Proteksi Katodik 2.6.1 Prinsip Proteksi katodik
Proteksi katodik5 adalah cara perlindungan logam terhadap serangan korosi
dengan jalan membanjiri logam tersebut dengan electron, sehingga potensial logam
terhadap lingkungan menurun sampai potensial proteksi, di mana logam secara teknis
dianggap tidak terkorosi lagi. Sistem proteksi ini merupakan rangkaian listrik tertutup
seperti terlihat pada gambar 1.
5 A.Sulaiman. Proteksi Katodik Dan Permasalahannya. Hal 1-8.
7
Gambar 2.1 Prinsip Proteksi katodik
Ditinjau dari sumber arus listriknya, metode proteksi katodik dibagi menjadi
dua, yaitu metode anoda korban ( sacrificial anode ) dan metode arus tanding (impressed
current). Dalam metode pertama, logam dilindungi dengan menggunakan logam / paduan
lain yang lebih reaktif, yang dihubungkan dalam elektrolit. Arus listrik searah diperoleh
dari reaksi galvanis yang diciptakannya. Dalam hal ini logam / paduan yang kita kenal
sebagai anoda yaitu seng ( Zn ), Alumunium ( Al ), dan magnesium (Mg).
Pada metode kedua , arus listrik searah diperoleh dari sumber luar , biasanya
dari penyearah arus ( rectifier ), di mana kutub negative dihubungkan ke logam yang
dilindungi dan kutub positif dihubungkan ke anoda . Anoda yang dapat digunakan adalah
Ti/Pt, Nb/Pt, Ta/Pt, grafit, magnetit, silicon, dan baja. Masing – masing anoda mempunyai
kekhususan dalam penggunaannya ditinjau dari lingkungan dan kapasitas arus.
2.6.2 Kriterian Proteksi Menurut pendapat para ahli, korosi dianggap berhenti bila konsentrasi ion-ion
logam sekitarnya kurang dari 10-6 gram ion per liter. Bila angka ini kita terapkan pada
korosi dari besi, potensial pada kondisi ini :
Fe Fe2+ + 2e-
)(,933,0.,617,010
1log
2059,0
44,0
log059,0
6
20
deateElectroCopperSulfCSEVatauSHEVE
E
FeFe
nEE
Gambar 2.2 Proteksi Katodik Dengan anoda Korban dan Arus Tanding
8
Jadi menurut teori diatas , besi akan terproteksi katodik bila potensialnya E-
0,933 V (CSE). Tetapi angka tersebut diperoleh dari kondisi ideal, sedang dalam praktek
kondisinya jauh berbeda, baik logamnya maupun lingkungannya. Berdasarkan
pengalaman , menurut NBS ( National Bureau of Standards ), dalam praktek menunjukan
bahwa besi sudah akan tidak terkorosi bila konsentrasi ion (Fe2+) di sekitarnya 10-3 M.
Kita akan memperoleh nilai potensial proteksi :
)(,845,0.,529,010
1log
2059,0
44,0
log059,0
3
20
deateElectroCopperSulfCSEVatauSHEVE
E
FeFe
nEE
Angka ini pada saat ini diterapkan sebagai kriteria proteksi katodik untuk besi /
baja pada umumnya. Berbagai negara telah menetapkan criteria potensial proteksi untuk
besi dan baja , diantaranya :
1. Belanda ( Beleidscommisie Bescherming Buisleidingen ) menetapkan :
Lingkungan Aerobik : -850 mV, CSE
Lingkungan Anaerob : - 950 mV, CSE
2. Inggris ( BSI Code, CP 1021 - 1973 ) menetapkan :
Lingkungan Aerobik : -850 mV, CSE
Lingkungan Anaerob : - 950 mV, CSE
3. Amerika ( Code of Federal Regulations, Book 49 , chapter 1, App D )
Potensial proteksi besi tuang dan baja - 850 mV, CSE dengan
memperhitungkan potensial jatuh ( IR drops ).
Penurunan potensial sebesar 300 mV CSE dari potensial yang diukur.
Penurunan potensial sebesar 100 mV CSE bila arus diinterupsi.
4. Perancis (RPECIS De Protection Chatodique) menerapkan potensial proteksi
baja antara 960 – 1100 (-mV) CSE
Pada dasarnya angka – angka potensial proteksi tersebut tidak berbeda, dan
hamper merupakan konsensus umum, bahwa besi / baja terproteksi katodik bila
potensialnya - 850 mV terhadap elektroda Cu / CuSO4
2.6.3 Proteksi Katodik Impresses Current Cara kerja Proteksi Katodik Impresses Current adalah cara memberikan arus
proteksi yang berasal dari power supply ke struktur atau komponen yang akan diproteksi.
Pengaliran arus dari rectifier ini berfungsi untuk menghantarkan electron menuju katoda
sehingga dapat memberikan suplai elektron ke katoda,sehingga mencegah terlarutnya
logam katoda menjadi ionnya. Pemberian arus pada impressed current berfungsi untuk
membuat materialberada dalam keadaan imun.
9
Gambar 2.3 Cara Kerja Proteksi Katodik Impresses Current
Keuntungan
Memiliki driving voltage yang besar sehingga efektif digunakan pada struktur
besar.
Kontrol tegangan dan arus lebih fleksibel.
Dapat diterapkan pada struktur tanpa coating dan lingkungan dengan resisvitas
tinggi.
Kelemahan
Kemungkinan ada interaksi dengan struktur lain
Sangat tergantung dengan keberadaan sumber arus dari luar
Perlu ada maintenance dan inspeksi yang rutin dan rumit
Gangguan pada anoda akan mempengaruhi kinerja sistem ini
3. Analisis dan Perancangan Sistem 3.1 Identifikasi Masalah
Pengendalian korosi pada logam khususnya besi dan baja yang menggunakan
metode arus paksa atau impressed current membutuhkan perhitungan dan perawatan
yang tepat karena apabila terjadi suatu kesalahan akan berakibat fatal yaitu terjadinya
korosi. Salah satu perawatan yang harus dilakukan adalah sistem monitoring yang
berguna untuk mengetahui kondisi logam yang terproteksi apakah terjadi kebocoran atau
tidak.
Sistem monitoring yang diterapkan saat ini yaitu dengan metode periodik yaitu
sistem monitoring dilakukan dalam jangka waktu tertentu misalnya 6 bulan sekali. Hal ini
mengakibatkan dapat menimbulkan suatu permasalah yang tidak terduga yaitu apabila
sewaktu-waktu sistem proteksi katodik mengalami kerusakan. Bahkan sistem yang lama
tidak memiliki sistem peringatan apabila proteksi katodik mengalami kebocoran
mengakibatkan tindak lanjut terhadap permasalahan yang timbul menjadi lambat,
sehingga logam dapat terkorosi.
10
Dari sistem yang digunakan saat ini juga membutuhkan biaya yang mahal untuk
melakukan monitoring terhadap titik-titik sitem proteksi. Hal ini disebabkan panjangnya
pipa yang diproteksi, tidak hanya itu medan yang dihadapi untuk menjangkau titik sistem
proteksi ini juga biasanya cukup sulit karena seringkali pipa yang ditanam melewati hutan
atau pedalaman. Dengan begitu biaya transportasi yang dibutuhkan dinilai cukup mahal,
belum lagi sistem periodik yang diterapkan menimbulkan proses monitoring dilakukan
beberapa kali dalam setahun.
Selain itu proses pengolahan data hasil monitoring masih menggunakan metode
manual berupa arsip-arsip, sehingga data yang ada menjadi kurang ideal apabila
digunakan untuk pengambilan sebuah keputusan dan analisa dari permasalahan yang
timbul karena ketidakteraturan data. Keamanan datapun dinilai kurang diperhatikan
karena arsip-arsip yang ada bisa saja rusak maupun hilang mengingat medan yang sulit
dan jauh untuk menuju titik proteksi.
Dengan semakin canggih teknologi yang berkembang saat ini, sangat mungkin
apabila kemajemukan teknologi tersebut bisa masuk di berbagai bidang kehidupan salah
satunya sebagai pengganti sistem manual pada proteksi katodik. Sehingga proses
monitoring secara manual dapat digantikan secara otomatis sehingga semua kondisi
proteksi dapat terkontrol dengan lebih baik, selain itu pengolahan data dapat lebih
terstruktur dan aman. Dan diharapkan aplikasi simulasi ini dapat membantu
memecahkan beberapa masalah yang ada apabila aplikasi ini diimplementasikan atau
digunakan secara langsung di C.V. SBA Perkasa. Selain itu bisa apliksi ini dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran tentang otomatisasi sistem telemetri khususnya
dalam monitoring kebocoran pipa gas yang menggunakan proteksi katodik.
3.2 Analisis Kebutuhan Sistem 3.2.1 Analisis Kebutuhan Fungsional (Functional Requirement)
Kebutuhan Fungsionalitas adalah kebutuhan fungsional yang dapat dilakukan
oleh aplikasi yang akan dibuat. Dalam fase analisi kebutuhan fungsional menguraikan
tentang kinerja aplikasi dalam menangkap data dan memberikan respon balik dari
proteksi katodik.
Adapun fungsional yang berjalan tersebut antara lain mampu berkomunikasi
dengan hardware dalam hal ini proteksi katodik dan mampu menganalisa terhadap data
sehingga mampu memberikan respon balik baik itu berupa SMS maupun Suara.
Dengan begitu aplikasi dapat diharapkan mempermudah operator untuk memonitoring
keadaan pipa secara cepat.
11
3.1.2 Analisis Kebutuhan Non Fungsional (Non Functional Requirement) Analisis kebutuhan non fungsional dilakukan untuk mengetahui spesifikasi
kebutuhan sistem. Analisis kebutuhan yang diperlukan dalam perancangan sistem ini
antara lain sebagai berikut :
3.1.2.1 Analisis Perangkat Keras (Hardware) Analisis kebutuhan sistem digunakan untuk mengetahui teknologi apa saja yang
dibutuhkan oleh sistem dan siapa saja yang akan berhubungan dengan sistem.
Bagian ini menjelaskan hardware atau perangkat keras yang digunakan dalam
proses perancangan aplikasi yang digunakan saat sistem dijalankan. Adapun spesifikasi
perangkat keras yang ditawarkan adalah sebagai berikut :
1. Processor Intel Pentium IV ke atas atau yang sekelas
2. RAM minimal 512 Mb
3. HDD 80 G
4. Monitor, Keyboard, Mouse
5. CD RW untuk back up data
3.1.2.2 Analisis Perangkat Lunak (Software) Perangkat lunak yang digunakan dalam perancangan sistem ini adalah sebagai
berikut :
1. Sistem Operasi : Windows XP Profesional Edition SP3
2. Laporan : Open Office Draw, Microsoft Word
3. Program Aplikasi : Netbeans IDE 7.2, XAMPP, SQLyog Community
4. Desain Tampilan : Adobe Photoshop Creative Suite
5. Bahasa pemrograman : Java.
3.1.2.3 Analisis Pengguna Pengguna yang akan berinteraksi secara langsung adalah sebagai berikut :
a. Administrator
b. Operator
3.3 Perancangan Sistem 3.3.1 Flowchart Sistem
Flowchart sistem, telah dijelaskan pada bab dua (landasan teori) bahwa
flowchart adalah bagan yang menggambarkan suatu prosedur dan proses suatu
file dalam suatu media menjadi file dalam media yang lain dalam suatu sistem
data. Dengan adanya flowchart dapat membantu dalam menentukan aliran
proses aplikasi. Adapun flowchart sistem yang penulis usulkan adalah sebagai
berikut:
12
Data Kontak
Input data kontak
Olah data kontak
Display data kontak
Tb. Kontak
DataTerminal
Input data terminal
Olah data terminal
Display data terminal
Tb. Terminal
Data SMS Aturan
Input data sms aturan
Olah data sms aturan
Display data sms aturan
Tb. sms_aturan
Input data proteksi
Data Proteksi
Tb. data_proteksi
Olah Data Proteksi
Cek Hasil
Display grafik
Peringatan Tb. SMS
Data Potensial
Input data potensial
Olah data potensial
Display data potensial
Tb. potensial
Olah data lap. terminal
Laporan terminal
Olah data lap. kontak
Laporan kontak
Olah data lap. sms
Laporan sms
Olah data lap. Data Proteksi
Laporan Data Proteksi
YaOlah Data Error
Tb. error_log
Cek Error
Ya
Display grafik
Tidak
Tidak
Olah data lap. Error
Laporan Error
Gambar 3.1 Flowchart Sistem Portal Developer Area
3.3.2 Relasi Antar Tabel
Relasi antar tabel adalah hubungan atau pasangan tabel dengan tabel yang lain,
sehingga terbentuk satu kesatuan tabel keseluruhan. Relasi tabel sebagai berikut
ini:
Gambar 3.2 Relational Antar Tabel (RAT)
13
3.3.3 Rancangan Antarmuka (Interface)
Berikut ini adalah beberapa rancangan form yang akan digunakan dalam
kedua menu tersebut :
1. Form Login
Form login digunakan untuk masuk kedalam sistem aplikasi.
Login
Administrator
*********
Aplikasi Simulasi MonitoringKebocoran Pipa Gas Yang Menggunakan Proteksi Katodik
Silahkan masukkan User dan Password :
LoginCancel
User
Password
versio n 1.0
Gambar 3.3 Form login
1. Form Menu Utama
Form menu utama berfungsi sebagai menu utama dari aplikasi,
tampilannya sebagai berikut:
Aplikasi Simulasi Monitoring
Aplikasi Monitoring Kebocoran Proteks i Katodik
SettingLaporanMenu
STA1
Tampil Graf ik
Hidup
-150 mA3W
Normal
10/10/ 2012, 11:14:52 AM
STA2
Tampil Grafik
Hidup
-150 mA3W
Normal
10/10/ 2012, 11:14:52 AM
STA3
Tampil Grafik
Hidup
-150 mA3W
Normal
10/10/ 2012, 11:14:52 A M
STA4
Tampil Grafik
Hidup
-150 mA3W
Normal
10/10/ 2012, 11:14:52 A M
Gambar 3.4 Form menu utama
4. Implementasi
Perancangan tampilan program dilakukan apabila seluruh penyusun
rancangan database dan perancangan aplikasi input serta output seudah selesai
disusun. Berikut merupakan tampilan manual program yang nantinya digunakan
untuk menjelaskan kepada Operator tentang penggunaan program supaya tidak
terjadi kesalahan dalam menjalankan aplikasi.
14
1. Form Login
Gambar 3.5 Form login
Berikut ini adalah listing listing program untuk memvalidasi username dan
password yang dimasukkan. Data username dan password yang dimasukkan
oleh user dicek ke database apakah data tersedia atau tidak, apabila data valid
maka akan muncul form Menu Utama dan apabila gagal akan muncul pesan
peringatan. Berikut ini potongan program validasi login yang terdapat pada
tombol login : if (UserDAOImpl.loginUser(username, password)) { //close frameLogin frameLogin.setVisible(false); frameLogin.dispose(); //munculkan frame utama MainView main = new MainView(); main.setVisible(true); } else { JOptionPane.showMessageDialog(frameLogin, "Nama Pengguna atau kata sandi salah"); }
2. Form Menu Utama
Menu utama adalah menu yang digunakan untuk mengakses semua fitur
yang ada pada Aplikasi Simulasi Monitoring Kebocoran Pipa Gas, termasuk
dalam cetak laporan.
Gambar 3.6 Form menu utama
15
Secara otomatis saat form muncul system akan menjalankan program
berikut untuk melakukan koneksi ke alat proteksi. ConfigData ConfigData = new ConfigData(); connect(ConfigData.getData("alatport")); if (getConnected() == true) { if (initIOStream() == true) { initListener(); } }
Berikut ini adalah kode program untuk melakukan koneksi dengan
modem sms gateway. if (configData.getData("sms").equals("1")) { try { smsService.startService(); //smsService.sendSMS("+6285643744883", "Jarud"); view.getLblModemKondisi().setText(" Koneksi Terkoneksi"); } catch (Exception ex) { Logger.getLogger(AutoStart.class.getName()).log(Level.SEVERE, null, ex); view.getLblModemKondisi().setText(" Koneksi Error"); //view.getLblModemKondisi().set(" Error"); } }
5. Penutup 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan pada penyusunan skripsi ini, yaitu
perancangan aplikasi simulasi monitoring kebocoran pipa gas dengan objek di C.V. SBA
Perkasa maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan :
1. Dengan adanya aplikasi simulasi ini akan mempermudah kinerja dari operator
dalam memantau Sistem proteksi katodik yang selama ini dilakukan secara
manual dengan melakukan pengecekan di lokasi proteksi menjadi otomatis.
2. Dengan adanya Aplikasi ini dapat menyajikan data secara cepat dan mampu
menyimpan dan menampilkan data proteksi yang sudah teproses.
3. Dengan adanya Aplikasi ini seorang operator mampu mengetahui secara cepat
apabila sistem proteksi yang ada dilapangan telah terjadi kerusakan, yaitu
dengan adanya peringatan berupa sms maupun suara.
5.2 Saran Beberapa saran yang dapat penulis berikan untuk proses pelaksanaan dan
pengembangan Aplikasi ini adalah sebagai berikut:
1. Aplikasi ini perlu diberikan tambahan fitur untuk mampu melakukan hubungan ke
alat proteksi sehingga alat dapat di control dari aplikasi sehingga alat proteksi
dapat dimatikan atau dihidupkan dan dapat diatur penggunaan arusnya.
16
2. Untuk penyempurnaan aplikasi ini bisa di integrasikan dalam bentuk website
maupun mobile sehingga data dapat diakses secara luas dan dimanapun.
3. Penulis berharap semoga sistem ini dapat dimanfaat dengan sebaik-baiknya dan
dapat dikembangkan.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis berikan dan sampaikan.
Semoga aplikasi simulasi monitoring kebocoran pipa gas ini dapat digunakan sebaik-
baiknya, dan dapat memberikan manfaat bagi pihak atau para pembaca karya ini.
DAFTAR PUSTAKA Al-Fatta, H. 2007. Analisis & Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
A.Sulaiman. 1994. Proteksi Katodik Dan Permasalahannya. Dokumen Tidak Terpublikasi
: Dokumen Tidak Terpublikasi.
Ema utami. 2006. RDMS USING MS. SQL SERVER 2000. Yogyakarta: Penerbit rar.Net.
Farid Azis, M. 2005. Object Oriented Programming dengan PHP 5. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Fathansyah IR. 1999. Buku Teks Komputer Basis Data. Bandung : CV.Informatika.
Jogiyanto HM., MBA., AKT,. Ph.D. 2001. Analisis dan Desain System Informasi :
Pendekatan Terstuktur Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Linda Marlinda, S.Kom. 2004. Sistem Basis Data . Yogyakarta: Penerbit Andi.
Munawar.2005. Permodelan Visual dengan UML. Jakarta: Graha Ilmu.
R.A. Day, JR. & A.L. Underwood.2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Rizky Ayu Trisnaningtyas , Hasan Ikhwani, Heri Supomo. 2011. Analisa Desain Sistem
Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB
Pertamina-Petrochina East Java. Surabaya : ITS.
Sismoro, H. 2005. Pengantar Logika Informatika, Algoritma, dan Pemrograman
Komputer. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Supomo, H. 1995. Buku Ajar Korosi. Surabaya : Jurusan Teknik Perkapalan.
Trethewey, Kenneth R., dan John Chamberlain. 1991. Korosi untuk mahasiswa dan
Rekayasawan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Widarto, S. 2001. Karat dan Pencegahan. Jakarta : Pradnya Paramita.